Anda di halaman 1dari 4

IDENTITAS NOVEL

Judul Buku : Kenang Langit

Pengarang : Kirana Kejora

Penerbit : Zettu

Tahun : 2014

Tempat : Cibubur – Jakarta Timur

Tebal Buku : 316 halaman

Harga Buku : Rp. 65.000,-

RIWAYAT PENGARANG
Kirana Kejora lahir pada tanggal 2 Februari 1972 di Ngawi, Jawa Timur. Ia adalah penulis
Indonesia yang terpilih sebagai salah satu Tokoh Inspiratif Sidoarjo 2013. Karya-karyanya
berupa artikel, cerpen, dan puisi dimuat di berbagai media cetak. Ia juga produktif menulis
novel dan script film, baik layar lebar maupun film televisi. Sebelum memutuskan sebagai
penulis penuh waktu, Kirana adalah peneliti Sosial Ekonomi Perikanan Unibraw (1991-
1993), Staff pengajar pada SMK Dipasena Citra Darmaja, Lampung (1996-2000), Staf Ahli
Sosial Ekonomi proyek Management Monitoring Cosultant JBIC-DPK di Sulawesi Tenggara
(2000-2001) Staff pengajar pada Universitas Hang Tuah Surabay (2003-2004), dan
wartawati tabloid Infotainment Fenomena (2003-2004).

Karya-karya Kirana Kejora sangat menyentuh hati para pembaca. Semua karya dari Kiana
Kejora dikemas dengan bahasa yang menarik dan mudah dipahami. Salah satunya adalah
novel Kenang Langit yang menceritakan tentang persahabat dengan seseorang yang cacat
mental. Berikut beberapa karya lain dari Kirana Kejora adalah :

1. Bintang Anak Tuhan


2. Air Mata Terakhir Bunda
3. Ayah Menyayangi Tanpa Akhir
4. Bidadari Salju
5. ELANG
6. Sahabat
7. Perempuan dan Daun
8. Pencarian Cinta Terakhir, dll.

SINOPSIS
Persahabatan sejati tak akan termakan waktu, tergilas zaman, atau pun lekang dengan
jauhnya jarak, terpisahnya ruang. Dia senantiasa terus tumbuh dan sanggup mengukir
gambar-gambar bagus di dinding hati pemiliknya, mereka yang punya jiwa tulus, memberi
tanpa mengharap sedikitpun kembali.

“Jangan pernah sebut dia IDIOT,” adalah sepenggal kalimat yang diungkapkan dalam novel
ini. Novel Kenang Langit karya Kirana Kejora terinspirasi dari kisah nyata tentang seorang
kakak dari sahabat penulis. Sekilas, novel ini seperti kebanyakan novel lainnya yang
mengangkat tema tentang persahabatan, namun yang membedakan adalah salah satu dari
tokoh yang menjalani persahabatan adalah seorang penyandang cacat mental.

Novel ini menceritakan kisah persahabatan empat sekawan anak-anak Anyer. Alur yang
digunakan adalah alur mundur (flashback). Tokoh utama pada novel ini yaitu Langit. Langit
sangat benci dengan kata-kata idiot apalagi jika kalimat itu disandangkan ke salah seorang
dari sahabatnya. Disamping itu ia bersahabat dengan Kenang seorang anak yang mengalami
retardasi mental dan selalu menyayangi Langit, membantu dan memberi segala sesuatu untuk
membantu Langit. Kemudian Rubi yang selalu percaya diri dan giat mencari uang kemudian
Ali yang siap sedia selalu membantu Langit dan dapat dipercaya. Mereka semua adalah
sahabat yang saling membantu, menyokong, berusaha, selalu bekerja untuk bisa meraih
rupiah demi rupiah. Disamping itu kesabaran mereka juga diuji oleh hadirnya Kenang yang
mengalami kelainan mental, hingga tiga sahabat lainnya berusaha agar Kenang dapat menjadi
manusia selayaknya yang bisa mengurus dirinya sendiri, berbagi dan dapat merasakan segala
hal.

Takdirpun berkata lain, biarpun dari keluarga yang miskin namun berkat usaha dan kerja
keras begitu pun atas bantuan ibu dan sahabat-sahabatnya, Langit dapat melanjutkan studi di
Kedokteran Yogyakarta. Ibu dan sahabatnya merasa terpukul atas kepergian Langit termasuk
Kenang yang sangat menyayangi Ali. Kepergian Langit tak lain hanya untuk bisa menjadi
dokter kemudian mengobati ibunya yang sakit dan Kenang sahabatnya yang mengalami
retardasi mental.

Kelebihan
Novel dengan tebal 316 halaman ini, sarat degan makna persahabatan yang menggugah,walau
pada akhirnya Kenang meninggal dunia tanpa sepengetahuan Langit sebelumnya hingga
menyebabkan Langit merasa bersalah yang sangat. Kemudian, isi cerita juga dibumbui oleh
kisah cinta khas anak remaja pada umumnya yang membuat novel ini terasa segar dan
menarik untuk dibaca.

Disamping itu tokoh-tokoh yang digambarkan sangat berkarakter, sama-sama memiliki


kebersamaan dan rasa sosial yang tinggi terhadap sahabatnya. Ceritanya juga menyentuh
pada bagian ending novel. Kemudian desain cover yang khas anak pantai pun terlihat klasik
dengan warna coklat keemasan dan uniknya ada jejak telapak kaki yang tak lain itu adalah
Kenang.

Novel ini juga banyak mengandung amanat yang bermanfaat bagi yang membacanya tentang
pentingnya persahabatan, keyakinan hati, keterbukaan, kejujuran, kebersamaan, kerja keras,
dan kesabaran. Gaya bahasa pun ringan, mudah dipahami dan dapat dibaca oleh semua
kalangan. Pada bagian cerita juga disisipkan kata-kata motivasi ringan dan informasi-
informasi tentang suatu tempat yang jarang dikunjungi lagi dan juga seputar orang-orang
hebat yang mengalami cacat fisik, sehingga menonjolkan keunggulan tersendiri bagi novel
yang ditulis oleh lulusan cumlaude Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya ini.

Kekurangan
Adapun kekurangan dari novel ini, terdapat beberapa percakapan yang menggunakan bahasa
daerah Jawa yang mungkin saja tidak dipahami oleh sebagian besar orang. Walau begitu,
novel ini sangat eksentrik karena mengangkat tema seorang penyandang cacat retardasi
mental yang mungkin sangat sering kita temui namun masih kurang dan minimnya perhatian
kita. Ditambah lagi kurangnya pengetahuan kita terhadap mereka yang mengalami retardasi
mental, padahal mereka sangat membutuhkan kita sebagai penolongnya.

RELATED POSTS

Resensi
Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi

BukuResensi

Resensi: Bercermin pada Kisah Inspiratif Kinoysan

BukuNon FiksiResensi

Resensi Novel Laskar Pelangi

BukuNon FiksiResensi

Resensi Novel Warna Kegelapan Karya James Purdy

BukuNon FiksiResensi

Resensi Novel The Two Ring Karya Vinna Kurniawati

Anda mungkin juga menyukai