Anda di halaman 1dari 15

Analisa Kation Golongan I

Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik, kation-kation diklasifikasikan dalam lima


golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa
yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lenjut. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan
membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang paling
umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation
tersebut.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut:
Golongan I Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbal, merkurium (I) (raksa), dan perak.
Golongan II Kation golongan ini tidak bereaski dengan asam klorida tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III),
arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (III) (IV). Keempat
ion yang pertama merupakan sub-golingan IIa dan keenam yang terakhir sub-
golongan IIb. Sementara sulfida dari kation dalam Golongan IIa tak dapat larut
dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam Golongan IIb justru dapat
larut.
Golongan III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini
membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau
amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt(II), nikel (II), besi(II),
besi(III), kromium(III), aluminium, zink, dan mangan(II).
Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, dan III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan
adanya amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation
golongan ini adalah: kalsium, strontium, dan barium.

1
Modul Laboratorium Kimia Umum
Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagnesia
golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi
ion-ion magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

1.1. Golongan Kation Pertama: Timbal (II), Merkurium (I), dan Perak (I).
Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M).
Reaksi golongan: endapan putih timbal klorida (PbCl2), merkurium (I) klorida
(Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun, timbal
klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbal yang tersisa itu,
diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam bersama-sama
kation golongan kedua. Pereaksi golongan: asam klorida encer (2M). Reaksi golongan: endapan
putih timbal klorida (PbCl2), merkurium(I) klorida (Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl).
Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbal sulfat
praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat
terletak di antara kedua zat di atas. Bromida dan iodida juga tidak larut, sedangkan pengendapan
timbal halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah sekali melarut dalam air panas. Sulfida
tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan
yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya
ekuivalen, tetapi kalau reagensia berlebihan, ia dapat bertindak dengan bermacam-macam cara.
Juga ada perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.

Timbal, Pb(Ar: 207.19)


Timbal adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi
(11,48 g ml-1 pada suhu kamar). Ia mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya
(8M), dan terbentuk juga nitrogen oksida:
3Pb + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O
Gas nitrogen(II) oksida yang tak berwarna itu, bila bercampur dengan udara, akan teroksidasi
menjadi nitrogen dioksida yang merah:
2NO↑ (tak berwarna) + O2↑ → 2NO2↑ (merah)
Reaksi-reaksi dari ion timbal (II):

2
Modul Laboratorium Kimia Umum
Larutan timbal nitrat (0,25 M) atau timbal asetat (0,25 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.
1. Asam klorida encer (atau klorida yang larut): endapan putih dalam larutan yang diinginkan
dan tak terlalu encer:

Pb2+ + 2Cl-  PbCl2↓


Endapan larut dalam air panas (33,4 g l-1 pada 100oC, sedang hanya 9,9 g l-1 pada 20oC),
tetapi memisah lagi sebagai kirstal-kristal yang panjang seperti jarum setengah dingin. Ia juga
larut dalam asam klorida pekat atau kalium klorida pekat, pada mana terbentuk ion
tetrakloroplumbat(II):
PbCl2↓ + 2Cl- → [PbCl4]2-
Jika endapan dicuci dengan cara dekantasi, dsan amonia encer ditambahkan, tak terjadi
perubahan yang nampak [perbedaan dari ion merkurium(I) atau ion perak], meskipun ada
terjadi reaksi pertukaran-endapan, dan terbentuk timbal hidroksida:
PbCl2↓ + 2NH3 + 2H2O → pb(OH)2↓ + 2NH4+ 2Cl-
2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam timbal sulfida:

Pb2+ + H2S → PbS↓ + 2H+


Pengedapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi lebih dari
2M. Karena terbentuk ion hidrogen dalam reaksi di atas, campuran sebaiknya dibufferkan
dengan nitrogen asetat.
Dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida ke dalam campuran yang mengandung
endapan timbal klorida putih, yang terakhir ini akan diubah menjadi timbal sulfida (hitam)
dengan reaksi pertukaran endapan:
PbCl2↓ + H2S → PbS↓ + 2H+ + 2Cl-
Jika uji ini dilakukan dengan adanya klorida [kalium klorida (jenuh)] daslam jumlah
yang banyak, mula-mula terbentuk endapan merah timbal sulfoklorida, bila gas hidrogen
sulfida dialirkan ke dalam larutan:
Pb2+ + H2S + 2Cl- → Pb2SCl2↓ + 2H+
Tetapi ini terurai setelah diencerkan (a), atau setelah ditambahkan hidrogen sulfidas
lebih lanjut (b), dan terbentuk endapan timbal sulfida hitam:
Pb2SCl2↓ → PbS↓ + PbCl2↓ (a)
Pb2SCl2↓ + H2S → 2PbS↓ + 2Cl- + 2H+ (b)
Endapan timbal sulfida terurai bila ditambahkan asam nitrat pekat, dan unsur belerang
yang berbutir halus dan berwarna putih akan mengendap:

3
Modul Laboratorium Kimia Umum
3PbS↓ + 8HNO3 + → 3Pb2+ + 6NO3- + 3S↓ + 2NO↑ + 4H2O
Juka campuran dididihkan, belerang dioksidassikan oleh asam nitrat menjadi sulfat (a),
yang langsung membentuk endapan timbal sulfat putih (b) dengan ion timbal yang ada di dalam
larutan:
S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + 2NO↑ (a)
Pb2+ + SO42- → PbSO4↓ (b)

Dengan mendidihkan timbal sulfat dengan hidrogen peroksidsa (3%), endapan hitam ini
berubah menjadi putih, karena terbentuk timbal sulfat:
PbS↓ + 4H2O2 → PbSO4↓ + 4H2O
Kelarutan yang sangat kecil dari timbal sulfida daslam air (4,9 x 10 -11 g l-1),
menjelaskan mengapa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk
mendeteksi timbal, dan mengapa timbal dapat dideteksi dalam filtrat yang berasal dari
pemisahan timbal kloridas yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer itu.

Merkurium atau raksa, Hg (ar: 200,59) merkurium (I).


Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai
rapatan 13,534 g ml-1 pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer (2M),
tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang pekatnya (8M),
dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium(I):

6Hg + 8HNO3 → 3Hg23+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium(II):

3Hg + 8HNO3 → 3Hg23+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O

Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion merkurium(I), jika
merkurium terdapat berlebihan
2Hg + 2H2SO4 → Hg22+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

Sedang bila asam berebihan, ion merkurium(II) yang akan terbentuk:

Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

Kedua ion, merkurium(I) dan merkurium(II), bersifat sangat berbeda terhadap


reagensia-reagensia yang dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya masuk dalam dua

4
Modul Laboratorium Kimia Umum
golongan analitik yang berlainan. Ion merkurium(I) masuk dalam golongan kation pertama,
maka reaksi-reaksinya akan dibahas di sini. Di lain pihak, ion-ion merkurium(II) berada dalam
golongan kation kedua; maka reaksi-reaksinya akan dibahas kelak, bersama-sama dengan
anggota-anggota lain dari golongan itu.

Reaksi ion merkurium (I) Larutan merkurium(I) bitrat (0,05M) dapat dipakai untuk
mempelajari raksi-reaksi ini.

1. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang dapat larut: endapan putih merkurium(I)
klorida (kalomel). Endapan tak larut dalam asam encer

Hg22+ + 2Cl- → Hg2Cl2↓

Larutan amonia mengubah endapan menjadi campuran merkurium (II) amidoklorida


dan logam merkurium, yang kedua-duanya merupakan endapan yang tak larut:

Hg2Cl2 + 2NH3 → Hg↓ + Hg(NH2)Cl↓ + NH4+ + Cl-

Reaksi ini meliputi disproporsionisasi (hilangnya perbandingan susunan) yaitu:


merkurium (I) diubah sebagian menjadi merkurium (II) dsan sebagian menjadi logam
merkurium. Reaksi ini bisa dipakai untuk membedakan ion merkurium (I) dari timbal (II) dan
perak (I).
Merkurium (II) amidoklorida merupakan endapan putih, tetapi merkurium yang
berbutir-butir halus itu membuatnya nampak hitam mengkilap. Nama kalomel, yang berasal
dari bahasa Yunani yang artinya hitam manis menunjukkan ciri khas dari endapan merkurium
klorida, yang aslinya adalah putih.
Merkurium (I) klorida larut dalam air raja (aqua regia), membentuk merkurium (II)
klorida yang tak berdisosiasi tetapi larut:

3 Hg2Cl2↓ + 2HNO3 + 6HCl → 3HgCl2 + 2NO↑ + 4H2O

2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer: endapan hitam, yang merupakan
campuran dari merkurium(II) sulfida dan logam merkurium

Hg22+ + H2S → Hg↓ + HgS↓ + 2H+


Natrium sulfida (tak berwarna), melarutkan merkurium (II) sulfida (tetapi tak
mempengaruhi logam merkurium, dan suatu kompleks disulfomerkurat (II) terbentuk:

5
Modul Laboratorium Kimia Umum
HgS + S2- → [HgS2]2-

3. Natrium hidroksida: endapan hitam merkurium (I) oksida

Hg22- + 2OH- → HgO↓ + H2O

Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam nitrat
encer. Ketika dididihkan, warna endapan berubah menjadi abu-abu, karena disporposionisasi,
pada mana merkurium (II) oksida dan logam merkurium terbentuk:

Hg2O↓ → HgO↓ + Hg↓

Perak, Ag (ar: 107,868).


Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 g ml -
1
) dan ia melebur pada 960,5oC. Ia tak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau
asam nitrat encer (2M). Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat (8M) (a) atau dalam asam
pekat panas (b), ia melarut:

6Ag + 8HNO3 → 6Ag+ + 2NO↑ + 6NO3- + 4H2O (a)

2Ag + 2H2SO4 → 2Ag+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O (b)

Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-
senyawa perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses
oksidasi-reduksi yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air; perak
asetat, perak nitrit dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak lainnya
praktis tidak larut. Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka terhadap
cahaya; ciri-ciri khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi.

Reaksi-reaksi dari ion perak (I)


1. Asam klorida encer (atau klorida-klorida yang larut): endapan putih perak klorida

Ag+ + Cl- → AgCl↓


Dengan asam klorida pekat, tak terjadi pengendapan. Setelah cairan didekantasi dari
atas endapan, ia akan melarut dalam asam klorida pekat, pada mana kompleks dikloroargentat
terbentuk:
AgCl↓ + Cl-  [AgCl2]-

6
Modul Laboratorium Kimia Umum
Dengan mengencerkan dengan air, kesetimbangan bergeser kembali ke kiri dan
endapan muncul lagi.
Larutan amonia encer melarutkan endapan, pada mana ion kompleks diaminaargnetat
terbentuk:

AgCl↓ + 2NH3 → [Ag(NH3)2]+ + Cl-

Asam nitrat encer atau asam klorida menetralkan kelebihan amonia, maka endapan
muncul lagi, karena kesetimbangan bergeser kembali ke arah kiri.

2. Hidrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh) dalam suasana netral atau asam: endapan
hitam perak sulfida

2Ag+ + H2S → Ag2S↓ + 2H+

Asam nitrat pekat panas menguraikan perak sulfida, dan belerang tertinggal dalam
bentuk endapan putih:

3Ag2S↓ + 8HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 6Ag+ + 6NO3- + 4H2O

Reaksi ini daspat lebih mudah dipahami bila ditulis dalam dua tahap:

3Ag2S↓ + 2HNO3 → S↓ + 2NO↑ + 3Ag2O↓ H2O

3Ag2S↓ + 6HNO3 → 6Ag+ + 6NO3- + 3H2O

Jika campuran dipanaskan dengan asam nitrat pekat untuk waktu yang lama sekali,
belerang akan dioksidasikan menjadi sulfat, dan endapan hilang:

S↓ + 2HNO3 → SO42- + 2NO↑ + 2H+

Endapan tak larut dalam amonium sulfida, amonium polisulfida, amonia, kalium
sianida, atau natrium tiosulfat. Perak sulfida dapat diendapkan dari larutan-larutan yang
mengandung kompleks-kompleks diamina-, disianato-, atau ditiosulfatoargentat, dengan
hidrogen sulfida.
3. Larutan amonia: endapan coklat perak oksida

