Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kopi merupakan tanaman yang bijinya diolah menjadi salah satu jenis
produk minuman. Minuman kopi ini diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk
bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau ditumbuk
hingga menyerupai serbuk halus (Hayati et al., 2012). Minuman kopi ini termasuk
salah satu jenis minuman yang paling digemari oleh hampir seluruh masyarakat
dunia. Hal ini disebabkan karena seduhan kopi atau biji kopi memiliki aroma dan
rasa yang khas. Minuman kopi yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat
berasal dari biji kopi robusta dan biji kopi arabika. Biji kopi memiliki komposisi
yang berbeda tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan proses pengolahan
kopi. Komposisi untuk biji kopi adalah mineral (3-5%), karbohidrat (50-55%),
lemak (9-20%), protein (11-15%) dan kafein (1% untuk arabika dan 2% untuk
robusta) (Ridwansyah, 2003). Minuman kopi ternyata dapat dibuat dari biji atau
buah yang bukan buah kopi, sebelumnya Dodik Luthfianto (2014) telah melakukan
penelitian tentang minuman kopi yang berbahan dasar petai cina dengan campuran
ketan hitam dan jahe. Kopi ini memiliki warna, aroma dan rasa yang mendekati
kopi dari biji kopi asli (Arabika, Robusta dan lain-lain). Annisa (2016) melakukan
penelitian tentang minuman kopi yang berbahan dasar biji papaya dengan
campuran buah nangka dan Rika (2011) membuat kopi dari buah mengkudu.
Melihat dari beberapa penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa sebuah minuman
yang menyerupai minuman kopi dapat dibuat menggunakan bahan berupa buah
dan biji-bijian yang bukan biji kopi.

Rambutan merupakan buah musiman dan apabila memasuki musimnya


buah rambutan akan berlimpah. Bagian dari pohon rambutan yang sering
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah bagian batang, daun dan buahnya,
sedangkan bijinya dibuang begitu saja padahal biji rambutan banyak digunakan
untuk pengobatan alternatif guna menormalkan kadar gula darah penderita kencing
manis (diabetes melitus yang cenderung tinggi) dan mengandung lemak dan
1
2

polifenol. Berdasarkan penelitian Rahayu (2013), seduhan biji rambutan


memiliki efek mengurangi tingkat gula darah dan berat badan yang diuji coba
pada tikus. Bii rambutan yang digunakan sebagai obat herbal diolah dengan cara
disangrai yang kemudian dihaluskan dan diseduh (Wijayakusuma, 2004).
Pengolahan tersebut sama dengan pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi. Biji
rambutan memiliki rasa pahit yang sama dengan rasa pahit kopi dan biji
rambutan juga memiliki kandungan seperti kabohidrat (48%), protein (12,8%)
dan asam lemak yang terdiri dari oleat (40,45%) dan arachidat (36,36%)
(Harahap et al., 2012) yang juga dimiliki oleh biji kopi, kemudian bentuk fisik
biji rambutan yang sudah dikupas dari kulit arinya memiliki kemiripan dengan
warna biji kopi. Biji rambutan yang dimanfaatkan sebagai bubuk kopi
sebelumnya telah diteliti oleh Muamar Kadapi (2015). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, kopi biji rambutan yang memiliki rasa yang segar, aroma
khas kopi, warna hitam dan yang disukai panelis adalah campuran 200 gram biji
rambutan dan 100 gram beras hitam dan kopi tersebut dikatakan non kafein
namun tidak dibuktikan kembali dengan uji kafein. Disini penulis ingin
mendapatkan kualitas bubuk kopi yang berasal dari 100% biji rambutan tanpa
komposisi lain dengan memvariasikan waktu dan suhu roasting (penyangraian)
serta membuktikan bahwa kopi biji rambutan adalah kopi non kafein.

Untuk mendapatkan bubuk kopi yang berkualitas SNI, biji kopi akan
mengalami tahap penyangraian dan penggilingan. Penyangraian merupakan salah
satu tahapan yang penting dan dapat dilakukan dengan cara tradisional atau
menggunakan sebuah mesin penyangrai. Proses penyangraian biji kopi umumnya
menggunakan alat berbentuk tabung silinder horizontal yang diputar
menggunakan motor dan ditambahkan alat pemanas. Mesin penyangrai yang akan
dirancang untuk proses pembuatan bubuk kopi biji rambutan ini menggunakan
prinsip yang berbeda yaitu dengan menggunakan sistem fluidisasi. Alat penyangrai
fluidisasi berupa tabung yang akan dimasukkan biji rambutan dan kemudian
dikontakkan dengan udara panas. Udara panas berasal dari udara lingkungan yang
dipanaskan menggunakan elemen pemanas inframerah dan akan dialirkan oleh
blower.
3

1.2 Perumusan Masalah


Apakah alat fluidized roaster (penyangrai fluidisasi) mampu mengolah biji
rambutan menjadi bubuk kopi biji rambutan dengan melihat pengaruh suhu dan
waktu sangrai terhadap kualitas bubuk kopi biji rambutan yang dihasilkan.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari tugas akhir ini adalah mendapatkan
rangkaian alat sangrai kopi tipe fluidisasi dan mendapatkan kondisi operasi (suhu
dan waktu roasting) yang optimum untuk pengolahan kopi biji rambutan serta
mendapatkan pengaruh suhu dan waktu sangrai terhadap kualitas bubuk kopi biji
rambutan.

