I. PENDAHULUAN
2.1 Kopi
2.1.1 Morfologi
Tanaman kopi merupakan tanaman semak belukar yang berkeping dua
(dikotil), sehingga memiliki perakaran tunggang. Perakaran ini hanya dimiliki jika
tanaman kopi berasal dari bibit semai atau bibit sambung (okulasi) yang batang
bawahnya berasal dari bibit semai. Sebaliknya, tanaman kopi yang berasal dari
bibit setek, cangkok atau okulasi yang batang bawahnya berasal dari bibit setek
tidak memiliki akar tunggang, sehingga relatif mudah rebah Tanaman kopi
memiliki lima jenis cabang yaitu cabang primer, sekunder, reproduktif, cabang
balik, dan cabang kipas (Anshori, 2014).
Daun tanaman kopi hampir memiliki perwatakan yang sama dengan
tanaman kakao yang lebar dan tipis, sehingga dalam budidayanya memerlukan
tanaman naungan. Bagian pinggir daun kopi bergelombang dan tumbuh pada
cabang, batang, serta ranting. Letak daun pada cabang plagiotrop terletak pada
satu bidang, sedangkan pada cabang orthrotrop letak daun berselang seling.
Tanaman kopi mulai berbunga setelah berumur sekitar dua tahun. Bunga tanaman
ini tersusun dalam kelompok yang tumbuh pada buku-buku cabang tanaman dan
memiliki mahkota yang berwarna putih serta kelopak yang berwarna hijau
(Anshori, 2014).
Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah menjadi
warna merah. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas
tiga bagian yaitu lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging buah (mesokarp),
dan lapisan kulit tanduk (endokarp). Kulit tanduk buah kopi memiliki tekstur agak
keras dan membungkus sepanjang biji kopi. Daging buah ketika matang
mengandung lender dan senyawa gula yang rasanya manis (Anshori, 2014).
2.1.2 Struktur
3
Kopi Robusta
Kopi jenis robusta merupakan kopi yang paling akhir dikembangkan oleh
pemerintahan Belanda di Indonesia. Kopi ini lebih tahan terhadap cendawan
Hemileia vastatrix dan memiliki produksi yang tinggi dibandingkan kopi liberika.
Akan tetapi, citarasa yang dimilikinya tidak sebaik dari kopi jenis arabika,
sehingga dalam pasar Internasional kopi jenis ini memiliki indeks harga yang
rendah dibandingkan kopi jenis arabika. Kopi ini dapat tumbuh dengan baik pada
ketinggian diatas 600 sampai 700 m dpl Selain itu, kopi ini sangat memerlukan
tiga bulan kering berturut-turut yang kemudian diikuti curah hujan yang cukup.
Masa kering ini diperlukan untuk pembentukan primordia bunga, florasi, dan
penyerbukan. Temperatur rata-rata yang diperlukan tanaman kopi robusta berkisar
20° – 24°C. Karakter morfologi yang khas pada kopi robusta adalah tajuk yang
lebar, perwatakan besar, ukuran daun yang lebih besar dibandingkan daun kopi
arabika, dan memiliki bentuk pangkal tumpul. Selain itu, daunnya tumbuh
berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Biji kopi robusta juga
memiliki karakteristik yang membedakan dengan biji kopi lainnya. Secara umum,
biji kopi robusta memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan kopi arabika.
Selain itu, karakteristik yang menonjol yaitu bijinya yang agak bulat, lengkungan
bijinya yang lebih tebal dibandingan kopi arabika, dan garis tengah dari atas ke
bawah hampir rata (Anshori, 2014).
Kopi Liberika
Kopi liberika (Coffea liberica) dikenal sebagai kopi khas gambut karena
kemampuan untuk bisa beradaptasi dengan baik di tanah gambut sementara kopi
jenis lain (arabika dan robusta) tidak bisa tumbuh. Kopi liberika juga toleran
terhadap serangan hama dan penyakit serta tahan terhadap iklim yang panas dan
kelembban yang tinggi. Dalam hal perawatan, kopi liberika tidak memerlukan
hortikultura (Prasetyo et al., 2019). Kopi liberika memiliki syarat tumbuh lebih
mudah dibandingkan dengan kopi jenis ainnya. Kopi liberika lebih mudah
menyesuaikan diri dan dapat tumbuh di daerah dataran rendah. Pada umumnya
tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya dalam, gembur, subur,
banyak mengandung humus, atau dengan kata lain tekstur tanah yang baik. Akar
7
berwarna lebih coklat dan memperbaiki profil citarasanya. Proses fermentasi ini ditandai
dengan adanya peningkatan suhu biji kopi dalam karung (fermentasi kering) atau timbul
semi basah). Fermentasi biji kopi juga berpengaruh terhadap pembentukan citarasa biji
kopi terutama untuk mengurangi rasa pahit dan mendorong terbentuknya kesan mild
pada citarasa seduhannya. Mikroba yang berperan selama fermentasi juga mampu
menghasilkan metabolit yang membentuk citarasa asam dan alkoholis pada seduhan
kopi. Citarasa yang terbentuk selama fermentasi diantaranya adalah aroma, aftertaste,
acidity, body, uniformity, balance, clean cup, sweetness dan lain sebagainya. Sebaliknya
fermentasi yang berlebihan dapat menyebabkan cacat citarasa dalam biji kopi seperti
8
fermented taste, sour dan stinkers. Selama fermentasi biji kopi berlangsung terdapat
aktivitas mikroorganisme terutama BAL dan khamir yang merombak lapisan lendir
menjadi senyawa asamasam organik sehingga pH lapisan lendir menjadi lebih asam dari
citarasa asam pada seduhan kopi selain juga bersifat biopreservatif agent (Lestari, 2007).
Penyangraian biji kopi merupakan suatu proses yang penting dalam industri perkopian
yang amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses ini mengubah
biji-biji kopi mentah yang tidak enak menjadi minuman dengan aroma dan citarasa lezat.
biasanya digunakan udara pemanas atau gas-gas hasil pembakaran. Panas juga
diperoleh dengan mengadakan kontak antara kopi beras dengan permukaan metal yang
Pengolahan biji kopi ini perlu disesuaikan dengan permintaan dan kegemaran
konsumen. Tingkatan penyangraian terdiri dari: light roast (sangrai cukupan), medium
roast (sangrai sedang), dark roast (sangrai matang). Cara penyangraian yang berlainan
ini selain berpengaruh terhadap citarasa, juga turut menentukan warna bubuk kopi yang
pembentuk citarasa dan aroma khas kopi yang ada di dalam biji kopi. Proses
penyangraian diawali dengan penguapan air yang ada di dalam biji kopi dengan
memanfaatkan panas yang tersedia dan kemudian diikuti dengan penguapan senyawa
volatil serta proses pirolisis/pencoklatan biji. Pada proses penyangraian kopi mengalami
perubahan warna dari hijau atau cokelat muda menjadi cokelat kayu manis, kemudian
menjadi hitam dengan permukaan berminyak. Bila kopi sudah berwarna hitam dan
mudah pecah (retak) maka penyangraian segera dihentikan. Selanjutnya kopi segera
9
diangkat dan didinginkan. Kesempurnaan penyangraian kopi dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu panas dan waktu. Kisaran suhu sangrai yaitu untuk tingkat sangrai
ringan/warna coklat muda suhu 190-195 0C, tingkat sangrai medium/warna coklat agak
gelap suhu 200- 2050C. Waktu penyangraian bervariasi dari 7-30 menit tergantung jenis
alat dan mutu kopi. Perendangan bisa dilakukan secara terbuka atau tertutup.
Penyangraian secara tertutup banyak dilakukan oleh pabrik atau industri pembuatan
akan menyebabkan kopi bubuk yang dihasilkan terasa agak asam akibat tertahannya air
dan beberapa jenis asam yang mudah menguap. Namun aromanya akan lebih tajam
karena senyawa kimia yang beraroma khas kopi tidak banyak menguap. Selain itu, kopi
akan terhindar dari pencemaran bau yang berasal dari luar seperti bahan bakar atau bau
Waktu penyangraian bervariasi dari 7 sampai 30 menit tergantung pada jenis alat dan
mutu kopi bubuk. Penyangraian diakhiri saat aroma dan citarasa kopi yang diiginkan
telah tercapai yang diindikasikan dari perubahan warna biji yang semula berwarna
kehijauan menjadi cokelat tua, cokelat-kehitaman dan hitam. Derajat sangrai dilihat dari
perubahan warna biji kopi yang disangrai. Sampel diambil secara periodik dari dalam
slinder sangrai lewat lubang sampling. Proses sangrai dihentikan pada saat derajat
sangrai biji kopi sudah dipenuhi melalui perbandingan warna dengan warna sampel
standar. Nilai kecerahan merupakan ukuran yang dipantulkan ulang suatu benda saat
diberi penyinaran dengan panjang gelombang tertentu. Biji kopi beras, sebelum
III. METODOLOGI
4.2 Pembahasan
Identifikasi dan jelaskan jenis buah kakao berdasarkan cirri morfologi, jelaskan
terjadi selama proses pematangan buah berdasarkan pengamatan fisik pada buah
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA