Anda di halaman 1dari 5

PENENTUAN KADAR KAFEIN KOPI ROBUSTA

TERFERMENTASIOLEH Enterococcus durans, Enterococcus sulfureus,


DAN Lactococcus garvieae

Sitaresmi Yuningtyas*1, Syahid Pratama Al-Wali1, Winugroho2


1
Program Studi S1 Farmasi, Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor
2
Balai Penelitian Ternak, Kementerian Pertanian RI
Korespondensi: sitaresmi_yuningtyas@yahoo.com

ABSTRAK
Kopi banyak digemari karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas.Tetapi kopi mengandung
kafein yang dapat mengganggu kesehatan.Salah satu jenis kopi yang sangat terkenal adalah kopi
luwak. Kopi ini memiliki keunikan karena kadar kafein yang rendah dan dalam prosesnya kopi
harus dikonsumsi oleh luwak. Permasalahan yang sekarang adalah populasi luwak yang mulai
menurun serta prosesnya yang membuat sulit diproduksi dalam skala besar dalam waktu singkat.
Pada penelitian ini kami mencoba mengaplikasikan kultur bakteri Enterococcus durans,
Enterococcus sulfureusdanLactococcusgarviea untuk mengolah kopi robusta agar menyerupai kopi
luwak. Penelitianinibertujuanuntukmengetahuikadarkafeindari kopi robusta terfermentasi
danhasilnyaakandibandingkandengan kopi luwak. Bakteri yang terdapat di
dalamsistempencernaanluwakdiisolasidanditambahkanpadasaat proses fermentasibiji kopi. Setelah
proses fermentasiselesaidilakukanpengukurankadarkafeindenganmenggunakan KCKT. Dari
hasilpenelitianinidapatdisimpulkanbahwakadarkafeinpada kopi robusta terfermentasiyang
menggunakan suspensibakteriEnterococcus durans, Enterococcus sulfureusdanLactococcus
garvieaebelumdapatmenyamaikadarkafeinpada kopi luwak, namunkadarkafeinpada kopi robusta
terfermentasi dapatlebihrendahdarikadarkafeinpada kopi robusta. Persentase kadar kafein kopi
robusta terfermentasi, kopi robusta, dan kopi luwak berturut-turut 1,20%, 1,90%, dan 0,59%.

Kata kunci: Enterococcus durans, Enterococcus sulfureus, kafein, kopi robusta,


Lactococcusgarviea

ABSTRACT
Many people like to drink coffee because it has a unique flavor. Coffee also containscaffeine,
which is not good for health. One of the most famous type of coffee is civet coffee (kopi luwak).
This coffee is unique because lower caffeine and in the process of this coffee should be consumed
first by civet. The issue is populations of civet who began to decrease and the process that makes it
difficult to be produced on a large scale in a short time. In this research, we tried to apply culture of
Enterococcus durans, Enterococcus sulfureus, and Lactococcusgarviea for processing robusta
coffee that resembles the civet coffee. This study aims to determine the caffeine content of
fermented of robusta coffee and the results will be compared with the civet coffee. Bacteria found
in the digestive system of civet had isolated and added in fermentation process of robusta coffee.
Caffeine levels measured by HPLC.From these results it can be concluded that the caffeine content
in fermented of robusta coffee whichfermented using bacterial suspension Enterococcus durans,
Enterococcus sulfureus andLactococcusgarvieaehad not been able to equal the caffeine content in
civet coffee.Amount of caffeine in fermented of robusta coffee had lower than amount of caffeine
in robusta coffee. Percentage of caffeine in fermented of robusta coffee, robusta coffee, and civet
coffeewere 1,20%, 1,90%, and 0,59% respectively.

