Anda di halaman 1dari 25

KOMODITAS TEH DAN KOPI

Disusun oleh:
Dwi Zahrulianing Diyah
DAFTAR ISTILAH
Buah aromatik : Buah masak yang memiliki bau yang khas
Derajat layu : Perbandingan antara berat daun layu dengan berat daun segar dan
dinyatakan dalam persen
Enzim : Biomolekul berupa protein yang berfungsi sebagai katalis (senyawa
yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia organik
Fermentasi : Proses penguraian senyawa dari bahan-bahan senyawa kompleks
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dalam keadaan
yang terkontrol dengan bantuan mikroorganisme
Filtrat : Substansi yg telah melewati penyaring
Grading : Pengklasifikasian bahan berdasarkan kualitasnya
Kadar air : Sejumlah air yang terkandung dalam bahan dan dinyatakan dengan
persen
Kadar Karet Kering : Kandungan padatan karet per satuan berat yang dihitung dalam
satuan persen (%)
Kopi beras : Biji kopi kering yang terlepas dari daging buah dan kulit arinya
Kopi gelondong : Buah kopi kering
Kopi HS : Biji kopi berkulit tanduk hasil pengolahan buah kopi dengan proses
pengolahan secara basah
Mikroba : Mikroorganisme yang bisa berupa bakteri, kapang, maupun jamur
Minyak atsiri : Minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang
namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas
Oksidasi : Proses pengikatan oksigen pada bahan
Pengeringan : Teknik pengurangan kadar air dari suatu bahan
Penggerbusan : Pemisahan kulit tanduk/proses pemisahan biji kopi dengan kulit
tanduk
Pirolisis : Dekomposisi kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa
atau sedikit oksigen atau reagen lainnya
Proses maserasi : Proses ekstraksi dengan cara perendaman bahan menggunakan
pelarut organik pada temperatur ruangan
Proses perkolasi : Proses ekstraksi dingin dengan cara mengalirkan pelarut ke bahan
Rendemen : Perbandingan antara jumlah produk yang diperoleh dengan jumlah
bahan baku yang digunakan
Senyawa volatil : Senyawa yang mudah menguap

1. KOPI

1. Karakteristik Kopi
Buah kopi atau Coffea sp. Terdiri atas 3 bagian yaitu lapisan kulit luar ( exocarp), daging
buah (mesocarp) kulit tanduk (parchment) dan biji ( endosperm). Daging buah terdiri dari 2 bagian
luar yang lebih tebal dan keras dan bagian dalam yang sifatnya seperti gel atau lendir. Bagian buah
yang terletak antara daging buah dan biji disebut kulit tanduk. Bagian ini sangat keras dan dapat
berfungsi sebagai pelindung biji kopi dari kerusakan mekanis yang mungkin terjadi pada saat
pengolahan.

Biji kopi mengandung protein, minyak atsiri dan asam-asam organik. Komposisi bahan
tergantung dari jenis, daerah, macam, dan tinggi tanah serta cara penanaman. Buah kopi yang telah
dibuang kulit, daging buah, serta kulit tanduknya disebut kopi beras. Secara umum kopi beras ini
mengandung air, gula, lemak, selulosa, kafein, dan abu.

Sumber: https://www.google.co.id/penampang+biji+kopi
Gambar 2. 1. Penampang Biji Kopi

Tabel 1.1. Kandungan Kimia pada Biji Kopi Arabika dan Robusta
Konsentrasi (g/100g) Konsentrasi (g/100g)
Green Coffea Roasted Coffea Green Coffea Roasted Coffea
Komponen Arabika Arabica Robusta Robusta
Sukrosa 6.0-9.0 4.2tr 0.9-4.0 1-6 tr
Gula 0.1 0.3 0.4 0.3
Pereduksi
Protein 10.0-11.0 7.5-10 10.0-11.0 7.5-10.0
Asam Amino 0.5 Tidak terdeteksi 0.8-1.0 Tidak terdeteksi
Bebas
Kafein 0.9-1.3 1.1-1.3 1.5-2.5 2.4-2.5
Asam - 0.016-0.026 - 0.014-0.025
Nukitinik
Minyak Kopi 15-17.0 17.0 7.0-10.0 11.0
Mineral 3.0-4.2 4.5 4.4-4.5 47
Asam 4.1-7.9 1.9-2.5 6.1-11.3 3.3-3.8
Klorogenat
Sumber: Farah (2012)
Senyawa terpenting yang terkandung dalam kopi adalah kafein yang kandungannya hanya
1,21%. Kafein ini berfungsi sebagai bahan perangsang non alkohol, rasanya pahit dan dapat
digunakan untuk obat-obatan. Senyawa yang terkandung dalam kopi yang mempengaruhi mutu kopi
adalah gula, lemak, dan protein. Untuk mendapatkan kopi yang bermutu baik, pengolahan harus
dilakukan sebaik mungkin.
Kopi memiliki beraneka ragam spesies. Namun spesies kopi yang banyak dibudidayakan
hanya ada tiga yaitu arabica dan robusta dan liberika. Kopi liberika merupakan kopi yang berasal dari
Angola dan masuk ke Indonesia tahun 1965. Kopi liberika memiliki kualitas buah dan rendemen yang
rendah sehingga jumlahnya sangat terbatas. Kopi Arabica merupakan spesies kopi banyak
dikembangkan dan hampir menguasai 70 % pasaran dunia.

