Anda di halaman 1dari 12

Kearifan Lokal Dan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan Di Purwakarta

Bentuk-bentuk pengembangan ecotourism berbasis kearifan lokal yang dapat


dikembangkan di purwakarta (membandingkan desa2 wisata di daerah lain: kemiren,
rammang2, dll).

Latar belakang Masalah


Purwakarta merupakan sebuah kabupaten yang terletak pada Jawa Barat.Dengan
luas wilayah mencapai 971,72 km atau hanya sekitar 2,81% dari total luas provinsi Jawa
Barat,menjadikan kabupaten ini merupakan Kabupaten terkecil nomor 2 di Jawa
Barat.Meskipun merupakan Kabupaten yang kecil,namun Purwakarta menyimpan banyak
sekali potensi yang dapat dikembangkan untuk menambah pendapatan daerah juga
memberdayakan masyarakat daerah tersebut.Kabupaten Purwakarta merupakan daerah
yang dominasi oleh pegunungan maupun dataran tinggi,beberapa contoh daerah yang
merupakan dataran tinggi ialah Kecamatan Wanayasa,Darangdan,dan
Kiarapedes.Dilansir spirtnews.co.id(6/21/2021).Melihat potensi dataran tinggi yang ada
seperti yang telah dikemukakan diatas,maka tentu saja selain dikembangkan untuk
perkebunan the ataupun cengkeh,tentunya dapat dikembangkan atau dikelola lebih lanjut
menjadi sebuah wisata berbasis alam atau yang lebih kita kenal dengan istilah
ecotourism.Ecotourism merupakan sebuah konsep dari pengadaan/pengembangan wisata
yang tidak hanya bertujuan untuk melestarikan lingkungan namun juga untuk
meningkatkan partispasi dari masyarakat tersebut sehingga mampu memberikan dampak
ekonomi positif terhadap masyarakat itu sendiri.Ecotourism yang hendak
dibangun/dikembangkan pada Kabupaten Purwakarta ini merupakan ecotourism yang
berada pada desa wisata.Tujuan adanya ecotourism pada desa wisata ini,selain
mengangkat keindahan alam dari suatu wilayah tapi juga diharapkan mampu untuk
melestarikan keanekaragamaan dari daerah tersebut sembari memperbaiki taraf hidup dan
memberdayakan masyarakat didaerah desa tersebut.

Konsep desa wisata dapat diartikan sebagai suatu desa yang memiliki
karakteristik keunikan lingkungan alam yang berada pada desa tersebut,yang dapat
dijadikan sebagai suatu sumber wisata/potensi wisata,karakteristik yang unik ini tidak
hanya ada pada karakter fisik saja namun juga terdapat pada bagaimana nilai-nilai
mauoun keadaan sosial budaya yang ada dan dikemas secara menarik sehingga mampu
menjadi sumber/potensi dari desa tersebut.Desa ekowisata/ecotourism ini diaharapkan
mampu mewujudkan beberapa pilar,pilar pertama ialah keberadaan alam yang tetap
lestari,Adanya kemakmuran ekonomi serta kelestarian kebudayaan dan kesenian local
setempat.Pengembangan desa wisata sangatlah vital dan penting bagi Kabupaten
Purwakarta dengan berbasis kearifan local yang diiringi dengan konsep ecotourism.
Berbagai model desa wisata yang dapat diterapakan pada Kabupaten Purwakarta
sangatlah banyak.Dengan melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh kabupaten
Purwakarta maka tentu dapat mempermudah kita melihat potensi wisata berbasis
ecotourism apa yang sekiranya dapat berkembang dalam kabupaten ini.Sebagaimana
yang telah disebutkan diatas bahwa,kebanyakan dari daerah purwakarta merupakan
dataran tinggi maka dapat kita terapkan wisata-wisata yang berbasis alam yang
memanfaatkan sector-sektor perkebunan yang cocok untuk dikembangkan didaerah
tersebut.

Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa daerah Purwakarta merupakan


daerah yang memiliki kondisi geografis yang sangat beragam.Dari dataran tinggi-hingga
dataran rendah,dengan berbagai keanekaragamaan tersebut maka banyak potensi wisata
yang mampu dikembangkan berdasarkan dengan karakteristik masing-masing
wilayah.Sebagai contoh daerah dataran tinggi yang ada di Kabupaten
Purwakarta,dicanangkan oleh pemerintah daerah untuk ditanami berbagai hasil
perkebunan seperti manggis dan holtikultura seperti cabai dan berbagai tanaman sayuran
lainnya.Untuk meningkatkan nilai tambah yang ada maka perlu pengembangan lebih
lanjut seperti pengembangan desa wisata untuk pengelolaan lebih lanjut mengenai hasil
perkebunan tersebut.Selain memiliki potensi dataran tinggi, daerah kabupaten purwakarta
juga memiliki potensi dataran rendah.Kabupaten Purwakarta ini merupakan kabupaten
yang menjadi tiga titik temu jalur daerah-daerah,pertemuan ketiga jalur tersebut
merupakan pertemuan antara jalur Jakarta-Purwakarta,Purwakarta-Bandung serta
Cirebon-Purwakarta yang merupakan akses untuk menuju provinsi Jawa Tengah.Melihat
berbagai potensi tersebut maka tentu daerah Purwakarta merupakan daerah yang sangat
startegis,salah satu pembangunan desa wisata yang bisa diterapkan untuk kondisi seperti
ini ialah desa wisata seperti yang ada di Kawasan Kecamatan Tegalalang provinsi Bali
dimana ini memanfaatkan desa tersebut dengan potensi utama masyarakat adat. Dengan
berkembangnya konsep desa wisata yang bermodelkan seperti itu,maka diharapkan
mampu untuk memberikan kesemapatan ataupun peluang secara besar kepada
masyarakat baik local maupun inter-lokal untuk mengenalkan dan mengenali budaya
yang ada serta melestarikannya,salah satu potensi budaya yang bisa dikembangkan ialah
adanya Kesenian Genye yang merupakan pertunjukan seni tari.Untuk mengembangkan
suatu daerah wisata berkonsep berkelanjutan/ecotourism tentunya diperlukan berbagai
peranan dan dukungan serta partisipasi dari masyarakat setempat dimulai dari
perencanaan sampai pada tahap pengendalian dan pengawasan.

