Anda di halaman 1dari 12

UPAYA MENGANGKAT KEMBALI NILAI, FUNGSI,

DAN MAKNA SIMBOLIS UKIRAN MANDAU SUKU DAYAK


DI KALIMANTAN BARAT

Diajukan Dalam Rangka:


Lomba Karya Tulis Kearsipan ke-4
Tema: “Budaya dan Kearifan Lokal/Daerah Kalimantan Barat”
DINAS PERPUSTAKAAN KOTA PONTIANAK

Disusun Oleh:

HARDIANSYAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan.
Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari berbagai wujud hasil
kebudayaan, seperti: nilai-nilai, norma-norma, tindakan dalam hidup bermasyarakat
dan benda-benda hasil karya manusia. Beragam wujud warisan budaya lokal
tersebut memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal masa lalu.
Namun masalahnya adalah warisan budaya lokal saat ini semakin tergerus oleh
zaman, karena nilai dan fungsinya dianggap sudah tidak relevan dengan masa
sekarang.
Suku Dayak merupakan salah satu suku besar yang hidup dan menetap di
pulau Kalimantan. Suku Dayak dianggap sebagai penduduk asli pulau Kalimantan
yang terbagi ke dalam beberapa kelompok. Aneka ragam kelompok suku Dayak
masih memperlihatkan persamaan-persamaan tertentu, seperti ciri fisik yang
digolongkan sebagai ras Malayan Mongoloid. Selain itu, terdapat kesamaan
kepemilikan benda hasil kebudayaan, salah satunya yaitu senjata mandau.
Menurut pendapat Bastomi Suwaji (1990) dalam Iwan (2012):
salah satu wujud dari hasil kebudayaan nenek moyang pada masa lampau
yakni, bentuk senjata tradisional yakni mandau suku Dayak yang berada di
pulau Kalimantan Barat.
Senjata mandau bagi suku Dayak merupakan senjata pusaka yang sangat
diagungkan, karena mengandung unsur magis yang hanya digunakan dalam acara
ritual tertentu seperti: perang, pengayauan (tradisi pemenggalan kepala lawan),
perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara. Adapun jenis mandau yang
digunakan suku Dayak Kalimantan Barat yaitu Mandau Tangkitn suku Dayak
Kanayatn dan Mandau Manap suku Dayak Ngaju yang memiliki ciri khas masing-
masing.
Mandau menjadi senjata perang nenek moyang suku Dayak untuk melawan
musuh. Mandau dianggap memberikan kekuatan magis yaitu kebal terhadap
serangan musuh dan binatang buas. Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat
kesaktian. Kesaktiannya tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang
melalui ritual-ritual tertentu, tetapi juga ditentukan oleh tradisi pengayauan dimana
semakin banyak orang yang berhasil dikayau, maka mandau yang digunakan juga

12
semakin sakti. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena dikayau, maka
rohnya akan mendiami mandau.
Namun saat ini didapati bahwa mandau telah berubah fungsi. Mandau
banyak ditemui sebagai cinderamata dan pajangan yang terbuat dari besi biasa,
banyak pula yang menggunakan mandau untuk memotong rumput di ladang.
Adanya pergeseran fungsi dan makna ini menjadikan mandau tidak banyak dikenal
oleh generasi muda baik fungsi maupun sejarahnya. Oleh karena itu, perlu upaya
mengangkat kembali nilai dan fungsi senjata mandau agar nilai kesakralan yang
terkandung di dalamnya dapat tetap dipertahankan.

B. Identifikasi Masalah
Nilai, fungsi, dan makna simbolis ukiran mandau menjadi suatu fenomena
yang menarik ditelaah, karena pembuatannya yang tidak dapat dipisahkan dari
kepercayaan pada kekuatan roh para leluhur dan kekuatan alam. Oleh karena itu,
penulis mengidentifikasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa nilai yang terkandung pada mandau suku Dayak?
2. Apa fungsi mandau dalam kehidupan masyarakat suku Dayak?
3. Apa makna simbolis ukiran pada mandau suku Dayak Kalimantan Barat?
4. Bagaimana upaya melestarikan nilai dan fungsi mandau agar dapat tetap sejalan
dengan kehidupan masa kini?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian untuk menjawab permasalahan yang telah
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui nilai yang terkandung pada mandau suku Dayak.
2. Untuk mengetahui fungsi mandau dalam kehidupan masyarakat suku Dayak
Kalimantan Barat.
3. Untuk mengetahui makna simbolis ukiran pada mandau suku Dayak.
4. Untuk memaparkan upaya melestarikan nilai dan fungsi mandau agar dapat tetap
sejalan dengan kehidupan masa kini.

23
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian Sejarah
Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya.
Metode penelitian sejarah yang digunakan oleh penulis yaitu berdasarkan pada
dokumen-dokumen berupa literatur dan kajian pustaka yang relevan. Penelitian ini
mencoba merenkonstruksi nilai, fungsi, dan makna simbolis ukiran Mandau suku
Dayak di masa lampau agar diperoleh informasi yang lengkap dan akurat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian bibliografis. Penelitian bibliografis
adalah penelitian dengan metode sejarah untuk mencari, menganalisa, membuat
interpretasi serta generalisasi dari fakta-fakta yang merupakan pendapat para ahli
dalam suatu masalah atau suatu organisasi. Penelitian ini mencakup hasil pemikiran
dan ide yang telah ditulis oleh pemikir-pemikir dan ahli-ahli. Kerja penelitian ini
termasuk menghimpun karya-karya tertentu dari penulis atau seorang filosof dan
menerbitkan kembali dokumen-dokumen unik yang dianggap hilang dan
tersembunyi seraya memberikan interpretasi serta generalisasi yang tepat terhadap
karya-karya tersebut.

43
II. PEMBAHASAN

A. Nilai Yang Terkandung Pada Mandau

Mandau berasal dari asal kata "Man" yang berarti salah satu suku China
bagian selatan dan "dao" yang berarti golok dalam bahasa China. Mandau dengan
nama asli “Mandau Ambang Birang Bitang Pono Ajun Kajau”, merupakan senjata
tradisional Suku Dayak.

Menurut Ali Gufron dalam Iwan (2012), dalam pembuatan Mandau


terkandung nilai-nilai yang dijadikan acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat Suku Dayak. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau
yang dibuat sedemikian rupa sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang
memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.

Nilai yang terkandung pada Mandau yaitu (Rohman, 2010):

1. Nilai Magis
Dalam masyarakat Dayak, senjata selalu terkait dengan hal-hal yang bersifat
magis dan mistik. Begitu pula dengan Mandau. Mandau terkait dengan
kepercayaan masyarakat tentang makhluk halus. Kepercayaan masyarakat
tersebut mulai terlihat pada pembuatan Mandau, aksesoris yang di pasang pada
Mandau, dan pandangan masyarakat tentang Mandau.
2. Nilai Sosial
Mandau merupakan senjata yang terkait dengan kehidupan social masyarakat
Dayak yang tinggal di hutan-hutan. Dalam hal ini Mandau digunakan sebagai
peralatan yang mendukung aktivitas sehari-hari, apakah itu berburu atau
membuat barang-barang kerajinan dari kayu. Mandau juga menunjukkan symbol
status seseorang. Apakah ia termasuk kalangan ksatria atau dari kalangan orang
kebanyakan. Hal ini terliat dari jumlah lilitan kulit rotan pada kumpang.

4 5
3. Nilai Seni
Mandau mengandung nilai seni yang tinggi. Pembuatan Mandau membutuhkan
keahlian khusus sebagai seorang pembuat barang kerajinan dari besi. Selain itu,
ukiran dan motif yang terdapat pada bagian-bagian Mandau juga
memperlihatkan bahwa Mandau merupakan karya seni yang bernilai tinggi.
Bentuk motif dan ukiran yang terdapat pada Mandau selalu terkait dengan
kepercayaan suku Dayak akan hal-hal magis. Bagian hulu misalnya yang
menyerupai bentuk kepala burung. Bulu burung dan taring binatang buas yang
dipasang pada kumpang juga menambah keindahan mandau.
4. Nilai Budaya
Jika dicermati, pembuatan mandau mengandung nilai yang dapat dijadikan
acuan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Nilai yang muncul dalam
pembuatan mandau adalah nilai ketekunan, nilai seni, kesabaran, dan ketelitian.
Nilai-nilai tersebut membuat mandau menjadi karya seni yang indah.

