PENDAHULUAN
Untuk mendapatkan bubuk kopi yang berkualitas SNI, biji kopi akan
mengalami tahap penyangraian dan penggilingan. Penyangraian merupakan salah
satu tahapan yang penting dan dapat dilakukan dengan cara tradisional atau
menggunakan sebuah mesin penyangrai. Proses penyangraian biji kopi umumnya
menggunakan alat berbentuk tabung silinder horizontal yang diputar
menggunakan motor dan ditambahkan alat pemanas. Mesin penyangrai yang akan
dirancang untuk proses pembuatan bubuk kopi biji rambutan ini menggunakan
prinsip yang berbeda yaitu dengan menggunakan sistem fluidisasi. Alat penyangrai
fluidisasi berupa tabung yang akan dimasukkan biji rambutan dan kemudian
dikontakkan dengan udara panas. Udara panas berasal dari udara lingkungan yang
dipanaskan menggunakan elemen pemanas inframerah dan akan dialirkan oleh
blower.
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah mendapatkan
rangkaian alat sangrai kopi tipe fluidisasi dan mendapatkan kondisi operasi (suhu
dan waktu roasting) yang optimum untuk pengolahan kopi biji rambutan serta
mendapatkan pengaruh suhu dan waktu sangrai terhadap kualitas bubuk kopi biji
rambutan.
1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat memberikan bahan studi dan referensi bagi pembaca tentang pengolahan
biji rambutan yang jarang dimanfaatkan menjadi bubuk kopi dengan menggunakan
alat sangrai tipe fluidisasi (fluidized roaster) dan dapat dijadikan pembelajaran pada
mata kuliah pengembangan industri agro bagi mahasiswa teknologi kimia industri.
2. Bagi IPTEK
Memberi teknologi berupa alat sangrai kopi tipe fluidisasi (fluidized roaster)
yang dapat digunakan untuk mengolah biji rambutan menjadi bubuk kopi.
3. Bagi Masyarakat
Dapat mengkonsumsi minuman kopi yang terbuat dari biji rambutan.
1.5 Relevansi
Penelitian ini berkaitan dengan ilmu teknik kimia dibidang pengembangan
industri agro, satuan proses, dan pengolahan limbah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kopi
Kopi merupakan tanaman yang bijinya diolah menjadi salah satu jenis
produk minuman. Minuman kopi ini diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk
bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau ditumbuk
hingga menyerupai serbuk halus (Hayati et al., 2012). Minuman kopi ini termasuk
salah satu jenis minuman yang paling digemari oleh hampir seluruh masyarakat
dunia. Hal ini disebabkan karena seduhan kopi atau biji kopi memiliki aroma dan
rasa yang khas. Kopi sebelum dipergunakan sebagai bahan minuman, maka
terlebih dahulu dilakukan proses roasting (penyangraian). Penyangraian biji kopi
akan mengubah secara kimiawi kandungan-kandungan dalam biji kopi, disertai
susut bobotnya, bertambah besarnya ukuran biji kopi dan perubahan warna
bijinya. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan dibedakan atas 3
golongan yaitu, light roast (suhu yang digunakan 193-199°C), medium roast
(suhu yang digunakan 204°C) dan dark roast (suhu yang digunakan 213-221°C).
Minuman kopi yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari biji
kopi robusta dan biji kopi arabika. Biji kopi memiliki komposisi yang berbeda
tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan proses pengolahan kopi. Komposisi
untuk biji kopi adalah mineral (3-5%), karbohidrat (50-55%), lemak (9-20%),
protein (11-15%) dan kafein (1% untuk arabika dan 2% untuk robusta)
(Ridwansyah, 2003).
Dari beberapa kandungan biji kopi arabika dan robusta terdapat salah satu
nutrisi yang tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan, yaitu
kafein. Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang tergolong dalam
methylxanthine bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin. Kafein jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan rasa gelisah yang berlebihan dan
menyebabkan pengerasan dinding arteri (Kadapi, 2015). Bentuk murni kafein
dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih atau berbentuk seperti benang
sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal benang itu berkelompok akan
4
5
terlihat seperti bulu domba. Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut
dalam air mendidih. Di dalam pelarut organic maka pengkristalan yang terjadi
tanpa ikatan molekul air. Kafein mencair pada suhu 235-237°C dan akan
menyublim pada suhu 1760 o C di dalam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan
bau yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam
air.