Sebagai contoh pemanfaatan Kawasan berbasis ekowisata yang berada pada


Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur ialah adanya tempat wisata The Highland
Pujon Strawberry.Memanfaatkan kondisi dataran tinggi,masyarakat sekitar mengelolanya
dengan menanam buah strawberry yang tidak hanya ramah lingkungan namun juga
mampu untuk mengangkat perekonomian masyarakat sekitar dengan adanya daerah
wisata tersebut.Pengembangan daerah wisata sangatlah penting terutama yang berbasis
ecotourism/ekowisata karena seiring dengan perkembangan dunia yang pesat sudah
sewajarnya kita mengganti konsep pariwisata yang tidak hanya meningkatkan taraf hidup
masyarakat setempat,namun juga mampu melestarikan serta melindungi kebudayaan
serta keanekaragaman hayati yang ada.Perkembangan sector pariwisata diharapkan
mampu untuk menanggulangi masalah kemiskinan pada derah yang memiliki
potensi,sehingga mampu untuk dijadikan daerah wisata.Desa wisata sendiri pada
hakikatnya mengandung dua unsur meliputi unsur atraksi maupun akomodasi,dimana
atraksi merupakan representasi keseharian dari penduduk setempat serta akomodasi yang
dapat diartikan sebagai rumah penduduk yang disewakan pada masyarakat yang
berwisata.Berdasarkan konsep tersebut tentunya,pengembangan desa wisata berbasis
ecotourism yang memanfaatkan kearifan local pada Kabupaten Purwakarta mampu untuk
diwujudkan.

Tujuan

Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari pembuatan jurnal ini ialah mengetahui
Bentuk-bentuk pengembangan ecotourism berbasis kearifan lokal yang dapat
dikembangkan di purwakarta (membandingkan desa2 wisata di daerah lain: kemiren,
rammang2, dll).

Kerangka teori

Suistanable development merupakan sebuah pembangunan yang melihat


bagaimana suatu pembangunan tersebut tidak hanya bermanfaat pada masa saat ini
namun juga pada masa mendatang.Pembangunan ini diarahkan untuk meningkatkan
kualitas hidup manusia dan makhluk hidup lainnya dengan usaha yang beriringan untuk
selalu menjaga ekosistem yang ada.Pembagunan berkelanjutan pada intinya merupakan
usaha untuk memberikan keadilan pembangunan yang merata baik bagi generasi saat ini
maupun generasi seterusnya.Berdasarkan Kementrian Lingkungan Hidup (1990)
setidaknya ada 3 elemen yang menjadi patokan dari bagaimana konsep pembangunan
berkelanjutan.Pertama,tidak terjadi eksploritasi sumber daya alam yang
berlebih.Kedua,memiliki efek negative lingkungan yang minim.Ketiga,mampu
menggunakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sebagai alternatif.

UU No.10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan,pariwisata adalah berbagai macam


kegiatan wisata dan dikung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat,pengusaha,pemerintah dan pemerintah daerah.Ekowisata adalah sebuah
konsep dalam dunia pariwisata yang menitikberatkan pada pelestarian
lingkungan.Konsep ini berupa kegiatan wisata yang berpihak pada lingkungan yang
dikikuti oleh partisipasi masyarkat serta wisatawan.Definisi lain mengenai konsep
ekowisata berdasarkan Deklarasi Quebec ialah merupakan bentuk adopsi dari unsur
pariwsata yang berkelanjutan,sehingga konsep ini berbeda.Sehingga dapat dikatakan
bahwa konsep ekowisata merupakan pariwsata yang memberikan efek kerusakan pada
lingkungan yang sangat kecil.

