Anda di halaman 1dari 7

NAMA :YUAN LULAN

KLS/SMTR: II UPW B

PARIWISATA ALTERNATIF

CONTOH PARIWISATA ALTERNATIF DI DESA WISATA


WAE REBO, Manggarai, NTT.

Pariwisata alternatif saat ini menjadi tren bagi para wisatawan. Pariwisata
alternatif merupakan konsep wisata yang lebih bersahabat dengan alam dan
masyarakat lokal, yang tak bisa didapat ketika berkunjung ke destinasi wisata
biasa.

Karena itu, paket-paket wisata yang mengedepankan budaya, alam, dan sesuatu
yang unik dari daerah tertentu sedang sangat diminati. Salah satunya adalah
dengan mengunjungi desa wisata.

Desa wisata merupakan bagian dari pengembangan pariwisata berkelanjutan dan


menjadi salah satu program Pemerintah Republik Indonesia yang diharapkan
dapat mempercepat kebangkitan pariwisata dan memicu pertumbuhan ekonomi.

Namun tidak setiap desa dapat dijadikan desa wisata, karena sekurangnya
diperlukan 3 komponen untuk membangunnya. Komponen pertama adalah
dengan melihat potensi wisata yang tersedia. Di sini perangkat desa harus
memiliki basis data yang jelas mengenai lahan, lokasi, daerah serta bagaimana
ekosistem yang dapat membantu pengembangan destinasi wisata nantinya.

Komponen berikutnya adalah dengan melihat minat dan kesiapan masyarakat


terhadap pengembangan destinasi wisata setempat. Desa wisata akan sangat
berkembang jika dikelola oleh desa itu sendiri, kebutuhan akan organisasi yang
khusus mengurusi desa wisata dibutuhkan agar berkelanjutan serta melibatkan
pihak yang menentukan arah desa wisata.
Komponen terakhir adalah konsep desa wisata yang harus unik. Dengan konsep
atau ide desa wisata yang berbeda akan menjadi nilai jual yang menonjol di antara
destinasi wisata di daerah lainnya.

Karena itulah saya memilih desa wae Rebo sebagai daerah tujuan pembahasan
materi pariwisata alternatif.
1. LATAR BELAKANG
wae Rebo adalah sebuah kampung tradisional yang terletak di dusun
terpencil tepatnya di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Terkenal dengan sebutan kampung di atas awan, Wae Rebo terletak di
ketinggian 1000 mdpl dikelilingi oleh perbukitan yang sangatlah asri. Untuk
mencapai Wae Rebo, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 6 km
dari Desa Dintor ke Desa Denge dengan menggunakan motor. Perjalanan
dari Denge menuju Wae Rebo, kira-kira memakan waktu pendakian selama
3 jam dengan menyusuri daerah terpencil yang dikelilingi hutan lebat yang
belum terjamah, menyebrangi sungai serta melintasi bibir jurang. Meski
lokasinya berada jauh dari keramaian dan sulit terjangkau, namun Kampung
Wae Rebo sangat terkenal terutama oleh wisatawan asing Negara-negara di
Eropa karena desain arsitekturnya yang memiliki daya tarik tinggi. Salah
satu hal yang menarik dari Desa Wae Rebo adalah rumah adatnya yang
berbentuk kerucut dan atapnya terbuat dari daun lontar. Hasil kerajinan
tangan warga, hasil kopi, vanili dan kulit kayu manis laris sebagai barang
cendera mata yang dibawa pulang oleh wisatawan denga harga yang
memuaskan.

1. ALASAN

Alasan mengapa saya memilih desa Wisata Wae Rebo karena desa
tersebut salah satu tempat wisata yang sangat unik karena memiliki
keanekaragaman hal yang dapat dilakukan di desa wisata tersebut,
selain itu karena Desa tersebut adalah salah satu objek wisata yang telah
ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada tahun 2012 Asia
Pasific Award Heritage Conservation, yang merupakan penghargaan
tertinggi dalam bidang konservasi warisan budaya pada tahun 2012.