Sumber: http://kopitop.com/article/detail/mengisi-waktu-luang-belajar-tentang-kopi-yuk
Gambar 2. 2. Biji Kopi Arabica, Kopi Robusta dan Kopi Liberica

Karakteristik Kopi Arabica, Robusta dan Liberika (Konsultan MLG, 2014):


Kopi Arabika
a. Karakteristik rasa biji kopi arabika adalah mempunyai rasanya pahit dengan rasa keasaman yang
tinggi. Kadar kafeinnya 50% lebih sedikit daripada kopi robusta. Kopi arabika merupakan tipe kopi
tradisional dengan cita rasa terbaik.

b. Kopi ini tumbuh di negara-negara beriklim tropis atau subtropis. Kopi arabika tumbuh pada ketinggian
600-2000 m di atas permukaan laut

c. Tanaman ini dapat tumbuh hingga 3 meter bila kondisi lingkungannya baik. Suhu tumbuh optimalnya
adalah 18-26OC
d. Biji kopi yang dihasilkan berukuran cukup kecil dan berwarna hijau hingga merah gelap

e. Kopi arabica memiliki rasa yang kaya daripada Kopi Robusta

Kopi Robusta
a. Biji kopi robusta atau biasa disebut jenis biji kopi kelas 2.
b. Karakteristik rasa biji kopi robusta adalah rasa asam kurang atau mungkin tidak ada rasa asam
sama sekali dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak.
c. Memiliki aroma yang manis. Rasanya mild / lembut.
d. Kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo pada tahun 1898.
e. Kopi robusta dapat dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena cakupan daerah tumbuh kopi robusta
lebih luas daripada kopi arabika yang harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi robusta
dapat ditumbuhkan dengan ketinggian 800 m di atas permuakaan laut.
f. Kopi jenis ini lebih kuat terhadap serangan hama dan penyakit, Hal ini menjadikan harga kopi
robusta jauh lebih murah dari pada kopi arabika.
Kopi Liberika
a. Kopi liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Negara Liberia di Afrika bagian barat. Kopi ini
dapat tumbuh sampai tingginya 9 meter.
b. Abad ke 19 jenis kopi ini didatangkan ke Negara Indonesia untuk menggantikan kopi arabika
yang mudah terserang oleh hama penyakit.
c. Dulu, kopi jenis liberika pernah dibudidayakan di Indonesia, tapi sekarang sudah ditinggalkan
oleh para petani kopi. Karena alasannya bobot biji kopi keringnya hanya 10% dari bobot kopi
basah.
d. Karakteristik biji kopi jenis liberika hampir sama dengan jenis kopi arabika.
e. Kelebihan kopi jenis liberika lebih tahan terhadap serangan hama hemelia vastatrixi
dibandingkan dengan kopi jenis arabika.
f. Beberapa varietas jenis kopi Liberika yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain adalah
Jenis Ardoniana dan Jenis durvei.
g. Karakteristik kopi liberika adalah ukuran daun,cabangnya, bunga kopi, buah kopi dan pohon kopi
lebih besar dibandingkan kopi Arabika dan kopi robusta.

h. Kopi jenis liberika termasuk tanaman hutan yang banyak terdapat di pedalaman Kalimantan dan
sudah berabad lamanya menjadi minuman tradisional suku Dayak yang merupakan penduduk asli
Kalimantan.

2. Pengolahan Kopi
Buah kopi yang telah dipanen harus segera diolah untuk mencegah terjadinya reaksi kimia
yang bisa menurunkan mutu kopi. Hasil panen disortasi dan dipilah berdasarkan kriteria tertentu. Buah
kualitas prima bila diolah dengan benar akan menghasilkan kopi bermutu tinggi.
Proses pengolahan buah kopi pasca pemanenan dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah
(Wet Process) dan cara kering. Setiap cara pengolahan mempunyai keunggulan dan kelemahan, baik
ditinjau dari mutu biji yang dihasilkan maupun komponen biaya produksi.
Cara basah biasanya dilakukan di perkebunan besar dan jenis buah kopi yang diproses
adalah kopi Arabica, sedangkan kopi robusta jarang sekali diproses dengan cara basah. Pengolahan
cara kering biasanya dilakukan oleh petani kopi dan buah kopi yang diproses adalah kopi robusta.

Pengolahan Kopi dengan Proses Basah (Wet Process)


Prinsip dasar pengolahan basah adalah menghilangkan lendir dari buah kopi dimana senyawa
gula yang terkandung di dalam lendir memiliki sifat higroskopis (menyerap air). Permukaan biji kopi
yang cenderung lembab akan menghalangi proses pengeringan yang dapat berakibat terjadinya
kontaminasi. Bakteri tumbuh pada permukaan kopi akibat adanya senyawa gula pada permukaan biji
kopi. Adanya lendir juga dapat mengakibatkan kotoran mudah lengket dan akan menurunkan mutu biji
kopi.
Proses pengolahan basah biasanya dilakukan oleh perkebunan besar karena membutuhkan
biaya besar dan teknologi yang tidak sederhana dibanding proses kering. Proses basah sering dipakai
untuk mengolah kopi arabika. Alasannya, karena kopi jenis ini dihargai cukup tinggi. Sehingga biaya
pengolahan yang dikeluarkan masih sebanding dengan harga yang akan diterima. Berikut tahapan
untuk mengolah kopi dengan proses basah (Risnandar, 2018).

a. Sortasi buah kopi


Setelah buah kopi dipanen, segera lakukan sortasi. Pisahkan buah dari kotoran, buah
berpenyakit dan buah cacat. Pisahkan pula buah yang berwarna merah dengan buah yang kuning
atau hijau. Pemisahan buah yang mulus dan berwarna merah (buah superior) dengan buah inferior
berguna untuk membedakan kualitas biji kopi yang dihasilkan.

b. Pengupasan kulit buah (pulping)


Kupas kulit buah kopi, disarankan dengan bantuan mesin pengupas. Terdapat dua jenis
mesin pengupas, yang diputar manual dan bertenaga mesin. Selama pengupasan, alirkan air secara
terus menerus kedalam mesin pengupas. Fungsi pengaliran air untuk melunakkan jaringan kulit buah
agar mudah terlepas dari bijinya. Hasil dari proses pengupasan kulit buah adalah biji yang masih
memiliki kulit tanduk, atau disebut juga biji kopi HS
Sumber: yusron sugiarto FTP Universitas Brawijaya
Gambar 2. 3. Bagian-bagian kopi setelah proses pengupasan

c. Fermentasi biji kopi HS


Lakukan fermentasi terhadap biji yang telah dikupas. Terdapat dua cara, pertama
dengan merendam biji dalam air bersih. Kedua, menumpuk biji basah dalam bak semen atau
bak kayu, kemudian atasnya ditutup dengan karung goni yang harus selalu dibasahi. Lama
proses fermentasi pada lingkungan tropis berkisar antara 12-36 jam. Proses fermentasi juga
bisa diamati dari lapisan lendir yang menyelimuti biji. Apabila lapisan sudah hilang, proses
fermentasi bisa dikatakan selesai.