Kearifan local merupakan gagasan yang meliputi unsur bijaksana,penuh


kearifan,bernilai baik yang ada dimasyarakat serta diterapkan dikehidupan masyarakat
(Sartini,2004).Kearifan local merupakan sebuah nilai yang berusumber dari adanya
sebuah nilai keagaman,adat berlaku,serta kebudayaan yang terbentuk sebagai wujud
adaptasi masyarakat local pada lingkungannya (Vitasurya,2016).Kearifan local memiliki
banyak wujud seperti norma,adat,nilai,kepercayaan maupun etika).Kearifan local biasa
terwujud dalam berbakai hikayat masyarakat,nasihat maupun kitab pedoman
kuno.Kearifan local memiliki ciri-ciri yang dapat diuraikan sebagai berikut : muncul atas
pengalaman yang terjadi,telah dilakukan secara turun-temurun,mampu beradaptasi
dengan budaya pada masa sekarang,merupakan sebuah kebiasaan dari masyarakat serta
terbuka dan berkembang.

Pembahasan

Kearifan local,merupakan sebuah usaha manusai yang menggunakan akan nya


untuk melakukan sebuah Tindakan maupun bersikap baik terhadapa obyek maupun
peristiwa yang terjadi didalam suatu ruang.Kearifan local juga memimiliki keterkaitan
dengan istilah kearifan tradisional,dimana merupakan sebuah kebiasaan,etika maupun
pengetahuan yang menuntun perilaku manusia dalam bersosialisasi dengan
sekitarnya.Kearifan local tidak hanya menyangkut ataupun sebatas pemahaman yang
dianut masyarakatnya atapun bagaimana interaksi masyarakat tersebut dengan
sesamanya,namun juga melipuyo pemahaman yang mencakup pengetahuan serta adat dan
relasi yang terjadi antara elemen-elemen dari suatu lingkungan yang wajib untuk
dibangun.Ekowisata ataupun ecotourism merupakan sebuah perjalanan menuju tempat
yang belum terjamah dengan skala yang dapat dikatakan kecil.Ekowisata memberikan
manfaat meliputi penambah pengetahuan,sebagai penyedian dana konservasi,memberikan
impact maupun pengaruh yang kuat terhadap masyarakat setempat serta pembangunan
ekonomi pada daerah tersebut namun juga memberikan kita esensi kepedulian terhadap
adanya ragam budaya serta hak asasi setiap manusia.Konsep dari ecotourism atau
ekowisata merupakan sebuah perjalanan yang mengarah pada Kawasan alam untuk
dilestarikan serta adanya usaha untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat local ataupun
penduduk setempat.

Pariwsata ialah sebuah sector dalam sebuah kegiatan perekonomian yang menjadi
sumber pendapatan baik negara maupun daerah.Pariwisata sendiri berupa aktivitas
berkunjung pada suatu tempat wisata diluar dari domisili wisatawan maupun kegiatan
sehari-hari dari wisatawan tersebut.Pariwisata dapat dikatakan sebagai kedaan yang
terjadi Ketika bertemunya para wisatawan,pemerintah sebagai fasilitator dan indstri
wisata tersebut secara pribadi sebagai penyedia jasa mapun barang.Keadaan ini pada
kahirnya membentuksebuah system yang didasari pada prinsip ketersediaan serta
permintaan yang sejajar atau yang bisa kita sebut linear.Desa wisata merupakan pedesaan
yang mempunyai ciri khusus yang mumpuni untuk dijadikan sebuah destinasi
wisata.Desa Wisata memiliki beberapa karakteristik meliputi sebagai
berikut.Karakteristik desa wisata meliputi: (1)memiliki keunikan yang khas,(2)memiliki
akses sumber daya alam (3) adanya masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat
sehingga menarik peminat (4)adanya peluang untuk dikembangkan dilihat dari sarana dan
prasarana dasar.Selain hal tersebut desa wisata juga harus mencakup tiga hal penting
yaitu adanya keterkaitan antara pariwisata dengan masyarakat,memiliki sebuah atraksi
yang unik dan otentik, memiliki sebuah akomodasi yang menggambarkan bagaimana
kehidupan desa setempat.
Dalam mengembangkan suatu potensi wisata,kita berpegang pada prinsip
suistanable development.Suistanable development atau yang bisa juga disebut dengan
konsep pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep dimana pembangunan
tersebut tidak hanya membawa manfaat untuk generasi saat ini,juga generasi yang akan
datang.Konsep ini juga memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek meliputi
sosial,lingkungan serta ekonomi.Pembangunan berkelanjutan dirancang untuk
pembangan jangka panjang,dengan keterkaitan berbagai disiplin.Pembangunan jangka
Panjang tidak lah mudah,diperlukan berbagai keseimbangan antara aspal
lingkungan,ekonomi dan sosial.Pembangunan berkelanjutan melihat dua unsur unsur
pembangunan merupakan unsur yang berfungsi untuk mengembangkan segala potensi
yang ada sehingga terciptanya kemakmuran lalu unsur selanjutnya ialah unsur
berkelanjutan.Unsur berkelanjutan merupakan unsur representasi dari kelestarian dari
pembangunan tersebut,hal ini dapat disimpulkan bahwa usaha untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan namun tetap menjaga kelestarian
yang ada.

