Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Tujuan Percobaan
- Mampu melakukan analisa kualitatif berbagai macam anion dan
menuliskan reaksinya.
- Mampu melakukan analisa kualitatif berbagai macam kation dan
menuliskan reaksinya.
1.2.Dasar Teori
1.2.1. Kation
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation
terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia
golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum yaitu asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan
amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan pada suatu kation bereaksi
dengan reagensia-reagensia ini dengan pembentukan endapan atau tidak.
Klasifikasi kation paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida, dan karbonat dari kation.
Kelima golongan kation dan ciri-ciri khas golongan-golongan ini yaitu :
1. Golongan I : kation golongan ini membentuk endapan dengan asam
klorida encer. Ion-ion golongan ini timbel, merkurium (I) (raksa), dan
perak.
A. Timbel (Pb)
Timbel mudah larut dalam asam nitrat yang sedang
pekatnya (8M), dan berbentuk nitrogen oksida:
3Pb + 8HNO3 3Pb2+ + 6NO3- + 4H2O
Reaksi – reaksi dari ion timbel (II) :
a.) Asam klorida encer ( atau klorida yang larut ): endapan dalam
larutan yang dingin dan tak terlalu encer :
Pb2+ + 2Cl- PbCl2
Endapan larut dalam air panas ( 33,4 g L-1 pada 1000C, sedang
hanya 9,9 L-1 pada 200C ), tetapi memisahkan lagi kristal-
kristal yang panjang seperti jarum setengah dingin, juga larut
dalam asam klorida pekat atau kalium klorida pekat, pada mana
berbentuk ion tetrakloroplumba (II).
PbCl + 2Cl- ( PbCl4)2-
b.) Kalium hidroksida : endapan timbel hidroksida
Pb2+ + 2OH- Pb ( OH )2
Endapan larut dalam reagensia berlebihan, pada mana
terbentuk ion tetrahidrokplumbat ( II ).
Pb(OH2) + 2OH- (Pb(OH)4 )2-

B. Perak (Ag)
Ag tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat encer (1M) atau
asam nitrat encer (2M). Dalam larutan asam nitrat yang lebih pekat
(8M)(a) atau dalam asam pekat panas (b), ia melarut :
6Ag + 8HNO3 6Ag+ + 2NO +6NO3- + 4H2O (a)

2Ag + 8H2SO4 2Ag+ + SO42- + SO42- + 2H2O (b)


a.) Asam klorida encer (atau klorida-klorida yang larut) : endapan
putih perak klorida.
Ag+ + Cl- AgCl
b.) Kalium hidroksida : endapan coklat perak oksida :

2Ag+ + 2OH- Ag2O + H2O

2. Golongan II : kation ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi


membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam susana asam
mineral encer. Golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut,
kadmium, arsenik (III), arsenik (V), stibium (III), stibium (V), timah
(II), dan timah (III)(IV).
A. Merkuium (Hg)
Tidak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer
(2M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang
digin dan sedang pekatnya (8M), dengan merkurium yang berlebih
menghasilkan ion merkurium (I) :
6Hg + 8HNO3 3Hg22+ + 2NO + 6NO3- +4H2O
Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan terbentuk ion
merkurium (II) :

3Hg + 8HNO3 3Hg22+ + 2NO + 6NO3- +4H2O


Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya
adalah ion merkurium (I), jika merkrium terdapat berlebihan.
2Hg + 2H2SO4 Hg22+ + SO42- + SO2 +2H2O
Sedang bila asam yang berlebihan, ion erkurium (II) yang akan
terbentuk.
Hg + 2H2SO4 Hg2+ + SO42- + SO2 +2H2O
Reaksi ion merkurium (I)
a.) Asam klorida encer atau klorida-klorida yang larut : endapan
putih merkurium (I) klorida.
Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl2
b.) Hidrogen hidroksida : endapan hitam merkurium (I) oksida.
Hg22+ + 2OH- Hg2O + H2O
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah
larut dalam asam nitrat encer. Ketika dididihkan, warna
endapan berubah menjadi abu-abu.
Hg2O HgO + Hg
3. Golongan III : tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Tetapi
membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral
atau amoniakal. Kation ini adalah kobalt(II), nikel (II), besi (II),
besi(III), kromium (III), alumunium, zink, dan mangan (II).
4. Golongan IV : tidak bereaksi dengan reagensia golongan I,II, dan III.
Membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya
amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation
golongan ini adlah kalsium, strontium, dan barium.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca2+ dalam larutan air.
Garam-garam biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan
yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.
5. Golongan V : tidak bereaksi dengan reagensia –reagensia golongan
sebelumnya merupakan golongan akhir, yang meliputi magnesium,
natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.
1.2.2. Anion
1. Kelas A
A. Gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer :
karbonat hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida,
nitrit, hipoklorit, sianid, dan sianat.
B. Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat.
2. Kelas B
A. Reaksi pengendapan
Sulfat, perosodisulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit,
kromat, dikromat, silikat, heksaflourosilikat, salisilat, benzoat, dan
suksinat.
B. Oksida dan reduksi dalam larutan.
Mangan, permanganat, kromat, dan dikromat.
3. Macam – Macam Anion
A. Sulfit
Larutan natrium sulfit Na2SO3.7H2O 0,5M, dapat dipakai untuk
reaksi :
a.) Larutan perak nitrat : mula-mula tidak ada perubahan yang
dilihat, karena pembentukan ion-ion sulfitoargenat:
SO32- + Ag+ (AgSO3)-
Dengan menambahkan reagensia yang lebih banyak, terbentuk
endapan kristalin putih, perak sulfit :
(AgSO3)- + Ag+ Ag2SO3
b.) Larutan timbel asetat atau timbel nitrat : endapan putih timbel
sulfit :
SO32- + Pb2+ PbSO3
B. Kromat (CrO42-)
Kromat logam biasanya adalah zat logam padat berwarna, yang
menghasilkan larutan kuning bila larut dapat larut dalam air.
Reaksi-reaksi :
a.) Larutan perak nitrat : enadapan merah kecoklatan perak kromat
Ag2CrO4, dengan larutan suatu kromat. Endapan larut dalam
nitrat encer dan larutan amoniak, tetapi tak larut dalam asam
asetat. Asam klorida mengubah endapan menjadi perak klorida
( putih ).
CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4
b.) Larutan timbel asetat : endapan kuning timbel kromat, PbCrO4,
yang tak larut dalam asam asetat, tetapi larut dalam asam nitrat
encer.
CrO42- +Pb2+ PbCrO4