d. Pencucian
Setelah difermentasi cuci kembali biji dengan air. Bersihkan sisa-sisa lendir dan kulit
buah yang masih menempel pada biji.

e. Pengeringan biji kopi HS


Proses pengeringan bisa dengan dijemur atau dengan mesin pengering. Untuk
penjemuran, tebarkan biji kopi HS di atas lantai jemur secara merata. Ketebalan tumpukan biji
sebaiknya tidak lebih dari 4 cm. Balik biji secara teratur terutama ketika masih dalam keadaan
basah. Lama penjemuran sekitar 2-3 minggu dan akan menghasilkan biji kopi dengan kadar air
16-17%. Sedangkan kadar air yang diinginkan dalam proses ini adalah 12%. Kadar air tersebut
merupakan adar air kesetimbangan agar biji kopi yang dihasilkan stabil tidak mudah berubah
rasa dan tahan serangan jamur.

Untuk mendapatkan kadar air sesuai dengan yang diinginkan lakukan penjemuran
lanjutan. Namun langkah ini biasanya agak lama mengingat sebelumnya biji kopi sudah
direndam dan difermentasi dalam air. Biasanya, pengeringan lanjutan dilakukan dengan
bantuan mesin pengering hingga kadar air mencapai 12%. Langkah ini akan lebih menghemat
7
waktu dan tenaga.
f. Pengupasan kulit tanduk (Hulling)
Setelah biji kopi HS mencapai kadar air 12%, kupas kulit tanduk yang menyelimuti biji.
Pengupasan bisa ditumbuk atau dengan bantuan mesin pengupas ( huller). Dianjurkan dengan
mesin untuk mengurangi resiko kerusakan biji kopi. Hasil pengupasan pada tahap ini disebut
biji kopi beras (green bean).
g. Sortasi akhir biji kopi
Setelah dihasilkan biji kopi beras, lakukan sortasi akhir. Tujuannya untuk memisahkan
kotoran dan biji pecah. Selanjutnya, biji kopi dikemas dan disimpan sebelum didistribusikan.

Gambar 2. 4. Alur Proses Pengolahan Kopi Cara Basah dan Cara Kering

Pengolahan Kopi dengan Proses Kering ( Dry Process)


Proses kering lebih sering digunakan untuk mengolah biji kopi robusta.
Pertimbangannya, karena robusta tidak semahal arabika. Peralatan yang diperlukan untuk
pengolahan proses kering lebih sederhana dan beban kerja lebih sedikit, sehingga bisa
menghemat biaya produksi. Berikut tahapan untuk mengolah biji kopi dengan proses kering
(Risnandar, 2018).

a. Sortasi buah kopi


Tidak berbeda dengan proses basah, segera lakukan sortasi begitu selesai panen.
Pisahkan buah superior dengan buah inferior sebagai penanda kualitas.
b. Pengeringan buah kopi
Jemur buah kopi yang telah disortasi di atas lantai penjemuran secara merata.
8
Ketebalan kopi yang dijemur hendaknya tidak lebih dari 4 cm. Lakukan pembalikan minimal 2
kali dalam satu hari. Proses penjemuran biasanya memerlukan waktu sekitar 2 minggu dan
akan menghasilkan buah kopi kering dengan kadar air 15%. Bila kadar air masih tinggi lakukan
penjemuran ulang hingga mencapai kadar air yang diinginkan.

c. Pengupasan kulit buah dan kulit tanduk


Buah kopi yang telah dikeringkan siap untuk dikupas kulit buah dan kulit tanduknya.
Usahakan kadar air buah kopi berada pada kisaran 15%. Karena, apabila lebih akan sulit
dikupas, sedangkan bila kurang beresiko pecah biji.
Pengupasan bisa dilakukan dengan cara ditumbuk atau menggunakan mesin huller.
Kelemahan cara ditumbuk adalah prosentase biji pecah tinggi, dengan mesin resiko tersebut
lebih rendah.

d. Sortasi dan pengeringan biji kopi


Setelah buah kopi dikupas, lakukan sortasi untuk memisahkan produk yang diinginkan
dengan sisa kulit buah, kulit tanduk, biji pecah dan kotoran lainnya. Biji kopi akan stabil bila
kadar airnya 12%. Bila belum mencapai 12% lakukan pengeringan lanjutan. Bisa dengan
penjemuran atau dengan bantuan mesin pengering. Apabila kadar air lebih dari angka tersebut,
biji akan mudah terserang jamur. Apabila kurang, biji kopi mudah menyerap air dari udara yang
bisa mengubah aroma dan rasa kopi. Setelah mencapai kadar air kesetimbangan, biji kopi
tersebut sudah bisa dikemas dan disimpan.

e. Pengemasan dan Penyimpanan


Kemas biji kopi dengan karung yang bersih dan jauhkan dari bau-bauan. Untuk
penyimpanan yang lama, tumpuk karung-karung tersebut diatas sebuah palet kayu setebal 10
cm. Berikan jarak antara tumpukan karung dengan dinding gudang. Kelembaban gudang
sebaiknya dikontrol pada kisaran kelembaban (RH) 70%. Penggudangan bertujuan untuk
menyimpan biji sebelum didistribusikan kepada pembeli. Biji kopi yang disimpan harus
terhindar dari serangan hama dan penyakit. Jamur merupakan salah satu pemicu utama
menurunnya kualitas kopi terlebih untuk daerah tropis.