Purwakarta sebagai titik pertemuan tiga jalur penting yaitu Jakarta,Bandung serta
Cirebon memiliki banyak sekali potensi.Dengan pertemuan tiga jalur tersebut
tentunya,jika dikelola dengan maksimal maka akan membentuk suatu potensi daerah
wisata.Keadaan topografi kabupaten Purwakarta sangatlah beragam,dimulai dari dataran
tinggi-hingga dataran rendah.Pada artikel ini pertama-tama kita akan membahas
kemungkinan potensi apa yang mampu dikembangkan pada daerah dataran
tinggi.Dataran tinggi merupakan suatu daerah yang memiliki ketinggian diatas 500
mdpl,daerah dataran tinggi memiliki suhu yang cenderung sejuk dengan tanah yang pada
umumnya subur.Pada dataran tinggi umumnya dikembangkan untuk daerah pertanian
ataupun perkebunan.Pertanian pada daerah dataran tinggi lazimnya berupa pertanian
holtikultura khususnya buah serta sayur.Holtikultura sendiri merupakan jenis tanaman
yang dibudidayakan dengan konsep kebun.Salah satu contoh daerah dengan pemasok
utama sayuran di Kabupaten Purwakarta ialah Kecamatan Darangdan,kecamatan ini
dikenal dengan produktivitasnya dalam menghasilkan produk sayuran.Kecamatan ini
merupakan kecamatan yang terletak pada daerah dataran tinggi dan dengan kandungan
tanah yang dapat dikatakan subur.Jenis-jenis sayuran yang dihasilkan pada kecamatan ini
ialah sayuran berjenis kol,timun,cabai,tomat,labu siam dan lain-lain.Melihat kedaan
tersebut tentunya kita bisa mengembangkan sebuah desa wisata yang berbasis dengan
agrowisata.

Pengembangan agrowisata tidak hanya berfungsi sebagai penjagaan kelestarian


alam namun juga dapat digunakan sebagai wahana edukasi serta peningkatan
perekonomian masyarakat.Konsep yang mampu ditawarkan pada agrowisata ialah adanya
wisata berbasis edukasi mengenai agro wisata tersebut.Konsep Wisata edukasi ialah
integrasi antara Pendidikan yang berbasis non formal dengan wisata yang
disuguhkan.Wisata edukasi ini mengharapkan pengunjung wisata tidak hanya
mendapatkan hiburan akan pengalaman yang ada namun juga memperoleh ilmu maupun
pengetahuan dengan cara yang lebih fresh dan menyenangkan.Program wisata edukasi
dalam agrobisnis ini sangatlah baik,karena sasarannya mampu menjangkau konsumen
anak-anak hingga orang dewasa.Dalam penerapan wisata edukasi tentunya terdapat
prinsip-prinsip yang harus kita terapkan sebagai pedoman dasa, prinsip pertama ialah
prinsip lingkungan,dalam prinsip ini kita harus mampu untuk menciptakan lingkungan
fisik maupun sosial yang mumpuni untuk sebuah konsep agrowisata berbasis
edukasi.Lingkungan fisik yang mumpuni merupakan lingkungan fisik yang menampilkan
lingkungan yang bersih asri dan terjaga kelestariannya,sedangkan kondisi lingkungan
sosial yang dibutuhkan ialah lingkungan sosial yang mampu menggambarkan bagaimana
respon masyarakat tersebut terhadap pendatang ataupun wisatawan dengan sikap ramah
dan mampu menimbulkan suasana harmonis dan aman.Prinsip kedua ialah
partisipasi,partisipasi dalam prinsip ini ialah bagaimana kita sebagai penyedia wisata
mampu melibatkan wisatawan dalam beraktifitas di agrowisata ini tanpa menggangu
kenyamanan wisata mereka,partisipasi disini memiliki tujuan agar wisatawan mampu
meng-aplikasikan teknik-teknik dalam agrowisata di kehidupan sehari-hari.Sedangkan
prinsip yang terakhir ialah prinsip eksplorasi dimana wisatawan dapat merasakan
pengalaman secara langsung terhadap obyek yang disediakan di wisata tersebut.

Daerah percontohan dalam pengembangan desa wisata,ialah pengembangan desa


wisata Cibodas yang berada pada Kabupaten Bandung Barat.Diketahui bahwa di Desa
CIbodas dengan banyaknya penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani,dengan
total lahan kurang lebih 988,77 ha berdasarkan data yang diambil pada tahun
2016,sehingga des aini pun dikelola dengan konsep desa wisata yang berpusat pada
kegiatan agrobisnis yang juga mengusung konsep wisata edukasi.Selain mengangkat
konsep agrowisata,didaerah ini juga tersedia home stay yang memanjakan wisatawan
dengan suasana “pulang kampung”,dimana terdapat fasilitas-fasilitas seperti kolam
pancing dan berbagai tempat yang diperuntukan untuk family gathering dengan konsep
ruang terbuka,pengelolaan desa disediakan dalam bentuk paket-paket wisata.Selain desa
wisata yang berada di Cibodas bentuk desa wisata dengan penggunaan agrowisata ialah
desa yang berada pada Desa Palaedah,Kabupaten Pangandaran.Dengan potensi alam serta
sosial yang unik menyebabkan desa ini memiliki potensi-potensi wisata yang
menguntungkan.Bermula dari keperhatinan sekelompok pemuda melihat perekonomian
masyarakat petani pada desa tersebut,yang mengalami keterbatasan lahan serta kurangnya
pengetahuan mengenai bagaimana cara mengelola pertanian dengan tepat.Sehingga
kelompok pemuda tersebut mendirikan sebuah kelompok tani dengan basis
argobisnis,setelah itu mereka membuat sebuah konsep wisata desa agro wisata yang
diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.Dengan adanya penerimaan
serta kesediaan masyarakat Desa Palaedah,agar daerah tersebut dijadikan sebagai desa
wisata merupakan modal utama dalam pengembangan desa wisata tersebut.Desa wisata
ini mengangkat agro wisata sebagai model pengembangnnya,dengan daya Tarik yang
disajikan meliputi alam pertanian serta produksi dari hasil pertanian tersebut.