2PbCrO4 + 2H+ 2Pb2+ + Cr2O72- +H2O


C. Bromida (Br)
Kelautan perak, merkurium (I), dan tembaga (I) tak larut dalam
air. Reaksi:
a.) Larutan timbel asetat : endapan kristalin putih timbel bromida,
2Br- + Pb- PbBr2
Endapan larut dalam air mendidih.
b.) Larutan perak nitrat : endapan seperti dadih berwarna kuning
pucat.
Br- + Ag- AgBr
D. Tiosulfat , (S2O32-), reaksi :
a.) Larutan perak nitrat : endapan putih perak tiosulfat.
S2O32- + 2Ag+ Ag2S2O3
b.) larutan timbel asetat, penambahan reagen lebih lanjut,
terbentuk endapan putih.
S2O32- +Pb2+ PbS2O3
Endapan larut dalam tiosulfat berlebih
PbS2O3 +H2O PbS + 2H+ + SO42-
c.) Larutan besi (III) klorida : muncul pewarnaan lembayung tua.
2S2O32- + Fe3+ (Fe(S2O3)2)-
E. Iodida (I-), reaksi :
a.) Larutan perak nitrat : endapan seperti dadih kuning :
I- + Ag+ AgI
b.) Larutan timbel asetat : endapan kuning timebl iodida
2I- + Pb2+ PbI2
2-
F. Karbonat (CO3 ), reaksi :
a.) Larutan perak nitrat : endapan putih perak karbonat
CO32- + 2Ag+ Ag2CO3
1.2.3. Ksp ( Reaksi Pengendapan )
Ksp adalah ambang maksimum hasil kali konsentrasi ion-ion
dalam larutan. Penambahan selanjutnya akan menghasilkan endapan.
Jumlah zat yang mengendap adalah sedemikian sehingga larutan tetap
jenuh.
Bila :
Qsp > Ksp = larutan belum jenuh
Qsp = Ksp = larutan tepat jenuh
Qsp > Ksp = terjadinya pengendapan
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat yang digunakan

1. Tabung reaksi

2. Rak tabung reaksi

3. Pipet tetes

2.1.2. Bahan yang digunakan

1. AgNO3 6. Na2CO3 11. Na2SO3

2. Pb(NO3)2 7. K2CrO4 12. HCL 4N

3. HgCl2 8. KBr 13. KOH

4. FeCl2 9. KI 14. CH3COOH

5. CaCl2 10. Na2S2O3

2.2. Prosedur Kerja

2.2.1 Kation

1. Reagen HCL

- Menambahkan 20 tetes sampel kation


- Menambahkan 2 tetes HCL 4N, kemudian menambahkan lagi 20
tetes HCL 4N.
- Memanaskan larutan, amati.
2. Reagen KOH

- Menambahkan 20 tetes sampel kation


- Menambahkan 2 tetes KOH, kemudian menambahkan lagi 20 tetes
KOH
- Memanaskan larutan, amati
3. Reagen CH3COOH
- Menambahkan 20 tetes sampel kation
- Menambahkan 2tetes CH3COOH, kemudan menambahkan lagi 20
tetes KOH
- Memanaskan larutan, amati.

2.2.2. Anion

- Menambahkan 20 tetes sampel anion.


