Anda di halaman 1dari 28

PENUNTUN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA I

DR. ELFITA, M.SI


DR. MUHARNI, M.SI

LABORATORIUM DASAR BERSAMA


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

0
I. ANALISA KATION GOLONGAN I

1.1. Kerangka Teori


1.1.1. Penggolongan Kation
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai
apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya
golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk
pemeriksaan lebih lenjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa
klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida, dan karbonat dari kation tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut:
Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium (I) (raksa), dan perak.
Golongan II Kation golongan ini tidak bereaski dengan asam klorida tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III),
arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (III) (IV).
Keempat ion yang pertama merupakan sub-golingan IIa dan keenam yang
terakhir sub-golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam Golongan IIa
tak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam Golongan
IIb justru dapat larut.
Golongan III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini
membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel (II), besi(II),
besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, dan III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan

1
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-
kation golongan ini adalah: kalsium, strontium, dan barium.
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagnesia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang
meliputi ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

1.1.2. Golongan Kation Pertama: Timbel (II), Merkurium (I), dan Perak (I).
Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M).
Reaksi golongan: endapan putih timbel klorida (PbCl2), merkurium (I) klorida
(Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbel
klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama
kation golongan kedua. Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M). Reaksi golongan:
endapan putih timbel klorida (PbCl2), merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida
(AgCl).
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbel sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan
pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air
panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa
mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan
reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak
dengan bermacam-macam cara. Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.

Timbel, Pb(Ar: 207.19)


Timbel adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi
(11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya
(8M), dan terbentuk juga nitrogen oksida:
3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O
Gas nitrogen(II) oksida yang tak berwarna itu, bila bercampur dengan udara, akan teroksidasi
menjadi nitrogen dioksida yang merah:
2NO↑ (tak berwarna) + O2↑ → 2NO2↑ (merah)

2
Reaksi-reaksi dari ion timbel (II):
Larutan timbel nitrat (0,25 M) atau timbel asetat (0,25 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer (atau klorida yang larut): endapan putih dalam larutan yang
diinginkan dan tak terlalu encer:

Pb2+ + 2Cl-  PbCl2 ↓


Endapan larut dalam air panas (33,4 g l-1 pada 100oC, sedang hanya 9,9 g l-1 pada
20oC), tetapi memisah lagi sebagai kirstal-kristal yang panjang seperti jarum setengah dingin.
Ia juga larut dalam asam klorida pekat atau kalium klorida pekat, pada mana terbentuk ion
tetrakloroplumbat(II):
PbCl2↓ + 2Cl- → [PbCl4]2-
Jika endapan dicuci dengan cara dekantasi, dsan amonia encer ditambahkan, tak
terjadi perubahan yang nampak [perbedaan dari ion merkurium(I) atau ion perak], meskipun
ada terjadi reaksi pertukaran-endapan, dan terbentuk timbel hidroksida:
PbCl2↓ + 2NH3 + 2H2O → pb(OH)2↓ + 2NH4+ 2Cl-
2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam timbel sulfida:

Pb2+ + H2S → PbS↓ + 2H+


Pengedapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi lebih dari
2M. Karena terbentuk ion hidrogen dalam reaksi di atas, campuran sebaiknya dibufferkan
dengan nitrogen asetat.
Dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida ke dalam campuran yang mengandung
endapan timbel klorida putih, yang terakhir ini akan diubah menjadi timbel sulfida (hitam)
dengan reaksi pertukaran endapan:
PbCl2↓ + H2S → PbS↓ + 2H+ + 2Cl-
Jika uji ini dilakukan dengan adanya klorida [kalium klorida (jenuh)] daslam jumlah
yang banyak, mula-mula terbentuk endapan merah timbel sulfoklorida, bila gas hidrogen
sulfida dialirkan ke dalam larutan:
Pb2+ + H2S + 2Cl- → Pb2SCl2 ↓ + 2H+
Tetapi ini terurai setelah diencerkan (a), atau setelah ditambahkan hidrogen sulfidas
lebih lanjut (b), dan terbentuk endapan timbel sulfida hitam:
Pb2SCl2↓ → PbS↓ + PbCl2 ↓ (a)
Pb2SCl2↓ + H2S → 2PbS↓ + 2Cl- + 2H+ (b)

3
Endapan timbel sulfida terurai bila ditambahkan asam nitrat pekat, dan unsur belerang
yang berbutir halus dan berwarna putih akan mengendap:
3PbS↓ + 8HNO3 + → 3Pb2+ + 6NO3- + 3S↓ + 2NO↑ + 4H2O
Juka campuran dididihkan, belerang dioksidassikan oleh asam nitrat menjadi sulfat
(a), yang langsung membentuk endapan timbel sulfat putih (b) dengan ion timbel yang ada di
dalam larutan:
S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + 2NO↑ (a)
Pb2+ + SO42- → PbSO4↓ (b)
Dengan mendidihkan timbel sulfat dengan hidrogen peroksidsa (3%), endapan hitam
ini berubah menjadi putih, karena terbentuk timbel sulfat:
PbS↓ + 4H2O2 → PbSO4↓ + 4H2O
Kelarutan yang sangat kecil dari timbel sulfida daslam air (4,9 x 10 -11 g l-1),
menjelaskan mengapa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk
mendeteksi timbel, dan mengapa timbel dapat dideteksi dalam filtrat yang berasal dari
pemisahan timbel kloridas yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer itu.

Merkurium atau raksa, Hg (ar: 200,59) merkurium (I).


Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai
rapatan 13,534 g ml-1 pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer
(2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang
pekatnya (8M), dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium(I):

6Hg + 8HNO3 → 3Hg23+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):

3Hg + 8HNO3 → 3Hg23+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I),
jika merkurium terdapat berlebihan

2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

Sedang bila asam berebihan, ion merkurium(II) yang akan terbentuk:

Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

4
Kedua ion, merkurium(I) dan merkurium(II), bersifat sangat berbeda terhadap
reagensia-reagensia yang dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya masuk dalam dua
golongan analitik yang berlainan. Ion merkurium(I) masuk dalam golongan kation pertama,
maka reaksi-reaksinya akan dibahas di sini. Di lain pihak, ion-ion merkurium(II) berada
dalam golongan kation kedua; maka reaksi-reaksinya akan dibahas kelak, bersama-sama
dengan anggota-anggota lain dari golongan itu.

Reaksi ion merkurium (I) Larutan merkurium(I) bitrat (0,05M) dapat dipakai untuk
mempelajari raksi-reaksi ini.

1. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang dapat larut: endapan putih merkurium(I)
klorida (kalomel). Endapan tak larut dalam asam encer

Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2↓

Larutan amonia mengubah endapan menjadi campuran merkurium (II) amidoklorida


dan logam merkurium, yang kedua-duanya merupakan endapan yang tak larut:

Hg2Cl2 + 2NH3 → Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + NH4+ + Cl-

Reaksi ini meliputi disproporsionisasi (hilangnya perbandingan susunan) yaitu:


merkurium (I) diubah sebagian menjadi merkurium (II) dsan sebagian menjadi logam
merkurium. Reaksi ini bisa dipakai untuk membedakan ion merkurium (I) dari timbel (II) dan
perak (I).
Merkurium (II) amidoklorida merupakan endapan putih, tetapi merkurium yang
berbutir-butir halus itu membuatnya nampak hitam mengkilap. Nama kalomel, yang berasal
dari bahasa Yunani yang artinya hitam manis menunjukkan ciri khas dari endapan merkurium
klorida, yang aslinya adalah putih.
Merkurium (I) klorida larut dalam air raja (aqua regia), membentuk merkurium (II)
klorida yang tak berdisosiasi tetapi larut:

3 Hg2Cl2 ↓ + 2HNO3 + 6HCl → 3HgCl2 + 2NO↑ + 4H2O

2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam, yang merupakan
campuran dari merkurium(II) sulfida dan logam merkurium

Hg22+ + H2S → Hg↓ + HgS↓ + 2H+

5
Natrium sulfida (tak berwarna), melarutkan merkurium (II) sulfida (tetapi tak
mempengaruhi logam merkurium, dan suatu kompleks disulfomerkurat (II) terbentuk:

HgS + S2- → [HgS2]2-

3. Natrium hidroksida: endapan hitam merkurium (I) oksida

Hg22- + 2OH- → HgO↓ + H2O

Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam nitrat
encer. Ketika dididihkan, warna endapan berubah menjadi abu-abu, karena disporposionisasi,
pada mana merkurium (II) oksida dan logam merkurium terbentuk:

Hg2O↓ → HgO↓ + Hg↓

Perak, Ag (ar: 107,868).


Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 g
ml-1) dan ia melebur pada 960,5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M)
atau asam nitrat encer (2M). Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat (8M) (a) atau dalam
asam pekat panas (b), ia melarut:

6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O (a)

2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O (b)

Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-
senyawa perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses
oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air; perak
asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak
lainnya praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka
terhadap cahaya; ciri-ciri khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi.

Reaksi-reaksi dari ion perak (I)


1. Asam klorida encer (atau klorida-klorida yang larut): endapan putih perak klorida

Ag+ + Cl- → AgCl↓

6
Dengan asam klorida pekat, tak terjadi pengendapan. Setelah cairan didekantasi dari
atas endapan, ia akan melarut dalam asam klorida pekat, pada mana kompleks dikloroargentat
terbentuk:
AgCl↓ + Cl-  [AgCl2]-

Dengan mengencerkan dengan air, kesetimbangan bergeser kembali ke kiri dan


endapan muncul lagi.
Larutan amonia encer melarutkan endapan, pada mana ion kompleks
diaminaargnetat terbentuk:

AgCl↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-

Asam nitrat encer atau asam klorida menetralkan kelebihan amonia, maka endapan
muncul lagi, karena kesetimbangan bergeser kembali ke arah kiri.

2. Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh) dalam suasana netral atau asam: endapan
hitam perak sulfida

2Ag+ + H2S → Ag2S↓ + 2H+

Asam nitrat pekat panas menguraikan perak sulfida, dan belerang tertinggal dalam
bentuk endapan putih:

3Ag2S↓ + 8HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 6Ag+ + 6NO3- + 4H2O

Reaksi ini daspat lebih mudah dipahami bila ditulis dalam dua tahap:

3Ag2S↓ + 2HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 3Ag2O↓ H2O

3Ag2S↓ + 6HNO3 → 6Ag+ + 6NO3- + 3H2O

Jika campuran dipanaskan dengan asam nitrat pekat untuk waktu yang lama sekali,
belerang akan dioksidasikan menjadi sulfat, dan endapan hilang:

S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2NO↑ + 2H+

Endapan tak larut dalam amonium sulfida, amonium polisulfida, amonia, kalium
sianida, atau natrium tiosulfat. Perak sulfida dapat diendapkan dari larutan-larutan yang
mengandung kompleks-kompleks diamina-, disianato-, atau ditiosulfatoargentat, dengan
hidrogen sulfida.

7
3. Larutan amonia: endapan coklat perak oksida

2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+

Reaksi mencapai kesetimbangan, dan karenanya pengendapan tidak sempurna pada


tingkat manapun. (Jika ada amonium nitrat dalam larutan semula, atau larutan sangat asam,
tak terjadi pengendapan.) Endapan larut dalam reagensia berlebihan, dan terbentuk ion
kompleks diaminaargentat:

Ag2O↓ + 4NH3 + H2O → 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-

Larutan harus dibuang secepatnya, sebab bila didiamkan, endapan perak nitrida
Ag3N akan terbentuk, yang mudah meledak bahkan dalam keadaan basah sekalipun.

Alat dan Bahan


Alat:
- Tabung Reaksi
- Beaker Glass
- Rak tabung reaksi
- Botol reagen
- Pipet Tetes
- Gelas Ukur
- Water Bath

Bahan:
- HCl
- AgNO3
- NH4OH
- HCOOH
- KI
- KBr
- K2CrO4
- Logam Cu, Zn
- HgNO3
- HNO3
- H2SO4

8
Cara Kerja

Perak (Ag+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida ke dalam larutan perak nitrat, kemudian
tambahkanlah larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ampai berlebih.
2. Tambahkan asam semut ke dalam larutan perak nitrat dan panaskan campuran di
dalam waterbat (reaksi berjalan agak lambat).
3. Tambahkan larutan kalium iodida, kalium bromida, kalium klorida masing – masing
ke dalam larutan perak nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan perak nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Raksa (Hg+)
Cara Kerja :
1. Tambahkanlah asam klorida ke dalam larutan raksa (I) nitrat kemudian tambahkanlah
larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes sampai berlebih.
2. Masukkanlah logam tembaga atau seng ke dalam larutan raksa (I) nitrat yang nitrat.
3. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
4. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Timbal Nitrat (Pb2+)


Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida 4M ke dalam larutan timbal (II) nitrat. Didihkan
campuran di atas api dan kemudian amati campuran setelah dingin.
2. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan timbal (II) nitrat dan kemudian
tambahkan larutan asam nitrat 4M.
3. Tambahkan asam sulfat ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

9
ANALISA KATION GOLONGAN I

Nama/Nim :
Hari/Tanggal :
Asisten :

