Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI KATION

Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kualitatif merupakan salah satu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan.
Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi
golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion
atau kation suatu larutan. Regensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan amonium
karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Sedangkan metode yang digunakan
dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang
kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan (Keenan, 1999).
Kimia analisis secara garis besar dibagi dalam dua bidang yang disebut analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya
adalah unsur atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel atau contoh. Pada
pokoknya tujuan analisis kualitatif adalah memisahkan dan mengidentifikasi sejumlah unsur
Analisis kuantitatif berurusan dengan penetapan banyak suatu zat tertentu yang ada dalam
sampel. Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui,
pertama kali adalah membuat sampel (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan).
Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada.
Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam
suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses
pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan
uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan
menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang kan memberikan larutan atau endapan
berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu (Underwood, 1992).
Analaisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik
dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masing-masing golongan ke dalam sub
golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan
sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan ion tertentu dan
memisahkan dari ion-ion lainnya. Sebagai suatu gambaran, penambahan HCl dalam larutan
yang mengandung semua ion hanya akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+),
perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion golongan ini diendapkan dan dipisahkan, ion-
ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam
suasana asam. Setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu
memungkinkan terpisahnya golongan lain. Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-
kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa
pereaksi antara lain adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium
karbonat. Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida,
sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema di bawah ini memperlihatkan
pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya.
Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing- masing kation (Vogel, 1985).
Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya:
1. Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion
golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan
lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation golongan I
memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan
menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang
terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut kembali dalam bentuk kompleks
sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.
Kation golongan I : Timbal (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
Pereaksi golongan : Asam klorida encer(2M)
Reaksi golongan : Endapan putih timbal klorida (PbCl2), Merkurium(I) klorida (Hg2Cl2),
dan perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbal klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna bila
ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu diendapkan
secara kuantitatif dengan H2 S dalam suasana asam bersama-sama kation golongan II Nitrat
dari kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat-sulfat, timbal praktis tidak
larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I) sulfat terletak diantara
kedua zat di atas.
Kation-kation golongan I diendapkan sebagai garam klorida. Pemisahan kation
golongan I tersebut dari campuran sebagai garam klorida didasarkan fakta bahwa garam
klorida dari golongan I tidak larut dalam suasana asam (pH 0,5-1). Kation-kation dalam
golongan I yang terdiri atas Ag+, Hg+, dan Pb2+. Garam klorida dari kation golongan I adalah:
Hg2 Cl2 , AgCl, dan PbCl2 . Pemisahan masing-masing kation tersebut dilakukan berdasarkan
cara sebagai berikut:
1. PbCl2 dipisahkan dari Hg2 Cl2 dan AgCl berdasarkan perbedaan kelarutan kation.
PbCl2 larut dalam air panas, sedangkan Hg2 Cl2 dan AgCl tidak dapat larut dalam air
panas.
2. Hg2 Cl2 dan AgCl dipisahkan berdasarkan perbedaan kelarutan antara kompleks
Hg(NH2 )Cl dan [Ag(NH3 )2 ] yang dibentuk dengan penambahan amonia terhadap
Hg2 Cl2 dan AgCl setelah PbCl2 terpisah. Kompleks Hg(NH2 )Cl berbentuk endapan
hitam yang bercampur dengan Hg+, sedangkan [Ag(NH3 )2 ] tidak berbentuk endapan.

Identifikasi terhadap ketiga kation tersebut setelah terpisah adalah sebagai berikut:
a. Pb2+ dapat direaksikan dengan K 2 CrO 4 yang akan membentuk PbCrO 4 (endapan kuning).
Pb2+ + CrO 4 - PbCrO 4 (endapan kuning)
b. Ag+ dapat diidentifikasi dengan mereaksikannya terhadap KI, sehingga terbentuk AgI
(endapan kuning muda). Atau mengasamkan filtrat yang diperoleh dari pemisahan
dengan asam nitrat encer, sehingga kiompleks [Ag(NH3 )2 ] terurai kembali dan dihasilkan
endapan putih AgCl.
[Ag(NH3 )2 ] + KI  AgI(endapan kuning muda) + 2 NH3
c. Hg (I) dapat diidentifikasi dari warna endapan yang terjadi pada pemisahannya dengan
Ag+, adanya Hg2 2+ ditandai dengan adanya endapan berwarna hitam.
Hg2 Cl2 + 2 NH3  [Hg(NH2 )Cl + Hg] (endapan hitam) + NH4 + + Cl-
Kation golongan II ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi,
Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan
tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan
sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak
larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio.
Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah.
Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan
karbonatnya tak larut.
