Anda di halaman 1dari 15

Resensi Novel Surat Kecil Untuk Tuhan

Novel Surat Kecil untuk Tuhan


Informasi Buku
Judul : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit : Inandra Publisher
Penulis : Agnes Davonar
Kategori : True Story
Cetakan : ke-8
Tebal : x + 232 Halaman

Kisah Nyata Gadis Berusia 13 Tahun Bertahan Hidup Dari Kanker Ganas
Paling Mematikan Di Dunia
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.
Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
Terjadi pada orang lain

Cuplikan di atas adalah sepenggal bait dari tulisan Keke, seorang penderita kanker
ganas yang menyerang bagian wajah, Rabdomiosarkoma atau kanker jaringan lunak
pertama di Indonesia. Keke atau Gita Sesa Wanda Cantika adalah seorang gadis
remaja berusia 13 tahun ketika divonis memiliki penyakit kanker mematikan tersebut
yang dapat membunuhnya dalam waktu 5 hari. Kanker jaringan lunak itu
menggerogoti bagian wajahnya sehingga terlihat buruk menjadi seperti monster.
Walau dalam keadaan sulit, Keke terus berjuang untuk tetap hidup dan tetap
bersekolah layaknya gadis normal lainnya.

Mendengar vonis tersebut, sang Ayah, Joddy Tri Aprianto tidak menyerah. Ia terus
berjuang agar sang putri kesayangannya itu dapat terlepas dari vonis kematiannya.
Perjuangan sang ayah dalam menyelamatkan putrinya tersebut begitu
mengharukan.

Perjuangan panjang Keke dalam melawan kanker ternyata membuahkan hasil.


Kebesaran Tuhan membuatnya dapat bersama dengan keluarga serta sahabat yang
ia cintai lebih lama. Keberhasilan Dokter Indonesia dalam menyembuhkan kasus
kanker yang baru pertama kali terjadi di Indonesia ini menjadi prestasi yang
membanggakan sekaligus membuat semua dokter di dunia bertanya-tanya.

Namun kanker itu kembali setelah sebuah pesta kebahagiaan sesaat. Keke sadar jika
nafasnya di dunia ini semakin sempit. Ia tidak marah pada Tuhan, ia justru
bersyukur mendapatkan sebuah kesempatan untuk bernafas lebih lama dari vonis 5
hari bertahan hingga 3 tahun lamanya, walau pada akhirnya ia harus menyerah.
Dokter pun akhirnya menyerah terhadap kankernya. Di nafasnya terakhir itulah ia
menuliskan sebuah surat kecil untuk Tuhan. Surat yang penuh dengan kebesaran
hati remaja Indonesia yang berharap tidak ada lagi air mata di dunia ini terjadi
padanya, terjadi pada siapapun.

Hingga pada tanggal 25 Desember 2006, Keke menghembuskan nafas terakhirnya


pada pukul 11 malam. Tepat setelah ia menjalankan ibadah puasa dan idul fitri
terakhir bersama keluarga dan sahabat-sahabatnya. Namun kisahnya menjadi abadi.
Ribuan air mata berjatuhan ketika biografi pertamanya ini dikeluarkan secara online.
Pesan Keke terhadap dunia berhasil menyadarkan bahwa segala cobaan yang
diberikan Tuhan adalah sebuah keharusan yang harus dijalankan dengan rasa
syukur dan beriman.

Kisah perjuangan Keke ini pun sempat diulas dalam acara Kick Andy di Metro TV.
Sebelumnya buku ini diterbitkan secara online oleh penulis, Agnes Davonar dan
dibaca lebih dari 350.000 pengunjung. Namun, karena banyaknya pembaca yang
terinspirasi oleh kisah ini, akhirnya buku ini dicetak secara luas dan terjual lebih dari
30.000 exemplar dalam waktu dua bulan dan telah diterbitkan pula di Taiwan
dengan mencetak sukses yang sama.

Kisah Keke yang telah memasuki cetakan ketujuh ini pun akhirnya menginspirasi
Skylar Pictures untuk mewujudkan pesan dan perjuanganya tersebut kepada dunia
lewat layar lebar. Kita tunggu saja kemunculannya di bulan Februari 2011. Salam
inspirasi.