B. Fungsi Mandau Dalam Kehidupan Masyarakat Suku Dayak

Dalam kehidupan masyarakat suku Dayak, mandau memiliki peranan


penting yang berguna baik sebagai perlengkapan ritual-ritual tertentu, maupun
penunjang aktivitas sehari-hari. Berikut adalah fungsi mandau:

1. Mandau sebagai senjata dan benda pusaka


Fungsi mandau sebagai senjata sudah tidak diragukan lagi. Bentuk mandau-pun
mendukung dengan fungsi tersebut. Mandau dapat digunakan secara cepat dan
efektif karena bentuk mandau yang tipis dan ramping. Menurut para ahli mandau
dari masyarakat Dayak, ketika mandau digunakan oleh orang yang ahli maka
musuh orang tersebut sulit menghindar.
Biasa mandau juga diwariskan secara turun-temurun dari generasi terdahulu ke
generasi berikutnya. Mandau dianggap sebagai benda pusaka yang akan
melindungi para pemiliknya serta membawa keberuntungan bagi mereka.
Hingga saat ini masih banyak keluarga yang menyimpan mandau sebagai benda
pusaka.

65
2. Mandau sebagai perlengkapan kesenian
Selain sebagai senjata, mandau juga berfungsi sebagai peralatan kesenian.
Mandau sebagai peralatan tari akan mendukung keindahan gerakan tarian.
3. Mandau sebagai perlengkapan pakaian
Pada umumnya mandau dipakai oleh kaum laki-laki sebagai pelengkap pakaian.
Gambaran tersebut ada pada patung Dayak. Patung yang diukir dengan motif
mandau menggambarkan sosok laki-laki yang merupakan lambang alam atas.
Sedangkan patung yang ditera dengan motif perisai menggambarkan sosok
perempuan yang melambangkan alam bawah.
4. Mandau sebagai peralatan upacara
Mandau juga digunakan sebagai peralatan dalam upacara-upacara adat untuk
pemotongan pantan. Pemotongan pantan adalah pemotongan kayu yang
melintang. Kegiatan tersebut serupa dengan pemotongan pita yang sering
dilaksanakan dalam berbagai upacara peresmian sekarang ini. Pemotongan
pantan merupakan simbol pemotongan aral, halangan, maupun bala untuk tamu
yang datang ke upacara tersebut.
5. Mandau sebagai alat kerja
Mandau yang digunakan sebagai peralatan kerja umumnya tidak diberi hiasan
dengan hiasan yang berpola rumit. Tajaman mandau yang hanya pada salah satu
sisinya memudahkan mandau digunakan sebagai alat kerja. Bentuk mandau
tersebut jika diperhatikan dengan seksama hamper menyerupai bentuk belayung.

C. Makna Simbolis Ukiran Mandau Suku Dayak Kalimantan Barat

Dalam proses pembuatan mandau asli, Suku Dayak sangat memperhatikan


bentuk dan struktur mandau, serta keindahan ukirannya. Adapun struktur mandau
adalah sebagai berikut:

1. Bilah mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga
berbentuk pipih-panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh
yang bagian atasnya berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam,
sedangkan sisi lainnya dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis
bahan yang digunakan untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi

6
7
matikei, dan besi baja yang diambil dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram
kendaraan, dan sebagainya. Konon, mandau yang paling baik mutunya adalah
yang dibuat dari batu gunung yang dilebur khusus, serta hiasannya diberi
sentuhan emas, perak, atau tembaga.
Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam
sebuah tungku untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat
bara api adalah kayu ulin. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan
dijadikan bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa
dengan menggunakan palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga
mendapatkan bentuk bilah mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk,
tahap selanjutnya adalah membuat hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata
mandau serta lubang-lubang pada bilah mandau. Konon, pada zaman dahulu
banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili banyaknya korban yang
pernah kena tebas mandau tersebut.
Cara membuat hiasan sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu
memuaikan dan menempanya dengan palu berulang-ulang hingga mendapatkan
bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah bilah mandau dihaluskan dengan
menggunakan gerinda.
2. Gagang (Hulu Mandau)
Hulu mandau terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala
burung. Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti:
kepala naga, dan paruh burung. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan
berupa bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang
mandau ini dapat membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status
sosial pemiliknya.
3. Sarung Mandau
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis.
Bagian atas dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit
dengan anyaman rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya
ditempatkan bulu burung baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang
juga diselipkan jimat. Selain itu, mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau

7
8
kecil bersarung kulit yang diikat menempel pada sisi sarung dan tali pinggang
dari anyaman rotan.
Menurut Iwan (2012), hiasan mandau berupa bulu burung Enggang atau
rambut manusia pada hulunya yang terbuat dari tanduk atau kayu pada
punggungnya dari emas atau perak dengan motif-motif Dayak. Ukiran mandau
mempunyai makna tersendiri diantaranya yaitu:

a. Makna ukiran muka manusia


Bentuk muka manusia yaitu menggambarkan adanya kehidupan manusia
didalam dunia baik itu di dunia sekarang maupun di dunia akhirat. Bentuknya
kedua tangan dan kaki yang terbentang berbentuk manusia.
b. Makna ukiran bentuk binatang
Bentuk binatang menggambarkan adanya kehidupan makhluk-makhluk
di dunia baik kehidupan dari kehidupan binatang biasa maupun yang dianggap
punya pengaruh gaib atau keramat jenis binatang yang biasanya dijadikan
sebagai ukiran motif adalah naga, ular, dan burung Enggang atau sebutan Dayak
Ruai. Naga dan Nabo dianggap sebagai binatang keramat, sedangkan Enggang
dianggap paling sebagai raja dari burung bahkan menurut penuturan cerita ketua
adat Dayak ini burung enggang zaman dahulu adalah manusia. Dalam
kepercayaan asli pribumi Kalimantan Barat, burung Enggang dianggap burung
yang keramat. Oleh karena itu burung Enggang dijadikan dewa agung yang setia
menjaga dan melindungi keselamatan jiwa mereka.
c. Makna ukiran motif bentuk tumbuh-tumbuhan
Bentuk ukiran tumbuh-tumbuhan berarti menggambarkan adanya suatu
kehidupan di dunia ini yang berupa tumbuh-tumbuhan termaksud tumbuh-
tumbuhan yang dianggap mempunyai makna gaib tersendiri bentuk tumbuh-
tumbuhan yang dianggap gaib adalah rebung, pakis, jenis akar lainya.
Mandau yang digunakan oleh suku-suku Dayak Kalimantan Barat juga
memiliki ciri khas masing-masing, diantaranya yaitu:

1. Mandau Tangkitn Suku Dayak Kanayatn/Banyuke


Suku Dayak Kanayatn/Banyuke banyak tersebar di Kabupaten Landak
dan Bengkayang. Suku Dayak Kanayatn menggunakan mandau tangkitn yang
tidak ada sarungnya. Mereka menenteng mandau tangkitn dengan cara

89
dipanggung. Tangkitn ini tidak ada hulunya, hanya dililit dengan kain merah dan
putih yang dikenal sebagai tangkulas. Senjata ini merupakan senjata berbentuk
parang yang panjangnya.
Ciri mandau Tangkitn terdapat pada model lempengan parang berbentuk
bengkok dan tidak memiliki gagang (ulu) layaknya sebilah mandau yang biasa
terbuat dari kayu atau tulang. Pegangan tangkitn hanya dililitkan kain merah
pada gagang dan di pangkal bawah pegangan tersebut terdapat cepu terbuat dari
tembaga yang dipercaya masyarakat suku Dayak terdapat semacam jimat berupa
besi kuning. Ukuran tangkitn terdapat dua jenis yaitu tangkitn laki yang lebih
panjang dari tangkitn bini.
Selama keberadaannya, tangkitn tidak pernah di asah (ditajamkan) karena
adanya kepercayaan masyarakat suku Dayak kanayatn bahwa tangkitn akan
selalu tajam di setiap waktu. Namun kondisi tertentu tangkitn dimandikan atau
diberi sesajen.
2. Mandau Manap Dayak Ngaju
Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu suku Dayak yang mendiami
Kalimantan Barat tepatnya di perhuluan Sungai Rakaui (Sungai Malahui).
Mandau Manap dipercaya memiliki kesaktian yang mampu membongkar
kekuatan musuh terutama apabila musuh memiliki ilmu kebal. Pada bagian
gagang mandau ini terbuat dari tanduk rusa yang buntat dan juga memiliki
beberapa ukiran seperti lamantek (lintah).
Mandau Manap juga dilengkapi kapit duit logam yang bertujuan untuk
memperkuat jiwa sang pemakai. Pada bagian pengikat mandau juga terdapat
Buhul Kunci, yaitu rajahan berupa anyaman yang memiliki tujuan untuk
menundukan musuh. Di bagian sarung juga diselipkan pring petuk yang
bertujuan untuk menghindari setiap serangan musuh.