Keywords: caffeine, Enterococcus durans, Enterococcus sulfureus, Lactococcusgarviea,


robusta coffee
PENDAHULUAN mesenteroides dan Streptococcus faecium dari
isolasi kotoran luwak segar, dengan persentase
Kopi merupakan salah satu komoditi hasil jumlah berturut-turut 21,74%; 17,39%; 21,74%;
perkebunan di Indonesia yang penting untuk 26,09%, dan 13,04%[1].
ekspor, karenatelah memberikan sumbangan Masalah dalam penggunaaan luwak adalah
devisa bagi negara. Kopi bukan merupakan populasi hewan ini dialam bebas sudah sangat
tanaman asli Indonesia, namun berasal dari menurun sehingga tidak mungkin menggunakan
Afrika. Produksi kopi tersebar hampir diseluruh luwak tangkapan liar. Dengan demikian,
daerah di Indonesia dan sebagian besar diperlukan suatu alternatif produksi kopi luwak
komoditas kopi dihasilkan oleh perkebunan yang mampu menjawab permasalahan produksi
rakyat. Penduduk Indonesia banyak menikmati secara tradisional.Produksi kopi luwak harus
kopi sebagai minuman penyegar dengan cita bisa dilakukan dalam jumlah besar, dengan
rasa sangat khas. Pengembangan produk kopi metode yang lebih praktis, dan kebersihannya
dengan berbagai pengolahan memberikan yang lebih terjaga. Oleh karena itu, perlu
keuntungan yang besar bagi Indonesia. dilakukan suatu metode pengolahan kopi
Kopi memiliki zat yang dapat sehinga kualitasnya setara dengan kopi luwak.
membahayakan kesehatan yaitu kandungan Salah satu cara untuk mengatasi masalah
kafein dan asam organik yang tinggi.Kafein tingginya kadar kafein pada kopi robusta adalah
merupakan salah satu derivat xantin yang dengan proses dekafeinasi kopi robusta dengan
mempunyai daya kerja sebagai stimulant cara fermentasi menggunakan kultur bakteri
system saraf pusat, stimulant otot jantung, yang berasal dari sistem pencernaan luwak.
relaksasi otot polos, dan meningkatkan diuresis Pada penelitian ini, akan dilakukan pembuatan
dengan tingkatan berbeda.Kandungan asam dan kopi robusta terfermentasiyang menggunakan
kafein yang berlebih pada kopi dapat bakteri yang berasal dari feses luwak
berdampak negatif bagi kesehatan.Penggunaan yaituEnterococcus durans, Enterococcus
kafein yang berlebih dapat menimbulkan jantng sulfureusdanLactococcus garvieae. Kadar
berdebar, gangguan lambung, tangan gemetar, kafein kopi robusta terfermentasi akan
gelisah, ingatan berkurang, dan sukar tidur [9]. dibandingkan dengan kopi luwak.
Kopi luwak berasal dari buah kopi yang
dimakan oleh luwak (Paradoxurus METODE PENELITIAN
hermaphroditus), sejenis mamalia kecil yang
menyerupai musang dan merupakan hewan liar. Bahan: Biji kopi robusta (Coffea robusta
Luwak melakukan seleksi terhadap kopi yang Lindl) yang didapat dari daerah Cipanas,
akan dimakan yaitu hanya buah kopi yang telah akuades, metanol, etanol absolut, Pb-asetat,
benar-benar matang. Harga jual kopi luwak PbO, standar kafein, isolat bakteri Enterococcus
cukup tinggi sehingga sangat menguntungkan durans, Enterococcus sulfureus dan
bagi para pengolah kopi tersebut. Penyebab Lactococcus garvieae yang berasal dari feses
mahalnya kopi luwak adalah karena jumlahnya luwak, media MRSA, NH4OH pekat, dan NaCl.
yang sangat terbatas. Dalam keadaan sehat, Alat: alat gelas, HPLC (Shimadzu-Class VP),
luwak mampu memakan sekitar 1 - 1,5 kg biji vortex mixer (Health type H-RM-300) magnetic
kopi gelondongan dan menghasilkan 2 ons biji stirrer, dan autoklaf.