- Menambahkan 20 tetes kation,amati. Kemudian menambahkan lagi 20
tetes kation
- Memanaskan larutan, amati.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil pengamatan


No Kegiatan Pengamatan Reaksi
ANALISA KATION
A. AgNO3
1. Memasukan 20 tetes Larutan bewarna
AgNO3 + 2 tetes putih dan terdapan
HCl 4N endapan putih
+ 20 tetes HCL 4N Larutan menjadi
keruh dan memilki 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐻𝐶𝐿 → 𝐴𝑔𝐶𝑙 ↓ + 𝐻𝑁𝑂3
endapan
+ dipanaskan Endapan bewarna
putih dan larutan
berwarna bening
2. Memasukkan 20 Larutan berwarna
tetes AgNO3 + 2 coklat dan endapan
tetes KOH berwarna coklat
+ 20 tetes KOH Larutan coklat
keruh dan memiliki 2𝐴𝑔+ + 𝑂𝐻 − → 𝐴𝑔2 𝑂 + 𝐻2 𝑂
endapan coklat
+ dipanaskan Larutan sedikit
keruh dan endpan
coklatya turun
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
AgNO3 + 2 tetes perubahan atau
CH3COOH tidak terjadi reaksi
+ 20 tetes Tidak terjadi
Ch3COOH perubahan atau 𝐴𝑔𝑁𝑂3 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 →
+ dipanaskan tidak bereaksi
B. Pb(NO3)2
1. Memasukan 20 tetes Terbentuk 2 fase
Pb(NO3)2 + 2 tetes dan endapan putih
HCL 4N 𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2 + 𝐻𝐶𝐿 → 𝑃𝑏𝐶𝑙2
+ 20 tetes HCL 4N Terbentuk 2 fase ↓ +2𝐻𝑁𝑂3
dan endapan putih
+ dipanaskan Endapan hilang dan
larutan menjadi 𝑃𝑏𝐶𝑙2 ↓ +2𝐶𝑙 − → [𝑃𝑏𝐶𝑙2 ]2−
bening
2. Memasukan 20 tetes Larutan keruh dan
Pb(NO3)2 + 2 tetes terbentuk sedikit 𝑃𝑏 2+ + 2𝑂𝐻 − → 𝑃𝑏(𝑂𝐻2 ) ↓
KOH endapan putih
+ 20 tetes KOH Larutan menjadi 𝑃𝑏(𝑂𝐻)2 ↓ +2𝑂𝐻 − → [𝑃𝑏(𝑂𝐻)2 ]2−
bening
+ dipanaskan Larutan bening
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
Pb(NO3)2 + 2 tetes perubahan atau tidk
CH3COOH bereaksi 𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 →
+ 20 tetes
CH3COOH
+ dipanaskan
C. HgCl2
1. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
HgCl2 + 2 tetes perubahan atau
HCL 4N tidak bereaksi 𝐻𝑔𝐶𝑙2 + 𝐻𝐶𝐿 →
+ 20 tetes HCL 4N
+ dipanaskan
2. Memasukan 20 tetes Larutan berwarna
HgCl2 + 2 tetes coklat muda
KOH 𝐻𝑔𝐶𝑙2 + 2𝐾𝑂𝐻
+ 20 tetes HCL 4N Larutan berwarna → 𝐻𝑔(𝑂𝐻)2 + 2𝐾𝐶𝐿
kuning
+ dipanaskan Terbentuk endapan 𝐻𝑔2+ + 2𝑂𝐻 − → 𝐻𝑔𝑂 ↓ +𝐻2 𝑂
coklat
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
HgCl2 + 2 tetes perubahan atau
CH3COOH tidak bereaksi
+ 20 tetes 𝐻𝑔𝐶𝑙2 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 →
CH3COOH
+ dipanaskan
D. FeCl3
Memasukan 20 tetes Larutan berwarna
FeCl3 + 2 tetes HCL kuning kehijauan
4N bening (warna
FeCl3)
+ 20 tetes HCL 4N Larutan berwarna
kuning kehijauan 𝐹𝑒𝐶𝑙3 + 𝐻𝐶𝐿 →
bening (warna
FeCl3)
+ dipanaskan Larutan berwarna
kuning bening
2. Memasukan 20 teets Larutan berwarna 𝐹𝑒𝐶𝑙3 + 3𝐾𝑂𝐻 → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 + 3𝐾𝐶𝐿
FeCl3 + 2 tetes KOH kuning pudar
+ 20 tetes KOH Larutan bening dan
