0
I. ANALISA KATION GOLONGAN I
1
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-
kation golongan ini adalah: kalsium, strontium, dan barium.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagnesia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang
meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
1.1.2. Golongan Kation Pertama: Timbel (II), Merkurium (I), dan Perak (I).
Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M).
Reaksi golongan: endapan putih timbel klorida (PbCl2), merkurium (I) klorida
(Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel
klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama
kation golongan kedua. Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M). Reaksi golongan:
endapan putih timbel klorida (PbCl2), merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida
(AgCl).
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbel sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan
pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air
panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa
mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan
reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak
dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.
2
Reaksi-reaksi dari ion timbel (II):
Larutan timbel nitrat (0,25 M) atau timbel asetat (0,25 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer (atau klorida yang larut): endapan putih dalam larutan yang
diinginkan dan tak terlalu encer:
3
Endapan timbel sulfida terurai bila ditambahkan asam nitrat pekat, dan unsur belerang
yang berbutir halus dan berwarna putih akan mengendap:
3PbS↓ + 8HNO3 + → 3Pb2+ + 6NO3- + 3S↓ + 2NO↑ + 4H2O
Juka campuran dididihkan, belerang dioksidassikan oleh asam nitrat menjadi sulfat
(a), yang langsung membentuk endapan timbel sulfat putih (b) dengan ion timbel yang ada di
dalam larutan:
S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + 2NO↑ (a)
Pb2+ + SO42- → PbSO4↓ (b)
Dengan mendidihkan timbel sulfat dengan hidrogen peroksidsa (3%), endapan hitam
ini berubah menjadi putih, karena terbentuk timbel sulfat:
PbS↓ + 4H2O2 → PbSO4↓ + 4H2O
Kelarutan yang sangat kecil dari timbel sulfida daslam air (4,9 x 10 -11 g l-1),
menjelaskan mengapa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk
mendeteksi timbel, dan mengapa timbel dapat dideteksi dalam filtrat yang berasal dari
pemisahan timbel kloridas yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer itu.
Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):
Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I),
jika merkurium terdapat berlebihan
4
Kedua ion, merkurium(I) dan merkurium(II), bersifat sangat berbeda terhadap
reagensia-reagensia yang dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya masuk dalam dua
golongan analitik yang berlainan. Ion merkurium(I) masuk dalam golongan kation pertama,
maka reaksi-reaksinya akan dibahas di sini. Di lain pihak, ion-ion merkurium(II) berada
dalam golongan kation kedua; maka reaksi-reaksinya akan dibahas kelak, bersama-sama
dengan anggota-anggota lain dari golongan itu.
Reaksi ion merkurium (I) Larutan merkurium(I) bitrat (0,05M) dapat dipakai untuk
mempelajari raksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang dapat larut: endapan putih merkurium(I)
klorida (kalomel). Endapan tak larut dalam asam encer
2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam, yang merupakan
campuran dari merkurium(II) sulfida dan logam merkurium
5
Natrium sulfida (tak berwarna), melarutkan merkurium (II) sulfida (tetapi tak
mempengaruhi logam merkurium, dan suatu kompleks disulfomerkurat (II) terbentuk:
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam nitrat
encer. Ketika dididihkan, warna endapan berubah menjadi abu-abu, karena disporposionisasi,
pada mana merkurium (II) oksida dan logam merkurium terbentuk:
Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-
senyawa perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses
oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air; perak
asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak
lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka
terhadap cahaya; ciri-ciri khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi.
6
Dengan asam klorida pekat, tak terjadi pengendapan. Setelah cairan didekantasi dari
atas endapan, ia akan melarut dalam asam klorida pekat, pada mana kompleks dikloroargentat
terbentuk:
AgCl↓ + Cl- [AgCl2]-
Asam nitrat encer atau asam klorida menetralkan kelebihan amonia, maka endapan
muncul lagi, karena kesetimbangan bergeser kembali ke arah kiri.
2. Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh) dalam suasana netral atau asam: endapan
hitam perak sulfida
Asam nitrat pekat panas menguraikan perak sulfida, dan belerang tertinggal dalam
bentuk endapan putih:
Reaksi ini daspat lebih mudah dipahami bila ditulis dalam dua tahap:
Jika campuran dipanaskan dengan asam nitrat pekat untuk waktu yang lama sekali,
belerang akan dioksidasikan menjadi sulfat, dan endapan hilang:
Endapan tak larut dalam amonium sulfida, amonium polisulfida, amonia, kalium
sianida, atau natrium tiosulfat. Perak sulfida dapat diendapkan dari larutan-larutan yang
mengandung kompleks-kompleks diamina-, disianato-, atau ditiosulfatoargentat, dengan
hidrogen sulfida.
7
3. Larutan amonia: endapan coklat perak oksida
Larutan harus dibuang secepatnya, sebab bila didiamkan, endapan perak nitrida
Ag3N akan terbentuk, yang mudah meledak bahkan dalam keadaan basah sekalipun.
Bahan:
- HCl
- AgNO3
- NH4OH
- HCOOH
- KI
- KBr
- K2CrO4
- Logam Cu, Zn
- HgNO3
- HNO3
- H2SO4
8
Cara Kerja
Perak (Ag+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida ke dalam larutan perak nitrat, kemudian
tambahkanlah larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ampai berlebih.
2. Tambahkan asam semut ke dalam larutan perak nitrat dan panaskan campuran di
dalam waterbat (reaksi berjalan agak lambat).
3. Tambahkan larutan kalium iodida, kalium bromida, kalium klorida masing – masing
ke dalam larutan perak nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan perak nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
Raksa (Hg+)
Cara Kerja :
1. Tambahkanlah asam klorida ke dalam larutan raksa (I) nitrat kemudian tambahkanlah
larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes sampai berlebih.
2. Masukkanlah logam tembaga atau seng ke dalam larutan raksa (I) nitrat yang nitrat.
3. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
4. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
9
ANALISA KATION GOLONGAN I
Nama/Nim :
Hari/Tanggal :
Asisten :
Pb2+
Hg+
Ag+
Pembahasan
Kesimpulan
10
Penilaian/perbaikan dari asisten
11
II. ANALISA KATION GOLONGAN II
Kerangka Teori
Golongan kation ke II: Merkurium (II), Timbel (II), Bismut (III), Tembaga (II),
Kadmium (II), Arsenik (III) dan (V), Stibium (III) dan (V), dan Timah (I) dan (IV)
Reaksi golongan ini ditandai dengan endapan-endapan dengan berbagai warna:
merkurium (II) sulfida, HgS (hitam); timbel (II) sulfida, PbS (hitam); tembaga (II) sulfida,
CuS (hitam); kadmium sulfida, CdS (kuning); bismut (III) sulfida, Bi2S3 (coklat); arsenik (III)
sulfida, As2S3 (kuning), arsenik( V) sulfida (kuning); stibium (III) sulfida, Sb2S3 (jingga);
stibium (V) sulfida, Sb2S5 (jingga); timah (II) sulfida, SnS (coklat); dan timah (IV) sulfida,
SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan kedua menurut tradisi dibagi dua sub-golongan: sub-
golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
endapan sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfidsa dari sub golongan tembaga
tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-grup arsenik melarut dengan membentuk garam
tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbel (II), bismut (III),
tembaga(II), dan kadmium(II). Meskipun bagian terbesar ion timbel (II) diendapkan dengan
asam klorida encer bersama ion-ion lain dari Golongan I, pengendsapan ini agak kurang
sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbel (II) klorida yang relatif tinggi. Maka dalam
pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbel masih akan tetap ada, ketika kita bertugas
mengendapkan golongan kation kedua.
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut. Beberapa kation dari sub-
golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium (II)) cenderung membentuk
kompleks (amonia, ion sianida, dan seterusnya).
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium
(V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter: oksidanya membentuk
garam baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi, arsenik (III) oksida dapat dilarutkan
dalam asam klorida (6M), dan terbentuk kation arsenik(III):
12
Di samping ini, arsenik(III) oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2M), pada
mana terbentuk ion arsenit.
Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfida (tak
berwarna), kecuali timah (II) sulfida: untukmelarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium
polisulfida, yang bertindak sebagian sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiosianat:
Ion-ion arsenik (III), stibium (III), dan timah (II), dapat dioksidasikan menjadi ion
arsenik (V), stibium (V), dan timah (IV). Di pihak lain, ketiga ion yang terakhir ini dapat
direduksi oleh zat-zat pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari sistem
arsenik (V)-arsenik (III), dan stibium (V)-tibium (III), bergantung pada pH, maka oksidasi
atau reduksi ion yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk
reaksi tersebut.
13
Bismut, Bi (Ar: 208,98).
Bismut adalah logam yang putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya
271,5oC. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya (0,2 V),
tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat (a), air rraja (b), atau asam
sulfat pekat, panas (c)
Bismut membentuk ion tervalen dan pentavalen. Ion bismut tervalen, Bi3+, adalah
yang paling umum. Hidroksidanya, Bi(OH) 3, merupakan basa lemah; maka garam-garamm
bismut mudah terhidrolisis, pada mana proses berikut terjadi:
Ion bismutil, BiO+, membentuk garam-garam yang tak larut, seperti bismutil klorida,
BiOCl, dengan kebanyaka ion. Jika kita ingin membuat ion bismutil tetap berada dalam
larutan, kita harus mengasamkan larutan itu, dengan mana kesetimbangan di atas akan
bergeser ke arah kiri. Bismut pentavalen membentuk ion bismutat, BiO3 -. Kebanyakan
garamnya tak larut dalam air.
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan (perbedaan dari tembaga atau kadmium).
14
oksigen ia bisa larut sedikit demi sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan
mudah melarutkan tembaga:
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-
senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tambaga (I) tak larut dalam air, perilakunya
mirip perilaku senyawa perak (I), mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga
(II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (III)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan-air; warna
ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya
warna ion kompleks tetraakuokuprat (II) (yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan-air),
adalah 500 μg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,
seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam
larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan, dalam buku ini kita
akan menyebutnya sebagai ion tembaga (II) Cu2+ saja.
Dalam praktek, hanya ion tembaga(II) yang penting, maka hanya reaksi ion tembaga
(II) akan diuraikann disini.
Reaksi-reaksi ion tembaga(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan memakai larutan
tembaga (II) sulfat.
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit: endapan biru
suatu garam basa (tembaga sulfat basa):
Yang larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II):
15
Jika larutan mengandung garam amonium (atau larutan itu sangat asam dan amonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tak terjadi sama sekali,
tetapi warna biru langsung terbentuk.
Kadmium membentuk ion bivalen yang tak berwarna. Kadmium klorida, nitrat dan
sulfat larut dalam air; sulfidanya tak larut dan berwarna kuning khas.
Reaksi ion kadmium(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari paling mudah dengan larutan
kadmium sulfat 0,25M.
Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): endapan kuning kadmium sulfida:
Reaksi ini dapat-balik; jika konsentrasi asam kuat dalam larutan di atas 0,5M, pengendapan
akan tak sempurna. Asam pekat melarutkan endapan oleh sebab yang sama. Endapan tak
larut dalam kalium sianida (racun), ini membedakan ion kadmium dari tembaga.
16
Ada dua deret senyawa arsenik yang umum: yaitu dari arsenik (III) dan arsenik (V).
Senyawa-senyawa arsenik (III) dapat diturunkan dari arsenik trioksida amfoter, As2O3, yang
menghasilkan garam, baik dengan asam kuat misalnya arsenik (III) klorida, AsCl3), maupun
dengan basa kuat (misalnya natrium arsenit, Na 3AsO3). Maka dalam larutan yang sangat
asam, ion arsenik (III), As3+, adalah yang stabil. Dalam larutan yang sangat basa, ion arsenit,
AsO33-, adalah yang stabil. Senyawa-senyawa arsenik (V) diturunkan dari arsenik pentoksida,
As2O5. Ini adalah anhidrida dari asam arsenat, H3AsO4, yang membentuk garam-garam
seperti nitrat arsenat Na3AsO4. Maka arsenik (V) terdapat dalam larutan terutama sebagai ion
arsenat AsO43-.