kopi kering. Proses fermentasi menjadikan kopi
luwak rendah kafein, dengan aroma yang khas, Metode
lebih harum dan dengan rasa yang lebih nikmat. Fermentasi Biji Kopi Robusta[7]
Berbagai upaya pengusahaan kopi luwak telah Biji kopi robusta yang masih berlendir
dilakukanbaik melalui penangkaran binatang diangkat dari air cucian, kemudian ditiriskan
luwak, dan penggunaan bakteri probiotik dalam sebentar agar lapisan lendir tidak kering.Biji ini
lambung luwak, penggunaan ragi kopi dari direndam dalam suspensi bakteri yang telah
isolat bakteriyang dominan dari feses luwak disiapkan.Perbandingan antara jumlah biji kopi
[4]
.Telaahteknologi pengolahan kopi dengan yang akan diberi perlakuan dengan suspensi
fermentasi kering telahdilakukan dengan bakteri adalah 1:15 (b:v), sedangkan
menggunakan ragi kopi berbasis isolat perbandingan diantara ketiga bakteri yang akan
bakteridominan dalam feses binatang luwak digunakan dalam proses fermentasi
[3]
.Telah ditemukan 5 spesies Bakteri Asam yaituEnterococcus durans: Enterococcus
Laktat (BAL) dan teridenifikasi sebagai sulfureus: Lactococcus
Lactobacillus plantarum, Lactobacillus brevis, garvieae(1:1:1).Fermentasi dilakukan dengan
Leoconostoc paramesenteroides, Leoconostoc memasukkan substrat berupa kopi dan
campuran bakteri ke dalam gelas piala sangat kecil dan disimpan pada suhu ruangan.
kemudian diinkubasi dalam suasana anaerobik Proses fermentasi tidak boleh kurang dari 36
pada suhu 24°C-26°C selama 36 jam. jam dan lebih dari 40 jam, dikarenakan apabila
proses fermentasi kurang dari 36 jam maka
Penentuan Kadar Kafein fermentasi tidak akan maksimal dan apabila
Biji kopi robusta yang telah mengalami proses fermentasi lebih dari 40 jam maka biji
proses fermentasi kemudian dicuci dan kopi akan membusuk. Fermentasi pada biji
dibersihkan. Setelah proses pencucian selesai kopi bertujuan untuk mengubah gula yang
kemudian biji kopi robusta terfermentasi dioven berada pada lapisan antara kulit buah dan kulit
dengan suhu 200°C selama 45 menit, diblender biji menjadi alkohol yang kemudian menguap
sampai menjadi serbuk kemudian diayak dan juga membantu melepaskan lapisan lendir
dengan ayakan mesh 24. Lalu 1 g serbuk yang masih menyelimuti kopi[7].
sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 100 Fermentasi bertujuan untuk membantu
ml kemudian dilarutkan dengan 40 ml akuades, melepaskan lapisan lendir yang masih melekat
setelah larut tambahkan 1 ml Pb asetat lalu pada kulit tanduk, pektin dapat dihidrolisis
panaskan dalam penangas air pada suhu 100°C dengan enzim pektinase yang terdapat di dalam
selama 15 menit. Sampel kemudian didinginkan buah. Proses fermentasi pengolahan kopi
pada suhu kamar. Selanjutnya sampel disaring secara basah terbagi menjadi 3 cara yaitu
dengan kertas saring Whatman No. 1 ke dalam pengolahan cara basah tanpa fermentasi,
gelas piala 100 ml. Filtrat dipipet 10 ml ke pengolahan cara basah dengan proses
dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan fermentasi kering dan pengolahan cara basah
akuades sampai tanda tera, kemudian filtrat dengan dengan proses fermentasi basah[8].
disaring dengan menggunakan syringe dengan Perubahan yang terjadi selama proses
membrane filter (pore size: 0,45 μm, diameter fermentasi meliputi pemecahan komponen
13 mm) ke dalam tabung reaksi.Kolom yang mucilage, pemecahan gula dan perubahan