Komentar :
Resensi novelnya kurang bagus karena tidak berisi tentang perbandingan novel
dengan karya pengarang sebelumnya jadi kita tidak bisa mengetahui persamaan dan
perbedaan novel pengarang sebelumnya. Resensi novel ini juga tidak ada unsur
kepengarangannya yang lebih terperinci seperti identitas pengarang dan
ketenarannya. Ringkasan ceritanya sudah bagus tetapi terlalu ditonjolkan dan tidak
berisi nilai buku. Akan lebih baiknya lagi kalau ditambahkan unsur-unsur dalam
meresensi novel seperti nilai buku yang berisi kelebihan kelemahan buku tetapi dari
isinya buku ini juga baik karena mempunyai banyak pesan atau amanat di dalamnya.
Bahasa yang digunakan dalam meresensi sudah bagus dan tidak ada salah ejaan.
Identitas novel ini juga sudah lengkap.
Resensi Novel Supernova
Judul Buku : SUPERNOVA
Penulis : Dee atau Dewi Lestari
Penerbit : Truedee Books
Tahun terbit : 2006
ISBN : 979-96257-0-X
Tebal : 286 Halaman
Dimensi : 16x21 cm

Diskripsi: Novel SUPERNOVA diperuntukan bagi Anda yang ingin Hidup. Apa yang
hendak disampaikan di Supernova bukan sesuatu yang mudah dipahami. Kita
berusaha merangkum sejarah miliaran tahun. Kita berusaha mendeteksi gerak-gerik
sesuatu yang kecepatanya melebihi cahaya. Kita berusaha memuat apa yang hanya
bisa dijangkau abstraksi bernama “iman” kedalam sel-sel otak kita yang usang.Tapi,
jangan terlalu cepat berkecil hati. Dalam kompleksitas struktur dan mekanismenya,
ada satu pola sederhana yang bisa kita tangkap. Mungkin malah terlalu sederhana,
sehingga pikiran Anda yang sudah terbiasa hidup dalam kepelikan, tidak sanggup
menerima. Namun itulah yang berusaha kita pelajari: bagaimana satu
kesederhanaan dapat memecahkan semua kompleksitas.
Saya bukan Guru, Anda bukan Murid.
Saya hanya pembeber fakta.
Perunut jaring laba-laba.
Pengamat simpul-simpul dari untaian benang pearak yang tak terputus.
Hanya ada satu paradigma di sini: KEUTUHAN.
Bergerak untuk SATU tujuan: menciptakan hidup yang lebih baik.
Bagi kita. Bagi Dunia. Karya ini menjadi salah satu 5 besar Katulistiwa Literary
Award. Tak hanya menuai kritik, pujian, dan perdebatan namun juga membawa
angin segar yang menggeliatkan kembali industri Sasta di Indonesia. Telah menjadi
best seller nasional dan episode pertamanya telah terjual 100 ribu buku. Karya Dewi
Lestari dari Bandung ini menjadi inspirasi bagi Anda-anda penggelut dunia sastra
terutama penciptaan karya cipta Novel. Salah satu kesegaran baru yang muncul
sebagai penelusuran lewat sains, spiritualitas, dan percintaan yang cerdas, unik dan
mengguncang. Di dunia dengan jarak yang kian menyusut dan pikiran yang dituntut
untuk kian mengglobal, Supernova bisa memberikan beberapa alternatif persepsi
untuk memandang eksistensi manusia dan relasinya dengan seluruh aspek
kehidupan.

Komentar :

Resensi novel ini sudah bagus ada bagian ulasan tentang prestasi pengarang.
Kelebihan novel ini yaitu telah mendapatkan sejumlah penghargaan sehingga tidak
diragukan lagi isinya. Amanat atau pesan moral novel ini mendidik dan dapat
memotivasi kita. Hal yang kurang dari resensi ini adalah tidak adanya bagian
kelemahan novel. Selain itu tidak ada perbandingan dengan karya sebelumnya
sehingga tidak dapat mengetahui persamaan dan perbedaan dengan karya
sebelumnya. Bahasa yang digunakan bagus mempunyai gaya bahasa yang khas dan
tidak membosankan pembacanya.
Resensi Novel-Seandainya Aku Boleh Memilih
Dalam setiap buku, novel dan lainnya terdapat resensi yang berisi tentang
keunggulan dan kelemahan suatu buku. Adapun resensi novel “Seandainya Aku
Boleh Memilih” yaitu :