Pengembangan desa wisata ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk kekayaan
alami berupa perkebunan yang meliputi perkebunan kakao dan kelapa,pertanian yang
meliputi padi,papaya,jagung serta kedelai),peternakan yang meluputi kambing,itik dan
sapi,serta adanya tempat wisata citanduy river park.Disisi lain Desa Palaedah juga
mengembangkan rumah rumah produksi sebagai sarana edukasi seperti pengelolaan
pupuk,industry coklat berbasis home industry,rental sepeda onthel dan lain-lain.Selain
potensi-potensi yang perlu dikembangkan yang digunakan untuk mengembangkan desa
wisata,juga terdapat unsur seperti aksesbilitas,sarana dan prasarana dan pemberdayaan
masyarakat sebagai unsur penting dalam pembentukan desa wisata.Aksesbilitas
merupakan keterjangkauan prasarana yang juga meliputi trasnportasi yang mendukung
pergerakan wisatawan menuju tempat pariwisata (Muttaqin,2013).Keterjangkauan di
Desa Paledah ini dilihat dari sisi transportasinya masih dirasa kurang,walaupun jarak
antara kecamatan sebagai pusat dengan lokasi wisata hanya sekitar 3 KM saja,namun
karena rendahnya jumlah angkutan umum yang beroperasi maka jarak tempuh semakin
sulit untuk dijangkau.Sedangkan akses jalan untuk menuju destinasi wisata dirasa kurang
mumpuni dikarenakan banyaknya jalan yang masih terlalu sempit dengan kondisi yang
rusak,selain itu rambu rambu penunjuk yang seharusnya ada,tidak terpasang pada desa ini
untuk memandu wisatawan.Dengan melihat hal tersebut maka dapat kita simpulkan
bahwa ketersedian sarana transportasi serta kondisi jalan yang baik sangat diperlukan
sebagai salah satu penunjang desa wisata tersebut.Pemberdayaan juga dirasa penting
karena pembentukan desa wisata ini perlu memperlibatkan masyarakat dalam pemberian
baik pelayanan pariwsata maupun jasa.Pemberdayaan dalam des aini ialah dengan
dibentuknya kelompok Tani dengan penerapan pertanian Si Kepis (Sistem Integrasi
Kakao,Kelapa,Kambing,Padi,Itik,dan Sapi).Sementara itu aktivitas promosi yang
dilakukan oleh desa ini kurang maksimal dikarenakan,promosi masih belum masuk pada
tujuan program kelompok Tani Sejahtera.
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa setidaknya ada 5 kriteria desa wisata yang
harus dipenuhi,meliputi aksesbilitas,fasilitas umum serta wisata,adanya ciri khusus yang
menjadi daya Tarik,adanya partisipasi masyarakat yang diwujudkan dengan
pemberdayaan masyarakat,serta pemasaran.

Selain dataran tinggi yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta,namun juga


terdapat daerah dataran rendah.Sekitar 20% wilayah dataran rendah mendominasi dari
luas kabupaten tersebut.Daerah yang termasuk dataran rendah meliputi kecamatan
Purwakarta,Bungursari,Cibatu dan Campaka.Pada umumnya pengembangan daerah
wisata pada daerah dataran rendah yang berbasis pada kearifan local berpusat pada
kebudayaan ataupun wisata kuliner yang dapat dikembangkan.Sebagai contoh kampung
budaya ataupun desa wisata budaya yang terdapat di daerah Bali,yaitu Desa
Tihingan.Desa ini merupakan sebuha desa yang mengangkat kebudayaan mereka sebagai
pariwisata yang berkonsep kearifan local.Desa Tihingan merupakan desa yang terletak
pada Kabupaten Klungkung.Desa ini memiliki daya Tarik utama berupa kesenian
gamelan,desa ini adalah pembuat gamelan terbesar di Bali.Dengan penerapan serta
pemahaman konsep CHSE (Clean,Health,Safety and Environment)serta pembukaan
home stay,wisatawan diberikan edukasi mengenai bagaimana cara pembuatan seni
gamelan,adanya kelas memasak serta pembuatan cinderamata khusus,tentunya tidak
hanya mampu mengangkat perekonomian namun juga melestarikan budaya yang ada
serta sebagai sarana edukasi yang tepat ditengah tingginya arus globalisasi.

