Konsep desa wisata dapat diartikan sebagai suatu desa yang memiliki
karakteristik keunikan lingkungan alam yang berada pada desa tersebut,yang dapat
dijadikan sebagai suatu sumber wisata/potensi wisata,karakteristik yang unik ini tidak
hanya ada pada karakter fisik saja namun juga terdapat pada bagaimana nilai-nilai
mauoun keadaan sosial budaya yang ada dan dikemas secara menarik sehingga mampu
menjadi sumber/potensi dari desa tersebut.Desa ekowisata/ecotourism ini diaharapkan
mampu mewujudkan beberapa pilar,pilar pertama ialah keberadaan alam yang tetap
lestari,Adanya kemakmuran ekonomi serta kelestarian kebudayaan dan kesenian local
setempat.Pengembangan desa wisata sangatlah vital dan penting bagi Kabupaten
Purwakarta dengan berbasis kearifan local yang diiringi dengan konsep ecotourism.
Berbagai model desa wisata yang dapat diterapakan pada Kabupaten Purwakarta
sangatlah banyak.Dengan melihat potensi-potensi yang dimiliki oleh kabupaten
Purwakarta maka tentu dapat mempermudah kita melihat potensi wisata berbasis
ecotourism apa yang sekiranya dapat berkembang dalam kabupaten ini.Sebagaimana
yang telah disebutkan diatas bahwa,kebanyakan dari daerah purwakarta merupakan
dataran tinggi maka dapat kita terapkan wisata-wisata yang berbasis alam yang
memanfaatkan sector-sektor perkebunan yang cocok untuk dikembangkan didaerah
tersebut.
Tujuan
Berdasarkan hal tersebut maka tujuan dari pembuatan jurnal ini ialah mengetahui
Bentuk-bentuk pengembangan ecotourism berbasis kearifan lokal yang dapat
dikembangkan di purwakarta (membandingkan desa2 wisata di daerah lain: kemiren,
rammang2, dll).
Kerangka teori
Pembahasan
Pariwsata ialah sebuah sector dalam sebuah kegiatan perekonomian yang menjadi
sumber pendapatan baik negara maupun daerah.Pariwisata sendiri berupa aktivitas
berkunjung pada suatu tempat wisata diluar dari domisili wisatawan maupun kegiatan
sehari-hari dari wisatawan tersebut.Pariwisata dapat dikatakan sebagai kedaan yang
terjadi Ketika bertemunya para wisatawan,pemerintah sebagai fasilitator dan indstri
wisata tersebut secara pribadi sebagai penyedia jasa mapun barang.Keadaan ini pada
kahirnya membentuksebuah system yang didasari pada prinsip ketersediaan serta
permintaan yang sejajar atau yang bisa kita sebut linear.Desa wisata merupakan pedesaan
yang mempunyai ciri khusus yang mumpuni untuk dijadikan sebuah destinasi
wisata.Desa Wisata memiliki beberapa karakteristik meliputi sebagai
berikut.Karakteristik desa wisata meliputi: (1)memiliki keunikan yang khas,(2)memiliki
akses sumber daya alam (3) adanya masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat
sehingga menarik peminat (4)adanya peluang untuk dikembangkan dilihat dari sarana dan
prasarana dasar.Selain hal tersebut desa wisata juga harus mencakup tiga hal penting
yaitu adanya keterkaitan antara pariwisata dengan masyarakat,memiliki sebuah atraksi
yang unik dan otentik, memiliki sebuah akomodasi yang menggambarkan bagaimana
kehidupan desa setempat.