 Judul : Seandainya Aku Boleh Memilih


 Pengarang : Mira W
 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
 Tahun Terbit : 1999
 Tempat Terbit : Jakarta
 Tebal : 224 Halaman
 Panjang Buku : 18 cm
 Ilustrasi Buku : Merah tua, putih dan hijau; Warna dasar violet dan terdapat
bunga warna putih; dan hijau tua dengan tulisan warna emas.

Awal karir Mira W sebagai penulis dimulai pada tahun 1975. selain menulis Mira W
juga sebagai dokter dan staf pengajar di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Buku-
buku karya Mira W diantaranya Sepolos Cinta Dini (Gramedia 1978), Cinta Tak
Pernah Berhutang (1978) dan Permainan Bulan Desember (1979, Gramedia 1999)

Novel ini diawali dengan pertemuan antara Bandi, Haris dan Riri. Pertemuan itu
menghasilkan cinta segitiga dimana Riri telah menikah dengan Bandi yang
keadaannya sangat lemah, tapi Riri juga berhubungan dengan Haris, dimana Haris
adalah kakak Bandi. Dari hasil hubungan Riri dengan Haris, Riri mempunyai anak
yang harus ditinggalkan sejak dia masih bayi.

Berawal dari hal tersebut, mulailah konflik antara Riri, Haris, Bandi dan Ibunya yaitu
tentang kebenaran siapa ibu Doni. Dan akhirnya Bandi pun mengetahui kalau Riri
telah berkhianat dengan kakaknya sendiri. Masalah pun belum selesai dimana Tanti
tidak mau menyerahkan Doni kepada ibunya dan dia nekat bunuh diri.

Kemampuan pengarang memaparkan plot/ alut dengan sangat baik merupakan


salah satu kekuatan novel ini. Alur yang dibawakan dalam novel ini adalah alur
maju, jadi para pembaca tidak bingung untuk membayangkan cerita dalam novel ini.

Penokohan antara protagonis dan antagonis sangat jelas sehingga pembaca tidak
perlu berpikir mengenai siapa yang jahat dan yang baik. Tokoh Riri merupakan
tokoh sentral yang mempunyai watak baik, berpikir kritis, cerdas, rela berkorban.
Kesempurnaan watak Riri terlihat dalam novel ini, tetapi dalam kesempurnaan
tersebut pengarang tetap menyisipkan sifat seorang manusia biasa kepada sang
tokoh antagonis dibawakan oleh ibu Bandi. Ibu Bandi yang berwatak tidak mau
mengalah / jahat dimana ibu Bandu tega memisahkan cucunya dari ibu kandungnya
sendiri.

Sudut pandang maha tahu yang digunakan dalam novel ini juga mendukung
keseluruhan cerita. Sang pengarang yang bertindak sebagai seseorang yang
mengamati Riri membuat kejadian dalam novel ini ikut tertuang dalam penggunaan
sudut pandang ini. Hal inilah yang mendukung alur dan latar. Watak riri juga
menjadi sangat jelas bahkan sifat manusia yang dimilikinya tanpa diketahui tokoh
lain dalam novel ini akan dapat diketahui oleh pembaca akibat sudut pandang yang
digunakan sang pengarang

Novel ini sarat dengan amanat, bahkan dapat disebut sebagai sastra petuah. Adapun
amanat yang terdapat di dalam novel ini diantaranya kita harus berbakti kepadas
orang tua, kita harus bisa mengendalikan diri kita diantaranya kita atau hawa nafsu,
kita pun harus mengalah kepada orang yang lemah dan kita harus berbakti pada
suami jika kita sudah menikah. Amanat-amanat lain yang terselip pada berbagai
bagian cerita dapat dibaca pada novel ini. Amanat-amanat tersebut terungkap jelas
ketika Haris mengikuti semua yang diperintahkan ibunya dan ketika Haris dan Riri
harus berkorban demi anaknya.