Mbaru Niang ini terkenal dengan keasliannya karena memiliki bentuk


yang masih sama persis dengan bangunan yang didirikan oleh moyang
suku Manggarai. Bentuk rumah panggung yang diterapkan menjadi
rumah yang sesuai untuk kondisi alam di sekitar Desa Wae Rebo.
Berdasarkan letak geografisnya, Desa Adat Wae Rebo berada pada
wilayah aman gempa dan hutan liar, sehingga aman bencana dan menjadi
tempat perlindungan dari hewan buas..
hal tersebut menjadi suatu kebanggaan buat saya karena kita memiliki
warisan budaya yang sangat indah dan berkelas internasional

2. BENTUK ATRAKSI

Bentuk atraksi yang berada di desa tersebut adalah pemandangan yang


indah. Desa Adat Wae Rebo kini dikenal sebagai desa adat yang
menawarkan atraksi wisata berupa kesempatan unik untuk melihat rumah
– rumah adat Manggarai dan mengajak wisatawan mengikuti budaya dan
kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Di Desa Adat Wae Rebo,
pengunjung dapat melihat rumah-rumah tradisional berbentuk kerucut
dengan arsitektur yang sangat unik, yang masih di lestarikan sampai saat
ini.
Rumah Adat Desa Wae Rebo, disebut Mbaru Niang. Terdapat 7 (tujuh)
Mbaru Niang di Wae Rebo yang tersusun melingkar mengitari batu
melingkar yang disebut compang sebagai titik pusatnya. Compang
merupakan pusat aktivitas warga untuk mendekatkan dengan alam,
leluhur, serta Tuhan. Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan
kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo. Rumah tradisional ini
merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan
cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai. Suku Manggarai
mempercayai lingkaran sebagai simbol keseimbangan, sehingga pola
lingkaran ini diterapkan hampir di seluruh wujud fisik di desa, dari
bentuk kampung sampai rumah-rumahnya.

3. Dampak perkembangan pariwisata Alternatif di Desa


wisata Wae Rebo.
Sejalan dengan Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2015, pengembangan wisata berbasis pedesaan (desa wisata) akan
menggerakkan aktivitas ekonomi pariwisata di pedesaan yang akan
mencegah urbanisasi masyarakat desa ke kota.
Pengembangan wisata pedesaan akan mendorong pelestarian alam (bentang
alam, persawahan, sungai, danau) yang pada gilirannya akan berdampak
mereduksi pemanasan global. Program desa wisata terus tumbuh sebagai
pariwisata alternatif diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif
bagi pengembangan masyarakat.

Pembentukan konsep desa wisata ini dapat semakin tajam jika dipadukan
dengan pemetaan wilayah yang dilakukan di awal.
Jika dipetakan, maka terdapat 4 tingkatan desa wisata seperti di bawah ini:

1.Rintisan. Masih berupa potensi dan belum adanya kunjungan wisatawan.


Selain itu sarana dan prasarananya masih sangat terbatas, dengan tingkat
kesadaran masyarakat belum tumbuh.

2.Berkembang. Meski masih berupa potensi, namun sudah mulai dilirik


untuk dikembangkan lebih jauh.

3.Maju. Masyarakatnya sudah sadar wisata dengan indikator sudah dapat


mengelola usaha pariwisata, termasuk menggunakan dana desa untuk
mengembangkan potensi pariwisata. Wilayahnya juga sudah dikunjungi
banyak wisatawan, termasuk dari mancanegara.

4.Mandiri. Sudah ada inovasi pariwisata dari masyarakat, destinasi


wisatanya juga sudah diakui dunia dengan sarana dan prasarana yang
terstandarisasi. Selain itu pengelolaannya bersifat kolaboratif pentahelix.

Saat ini Desa Wisata Wae Rebo Sudah berada di tingkatan ketiga, yaitu
MAJU karena masyarakat sekitar sudah sadar akan kekayaan budaya dan
alam yang mereka miliki sehingga masyarakat sudah bisa mengelola usaha
wisata setempat sperti menyediakan tempat penginapan dengan khas dan
kearifan daerah tersebut dengan budaya dan alam yang asri, selain itu
masyarakat setempat juga telah memyediakan sovenir seperti hasil kebun
masyarakat yang kebanyakan adalah petani cengkeh dan kopi flores yang
terkenal dengan kenikmatannya ataupun kain adat yang dibuat oleh kaum
perempuan disana.

Anda mungkin juga menyukai