terdapat endapat 𝐹𝑒 3+ + 𝑂𝐻 − → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 ↓
orange kecoklatan
+ dipanaskan Larutan tetap
𝐹𝑒 3+ + 𝑂𝐻 − → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 ↓
bening dan masih
terdapat endapan
3. Memasukan 20 tetes Larutan berwarna
FeCl3 + 2 tetes kuning pudar
CH3COOH
+ 20 tetes Larutan tetap
CH3COOH berwarna kuning 𝐹𝑒𝐶𝑙3 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 →
pudar
+ dipanaskan Larutan tetap
berwarna kuning
pudar
E. CaCl2
1. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
CaCl2 + 2 tetes HCL perubahan atau
4N tidak bereaksi 𝐶𝑎𝐶𝑙2 + 𝐻𝐶𝐿 →
+ 20 tetes HCL 4N
+ dipanaskan
2. Memasukan 20 teets Larutan keruh dan
CaCl2 + 2 tetes terdapan endapan
KOH
+ 20 tetes KOH Larutan keruh dan
terdapat endapan 𝐶𝑎2+ + 2𝑂𝐻 − → 𝐶𝑎(𝑂𝐻)2 ↓
+ dipanaskan Larutan keruh dan
terdapan endapan
putih
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
CaCl2 + 2 tetes perubahan atau 𝐶𝑎𝐶𝑙2 + 𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 →
CH3COOH tidak bereaksi
+20 tetes
CH3COOH
+ dipanaskan Tidak bereaksi
ANALISA ANION
A. KBr
1. Memasukan 20 tetes Larutan keruh
KBr + 2 tetes berwarna putih
AgNO3
+ 20 tetes AgNO3 Larutan berwarna
putih keruh 𝐵𝑟 − + 𝐴𝑔+ → 𝐴𝑔𝐵𝑟 ↓
+ dopanaskan Larutan tetap
berwarna putih
keruh
2. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
KBr + 2 tetes perubahan atau
Pb(NO3)2 tidak bereaksi 𝐾𝐵𝑟 + 𝑃𝑏(𝑁𝑂)3 →
+ 20 tetes Pb(NO3)2
+ dipnaskan
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
KBr + 2 tetes HgCl2 perubahan atau
+ 20 tetes HgCl2 tidak bereaksi 𝐾𝐵𝑟 + 𝐻𝑔𝐶𝑙2 →
+ dipanaskan
4. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
KBr + 2 tetes CaCl2 perubahan atau
+ 20 tetes CaCl2 tidak bereaksi 𝐾𝐵𝑟 + 𝐶𝑎𝐶𝑙2 →
+ dipanaskan
5. Memasukan 20 tetes Larutan berwarna
KBr + 2 tetes FeCl3 kuning bening
+ 20 tetes FeCl3 Larutan berwarna 3𝐾𝐵𝑟 + 𝐹𝑒𝐶𝑙3 → 3𝐾𝐶𝑙 + 𝐹𝑒𝐵𝑟3
kuning bening
+ dipanaskan Latutan berwarna
kuning keemasan
B. Na2CO3
1. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
Na2CO3 + 2tetes putih keruh 𝐶𝑂3 2− + 2𝐴𝑔+ → 𝐴𝑔2 𝐶𝑂3 ↓
AgNO3
+ 20 tetes AgNO3 Larutan menjadi
keruh dengan
endapan coklat 𝐴𝑔2 𝐶𝑂3 ↓→ 𝐴𝑔2 𝑂 ↓ +𝐶𝑂2 ↓
+ dipanaskan Larutan keruh
kehitaman dengan
endapan hitam
2. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
Na2CO3 + 2 tetes putih keruh
Pb(NO3)2
+ 20 tetes Pb(NO3)2 Larutan menjadi
putih keruh 𝐶𝑂3 2− + 𝑃𝑏 2+ → 𝑃𝑏𝐶𝑂3↓
+ dipanaskan Larutan keruh dan
terbentuk endpan
putih
3. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
Na2CO3 + 2 tetes kekuningan
HgCl2
+ 20 tetes HgCl2 Larutan menjadi
coklat 𝐶𝑂3 2− + 𝐻𝑔+ → 𝐻𝑔𝐶𝑂3 ↓
+ dipanaskan Larutan menjadi
bening dan
terbentuk endapan
orange
4. Memasukan 20 tetes Larutan bening 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 + 𝐶𝑎𝐶𝑙2 → 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐶𝑎𝐶𝑂3
Na2CO3 + 2 tetes
CaCl2
+ 20 tetes CaCl2 Larutan menjadi
putih keruh
+ dipanaskan Larutan keruh dan 𝐶𝑂3 2− + 𝐶𝑎2+ → 𝐶𝑎𝐶𝑂3
terbentuk gelatin
putih
5. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
Na2CO3 + FeCl3 kekuningan
+ 20 tetes FeCl3 Larutan menjadi
kuning kecoklatan
dan terbentuk 3𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 + 𝐹𝑒𝐶𝑙3
gelatin → 6𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐹𝑒2 (𝐶𝑂3 )3↓
+ dipanaskan Larutan menjadi
bening dan
terbentuk gelatin
coklat
C. Na2SO3
1. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
Na2SO3 + 2 tetes perubahan atau
AgNO3 tidak bereaksi 𝑁𝑎2 𝑆𝑂3 + 𝐴𝑔𝑁𝑂3 →
+ 20 tetes AgNO3
+ dipanaskan
2. Memasukan 20 tetes Larutan putih
Na2SO3 + 2 tetes keruh
Pb(NO3)2
+ 20 tetes Pb(NO3)2 Larutan putih
keruh dan 𝑆𝑂3 2− + 𝑃𝑏 2+ → 𝑃𝑏𝑆𝑂3 ↓
terdapat endapan
putih
+ dipanaskan Larutan menjadi
bening dan
terbentuk endapan
putih
3. Memasukan 20 tetes Larutan bening
Na2SO3 + 2 tetes
HgCl2
+ 20 tetes HgCl2 Terbentuk gelatin 𝑁𝑎2 𝑆𝑂3 + 𝐻𝑔𝐶𝑙2 → 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐻𝑔𝑆𝑂3
putih
+ dipanaskan Larutan kembali
bening
4. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
Na2SO3 + 2 tetes perubahan atau
CaCl2 tidak bereaksi 𝑁𝑎2 𝑆𝑂3 + 𝐶𝑎𝐶𝑙2 →
+ 20 tetes CaCl2
+ dipanaskan
5. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
Na2SO3 + 2 tetes prubahan atau
FeCl3 tidak bereaksi 𝑁𝑎2 𝑆𝑂3 + 𝐹𝑒𝐶𝑙3 →
+ 20 tetes FeCl3
+ dipanaskan
D. KI
1. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
KI + 2 tetes AgNO3 kekuningan
+ 20 tetes AgNO3 Larutan menjadi 𝐼 − + 𝐴𝑔+ → 𝐴𝑔𝐼 ↓
kekuningan
+ dipanaskan Larutan menjadi
kuning kehijauan
2. Memasukan 20 tetes Larutan bening
KI + 2 tetes HgCl2 2𝐼 − + 𝐻𝑔𝐶𝑙2 → 𝐻𝑔𝐼2 ↓ +2𝐶𝑙 −
+ 20 tetes HgCl2 Larutan berwarna
merah keorangean
+ dipanaskan Larutan menjadi
kuning bening
dan terdapan
gelatin
3. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
KI + 2 tetes kekuingan 2𝐾𝐼 + 𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2 → 𝑃𝑏𝐼2 + 2𝐾𝑁𝑂3
Pb(NO3)2
+ 20 tetes Pb(NO3)2 Terbentuk
endapan kuning
tua
+ dipanaskan Larutan menjadi 2𝐼 − + 𝑃𝑏 2+ → 𝑃𝑏𝐼2
bening dan
terdapat endapan
kuning
4. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
KI + 2 tetes CaCl2 perubahan atau
+ 20 tetes CaCl2 tidak bereaksi 𝐾𝐼 + 𝐶𝑎𝐶𝑙2 →
+ dipanaskan
5. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
KI + 2 tetes FeCl3 kuning
+ 20 tetes FeCl3 Larutan menjadi 2𝐹𝑒 3+ + 2𝐼 − → 2𝐹𝑒 2+ + 𝐼2
coklat tua
+ dipanaskan Larutan menjadi
coklat tua
E. K2CrO4
1. Memasukan 20 tetes Larutan berwarna
K2CrO4 + 2 tetes orange keruh 6𝐹𝑒 3+ + 𝐶𝑟2 𝑂7 2− + 14𝐻 +
FeCl3 dengan endapan → 2𝐶𝑟 3+ + 4𝐻2 𝑂
+ 20 tetes FeCl3 Larutan menjadi + 6𝐹𝑒 3+
orange dan
endapan hilang
+ dipanaskan Larutan menjadi
orange keruh

2. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi


K2CrO4 + 2 tetes kuning cerah
Pb(NO3)2
+20 tetes Pb(NO3)2 Larutan tetap 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4 + 𝑃𝑏(𝑁𝑂3 )2
kuning cerah → 2𝐾𝑁𝑂3 + 𝑃𝑏𝐶𝑟𝑂4
+ dipanaskan Larutan menjadi
bening dengan 𝐶𝑟𝑂4 2− + 2𝐴𝑔+ → 𝑃𝑏𝐶𝑟𝑂4 ↓
endapan orange
3. Memasukan 20 tetes Larutan menjadi
K2CrO4 + 2 tetes coklat kemerahan
AgNO3 dan terbentuk
endapan
+ 20 tetes AgNO3 Larutan menjadi
merah keunguan 𝐶𝑟𝑂4 2− + 2𝐴𝑔+ → 𝐴𝑔2 𝐶𝑟𝑂4 ↓
dan keruh
+ dipanaskan Larutan menjadi
bening denagn
endapan merah
keunguan
4. Memasukan 20 tetes Larutan bening
K2CrO4 + 2 tetes
HgCl2
+ 20 tetes HgCl2 Larutan bening 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4 + 𝐻𝑔𝐶𝑙2 → 2𝐾𝐶𝐿 + 𝐻𝑔𝐶𝑟𝑂4
+ dipanaskan Larutan menjadi
kuning pekat
5. Memasukan 20 tetes Larutan bening 𝐾2 𝐶𝑟𝑂4 + 𝐶𝑎𝐶𝑙2 → 2𝐾𝐶𝐿 + 𝐶𝑎𝐶𝑟𝑂4
K2CrO4 + 2 tetes
CaCl2
+ 20 tetes CaCl2 Larutan bening
+ dipanaskan Larutan menjadi
kuning bening
F. Na2S2O3
1. Memasukan 20 tetes Larutan bening
Na2S2O3 + 2 tetes 2𝑆2 𝑂3 2− + 𝐴𝑔+ → [𝐴𝑔(𝑆2 𝑂3 )2]2−
AgNO3
+ 20 tetes AgNO3 Larutan bening
dengan endpan
bening
+ dipanaskan Larutan berwarna 𝐴𝑔2 𝑆2 𝑂3 ↓ +𝐻2 𝑂 → 𝐴𝑔2 𝑆
coklat kehitaman ↓ +2𝐻 + + 𝑆𝑂4 2−
dengan endapan
hitam
2. Memasukan 20 tetes Larutan keruh
Na2S2O3 + 2 tetes dengan endapan
Pb(NO3)2 putih 𝑆2 𝑂3 2− + 𝑃𝑏 2+ → 𝑃𝑏𝑆2 𝑂3
+ 20 tetes Pb(NO3)2 Larutan kweruh
dengan endapan
putih
+ dipanaskan Larutan menjadi
keruh dengan 𝑃𝑏𝑆2 𝑂3 ↓ +𝐻2 𝑂 → 𝑃𝑏𝑆
endapan abu-abu ↓ +2𝐻 + + 𝑆𝑂4 2−
kehitaman
3. Memasukan 20 tetes Tidak terjadi
Na2S2O3 + 2 tetes perubahan atau
CaCl2 tidak bereaksi 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 + 𝐶𝑎𝐶𝑙3 →
+ 20 tetes CaCl2
+ dipanaskan
4. Memasukan 20 tetes Larutan berwarna 2𝑆2 𝑂3 2− + 𝐹𝑒 3+ [𝐹𝑒(𝑆2 𝑂3 )2 ]−
Na2S2O3 + 2 tetes ungu, didiamkan
FeCl3 larutan berubah
menjadi keruh
+ 20 tetes FeCl3 Larutan berwarna [𝐹𝑒(𝑆2 𝑂3 )2 ]− + 𝐹𝑒 3+
ungu, didiamkan → 𝐹𝑒 2+ + 𝑆4 𝑂6 2−
larutan keruh
+ dipanaskan Larutan menjadi 2𝑆2 𝑂3 2− + 2𝐹𝑒 3+ → 𝑆4 𝑂6 2− + 𝐹𝑒 2+
putih susu
5. Memasukan 20 tetes Larutan kuning
Na2S2O3 + 2 tetes
HgCl2
+ 20 tetes HgCl2 Larutan menjadi 𝑁𝑎2 𝑆2 𝑂3 + 𝐻𝑔𝐶𝑙2
hijau kehitaman → 2𝑁𝑎𝐶𝑙 + 𝐻𝑔𝑆2 𝑂3
+ dipanaskan Larutan menjadi
hitam

3.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, ion Ag+ dan Pb2+ ketika ditambahkan reagen HCL
akan bereaksi membentuk endapan putih yang menunjukan bahwa ion Ag+
dan Pb2+ merupakan kation golongan I, karena keduanya membentuk endapan
dengan warna yang sama yaitu endapan putih, maka Ag+ dan Pb2+
direaksikan dengan KOH atau basa kuat dimana ion Ag+ bereaksi dengan
OH- membentuk endapan coklat dan Pb2+ direkasikan dengan OH- akan
membentuk endapan putih. Sedangkan Ag+ dan Pb2+ tidak bereaksi dengan
CH3COOH hal ini dikarenakan CH3COOH lebih mudah larut sehingga
warna larutan tetap bening.
Fe3+ ketika direaksikan ketika direaksikan dengan HCL tidak terjad apa-
apa atau tidak bereaksi, sedangkan ketika direkasikan dengan basa kuat yaitu
KOH akan membentuk endapan orange kecoklatan berua endapan Fe(OH)3
yang tak larut dalam reagensia berlebihan. Hal ini menunjukan bahwa Fe3+
merupakan kation golongan III bukan golongan I.
Pada ion Hg2+ dan Ca2+ ketika direaksikan dengan HCL tidak akan terjadi
apa-apa atau tidak bereaksi, hal ini menunjukan bahwa Hg2+ dan Ca2+ bukan
golongan I, tetapi ketika direaksikan dengan basa kuatyaitu KOH, ion Ca2+
dengan OH- akan membentuk endapan Ca(OH)2 berwarna putih dan ion Hg2+
direaksikan dengan OH- akan membentuk endapan HgO berwarna coklat.
Pada percobaan ini semua kation tidak ada yang bereaksi dengan ion
CH3COO-.
Pada analisa anion Br- direaksikan dengan Ag+ akan menghasilkan larutan
keruh berwarna putih. Sehingga terdapat endapan 𝐴𝑔𝐵𝑟 ↓. Ketika Br-
direaksikan dengan Pb2+ dan Ca2+ tidak terjadi reaksi apa-apa, hal ini karena
Pb2+ dan Ca2+ larut dalam air. Pada Pb2+ seharusnya membentuk 𝑃𝑏𝐵𝑟2 ↓
tetapi pada praktikum yang dilakukan Br- direaksikan dengan Pb2+ tidaak
bereaksi. Karena Pb2+ pada sampel memiliki nilai Qsp < Ksp sehingga tidak
terjadi pengendapan dimana volume Pb2+ sangat berpengaruh saat
ditambahkan dengan Br-. Ketika Br- ditambahkan dengan Fe3+ larutan
berwarna kuning. Hal ini berarti tidak terjadi reaksi apa-apa. Penambahan
warna menjadi kuning karena warna Fe3+ itu sendiri berwarna kuning.
Pada analisa anion CO32- direaksikan dengan Ag+ 2 tetes larutan menjadi
putih keruh yang berarti adanya endapan 𝐴𝑔2𝐶𝑂3 ↓. Ketika ditambahkan
berlebihan larutan menjadi keruh dengan endpan coklat. Endapan menjadi
coklat karena terbentuknya perak oksida hal yang sama terjadi ketika
campuran dididihkan. Ketika CO32- direaksikan dengan Pb2+ larutan menjadi
putih keruh yang berarti terjadi pengendapan 𝑃𝑏𝐶𝑂3 ↓. Dengan reagensia
berlebih dan pendidihan tak nampak perupahan dengan larutan tetap keruh
dan terdapat endapan putih. Ketika CO32- direaksikan dengan Hg2+ larutan
menjadi kekuningan dengan adanya endapan 𝐻𝑔𝐶𝑂3 ↓. ketika ditambahkan
reagensia berlebih larutan menjadi coklat kemudian dipanaskan endapan
turun dan larutan menjadi benning. Ketika CO32- direaksikan dengan Fe3+
larutan menjadi kuning. Apabila ditambahkan reagensia berlebih larutan
menjadi kuning kecoklatan. Perubahan warna menjadi kuning akibt warna
Fe3+ itu sendiri, sedangkan pada reagensia berlebih larutan berwarna kuning
pekat.
Pada analisa anion I- direaksikan dengan Ag+ reagensia berlebih larutan
tetap menjadi kekuningan, seharusnya anion I- direaksikan dengan Ag+
terbentuk endapan seperti dadih kuning, yaitu perak iodida 𝐴𝑔𝐼 ↓. Perbedaan
tersebut akibat nilai Qsp<Ksp. Akibatnya pada volume tersebut belum dapat
mengendap. I- yang direaksikan dengan Hg2+ reagensia berlebih larutn keruh
berwarna merah keorange-an. Dan dipanaskan larutan menjadi kuning dan
terdapat gelatin merah keorange-an. Hal ini berarti terdapan endapan 𝐻𝑔𝐼2 ↓.
Pada I- yang direaksikan dengan Pb2+ reagensia berlebih terbentuk endapan
kuning tua, 𝑃𝑏𝐼2 ↓. Endapan larut sedang-sedang saja dalam air mendidih
menghasilkan larutan tak berwarna dengan endapan. I- yang direaksikan
dengan Ca2+ tidak bereaksi atau larutan tetap menjadi bening. Dan saat
direaksikan dengan Fe3+ tidak menghasilkan endapan, namun larutan berubah
warna coklat tua, dengan reaksi : 2𝐹𝑒2 + + 2𝐼− → 2𝐹𝑒2 + +𝐼2 .
Pada analisa anion SO32- direaksi dengan Ag+ larutan bening, sedangkan
pada reagensia berleih dan dipanaskan tak nampak perubahan. Ketika SO32-
direaksikan dengan Ag+ reagensia berlebih seharusnya terbentuk endapan
kristalin putih, hal ini karena Ag+ pada sampel memiliki nilai Qsp<Ksp yang
berarti belum mengendap pada volume tersebut. Ion SO32- yang direaksikan
dengan Pb2+ larutan putih keruh yang terjadi pengendapan 𝑃𝑏𝑆𝑂3 ↓dan
ketika dipanaskan larutan menjadi bening dan terbentuk endapan putih
dimana saat dipanaskan proses pengendapan cepat terjadi dan larutan menjadi
bening. SO32- yang direaksika dengan Hg2+ pada reagensia berlebih terbentuk
gelatin putih, hal ini karena sulfit dari logam lainnya larut sangat sedikit atau
tidak larut. Berarti dimana nilai Qsp>Ksp pada sampel tersebut sudah
mengendap. Dan pada proses pemanasan tersebut larut dalam air sehingga
menjadi bening. Ketika SO32- direaksikan dengan Ca2+ dan Fe3+ tidak terjadi
reaksi apa-apa.
Pada analisa CrO42- direaksikan dengan Fe3+ tidak menghsilkan endapan.
Namun larutan menjadi berwarna orange dengan reaksi : 6𝐹𝑒2 +
+ 𝐶𝑟2 𝑂7 2− + 14𝐻 + → 2𝐶𝑟3 + + 4𝐻2 𝑂 + 6𝐹𝑒 3+ . Dan saat direaksian
dengan reagensia Pb2+ berlebih, larutan tetap kuning cerah dan ketika
dipanaskan terbentuk endapan 𝑃𝑏𝐶𝑟𝑂4 ↓ berwarna orange. Ketika
direaksikan dengan ion Ag+ terbentuk endapan 𝐴𝑔2𝐶𝑟𝑂4 ↓ berwarna merah
keunguan, ketika direaksikan dengan Hg2+ dan Ca2+ dalam reagensia berlebih
tidak bereaksi apa-apa atau larutan tetap bening dan saat dipanaskan larutan
berubah warna akibat proses pemanasan.
Pada analisis S2O32- direaksikan dengan Ag+ larutan bening. Mula-mula
tak terjadi endapan, karena terbentuk kompleks ditiosulfat yang larut :
2𝑆2 𝑂3 2− + 𝐴𝑔+ → [𝐴𝑔(𝑆2 𝑂3 )2]2− dan ditambahkan denagn reagensia
berlebih didiamkan endapan tidak stabil berubah gelap (hitam). Ketika mana
ternbentuk perak sulfida : 𝐴𝑔2 𝑆2 𝑂3 ↓ +𝐻2 𝑂 → 𝐴𝑔2𝑆 + 2𝐻 + + 𝑆𝑂4 2− .
Penguraian hidrolisis ini dapat dipercepat dengan memanaskan. Ketika
direaksikan dengan Pb2+ reagensia berlebih larutan keruh dengan endapan
putih. Dengan mendidihkan suspensi, endapan itu menjadi berwarna abu-abu
kehitaman dan akhirnya membentuk endapan hitam timbel sulfida :
𝑃𝑏𝑆2𝑂3 ↓ + 𝐻2𝑂 → 𝑃𝑏𝑆 ↓ +2𝐻 + + 𝑆𝑂4 2− . Ketika direaksikan dengan
Ca2+ tidak terjadi perubahan atau tidak bereaksi. Direaksikan Fe3+ muncul
pewarnaan ungu yang mungkin disebabkan karena terbentuknya suatu
kompleks ditiosulfat besi (III) :2𝑆2𝑂3 2− + 𝐹𝑒 2+ → [𝐹𝑒(𝑆2 𝑂3 )2]2− .
Setelah didiamkan, warna hilang dengan cepat menjadi keruh. Sementara ion-
ion tetrasional dan besi (II) terbentuk : [𝐹𝑒(𝑆2 𝑂3 )2]2− + 𝐹𝑒 3+ → 2𝐹𝑒 2+ +
𝑆2𝑂3 2− Dan saat dipanaskan larutan menjadi putih susu. Sehingga reduksi
besi (III) oleh tiosulfat : 2𝑆2𝑂3 2− + 2𝐹𝑒 3+ → 𝑆4𝑂6 2− + 2𝐹𝑒 2+ . Ketika
direaksikan dengan Hg2+ reagensia berlebih larutan berubah warna dan tidak
ada pengendapan.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari praktikum diketahui bahwa Ag+ dan Pb+ merupakan golongan yang
sama yaitu golongan I, ditandai dengan endapan putih. Hg+ merupakan
golongan II, golongan III yaitu Fe3+ dan Ca2+ merupakan golongan IV.
Penggolongan anion saat reagen kation ditambahkan dan bereaksi seperti
AgNO3 bereaksi dengan KBr, Na2CO3, KI, K2CrO4, Na2S2O3. Pb(NO3)2
bereaksi dengan Na2CO3, Na2SO3, KI, K2CrO4, Na2S2O3. Reagen HgCl2
bereaksi dengan KBr, Na2CO3, KI, K2CrO4. Reagen CaCl2 bereaksi dengan
Na2CO3, K2CrO4. Dan reagen FeCl3 bereaksi dengan KBr, Na2CO3, KI,
K2CrO4 dan Na2S2O3.

4.2. Saran

1. Sebaiknya saat melakukan praktikum untuk memakai alat pelindung seperti


sarung tangan, kacamata, masker dll.

2. Sebaiknya pada saat praktikum reagen untuk menguji anion dan kation
diperlengkap agar lebih mudah dalam membedakan jenis anion dan kation.

3. Sebaiknya sampel ditambah variasinya agar lebih menambah pengetahuan


mengenai larutan sampel yang terjadi perubahan saat dilakukan pengujian.
DAFTAR PUSTAKA

Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro bagian I Edisi V. Jakarta : PT Kalmamedia pustaka
Svehla, G. 1985. Vogel : Buku Teks An Analisis Anorganik Kualitatif Makro
dan Semimikro bagian II Edisi V. Jakarta : PT Kalmamedia pustaka
LAMPIRAN

Gambar Alat

Rak tabung reaksi dan


tabung reaksi

Hot plate
Pipet Tetes

Anda mungkin juga menyukai