Pembawaan dua konflik yang sangat jelas berbeda menjadi salah satu kelemahan
buku ini. Konflik pertama dibawakan dalam kebohongan yang sudah lama oleh
pengarang, kemudian dilanjutkan dengan konflik kedua yang berlawanan dengan
konflik yang pertama. Yakni konflik kedua ini tidak ada kebohongan dan pembalasan
dari kebohongan itu. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi keunggulan novel
ini dalam segi konflik yang dimunculkan. Kedua konflik tersebut tetap menarik untuk
diikuti dan diketahui lanjutannya.

Jika Anda membaca novel ini, mungkin Anda tidak bisa berhenti di tengahnya. Novel
ini mampu membuat pembacanya terus tertarik hingga akhir cerita. Latar dan alur
cerita bagitu jelas mampu membuat Anda merasa ikut dalam ceritanya. Konflik yang
menarik dan cerita ini penuh dengan amanat, juga dapat membuat pembaca lebih
tertarik. Karena itu cobalah membaca novel ini dan nikmatilah cerita yang
dibawakannya.

Komentar :
Novel ini sudah bagus karena dibagian awalnya sudah disisipkan sedikit tentang
pengarang dan karya-karya pengarang sebelumnya. Resensi novel ini juga berisi
tentang keunggulan novel seperti kemampuan pengarang memaparkan alur, alur
yang digunakan adalah alur maju sehigga pembaca tidak perlu bingung
membayangkan ceritanya. Selain itu penokohannya juga sangat jelas antara tokoh
yang berwatak baik ataupun buruk. Sudut pandang serba tahu yang digunakan
novel ini juga mendunkung keseluruhan cerita. Novel ini juga mempunyai banyak
amanat atau pesan moral yang mendidik bagi pembacanya. Resensi novel ini kurang
baik karena tidak berisi tentang kelemahan novel, hanya menonjolkan kelebihan
pembaca sehingga cenderung tidak seperti resensi tetapi ajakan untuk membaca
atau hanya iklan.
Resensi Novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat

IDENTITAS BUKU

Judul : Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat

Pengarang : Mira W.

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbitan : 1982

Ukuran Buku : 18 cm x 11 cm

Tebal Buku : 244 halaman

Desain Sampul : Stephanus Herwinoto

Diresensi oleh Shelvi Novianita

SINOPSIS

“Jangan Bersedih!”

Cinta adalah anugerah Tuhan. Ketika cinta datang, tidak akan ada seorang pun yang
mampu menolak kehadirannya. Namun cinta juga merupakan titipan Tuhan. Ketika
cinta itu harus pergi, tiada satu orang pun yang kuasa mencegahnya. Pahit dan
menyakitkan memang! Ada pepatah yang mengatakan, “ Jika kamu telah siap untuk
jatuh cinta, maka bersiaplah pula untuk jatuh karena cinta”. ‘Jatuh karena cinta’
berlaku relatif pada setiap orang. Jatuh karena cinta dapat berarti suatu keadaaan di
mana seseorang terpuruk, menderita karena cinta. Di sisi lain, jatuh karena cinta
dapat berarti pula suatu kondisi di mana seseorang dengan segala upayanya
berjuang demi meraih cinta dari seseorang yang dikasihinya, tidak perduli berapa
kali ia harus jatuh bangun karena perjuangan cintanya itu. Cinta memang pelik.
Cinta ibarat pisau bermata dua yang mampu mendatangkan suatu kebahagiaan
yang teramat, namun di bagian sisi yang lain, juga mampu menggoreskan luka yang
perih.

Jika cinta telah menjelma menjadi suatu masalah yang kompleks, lantas masihkan
kita berani untuk merasakan dan memiliki cinta? “Jangan takut jatuh cinta!”.
Pepatah cinta yang satu ini benar adanya, sebab cinta merupakan suatu kebutuhan.
Meskipun ada seseorang yang selalu berusaha untuk tidak jatuh cinta, tapi ketika ia
merasa sepi di tengah lika-liku kehidupannya, mampukah ia menolak kehadiran
cinta? Jawabannya, pasti tidak akan mampu! Ingin bukti?