Jenis Reaksi Pengamatan


Kation

Pb2+

Hg+

Ag+

Pembahasan

Kesimpulan

10
Penilaian/perbaikan dari asisten

11
II. ANALISA KATION GOLONGAN II

Kerangka Teori
Golongan kation ke II: Merkurium (II), Timbel (II), Bismut (III), Tembaga (II),
Kadmium (II), Arsenik (III) dan (V), Stibium (III) dan (V), dan Timah (I) dan (IV)
Reaksi golongan ini ditandai dengan endapan-endapan dengan berbagai warna:
merkurium (II) sulfida, HgS (hitam); timbel (II) sulfida, PbS (hitam); tembaga (II) sulfida,
CuS (hitam); kadmium sulfida, CdS (kuning); bismut (III) sulfida, Bi2S3 (coklat); arsenik (III)
sulfida, As2S3 (kuning), arsenik( V) sulfida (kuning); stibium (III) sulfida, Sb2S3 (jingga);
stibium (V) sulfida, Sb2S5 (jingga); timah (II) sulfida, SnS (coklat); dan timah (IV) sulfida,
SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan kedua menurut tradisi dibagi dua sub-golongan: sub-
golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
endapan sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfidsa dari sub golongan tembaga
tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-grup arsenik melarut dengan membentuk garam
tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbel (II), bismut (III),
tembaga(II), dan kadmium(II). Meskipun bagian terbesar ion timbel (II) diendapkan dengan
asam klorida encer bersama ion-ion lain dari Golongan I, pengendsapan ini agak kurang
sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbel (II) klorida yang relatif tinggi. Maka dalam
pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbel masih akan tetap ada, ketika kita bertugas
mengendapkan golongan kation kedua.
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut. Beberapa kation dari sub-
golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium (II)) cenderung membentuk
kompleks (amonia, ion sianida, dan seterusnya).
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium
(V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter: oksidanya membentuk
garam baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi, arsenik (III) oksida dapat dilarutkan
dalam asam klorida (6M), dan terbentuk kation arsenik(III):

As2O3 + 6HCl → 2As3+ + 6Cl- + 3H2O

12
Di samping ini, arsenik(III) oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2M), pada
mana terbentuk ion arsenit.

As2O3 + 6OH- → 2As33- + 3H2O

Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat dianggap sebagai pembentuk


garam-tiodari asam-tio anhidrat. Jadi, melarutnya arsenik(III) sulfida (asam tio anhidrat
mengakibatkan terbentuknya ion-ion amonium dan tioarsenit (amonium tioarsenit: suatu
garam-tio):

As2S3↓ + 3S2- → 2As2S33-

Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfida (tak
berwarna), kecuali timah (II) sulfida: untukmelarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium
polisulfida, yang bertindak sebagian sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiosianat:

SnS↓ + S22- → SnS32-

Ion-ion arsenik (III), stibium (III), dan timah (II), dapat dioksidasikan menjadi ion
arsenik (V), stibium (V), dan timah (IV). Di pihak lain, ketiga ion yang terakhir ini dapat
direduksi oleh zat-zat pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari sistem
arsenik (V)-arsenik (III), dan stibium (V)-tibium (III), bergantung pada pH, maka oksidasi
atau reduksi ion yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk
reaksi tersebut.

Merkurium (Raksa), Hg (Ar: 200,59)-Merkurium (II)


Reaksi-reaksi ion merkurium(II) Reaksi-reaksi ion merkurium(II) dapat dipelajari dengan
larutan merkurium(II) nitrat encer (0,05M).
1. Larutan amonia: endapan putih dengan komposisi tercampur; pada dasarnya terdiri dari
mrkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat:

2Hg+ + NO3- + 4NH3 + H2O → HgO.Hg(NH2)NO3↓ + 3NH4+

Garam ini, seperti kebanyakan senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan


atmosfer.

13
Bismut, Bi (Ar: 208,98).
Bismut adalah logam yang putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya
271,5oC. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya (0,2 V),
tetapi melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat (a), air rraja (b), atau asam
sulfat pekat, panas (c)

2Bi + 8HNO3 → 2Bi3+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O (a)

Bi + 3HCl + HNO3 → Bi3+ + 3Cl- + NO↑ + 2H2O (b)

2Bi + 6H2SO4 → 2Bi3+ + 3SO42- + 3SO2↑ + 6H2O (c)

Bismut membentuk ion tervalen dan pentavalen. Ion bismut tervalen, Bi3+, adalah
yang paling umum. Hidroksidanya, Bi(OH) 3, merupakan basa lemah; maka garam-garamm
bismut mudah terhidrolisis, pada mana proses berikut terjadi:

Bi3+ + H2O  BiO+ + 2H+

Ion bismutil, BiO+, membentuk garam-garam yang tak larut, seperti bismutil klorida,
BiOCl, dengan kebanyaka ion. Jika kita ingin membuat ion bismutil tetap berada dalam
larutan, kita harus mengasamkan larutan itu, dengan mana kesetimbangan di atas akan
bergeser ke arah kiri. Bismut pentavalen membentuk ion bismutat, BiO3 -. Kebanyakan
garamnya tak larut dalam air.

Reaksi-reaksi ion bismut(III)


Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan bismut (III) nitrat 0,2 M, yang
mengandung kira-kira 3-4 persen asam nitrat.
Larutan amonia: garam basa putih dengan berbagai komposisi. Reaksi kimia yang
diperiksakan adalah:

Bi3+ + NO3- + 2NH3 + 2H2O → Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+

Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan (perbedaan dari tembaga atau kadmium).

Tembaga, Cu (Ar: 63,54).


Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan
Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya

14
oksigen ia bisa larut sedikit demi sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan
mudah melarutkan tembaga:

3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga:

Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

Tembaga mudah pula larut dalam air raja:

3Cu + 6HCl + 2HNO3 → 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO↑ + 4H2O

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-
senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tambaga (I) tak larut dalam air, perilakunya
mirip perilaku senyawa perak (I), mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga
(II), yang dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (III)
umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan-air; warna
ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya
warna ion kompleks tetraakuokuprat (II) (yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan-air),
adalah 500 μg dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat,
seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam
larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan, dalam buku ini kita
akan menyebutnya sebagai ion tembaga (II) Cu2+ saja.
Dalam praktek, hanya ion tembaga(II) yang penting, maka hanya reaksi ion tembaga
(II) akan diuraikann disini.
Reaksi-reaksi ion tembaga(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan memakai larutan
tembaga (II) sulfat.
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit: endapan biru
suatu garam basa (tembaga sulfat basa):

2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2.CuSO4↓ + 2NH4+

Yang larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan
oleh terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II):

Cu(OH)2.CuSO4↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-

15
Jika larutan mengandung garam amonium (atau larutan itu sangat asam dan amonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tak terjadi sama sekali,
tetapi warna biru langsung terbentuk.

Kadmium, Cd (Ar: 112,40).


Kadmuim adalah logam putih kepeerakan, yang dapat ditempa dan liat. Ia melebur
pada 321oC. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan melepaskan hidrogen
(disebabkan potensial elektrodanya yang negatif):

Cd + 2H+ → Cd2+ + H2↑

Kadmium membentuk ion bivalen yang tak berwarna. Kadmium klorida, nitrat dan
sulfat larut dalam air; sulfidanya tak larut dan berwarna kuning khas.

Reaksi ion kadmium(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari paling mudah dengan larutan
kadmium sulfat 0,25M.
Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh): endapan kuning kadmium sulfida:

Cd2+ + H2S → CdS↓ + 2H+

Reaksi ini dapat-balik; jika konsentrasi asam kuat dalam larutan di atas 0,5M, pengendapan
akan tak sempurna. Asam pekat melarutkan endapan oleh sebab yang sama. Endapan tak
larut dalam kalium sianida (racun), ini membedakan ion kadmium dari tembaga.

Arsenik, As (Ar: 74,92)-Arsenik (III).


Arsenik adalah zat padat yang berwarna abu-abu seperti baja, getas dan memiliki
kilap logam. Jika dipanaskan, arsenik bersublimasi dan timbul bau seperti bawang putih yang
khas; ketika dipanaskan dalam aliran udara yang bebas, arsenik terbakar dengan nyala biru,
menghasilkan asap putih arsenik(III) okisda, As4O6. Semua senyawa arsenik beracun. Unsur
ini tak larut dalam asam klorida, dan asam sulfat encer: tetapi larut dengan mudah dalam
asam nitrat encer, menghasilkan ion arsenit, dan dalam asam nitrat pekat atau dalam air raja
atau dalam larutan natrium hipoklorit, membentuk arsenat:

As + 4H+ + NO3- → As3+ + NO↑ + 2H2O

3As + 5HNO3 (pekat) + 2H2O → 3AsO43- + 5NO↑ + 9H+


2As + 5OCl- + 3H2O → 2AsO43- + 5Cl- + 6H+

16
Ada dua deret senyawa arsenik yang umum: yaitu dari arsenik (III) dan arsenik (V).
Senyawa-senyawa arsenik (III) dapat diturunkan dari arsenik trioksida amfoter, As2O3, yang
menghasilkan garam, baik dengan asam kuat misalnya arsenik (III) klorida, AsCl3), maupun
dengan basa kuat (misalnya natrium arsenit, Na 3AsO3). Maka dalam larutan yang sangat
asam, ion arsenik (III), As3+, adalah yang stabil. Dalam larutan yang sangat basa, ion arsenit,
AsO33-, adalah yang stabil. Senyawa-senyawa arsenik (V) diturunkan dari arsenik pentoksida,
As2O5. Ini adalah anhidrida dari asam arsenat, H3AsO4, yang membentuk garam-garam
seperti nitrat arsenat Na3AsO4. Maka arsenik (V) terdapat dalam larutan terutama sebagai ion
arsenat AsO43-.

Reaksi-reaksi ion arsenik (III)


Larutan arsenik (III) oksida, As2O3 0,1M, atau natrium arsenit, Na3AsO3, dapat
dipakai untuk eksperimen ini. Arsenik (II) oksida tak larut dalam air dingin, tetapi dengan
mendidihkan campuran selama 30 menit akan larut dengan sempurna. Campuran dapat
didinginkan tanpa bahaya akan mengendapnya oksida.