Kation golongan II : Merkuri (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II), kadmium
(II), arsen (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfida (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam),
Bi2 S3 (coklat), AS2 S3 (kuning), Sb2 S3 (jingga), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan, yaitu sub-golongan tembaga dan
sub-golongan arsenik. Dasar dari pembagian subgolongan ini adalah kelarutan endapan
sulfida dalam amonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut
dalam reagensia ini., sulfida dari sub-golongan arsenik melarut dalam membentuk garam tio.
Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurium(II), timbel(II), bismuth(II), tembaga(II), dan
kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat
mudah larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonat-nya tak larut.
Sub-golongan arsenik terdiri dari ion arsenik(III), arsenik(V), stibium(II), Stibium(V),
timah(II), dan timah(V). Ion-ion ini mempunyai sifat amfoter. Oksidanya membentuk garam
baik dalam asam maupun dengan basa.
Identifikasi Kation Golongan II
1. Identifikasi Hg2+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan putih yang berupa merkurium(II) oksida dan
merkurium(II) nitrat
2Hg2+ + NO 3 - + 4NH3 + H2 O  HgO.Hg(NH2 )NO 3 + NH3
B. Natrium hidroksida bila ditambahkan dalam jumlah sedikit menghasilkan endapan
berwarna merah kecoklatan. Bila dalam jumlah yang stoikiometris,endapan berubah
menjadi kuning ketika terbentuk merkurium(II) oksida
Hg2+ + 2OH-  HgO + H2 O
Endapan tak larut dalam natrium hidrosikda berlebihan. Asam dapat melarutkan
endapan.
C. Kalium iodida menghasilkan endapan berwarna merah berupa merkurium(II) iodida
Hg2+ + 2I-  HgI2
2. Identifikasi Bi3+
A. Larutan amonia, menghasilkan endapan berwarna putih berupa garam basa
Bi3+ + NO 3 - + 2NH3 + 2H2 O  Bi(OH)2 NO 3 + 2NH4 +
Endapan larut dalam reagensia berlebih.
B. Natrium hidroksida, menghasilkan endapan putih berupa bismut(II) hidroksida
Bi3+ + 3OH-  Bi(OH)3
Endapan hanya sedikit sekali yang larut dalam reagensia berlebihan dengan larutan
dingin.
C. Kalium iodida, bila ditambahkan setetes demi tetes menghasilkan endapan berwarna
hitam berupa bismuth(II) iodida
Bi3+ + 3I- BiI3
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan yang akan membentuk ion
tetraiodobismutat yang berwarna jingga
BiI3 + I-  [BiI4 ]-
3. Identifikasi As2+
A. Larutan perak nitrat menghasilkan endapan berwarna merah kecoklatan berupa perak
arsenat (Ag3 AsO 4 )
AsO 4 3- +3Ag+  Ag3 AsO 4
B. Larutan kalium iodida, jika ada asam klorida pekat, iod akan diendapkan, dengan
mengocok campuran dengan 1-2 ml kloroform atau karbon tetraklorida. Zat yang
terakhir ini akan diwarnai ungu oleh iod.
AsO 4 3- + 2H+ + 2I-  AsO 3 3- + I2 + H2 O
4. Identifikasi Cu2+
A. Larutan amonia, bila ditambahkan dalam jumlah yang sangat sedikit menghasilkan
endapan berwarna biru berupa tembaga sulfat basa
2Cu2+ + SO 4 2- + 2NH3 + 2H2 O  Cu(OH)2 .CuSO 4 + 2NH4 +
Endapan larut dalam reagensia berlebihan dimana terbentuknya ion kompleks
tetraaminokuprat(II) yang berwarna biru tua
Cu(OH)2 .CuSO 4 + 8NH3  2[Cu(NH3 )4 ]2+ + SO 4 2- + 2OH-
B. Natrium hidroksida dalam larutan dingin menghasilkan endapan berwarna biru berupa
tembaga(II) hidroksida
Cu2+ + 2OH-  Cu(OH)2
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan. Bila dipanaskan, endapan berubah
menjadi tembaga(II) oksida berwarna hitam
Cu(OH)2  CuO + H2 O
C. Kalium iodida mengendapkan tembaga(I) iodida berwarna putih. Tetapi larutannya
berwarna coklat tua karena terbentuknya ion-ion tri-iodida (iod)
2Cu2+ + 5I-  2CuI + I3 -
5. Identifikasi ion stano (larutan uji SnCl2 0,25 M)
A. Ditambahkan larutan kalium hidroksida ke dalam larutan uji, maka terbentuk endapan
putih stanno hidroksida yang larut dengan pereaksi berlebih.
B. Ditambahkan larutan amonia atau alkali karbonat ke dalam larutan uji, maka akan
terbentuk endapan putih dari stanno hidroksida yang tidak larut dengan penambahan
pereaksi berlebih.