2Ag+ + 2NH3 + H2O → Ag2O↓ + 2NH4+

7
Modul Laboratorium Kimia Umum
Reaksi mencapai kesetimbangan, dan karenanya pengendapan tidak sempurna pada
tingkat manapun. (Jika ada amonium nitrat dalam larutan semula, atau larutan sangat asam, tak
terjadi pengendapan.) Endapan larut dalam reagensia berlebihan, dan terbentuk ion kompleks
diaminaargentat:

Ag2O↓ + 4NH3 + H2O → 2[Ag(NH3)2]+ + 2OH-

Larutan harus dibuang secepatnya, sebab bila didiamkan, endapan perak nitrida Ag3N
akan terbentuk, yang mudah meledak bahkan dalam keadaan basah sekalipun.

8
Modul Laboratorium Kimia Umum
Analisa Kation Golongan II
Golongan kation ke II: Merkurium (II), Timbal (II), Bismut (III), Tembaga (II),
Kadmium (II), Arsenik (III) dan (V), Stibium (III) dan (V), dan Timah (I) dan (IV)
Reaksi golongan ini ditandai dengan endapan-endapan dengan berbagai warna:
merkurium (II) sulfida, HgS (hitam); timbal (II) sulfida, PbS (hitam); tembaga (II) sulfida, CuS
(hitam); kadmium sulfida, CdS (kuning); bismut (III) sulfida, Bi2S3 (coklat); arsenik (III)
sulfida, As2S3 (kuning), arsenik( V) sulfida (kuning); stibium (III) sulfida, Sb 2S3 (jingga);
stibium (V) sulfida, Sb2S5 (jingga); timah (II) sulfida, SnS (coklat); dan timah (IV) sulfida,
SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan kedua menurut tradisi dibagi dua sub-golongan: sub-
golongan tembaga dan sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan
endapan sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfidsa dari sub golongan tembaga tak
larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-grup arsenik melarut dengan membentuk garam
tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium (II), timbal (II), bismut (III),
tembaga(II), dan kadmium(II). Meskipun bagian terbesar ion timbal (II) diendapkan dengan
asam klorida encer bersama ion-ion lain dari Golongan I, pengendsapan ini agak kurang
sempurna, disebabkan oleh kelarutan timbal (II) klorida yang relatif tinggi. Maka dalam
pengerjaan analisis sistematik, ion-ion timbal masih akan tetap ada, ketika kita bertugas
mengendapkan golongan kation kedua.
Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah larut
dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut. Beberapa kation dari sub- golongan
tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium (II)) cenderung membentuk kompleks
(amonia, ion sianida, dan seterusnya).
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium
(V), timah (II) dan timah (IV). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter: oksidanya membentuk
garam baik dengan asam maupun dengan basa. Jadi, arsenik (III) oksida dapat dilarutkan dalam
asam klorida (6M), dan terbentuk kation arsenik(III):

As2O3 + 6HCl → 2As3+ + 6Cl- + 3H2O

Di samping ini, arsenik(III) oksida larut pula dalam natrium hidroksida (2M), pada
mana terbentuk ion arsenit.

As2O3 + 6OH- → 2As33- + 3H2O

9
Modul Laboratorium Kimia Umum
Melarutnya sulfida dalam amonium polisulfida dapat dianggap sebagai pembentuk
garam-tiodari asam-tio anhidrat. Jadi, melarutnya arsenik(III) sulfida (asam tio anhidrat
mengakibatkan terbentuknya ion-ion amonium dan tioarsenit (amonium tioarsenit: suatu
garam-tio):

As2S3↓ + 3S2- → 2As2S33-

Semua sulfida dari sub-golongan arsenik larut dalam amonium sulfida (tak berwarna),
kecuali timah (II) sulfida: untukmelarutkan yang terakhir ini, diperlukan amonium polisulfida,
yang bertindak sebagian sebagai zat pengoksid, sehingga terbentuk ion tiosianat:

SnS↓ + S22- → SnS32-

Ion-ion arsenik (III), stibium (III), dan timah (II), dapat dioksidasikan menjadi ion
arsenik (V), stibium (V), dan timah (IV). Di pihak lain, ketiga ion yang terakhir ini dapat
direduksi oleh zat-zat pereduksi yang sesuai. Besarnya potensial oksidasi-reduksi dari sistem
arsenik (V)-arsenik (III), dan stibium (V)-tibium (III), bergantung pada pH, maka oksidasi atau
reduksi ion yang bersangkutan dapat dibantu dengan memilih pH yang sesuai untuk reaksi
tersebut.