Purwakarta sendiri memiliki beberapa kesenian yang khas.Beberapa kesenian


tersebut ialah kesenian kesenian silat,kesenian silat yang terkenal ialah kesenian silat
ibing.Merupakan kesenian silat yang popular di Purwakarta,kesenian ini memiliki
keunikan dimana terdapat unsur islami dalam pergerakannya,hal ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya pondok pesantren yang ada di Purwakarta dalam memperagakan silat ini
diiringi oleh music terebang.Mengingat kesenian bela diri yang merupakan kearifan local
khas Purwakarta,maka salah satu contoh desa yang dapat dicontoh dengan
mengembangkan kearifan lokalnya ialah desa Kampung Cikawung,Sukabumi.Pada
mulanya kampung ini rata-rata penduduknya hanya berkerja sebagai pemecah
batu.Dengan semangat mengabdi pada tanah kelahiran,sehingga pada tahun 2018
terbentuklah Kampung Budaya Cikawung.Untuk mengetahui bagaimana potensi
kampung ini yang tentu saja tidak terbatas kekayaan alam yang ada,Ridho (pemuda
penggerak kampung budaya)melakukan analisa mulai dari bagaimana sejarah kampung
Cikawung terbentuk hingga apa saja pusaka yang ditinggalkan.Dengan konsep
mengembalikan budaya yang telah lama hilang dimasyarakat Ridho memberikan
pelatihan pencak silat pada anak-anak pada Kampung Cikawung,hasil yang dirasakan
ialah setelah kurang lebih 6 bulan dalam memberikan penanaman mengenai bagaimana
kampung budaya serta pelatihan mengenai pencak silat,terbukti bahwa pencak silat
gagasan Ridho banyak melaksanakan pentas diberbagai tempat seperti Kecamatan dan
Kabupaten.Selain mengembangkan budaya pencak silat,Ridho juga mengajarkan seni
teater yang menampilkan nilai luhur dan norma masyarakat sunda.Pengembangan seni
tari seperti tari tari Cakilungsia,tari Jaipong juga turut dikembangakan sebagai salah satu
daya Tarik wisata Kampung Budaya Cikawung.Tidak hanya mengajarkan kesenian
atraksi seperti tari dan silat,para pemuda dan anak-anak yang ada didesa tersebut juga
diajarkan membuat produk prakarya hasil kerajinan tangan mereka sendiri.Seperti
pembuatan lukisan,kerajinan miniature dari kayu dan lain-lain.Kerajinan tersebut
nantinya akan dijual kepada masyarakat/wisatawan yang berkunjung.Hasilnya,para
penduduk disana tidak hanya bergantung pada mata pencaharian pemecah batu
saja,namun juga mulai mendapatkan penghasilan melalui Kampung Wisata Budaya lewat
produk kerjinan yang dihasilkan.Pengembangan desa wisata berlandaskan budaya
sangatlah potensial,mengingat desa wisata berbasis budaya hanya terdapat di Kampung
Tajur Kecamatan Bojong.Pengembangan desa wisata berbasis kearifan local berupa
kebudayaan ini sangatlah penting untuk dikembangkan selain mengajarkan kebudayaan
serta melestarikan budaya,namun juga mampu mengangkat perekonomian masyarakat
seperti yang telah tergambar diatas,nantinya konsep pengembangan kampung budaya
yang menyajikan silat sebagai daya Tarik,juga harus terdapat produk-produk apa saja
yang kelak akan diproduksi.Sebagai contoh mungkin hasil karya kerajinan tangan mini
alat music rebana,kaligrafi,ataupun asesoris busana-busana daerah,ataupun
pengembangan makanan kuliner khas Purwakarta seperti sate maranggi.
Selain kaya akan budaya,dan sumber daya alam hayati yang melimpah terutama
bentang alamnya.Purwakarta juga memiliki daerah hutan bamboo yang belum dikelola
secara maksimal.Hutan bamboo ataupun konsep wisata bamboo hanya sekedar pada
bahan arsitektur rumah makan yang dikembangkan di daerah Purwakarta.Padahal
bamboo sendiri dapat dimanfaatkan dari daun hingga batangnya bahkan tunasnya.Salah
satu desa yang memanfaatkan hutan bamboo sebagai potensi daerah wisata ialah,Desa
Sumbermujur,dengan adanya Kelompok Sadar Wisata “Sabuk Semeru Hutan Bambu”
menjadikan Hutan Bambu sebagai mascot untuk desa tersebut,dan pemerintah
menetapkan desa Sumbermujur sebagai rujukan destinasi wisata berbasis
ecotourism.Selain hutan bamboo yang terdapat pada desa Sumbermujur.Selain
disuguhkan oleh pemandangan hutan bamboo,wisatawan juga dapat menikmati panorama
indahnya Gunung Semeru serta hamparan persawahan yang dimiliki oleh penduduk
setempat.Wisata ini juga dilengkapi oleh edukasi mengenai tanaman bamboo,serta
disediakanya kolam renang untuk anak-anak sehingga tidak hanya merasakan
pengalaman eksplorasi di alam juga bermain dilingkungan alam yang masih terjaga
keasriannya.Pengunjung diajarkan bagaimana menanam bamboo serta apa saja manfaat
dari bamboo tersebut.Desa wisata lain yang dapat dijadikan percontohan ialah desa
bamboo yang terletak pada Desa Alu,Sulawesi Barat.Dengan memberdayakan para ibu-
ibu yang berada di Desa Alu,untuk mengelola bamboo sehingga tidak hanya sebatas
digunakan untuk bahan bangunan maupun pagar,namun diolah lebih lanjut menjadi
bahan yang berfungsi untuk kehidupan sehari-hari sebagai contoh ialah tempat
koran,hiasan lampu gantung,dan lain-lain.Pemanfaatan bamboo yang lain juga dilakukan
dengan pembenahan infrastruktur serta tata letak bangunan penghias di Hutan bamboo
tersebut sehingga bangunan-bangunan tersebut dapat dijadikan sebagai spot foto yang
juga menjadi daya tarik wisatawan.Pengembangan desa wisata tanaman bamboo
memiliki banyak sekali,selain karena relative dapat dikembangkan dimana saja,hutan
bamboo juga mampu mengurangi dampak longsor maupun erosi.Selain itu bamboo juga
mampu menyimpan air lebih banyak dari pada tanaman lain utamanya pinus.
Model pemanfaatan bamboo menjadi desa wisata yang dapat dikembangkan
Purwakarta mengingat terdapat daerah hutan bamboo yang ada diwilayah Kecamatan
Bungursari.Pemanfaatan desa wisata hutan bamboo yang dikembangkan selain
menawarkan sarana edukasi mengenai pengetahuan tentang hutan bamboo serta
pemanfaatan daun bamboo yang tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos tetapi juga
dapat dibuat menjadi salah satu the herbal menambahkan nilai daya tarik
tersendiri,karena selain menjadi wisata untuk hiburan namun juga menyajikan sarana
edukasi serta konservasi alam yang mampu berjalan beriringan.Pemanfaatan juga tidak
berhenti disitu saja,seperti yang diketahui bersama bahwa tunas bamboo juga dapat
dimanfaatkan untuk produk olahan kuliner.Contoh produk olahan kuliner yang mampu
dikembangkan menjadi sebuah sentra wisata kuliner ialah lumpia,choipan/dimsum yang
diisi dengan tunas bamboo serta masakan rumahan santan yang disajikan dengan suasana
rumah makan pedesaan mampu menjadi potensi wisata tambahan didaerah hutan bamboo
tersebut.Bambu sendiri juga dapat dijadikan sebagai kerajinan yang nantinya dapat
dijadikan buah tangan untuk wisatawan yang berkunjung di desa wisata hutan bamboo
yang akan dikembangkan di Purwakarta seperti celengan yang dihias berbahan dasar
bamboo,pot bamboo gantung,miniature kerajinan,ataupun pembuatan alat music
tradisional khas Jawa Barat seperti angklung dan seruling sehingga dapat
mempromosikan budaya khas Sunda.