D. Upaya Melestarikan Nilai Dan Fungsi Mandau Agar Dapat Tetap Sejalan
Dengan Kehidupan Masa Kini

Suku Dayak sebagai masyarakat hukum adat memiliki kekayaan tradisi dan
adat istiadat yang sangat beragam, salah satunya yaitu senjata mandau. Peninggalan

10
9
mandau baik secara tradisi, nilai, fungsi maupun sejarahnya harus tetap dilestarikan
agar dapat dikenal ke generasi berikutnya dan tetap terjaga keasliannya. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya pelestarian mandau melalui berbagai cara,
diantaranya:
a. Adanya sinergi antara pemerintah dengan pemangku adat dan masyarakat suku
Dayak untuk berkomitmen melestarikan tradisi-tradisi ritual adat suku Dayak
yang melibatkan peranan mandau, baik dalam bentuk pelaksanaan sakral ritual
tersebut maupun festival yang mengundang khalayak ramai dengan
memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku, sehingga tradisinya dapat
dikenal dan tetap terjaga.
b. Perlu dibangun kawasan budaya berupa cagar budaya suku Dayak yang berisi
khazanah lokal suku Dayak baik benda hasil kebudayaan maupun tradisi-
tradisinya, yang mana di dalam cagar budaya tersebut juga menampilkan tempat
pengolahan mandau. Di tempat itu pengunjung dapat melihat langsung cara
pembuatan mandau serta dapat belajar membuatnya.
c. Penggunaan mandau untuk cinderamata bukanlah hal yang dapat merusak citra
mandau sebagai senjata pusaka. Pembuatannya sebagai cinderamata memiliki
dampak positif sebagai sarana promosi kebudayaan. Oleh karena itu cinderamata
mandau dapat terus digalakkan, baik mandau dengan besi biasa hingga mandau
dengan besi yang baik. Hal ini karena tradisi bukan hal yang beku, tradisi dapat
berkembang sesuai dengan kebutuhan zaman.

10
11
III. PENUTUP
A. Kesimpulan
Mandau merupakan senjata pusaka suku Dayak yang sangat diagungkan, karena
mengandung unsur magis yang hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti:
perang, pengayauan (tradisi pemenggalan kepala lawan), perlengkapan tarian adat, dan
perlengkapan upacara, seperti: Mandau Tangkitn suku Dayak Kanayatn dan Mandau
Manap suku Dayak Ngaju.
Dalam pembuatan mandau terkandung nilai-nilai yang dijadikan acuan dalam
kehidupan masyarakat Suku Dayak yaitu nilai magis, nilai sosial, nilai seni, dan nilai
budaya. Adapun fungsi mandau dalam kehidupan masyarakat suku Dayak yaitu sebagai
senjata dan benda pusaka, sebagai perlengkapan kesenian, sebagai perlengkapan
pakaian, sebagai peralatan upacara, dan alat kerja.
Bentuk dan ukiran pada mandau membedakan tempat asal mandau dibuat, suku,
serta status sosial pemiliknya. Setiap bentuk dan ukirannya memiliki makna,
diantaranya yaitu: ukiran muka manusia pada gagang menggambarkan adanya
kehidupan manusia didalam dunia baik itu di dunia maupun di akhirat. Bentuk binatang
seperti naga dan burung Enggang menggambarkan adanya kehidupan makhluk di dunia.
Pada ujung gagang biasanya diberi hiasan berupa bulu binatang atau rambut manusia
yang berhasil dikayau, dimana semakin banyak kepala manusia yang dikayau, maka
mandau yang digunakan juga semakin sakti.
Saat ini didapati mandau telah berubah fungsi. Mandau banyak ditemui sebagai
pajangan yang terbuat dari besi biasa, banyak pula yang menggunakan mandau untuk
memotong rumput. Adanya pergeseran fungsi dan makna ini menjadikan mandau tidak
banyak dikenal oleh generasi muda baik nilai, fungsi maupun sejarahnya. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya pelestarian mandau agar tetap terjaga tradisi, nilai, fungsi
maupun sejarahnya melalui berbagai cara yaitu: pertama, diadakannya sinergi antara
pemerintah dengan masyarakat suku Dayak untuk mengadakan tradisi ritual adat suku
Dayak yang melibatkan peranan mandau, baik dalam bentuk pelaksanaan sakral
maupun festival. Kedua, dibangunnya kawasan budaya berupa cagar budaya suku
Dayak yang juga menampilkan tempat pengolahan mandau. Ketiga, menggunakan
mandau untuk dijadikan cinderamata sebagai sarana promosi kebudayaan.

11
12

Anda mungkin juga menyukai