Merkurium (Raksa), Hg (Ar: 200,59)-Merkurium (II)


Reaksi-reaksi ion merkurium(II) Reaksi-reaksi ion merkurium(II) dapat dipelajari dengan
larutan merkurium(II) nitrat encer (0,05M).
1. Larutan amonia: endapan putih dengan komposisi tercampur; pada dasarnya terdiri dari
mrkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat:

2Hg+ + NO3- + 4NH3 + H2O → HgO.Hg(NH2)NO3↓ + 3NH4+

Garam ini, seperti kebanyakan senyawa-senyawa merkurium, bersublimasi pada tekanan


atmosfer.

Bismut, Bi (Ar: 208,98).


Bismut adalah logam yang putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya
271,5oC. Ia tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya (0,2 V), tetapi

10
Modul Laboratorium Kimia Umum
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat (a), air rraja (b), atau asam sulfat pekat,
panas (c)

2Bi + 8HNO3 → 2Bi3+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O (a)

Bi + 3HCl + HNO3 → Bi3+ + 3Cl- + NO↑ + 2H2O (b)

2Bi + 6H2SO4 → 2Bi3+ + 3SO42- + 3SO2↑ + 6H2O (c)

Bismut membentuk ion tervalen dan pentavalen. Ion bismut tervalen, Bi3+, adalah yang
paling umum. Hidroksidanya, Bi(OH)3, merupakan basa lemah; maka garam-garamm bismut
mudah terhidrolisis, pada mana proses berikut terjadi:

Bi3+ + H2O  BiO+ + 2H+

Ion bismutil, BiO+, membentuk garam-garam yang tak larut, seperti bismutil klorida,
BiOCl, dengan kebanyaka ion. Jika kita ingin membuat ion bismutil tetap berada dalam larutan,
kita harus mengasamkan larutan itu, dengan mana kesetimbangan di atas akan bergeser ke arah
kiri. Bismut pentavalen membentuk ion bismutat, BiO3-. Kebanyakan garamnya tak larut dalam
air.

Reaksi-reaksi ion bismut(III)


Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan larutan bismut (III) nitrat 0,2 M, yang
mengandung kira-kira 3-4 persen asam nitrat.
Larutan amonia: garam basa putih dengan berbagai komposisi. Reaksi kimia yang diperiksakan
adalah:

Bi3+ + NO3- + 2NH3 + 2H2O → Bi(OH)2NO3↓ + 2NH4+

Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan (perbedaan dari tembaga atau kadmium).

Tembaga, Cu (Ar: 63,54).


Tembaga adalah logam merah-muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur
pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+),
ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa
larut sedikit demi sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan
tembaga:

11
Modul Laboratorium Kimia Umum
3Cu + 8HNO3 → 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO↑ + 4H2O

Asam sulfat pekat panas juga melarutkan tembaga:

Cu + 2H2SO4 → Cu2+ + SO42- + SO2↑ + 2H2O

Tembaga mudah pula larut dalam air raja:

3Cu + 6HCl + 2HNO3 → 3Cu2+ + 6Cl- + 2NO↑ + 4H2O

Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga (I) diturunkan dari
tembaga (I) oksida Cu2O yang merah, dan mengandung ion tembaga (I), Cu+. Senyawa-
senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tambaga (I) tak larut dalam air, perilakunya mirip
perilaku senyawa perak (I), mereka mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang
dapat diturunkan dari tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga (III) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan-air; warna ini benar-
benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat (II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Batas terlihatnya warna ion
kompleks tetraakuokuprat (II) (yaitu, warna ion tembaga (II) dalam larutan-air), adalah 500 μg
dalam batas konsentrasi 1 dalam 104. Garam-garam tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II)
sulfat anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat
ion kompleks tetraakuo; demi kesederhanaan, dalam buku ini kita akan menyebutnya sebagai
ion tembaga (II) Cu2+ saja.
Dalam praktek, hanya ion tembaga(II) yang penting, maka hanya reaksi ion tembaga
(II) akan diuraikann disini.
Reaksi-reaksi ion tembaga(II) Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan memakai larutan
tembaga (II) sulfat.
Larutan amonia bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit: endapan biru
suatu garam basa (tembaga sulfat basa):

2Cu2+ + SO42- + 2NH3 + 2H2O → Cu(OH)2.CuSO4↓ + 2NH4+

Yang larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terjadi warna biru tua, yang disebabkan oleh
terbentuknya ion kompleks tetraaminokuprat (II):

Cu(OH)2.CuSO4↓ + 8NH3 → 2[Cu(NH3)4]2+ + SO42- + 2OH-


Jika larutan mengandung garam amonium (atau larutan itu sangat asam dan amonia
yang dipakai untuk menetralkannya sangat banyak), pengendapan tak terjadi sama sekali, tetapi
warna biru langsung terbentuk.

12
Modul Laboratorium Kimia Umum
Analisa Kation Golongan I dan II

Alat dan Bahan


Alat:
- Tabung Reaksi
- Beaker Glass
- Rak tabung reaksi
- Botol reagen
- Pipet Tetes
- Gelas Ukur
- Water Bath

Bahan:
- AgNO3
- Pb(NO3)2
- HgCl2
- Bi(NO3)3
- CuSO4

13
Modul Laboratorium Kimia Umum
Kation Golongan I

Perak (Ag+)
Cara Kerja :

1. Tambahkan larutan asam klorida ke dalam larutan perak nitrat, kemudian


tambahkanlah larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes sampai berlebih.
2. Tambahkan asam semut ke dalam larutan perak nitrat dan panaskan campuran di dalam
waterbath (karena reaksi berjalan agak lambat).
3. Tambahkan larutan kalium iodida, kalium bromida, kalium klorida masing – masing
ke dalam larutan perak nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan perak nitrat.
5. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Timbal Nitrat (Pb2+)


Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan asam klorida 4M ke dalam larutan timbal (II) nitrat. Didihkan
campuran di atas api dan kemudian amati campuran setelah dingin.
2. Tambahkan larutan kalium kromat ke dalam larutan timbal (II) nitrat dan kemudian
tambahkan larutan asam nitrat 4M.
3. Tambahkan asam sulfat ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
4. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan timbal (II) nitrat.
5. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

14
Modul Laboratorium Kimia Umum
Kation Golongan II

Raksa II (Hg2+)
Cara Kerja :

1. Tambahkan larutan Na2S ke dalam larutan raksa (II) klorida.


2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan raksa (II) klorida.
3. Masukkan logam tembaga atau seng ke dalam larutan raksa (II) klorida.
4. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
5. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Bismut (Bi3+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan natrium karbonat ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
2. Tambahkan larutan natrium hidroksida ke dalam larutan bismut nitrat dan kemudian
didihkan campuran di atas api.
3. Masukkanlah logam seng ke dalam larutan bismut nitrat dan ulangi percobaan dengan
logam tembaga.
4. Tambahkan larutan kalium bikromat agak berlebihan ke dalam larutan bismut nitrat.
5. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
6. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

Tembaga II (Cu2+)
Cara Kerja :
1. Tambahkan larutan ammonium hidroksida tetes demi tetes ke dalam larutan tembaga
(II) sulfat sampai berlebih.
2. Tambahkan larutan kalium iodida ke dalam larutan tembaga (II) sulfat dan kemudian
tambahkan larutan sodium thiosulfat tetes demi tetes.
3. Catat dan amati setiap reaksi yang terjadi.
4. Tuliskan masing – masing persamaan reaksinya.

15
Modul Laboratorium Kimia Umum

Anda mungkin juga menyukai