3. Pembuatan Kopi Bubuk, Perencanaan Dan Teknik Pemasaran Usaha Kopi Rumahan
Kopi merupakan hasil olahan biji kopi yang dijadikan bubuk. Biji kopi salah satu komiditi
perkebunan andalan Indonesia. Sebagai produsen kopi, Indonesia termasuk sebagai negara ke-4
penghasil kopi dunia pada tahun 2015. Menurut Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI),
sekitar 83% produksi kopi Indonesia dari jenis robusta dan 17% arabika dengan tingkat produksi
mencapai 625.000 ton dengan angka ekspor mencapai 350.000 ton. Dengan begitu banyak
produksi kopi kita bisa memanfaatkannya menjadi variasi kopi dengan berbagai kombinasi rasa
9
tanpa harus kekurangan persediaan biji kopi.
Konsumsi nasional kopi pada tahun 2016 mencapai 4.2 juta (dalam bungkus 60 kg).
Konsumsi diduga akan terus meningkat seiring dengan variasi produk minuman dari kopi yang
semakin memanjakan konsumen, sedangkan kopi sendiri merupakan minuman legendaris yang
disukai banyak kalangan. Kopi bubuk bisa dipasarkan ke berbagai konsumen baik dalam kemasan
praktis siap seduh maupun kemasan per kg untuk menyuplai kedai dan warung kopi. Selain pasar
lokal, kopi Indonesia juga diminati diluar negeri, salah satunya kopi luwak yang merupakan kopi
berkualitas yang dihasilkan dari fermentasi alamiah dari luwak. Sehingga ada potensi usaha kopi
bubuk ke luar negeri.

1.3.1. Proses Pembuatan Kopi Bubuk


Pengoalahan kopi menjadi bubuk tergolong sederhana sehinga bisa dibuat dengan skala
rumah tangga dengan peralatan seadannya. Sebab dari dulu kopi bubuk sudah dibuat secara
tradisional dengan ditumbuk. Namun pada proses usaha tentu menggunakan alat tradisional akan
lamban dalam menghasilakn produksi kopi bubuk. Oleh karena itu membutuhkan gilingan kopi
otomatis serta mesin pengemas. Proses Pembuatan biji kopi menjadi bubuk, ada beberapa tahap,
meliputi:

1) Penyangraian
Penyangraian adalah proses penurunan kadar air dalam kopi. Penyangraian bisa
dilakukan secara tradisional atau menggunakan mesin sangrai. Penyangraian membutuhkan
suhu ruangan sangrai untuk biji kopi robusta berkisar 165-175 derajat celcius. Pada suhu
sangrai yang konstan, derajat sangrai biji kopi (ringan, medium dan gelap) sangat dipengaruhi
oleh waktu sangrai. Makin lama waktu sangrai warna biji kopi tersangrai makin gelap. Waktu
sangrai pada beban 10, 15 dan 20 kg adalah 14, 18 dan 22 menit.

2) Pendinginan
Setelah disangrai dengan suhu yang tinggi, selanjutnya adalah proses pendinginan.
Selama pendinginan, biji kopi diaduk secara manual agar proses sangrai menjadi rata dan
gelap.

3) Pembubukan
Biji kopi yang telah dingin sudah dibubukkan menggunakan mesin giling kopi. Mesin
giling yang digunakan sebisa mungkin tipe artisi agar mutu mutu bubuk kopi memiliki warna,
kehalusan dan cita-rasa yang khas. Hasil gilingan kopi kemudian diayak menggunakan ayakan
lembut, karena mesin giling belum menghasilkan kelembutan sempurna.

4) Pengemasan Kopi Bubuk


Langkah terakhir adalah pengemasan kopi bubuk. Pengemasan bubuk kopi perlu
1
memperhatikan
0 aspek berat, jenis kemasan, label dan kerapatan. Berat bubuk kopi dalam kemasan
umumnya adalah 50 gram dan 100 gram agar cepat terjual sebelum masa kadaluarsa habis.
Kemasan yang baik digunakan sebaiknya berbahan aluminium foil mempunyai umur simpan 1
tahun, seperti kopi kemasan pada umumnya.

1.3.2. Rincian Modal Usaha kopi bubuk rumahan

Investasi peralatan

Mesing giling Rp 1.500.000


Mesin sangrai Ep Rp 1.200.000
Mesin Pengemas Rp 500.000
Total Rp 3.200.000
Biaya Operasional per bulan

Biji Kopi Rp 1.800.000


Listrik Rp 500.000
Kemasan Rp 300.000
Total Rp 2.600.000
Pendapatan:
Asumsi menurut penjual kopi kemasan, Harga kopi bijian per kuintal sekitar Rp 1.800.000, jika
diolah menjadi kopi bubuk hasilnya ialah 70 kilogram dan dijual di pasaran Rp 50.000
perkilogramnya, namun jika per 100 gram per bungkus Rp 8.000.
Jadi total pendapatan :
70.000 gram/100 gram = 700 bungkus 700
bungkus x Rp 8.000 = 5.600.000
Keuntungan
Keuntungan = Pendapatan - Biaya operasiona
Rp 5.600.000 – Rp 2.600.000
Rp 3.000.000

1.3.3. Pemasaran
Ada beberapa cara untuk memasarkan Usaha kopi bubuk rumahan, antara lain:
1) Memenuhi target warung kopi, warung oleh oleh
2) Bekerja sama dengan menjadi mitra Toko retail agar pemasaran luas dan menjangkau seluruh
Indonesia.
1
3) 1 Pemasaran online dengan menerapkan reseller dan dropship sehingga ada yang membntu
dalam pemasaran.
4) Menerima grosir dan eceran
5) Desan kemasan kopi yang variatif menarik dan praktis
6) Selain tips pemasaran yang perlu diperhatikan adalah tahap hulunya dimana kita bekerjasama
dengan petani kopi secara langsung agar ada yang menyuplai biji kopi. Perlu diketahui juga
bahwa panen kopi itu musiman jadi agar tidak terhambat masalah persediaan biji kopi dalam
menjalani usaha kopi bubuk rumahan, sebelum musim panen tiba harus memiliki stok kopi.
Disini perlu penyimpnana kopi yang baik atau diproduksi masal tapi pemasaran bertahap.