C. Setelah larutan uji SnCl2 yang keruh ditambahkan larutan NaOH, terbentuk endapan
putih Sn(OH)2 . Setelah ditambahkan NaOH berlebih endapan putih tersebut larut.
Endapan putih Sn(OH)2 .
D. setelah larutan uji ditambahkan Na2 CO 3 , terbentuk endapan putih dari Sn(OH)2 . Setelah
ditambahkan Na2 CO3 berlebih, endapan putih tersebut tidak larut.
Endapan putih Sn(OH)2 (Wayan 2010).
Kation golongan III ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan
hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida).
Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral /
amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan
sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida,
karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan mangan
(sering disertai sedikit mangan) atau golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh
larutan amonia dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini
bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan
mengalirkan gas H2 S dalam larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer
NH4 Cl dan NH4 OH).
Kation golongan III (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3
sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian
dijenuhkan dengan H2 S. Dalam kondisi ini kesetimbangan:
H2 S → 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S 2-akan meningkan dan cukup untuk
mengendapkan kation golongan III. H2 S dapat juga diganti dengan (NH4 )2 S.
Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah
kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2 . Penambahan kedua pereaksi ini
menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+, sebagai hidroksidanya,
Fe(OH)3 (coklat), Al(OH)3 (putih) dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan
Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan
MnS(coklat).
1. Pemisahan Sub golongan Aluminium dan Nikel
Hidroksida aluminium dan kromium bersifat amfoter sehingga larut dengan
NaOH.Sebaliknya hidroksida besi dan mangan bersifat amfoter sehingga kation tersebut tidak
larut dengan NaOH.Hal ini yang mendasari pemisahan kedua subgolongan dalam kation
golongan III. Aqua regia juga akan mengoksidasi Fe 2+ menjadi Fe3+.
Jika NaOH ditambahkan maka hidroksida ke empat kation tersebut akan terbentuk,
tetapi aluminium dan kromium yang bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks
Al(OH)4 -, Cr(OH) 4
- , Zn(OH) 4
- , sedangkan kation yang lain tidak larut. Mn(OH)2 akan
teroksidasi oleh udara menjadi MnO 2 yang berwarna hitam. Penambahan hidrogen peroksida
mempercepat oksidasi kedua zat tersebut, juga mengoksidasi Cr(OH) 4 - menjadi CrO 4 2-.
Hidroksida besi cepat larut dalam asam sulfat menjadi Fe 2+, tetapi MnO 2 lambat larut.
Hidrogen peroksida ditambahkan untuk mempercepat kelarutan endapan ini dengan
caramereduksinya menjadi MnO. Reaksi yang berlangsung:
2. Identifikasi besi
Identifikasi besi dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Kaliumheksasianoferat(II), K 4 Fe(CN)6
Membentuk endapan biru Prussian
4Fe3+ + 3Fe(CN)6 4- → Fe4 [Fe(CN)6 ]3
b. Kalium tiosianat, KSCN
Larutan berwarna merah
Fe3+ + SCN - → Fe(SCN)6 3-
3. Identifikasi Mn
Mangan dapat diidentifikasi dengan mengoksidasi Mn2+ menjadi MnO 4 -yang berwarna
ungu dengan natrium bismutat (NaBiO 3 ) dalam asam nitrat.
2Mn2+ + 5HBiO 3 + 9H+→ 2MnO4 - + 5Bi3+ + 7H2 O
4. Pemisahan dan Identifikasi Sub golongan Al
Pada filtrat hasil pemisahan dengan sub golongan besi, penambahan asam nitrat akan
memberikan reaksi berikut:
Al(OH)4 - + 4H+ _ Al3+ + 4 H2 O
2CrO 4 2- + 2H+ _ Cr2 O7 2- + H2 O
Jika terdapat kromat warna larutan berubah menjadi jingga dengan terbentuknya dikromat.
Penambahan amonium hidroksida lebih lanjut akan membentuk endapan putih yang
menunjukkan adanya Al. Sedangkan Cr2 O 7 2-akan menjadi CrO 4 2-.Identifikasi Cr dapat
dilakukan dengan BaCl2 memberikan endapan kuning barium kromat.
CrO 4 2- + Ba2+→ BaCrO 4
Kation golongan IV ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk
endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana
netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.
Kation-kation golongan keempat, tidak bereaksi dengan asam klorida, hidrogen sulfida
ataupun amonium sulfida; tetapi amonium karbonat (jika ada amonia atau ion amonium
dalam jumlah yang sedang) membentuk endapan-endapan putih. Uji ini harus dijalankan
dalam larutan netral atau basa. Jika tak ada amonia atau ion amonium, magnesium juga akan
mengendap. Endapan-endapan putih yang terbentuk dengan reagensia golongan adalah
barium karbonat BaCO 3 , strontium karbonat SrCO 3 , dan kalsium karbonat CaCO 3 .