Dalam mengembangkan suatu potensi wisata,kita berpegang pada prinsip
suistanable development.Suistanable development atau yang bisa juga disebut dengan
konsep pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep dimana pembangunan
tersebut tidak hanya membawa manfaat untuk generasi saat ini,juga generasi yang akan
datang.Konsep ini juga memiliki keterkaitan dengan berbagai aspek meliputi
sosial,lingkungan serta ekonomi.Pembangunan berkelanjutan dirancang untuk
pembangan jangka panjang,dengan keterkaitan berbagai disiplin.Pembangunan jangka
Panjang tidak lah mudah,diperlukan berbagai keseimbangan antara aspal
lingkungan,ekonomi dan sosial.Pembangunan berkelanjutan melihat dua unsur unsur
pembangunan merupakan unsur yang berfungsi untuk mengembangkan segala potensi
yang ada sehingga terciptanya kemakmuran lalu unsur selanjutnya ialah unsur
berkelanjutan.Unsur berkelanjutan merupakan unsur representasi dari kelestarian dari
pembangunan tersebut,hal ini dapat disimpulkan bahwa usaha untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki untuk mencapai kesejahteraan namun tetap menjaga kelestarian
yang ada.
Purwakarta sebagai titik pertemuan tiga jalur penting yaitu Jakarta,Bandung serta
Cirebon memiliki banyak sekali potensi.Dengan pertemuan tiga jalur tersebut
tentunya,jika dikelola dengan maksimal maka akan membentuk suatu potensi daerah
wisata.Keadaan topografi kabupaten Purwakarta sangatlah beragam,dimulai dari dataran
tinggi-hingga dataran rendah.Pada artikel ini pertama-tama kita akan membahas
kemungkinan potensi apa yang mampu dikembangkan pada daerah dataran
tinggi.Dataran tinggi merupakan suatu daerah yang memiliki ketinggian diatas 500
mdpl,daerah dataran tinggi memiliki suhu yang cenderung sejuk dengan tanah yang pada
umumnya subur.Pada dataran tinggi umumnya dikembangkan untuk daerah pertanian
ataupun perkebunan.Pertanian pada daerah dataran tinggi lazimnya berupa pertanian
holtikultura khususnya buah serta sayur.Holtikultura sendiri merupakan jenis tanaman
yang dibudidayakan dengan konsep kebun.Salah satu contoh daerah dengan pemasok
utama sayuran di Kabupaten Purwakarta ialah Kecamatan Darangdan,kecamatan ini
dikenal dengan produktivitasnya dalam menghasilkan produk sayuran.Kecamatan ini
merupakan kecamatan yang terletak pada daerah dataran tinggi dan dengan kandungan
tanah yang dapat dikatakan subur.Jenis-jenis sayuran yang dihasilkan pada kecamatan ini
ialah sayuran berjenis kol,timun,cabai,tomat,labu siam dan lain-lain.Melihat kedaan
tersebut tentunya kita bisa mengembangkan sebuah desa wisata yang berbasis dengan
agrowisata.
Pengembangan desa wisata ini terbagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk kekayaan
alami berupa perkebunan yang meliputi perkebunan kakao dan kelapa,pertanian yang
meliputi padi,papaya,jagung serta kedelai),peternakan yang meluputi kambing,itik dan
sapi,serta adanya tempat wisata citanduy river park.Disisi lain Desa Palaedah juga
mengembangkan rumah rumah produksi sebagai sarana edukasi seperti pengelolaan
pupuk,industry coklat berbasis home industry,rental sepeda onthel dan lain-lain.Selain
potensi-potensi yang perlu dikembangkan yang digunakan untuk mengembangkan desa
wisata,juga terdapat unsur seperti aksesbilitas,sarana dan prasarana dan pemberdayaan
masyarakat sebagai unsur penting dalam pembentukan desa wisata.Aksesbilitas
merupakan keterjangkauan prasarana yang juga meliputi trasnportasi yang mendukung
pergerakan wisatawan menuju tempat pariwisata (Muttaqin,2013).Keterjangkauan di
Desa Paledah ini dilihat dari sisi transportasinya masih dirasa kurang,walaupun jarak
antara kecamatan sebagai pusat dengan lokasi wisata hanya sekitar 3 KM saja,namun
karena rendahnya jumlah angkutan umum yang beroperasi maka jarak tempuh semakin
sulit untuk dijangkau.Sedangkan akses jalan untuk menuju destinasi wisata dirasa kurang
mumpuni dikarenakan banyaknya jalan yang masih terlalu sempit dengan kondisi yang
rusak,selain itu rambu rambu penunjuk yang seharusnya ada,tidak terpasang pada desa ini
untuk memandu wisatawan.Dengan melihat hal tersebut maka dapat kita simpulkan
bahwa ketersedian sarana transportasi serta kondisi jalan yang baik sangat diperlukan
sebagai salah satu penunjang desa wisata tersebut.Pemberdayaan juga dirasa penting
karena pembentukan desa wisata ini perlu memperlibatkan masyarakat dalam pemberian
baik pelayanan pariwsata maupun jasa.Pemberdayaan dalam des aini ialah dengan
dibentuknya kelompok Tani dengan penerapan pertanian Si Kepis (Sistem Integrasi
Kakao,Kelapa,Kambing,Padi,Itik,dan Sapi).Sementara itu aktivitas promosi yang
dilakukan oleh desa ini kurang maksimal dikarenakan,promosi masih belum masuk pada
tujuan program kelompok Tani Sejahtera.