Kesimpulan
Pembangunan wisata dalam setiap daerah sangatlah penting.Sektor pariwisata
merupakan sector yang memberikan banyak sekali keuntungan maupun manfaat,selain
mampu menambahkan pendapatan daerah serta mendorong adanya kegiatan ekonomi,tapi
juga menguntungkan bagi masyarakat setempat.Sektor pariwisata merupakan sector yang
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.Namun dengan seiring bertumbuhnya sector
pariwisata,tentunya kita juga perlu menerapakan konsep pembangunan yang berbasis
kearifan local serta ecotourism.Keseimbangan aspek sosial,ekonomi dan lingkungan
sangatlah penting demi keberlangsungan suatu pembangunan parwisata.Konsep
susistanable development merupakan kunci utama dalam penggagasan suatu pariwisata
yang berkelanjutan,suistanable development memiliki pengertian yang mengarah pada
apa yang kita dapatkan dari alam,harus terus terjaga kelestariannya hingga generasi
mendatang.Pengembangan ecotourism selain memperhatikan aspek sosial,ekonomi serta
lingkungan juga harus memperhatikan hal-hal lain sebagai penompang dalam
pembentukan sector pariwisata tersebut,seperti adanya sarana pendukung fasilitas sarana
dan prasarana dasar yang mumpuni.Pembangunan ecotourism ini selain menjaga
kelestarian alam serta budaya,namun juga harus memberikan manfaat edukasi bagi para
wisatawan.Dengan melihat potensi yang dimiliki Purwakarta meliputi dataran
tinggi,budaya,serta merupakan daerah strategis yang dilalui oleh tiga jalur,maka
pengembangan wisata berbasis kearifan local dan ecotourism mampu dikembangkan
seperti beberapa contoh desa wisata yang telah dikembangkan di daerah Indonesia.

Saran

Saran penulis terhadap pembangunan pariwisata yang berada di Kabupaten Purwakarta


ialah berpatokan pada suistanable development.Dengan memegang prinsip tersebut,maka
pembagunan mampu dirasakan dan teruskan hingga generasi seterusnya.Pengembangan wisata
berbasis ecotourism bamboo juga sangat penting untuk dikembangkan mengingat banyak sekali
manfaat bamboo bagi kehidupan selain mampu menyerap air tanah,juga mampu mencegah
longsor serta erosi dan masih banyak lagi. Selain itu pemerintah Kabupaten Purwakrta perlu
mengembangkan lebih banyak lagi desa wisata berbasis budaya,yang nantinya mampu
memberikan edukasi serta pelestarian budaya yang semakin tergerus zaman.Sejatinya manusia
tanpa berbudaya akan hancur,sehingga semua potensi wisata yang dikembangkan tanpa diiringi
budaya akan tertinggal.
Daftar Pustaka
Muksin, D. R. M. (2018). Pengaruh Motivasi Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan Di
Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).