Arini sungguh amat bersyukur memiliki seorang sahabat sebaik Ira. Jika bukan
karena kebaikan dan keperdulian Ira, tentunya ia tidak akan pernah mengenal
Helmi. Arini sangat terpesona dengan ketampanan dan wibawa Helmi. Ia bagaikan
penjelmaan pangeran dalam mimpi Arini selama ini.

Dua bulan lamanya Arini dan Helmi menjalani masa penjajakan. Hingga akhinya
mereka pun terikat dalan sebuah maghligai pernikahan. Selama dua pekan Arini dan
Helmi menghabiskan waktu mereka di Paris. Yach, Paris traveling merupakan kado
pernikahan dari Hadi, suami Ira. Keindahan Paris menjadi saksi kelembutan dan
kehangatan sikap Helmi pada Arini.

Kebahagian Arini mulai lenyap ketika dirinya dan Helmi kembali tiba di Indonesia.
Helmi lebih sering menghabiskan waktunya untuk lembur di kantor dibandingkan
menemani Arini di rumah. Hal ini tentu saja membuat Arini jemu. Tapi Arini tetap
berusaha bertahan. Ia teramat sangat menghormati dan mencintai suaminya. Suatu
hari, Arini mendatangi kantor Helmi untuk mengabarkan kalau dirinya tengah hamil.
Namun, orang yang dicintainya tiada ia jumpai di sana. Entah mengapa, “ rumah Ira
“ terlintas begitu saja dalam benaknya. Arini pun segera bergegas menuju rumah
sahabat terbaiknya itu. Akan tetapi, suatu kenyataan pahit yang Arini temui di sana.
Helmi dan Ira tengah berpelukan mesra di dalam sebuah kamar!

“Oh Tuhan, mimpikah aku ? Benarkah mereka berdua adalah orang yang sangat aku
sayangi dan cintai selama ini ? Lantas, apa yang telah mereka lakukan padaku ?
Mereka menusukku dari belakang!”

Hati Arini hancur berkeping-keping saat Ira mengakui bahwa dirinya sengaja
membujuk Helmi untuk menikah dengan Arini agar perselingkuhan mereka berdua
tidak dicurigai oleh Hadi. Arini pun memutuskan untuk pergi meninggalkan Helmi
dan Ira sejauh mungkin. Setelah anak yang dikandungnya lahir, Arini menyerahkan
anak itu pada Helmi. Dan mereka pun bercerai.

Kini, Arini memulai hidup barunya di Jerman. Kantor tempat ia bekerja mengirimnya
ke sana untuk mengambil marketing management di Stuttgart. Di Jerman, di kabin
penumpang kereta kelas satu, Arini bertemu dengan Nick, lelaki asal Indonesia yang
sepuluh tahun lebih muda dari dirinya. Nick adalah mahasiswa di salah satu
perguruan tinggi di London, yang tengah menghabiskan masa liburannya dengan
berkeliling Eropa. Semenjak kehadiran Nick, hidup Arini mulai berwarna kembali.
Nick tidak segan mengungkapkan rasa tertariknya pada Arini. Tapi Arini tidak pernah
menggubrisnya. Bagi Arini, Nick lebih cocok menjadi anaknya dibandingkan
menjabat sebagai seorang kekasih.

Setelah berhasil meraih gelar impiannya, Arini kembali ke tanah air. Jabatan sebagai
Marketing Manager telah menunggu. Di saat Arini menikmati masa bahagianya
sebagai Marketing Manager, bayang-bayang masa lalunya kembali menghantui. Yah,
kini ia harus menerima kalau bekas suaminya, Helmi, adalah bawahannya.
Sebenarnya mudah saja jika Arini ingin membalas sakit hatinya pada Helmi. Hanya
dengan satu tanda tangan, Helmi bisa Arini pecat dari kantor itu. Namun hati kecil
Arini tidak mengijinkan ia melakukannya.

Beberapa minggu berada dalam satu atap kantor bersama Helmi membuat Arini
akhirnya tahu bahwa bekas suaminya itu sering menyelewengkan uang perusahaan.
Sungguh suatu perbuatan memalukan yang tidak bisa dimaafkan. Arini kecewa
terhadap kinerja Helmi. Arini berniat akan melaporkan Helmi pada atasannya, agar
Helmi dan Ira, yang kini telah resmi menjadi suami istri itu, kena batunya.

Di saat pikiran Arini galau karena memikirkan masalah penggelapan uang yang
dilakukan Helmi, Nick hadir kembali. Nick sengaja menyusul Arini ke Indonesia. Arini
sangat bahagia. Banyak waktu yang ia habiskan bersama dengan Nick.

Suatu malam, Helmi meminta Arini untuk rela memberikan satu ginjalnya pada Ella ,
anak yang dulu ia berikan pada Helmi. Arini pun menjalani operasi pencangkokan
ginjal. Nick tidak bisa menemani Arini melalui masa operasinya karena harus kembali
ke London.

Setelah operasi pencangkokan ginjal dilakukan, Arini berharap Helmi akan


memberikan Ella padanya. Tapi, Ella lebih mengenal Ira sebagai ibunya. Bukan Arini.
Akhirnya Arini memutuskan untuk menyusul Nick ke London. Di sana Arini dan Nick
memulai hidup baru mereka sebagai suami-istri.

KELEBIHAN, KEKURANGAN, DAN KEBERMANFAATAN

Sungguh suatu kisah cinta yang pelik. Di saat cinta itu hadir bersama dengan
seseorang yang tidak pernah kita terpikirkan sebelumnya, di saat itulah kita ragu
untuk mengakui keberadaan cinta. Mengapa harus malu untuk mengaku cinta?
Bukankah cinta itu adalah anugerah? Mira W. (penulis yang telah banyak menulis
novel-novel populer seperti Cinta Tak melantunkan Sesal, Mahligai Di Atas Pasir, Di
Balik Jendela SMA, dan puluhan novel lainnya) dengan piawai mendeskripsikan
perasaan serta perang batin yang dirasakan Arini ketika jatuh hati pada Nick,
pemuda yang berumur sepuluh tahun lebih muda darinya. Kisah cinta Arini dan Nick,
bukanlah suatu kisah yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Mungkin
saja kisah cinta yang serupa dengan kisah ini benar-benar terjadi atau ada dalam
lingkungan sekitar kita. Inilah kelebihan yang dimiliki “Masih Ada Kerteta Yang Akan
Lewat”. Cerita yang disajikan fresh, menarik, dan tidak sekedar fiktif.

Lantas, bagaimana dengan kelemahan atau kekurangan novel? Penulis terkesan


tidak konsisten mendeskripsikan karakter tokoh Arini. Tokoh Arini digambarkan
sebagai tokoh yang baik, lembut, serta berpendirian kuat. Ia sangat memegang
teguh amanat dari sang ibu yang mewajibkannya untuk patuh dan hormat pada
suami. Namun di saat ia harus merasakan sakit karena pengkhianatan suami dan
sahabatnya, Arini terpuruk dan kalap. Bahkan ia sangat membenci janin yang tengah
dikandungnya. Setelah bayi itu lahir, Arini pun menyerahkannya pada Helmi.
Benarkah seorang ibu yang pada dasarnya bersifat baik dan lembut seperti Arini
tega membuang bayinya? Dan setelah bayi itu tumbuh menjadi seorang anak manis,
Arini berkeinginan untuk memilikinya kembali. Seegois itukah seorang Arini? Jika
penulis ingin menjadikan Ella, anak Arini sebagai senjata untuk mempertemukan
kembali Arini dengan Helmi dan Ira, sebaiknya penulis memilih jalan cerita lain agar
karakter Arini yang baik dan lembut tidak terkontaminasi oleh sikap Arini yang
gegabah dengan menyerahkan anaknya pada Helmi.

Banyak yang mengatakan bahwa novel lama atau novel yang beredar di tahun
delapan puluhan merupakan novel yang membosankan untuk dibaca. Siapa bilang?
Buktinya, novel ini mampu membuat konsumen betah untuk membaca karena
merasa penasaran akan akhir cerita. Disamping itu, novel ini memberikan beberapa
pelajaran yang bermanfaat untuk kita, anatara lain: pertama, memberikan pesan
pada kita bahwa perselingkuhan merupakan suatu kesalahan besar yang akhirnya
akan membawa pada sebuah penyesalan dan penderitaan diri sendiri dan orang lain,
dan persahabatan itu berharga mahal sehingga tidak pantas untuk dikotori dengan
sebuah pengkhianatan; kedua, memberikan inspirasi pada kita untuk menjadi orang
yang tegar dalam menghadapi permasalahan hidup, menjadi orang yang tidak
pernah berputus asa sebab disetiap kesulitan pasti ada kemudahan, serta menjadi
orang yang pemaaf meski kita pernah disakiti oleh orang yang sangat kita percayai
sekali pun.