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa setidaknya ada 5 kriteria desa wisata yang
harus dipenuhi,meliputi aksesbilitas,fasilitas umum serta wisata,adanya ciri khusus yang
menjadi daya Tarik,adanya partisipasi masyarakat yang diwujudkan dengan
pemberdayaan masyarakat,serta pemasaran.
Kesimpulan
Pembangunan wisata dalam setiap daerah sangatlah penting.Sektor pariwisata
merupakan sector yang memberikan banyak sekali keuntungan maupun manfaat,selain
mampu menambahkan pendapatan daerah serta mendorong adanya kegiatan ekonomi,tapi
juga menguntungkan bagi masyarakat setempat.Sektor pariwisata merupakan sector yang
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat.Namun dengan seiring bertumbuhnya sector
pariwisata,tentunya kita juga perlu menerapakan konsep pembangunan yang berbasis
kearifan local serta ecotourism.Keseimbangan aspek sosial,ekonomi dan lingkungan
sangatlah penting demi keberlangsungan suatu pembangunan parwisata.Konsep
susistanable development merupakan kunci utama dalam penggagasan suatu pariwisata
yang berkelanjutan,suistanable development memiliki pengertian yang mengarah pada
apa yang kita dapatkan dari alam,harus terus terjaga kelestariannya hingga generasi
mendatang.Pengembangan ecotourism selain memperhatikan aspek sosial,ekonomi serta
lingkungan juga harus memperhatikan hal-hal lain sebagai penompang dalam
pembentukan sector pariwisata tersebut,seperti adanya sarana pendukung fasilitas sarana
dan prasarana dasar yang mumpuni.Pembangunan ecotourism ini selain menjaga
kelestarian alam serta budaya,namun juga harus memberikan manfaat edukasi bagi para
wisatawan.Dengan melihat potensi yang dimiliki Purwakarta meliputi dataran
tinggi,budaya,serta merupakan daerah strategis yang dilalui oleh tiga jalur,maka
pengembangan wisata berbasis kearifan local dan ecotourism mampu dikembangkan
seperti beberapa contoh desa wisata yang telah dikembangkan di daerah Indonesia.
Saran
Tisnawati, E., Natalia, D. A. R., Ratriningsih, D., Putro, A. R., Wirasmoyo, W., & Brotoatmodjo, H.
P. (2019). Strategi Pengembangan Eko-Wisata Berbasis Masyarakat di
Kampung Wisata Rejowinangun. INformasi dan Ekspose hasil Riset
Teknik SIpil dan Arsitektur, 15(1), 1-11.
Argubi, A. H., Ramadhoan, R. I., Tauhid, T., & Taufiq, M. (2020). MODELPENGEMBANGAN
DESA WISATA BERBASIS EKOWISATA DI DESA SAMBORI
KABUPATEN BIMA. Sadar Wisata: Jurnal Pariwisata, 3(1), 41-51.