Tisnawati, E., Natalia, D. A. R., Ratriningsih, D., Putro, A. R., Wirasmoyo, W., & Brotoatmodjo, H.
P. (2019). Strategi Pengembangan Eko-Wisata Berbasis Masyarakat di
Kampung Wisata Rejowinangun. INformasi dan Ekspose hasil Riset
Teknik SIpil dan Arsitektur, 15(1), 1-11.
Argubi, A. H., Ramadhoan, R. I., Tauhid, T., & Taufiq, M. (2020). MODELPENGEMBANGAN
DESA WISATA BERBASIS EKOWISATA DI DESA SAMBORI
KABUPATEN BIMA. Sadar Wisata: Jurnal Pariwisata, 3(1), 41-51.
Nuurlaily, S., Widyastuty, A. A. S. A., & Tribhuwaneswari, A. B. (2020). Penguatan Promosi Desa
Wisata Berbasis Kearifan di Desa Pujon Kabupaten Malang. Jurnal
Penamas Adi Buana, 4(1), 5-12.
Amalia VGA, N., Kusumawati, A., & Hakim, L. (2018). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
desa wisata serta dampaknya terhadap perekonomian warga di Desa
Tulungrejo Kota Batu. Jurnal Administrasi Bisnis, 61(3), 48-56.
Asmin, F. (2018). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: dimulai dari Konsep
Sederhana. Universitas Andalas (Unand), 09-11.
Hendriyana, H., Putra, I. N. D., & yan Sunarya, Y. (2020). Industri Kreatif Unggulan Produk Kriya
Pandan Mendukung Kawasan Ekowisata Pangandaran, Jawa
Barat. Jurnal Panggung. Vol. 30. N0, 2.
Alfiah, S., Andriani, J., Lesmana, R., Sunardi, N., & Furyanah, A. (2019). Manajemen Pengelolaan
Desa Wisata Pada Desa Cimanggu, Kecamatan Cisalak, Kabupaten
Subang, Privinsi Jawa Barat (Studi Kasus pada Curug Paok dan Bukit
Pasir Jaka). Jurnal Abdi Masyarakat Humanis, 1(1).
Sutiarso, M. A. (2018). Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui Ekowisata.

Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 158-174.
Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi Pengembangan Desa Kliwonan sebagai Desa Wisata
Batik di Kabupaten Sragen. Journal of Regional and Rural
Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan), 2(1), 74-89.
Saepudin, E., Budiono, A., & Halimah, M. (2019). Pengembangan Desa Wisata Pendidikan Di Desa
Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Sosiohumaniora, 21(1), 1-10.
Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 158-174.
Satyanegara, D., & Pertiwi, W. N. B. (2021). Pelatihan Pemasaran pada Desa Wisata Kampung
Bambu Banyuresmi Pandeglang. JURPIKAT (Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat), 2(1), 98-107.
Arcana, K. T. P., Pranatayana, I. B. G., Suprapto, N. A., Sutiarso, M. A., Semara, I. M. T.,
Candrawati, N. L. P. A., & Suri, M. (2021). Tata Kelola Desa Wisata
Melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Desa
Tihingan Kabupaten Klungklung. Jurnal Abdi Masyarakat, 1(1), 36-45.
ATMOJO, A. D. Evaluasi Pelaksanaan Program Satu Kecamatan Satu Desa Wisata Dalam
Pengelolaan Desa Wisata Sumbermujur Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang (Doctoral dissertation).
Amin, A., Rafiqa, R., Prawira, M. R., & Hadijah, S. (2019). Program Pengembangan Desa Mitra
(PPDM) untuk mewujudkan Desa Ekowisata Bambu Alu di Desa Alu,
Kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Abdimas Toddopuli: Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 1(1), 28-40.
Pratiwi, N., Santosa, D. B., & Ashar, K. (2018). Analisis Implementasi Pembangunan Berkelanjutan
di Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 18(1), 1-13.

Estriani, H. N. (2019). Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dalam Implementasi Konsep
Pariwisata Berbasis Ecotourism: Peluang Dan Tantangan. Jurnal
Hubungan Internasional, 2(1).

Murdana, I. M. (2019). KREATIF ECOTOURISM KUNCI KEBERLANJUTAN PARIWISATA


PULAU: STUDI KASUS KEPULAUAN GILI MATRA. Jurnal
Ilmiah Hospitality, 8(2), 63-70.

Bakti, I., Sumartias, S., Damayanti, T., & Nugraha, A. R. (2018). Pengembangan model komunikasi
pariwisata berbasis kearifan lokal di kawasan geopark
Pangandaran. Jurnal Kajian Komunikasi, 6(2), 217-230.

Anda mungkin juga menyukai