1.4 Manfaat
1. Bagi Institusi
Dapat memberikan bahan studi dan referensi bagi pembaca tentang pengolahan
biji rambutan yang jarang dimanfaatkan menjadi bubuk kopi dengan menggunakan
alat sangrai tipe fluidisasi (fluidized roaster) dan dapat dijadikan pembelajaran pada
mata kuliah pengembangan industri agro bagi mahasiswa teknologi kimia industri.
2. Bagi IPTEK
Memberi teknologi berupa alat sangrai kopi tipe fluidisasi (fluidized roaster)
yang dapat digunakan untuk mengolah biji rambutan menjadi bubuk kopi.
3. Bagi Masyarakat
Dapat mengkonsumsi minuman kopi yang terbuat dari biji rambutan.

1.5 Relevansi
Penelitian ini berkaitan dengan ilmu teknik kimia dibidang pengembangan
industri agro, satuan proses, dan pengolahan limbah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kopi
Kopi merupakan tanaman yang bijinya diolah menjadi salah satu jenis
produk minuman. Minuman kopi ini diperoleh dari seduhan kopi dalam bentuk
bubuk. Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai, digiling atau ditumbuk
hingga menyerupai serbuk halus (Hayati et al., 2012). Minuman kopi ini termasuk
salah satu jenis minuman yang paling digemari oleh hampir seluruh masyarakat
dunia. Hal ini disebabkan karena seduhan kopi atau biji kopi memiliki aroma dan
rasa yang khas. Kopi sebelum dipergunakan sebagai bahan minuman, maka
terlebih dahulu dilakukan proses roasting (penyangraian). Penyangraian biji kopi
akan mengubah secara kimiawi kandungan-kandungan dalam biji kopi, disertai
susut bobotnya, bertambah besarnya ukuran biji kopi dan perubahan warna
bijinya. Berdasarkan suhu penyangraian yang digunakan dibedakan atas 3
golongan yaitu, light roast (suhu yang digunakan 193-199°C), medium roast
(suhu yang digunakan 204°C) dan dark roast (suhu yang digunakan 213-221°C).
Minuman kopi yang umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berasal dari biji
kopi robusta dan biji kopi arabika. Biji kopi memiliki komposisi yang berbeda
tergantung tipe kopi, tanah tempat tumbuh dan proses pengolahan kopi. Komposisi
untuk biji kopi adalah mineral (3-5%), karbohidrat (50-55%), lemak (9-20%),
protein (11-15%) dan kafein (1% untuk arabika dan 2% untuk robusta)
(Ridwansyah, 2003).

Dari beberapa kandungan biji kopi arabika dan robusta terdapat salah satu
nutrisi yang tidak baik untuk kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan, yaitu
kafein. Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang tergolong dalam
methylxanthine bersama-sama senyawa tefilin dan teobromin. Kafein jika
dikonsumsi secara berlebihan dapat menimbulkan rasa gelisah yang berlebihan dan
menyebabkan pengerasan dinding arteri (Kadapi, 2015). Bentuk murni kafein
dijumpai sebagai kristal berbentuk tepung putih atau berbentuk seperti benang
sutera yang panjang dan kusut. Bentuk kristal benang itu berkelompok akan
4
5

terlihat seperti bulu domba. Kristal kafein mengikat satu molekul air, dapat larut
dalam air mendidih. Di dalam pelarut organic maka pengkristalan yang terjadi
tanpa ikatan molekul air. Kafein mencair pada suhu 235-237°C dan akan
menyublim pada suhu 1760 o C di dalam ruangan terbuka. Kafein mengeluarkan
bau yang wangi, mempunyai rasa yang sangat pahit dan mengembang di dalam
air.

2.1.1 Bubuk Kopi


Kopi bubuk adalah biji kopi yang telah disangrai (roasted) kemudian
digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam kadar tertentu tanpa
mengurangi rasa dan aromanya serta tidak membahayakan kesehatan. Bubuk kopi
yang telah didapat dari proses penyangraian dan penggilingan harus memenuhi
standar mutu agar dapat dikatakan layak konsumsi atau baik. Syarat mutu kopi
bubuk yang berlaku menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah seperti yang
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Syarat Mutu Kopi Bubuk (SNI. 01-3542, 1994)
Karakteristik Persyaratan
I II
Kadar air (% b/b) Maks. 7 Maks. 7
Kadar abu (% b/b) Maks. 5 Maks. 5
Logam :
Timbal (Pb) Maks. 2,0 Maks. 2,0
Tembaga (Cu) Maks. 30,0 Maks. 30,0
Timah (Sn) Maks. 40,0 Maks. 40,0
Arsen (As) Maks. 30,0 Maks. 30,0
Keadaan (rasa, bau, warna) Normal Normal
Kafein (% b/b) 0,9-2,0 0,45-2,0
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1994.