Perak nitrat: endapan kuning perak arsenit dalam larutan netral (perbedaan dari arsenat):

AsO33- + 3Ag+ → Ag3AsO3↓

Endapan larut baik dalam asam nitrat (a), maupun amonia (b):

Ag3AsO3 ↓ + 3H+ → H3AsO3 + 3Ag+ (a)

Ag3AsO3↓ + 6NH3 → 3[Ag(NH3)2]+ + AsO33- (b)

Arsenik, As (Ar: 74,92) --- Arsenik (V)


Reaksi-reaksi ion arsenat
Larutan dinatrium hidrogen arsenat Ha2H AsO4.7H2, 0,1M dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini. Larutan harus mengandung sedikit asam klorida encer.
Larutan perak nitrat: endapan merah-kecoklatan, perak arsenat Ag3 AsO4, dari
larutan netral (perbedaan dari arsenit dan fosfat, yang menghasilkan endapan-endapan
kuning). Endapan larut dalam asam dan dalam larutan amonia, tetapi tak larut dalam asam
asetat.

AsO43- + 3Ag+ → Ag3AsO4↓

17
Reaksi ini dapat dipakai sebagai uji yang peka terhadap arsenik, secara berikut. Uji
hanya dapat dipakai, bila takk ada ion-ion kromat, heksasianoferat (II) dan (III), yang juga
memberi garam-garam perak yang berwarna yang tak larut dalam asam asetat.
Taruh setetes larutan uji dalam krus mikro, tambahkan beberapa tetes larutan amonia
pekat dan hidrogen peroksida ’10-volume’, dan panaskan. Asamkan dengan asam asetat dan
tambahkan 2 tetes larutan perak nitrat. Endapan atau pewarnaan merah-kecoklatan muncul.

Stibium, Sb (Ar: 121,75) --- Stibium(III).


Stibium adalah logam putih keperakan yang mengkilap, dan melebur pada 630 oC.
Stibium tak larut dalam asam klorida, dan dalam asam sulfat encer. Dalam asam sulfat pekat
yang panas ia melarut perlahan-lahan dengan membentuk ion stibium (III):

2Sb + 3H2SO4 + 6H+ → 3Sb3+ + 3SO2↑ + 6H2O

Asam nitrat mengoksidasi stibium menjadi suatu hasil yang tak larut, yang dapat kita
anggap sebagai campuran Sb3O3 dan Sb2O5. Anhidrida-anhidrida ini seterusnya dapat
dilarutkan dengan asam tartrat. Campuran asam nitrat dan asam tartrat, melarutkan stibium
dengan mudah. Air raja melarutkan stibium, pada mana terbentuk ion stibium (III).

Sb + HNO3 + 3HCl → Sb3+ + 3Cl- + NO↑ + 2H2O

Dua deret garam diketahui, dengan ion stibium (III) dan stibium (V) di dalamnya;
garam-garam ini diturunkan dari Sb2O3 dan Sb2O5.
Senyawa-senyawa stibium (III) mudah dilarutkan dalam asam, pada mana ion Sb3+
adalah yang stabil. Jika larutan dijadikan basa, atau konsentrasi ion hidrogen dikurangi
dengan pengenceran, terjadilah hidrolisis pada mana ion-ion antimonil, SbO+ terbentuk:

Sb3+ + H2O  SbO+ + 2H+

Senyawa-senyawa stibium(V) mengandung ion antimonat, SbO43-. Ciri-ciri khasnya


adalah serupa dengan senyawa-senyawa arsenik padanannya.

Reaksi-reaksi ion stibium(III)


Larutan 0,2 M stibium (III) klorida, SbCl3, dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-
rekasi ini. Larutan ini dapat dibuat dengan melarutkan stibium (III) klorida padat atau stibium
(III) oksida, Sb2O3, dalam asam klorida encer.

18
Air: bila larutan dituangkan ke dalam air, terbentuk endapan putih antimonil klorida,
SbOCL, yang larut dalam asam klorida dan dalam larutan tetrat (perbedaan dari bismut).
Dengan air yang berlebihan dihasilkan oksida terhidrasi Sb2O3.xH2O.

Stibium, Sb (Ar: 121,75) --- Stibium (V).


Reaksi-reaksi ion stibium(V)
Ion stibium (V) diturunkan dari oksida amfoter Sb2O5. Dalam asam, oksida ini
melarut dengan membentuk kation stibium (V), Sb5+:

Sb2O5 + 10H+  2Sb5+ + 5H2O

Jadi dalam larutan asam, yang terdapat adalah ion Sb5+. Di pihak lain, dalam alkali-
alkali, ion antimonat SbO43- yang terbentuk:

Sb2O5 + 3OH-  2SbO43- + 3H+

Jadi dalam suasana basa, yang terdapat dalam larutan adalah SbO 43-. SbO43- adalah
rumus yang disederhanakan dari komposisi ion antimonat; sebenarnya ia berada dalam
bentuk terhidrasi, yang boleh dinamakan heksahidroksoantimonat(V). Pembentukannya dari
Sb2O5 dengan alkali dapat dilukiskan dengan reaksi:

Sb2O3 + 2OH- + 5H2O  2[Sb(OH)6]-

Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, suatu larutan kalium heksahidroksoantimonat


K[Sb(OH)6] 0,2M, dapat dipakai. Sebagai alternatif, boleh dilarutkan stibium pentoksida
Sb2O5 dalam klorida pekat.
Larutan kalium iodida: dalam larutan yang bersifat asam, iod memisah:

Sb5+ + 2I-  Sb3+ + I2

Jika ion Sb5+ terdapat berlebihan, kristal-kristal iod memisah dan mengapung di atas
permukaan larutan. Bila dipanaskan, muncul uap lembayung iod yang khas. Jika reagensia
ditambahkan berlebihan, terbentuk ion-ion tri-iodida coklat yang menapis warna kuning dari
ion heksaiodoantimonat (III):

Sb5+ + 9I- → [SbI6]3- + I3-

19
Timah, Sn (Ar: 118,69) – Timah (II)
Timah adalah logam putih perak, yang dapat ditempa dan liat pada suhu biasa, tetapi
pada suhu rendah menjadi getas karena berubah menjadi suatu modifikasi alotropi yang
berlainan. Ia meleleh pada 231,8oC. Logam ini melarut dengan lambat dalam asam klorida
encer dan asam sulfat encer, dengan membentuk garam-garam timah(II) (stano):

Sn + 2H+ → Sn2+ + H2↑

Asam nitrat encer melarutkan timah dengan lambat tanpa pelepasan apapun, dan
terbentuk ion-ion timah(II) dan amonium:

4Sn + 10H+ + NO3- → 4Sn2+ + NH4+ + 3H2O

Dengan asam nitrat pekat, terjadi reaksi yang keras, dan menghasilkan zat padat
putih, yang biasanya dirumuskan sebagai timah (IV) oksida terhidrasi, SnO2.xH2O, dan
kadang-kadang disebut sebagai asam metastanat:

3Sn + 4HNO3 + (x – 2)H2O → 4NO↑ + 3SnO2.xH2O↓

Jika ada serta stibium dan asam tartarat, timah melarut dengan mudah dalam asam
nitrat (pelarutan induksi), karena membentuk kompleks. Jika ada serta besi dalam jumlah
yang agak banyak, pembentukan asam metastanat terhalang lagi. Dalam asam sulfat pekat
panas, ion timah(IV) terbentuk sewaktu pelarutan.

Sn + 4H2SO4 → Sn4+ + 2SO42- + 2SO2↑ + 4H2O

Air raja dengan mudah melarutkan timah, pada mana terbentuk ion timah(IV).
Timah dapat bivalen dan tetrabalen dalam senyawa-senyawanya

3Sn + 4HNO3 + 12HCl → 3Sn4+ + 12Cl- + 4NO↑ + 8H2O

Senyawa timah (II), atau stano, biasanya tak berwarna. Dalam larutan asam, ion-ion
timah (II) Sn2+ yang terdapat, sedangkan dalam larutan basa, kita dapatkan ion-ion
tetrahidroksostanat (II) atau ion stanit [Sn(OH)4]2-. Kedua ion ini mudah berubah satu sama
lain. Ion timah(II) merupakan zat pereduksi yang kuat.

Sn2+ + 4OH-  [Sn(OH)4]2-

20
Senyawa-senyawa timah (IV) atau stani adalah lebih stabil. Dalam airnya, senyawa-
senyawa ini bisa terdapat sebagai ion timah (IV), Sn4+, atau sebagai ion heksahidroksostanat
(IV) (atau secara sederhana, stant saja) [Sn(OH) 6]2-. Ion-ion ini juga membentuk
kesetimbangan:

Sn4+ + 6OH-  [Sn(OH)6]2-

Dalam larutan asam, kesetimbangan bergeser ke arah kiri, sedang dalam suasana
basa kesetimbangan bergeser ke kanan.

Reaksi ion timah(II)


Larutan timah (II) klorida, SnCl2.2H2O, 0,25M dipakai untuk mempelajari reaksi-
reaksi ini. Larutan harus mengandung sedikitnya 4 persen asam klorida bebas (100 ml HCl
pekat per liter).
Larutan natrium hidroksida: endapan putih timah(II) hidroksida, yang larut dalam
alkali berlebihan:

Sn2+ + 2OH-  Sn(OH)2↓


Sn(OH)2↓ + 2OH-  [Sn(OH)4]2-

Dengan larutan amonia, diendapkan timah (II) hidroksida putih, yang tak larut dalam
amonia berlebihan.

Timah, Sn (Ar: 118,69) – Timah (IV).