2. TEH

1. Jenis dan Karakteristik Teh


Teh merupakan bahan minuman penyegar yang paling populer dan paling banyak
dikonsumsi di dunia, setelah air putih. Teh diproduksi dari pucuk daun muda tanaman teh
(Camelia sinensis). Produk daun teh dapat menjadi berbeda satu sama lain karena
melalui berbagai metode atau cara pengolahan yang berbeda, sehingga ketika daun teh
kering tersebut diseduh dengan air panas, akan menimbulkan aroma serta rasa yang khas
yang berbeda pula. Oleh karena itu, berdasarkan penanganan pasca panennya produk
teh menurut Balittri (2012) diklasifikasikan menjadi 4 (empat) jenis, yaitu :
a. Teh Hijau (Green Tea)
Teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi (oksidasi enzimatis), yaitu dibuat
dengan cara menginaktifkan enzim fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar,
dengan cara pemanasan sehingga oksidasi terhadap katekin (zat antioksidan) dapat
dicegah. Pemanasan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan udara kering
(pemanggangan/sangrai) dan pemanasan basah dengan uap panas/steam (metode kuno
Cina).

Pemanggangan daun teh akan memberikan aroma dan flavor yang lebih kuat dibandingkan
dengan pemberian uap panas. Keuntungan dengan cara pemberian uap panas, adalah warna
teh dan seduhannya akan lebih hijau terang. Di Cina, untuk membuat teh hijau dilakukan
pemberian uap panas pada daun teh, sedangkan di Jepang daun tehnya disangrai. Pada
kedua metode tersebut, daun teh sama-sama menjadi layu, tetapi karena daun teh ini segera

1
2
dipanaskan setelah pemetikan, maka hasil tehnya tetap berwarna hijau.

Sumber: http://smartdetoxid.com/tips-diet-cepat-dengan-teh-hijau/
Gambar 2. 5. Teh Hijau

b. Teh hitam (Black Tea)


Teh hitam biasa disebut juga sebagai teh merah, hal tersebut dikarenakan
kebiasaan orang timur menyebutnya teh merah karena larutan teh yang dihasilkan dari
teh ini akan berwarna merah, sedangkan orang barat menyebutnya teh hitam karena daun
teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna hitam. Teh hitam merupakan
jenis teh yang paling banyak di produksi di Indonesia, dimana Indonesia sendiri
merupakan pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia.

Teh hitam diperoleh melalui proses fermentasi, dalam hal ini fermentasi tidak
menggunakan mikrobia sebagai sumber enzim, melainkan dilakukan oleh enzim fenolase
yang terdapat di dalam daun teh itu sendiri. Pada proses ini, sebagian besar katekin
dioksidasi menjadi teaflavin dan tearubigin, suatu senyawa antioksidan yang tidak sekuat
katekin.

Teh hitam merupakan daun teh yang paling banyak mengalami pemrosesan
fermentasi, sehingga dapat dikatakan pengolahan teh hitam dilakukan dengan fermentasi
penuh. Tahap pertama, daun diletakkan di rak dan dibiarkan layu selama 14 sampai 24
jam. Kemudian daun digulung dan dipelintir untuk melepaskan enzim alami dan
mempersiapkan daun untuk proses oksidasi, pada tahap ini daun ini masih berwarna
hijau. Setelah proses penggulungan, daun siap untuk proses oksidasi. Daun diletakkan di
tempat dingin dan lembab, kemudian proses fermentasi berlangsung dengan bantuan
oksigen dan enzim. Proses fermentasi memberi warna dan rasa pada teh hitam, dimana
lamanya proses fermentasi sangat menentukan kualitas hasil akhir. Setelah itu, daun
dikeringkan atau dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi untuk mendapatkan
rasa serta aroma yang diinginkan.

1
3
Sumber: https://agusdewi10.blogspot.co.id/2016/06/manfaat-teh-hitam-black-tea-
terbaik.html
Gambar 2. 6. Teh Hitam
c. Teh Oolong (Oolong Tea)
Teh oolong diproses secara semi fermentasi dan dibuat dengan bahan baku
khusus, yaitu varietas tertentu seperti Camellia sinensis varietas Sinensis yang
memberikan aroma khusus. Jenis teh oolong, memang belum begitu popular
dibandingkan dengan jenis teh hijau atau teh hitam. Kebanyakan daun teh oolong
dihasilkan perkebunan teh di Cina dan Taiwan, oolong dalam bahasa Cina berarti naga
hitam karena daunnya mirip naga hitam kecil yang tiba-tiba terbangun ketika diseduh,
tetapi saat ini teh oolong telah diproduksi di Indonesia, seperti Jawa Oolong, Olong
Bengkulu, dan Olong Organik Banten.

Proses pembuatan dan pengolahan teh oolong berada diantara teh hijau dan teh
hitam, dimana teh oolong dihasilkan melalui proses pemanasan yang dilakukan segera
setelah proses penggulungan daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses
fermentasi, oleh karena itu tehoolong disebut sebagai teh semi fermentasi.

Bahan baku teh oolong diambil dari 3 daun teh teratas, yang dipetik tepat pada
waktunya, yaitu pada saat tidak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua. Langkah pertama
pengolahan teh oolong adalah membuat daun menjadi layu yaitu daaun dibiarkan layu
selama beberapa jam dibawah sinar matahari, tapi kurang dari satu hari. Setelah daun
layu, daun diaduk untuk mengeluarkan tetes kecil air dari daun sehingga proses oksidasi
bisa dimulai. Ketika daun terpapar udara, maka akan berubah warna menjadi lebih gelap.
Lamanya waktu daun mengalami oksidasi tergantung dari jenis oolong, beberapa jenis
hanya 10% teroksidasi, sedangkan yang lain bisa sampai 50% yang teroksidasi. Daun teh
kemudian dipanaskan untuk menghentikan proses oksidasi dan mengeringkannya.

1 Sumber:http://bumn.go.id/ptpn8/berita/7734
4 Gambar 2. 7. Teh Oolong
d. Teh Putih (White Tea)
Teh putih merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses fermentasi sama
sekali, dimana proses pengeringan dan penguapan dilakukan dengan sangat singkat. Teh
Putih diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum benar-benar
mekar. Teh putih terkenal sebagai dewa dewinya teh karena diambil dari kuncup daun
terbaik dari setiap pohonnya, dan disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup daunnya
masih ditutupi seperti rambut putih yang halus. Daun teh yang dipetik adalah pucuk daun
yang muda, kemudian dikeringkan dengan metode penguapan (steam dried) atau
dibiarkan kering oleh udara (air dried).