2.2 Rambutan
Rambutan adalah tanaman tropis yang tergolong ke dalam suku lerak-
lerakan atau Sapindaceae, berasal dari daerah di Asia Tenggara. Kata "rambutan"
berasal dari bentuk buahnya yang mempunyai kulit menyerupai rambut. Rambutan
banyak terdapat di daerah tropis seperti Afrika, Kamboja, Karibia, Amerika
Tengah, India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand dan Sri Lanka. Tanaman
rambutan hidup pada daerah dataran rendah yang bersuhu rata-rata 25ºC sampai
6

dengan ketinggian 300-500 meter di atas permukaan laut dengan sinar matahari
yang banyak dan curah hujan yang sedang (Harapan, 2015).
Klasifikasi tanaman rambutan adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium Lappaceum L.

Gambar 1. Pohon, Batang, Daun dan Buah Rambutan


Sumber: Risnadar, 2017

Tanaman rambutan terdiri dari batang, daun, bunga, dan buah. Pohon
rambutan bisa tumbuh hingga 25 meter, namun bila dibudidayakan tinginya hanya
sekitar 5-9 meter. Tajuknya cukup rimbun dengan diameter 5-10 meter. Batang
rambutan terbentuk dari kayu keras berbentuk silinder, kulit batang berwarna coklat
cenderung abu-abu dengan permukaan berkerut. Percabangannya cenderung
horizontal dan kadang agak mengarah ke atas. Untuk daun rambutan memiliki
bentuk lonjong atau memanjang dengan ujung tumpul meruncing. Daun rambutan
berwarna hijau muda atau hijau tua sesusai dengan varietasnya (Risnadar, 2017).
Pohon rambutan akan menghasilkan bunga setelah berusia 7 tahun jika ditanam dari
biji sedangkan jika dikembangbiakkan dengan cara vegetatif pohon rambutan akan
7

berbunga pada usia 2 tahun. Pembungaan rambutan dipengaruhi oleh musim atau
ketersediaan air. Bunga rambutan ukurannya kecil berwarna putih kekuning-
kuningan, tersusun dalam bentuk tandan (malai). Setiap tandan terdiri dari 50-2000
kuntum bunga. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki “rambut” di
bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur
kuning hingga merah ketika masak/ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi
“daging”. Bagian buah yang dimakan adalah “daging buah” yang sebenarnya
merupakan salut biji atau aril dan melekat kuat pada kulit terluar biji (rambutan
ace/ngelotok). Buah rambutan memiliki rasa manis dan masam tergantung pada
jenis rambutan (Aji, 2015).

2.3 Biji Rambutan


Buah rambutan merupakan buah musiman dan ketika musim rambutan tiba,
konsumsi buah rambutan meningkat sehingga mengakibatkan sampah kulit dan biji
rambutan juga meningkat. Bagian dari pohon rambutan yang sering dimanfaatkan
oleh masyarakat adalah bagian batang, daun dan buahnya, sedangkan bijinya
dibuang begitu saja. Biji rambutan berbentuk elips yang dilapisi oleh kulit ari biji
yang berserat kayu tipis dan ditutupi dengan daging buah berwarna putih.

Gambar 2. Biji Rambutan


Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018

Biji rambutan mengandung lemak dan polifenol. Lemak biji rambutan


berwarna putih dan dapat dimakan (edible). Biji rambutan memiliki rasa pahit
dan biji rambutan juga memiliki kandungan seperti pada Tabel 2.
8

Tabel 2. Kandungan Biji Rambutan


No Kandungan Persen (%)
1 Protein 12,40
2 Karbohidrat 48,00
3 Abu 2,26
4 Asam Lemak Oleat 40,45
5 Asam Lemak Arachidat 36,36
Harahap et al., 2012

Biji rambutan banyak digunakan untuk pengobatan alternatif guna


menormalkan kadar gula darah penderita kencing manis (diabetes melitus yang
cenderung tinggi). Berdasarkan penelitian Rahayu (2013), seduhan biji rambutan
memiliki efek mengurangi tingkat gula darah dan berat badan yang diuji coba
pada tikus. Bii rambutan yang digunakan sebagai obat herbal diolah dengan cara
disangrai yang kemudian dihaluskan dan diseduh (Wijayakusuma, 2004). Biji
rambutan juga dimanfaatkan sebagai sumber pengganti cocoa butter, senyawa anti
bakteri patogen pada ikan dan sebagai bahan pengganti kacang tanah dalam
pembuatan selai serta minyak dari biji rambutan dapat dijadikan biodiesel dengan
proses transesterifikasi. Biji rambutan ternyata dapat dimanfaatkan sebagai bubuk
kopi dan telah diteliti oleh Muamar Kadapi (2015). Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, kopi biji rambutan yang memiliki rasa yang segar, aroma khas kopi,
warna hitam dan yang disukai panelis adalah campuran 200 gram biji rambutan
dan 100 gram beras hitam.

2.4 Fluidisasi
Fluidisasi merupakan salah satu bentuk peristiwa di mana partikel berfase
padatan diubah menjadi fase yang memiliki perilaku layaknya fluida cair dengan
cara diberi kontak dengan gas atau cairan. Fenomena fluidisasi ini berlangsung pada
media yang dikenal dengan sebutan fluidized bed. Fluidized bed merupakan suatu
media yang berbentuk bejana yang berisikan partikel berfase padat yang kemudian
akan dialiri oleh fluida hingga terjadi proses fluidisasi. Peristiwa fluidisasi ini
terjadi akibat adanya gaya drag yang bekerja pada partikel berfasa padat yang mana
disebabkan karena aliran fluida yang bergerak dari bawah keatas yang lebih besar
daripada gaya gravitasi dan gaya antar partikel.
9

Butiran padat akan mengalami total gaya akibat fluida apabila terjadi gerak
relatif antara permukaan butiran dan fluida. Pada laju alir fluida yang cukup rendah,
aliran fluida hanya menerobos unggun butiran padat melalui celah antar partikel
tanpa menyebabkan perubahan susunan partikel (keadaan fixed bed). Ketika laju
alir fluida ditingkatkan hingga kecepatan tertentu, unggun butiran padat yang
semula diam akan terekspansi. Pada kondisi demikian, sifat unggun akan
menyerupai fluida dengan viskositas tinggi, misalnya adanya kecenderungan untuk
mengalir, mempunyai sifat hidrostatik dan sebagainya. Keadaan ini disebut sebagai
fluidisasi minimum. Pada laju alir fluida tinggi, partikel padat dapat terbawa aliran
fluida dan meninggalkan kolom.

2.4.1 Persamaan Dasar Fluidisasi

Di dalam peristiwa fluidisasi yang menjadi parameter-parameter evaluasi


yaitu densitas partikel, diameter partikel, bentuk partikel dan porositas unggun.
Penentuan densitas partikel untuk zat padat yang masih dan tidak menyerap air atau
zat cair lain, bisa dilakukan dengan memakai piknometer. Diameter partikel
biasanya diukur berdasarkan analisa ayakan (ukuran mesh).
Persamaan kecepatan fluidisasi minimum didapatkan dengan membuat
penurunan tekanan melintas hamparan itu dengan bobot hamparan per satuan luas
penampang, dengan memperhitungkan gaya apung dari fluida yang dianjakkan:
𝑔
∆𝑃 = 𝑔 (1 − 𝜀)(𝜌𝑝 − 𝜌)𝐿 ...(1)
𝑡

Untuk menghitung penurunan pada hamparan curah dapat menggunakan


persamaan Ergun
∆𝑃 𝑔𝑐 150𝜇𝑉 (1−𝜀)2 1,75𝜌𝑉0𝑚 2 (1−𝜀)
= ɸ𝑠2 𝐷𝑝02 ...(2)
𝐿 𝜀3 ɸ𝑠𝐷𝑝 𝜀3

Persamaan 2 diterapkan titik awal fluidisasi sehingga suatu persamaan


kuadrat untuk kecepatan fluidisasi minimum Vom didapatkan

2.4.2 Neraca Massa Pengeringan Fluidisasi


Satu persamaan dari percobaan pengeringan/adsorpsi iso-oktana dari arus
campuran uap tersebut dengan udara oleh bijih-bijih alumina. Percobaan oleh A. G.
Bakhtiar dapat diterapkan pada pengeringan fluidisasi unggun dengan persaan
sebagai berikut:
10

Gu( y - yo ) = WF d/dt ...(3)


Gu = laju udara kering masuk (kg/dt)
= laju volum udara terukur (m3/dt) X volume jenis udara
W = massa dari padatan dalam unggun kering sebelum direndam air.
F = banyaknya air terserap dalam padatan (kg)
y = kandungan uap air dalam aliran udara masuk (keluar,yo)
t = waktu operasi

2.4.3 Neraca Panas Pengeringan Fluidisasi


Disini banyaknya kalor yang dilepas oleh kukus persatuan waktu tidak dapat
ditentukan /dihitung dengan tepat dikarenakan tekanan steam yang dipakai tidak
konstan sehingga katup pneumatik mengalami perubahan pembukaan sepanjang
waktu tergantung keadaan udara masuk. Begitu juga temperatur steam masuk tidak
tidak dapat ditentukan dengan tepat.
Kalor dilepas kukus = Kalor (kukus awal + kondensasi – kondensat sisa – kukus
sisa).
Q1 = m1hg + m2hfg – m2hf – m3hg ...(4)

Dengan :
hg = energi dalam kukus pada temperatur kukus sisa keluar
hf = energi dalam kondensat pada temperatur kondensat keluar
hfg = kalor laten kondensasi kukus pada temperatur kondensasi
m1 = laju massa kukus terpakai dalam kg/jam
m2 = laju massa kondensat saja dalam kg/jam
m3 = laju massa kukus tidak terpakai dalam kg/jam [m1-m2]
Asumsi:
Kondisi awal steam tidak mengalami kondensasi.
Kondisi akhir steam terkondensasi semua menjadi kondensat.
Gas masuk keperalatan dengan U1 (laju udara masuk), dan RH tertentu,
yang akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v (volume jenis), S (kalor
spesifik, Cp) dan kalor laten tertentu. Setelah mengalami pemanasan pada penukar
panas maka nilai – nilai parameter tersebut akan berubah sesuai dengan grafik
11

phsycometric chart dengan mengubah salah satu sumbu titik potong yaitu
temperatur kering /temperatur diset.
Sedangkan udara yang keluar peralatan juga kita dapatkan U2 (laju udara
masuk), dan RH tertentu , yang akan didapatkan H (enthalpi), kalor lembab, v
(volume jenis), S (kalor spesifik, Cp) dan kalor laten tertentu.
Panas yang dilepas udara unggun secara sederhana dan diasumsikan tidak
ada yang hilang adalah sebagai berikut :
Kalor dilepas,Q2 = kalor udara awal – kalor udara akhir + kalor untuk penguapan air (dari unggun)
Q2 = ( U1 x H1 ) – ( U2 x H2 ) + ( U1 x λ1 ) ...(5)
*U1, U2 = Laju alir udara kering masuk, keluar.

2.5 Analisis Teknis


Analisis teknis merupakan analisis yang dilakukan untuk menghitung
kemampuan alat untuk berkerja. Analisis teknis dapat meliputi kapasitas, efisiensi
(panas maupun teknis) dan konsumsi energi.
1. Kapasitas Alat
Kapasitas alat digunakan untuk mengetahui kapasitas sebenarnya dari mesin.
Kapasitas alat dapat dicari dengan menggunakan rumus:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘 (𝑘𝑔)
Kapasitas (kg/jam) = ...(6)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑠 (𝑗𝑎𝑚)

2. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis digunakan untuk menentukan kemampuan alat dalam berkerja
atau berproduksi. Efisiensi teknis adalah perbandingan antara massa setelah
proses atau keluar dari alat (output) dengan massa sebelum proses atau massa
masuk ke alat (input) (Sutarsi, 2010).
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 (𝑘𝑔)
Efisiensi Teknis (%) = x 100 % ...(7)
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡 (𝑘𝑔)

3. Efisiensi Termal
Efisiensi termal dihitung berdasarkan perbandingan antara panas yang
digunakan oleh alat pemanas dengan panas yang disediakan oleh alat pemanas.
Parameter ini dapat dinyatakan sebagai (Sitompul et al., n.d):
𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜𝑢𝑡
Efisiensi Termal (%) = x 100 % ...(8)
𝑇𝑖𝑛 −𝑇𝑜
12

4. Energi Listrik
Energi listik dapat dinyatakan dengan rumus:
Energi Listrik (J) = V x I x t ...(9)
Dimana V adalah tegangan listrik (volt), I adalah kuat arus listrik (Ampere (A))
dan t adalah waktu pengoperasian alat (detik,menit atau jam).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Desain Fungsional


Pada pendekatan rancang bangun mesin sangrai tipe fluidisasi (fluidized
roaster) terdiri dari beberapa komponen dengan fungsinya masing-masing, yaitu:
1) Cerobong Udara
Sebagai tempat udara keluar.
2) Tutup Tangki Sangrai
Sebagai tempat masukknya biji rambutan ke dalam tangki sangrai (roasting
chamber).
3) Roasting Chamber
Roasting chamber adalah tempat terjadinya proses sangrai biji rambutan.
4) Kaca
Sebagai tempat untuk melihat proses fluidisasi dan sangrai biji rambutan.
5) Filter
Digunakan sebagai tempat untuk menahan biji rambutan agar tidak
langsung berkontakkan dengan pipa udara.
6) Heating Element
Alat yang digunakan untuk memanaskan udara, sebelum masuk ke roasting
chamber. Tipe yang digunakan untuk heating element adalah infrared
ceramic. Pemanas infra merah keramik dipilih karena suhu operasi dapat
mencapai suhu 750 oC dan menghasilkan panas permukaan hingga 64
kW/m2.
7) Rotary Meter
Alat yang berfungsi sebagai pembaca laju udara masuk.
8) Blower
Digunakan sebagai sumber udara yang akan digunakan sebagai media
pemanas dan mengalirkan udara ke roasting chamber.

