Anda di halaman 1dari 21

TITLE LOREM

IPSUM
Sit Dolor Amet
SUKU SAMIN
Mengenal Lebih dekat Tentang Suku Samin

◦ Samin adalah salah satu kelompok masyarakat adat yang tinggal di pedalaman Blora, Jawa Tengah.
Sebagai masyarakat yang masih memegang teguh adat dan tradisi, Samin memiliki ajaran sendiri. Salah
satu ajarannya adalah menjunjung tinggi kejujuran dan tidak bersikap sombong.
◦ Masyarakat ini adalah keturunan para pengikut Samin Surosentiko yang mengajarkan sedulur sikep, di
mana mereka mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda dalam bentuk lain di luar kekerasan.
Bentuk yang dilakukan adalah menolak membayar pajak, menolak segala peraturan yang dibuat
pemerintah kolonial. Masyarakat ini acap memusingkan pemerintah Belanda maupun penjajahan Jepang
karena sikap itu, sikap yang hingga sekarang dianggap menjengkelkan oleh kelompok di luarnya.
Mengenal Lebih dekat Tentang Suku Samin

◦ Asal ajaran Saminisme Ajaran Saminisme muncul sebagai akibat atau reaksi dari pemerintah kolonial
Belanda yang sewenang-wenang.Perlawanan dilakukan tidak secara fisik tetapi berwujud penentangan
terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap Belanda misalnya dengan
tidak membayar pajak. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut mereka membuat tatanan, adat
istiadat dan kebiasaankebiasaan tersendiri.
◦ Masyarakat Samin sendiri juga mengisolasi diri hingga baru pada tahun '70-an, mereka baru tahu
Indonesia telah merdeka. Kelompok Samin ini tersebar sampai Jawa Tengah, namun konsentrasi
terbesarnya berada di kawasan Blora, Jawa Tengah dan Bojonegoro, Jawa Timur yang masing-masing
bermukim di perbatasan kedua wilayah.
Pandagan Suku Samin Terhadap Alam
 Masyarakat Samin menyebut alam yang ditempati saat ini sebagai alam donya (alam dunia), sedangkan alam
yang akan ditempati nanti disebut alam kelanggengan. Alam dunia terdiri dari unsur-unsur tanah (lemah), air
(banyu), api (geni) dan angin. Mereka juga memahami adanya jagat gededan jagad cilik. Alam semestayang
berisi langit, bumi dan seisinya ini disebut sebagai jagad gede(makrokosmos), sedangkan jagat
cilik(mikrokosmos) adalah diri manusia. Jagat gededan jagat cilikhakekatnya sama, jagad cilikmerupakan
gambaran dari jagad gede.
 Bumi, melambangkan simbolperempuan, dari kata ibu sing di mimi, dipundi-pundi, (ibu yang sangat dihormati).
Pemahaman tersebut memberigambaran bahwa Masyarakat Samin sangat menghormati bumi dan apa yang ada
di dalamnya, karena dari bumilah mereka mendapatkansandang panganuntuk kebutuhan hidup sehari-hari. Bumi
diibaratkan sebagai seorang ibu,memberikan tempat perlindungan, kasih sayang kepada anaknya sepanjang
hidupnya. Bumi menumbuhkan tanaman, menyediakan air, dan menyediakan segala kehidupan lainnya. Karena
itulah masyarakat Samin sangat menghormati bumi. Penghormatan mereka terhadap bumidilakukan mengolah
tanah,memberikan pupuk, merawat, memeliharadan memberikan perhatian setiap hari. Ibarat merawat seorang
ibu yang telah memberikan kasih sayang dan membesarkannya.
 Langit, nama atau simbol untuk laki-laki. Langit dan bumi dua unsur yang berlawanan namun merupakansuatu
pasangan, langit sebagai laki-laki dan bumi sebagai perempuan. Pada langit terdapat matahari, matahari dalam
bahasa Jawa disebut srengenge, berasal dari kata sreng(berarti hasrat atau keinginan). Matahari memancarkan
energi, yang diteruskan ke bumi. Sinergi antara bumi dan matahari menciptakan kehidupan di bumi. Kehidupan
dibumi dapat terus berlangsung karena adanya sinergi antara langit danbumi. Pada bumi terdapat tumbuhan yang
mempunyai kemampuan secara langsung mengubah energi matahari menjadi bahan-bahan organik melalui
proses fotosintesis.
 Masyarakat Samin merealisasikan pandangan tentang langit dan bumi tersebut pada kehidupan mereka dalam
bentuk perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Perkawinan merupakan merupakan jalan yang mulia untuk
menghasilkan penerus kehidupannya. Dalam ajaran Samin agar diperoleh keturunan yang baik, harus di awali
dengantatacara yang baik yakni dengan sikep rabi (pernikahan cara masyarakat Samin). Pernikahan adalah
sesuatu yang sakral, untuk menebarkan benih kehidupan dan menghasilkan keturunan yang baik. Jenis-jenis
tumbuhan yang dipergunakan dalam kehidupansehari-hari, berupa bahan pangan, obat tradisional, bahan
bangunan, kayu bakar, pakan ternak dan lainnya. Jenistumbuhan liaryang jarang dimanfaatkanataujenis
tumbuhan yang jauh dari tempat tinggal mereka umumnya tidak dikenali dengan baik.
 Tumbuhan dalam pengetahuan masyarakat Samin dipandang sebagai bagian dari sandang pangan. Istilah
sandang pangandigunakan untuk menyebut segala sesuatudi luar manusia. Masyarakat Samin memandang isi
dunia ini hanya ada dua unsur yaitu:uwong(manusia) dan sandang pangan. Sandang manganmerupakan simbol