Daun teh putih adalah daun teh yang paling sedikit mengalami pemrosesan dari
semua jenis teh, sedangkan teh jenis yang lain umumnya mengalami empat sampai lima
langkah pemrosesan. Dengan proses yang lebih singkat tersebut, kandungan zat katekin
pada teh putih adalah yang tertinggi, sehingga mempunyai khasiat yang lebih ampuh
dibanding teh jenis lainnya.

Pucuk daun muda (kuntum daun yang baru tumbuh) tidaklah dioksidasi; pucuk-
pucuk ini dihindarkan dari sinar matahari demi mencegah pembentukan klorofil.
Karenanya teh putih diproduksi hanya sedikit dibandingkan jenis teh lain, dan akibatnya
menjadi lebih mahal dibandingkan teh lainnya. Seperti halnya teh oolong, selama ini teh
putih hanya diproduksi oleh perkebunan teh di China dan Taiwan, tetapi saat ini telah
mulai diproduksi di Indonesia oleh 3 perkebunan teh yaitu : (1) PT. Chakra di Ciwidey,
Jawa Barat dengan nama Oza Premium White Tea; (2) PTPN VIII di Garut, Jawa Barat;
serta (3) PTPN XII di Wonosari, Jawa Timur.

Sumber: http://tehdandang.com/index.php?p=white-tea
1
Gambar 2. 8.Teh Putih
5
Berikut adalah komposisi kimia daun teh segar dan teh kering teh.
Tabel 2. 1. Komposisi Kimia Daun Teh Segar dan Teh Kering

Sumber: Dymas (2009)

2. Pengolahan Teh dan Pengemasan


Dari keempat jenis teh yang ada di Indonesia, hanya dua jenis teh yang paling
banyak diproduksi yaitu jenis teh hijau dan teh hitam. Masing-masing jenis teh melalui
tahapan proses pengolahan yang berbeda sehingga memiliki citarasa, warna dan aroma
berbeda pada air seduhannya. Secara garis besar diagram alir dari teh hitam dan teh
hijau berdasarkan pengolahannya sebagai berikut (Nazaruddin,1993).

Sumber: Dadan Rohdiana (2015)


Gambar 2. 9. Pengolahan Teh

2.1. Pengolahan Teh Hijau


1
6
Teh hijau merupakan pucuk daun muda tanaman teh yang diolah tanpa melalui proses
fermentasi. Tahapan pengolahan teh hijau yang baik dan benar terdiri dari pelayuan,
penggulungan, pengeringan, dan sortasi kering (Setyawidjaja, 2000).

Pemetikan
Pemetikan adalah pekerjaan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya yang
masih muda. Pemetikan berfungsi juga sebagai usaha membentuk kondisi tanaman agar
mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan (Setyawidjaja, 2000).

Sumber: http://surabaya.tribunnews.com/2014/12/06/ini-dia-teh-hijau-obat-aids-produksi-unair
Gambar 2. 10. Pemetikkan Teh

Untuk mendapatkan teh hijau dengan kualitas yang baik sesuai dengan standar mutu
permintaan pasar, diperlukan suatu program pengolahan yang benar, terarah, dan sesuai
dengan prinsip-prinsip pengolahan yang efisien dan berkesinambungan. Disamping itu,
diperlukan bahan baku (pucuk) yang bermutu tinggi minimal 60% halus (muda) dan kerusakan
pucuk serendah mungkin (5%). Tahapan pengolahan teh hijau terdiri dari pelayuan,
penggulungan, pengeringan, sortasi kering, serta pengemasan.

Pelayuan
Pelayuan pada teh hijau bertujuan untuk menginaktifkan enzim polifenol oksidase dan
menurunkan kandungan air dalam pucuk, agar pucuk menjadi lentur dan mudah digulung.
Proses pelayuan dilakukan sampai pada tahap layu tertentu, yang sifat pelayuannya berbeda
dibanding dengan cara pelayuan teh lokal. Pelayuan dilakukan dengan menggunakan alat
pelayuan Rotary Panner dengan suhu pelayuan 80-100oC.

Penggulungan
Proses ini hampir sama dengan proses penggilingan pada proses pembuatan teh hitam, tetapi
untuk proses pembuatan teh hijau daun yang dihasilkan sedapat mungkin tidak remuk atau
hanya tergulung.Proses penggulungan ini berkisar 15 – 30 menit. Penggulungan pada
1
pengolahan teh hijau bertujuan membentuk mutu secara fisik, karena selama penggulungan,
7
pucuk teh akan dibentuk menjadi gulungan-gulungan kecil dan terjadi pemotongan. Proses ini
harus segera dilakukan setelah pucuk layu keluar mesin rotary panner. Lama penggulungan
sebaiknya tidak lebih dari 30 menit dihitung sejak pucuk layu masuk mesin penggulung
(Setyamidjaja, 2000).

Sumber: https://zzknown.en.alibaba.com
Gambar 2. 11. Penggulungan Teh

Pengeringan
Pengeringan pada teh hijau bertujuan untuk menurunkan kadar air dari pucuk yang
digulung hingga 3-4%, memekatkan cairan sel yang menempel di permukaan daun
sampai berbentuk seperti perekat, dan memperbaiki bentuk gulungan teh jadi. Proses
pengeringan pertama dilakukan menggunakan ECP dryer kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan akhir menggunakan Rotary drier disebut juga Repeat Roll dan mesin
pengering Ball Tea. Proses pengeringan pertama menurunkan kadar air menjadi 30 – 35
% dan akan memperpekat cairan sel, pengeringan dilakukan pada suhu sekitar 110 oC-
135oC selama 30 menit. Proses pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan
daun, suhu yang digunakan 70 – 90 0C selama 60 – 90 menit. Produk yang dihasilakan
dengan kadar air 4 – 6 % (Setyamidjaja, 2000).

Sumber: https://madewahyuni.net/2010/09/10/bikin-teh-yuk/
1
8 Gambar 2. 12. Pengeringan
Sortasi Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan, memurnikan dan membentuk atau
mengelompokkan jenis mutu teh hijau dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan
standar teh hijau (Nazaridin dan Paimin, 1993).