digunakan yaitu Hypersil ODS C 18,5 UM, 100 warna kulit. Mucilage merupakan bagian
x 4,6mm, fase gerak menggunakan lapisan berlendir yang menyelimuti biji kopi
akuades:metanol (7:3), kecepatan aliran yaitu dengan bagian terpentingnya yaitu protopektin.
0,75ml/menit, suhu diatur pada 35°C dan Enzim yang termasuk sejenis katalase akan
detektor menggunakan VWD (Variable memecah protopektin di dalam buah kopi,
Wavelenght Detector) dengan UV 272 nm. kondisi fermentasi pada pH 5,5 – pH 6.0 akan
menyebabkan pemecahan getah berjalan cukup
Uji Organoleptik cepat. Proses pemecahan gula akan
Uji organoleptik dimaksudkan untuk menghasilkan asam laktat dan asam asetat
mengetahui penilaian panelis terhadap produk dengan kadar asam laktat lebih besar. Asam-
yang dihasilkan.Jenis pengujian yang dilakukan asam lain yang dihasilkan dari proses
dalam uji organoleptik ini adalah metode fermentasi ini adalah asam butirat, propionat
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, aroma dan senyawa etanol.Asam lain akan
dan tekstur yang dihasilkan dari masing-masing memberikan onion flavor. Biji kopi yang telah
perlakuan.Biji kopi robusta terfermentasi dicuci dipisahkan dari pulpakan berwarna coklat,
sampai tidak berlendir, kemudian dioven pada proses browning ini terjadi akibat oksidasi
suhu 200°C selama 45 menit.Sampel digiling polifenol[8].
atau dihaluskan dan diayak menggunakan Faktor-faktor yang mempengaruhi
ayakan mesh 24 kemudian diseduh. keberhasilan proses fermentasi tergantung pada
kebersihan sarana fermentasi, lama fermentasi,
HASIL DAN PEMBAHASAN kelembaban lingkungan, suhu dan kadar
oksigen. Waktu yang diperlukan untuk
Fermentasi Biji Kopi Robusta fermentasi kopi tergantung dari jenis kopi yang
Proses fermentasi dilakukan dengan digunakan, umunya waktu fermentasi berkisar
memasukkan biji kopi sebanyak 30 gram ke anatara 12 jam sampai 36 jam. Proses
dalam gelas piala, kemudian dimasukkan fermentasi yang terlalu lama akan menimbulkan
suspensi bakteri Enterococcus durans, cita rasa yang tidak sedap dikarenakan timbul
Lactococcus garvieae dan Enterococcus nya asam dan apek sebagai akibat pembusukan
sulfureus masing-masing sebanyak 150 ml. oleh mikroorganisme. Kelembaban yang tinggi
Fermentasi berlangsung selama 38 jam 15 akan memicu pertumbuhan mikroorganisme
menit dalam suasana anaerobik agar peluang lain yang mengganggu proses berlangsungnya
terjadinya kontaminasi dengan bakteri lain fermentasi. Suhu yang digunakan umumnya
30°C, jika suhu kurang dari 30°C pertumbuhan untuk masuk ke dalam sitoplasma dan
mikroorganisme penghasil asam akan lambat menghidrolisis kafein pada biji kopi. [8].
sehingga akan terjadi pertumbuhan produk.
Kadar oksigen yang dibutuhkan untuk Hasil Uji Organoleptik
fermentasi tergantung pada jenis Berdasarkan hasil uji organoleptik yang
mikroorganisme yang digunakan termasuk ke diperoleh dari panelisdapat disimpulkan bahwa
dalam aerob, anaerob atau aerob fakultatif. tekstur kopi robusta terfermentasi sedikit kasar
Oksigen yang berlebih akan menghambat dibandingkan dengan kopi luwak yang
bahkan membunuh mikroorganisme yang cenderung lebih halus (mild).Sedangkan dari
digunakan untuk fermentasi biji kopi[8]. segi rasa robusta terfermentasi lebih pahit
Hasil dari fermentasi tergantung pada dibandingkan dengan kopi luwak alami.
berbagai faktor yaitu jenis bahan pangan Kopi luwak memiliki rasa yang nikmat