dari segala sesuatu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Bumi dengan segala isinya,
merupakan sandang panganyang disediakan Yang Maha Kuasa untuk kehidupan manusia.Dalam pengetahuan
ilmiah pandangan tentang uwongdan sandang panganini identik dengan pandangan mengenai manusia dan
lingkungan.
 Dalam pengetahuan masyarakat Samin, manusia, hewan dan tumbuhan disebut sebagai tritunggalyang berarti
tiga wujud tetapi merupakankesatuan yang diberi hidup. Wujud yang pertama adalah manusia, yang bisa bicara,
bergerak atau berpindah tempat. Wujud keduaberupa hewan,yaitusandang panganyang hidup dan bisa bergerak
atau pindah tempat. Wujud ketiga adalah tumbuhanyaitu sandang panganyang hidup tapi tidak bisa berjalan atau
berpindah tempat.
Ajaran Suku Samin
◦ Ajaran Samin (Saminisme) yang disebarkan oleh Samin Surosentiko adalah sebuah konsep penolakan
terhadap budaya kolonial Belanda dan penolakan terhadap kapitalisme yang muncul pada masa
penjajahan Belanda abad ke-19 di Indonesia. Sebagai gerakan yang cukup besar Saminisme tumbuh
sebagai perjuangan melawan kesewenangan Belanda yang merampas tanah-tanah dan digunakan untuk
perluasan hutan jati.
◦ Pengikut ajaran Samin mempunyai lima ajaran yaitu :
• tidak bersekolah,
• tidak memakai peci, tapi memakai “iket”, yaitu semacam kain yang diikatkan di kepala mirip orang Jawa
dahulu,
• tidak berpoligami,
• tidak memakai celana panjang, dan hanya pakai celana selutut,
• tidak berdagang, dan
• penolakan terhadap kapitalisme.
AJARAN SUKU SAMIN
> Agama iku gaman, adam pengucape, man gaman lanang yang artinya Agama adalah senjata dan
pegangan hidup
> Aja drengki srei, tukar padu, dahpen, kemeren, aja kutil jumput, bedhog nyolong, yang artinya jangan
mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, jangan suka mengambil milik orang lain
> Sabar lan trokal empun ngantos drengki srei, empun ngantos riya sapada, empun ngantos pek-pinepek,
kutil jumput bedhog nyolong. Napa malih bedhog colong, napa milik barang, nemu barang teng dalan
mawun kulo simpangi, yang artinya berbuat sabar dan jangan sombong, jangan mengganggu orang, jangan
takabur, jangan mengambil milik orang lain, apalagi mencuri, mengambil barang sedangkan menjupai
barang tercecer I jalan dijauhi
AJARAN SUKU SAMIN
> Wong urip kudu ngerti uripe, sebab urip siji di gawa selawase, yang artinya manusia hidup harus
memahami kehidupannya, sebab hidup sama dengan roh hanya satu dan dibawa abadi selamanya.
> Wong enom mati uripe titip seng urip. Bayi uda nangis nger niku sukma ketemu raga. Dadi mulane wong
niku mboten mati. Nek nnggl sandhangan niku nggeh. Kedah sabar lan rokal seng diarah turune. Dadi
wong, selawase dadi wong, yang artinya kalau anak muda meninggal dunia, rohnya dititipkan ke roh yang
hiup. Bayi menangis itu tandanya roh bertemu dengan raga. Arena itu roh orang meninggal tidaklah
meningeal, hanya meninggalkan pakaiannya. Manusia harus hidup sabar dan tawakal untk keturunannya.
Jadi, roh itu tidak mati, melainkan berkumpul dengan roh yang masih hidup. Sekali orang itu berbuat baik,
selamanya akan menjadi orang baik.
> Pengucape saka lima bundhelane ana pitu lan pangucap saka sanga bundhelane ana pitu, yang artinya
ibaratnya orang berbicara dari angka lima berhenti pada angka tujuh, dengan kata lain meupaka syarat atau
simbol bahwa manusia berbicara harus menjaga mulut.
AJARAN SUKU SAMIN
> Jujur marang awake dewe yang artinya jujur terhadap diri sendiri atau tidak berbohong.
> Sing ditieni wong iku rak unine, yang artinya yang dipercoyo orang itu adalah ucapannya.
> Sing perlu rak isine dudu njabane, yang artinya yang terpenting adalah batinna seseorang bukan lahirnya
saja.
Pokok Ajaran Suku Samin
◦ Agama adalah senjata atau pegangan hidup.
◦ Paham Samin tidak membeda-bedakan agama, oleh karena itu orang Samin tidak pernah mengingkari atau membenci
agama. Yang penting adalah tabiat dalam hidupnya.
◦ Jangan mengganggu orang, jangan bertengkar, jangan suka iri hati, dan jangan suka mengambil milik orang.
◦ Bersikap sabar dan jangan sombong.
◦ Manusia hidup harus memahami kehidupannya sebab hidup adalah sama dengan roh dan hanya satu, dibawa abadi
selamanya. Menurut orang Samin, roh orang yang meninggal tidaklah meninggal, namun hanya menanggalkan
pakaiannya.
◦ Bila berbicara harus bisa menjaga mulut, jujur, dan saling menghormati. Berdagang bagi orang Samin dilarang karena
dalam perdagangan terdapat unsur “ketidakjujuran”. Juga tidak boleh menerima sumbangan dalam bentuk uang.
◦ Bahasa Orang Samin Mereka tidak mengenal tingkatan bahasa Jawa, jadi bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa
ngoko. Bagi mereka menghormati orang lain tidak dari bahasa yang digunakan tapi sikap dan perbuatan yang
ditunjukkan.
Penyebaran Suku Samin

Tersebar pertama kali di daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah pada 1890 oleh Samin Surosentiko yang
lahir pada 1859 di desa Ploso, Kediren sebelah utara Randublatng, Kabupaen Blora, Jawa Tengah. Samin
Surosentiko masih kerabat keturunan pangeran Kusumoningayu atau Kanjeng Pangeran Arya
Kusumowinahyu, ayahnya bernama Raden Surowijoyo yang dikenal sebagai Samin sepuh dan bekerja
menjadi bromocorah untuk kepentingan orang banyak yang miskin di Bojonegoro. Nama Samin sendiri
aslinya adalah Raden Kohar yang diubah menjadi Samin karena bernafaskah kerakyatan.
Penyebaran Suku Samin

Pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung, Blora, Jawa Tengah. Gerakan ini
lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di
Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan, atau di sekitar perbatasan provinsi Jawa Tengah dan
Jawa Timur menurut peta sekarang. Pemukiman Pemukiman masyarakat Samin biasanya mengelompok
dalam satu deretan rumah-rumah agar memudahkan untuk berkomunikasi. Rumah tersebut terbuat dari
kayu terutama kayu jati dan juga bambu, jarang ditemui rumah berdinding batu bata. Bangunan rumah
relatif luas dengan bentuk limasan, kampung, atau joglo. Penataan ruang sangat sederhana dan masih
tradisional, terdiri dari ruang tamu yang cukup luas, kamar tidur, dan dapur. Kamar mandi dan sumur
terletak agak jauh dan biasanya digunakan oleh beberapa keluarga. Kandang ternak berada di luar, di
samping rumah.
Kebudayaan dan Sikap Suku Samin
◦ Sebagaimana paham lain yang dianggap oleh pendukungnya sebagai agama, orang Samin juga memiliki
"kitab suci". "Kitab suci"' itu adalah Serat Jamus Kalimasada yang terdiri atas beberapa buku, antara lain
Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi, Serat Jati Sawit, Serat
Lampahing Urip, dan merupakan nama-nama kitab yang amat populer dan dimuliakan oleh orang Samin.
◦ Ajaran dalam buku Serat Pikukuh Kasajaten (pengukuhan kehidupan sejati) ditulis dalam bentuk puisi
tembang, yaitu suatu genre puisi tradisional kesusasteraan Jawa.
◦ Dengan mempedomani kitab itulah, orang Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari
sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah
"Lakonana sabar trokal. Sabare dieling-eling. Trokali dilakoni."
◦ Secara umum, perilaku orang Samin/ 'Sikep' sangat jujur dan polos tetapi kritis.
Pakaian Suku Samin