Barium adalah logam putih perak, dapat ditempa dan liat, yang stabil dalam udara kering.
Barium bereaksi dengan air dalam udara yang lembab, membentuk oksida atau hidroksida.
Barium melebur pada 710o C. Logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang, membentuk
barium hidroksida dan hydrogen.
Ba + H2 O → Ba2+ + H2 ↑ + 2OH-
Asam encer melarutkan barium dengan mudah dengan mengeluarkan hidrogen.
Ba + 2H+ → Ba2+ + H2 ↑
Barium adalah bivalen dalam garam-garamnya, membentuk kation barium (II), Ba 2+.
Klorida dan nitratnya larut, tetapi dengan menambahkan asam klorida pekat atau asam nitrat
pekat kepada larutan barium, barium klorida atau nitrat mungkin mengedap sebagai akibat
hukum kegiatan massa.
Strontium adalah logam putih-perak, yang dapat ditempa dan liat. Strontium melebur
pada 771o C. Sifat-sifatnya serupa dengan sifat-sifat barium.
Kalsium adalah logam putih perak, yang agak lunak. Ia melebur pada 845 o C. Ia
terserang oleh oksigen atmosfer dan udara lembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida
dan/atau kalsium hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium
hidroksida dan hidrogen.
Kalsium membentuk kation kalsium (II), Ca 2+, dalam larutan-larutan air. Garam-
garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tidak berwarna, kecuali
bila anionnya berwarna. Kalsium klorida dan kalsium nitrat larut dengan mudah dalam etanol
atau dalam campuran 1:1 dari etanol bebas air dan dietil eter.

Kation-kation golongan V yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia


golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini
meliputi : Mg, K, NH4 +. Untuk menentukan adanya kation NH4 + harus diambil dari larutan
analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K +. Identifikasi dapat
dilakukan dengan uji nyala (Harjadi, 1990).
Reagensia Golongan, tak ada reagensia umum untuk kation – kation golongan ini. Reaksi golongan:
kation-kation golongan kelima tidak bereaksi dengan asam klorida, hydrogensulfide atau garam-garam
amonium dengan ammonium karbonat. Reaksi ion ammonium sangat serupa dengan reaksi-reaksi ion
kalium, karena jari-jair iondari kedua ion ini hampir identik.
A. Magnesium, Mg ( Ar : 24,305).
Magnesium adalah logam putih, dapat ditempa dan diliat. Ia melebur pada 650 o C. logam ini mudah
terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida
MgO dan beberapa nitride Mg3 N2 . Logam ini perlahan-lahanterurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik
didih air reaksi berlangsung secara cepat .
Magnesium hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan
mudah dalam asam. Magnesium membentuk kation bivalen Mg2+. oksida, hidroksida, karbonat, dan
fosfatnya tak larut : garam-garam lainnya larut. Rasanya pahit, beberapa dari garam-garam ini adalah
higroskopis
B. Natrium, Na (Ar: 22,99)
Natrium adalah logam putih perak yang lunak, yang melebur pada 97,5. Natrium teroksidasi dengan
cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya dalam pelarut nafta atau silena. Logam
ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hydrogen.
Dalam garam-garamnya, natrium berada sebagai kation monovalen Na+. Garam-garam ii
membentuk larutan tak berwarna kecuali jika anionnya berwarna; hampir semua garam natrium larut dalam
air.
C. Kalium, K (Ar=39,098)
Kalium adalah logam putih-perak yang lunak. Logam ini melebur pada 63,5o C. Ia tetap tak berubah
dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam udara lembab, menjaditertutup dengan suatu lapisan
biru. Logan itu menguraikan air dengan dahsyat, sambil melepaskan hydrogen dan terbakar dengan nyala
lembayung. Kalium biasanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garam kalium mengandung kation
monovalen K+, garam-garam ini biasanya larutdan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila
anionnya berwarna.
D. Ion Amonium, NH4+ (Mr: 18,038).
Ion-ion ammonium diturunkan dari ammonia, NH3, dan hydrogen H+. Ciri-ciri khas ion ini adalah
serupa dengan cirri-ciri khas ion logam-logam alkali. Dengan elektrolisis memakai katode dari merkurium
dapat dibuat ammonium amalgam, yang mempunyai sifat-sifat serupa dengan amalgam dari natrium atau
kalium.
Garam-garam ammonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalamair, dengan
membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, semua garam
ammonium terurai menjadi ammonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap,
garam ammonium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan. Reaksi-
reaksi ion ammonium umumnya serupa dengan reaksi-reaksi kalium,karena ukuran kedua ion itu hamper
identik.

Anda mungkin juga menyukai