(substrat), macam mikroba dan kondisi di dikarenakan kandungan proteinnya rendah dan
sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan kandungan lemaknya yang tinggi.Protein terkait
dan metabolisme mikroba tersebut.Mikroba dengan rasa pahit pada kopi, kian rendah
yang bersifat fermentatif dapat mengubah protein, maka rasa kopi jadi semakin tidak
karbohidrat dan turunan-turunannya terutama pahit.Sedangkan kandungan lemak yang tinggi
menjadi alkohol, asam dan karbon dioksida. membuat rasa kopi semakin nikmat.Rasa kopi
yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh proses
Hasil Kadar Kafein Kopi Robusta penyangraian dan penggilingan biji kopi.
Terfermentasi Semakin halus bubuk kopi yang dihasilkan,
Hasil analisa kadar kafein pada kopi maka bubuk kopi akan mudah larut dalam air
robusta terfermentasi sebesar 1,20 % dan kadar panas sehingga akan meningkatkan citarasa dari
kafein yang didapat pada kopi luwak alami kopi tersebut. Butiran kopi bubuk mempunyai
yaitu sebesar 0,59 %. Kadar kafein pada kopi luas permukaan yang relatif besar dibandingkan
robusta sebesar 1,90%. Hasil diatas jika dalam keadaan utuh.Dengan demikian
membuktikan bahwa kadar kafein pada kopi senyawa pembentuk citarasa dan senyawa
robusta terfermentasi lebih tinggi 0,61 % dari penyegar mudah larut ke dalam air penyeduh[6].
kadar kafein kopi luwak alami, dan lebih Aroma yang terdapat pada kopi robusta
rendah 0,70 % dari kopi robusta. Dari hasil terfermentasi berbeda dengan kopi luwak.Pada
penelitian ini kadar kafein pada kopi robusta kopi luwak alami terdapat aroma yang khas
terfermentasi masih lebih tinggi, hal ini yang tidak terdapat pada kopi robusta
dipengaruhi penggunaan bakteri pada proses terfermentasi. Hal ini dikarenakan kopi luwak
fermentasi biji kopi masih belum cukup untuk sudah mengalami proses fermentasi secara
dapat menurunkan kadar kafein dengan alami di dalam pencernaan hewan luwak.
sempurna seperti pada kopi luwak yang Proses fermentasi alami dalam sistem
difermentasikan secara alami. pencernaan luwak memberikan perubahan
Kafein termasuk alkaloid yang merupakan komposisi kimia pada biji kopi dan dapat
hasil samping dari pemecahan protein pada meningkatkan kualitas rasa kopi, karena selain
tumbuhan kopi. Enzim proteolitik yang berada pada suhu fermentasi optimal yaitu
dikeluarkan oleh mikroba akan menghidrolisis 24°C-26°C, kopi luwak alami juga dibantu
kafein menjadi 7-metil xantin yang kemudian dengan enzim dan bakteri yang ada pada
akan diurai kembali menjadi xantin. Xantin pencernaan luwak. Karena itulah, aroma kopi
yang terbentuk akan disederhanakan menjadi luwak berbeda dengan kopi biasa, selain itu
urea sehingga gugus NH2 dapat dimanfaatkan rendahnya kadar kafein kopi luwak, dapat
oleh mikroba sebagai sumber nitrogen [5]. Hal menciptakan kenikmatan dan aroma yang
ini menyebabkan kadar kafein pada kopi sangat harum. Aroma dari kopi yang dihasilkan
robusta terfermentasi menurun. juga dipengaruhi oleh proses penyangraian biji
Pada kopi luwak yang difermentasikan kopi. Proses ini merupakan tahapan
secara alami akan mengalami penurunan kadar pembentukan aroma dan citarasa khas kopi dari
kafein yang disebabkan selama proses dalam biji kopi dengan perlakuan panas.
fermentasi akan timbul panas yang dapat Senyawa yang membentuk aroma di dalam
menguraikan ikatan antara kafein dengan asam kopi adalah golongan fenol dan asam tidak
karogenat, sehingga kafein dalam keadaan mudah menguap yaitu asam kofeat, asam
bebas di sitoplasma. Lapisan lendir yang telah klorogenat, asam ginat dan riboflavin, golongan
hilang akan memudahkan enzim proteolitik senyawa karbonil yaitu asetaldehid,
propanon,alkohol, vanilin aldehid, golongan
senyawa karbonil asam yaitu oksasuksinat, [3]. Fauzi, M. 2008. Isolasi dan karakterisasi
aseto asetat, hidroksi pirufat, keton kaproat, bakteri asam laktat biji kopi luwak (Civet
oksalasetat, mekoksalat, merkaptopiruvat, Coffe). [Laporan Penelitian]. Jember:
golongan asam amino yaitu leusin, isoleusin, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
valin, hidroksiproline, alanin, treonin, glisin dan Jember.
asam aspartat, golongan asam mudah menguap
yaitu asam asetat, propionat, butirat dan [4]. Giyarto, F.M., Bakri, A. 2010. Rekayasa
valerat[2]. teknologi fermentasi biji kopi robusta:
Aroma kopi muncul akibat dari senyawa Aplikasi ragi kopi berbasis isolat bakteri
volatil yang tertangkap oleh indera penciuman asam laktat kopi luwak dan ragi roti.
manusia. Senyawa volatile yang berpengaruh Jember: Lembaga Penelitian-Universitas
pada aroma kopi sangrai dibentuk dari reaksi Jember.
Maillard atau reaksi browning non enzimatik,
degradasi asam amino bebas, degradasi [5]. Mulato, S. 2001. Pelarutan Kafein Biji
trigonelin, degradasi gula dan degradasi Kopi Robusta dengan Kolom Tetap
senyawa fenolik. Kafein tidak berpengaruh menggunakan Pelarut Air. Jakarta: Pelita
pada aroma kopi, tetapi sedikit memberikan Perkebunan.
rasa pahit.Selama penyangraian kopi robusta
asam klorogenat terdekomposisi menjadi aroma [6]. Mulato, S. 2002. Simposium Kopi 2002
volatil dan melanoidin dan terlepas sebagai dengan tema Mewujudkan perkopian
CO2. Nasional Yang Tangguh melalui
Diversifikasi Usaha Berwawasan
SIMPULAN Lingkungan dalam Pengembangan
Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk
Kadarkafeinpada kopi robusta Meningkatkan Nilai Tambah Usaha Tani
terfermentasiyang menggunakan Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober
suspensibakteriEnterococcus durans, 2002. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Enterococcus sulfureusdanLactococcus Indonesia
garvieaebelumdapatmenyamaikadarkafeinpada
kopi luwak, namunkadarkafeinpada kopi [7]. Najiyati, S., Danarti. 1997. Budidaya Kopi
robusta terfermentasi dan Pengolahan Pasca Panen. Jakarta:
dapatlebihrendahdarikadarkafeinpada kopi Penebar Swadaya.
robusta. Persentase kadar kafein kopi robusta
terfermentasi, kopi robusta, dan kopi luwak [8]. Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi.
berturut-turut 1,20%, 1,90%, dan 0,59%. Medan: Departemen Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
SARAN Utara.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut [9]. Tan, H.T., Tahardja, K. 2002. Obat-obat
tentangvariasi kombinasi mikroorganisme Penting. Jakarta: PT Elex Media
untuk menghasilkan kopi robusta terfermentasi Komputindo.
yang memiliki kadar kafein yang mendekati
kopi luwak.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Aisa, F.N. 2008. Isolasi dan Karakterisasi


Bakteri Asam Laktat dari Feses-Kopi
Luwak (Civet Coffee) Sebagai agen
Fermentasi Biji Kopi. [Skripsi]. Jember:
Universitas Jember

[2]. Ciptadi, W., Nasution, M.Z. 1985.


Pengolahan Kopi. Bogor: Fakultas
Teknologi Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai