1
Modul Laboratorium Kimia Umum
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagnesia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
1.1. Golongan Kation Pertama: Timbal (II), Merkurium (I), dan Perak (I).
Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M).
Reaksi golongan: endapan putih timbal klorida (PbCl2), merkurium (I) klorida
(Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal
klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbal yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama
kation golongan kedua. Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M). Reaksi golongan: endapan
putih timbal klorida (PbCl2), merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan pengendapan
timbal halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Sulfida
tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan
yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya
ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-macam cara.
Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.
2
Modul Laboratorium Kimia Umum
Larutan timbal nitrat (0,25 M) atau timbal asetat (0,25 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer (atau klorida yang larut): endapan putih dalam larutan yang diinginkan
dan tak terlalu encer:
3
Modul Laboratorium Kimia Umum
3PbS↓ + 8HNO3 + → 3Pb2+ + 6NO3- + 3S↓ + 2NO↑ + 4H2O
Juka campuran dididihkan, belerang dioksidassikan oleh asam nitrat menjadi sulfat (a),
yang langsung membentuk endapan timbal sulfat putih (b) dengan ion timbal yang ada di dalam
larutan:
S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + 2NO↑ (a)
Pb2+ + SO42- → PbSO4↓ (b)
Dengan mendidihkan timbal sulfat dengan hidrogen peroksidsa (3%), endapan hitam ini
berubah menjadi putih, karena terbentuk timbal sulfat:
PbS↓ + 4H2O2 → PbSO4↓ + 4H2O
Kelarutan yang sangat kecil dari timbal sulfida daslam air (4,9 x 10 -11 g l-1),
menjelaskan mengapa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk
mendeteksi timbal, dan mengapa timbal dapat dideteksi dalam filtrat yang berasal dari
pemisahan timbal kloridas yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer itu.
Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):
Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I), jika
merkurium terdapat berlebihan
2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O
4
Modul Laboratorium Kimia Umum
golongan analitik yang berlainan. Ion merkurium(I) masuk dalam golongan kation pertama,
maka reaksi-reaksinya akan dibahas di sini. Di lain pihak, ion-ion merkurium(II) berada dalam
golongan kation kedua; maka reaksi-reaksinya akan dibahas kelak, bersama-sama dengan
anggota-anggota lain dari golongan itu.
Reaksi ion merkurium (I) Larutan merkurium(I) bitrat (0,05M) dapat dipakai untuk
mempelajari raksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang dapat larut: endapan putih merkurium(I)
klorida (kalomel). Endapan tak larut dalam asam encer
2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam, yang merupakan
campuran dari merkurium(II) sulfida dan logam merkurium
5
Modul Laboratorium Kimia Umum
HgS + S2- → [HgS2]2-
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam nitrat
encer. Ketika dididihkan, warna endapan berubah menjadi abu-abu, karena disporposionisasi,
pada mana merkurium (II) oksida dan logam merkurium terbentuk:
Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-
senyawa perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses
oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air; perak
asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak lainnya
praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka terhadap
cahaya; ciri-ciri khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi.
6
Modul Laboratorium Kimia Umum
Dengan mengencerkan dengan air, kesetimbangan bergeser kembali ke kiri dan
endapan muncul lagi.
Larutan amonia encer melarutkan endapan, pada mana ion kompleks diaminaargnetat
terbentuk:
Asam nitrat encer atau asam klorida menetralkan kelebihan amonia, maka endapan
muncul lagi, karena kesetimbangan bergeser kembali ke arah kiri.
2. Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh) dalam suasana netral atau asam: endapan
hitam perak sulfida
Asam nitrat pekat panas menguraikan perak sulfida, dan belerang tertinggal dalam
bentuk endapan putih:
Reaksi ini daspat lebih mudah dipahami bila ditulis dalam dua tahap:
Jika campuran dipanaskan dengan asam nitrat pekat untuk waktu yang lama sekali,
belerang akan dioksidasikan menjadi sulfat, dan endapan hilang:
Endapan tak larut dalam amonium sulfida, amonium polisulfida, amonia, kalium
sianida, atau natrium tiosulfat. Perak sulfida dapat diendapkan dari larutan-larutan yang
mengandung kompleks-kompleks diamina-, disianato-, atau ditiosulfatoargentat, dengan
hidrogen sulfida.
3. Larutan amonia: endapan coklat perak oksida
7
Modul Laboratorium Kimia Umum
Reaksi mencapai kesetimbangan, dan karenanya pengendapan tidak sempurna pada
tingkat manapun. (Jika ada amonium nitrat dalam larutan semula, atau larutan sangat asam, tak
terjadi pengendapan.) Endapan larut dalam reagensia berlebihan, dan terbentuk ion kompleks
diaminaargentat:
Larutan harus dibuang secepatnya, sebab bila didiamkan, endapan perak nitrida Ag3N
akan terbentuk, yang mudah meledak bahkan dalam keadaan basah sekalipun.
8
Modul Laboratorium Kimia Umum
Analisa Kation Golongan II
Golongan kation ke II: Merkurium (II), Timbal (II), Bismut (III), Tembaga (II),
Kadmium (II), Arsenik (III) dan (V), Stibium (III) dan (V), dan Timah (I) dan (IV)
Reaksi golongan ini ditandai dengan endapan-endapan dengan berbagai warna:
merkurium (II) sulfida, HgS (hitam); timbal (II) sulfida, PbS (hitam); tembaga (II) sulfida, CuS
(hitam); kadmium sulfida, CdS (kuning); bismut (III) sulfida, Bi2S3 (coklat); arsenik (III)
sulfida, As2S3 (kuning), arsenik( V) sulfida (kuning); stibium (III) sulfida, Sb 2S3 (jingga);
stibium (V) sulfida, Sb2S5 (jingga); timah (II) sulfida, SnS (coklat); dan timah (IV) sulfida,
SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan kedua menurut tradisi dibagi dua sub-golongan: sub-
golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
endapan sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfidsa dari sub golongan tembaga tak
larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-grup arsenik melarut dengan membentuk garam
tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbal (II), bismut (III),
tembaga(II), dan kadmium(II). Meskipun bagian terbesar ion timbal (II) diendapkan dengan
asam klorida encer bersama ion-ion lain dari Golongan I, pengendsapan ini agak kurang
sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbal (II) klorida yang relatif tinggi. Maka dalam
pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbal masih akan tetap ada, ketika kita bertugas
mengendapkan golongan kation kedua.
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah larut
dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut. Beberapa kation dari sub- golongan
tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium (II)) cenderung membentuk kompleks
(amonia, ion sianida, dan seterusnya).
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium
(V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter: oksidanya membentuk
garam baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi, arsenik (III) oksida dapat dilarutkan dalam
asam klorida (6M), dan terbentuk kation arsenik(III):
Di samping ini, arsenik(III) oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2M), pada
mana terbentuk ion arsenit.
9
Modul Laboratorium Kimia Umum
Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat dianggap sebagai pembentuk
garam-tiodari asam-tio anhidrat. Jadi, melarutnya arsenik(III) sulfida (asam tio anhidrat
mengakibatkan terbentuknya ion-ion amonium dan tioarsenit (amonium tioarsenit: suatu
garam-tio):
Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfida (tak berwarna),
kecuali timah (II) sulfida: untukmelarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium polisulfida,
yang bertindak sebagian sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiosianat:
Ion-ion arsenik (III), stibium (III), dan timah (II), dapat dioksidasikan menjadi ion
arsenik (V), stibium (V), dan timah (IV). Di pihak lain, ketiga ion yang terakhir ini dapat
direduksi oleh zat-zat pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari sistem
arsenik (V)-arsenik (III), dan stibium (V)-tibium (III), bergantung pada pH, maka oksidasi atau
reduksi ion yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk reaksi
tersebut.
10
Modul Laboratorium Kimia Umum
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat (a), air rraja (b), atau asam sulfat pekat,
panas (c)
Bismut membentuk ion tervalen dan pentavalen. Ion bismut tervalen, Bi3+, adalah yang
paling umum. Hidroksidanya, Bi(OH)3, merupakan basa lemah; maka garam-garamm bismut
mudah terhidrolisis, pada mana proses berikut terjadi:
Ion bismutil, BiO+, membentuk garam-garam yang tak larut, seperti bismutil klorida,
BiOCl, dengan kebanyaka ion. Jika kita ingin membuat ion bismutil tetap berada dalam larutan,
kita harus mengasamkan larutan itu, dengan mana kesetimbangan di atas akan bergeser ke arah
kiri. Bismut pentavalen membentuk ion bismutat, BiO3-. Kebanyakan garamnya tak larut dalam
air.
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan (perbedaan dari tembaga atau kadmium).
11
Modul Laboratorium Kimia Umum
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-
senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tambaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip
perilaku senyawa perak (I), mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang
dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (III) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan-air; warna ini benar-
benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion
kompleks tetraakuokuprat (II) (yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan-air), adalah 500 μg
dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II)
sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat
ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan, dalam buku ini kita akan menyebutnya sebagai
ion tembaga (II) Cu2+ saja.
Dalam praktek, hanya ion tembaga(II) yang penting, maka hanya reaksi ion tembaga
(II) akan diuraikann disini.
Reaksi-reaksi ion tembaga(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan memakai larutan
tembaga (II) sulfat.
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit: endapan biru
suatu garam basa (tembaga sulfat basa):
Yang larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan oleh
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II):
12
Modul Laboratorium Kimia Umum
Analisa Kation Golongan I dan II
Bahan:
- AgNO3
- Pb(NO3)2
- HgCl2
- Bi(NO3)3
- CuSO4
13
Modul Laboratorium Kimia Umum
Kation Golongan I
Perak (Ag+)
Cara Kerja :
14
Modul Laboratorium Kimia Umum
Kation Golongan II
Raksa II (Hg2+)
Cara Kerja :
Bismut (Bi3+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
3. Masukkanlah logam seng ke dalam larutan bismut nitrat dan ulangi percobaan dengan
logam tembaga.
4. Tambahkan larutan kalium bikromat agak berlebihan ke dalam larutan bismut nitrat.
5. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
Tembaga II (Cu2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan tembaga
(II) sulfat sampai berlebih.
2. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat dan kemudian
tambahkan larutan sodium thiosulfat tetes demi tetes.
3. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
4. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.
15
Modul Laboratorium Kimia Umum