Nuurlaily, S., Widyastuty, A. A. S. A., & Tribhuwaneswari, A. B. (2020). Penguatan Promosi Desa
Wisata Berbasis Kearifan di Desa Pujon Kabupaten Malang. Jurnal
Penamas Adi Buana, 4(1), 5-12.
Amalia VGA, N., Kusumawati, A., & Hakim, L. (2018). Partisipasi masyarakat dalam pengembangan
desa wisata serta dampaknya terhadap perekonomian warga di Desa
Tulungrejo Kota Batu. Jurnal Administrasi Bisnis, 61(3), 48-56.
Asmin, F. (2018). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan: dimulai dari Konsep
Sederhana. Universitas Andalas (Unand), 09-11.
Hendriyana, H., Putra, I. N. D., & yan Sunarya, Y. (2020). Industri Kreatif Unggulan Produk Kriya
Pandan Mendukung Kawasan Ekowisata Pangandaran, Jawa
Barat. Jurnal Panggung. Vol. 30. N0, 2.
Alfiah, S., Andriani, J., Lesmana, R., Sunardi, N., & Furyanah, A. (2019). Manajemen Pengelolaan
Desa Wisata Pada Desa Cimanggu, Kecamatan Cisalak, Kabupaten
Subang, Privinsi Jawa Barat (Studi Kasus pada Curug Paok dan Bukit
Pasir Jaka). Jurnal Abdi Masyarakat Humanis, 1(1).
Sutiarso, M. A. (2018). Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui Ekowisata.
Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 158-174.
Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018). Potensi Pengembangan Desa Kliwonan sebagai Desa Wisata
Batik di Kabupaten Sragen. Journal of Regional and Rural
Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah
dan Perdesaan), 2(1), 74-89.
Saepudin, E., Budiono, A., & Halimah, M. (2019). Pengembangan Desa Wisata Pendidikan Di Desa
Cibodas Kabupaten Bandung Barat. Sosiohumaniora, 21(1), 1-10.
Komariah, N., Saepudin, E., & Yusup, P. M. (2018). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan
Lokal. Jurnal Pariwisata Pesona, 3(2), 158-174.
Satyanegara, D., & Pertiwi, W. N. B. (2021). Pelatihan Pemasaran pada Desa Wisata Kampung
Bambu Banyuresmi Pandeglang. JURPIKAT (Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat), 2(1), 98-107.
Arcana, K. T. P., Pranatayana, I. B. G., Suprapto, N. A., Sutiarso, M. A., Semara, I. M. T.,
Candrawati, N. L. P. A., & Suri, M. (2021). Tata Kelola Desa Wisata
Melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Desa
Tihingan Kabupaten Klungklung. Jurnal Abdi Masyarakat, 1(1), 36-45.
ATMOJO, A. D. Evaluasi Pelaksanaan Program Satu Kecamatan Satu Desa Wisata Dalam
Pengelolaan Desa Wisata Sumbermujur Kecamatan Candipuro
Kabupaten Lumajang (Doctoral dissertation).
Amin, A., Rafiqa, R., Prawira, M. R., & Hadijah, S. (2019). Program Pengembangan Desa Mitra
(PPDM) untuk mewujudkan Desa Ekowisata Bambu Alu di Desa Alu,
Kab. Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Abdimas Toddopuli: Jurnal
Pengabdian Pada Masyarakat, 1(1), 28-40.
Pratiwi, N., Santosa, D. B., & Ashar, K. (2018). Analisis Implementasi Pembangunan Berkelanjutan
di Jawa Timur. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Pembangunan, 18(1), 1-13.
Estriani, H. N. (2019). Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dalam Implementasi Konsep
Pariwisata Berbasis Ecotourism: Peluang Dan Tantangan. Jurnal
Hubungan Internasional, 2(1).
Bakti, I., Sumartias, S., Damayanti, T., & Nugraha, A. R. (2018). Pengembangan model komunikasi
pariwisata berbasis kearifan lokal di kawasan geopark
Pangandaran. Jurnal Kajian Komunikasi, 6(2), 217-230.