Perak nitrat: endapan kuning perak arsenit dalam larutan netral (perbedaan dari arsenat):
Endapan larut baik dalam asam nitrat (a), maupun amonia (b):
17
Reaksi ini dapat dipakai sebagai uji yang peka terhadap arsenik, secara berikut. Uji
hanya dapat dipakai, bila takk ada ion-ion kromat, heksasianoferat (II) dan (III), yang juga
memberi garam-garam perak yang berwarna yang tak larut dalam asam asetat.
Taruh setetes larutan uji dalam krus mikro, tambahkan beberapa tetes larutan amonia
pekat dan hidrogen peroksida ’10-volume’, dan panaskan. Asamkan dengan asam asetat dan
tambahkan 2 tetes larutan perak nitrat. Endapan atau pewarnaan merah-kecoklatan muncul.
Asam nitrat mengoksidasi stibium menjadi suatu hasil yang tak larut, yang dapat kita
anggap sebagai campuran Sb3O3 dan Sb2O5. Anhidrida-anhidrida ini seterusnya dapat
dilarutkan dengan asam tartrat. Campuran asam nitrat dan asam tartrat, melarutkan stibium
dengan mudah. Air raja melarutkan stibium, pada mana terbentuk ion stibium (III).
Dua deret garam diketahui, dengan ion stibium (III) dan stibium (V) di dalamnya;
garam-garam ini diturunkan dari Sb2O3 dan Sb2O5.
Senyawa-senyawa stibium (III) mudah dilarutkan dalam asam, pada mana ion Sb3+
adalah yang stabil. Jika larutan dijadikan basa, atau konsentrasi ion hidrogen dikurangi
dengan pengenceran, terjadilah hidrolisis pada mana ion-ion antimonil, SbO+ terbentuk:
18
Air: bila larutan dituangkan ke dalam air, terbentuk endapan putih antimonil klorida,
SbOCL, yang larut dalam asam klorida dan dalam larutan tetrat (perbedaan dari bismut).
Dengan air yang berlebihan dihasilkan oksida terhidrasi Sb2O3.xH2O.
Jadi dalam larutan asam, yang terdapat adalah ion Sb5+. Di pihak lain, dalam alkali-
alkali, ion antimonat SbO43- yang terbentuk:
Jadi dalam suasana basa, yang terdapat dalam larutan adalah SbO 43-. SbO43- adalah
rumus yang disederhanakan dari komposisi ion antimonat; sebenarnya ia berada dalam
bentuk terhidrasi, yang boleh dinamakan heksahidroksoantimonat(V). Pembentukannya dari
Sb2O5 dengan alkali dapat dilukiskan dengan reaksi:
Jika ion Sb5+ terdapat berlebihan, kristal-kristal iod memisah dan mengapung di atas
permukaan larutan. Bila dipanaskan, muncul uap lembayung iod yang khas. Jika reagensia
ditambahkan berlebihan, terbentuk ion-ion tri-iodida coklat yang menapis warna kuning dari
ion heksaiodoantimonat (III):
19
Timah, Sn (Ar: 118,69) – Timah (II)
Timah adalah logam putih perak, yang dapat ditempa dan liat pada suhu biasa, tetapi
pada suhu rendah menjadi getas karena berubah menjadi suatu modifikasi alotropi yang
berlainan. Ia meleleh pada 231,8oC. Logam ini melarut dengan lambat dalam asam klorida
encer dan asam sulfat encer, dengan membentuk garam-garam timah(II) (stano):
Asam nitrat encer melarutkan timah dengan lambat tanpa pelepasan apapun, dan
terbentuk ion-ion timah(II) dan amonium:
Dengan asam nitrat pekat, terjadi reaksi yang keras, dan menghasilkan zat padat
putih, yang biasanya dirumuskan sebagai timah (IV) oksida terhidrasi, SnO2.xH2O, dan
kadang-kadang disebut sebagai asam metastanat:
Jika ada serta stibium dan asam tartarat, timah melarut dengan mudah dalam asam
nitrat (pelarutan induksi), karena membentuk kompleks. Jika ada serta besi dalam jumlah
yang agak banyak, pembentukan asam metastanat terhalang lagi. Dalam asam sulfat pekat
panas, ion timah(IV) terbentuk sewaktu pelarutan.
Air raja dengan mudah melarutkan timah, pada mana terbentuk ion timah(IV).
Timah dapat bivalen dan tetrabalen dalam senyawa-senyawanya
Senyawa timah (II), atau stano, biasanya tak berwarna. Dalam larutan asam, ion-ion
timah (II) Sn2+ yang terdapat, sedangkan dalam larutan basa, kita dapatkan ion-ion
tetrahidroksostanat (II) atau ion stanit [Sn(OH)4]2-. Kedua ion ini mudah berubah satu sama
lain. Ion timah(II) merupakan zat pereduksi yang kuat.
20
Senyawa-senyawa timah (IV) atau stani adalah lebih stabil. Dalam airnya, senyawa-
senyawa ini bisa terdapat sebagai ion timah (IV), Sn4+, atau sebagai ion heksahidroksostanat
(IV) (atau secara sederhana, stant saja) [Sn(OH) 6]2-. Ion-ion ini juga membentuk
kesetimbangan:
Dalam larutan asam, kesetimbangan bergeser ke arah kiri, sedang dalam suasana
basa kesetimbangan bergeser ke kanan.
Dengan larutan amonia, diendapkan timah (II) hidroksida putih, yang tak larut dalam
amonia berlebihan.
Jika potongan-potongan besi ditambahkan pada larutan, dan campuran disaring, ion
timah (II) dapat dideteksi dengan reagensia merkurium (II) klorida. Hasil yang
sempurnadiperoleh dengan mendidihkan larutan dengan tembaga atau stibium.
21
Alat dan Bahan
Alat:
- Tabung Reaksi
- Beaker Glass
- Rak tabung reaksi
- Botol reagen
- Pipet Tetes
- Gelas Ukur
- Water Bath
Bahan:
- Na2S - ZnOH
- HgCl2 - SnCl4
- NaOH - SnCl2
- Logam Cu - AgNO3
- Logam Zn - CHCl3
- HCl - As2O3
- Pb(NO3)2 - As2O5
- K2CrO4 - Ammonium Molibdat
- HNO3 - K2CO3
- H2SO4 - (CH3COO)2Cd
- KI - Na2S2O7
- Na2CO3 - CuSO4
- Bi(NO3)3 - NH4OH
- K2Cr2O7 - As. Tartrat
Cara Kerja
Raksa II (Hg2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan Na2S ke dalam larutan raksa (II) klorida.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan raksa (II) klorida.
3. Masukkan logam tembaga atau seng ke dalam larutan raksa (II) klorida.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
22
Timbal Nitrat (Pb2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida 4M ke dalam larutan timbal (II) nitrat. Didihkan
campuran di atas api dan kemudian amati campuran setelah dingin.
2. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan timbal (II) nitrat dan kemudian
tambahkan larutan asam nitrat 4M.
3. Tambahkan asam sulfat ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
7. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
8. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
Bismut (Bi3+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
3. Masukkanlah logam seng ke dalam larutan bismut nitrat dan ulangi percobaan dengan
logam tembaga.
4. Tambahkan larutan kalium bikromat agak berlebihan ke dalam larutan bismut nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
Tembaga II (Cu2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat. Ulangi
percobaan ini sekali lagi tetapi sebelum ditambah natrium hidroksida tambahkan dulu
larutan asam tartrat.
2. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan tembaga
(II) sulfat sampai berlebih.
3. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat dan kemudian
tambahkan larutan ammonium thiosulfat tetes demi tetes.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
23
Cadmium Cd2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan cadmium asetat.
2. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan cadmium
asetat sampai berlebihan.
3. Tambahkan larutan kalium karbonat ke dalam larutan cadmium asetat.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
24
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
25
ANALISA KATION GOLONGAN II
Nama/Nim :
Hari/Tanggal :
Asisten :
Hg2+
Pb2+
Bi3+
Cu2+
Cd2+
As3+
As5+
Sn2+
Sn4+
26
Pembahasan
Kesimpulan
27