◦ Pakaian orang Samin biasanya berupa baju


lengan panjang tanpa kerah, berwarna hitam.
Laki-laki memakai ikat kepala. Untuk pakaian
wanita bentuknya kebaya lengan panjang,
berkain sebatas di bawah tempurung lutut atau di
atas mata kaki.
Upacara Keagamaan Suku Samin
Upacara Kelahiran
Kelahiran menurut masyarakat Samin adalah sesuatu hal yang dianggap biasa saja, dan mereka
beranggapan bahwa seseorang yang baru lahir telah membawa jeneng (nama) sendiri-sendiri. Nama jeneng
itu dibagi menjadi jeneng lanang (nama laki-laki) dan jeneng wedok (nama wanita). Anggapan orang
Samin ketika bayi menangis dalam bayi itu berarti sang bayi sudah ada roh dan telah mendapatkan tempat
ngenger (mengabdikan hidup). Sama seperti masyarakat Jawa, pada umumnya masyarakat Samin juga
mengenal brokohan bancakan mbel-mbel yang dibagi-bagikan kepada tetangga dinamakan mbrokohi
turunan. Kemudian setelah sang bayi berusia lima hari dibuatkan juga mbel-mbelsepasaran, lalu pada saat
bayi berusia sembilan hari juga dibuatkan mbel-mbel selapan.
Upacara Kagamaan Suku Samin
Upacara Khitan atau Ditoreh
Masyarakat Samin sebenarnya tidak mengenal khitan atau sunat. Mereka mempunyai pandangan, mengapa
anggota tubuh yang sudah ada sejak lahir harus dikurangi atau dihilangkan. Akan tetapi dalam kenyataan
sehari-hari, seorang anak laki-laki yang sudah menginjak masa “Adam Birahi” atau seseorang yang sudah
memasuki akil balig juga disunat sebagai laki-laki yang beragama Islam. Tidak ada upacara resmi dalam
melaksanakan sunat atau ditoreh, hanya si anak dibawa ke bong supit, yang disebut dengan istilah calak.
Masyarakat Samin mengatakan bahwa disunat atau ditoreh itu mengandung pengertian memperindah alat
kelamin
Norma Masyarakat Sikep Suku Samin
Norma Adat
Kehidupan masyarakat Samin sangat kental dengan tradisi adat seperti yang telah di ajarkan oleh leluhur mereka. Dan
ajaran yang di terapkan dalam masyarakat tersebut (yang terdapat dalam kelima prinsip) di nilai telah cukup sebagai
pedoman dan pengatur kehidupan mereka.
Norma Hukum
Meskipun tidak ada hukum yang pasti sebagai pengatur masyarakat Samin seperti hukum yang telah kita kenal sekarang
yang dapat kita jumpai dalam kitab undang–undang hukum, tetapi sesungguhnya aturan hukum itu tersirat dalam kelima
prinsip masyarakat tersebut.
Norma Kesusilaan

Norma Kesusilaan dalam masyarakat Samin tercermin dari prisip mereka misalnya dalam hal perkawinan
mereka mengenal prinsip “siji kanggo salawase”(satu untuk selamanya) serta kelima prinsip tersebut yang
secara tidak langsung menyimpan norma kesusilaan.
Interaksi kepercayaan orang Samin dengan masyarakat sekitar, khususnya yang ada di desa Klopoduwur
dan Sambungrejo cukup baik dan akrab, terutama terhadap sesama masyarakat Samin dan juga
terhadap agama lain dan masyarakat lain,karena ajaran Samin menganggap semua agama yang ada dan
yang dianut banyak orang adalah baik dan kepercayaan yang dianutnya juga baik. Bahkan dikatakan
sertiap manusia derajatnya sama, tidak boleh menilai orang lain tetapi menilailah diri sendiri, mereka
tidak mengganggu agama lain sehingga orang lain juga tidak mengganggunya dan ajaran mereka yang
paling menonjol adalah tentng budi pekerti dan menciptakan suatu kerukunan.
Title Lorem Ipsum

LOREM IPSUM DOLOR SIT AMET, NUNC VIVERRA IMPERDIET PELLENTESQUE HABITANT
CONSECTETUER ADIPISCING ENIM. FUSCE EST. VIVAMUS A MORBI TRISTIQUE SENECTUS ET
ELIT. TELLUS. NETUS.

Anda mungkin juga menyukai