Kini kita telah mengetahui bahwa pepatah “jangan takut jatuh cinta!” terbukti
kebenarannya. Tidak akan ada seorang pun yang mampu hidup tanpa cinta, sebab
kembali pada argumen pertama kita, yaitu cinta merupakan suatu kebutuhan. Tapi
jika cinta itu memang harus pergi karena sesuatu, ikhlaskanlah bersama dengan
segenap upaya yang telah kita lakukan untuk mempertahankannya. Jangan bersedih
karena kita telah kehilangan ‘sesuatu’ sebab dengan hilangnya ‘sesuatu’ itu, akan
datang sesuatu yang baru. Jika ada yang mati, pasti akan ada yang hidup di lain sisi.
Membaca utuh novel “Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat “ ini tidak akan merugi.
Mengingat banyaknya pelajaran yang bermanfaat yang dapat kita peroleh darinya.

Komentar :

Resensi novel ini sudah bagus karena berisi lengkap unsur-unsur mersensi novel.
Bagian ringkasan novel juga sudah baik karena diceritakan sendiri tanpa digabung
dengan nilai buku sehingga ceritanya bisa lebih terperinci dan jelas. Nilai buku juga
sudah dijelaskan dengan baik mulai dari kelebihan dan kekurangan novel.
Kelebihannya yaitu walaupun novel ini merupakan novel tahun delapan puluhan
tetapi ceritanya tidak membosankan. Bahkan pengarang mampu membuat
pembacanya penasaran terhadap akhir ceritanya. Selain itu novel ini mempunyai
bnayak pelajaran yang bermanfaat yang dapat diperoleh. Kelemahan novel ini yaitu
pengarang tidak konsisten dalam menciptakan karakter. Bahasa yang digunakan
dalam meresensi sudah baik ada pertanyaan sebelum pengarang menjawab isinya
tokoh sehingga membuat pembaca lebih penasaran untuk membacanya.
Resensi Novel SEPAKBOLA : FANATISME DAN CINTA
SEJATI

Judul novel : Sebelas Patriot

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang Pustaka

Cetakan : Juni 2011

Tebal : 101 halaman

Resensi:

Kembali kita disuguhi oleh kisah seorang anak berambut ikal dengan nama Ikal juga,
yang berasal dari sebuah pulau kecil di bagian selatan Pulau Sumatera, Belitong.
Pulau yang sekitar 5 tahun lalu mungkin belum pernah terdengar namanya, namun
saat ini menjadi salah satu tujuan wisata “terpanas” di Republik ini berkat tetralogi
“Laskar Pelangi” oleh penulis yang sama.

Kali ini Ikal mengungkap sisi lain dari kehidupannya, yakni kecintaannya terhadap
sepakbola. Di tetralogi Laskar Pelangi, kecintaannya terhadap sepakbola nyaris tidak
pernah disinggung. Dia – Si Ikal maksudnya – malah “mengaku” begitu mencintai
bulutangkis. Namun di novel yang tergolong tipis untuk ukuran Andrea Hirata ini,
diungkap tuntas kecintaan Ikal terhadap sepakbola, sebelum akhirnya rasa cinta
yang berbuah keinginan besar untuk menjadi pemain PSSI itu kandas dan hal inilah
yang membuatnya “ke lain hati” menjadi mencintai bulutangkis.

Ternyata kecintaannya terhadap sepakbola ini bukan tanpa sebab. Berawal dari
sebuah foto yang terlarang baginya untuk dilihat, apalagi ditanya, Ikal secara tidak
sengaja, atau lebih tepatnya sembunyi-sembunyi, menemukan sejarah bahwa
ayahnya yang amat sangat dicintai dan dikaguminya itu pernah menjadi salah
seorang pahlawan sepakbola di kampungnya ketika jaman penjajahan Belanda, yang
membuat ayahnya tersebut harus mengalami kehancuran tempurung lutut kiri akibat
siksaan Belanda yang tidak senang kesebelasan kumpeni dikalahkan kesebelasan
jajahan dengan gol semata wayang ayahnya ini.

Mengetahui begitu besar peran ayahnya pada masa itu, Ikal bertekad untuk
meneruskan jejak ayahnya sebagai pahlawan sepakbola, dan dengan semangat
yang membuncah-buncah, berkali-kali mencoba menjadi pemain sepakbola junior
PSSI, namun selalu gagal. Rasa sedih, kecewa, dan merasa bersalah pada ayahnya,
sangat memukul jiwa Ikal. Namun kata-kata motivasi dari ayahnya membuatnya
kembali bangkit, “Prestasi tertinggi seseorang, medali emasnya, adalah jiwa
besarnya.” Sungguh kalimat motivasi terhebat yang pernah keluar dari seorang ayah
yang sangat pendiam dan bahkan tak pandai baca tulis itu.

Menyadari ketidakmungkinannya menjadi pemain sepakbola, membuat Ikal


puas sekedar menjadi pendukung sepakbola terutama PSSI dengan menyebut
dirinya dan para pendukung PSSI sebagai Patriot PSSI. Atas kecintaan yang besar
terhadap sepakbola pada umumnya, dan terhadap ayahnya pada khususnya itu
pulalah yang membuat Ikal dengan penuh perjuangan mendapatkan baju seragam
sepakbola milik Luis Figo – langsung dari markas Real Madrid di Santiago Bernabeu
di Kota Madrid, Spanyol, dan lengkap dengan tanda tangan asli Figo – dengan
bekerja serabutan siang malam seperti yang biasa dilakoni seorang backpacker, agar
uangnya mencukupi harga kaos itu sejumlah dua ratus lima puluh euro. Dan dia
berhasil mendapatkannya, tentu saja. Bahkan setelah itu dia berhasil juga menonton
pertanding antara Real Madrid vs Valencia, langsung dari tribun di stadion Santiago
Bernabeu.

Novel ini memang mengupas kisah haru biru yang menyelimuti para penggila
bola di seluruh dunia. Bahwa setiap orang, penggemar fanatik sepakbola,
mempunyai kisah dan alasan tersendiri tentang mengapa mereka bisa begitu
menggilai sepakbola, yang bahkan di beberapa negara di Eropa dan Amerika Latin,
sepakbola telah menjadi “agama” bagi mereka. Di dalam sepakbola pula, Andrea
Hirata mengupas begitu banyak aspek kehidupan yang dapat dipelajari. Sepakbola
sebagai life style, sepakbola sebagai seni, sepakbola sebagai psikologi, sepakbola
sebagai sejarah, sepakbola sebagai bisnis, sepakbola sebagai politik, sepakbola
sebagai budaya, sepakbola sebagai keikhlasan, sepakbola sebagai cinta, dan
sepakbola sebagai agama.

Novel singkat yang dari segi sastra sangat sederhana, ringan, dan sangat
gampang dicerna orang awam ini, sangat bisa dijadikan pemompa semangat
pendukung sepakbola Indonesia ditengah carut-marut kemelut PSSI dan liga-liga di
Indonesia. Semoga dapat memberikan inspirasi.

Komentar :

Resensi novel ini kurang baik karena tidak berisi tentang kepengarangan
misalnya tentang identitas pengarang, ketenarannya, dan karya-karyanya yang
lain. Akan lebih baik lagi apabila ada perbandingan dengan novel karya
sebelumnya untuk mengetahui persamaan dan perbedaan novel. Resensi ovel
ini hanya menonjolkan isi ceritanya saja dan tidak ada bagian untuk
pemamparan nilai buku seperti kelebihan dan kelemahan novel tetapi novel ini
mempunyai nilai atau pesan moral yang baik dan mendidik. Dari segi sastra
novel ini sangat sederhana, ringan, dan sangat mudah dipahami oleh pembaca
hal inilah yang mendukung minat masyarakat dalam membaca novel karya
Andrea Hirata ini.

Anda mungkin juga menyukai