2.2 Rambutan
Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-
lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah di Asia Tenggara. Kata "rambutan"
berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Rambutan
banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia, Amerika
Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. Tanaman
rambutan hidup pada daerah dataran rendah yang bersuhu rata-rata 25ºC sampai
6
dengan ketinggian 300-500 meter di atas permukaan laut dengan sinar matahari
yang banyak dan curah hujan yang sedang (Harapan, 2015).
Klasifikasi tanaman rambutan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium Lappaceum L.
Tanaman rambutan terdiri dari batang, daun, bunga, dan buah. Pohon
rambutan bisa tumbuh hingga 25 meter, namun bila dibudidayakan tinginya hanya
sekitar 5-9 meter. Tajuknya cukup rimbun dengan diameter 5-10 meter. Batang
rambutan terbentuk dari kayu keras berbentuk silinder, kulit batang berwarna coklat
cenderung abu-abu dengan permukaan berkerut. Percabangannya cenderung
horizontal dan kadang agak mengarah ke atas. Untuk daun rambutan memiliki
bentuk lonjong atau memanjang dengan ujung tumpul meruncing. Daun rambutan
berwarna hijau muda atau hijau tua sesusai dengan varietasnya (Risnadar, 2017).
Pohon rambutan akan menghasilkan bunga setelah berusia 7 tahun jika ditanam dari
biji sedangkan jika dikembangbiakkan dengan cara vegetatif pohon rambutan akan
7
berbunga pada usia 2 tahun. Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh musim atau
ketersediaan air. Bunga rambutan ukurannya kecil berwarna putih kekuning-
kuningan, tersusun dalam bentuk tandan (malai). Setiap tandan terdiri dari 50-2000
kuntum bunga. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki “rambut” di
bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur
kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi
“daging”. Bagian buah yang dimakan adalah “daging buah” yang sebenarnya
merupakan salut biji atau aril dan melekat kuat pada kulit terluar biji (rambutan
ace/ngelotok). Buah rambutan memiliki rasa manis dan masam tergantung pada
jenis rambutan (Aji, 2015).
2.4 Fluidisasi
Fluidisasi merupakan salah satu bentuk peristiwa di mana partikel berfase
padatan diubah menjadi fase yang memiliki perilaku layaknya fluida cair dengan
cara diberi kontak dengan gas atau cairan. Fenomena fluidisasi ini berlangsung pada
media yang dikenal dengan sebutan fluidized bed. Fluidized bed merupakan suatu
media yang berbentuk bejana yang berisikan partikel berfase padat yang kemudian
akan dialiri oleh fluida hingga terjadi proses fluidisasi. Peristiwa fluidisasi ini
terjadi akibat adanya gaya drag yang bekerja pada partikel berfasa padat yang mana
disebabkan karena aliran fluida yang bergerak dari bawah keatas yang lebih besar
daripada gaya gravitasi dan gaya antar partikel.
9
Butiran padat akan mengalami total gaya akibat fluida apabila terjadi gerak
relatif antara permukaan butiran dan fluida. Pada laju alir fluida yang cukup rendah,
aliran fluida hanya menerobos unggun butiran padat melalui celah antar partikel
tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel (keadaan fixed bed). Ketika laju
alir fluida ditingkatkan hingga kecepatan tertentu, unggun butiran padat yang
semula diam akan terekspansi. Pada kondisi demikian, sifat unggun akan
menyerupai fluida dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Keadaan ini disebut sebagai
fluidisasi minimum. Pada laju alir fluida tinggi, partikel padat dapat terbawa aliran
fluida dan meninggalkan kolom.
Dengan :
hg = energi dalam kukus pada temperatur kukus sisa keluar
hf = energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar
hfg = kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
m1 = laju massa kukus terpakai dalam kg/jam
m2 = laju massa kondensat saja dalam kg/jam
m3 = laju massa kukus tidak terpakai dalam kg/jam [m1-m2]
Asumsi:
Kondisi awal steam tidak mengalami kondensasi.
Kondisi akhir steam terkondensasi semua menjadi kondensat.
Gas masuk keperalatan dengan U1 (laju udara masuk), dan RH tertentu,
yang akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v (volume jenis), S (kalor
spesifik, Cp) dan kalor laten tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada penukar
panas maka nilai – nilai parameter tersebut akan berubah sesuai dengan grafik
11
phsycometric chart dengan mengubah salah satu sumbu titik potong yaitu
temperatur kering /temperatur diset.
Sedangkan udara yang keluar peralatan juga kita dapatkan U2 (laju udara
masuk), dan RH tertentu , yang akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v
(volume jenis), S (kalor spesifik, Cp) dan kalor laten tertentu.
Panas yang dilepas udara unggun secara sederhana dan diasumsikan tidak
ada yang hilang adalah sebagai berikut :
Kalor dilepas,Q2 = kalor udara awal – kalor udara akhir + kalor untuk penguapan air (dari unggun)
Q2 = ( U1 x H1 ) – ( U2 x H2 ) + ( U1 x λ1 ) ...(5)
*U1, U2 = Laju alir udara kering masuk, keluar.
2. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis digunakan untuk menentukan kemampuan alat dalam berkerja
atau berproduksi. Efisiensi teknis adalah perbandingan antara massa setelah
proses atau keluar dari alat (output) dengan massa sebelum proses atau massa
masuk ke alat (input) (Sutarsi, 2010).
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
Efisiensi Teknis (%) = x 100 % ...(7)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
3. Efisiensi Termal
Efisiensi termal dihitung berdasarkan perbandingan antara panas yang
digunakan oleh alat pemanas dengan panas yang disediakan oleh alat pemanas.
Parameter ini dapat dinyatakan sebagai (Sitompul et al., n.d):
𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜𝑢𝑡
Efisiensi Termal (%) = x 100 % ...(8)
𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜
12
4. Energi Listrik
Energi listik dapat dinyatakan dengan rumus:
Energi Listrik (J) = V x I x t ...(9)
Dimana V adalah tegangan listrik (volt), I adalah kuat arus listrik (Ampere (A))
dan t adalah waktu pengoperasian alat (detik,menit atau jam).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
13
14
T3, Y3
T2, Y2
T1, Y1
udara
1. Cerobong udara
2. Tutup tangki sangrai (roasting chamber)
3. Tangki sangrai (roasting chamber)
4,5 Tempat input bahan
6. Kaca
7. Filter
8,9 Katup penghubung
10. Heating element
15
Gambar 8. Blower
- Merk : Generic
- Ukuran : 1,5”
- Daya listrik : 150 watt
- Voltase : 220 volt
- Kecepatan : 3000 rpm
- Merk :-
- Tinggi : 15 cm
- Kapasitas : 40 m3/jam
- Ukuran draft dalam : 1,4”
- Ukuran draft luar : 3,8”
20
- Merk :-
- Jenis : Infrared
- Daya listrik : 150-350 watt
- Voltase : 220 volt
- Material : Keramik
- Temperatur maksimal : 750 oC
3.3.3 Blok Diagram Pembuatan dan Pengujian Alat Sangrai Tipe Fluidisasi
Dalam penelitian rancang bangun alat sangrai fluidisasi (fluidized roaster),
variabel penelitian yang akan diambil terdiri dari variabel tetap dan tak tetap.
Variabel tetap diantaranya adalah arus suplai listrik, kecepatan udara (volume
udara) dan bahan baku (biji rambutan), sedangkan variabel tak tetapnya adalah
waktu sangrai dan suhu sangrai (operasi).
Start
Studi Literatur
Fluidized Roaster - Jurnal
- Text Book
Rancang Alat
Pembuatan Alat
Siap
Layak No
Yes
Selesai
Biji Rambutan
Analisa awal:
- Kadar Air
- Kadar Abu Data
- Kadar Kafein Dibersihkan - Waktu
sangrai (5
s.d 25
Dikeringkan menggunakan menit)
sinar matahari (± 5 hari) - Suhu
Sangrai (120
& 130 oC)
Disangrai dengan - Berat awal
Fluidized Roaster umpan
- Berat akhir
umpan
Data - Suhu umpan
masuk dan
umpan
Data Digiling keluar
- Analisis - Suhu udara
mutu bubuk masuk dan
kopi (kadar Data udara keluar
air, abu,
kafein)
Menganalisis data
Selesai
3.5 Pengamatan
3.5.1 Data Pengamatan Sebelum Disangrai
Tabel 4. Data Pengamatan untuk Variasi Suhu Operasi 120 oC dan 130 oC
No Waktu Kecepatan Berat Suhu Suhu Humid
Operasi Udara (gram) Umpan Udara (oC)
(menit) (m/s) (oC) In Out In Out
Out
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25
3.5.3 Data Uji Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Kafein
Tabel 5. Data Pengamatan Uji Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Kafein
No Sampel Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Kafein (%)
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4
5 A5
6 B1
7 B2
8 B3
9 B4
10 B5
Ket. kode sampel
A = suhu sangrai 180oC; B = suhu sangrai 200oC.
1 = waktu sangrai 5 menit; 2 = waktu sangrai 10 menit; 3 = waktu sangrai 15 menit dst.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN
Tabel 13. Biaya Bahan Kimia untuk Analisis Kafein dan Cemaran Logam
No Cemaran Logam Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Kalsium Karbonat (CaCO3) 77.000 (250 gram) 77.000
2 Kloroform 140.000 (teknik 500 ml) 140.000
1 ATK
a. Kertas 2 rim 35.000 70.000
b. Tinta printer 3 buah 25.000 75.000
2 Publikasi Laporan 6 rangkap 50.000 300.000
3 Pencarian Literatur 50.000 50.000
4 Sewa Laboratorium 250.000 250.000
Total 745.000
26
27
Penyusunan
Laporan Tugas
Akhir
Pengumpulan
Laporan Tugas
Akhir
Sidang Tugas
Akhir
Daftar Pustaka
Aji, H. S. (2015). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Biji Rambutan
Melalui Reaksi Esterifikasi Pada Variasi Lama Waktu Reaksi. Yogyakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Harapan. (2015). Manfaat dan Khasiat Tanaman Rambutan. Retrieved February
26, 2018, from http://tanaman--herbal.blogspot.co.id/2015/05/manfaat-dan-
khasiat-tanaman-rambutan.html
Harahap, S. N., Ramli, N., Vafaei, N., & Said, M. (2012). Physicochemical and
Nutritional Composition of Rambutan Anak Sekolah (Nephelium
Lappaceum L.) Seed and Seed Oil. Pakistan Journal of Nutrition, 11, 1073–
1077.
Hayati, R., Marliah, A., & Rosita, F. (2012). Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori
Bubuk Kopi Arabika. Floratek, 7, 66–75.
Kadapi, M. (2015). Aktivitas Antioksidan Kopi Biji Rambutan Non Kafein dengan
Variasi Perbandingan Komposisi Beras Hitam yang Berbeda. Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Nasional, B.S., 2004. Kopi Bubuk SNI 01-354., Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Napitupulu, S. H., Daulay, S. B., & Rindang, A. (2014). Rancang Bangun Alat
Penggiling Biji Kopi Tipe Flat Burr Mill. Rekayasa Pangan dan Pertanian,
114-119.
Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Medan: Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Risnadar, C., & Rollick, A. (2017). Tanaman Rambutan. Retrieved February 26,
2018, from Jurnal Bumi: https://jurnalbumi.com/buah-rambutan/
Sitompul, J., Sumardiono, S., & Sariyanto, M. (n.d.). Studi Analisis Efisiensi Energi
dan Tekno Ekonomi Pengeringan Butiran Multi Tahap. Mesin, 11-17.
Sutarsi, Soekarno, S., & Widyotomo, S. (2010). Evaluasi Kinerja Penyangrai Biji
Kopi Tipe Silinder Berputar. Jurnal Keteknikan Pertanian, 33-38.
Wijayakusuma, H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. (Dede, Ed.) (1st
ed.). Jakarta: Puspa Swara.
29