Reaksi ion timah(IV)
Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini pakailah larutan 0,25M amonium
heksaklorostanat(IV), dengan melarutkan 92 g (NH4)2[SnCl6] dalam 250 ml asam korida
pekat, dan mengencerkan larutan menjadi 1 liter dengan air.
Logam besi: mereduksi ion timah (IV) menjadi timah (III)

Sn4+ + Fe → Fe2+ + Sn2+

Jika potongan-potongan besi ditambahkan pada larutan, dan campuran disaring, ion
timah (II) dapat dideteksi dengan reagensia merkurium (II) klorida. Hasil yang
sempurnadiperoleh dengan mendidihkan larutan dengan tembaga atau stibium.

21
Alat dan Bahan
Alat:
- Tabung Reaksi
- Beaker Glass
- Rak tabung reaksi
- Botol reagen
- Pipet Tetes
- Gelas Ukur
- Water Bath

Bahan:
- Na2S - ZnOH
- HgCl2 - SnCl4
- NaOH - SnCl2
- Logam Cu - AgNO3
- Logam Zn - CHCl3
- HCl - As2O3
- Pb(NO3)2 - As2O5
- K2CrO4 - Ammonium Molibdat
- HNO3 - K2CO3
- H2SO4 - (CH3COO)2Cd
- KI - Na2S2O7
- Na2CO3 - CuSO4
- Bi(NO3)3 - NH4OH
- K2Cr2O7 - As. Tartrat

Cara Kerja
Raksa II (Hg2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan Na2S ke dalam larutan raksa (II) klorida.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan raksa (II) klorida.
3. Masukkan logam tembaga atau seng ke dalam larutan raksa (II) klorida.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

22
Timbal Nitrat (Pb2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida 4M ke dalam larutan timbal (II) nitrat. Didihkan
campuran di atas api dan kemudian amati campuran setelah dingin.
2. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan timbal (II) nitrat dan kemudian
tambahkan larutan asam nitrat 4M.
3. Tambahkan asam sulfat ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
7. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
8. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Bismut (Bi3+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
3. Masukkanlah logam seng ke dalam larutan bismut nitrat dan ulangi percobaan dengan
logam tembaga.
4. Tambahkan larutan kalium bikromat agak berlebihan ke dalam larutan bismut nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Tembaga II (Cu2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat. Ulangi
percobaan ini sekali lagi tetapi sebelum ditambah natrium hidroksida tambahkan dulu
larutan asam tartrat.
2. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan tembaga
(II) sulfat sampai berlebih.
3. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat dan kemudian
tambahkan larutan ammonium thiosulfat tetes demi tetes.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

23
Cadmium Cd2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan cadmium asetat.
2. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan cadmium
asetat sampai berlebihan.
3. Tambahkan larutan kalium karbonat ke dalam larutan cadmium asetat.
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Arsen III (As3+) Arsen V (As5+)


Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan ammonium molibdat ke dalam arsen (V) oksida yang sebelumnya
ditambah larutan asam nitrat 6M kemudian didihkan campuran di atas api.
2. Tambahkan larutan natrium sulfida tetes demi tetes ke dalam larutan arsen (III)
oksida.
3. Tambahkan 2 ml kloroform ke dalam larutan arsen (V) oksida yang telah diasamkan
dengan asam klorida. Lalu tambahlah larutan kalium iodida dan kocoklah kuat – kuat.
4. Masukkanlah zat yang akan diselidiki (As2O3 atau As2O5) ke dalam sebuah tabung
reaksi, lalu tambahkan logam seng dan asam sulfat encer, kemudian masukkanlah
kapas ke dalam tabung reaksi tersebut sedemikian rupa sehingga tidak terkena dengan
cairan yang dibawahnya. (lebih baik kalau berada sedikit di bawah mulut tabung).
Tempatkanlah di atas mulut tabung reaksi selembar kertas saring yang dibasahi
dengan larutan perak nitrat.
5. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Timah II (Sn2+) Timah IV (Sn 4+)


Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan timah (II)
klorida sampai berlebihan.
2. Tambahkan larutan raksa (II) klorida ke dalam larutan timah (II) klorida dan juga ke
dalam larutan timah (IV) klorida.
3. Masukkanlah seng hidroksida ke dalam larutan timah (IV) klorida tetes demi tetes
sampai berlebihan.

24
4. Catatlah dan amati masing – masing reaksi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

25
ANALISA KATION GOLONGAN II

Nama/Nim :
Hari/Tanggal :
Asisten :

Jenis Reaksi Pengamatan


Kation

Hg2+

Pb2+

Bi3+

Cu2+

Cd2+

As3+

As5+

Sn2+

Sn4+

26
Pembahasan

Kesimpulan

Penilaian/perbaikan dari asisten

27

Anda mungkin juga menyukai