Identitas Novel
Judul : GIA, The Diary of a Little Angel
Penulis : Irma Irawati
Penerbit : Bhuana Sastra
Jumlah Halaman : 140
Penyunting : Deesis Edith M
Penyelaras Akhir : Ani Nuraeni Syahara
Ilustrasi Sampul : Alivia Putri Rahmawati
Penata Letak : Astrid Arastazia
Desain Sampul : Yanyan Wijaya
Sinopsis :
Nazila Apregia Reigane atau kerap dipanggil Gia atau De Gia, seorang gadis
kecil berusia 9 th dari Ciamis, divonis mengidap Acute Myeloid Leukemia. Ia harus
berobat bolak-balik Ciamis-Bandung, menjalani kemoterapi, dan berbagai tes lain.
Dokter ahli yang menanganinya di Bandung berkata bahwa Gia menjadi pasien
ketiganya untuk penyakit leukemia langka tersebut.
Lama sebelum vonis dokter tersebut, sebenarnya Gia menyadari ada yang
aneh dari tubuhnya. Ia mudah lelah. Setelah pelajaran olahraga, ia menjadi demam.
Namun, Gia menyimpan rapat-rapat keluhannya tersebut karena tak ingin membuat
resah Apah dan Mamah, kedua orangtuanya. Ia hanya menuliskannya pada diari
kesayangan.
Menyadari di tubuhnya ada penyakit leukemia seperti ini pun tak
menyurutkan keceriaan Gia. Ia selalu nampak kuat dan tegar. Ia sangat jarang
berkeluh kesah atau menangis di hadapan orangtuanya. Bahkan ia segera
menghapus air mata ketika jarum infus dipasang, supaya Apah dan Mamah tak
khawatir.
Berbagai ujian Gia alami selama ikhtiar proses penyembuhannya. Termasuk
ketika tubuhnya drop saat musim libur lebaran. Ciamis-Bandung harus ia tempuh
selama 13 jam karena arus balik lebaran. Gia mengeluh? Tidak. Bahkan ia
menikmati rasanya naik ambulans. Ia juga menerima ketika rambutnya yang lebat
dan ikal harus digundul. Masya Allah.
Satu kali Gia benar-benar menyuarakan sakitnya ketika ia sakaratul maut.
Hingga malaikat kecil ini kembali ke Allah setelah perjuangannya selama 10 bulan
melawan leukemia.
Alasan saya memilih novel ini adalah karena novel ini mengangkat kisah
nyata perjuangan seorang anak berusia 9 Tahun bernama Nazila Apregia Reigane
melawan penyakit leukemia selama 10 bulan. Hal ini mengingatkan saya pada
perjuangan kakak ipar saya, Almarhumah Syarifah Aini melawan penyakit yang
sama, Leukimia. Cerita GIA seperti membawa saya kembali ke beberapa tahun
silam, dimana tak hanya Almarhumah kak Aini saja yang berjuang dalam melawan
penyakitnya, tapi keluarga besar serta organisasi tempat dia bernaung juga turut
berjuang demi kesembuhannya. Namun takdir berkata lain, setelah berjuang selama
6 tahun dengan menjalani segala proses yang panjang, Allah SWT memanggil
Almarhumah kembali kesisiNya.
III. ANALISIS
Komunikasi Antarpribadi
Menurut Joseph A.Devito dalam bukunya The Interpersonal Communication
Book (Devito, 1989:4), komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-
orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (the process of
sending and receiving messages between two persons, or among a small group of
persons, with some effect and some immediate feedback).
Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis
menurut sifatnya (Effendy, 2003) yaitu :
1. Komunikasi diadik (dyadic communication)
Komunikasi diadik adalah komunikasi antar pribadi yang berlangsung
antara dua orang yakni seorang adalah komunikator yang menyampaikan
pesan dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Oleh karena perilaku
komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung secara
intensif. Komunikator memusatkan perhatiannya hanya kepada diri
komunikan.
2. Komunikasi triadik (triadic communication)
Komunikasi triadik ini adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya
terdiri dari tiga orang, yakni seorang komunikator dan dua orang komunikan.
Jika misalnya A yang menjadi komunikator , maka ia pertama-tama
menyampaikan kepada komunikan B, kemudian kalau dijawab atau ditanggapi
, beralih kepada komunikan C, juga secara berdialogis. Apabila dibandingkan
dengan komunikasi diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena
komunikator memusatkan perhatiannya kepada seorang komunikan, sehingga
ia dapat menguasai frame of reference komunikan sepenuhnya, juga umpan
balik yang berlangsung kedua faktor yang sangat berpengaruh terhadap efektif
tidaknya proses komunikasi.
Dan pada Novel GIA, The Diary of a little angel, jenis komunikasi yang
mendominasi percakapan adalah jenis komunikasi Diadik (Diadic
Communication). Seperti percakapan antara Gia dengan Teh Adah, Gia dengan
Mamah, atau Gia dengan Teh Nada. Salah satu contoh komunikasi diadik terdapat
pada halaman 103, percakapan antara Gia dengan Teh Nada berikut :
Persepsi
Menurut Jalaludin Rakhmat Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli
inderawi, atau menafsirkan informasi inderawi. Persepi interpersonal adalah
memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari
seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Sedangkan
menurut Nurbani (2019) persepsi merupakan pengalaman kita mengenai suatu
objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolah dengan menyimpulkan
informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada
rangsangan pancaindra (sensory stimuli), yakni penglihatan, penciuman, peraba dan
pendengaran.
Dan pada halaman 31 novel ini, penulis mencoba menggambarkan persepsi
yang ada dipikiran Gia tentang dirinya.
Penulis juga menuliskan persepsi Gia sebagai seorang anak yang berusia 9
tahun tentang penyakit yang dideritanya, persepsi ini terbentuk dari ucapan-ucapan
motivasi Mamahnya.
2. Bertanggungjawab.
Konsep diri bertanggungjawab dituliskan penulis pada paragraf terakhir
halaman 26.
Nonverbal
Novel ini banyak menggunakan komunikasi non-verbal dalam komunikasi
antarpribadi pemerannya. Cerita yang cukup menguras emosi ini sarat dengan
bahasa tubuh dalam menggambarkan perasaan hati para tokohnya. Bagian-bagian
yang mengandung komunikasi non-verbal saya tandai dengan highlighter berwarna
kuning.
Gerakan Tubuh
Paul Ekman dan Wallace V. Friesen (1969) dalam Devito (2018)
membedakan lima kelas (kelompok) gerakan nonverbal berdasarkan asal usul,
fungsi, dan kode perilaku ini.
1. Emblim (emblems)
Emblim adalah perilaku nonverbal yang secara langsung
menerjemahkan kata atau ungkapan. Emblim meliputi, misalnya, isyarat
untuk “oke”, “jangan ribut”, “kemarilah”, dan “saya ingin menumpang”.
Emblim adalah pengganti nonverbal untuk kata-kta atau ungkapan
tertentu.
2. Illustrator
Illustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara
harfiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Seperti kata “ayo, bangun” yang
diilustrasikan dengan gerakan kepala dan tangan kea rah menaik.
3. Affect Display
Affect display adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung
makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut,
rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan.
4. Regulator
Regulator adalah perilaku nonverbal yang “mengatur”, memantau,
memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain.
5. Adaptor
Adaptor adalah perilaku nonverbal yang bila dilakukan secara
pribadi -- atau di muka umum tetapi tidak terlihat – berfungsi memenuhi
kebutuhan tertentu dan dilakukan sampai selesai.
Pada novel GIA ada beberapa emblim yang ditunjukkan oleh para tokohnya,
antara lain :
Pada Halaman 22 paragraf pertama.
Gia baru pulang sekolah dan hendak mengganti pakaian
seragamnya, langsung menengok ke arah suara. Ia hanya
menjawab pertanyaan Teh Adah dengan gelengan kepala, lalu
nyengir pasrah.
“iyaaa, Teh Adah. Itu artinya uang jajan De Gia akan kena
pangkas lagi, kan ?”
Mata bulat Gia mendelik jenaka.
“Ini loh. Teteh mau tunjukin ke De Gia. Apah bikin video saat De
Gia lagi di Pantai pangandaran, waktu itu De Gia masih kecil.”
Bola mata Gia membulat.
Teh Ajeng mulai menyalakan laptop dan mencari folder di
dalamnya. Setelah itu muncullah gambar.
Gia mengamati video yang ditunjukkan Teh Ajeng. Itu dia. Masih
kecil. Lari-lari di pasir, terus tangan Apah terbuka dan
memeluknya.
Komunikasi Sentuhan
Komunikasi sentuhan yang juga dinamai haptic (haptics), barangkali
merupakan bentuk komunikasi yang paling primitive (Montague, 1971, dalam
Devito, 2018). Dari segi perkembangan, sentuhan (touch) barangkali
merupakan rasa (sense) pertama yang kita gunakan. Bahkan sejak dalam
kandungan, bayi sudah dirangsang oleh sentuhan. Segera setelah lahir, bayi
dipeluk, dibelai, ditepuk, dan dielus. Kemudian bayi mulai mengenal dunia
melalui sentuhan (rabaan). Dalam waktu singkat, si bayi belajar
mengkomunikasikan beragam makna melalui sentuhan.
Pada novel Gia ini, penulis menggambarkan beberapa komunikasi
sentuhan yang bermakna afeksi positif. Atau sentuhan yang
mengkomunikasikan emosi positif. Diantaranya :
1. Pada halaman 23.
“kenapa malas, De Gia?” Teh Adah masih tak percaya.
Tangannya membelai rambut panjang Gia yang ikal
bergelombang.