13
14

3.2 Pendekatan Desain Struktural


3.2.1 Gambar Desain Mesin Sangrai Tipe Fluidisasi

Gambar 3. Skema Susunan Mesin Sangrai Tipe Fluidisasi 3D

T3, Y3

T2, Y2

T1, Y1

udara

Gambar 4. Diagram Alir Mesin Sangrai Tipe Fluidisasi

1. Cerobong udara
2. Tutup tangki sangrai (roasting chamber)
3. Tangki sangrai (roasting chamber)
4,5 Tempat input bahan
6. Kaca
7. Filter
8,9 Katup penghubung
10. Heating element
15

11. Rotary meter


12. Blower
13. T1,T2,T3 sensor suhu dan Y1, Y2,Y3 sensor humidity

3.2.2 Spesifikasi Tangki Sangrai (Roasting Chmaber)


1) Bentuk Tangki = Tabung Limas Segiempat
2) Tinggi Tangki = 470 mm
3) Tebal Tangki = 1 mm
4) Panjang Tutup Tangki = 500 mm
5) Lebar Tutup Tangki = 500 mm
6) Panjang dan Lebar filter = 100 x 100 mm
7) Bahan = stainless stell
8) Diameter Cerobong Udara = 50 mm
16

Gambar 5. Gambar Teknik Tabung/Tangki Sangrai


17

Gambar 6. Gambar Teknik Tabung/Tangki Sangrai Tampak Kanan


18

Gambar 7. Gambar Teknik Tabung/Tangki Sangrai Bagian Atas


19

3.2.3 Spesifikasi Blower

Gambar 8. Blower

- Merk : Generic
- Ukuran : 1,5”
- Daya listrik : 150 watt
- Voltase : 220 volt
- Kecepatan : 3000 rpm

3.2.4 Spesifikasi Rotameter

Gambar 9. Rotameter Udara

- Merk :-
- Tinggi : 15 cm
- Kapasitas : 40 m3/jam
- Ukuran draft dalam : 1,4”
- Ukuran draft luar : 3,8”
20

3.2.5 Spesifikasi Heating Element

Gambar 10. Heating Element

- Merk :-
- Jenis : Infrared
- Daya listrik : 150-350 watt
- Voltase : 220 volt
- Material : Keramik
- Temperatur maksimal : 750 oC

3.3 Pertimbangan dan Percobaan


3.3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan persiapan bahan baku, pembuatan alat dan penelitian dilakukan
pada bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Juli 2018 di Laboratorium
Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya dan di Balai Besar
Laboratorium Kesehatan Palembang untuk analisa cemaran logam.
3.3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan
3.3.2.1 Bahan yang Digunakan
Biji Rambutan, Aquades, Kalsium Karbonat (CaCO3) dan Kloroform
3.3.2.2 Alat yang Digunakan
Fluidized roaster, gelas kimia 250 ml, gelas kimia 100 ml, kaca arloji, gelas
ukur 100 ml, cawan porselen, corong pisah, corong gelas, kertas saring,
neraca analitik, penangas listrik, oven, furnace, alat penggiling, spatula dan
batang pengaduk
21

3.3.3 Blok Diagram Pembuatan dan Pengujian Alat Sangrai Tipe Fluidisasi
Dalam penelitian rancang bangun alat sangrai fluidisasi (fluidized roaster),
variabel penelitian yang akan diambil terdiri dari variabel tetap dan tak tetap.
Variabel tetap diantaranya adalah arus suplai listrik, kecepatan udara (volume
udara) dan bahan baku (biji rambutan), sedangkan variabel tak tetapnya adalah
waktu sangrai dan suhu sangrai (operasi).

Start

Studi Literatur
Fluidized Roaster - Jurnal
- Text Book
Rancang Alat

Pembuatan Alat

Siap

Pengujian Alat Pengecilan


Ukuran Biji

Layak No
Yes

Persiapan Alat untuk Pembuatan


Kopi Biji Rambutan

Selesai

Gambar 11. Blok Diagram Pembuatan dan Pengujian Alat


22

Biji Rambutan
Analisa awal:
- Kadar Air
- Kadar Abu Data
- Kadar Kafein Dibersihkan - Waktu
sangrai (5
s.d 25
Dikeringkan menggunakan menit)
sinar matahari (± 5 hari) - Suhu
Sangrai (120
& 130 oC)
Disangrai dengan - Berat awal
Fluidized Roaster umpan
- Berat akhir
umpan
Data - Suhu umpan
masuk dan
umpan
Data Digiling keluar
- Analisis - Suhu udara
mutu bubuk masuk dan
kopi (kadar Data udara keluar
air, abu,
kafein)
Menganalisis data

Selesai

Gambar 12. Blok Diagram Pembuatan Bubuk Kopi Biji Rambutan

3.4 Prosedur Percobaan


3.4.1 Pembuatan Alat Sangrai Fluidisasi (Fluidized Roaster)
- Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat
tangki alat sangrai fluidisasi.
- Membuat tempat dudukan tangki alat sangrai dan blower dengan
memotong besi siku
- Memasang roda pada dudukan alat sangrai fluidisasi agar mudah
dipindahkan.
23

3.4.2 Prosedur Pengujian Rancang Bangun Alat Sangrai Fluidisasi


- Menyiapkan biji kopi 100 gram kemudian mengatur suhu sangrai 200
o
C dan kecepatan udara, jika kopi masak berarti alat layak digunakan.
- Menyiapkan biji rambutan sebanyak 200 gram, 500 gram dan 1 kg
kemudian memasukkannya ke dalam tangki sangrai.
- Mengatur kecepatan udara dengan membuka katup setengah atau penuh.
- Melihat kondisi biji rambutan bisa difluidisasi artinya layak digunakan.
- Mencatat berapa kecepatan udara yang digunakan untuk waktu 10 menit
fluidisasi.

3.4.3 Prosedur Persiapan Bahan Baku


- Menyiapkan biji rambutan yang telah dipisahkan dari buahnya.
- Mencuci biji rambutan hingga bersih.
- Meniriskan biji rambutan.
- Mengeringkan biji rambutan dengan sinar matahari (± 5 hari).
- Menyangrai biji rambutan ±1 menit kemudian mengupas kulit arinya.

3.4.4 Prosedur Pembuatan Bubuk Kopi Biji Rambutan


- Menimbang biji rambutan sebanyak 100 gram.
- Menyangrai biji rambutan menggunakan alat fluidized roaster dengan
variasi waktu (5 sampai dengan 25 menit) dan suhu operasi atau suhu
tangki sangrai (120 dan 130 oC)
- Mencatat data-data yang diperlukan seperti suhu umpan, berat umpan
dan bentuk fisik umpan.
- Menghaluskan biji kopi hasil penyangraian menjadi dalam bentuk
bubuk menggunakan mesin penggiling.
- Mencatat data berupa massa hilang.

3.4.5 Prosedur Pengujian Mutu Bubuk Kopi Biji Rambutan


3.4.5.1 Uji Kadar Air
- Menimbang 1-2 gr bubuk kopi biji rambutan pada sebuah botol timbang
tertutup yang telah diketahui bobotnya.
24

- Mengeringkan pada oven dengan suhu 105oC selama 3 jam.


- Mendinginkan hasil pengeringan kedalam desikator.
- Menimbang hasil akhir sampai diperoleh bobot tetap.

3.4.5.2 Uji Kadar Abu


- Menimbang 2 gr bubuk kopi kedalam cawan porselen yang telah
diketahui bobotnya.
- Mengarangkan diatas nyala pembakar, lalu mengabukan dalam tanur
listrik pada suhu maksimum 550oC sampai pengabuan sempurna.
- Mendinginkan hasil pengarangan kedalam desikator.
- Menimbang hasil akhir sampai diperoleh bobot tetap.

3.4.5.3 Uji Kadar Kafein


- Menimbang 7,5 gr bubuk kopi biji rambutan.
- Memasukkan bubuk kedalam gelas kimia dan menambahkan aquades
sebanyak 75 ml.
- Menambahkan 5 gr CaCO3 kemudian mendidihkannya.
- Menyaring larutan agar larutan terpisah dari endapannya.
- Memanaskan filtrat sampai 1/3 volume dan mendinginkannya pada suhu
ruang.
- Memasukkan larutan ke dalam corong pemisah dan menambahkan 15 ml
kloroform kemudian mengocoknya.
- Memisahkan larutan bawah dan memasukkannya ke dalam gelas kimia.
- Menambahkan 2 ml kloroform pada larutan atas yang ada di corong pisah
dan mengocoknya.
- Masukkan larutan atas ke dalam gelas kimia yang sama dan dilakukan
evaporasi sampai kering
- Menimbang crude kafein.
25

3.5 Pengamatan
3.5.1 Data Pengamatan Sebelum Disangrai

Tabel 3. Data Pengamatan Kondisi Biji Rambutan Awal


No Suhu (oC) Kadar Air Kadar Kadar
Abu Kaffein
1

3.5.2 Data Pengamatan Setelah Proses Sangrai

Tabel 4. Data Pengamatan untuk Variasi Suhu Operasi 120 oC dan 130 oC
No Waktu Kecepatan Berat Suhu Suhu Humid
Operasi Udara (gram) Umpan Udara (oC)
(menit) (m/s) (oC) In Out In Out
Out
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25

3.5.3 Data Uji Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Kafein
Tabel 5. Data Pengamatan Uji Kadar Air, Kadar Abu dan Kadar Kafein
No Sampel Kadar Air (%) Kadar Abu (%) Kadar Kafein (%)
1 A1
2 A2
3 A3
4 A4
5 A5
6 B1
7 B2
8 B3
9 B4
10 B5
Ket. kode sampel
A = suhu sangrai 180oC; B = suhu sangrai 200oC.
1 = waktu sangrai 5 menit; 2 = waktu sangrai 10 menit; 3 = waktu sangrai 15 menit dst.
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL PELAKSANAAN