Penyimpanan dan Pengemasan


Penyimpanan dan pengemasan mutlak dilakukan mengingat teh yang baru dihasilkan
belum bisa langsung di pasarkan. Selain jumlahnya masih sedikit, teh yang baru disortasi
masih perlu didiamkan agar kelembaban teh bisa terkontrol. Proses ini terutama hanya ntuk
menjaga aroma teh yang harum (Nazaruddin, 1993).

Sumber:http://amazingfarm.com/news-and-article/sehat-dan-cantik-bersama-teh-oolong-organik/
Gambar 2. 13. Teh dalam Kemasan

Pengemasan teh hijau dilakukan dengan bahan pembungkus kantong kertas yang
didalamnya dilapisi aluminium foil. Untuk memasarkannya teh hijau biasa dikemas dalam
kantong kertas atau kantong plastik dengan ukuran kemasan bervariasi (Setyamidjaja,
2000). Menurut Bambang (1994), tujuan pengemasan teh adalah melindungi produk dari
kerusakan, memudahkan transportasi, efisien dalam penyimpanan di gudang dan dapat di
gunakan sebagai alat promosi.

2.2. Pengolahan Teh Oolong


Teh Oolong adalah varietas teh yang semi-fermentasi antara teh hijau dan teh
hitam, teh ini berasal dari Cina. Teh Oolong memiliki penampakan yang unik, yaitu daun
tehnya kelihatan seperti digulung menjadi bentuk mirip bola kecil dan berwarna hijau tua,
Sedangkan teh oolong yang telah diseduh berwarna kuning keemasan terang dengan

1
aroma yang kuat dan harum (Anonymous, 2009).
9 Proses pembuatan teh oolong dimulai dari proses pemetikan daun dari tanaman
teh. Daun yang dipetik adalah dua daun yang terletak paling pucuk untuk menghasilkan
teh yang berkualitas tinggi dengan kadar air 80 % dilayukan selama 1,5 jam. Daun yang
telah dipetik dikeringkan dengan sinar matahari secara tidak langsung. Kemudian daun
dipindahkan ke dalam ruangan untuk proses pelayuan selama 6 jam. Setelah dilayukan
dilakukan pengeringkan.
Proses pengeringan berlangsung selama 5 menit dengan dimasukkan ke dalam
lorong panas dengan suhu 330 0C dengan sistem Panning agar proses oksidasi enzimatis
dihambat. Setelah itu daun teh mengalami proses penggulungan. Proses penggulungan
berlangsung selama 10 menit. Kemudian dilakukan perajangan atau pemotongan.
Kemudian dikeringkan lagi sampai kadar air betul-betul minimal.

2.3. Pengolahan Teh Hitam

Pemetikan
Pemetikan daun teh, yang terdiri dari satu kuntum dan dua pucuk, dapat
dilakukan dengan menggunakan tangan atau mesin. Pemetikan dengan menggunakan
tangan biasanya dilakukan ketika kualitas teh yang dipetik menjadi prioritas utama.
Pemetikan dengan menggunakan mesin memiliki risiko banyak daun teh yang rusak dan
terbuang sehingga lebih jarang dilakukan.
Sistem pemetikan berpengaruh terhadap mutu teh yang dihasilkan. Apabila daun
yang dipetik tua, maka teh yang dihasilkan rendah karena kandungan polifenol daun
semakin rendah dan serat-serat daun makin panjang. Sebaliknya, apabila daun yang
dipetik muda, maka mutu teh yang dihasilkan tinggi karena kandungan polifenolnya masih
tinggi dan serat daun belum panjang (Setyamidjaya, 2000).

Pelayuan

2
0
Pelayuan merupakan langkah pertama dalam pengolahan teh hitam yang meliputi
proses biokimia dan fisiologis pada jaringan yang masih dilanjutkan setelah daun dipetik.

Pada proses pelayuan, pucuk teh akan mengalami dua perubahan yaitu: (1) Perubahan
fisik, menurunnya kandungan air dalam daun, yang menyebabkan daun menjadi lemas
dan tangkai menjadi lentur. (2) Perubahan kimia, terjadi perubahan senyawa-senyawa
kimia yang terkandung dalam pucuk teh. Tujuan dari pelayuan untuk memekatkan cairan
sel sampai kondisi optimum untuk berlangsungnya proses oksidasi enzimatis polifenol teh
pada tahap pengolhan selanjutnya (Setyaamidjaja, 2000).

Sumber: https://ghaleebmumtaz.wordpress.com/2016/05/05/tea-time-proses-pengolahan-teh/
Gambar 2. 14. Pelayuan

Proses pelayuan, berlangsung selama 12-18 jam dengan suhu udara ruangan 20-
26oC dan kelembapan udara 60-75%. Setelah + 6 jam dihamparkan maka dilakukan
pembalikan, dan harus benar-benar memenuhi syarat bahwa sebagian pucuk bawah yang
akan dibalik sudah mendekati kondisi layu, hal ini dapat diketahui dari tanda-tanda: pucuk
layu tetap bewarna hijau dan bila diremas menggumpal serta saat kepalan dibuka daun
mekar kembali, pucuk tidak mudah dipatahkan dengan kondisi lemas dan lentur, pucuk
mempunyai aroma segar dan tidak berbau asap. Kadar airnya 68-72%. Jika kelembapan
terlalu tinggi maka proses pelayuan akan berjalan lambat sehingga mutu yang dinginkan
tidak tercapai begitu juga sebaliknya (Heny, 2008).

Penggilingan

2
1
Sumber: http://www.food-info.net/id/products/tea/production.htm
Gambar 2. 15. Penggilingan
Penggilingan merupakan tahap pengolahan yang membentuk mutu teh secara
kimiawi dan fisik. Penggilingan menyebabkannya kontak antara enzim, senyawa polifenol
dan oksigen. Setelah melewati GLS, pucuk teh akan masuk ke dalam rotorvane. Tujuan
dari penggilingan ini, untuk memotong dan memecahkan sel daun sehingga cairan daun
keluar dan terjadi kontak antara enzim dengan oksigen, memperkecil ukuran daun
sehingga memperluas permukaan kontak enzim dengan oksigen.
Setelah melewati penggilingan rotorvane, pucuk teh akan menuju ke mesin CTC
triplek. Pada mesin ini, pucuk teh yang telah lumat mengalami proses pemotongan,
pemecahan, dan penggulungan yang mengakibatkan pecahnya sel daun teh. Akibatnya,
cairan sel akan keluar dengan sempurna. Polifenol yang terkandung dalam teh tersebut
akan bertemu dengan polifenol oksidase yang memungkinkan mulai terjadinya proses
oksidasi enzimatis yang akan membentuk rasa, aroma, dan warna teh yang khas.
Fermentasi (oksidasi Enzimatis)
Reaksi oksidasi enzimatis atau fermentasi sebenarnya sudah dimulai sejak pucuk
mengalami proses penggilingan yaitu ketika dinding sel daun pecah dan cairan sel keluar
sehingga terjadi kontak dengan udara dan enzim-enzim. Kondisi ruangan proses juga
harus dijaga pada RH 90-95% dan suhu 21-25°C, selama 80-90 menit dihitung mulai dari
proses penggilingan. Apabila proses oksidasi enzimatis kurang lama, dapat
mengakibatkan warna air seduhan teh menjadi pucat, rasanya mentah dan sepat serta
ampasnya berwarna kehijau-hijauan. Namun, apabila waktu oksidasi enzimatis terlalu
lama, dapat mengakibatkan warna air seduhan menjadi lebih tua dan tidak cerah, rasanya
kurang kuat, sepat tapi tidak terlalu pahit, tidak terlalu segar, warna ampasnya tidak cerah,

hitam kecoklatan atau hijau suram (Abas et al., 1998).

2 Sumber: https://tehoolong.com/2017/08/04/teh-dipanen/ Inilah Proses Setelah Daun Teh


2
Dipanen Gambar 2. 16. Fermentasi
Pengeringan

Sumber: http://group4-ftbandung.blogspot.co.id/2011/02/mengintip-proses-pengolahan-teh.html
Gambar 2. 17.Pengeringan

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang
dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
biasanya udara panas. Tujuan pengeringan adalah untuk menghentikan oksidasi
enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung mutu
mancapai keadaan optimal (Setyaamidjaja, 2000). Proses pengeringan berlangsung ± 18-
20 menit. Bila pengeringan terlalu lama dapat menyebabkan teh gosong sehingga
rasanya tidak enak, tetapi bila terlalu cepat dapat menghasilkan teh yang mentah.

Sortasi
Sortasi merupakan suatu proses pengelompokan teh berdasarkan ukuran mesh/
grade tertentu sehingga diperoleh partikel teh yang seragam. Tujuan dari sortasi adalah
mengelompokkan bubuk teh kering berdasarkan ukurannya, serta memisahkan bubuk teh
dari tangkai kering dan serat merah. Bubuk teh dari pengeringan dengan suhu yang masih
tinggi tidak langsung disortasi sebab pada suhu tinggi lapisan vernis yang malapisi teh
2 dan memberi kesan lebih mengkilat akan segera pecah apabila bergesekan dengan
3
mesin sortasi sehingga kenampakan teh menjadi kusam (Setyaamidjaja, 2000).
DAFTAR PUSTAKA

Agustin W, 2015. 7 Rahasia Kecantikan Dari Wortel. https://www.brilio.net/life/kenali-7- rahasia-


kecantikan-dari-wortel-151003d.html.[03/10/2015]
Amazing F., 2018. http://amazingfarm.com/news-and-article/sehat-dan-cantik-bersama- teh-
oolong-organik/?lang=id[16/06/ 2018].
Anonim, 2009. Green Tea/Teh Hijau. Diambil dari www. Google.com/Indonesia/Proses Teh
Hijau. [02/03/2009].
Balittri, 2012. Mengenal 4 macam jenis teh. Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar.
Kementrian Pertanian.
Bambang, K. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina.
Gambung. Bandung.
Cecep Risnandar, 2018 Proses pengolahan biji kopi https://alamtani.com/biji-kopi/
Dadan R., 2015. Teh: Proses, Karakteristik dan Komponen Fungsionalnya . Foodreview
Indonesia Vol.x, No.8. Pusat Penelitian Teh dan kina.
Dymas T.P., 2009. Teh dan Pengolahannya.http://dymastunggulpanuju.
blogspot.co.id/2009/01/teh-dan-pengolahannya-oleh-dymas.html .[05/01/2009].
Farah, Adriana, 2012. Coffee: Emerging Health Effects and Disease Prevention, First Edition.
John Willey & Sons, Inc and Institute of Food Technologists (USA): Wiley Blackwell
Publising Ltd.
Hestianingsih, 2013. Teh Oolong, Teh Kaya Antioksidan dengan Proses Pembuatan
Unik.http://bumn.go.id/ptpn8/berita/7734. [16/05/2013].
KBBI, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. cetakan ke-2. hlm.304
Konsultan MLG, 2014. Jenis Dan Karakteristik Kopi. https://mlgcoffee.com/2014/09/21/ jenis-
dan-karakteristik-kopi/

Luchman Hakim, 2015. Rempah Dan Herba Kebun Pekarangan Rumah Masyarakat:
Keragaman, Sumber Fitofarmaka dan Wisata Kesehatan Kebugaran , Diandra,
Yogyakarta.
Nazaruddin dan Paimin. 1993. Teh, Pembudidayaan dan Pengolahan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
PT. Samindo Lestari, 2018. Mengenal Teh Putih (White Tea).
https://tehoolong.com/2018/02/20/mengenal-teh-putih-white-tea/.[20/02/2018].

PT. Samindo Lestari, 2017. Inilah Proses Setelah Daun Teh Dipanen https:// tehoolong.
2
4 com/2017/08/04/teh-dipanen/ [04/08/2017].
Setyamidjaja, D. 2000. Teh Budidaya Dan Pengilahan Pacapanen. Kanisisus. Yogyakarta. Williams,

C. N., 1975. Teh Agronomy of teh Major Tropical Crops. Oxford University Press.
New York

Wings food, 2018. Mengisi Waktu Luang Belajar Tentang Kopi.

http://kopitop.com/article/detail/mengisi-waktu-luang-belajar-tentang-kopi-yuk

2
5

Anda mungkin juga menyukai