4.1 Rincian Biaya


Tabel 12. Biaya Bahan dan Alat Habis Pakai
No Material Harga Satuan Jumlah (Rp)
(Rp)
1 Heater Infrared 2 buah 675.000 1.350.000
2 Thermo Control 1 buah 865.000 865.000
3 Thermo Cople 3 buah 113.333 340.000
4 Box Panel 1 buah 1.200.000 1.200.000
5 Kerangka dan Tangki - 3.700.000
6 Mini LCD Humidity 3 76.667 230.000
buah
7 Blower Keong 1 buah 785.000 785.000
8 Rotameter Udara 1 buah 830.000 830.000
9 L Paralon (1“) 1 buah 40.000 40.000
10 Ball Valve 1 buah 70.000 70.000
Shockdart Luar (1“) 1
11 35.000 35.000
buah
Shockdart Dalam (1“) 1
12 35.000 35.000
buah
13 Pipa (1“) 1 batang 60.000 60.000
Pipa (1/4“) 3 batang 30.000 90.000
14 Kabel, Saklar dll - 670.000
Total 10.300.000

Tabel 13. Biaya Bahan Kimia untuk Analisis Kafein dan Cemaran Logam
No Cemaran Logam Biaya Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Kalsium Karbonat (CaCO3) 77.000 (250 gram) 77.000
2 Kloroform 140.000 (teknik 500 ml) 140.000

Tabel 14. Biaya Lain-Lain


No. Lain-lain Biaya Satuan Jumlah
(Rp) (Rp)

1 ATK
a. Kertas 2 rim 35.000 70.000
b. Tinta printer 3 buah 25.000 75.000
2 Publikasi Laporan 6 rangkap 50.000 300.000
3 Pencarian Literatur 50.000 50.000
4 Sewa Laboratorium 250.000 250.000
Total 745.000

26
27

Tabel 15. Biaya Transportasi


Transportasi Biaya (Rp.)
Pencarian bahan praktek 200.000
Perjalanan membeli alat 100.000
Total 300.000

Tabel 16. Rekapitulasi Biaya


No Spesifikasi Jumlah (Rp)
1 Biaya Alat dan Bahan Habis Pakai 10.300.000
2 Biaya Transportasi 300.000
3 Biaya Alat Penggiling 1.680.000
4 Biaya Bahan Kimia 217.000
5 Biaya lain-lain 745.000
Total 13.242.000

4.2 Jadwal Pelaksanaan


Adapun jadwal kegiatan yang dilakukan untuk pembuatan alat sangrai tipe
fluidisasi dan pembuatan bubuk kopi biji rambutan dapat dilihat pada Tabel
17.

Tabel 17. Jadwal Kegiatan


Bulan
Uraian
Februari Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Konsultasi
Pembimbing
Persiapan
Bahan Baku
Pembuatan
Proposal
Pengajuan
Proposal
Sidang
Proposal
Pembuatan
Alat
Pengambilan
Data dan
Penelitian
Analisis Data
Pembuatan
Draft Artikel
28

Penyusunan
Laporan Tugas
Akhir
Pengumpulan
Laporan Tugas
Akhir
Sidang Tugas
Akhir
Daftar Pustaka

Aji, H. S. (2015). Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Biji Rambutan
Melalui Reaksi Esterifikasi Pada Variasi Lama Waktu Reaksi. Yogyakarta:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Harapan. (2015). Manfaat dan Khasiat Tanaman Rambutan. Retrieved February
26, 2018, from http://tanaman--herbal.blogspot.co.id/2015/05/manfaat-dan-
khasiat-tanaman-rambutan.html
Harahap, S. N., Ramli, N., Vafaei, N., & Said, M. (2012). Physicochemical and
Nutritional Composition of Rambutan Anak Sekolah (Nephelium
Lappaceum L.) Seed and Seed Oil. Pakistan Journal of Nutrition, 11, 1073–
1077.
Hayati, R., Marliah, A., & Rosita, F. (2012). Sifat Kimia dan Evaluasi Sensori
Bubuk Kopi Arabika. Floratek, 7, 66–75.
Kadapi, M. (2015). Aktivitas Antioksidan Kopi Biji Rambutan Non Kafein dengan
Variasi Perbandingan Komposisi Beras Hitam yang Berbeda. Pendidikan
Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Nasional, B.S., 2004. Kopi Bubuk SNI 01-354., Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
Napitupulu, S. H., Daulay, S. B., & Rindang, A. (2014). Rancang Bangun Alat
Penggiling Biji Kopi Tipe Flat Burr Mill. Rekayasa Pangan dan Pertanian,
114-119.
Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Medan: Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Risnadar, C., & Rollick, A. (2017). Tanaman Rambutan. Retrieved February 26,
2018, from Jurnal Bumi: https://jurnalbumi.com/buah-rambutan/
Sitompul, J., Sumardiono, S., & Sariyanto, M. (n.d.). Studi Analisis Efisiensi Energi
dan Tekno Ekonomi Pengeringan Butiran Multi Tahap. Mesin, 11-17.
Sutarsi, Soekarno, S., & Widyotomo, S. (2010). Evaluasi Kinerja Penyangrai Biji
Kopi Tipe Silinder Berputar. Jurnal Keteknikan Pertanian, 33-38.
Wijayakusuma, H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus ala Hembing. (Dede, Ed.) (1st
ed.). Jakarta: Puspa Swara.

29

Anda mungkin juga menyukai