Anda di halaman 1dari 29

Potensi Kopi di Banjarnegara

December 14, 2015Artikelkopi


Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis yang cukup tinggi dan Indonesia merupakan salah satu Negara
penghasil kopi terbaik di Dunia. Dari ujung pulau Sumatra sampai tanah
Papua merupakan penghasil kopi. Disetiap daerah memiliki keunikan cita
rasa tersendiri. Di pulau Jawa hampir tiap daerah yang terdapat gunung
berapi banyak ditumbuhi pohon kopi. Hal ini dikarenakan syarat tumbuh
tanaman kopi yang mensyaratkan berada pada ketinggian tanah tertentu.
Pada kopi jenis Robusta syarat tumbuh kopi pada ketinggian 600-1000
mdpl sedangkan untuk kopi Arabika pada ketinggian di atas 1100 mdpl.
Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Tengah. Secara astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak diantara
712- 731 Lintang Selatan dan10920- 10945 Bujur Timur. Wilayah
Kabupaten Banjarnegara berada pada jalur pegunungan di bagian tengah
Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur.
Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar
berada pada ketinggian 100-500 meter dpl sebesar 37,04%, kemudian
antara 500-1000 mdpl sebesar 28,74, lebih besar dari 1000 mdpl sebesar
24,40%. Berdasarkan bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya,
bagian utara terdiri dari daerah pegunungan relief bergelombang dan
curam. Beberapa daerah banyak ditumbuhi pohon Kopi karena secara
letak georafisnya atau ketinggian tanah memungkinkan untuk tumbuh
kembang tanaman Kopi. Beberapa daerah penghasil kopi meliputi
Kecamatan Karangkobar (1.015 mdpl) dan Pandanarum (1245 mdpl ),
daerah tersebut sebagian besar ditumbuhi kopi jenis Robusta, kemudian
di kecamatan Pegentan (935 mdpl ), Pejawaran (1130 mdpl), Batur dan
sebagian Dieng (1633 mdpl ), Wanayasa (1135 mdpl) dan Kalibening
(1049 mdpl) hampir semuanya ditanami kopi jenis Arabika. Kopi
merupakan salah satu komoditas penting di Kabupaten Banjarnegara,
dengan segala potensi yang ada, baik dari letak geografisnya maupun
ketinggian tanah sangat potensi utuk ditanami kopi khususnya jenis
Arabika.

Dari data diatas bisa diolah menjadi informasi tentang potensi kopi di
Banjarnegara kemudian menjadikannya bahan untuk mengolah kopi
menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Berbicara bisnis kopi, kita harus
mengetahui potensi dari Hulu sampai Hilir. Beberapa petani kopi menjadi
pelaku bisnis disektor hulu, mereka menanam kopi kemudian melakukan
proses perawatan hingga panen dan menjual dalam bentuk kopiglondong.
Ada beberapa petani yang melakukan proses pengolahan hingga pada
kopi beras (green bean) sebelum menjual ke pedagang atau pengepul.
Perbedaan perdagangan dilevel petani disektor hulu dikarenakan
keterbatasan alat olah kopi paska panen dan kurangnya informasi tentang
pengolahan kopi paska panen. Keterbatasan tersebut juga berimbas pada
kualitas kopi yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Proses paska
panen akan sangat menentukan kualitas kopi apakah kopi menjadi baik
atau sebaliknya.
Informasi diatas bisa menjadi bahan untuk mengidentifikasi dan
kemudian mencoba memberikan solusi proses pengolahan kopi disektor
hulu di Kabupaten Banjarnegara.
1.

Mendata secara rinci jumlah petani, luas lahan dan produktifitas


tanaman kopi, data tersebut sebagai bahan untuk menentukan langkah
berikutnya dalam proses pengolahan paska panen kopi dari para petani.

2.

Pengadaan tempat dan alat pengolahan kopi yang terpadu dari biji
kopi sampai proses menjadi kopi beras. Dalam proses ini skemanya
dengan membeli seluruh hasil kopi dari para petani berupa kopi glondong,
kemudian mengolahnya menjadi kopi beras (green bean). Tujuannya agar
standar kualitas kopi akan terjaga, dengan dukungan sumber daya
manusia yang terlatih dan kelengkapan alat pengolahan kopi yang
memadai. Selain itu dengan adanya tempat pengolahan kopi dan gudang
penyimpanan, akan memungkinkan sistem logistik yang baik, jumlah hasil
kopi dan potensi panen dalam satu kali panen dapat tercatat dengan baik,
sehingga akan meningkatkan kepastian pasar sehingga interaksi antara
permintaan dan penawaran di pasar akan lebih terduga. Kondisi ini akan
meningkatkan posisi tawar menjadi lebih tinggi.

3.

Melakukan promosi tentang kualitas kopi dari Banjarnegara. Media


online menjadi sarana promo yang paling ideal untuk saat ini, berupa web
dan media sosial. Beberapa target pasar yang dibidik yaitu Eksportir,
pengusaha Roaster dan Coffee Shop yang ada di Indonesia maupun
Mancanegara. Dalam media online interaksi antara penjual dan pembeli
akan sangat efektif karna tidak ada keterbatasan jarak.
Berbeda disektor Hulu, bisnis Kopi disektor Hilir akan lebih variatif produk
hasil olahannya. Hasil produk disektor Hilir meliputi Kopi Sangrai (Roasted
Bean) dan Kopi Bubuk ( Coffee Powder). Proses pembuatan Kopi Sangrai
akan membutuhkan investasi yang cukup besar. Kualitas biji kopi (Grean
Bean ) yang harus bagus kemudian pengadaan mesin Roasting yang
modern tentu menjadi syarat utama untuk menghasilkan kualitas biji kopi
goreng. Harga alat Roasting kopi dipasaran saat ini cukup tinggi sehingga
harus ada alokasi anggaran khusus untuk pengadaan alat tersebut.
Permintaan pasar Roasted Bean yang berkualitas bagus akan terus
meningkat dari waktu ke waktu dengan bertumbuhnya penikmat Kopi
individu maupun Coffee Shop yang khusus menyediakan kopi-kopi yang
baik. Tentunya ini menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, mengingat
permintaan kopi akan terus miningkat, sementara bahan baku biji kopi
akan selalu tersedia karena sektor Hulu pun akan dikelola dengan baik.
Selain ketersediaan kopi yang berkelanjutan, faktor cita rasa kopi juga
akan sangat mempengaruhi permintaan pasar. Kopi Banjarnegara
khususnya Arabika sudah dilakukan uji cupping oleh beberapa penikmat
kopi, dari hasil cupping kemudian disepakati Kopi Arabia Banjarnegara
masuk dalam salah satu Coffee Spesiality di Indonesia.
Kopi Bubuk menjadi hasil olahan sektor hilir selain Roasted Bean. Dalam
proses pengolahan kopi menjadi bubuk membutuhkan proses yang labih
panjang. Proses pembuatannya dimulai dari kopi Sangrai kemudian
digiling hingga menjadi bubuk halus untuk kemudian dibungkus dengan
kemasan dan ukuran tertentu. Industri pengolahan kopi bubuk dewasa ini
persaingannya sangat ketat. Perusahaan selalu melakukan inovasi produk
dari bubuk kopi hingga olahan kopi, susu dan cream (3 in 1) untuk
memenuhi permintaan konsumen. Dari persaingan tersebut, tak jarang

untuk memenangkannya beberapa perusahaan kopi mengindahkan


kualitas produk yang dijual, sehingga ongkos produksi bisa dipangkas
hingga harga jual dimasyarakat bisa ditekan. Dari persaingan industri
tersebut, khususnya kopi kemasan yag cenderung tidak sehat, perlu ada
terobosan produk yang membedakan dari produk yang sudah banyak
beredar.

RUMAHUKM REVIEW: KOPI RESMI

Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah memiliki potensi bidang pertanian


ataupun perkebunan, maka tidaklah mengherankan kalau mayoritas
penduduknya hidup dari bercocok tanam. Tahukah teman-teman kalau
Banjarnegara juga merupakan daerah penghasil kopi? Meski demikian,
masih sedikit petani maupun kelompok tani yang melakukan usaha
pengolahan pasca panen agar nilai ekonomi kopi mereka lebih tinggi.
Melihat peluang yang ada, Galih Febianto dan Sigit di bawah brand Kopi
Resmi mengolah biji kopi sendiri menjadi kopi bubuk. Biji kopinya
diperoleh dari petani di Kec. Pagentan, Karangkobar, Wanayasa hingga
Kalibening. Wilayah pegunungan bagian utara Kabupaten Banjarnegara itu
kini menjadi salah satu sentra penghasil kopi yang potensial. Varian
produk Kopi Resmi ada tiga, yaitu Kopi Bubuk Resmi Arabica, Kopi Bubuk
Resmi Robusta, dan Kopi Bubuk Resmi Tubruk. Ternyata, awal berdirinya
Kopi Resmi karena Galih ingin memproduksi kopinya sendiri untuk usaha
kafenya. Selain untuk memenuhi kebutuhan kafenya sendiri, kini Kopi

Resmi dijual di warung-warung dan sejumlah kios oleh-oleh khas


Banjarnegara. Dengan potensi yang besar tersebut, Kopi Resmi berharap
popularitas kopi olahan asli Banjarnegara bisa menyamai dawet ayu yang
sudah lebih dahulu populer sebagai ikon kuliner daerahnya. Bagi temanteman yang penasaran ingin mencoba kopi khas Banjarnegara, Kopi Resmi
bisa dipesan melalui: Whatsapp: 0813 2679 0120 Email:
kopiresmi@yahoo.co.id Facebook: Kopi
Resmi Twitter: @kopiresmi Instagram: @kopiresmi
http://rumahukm.com/blog/2015/11/10/rumahukm-review-kopi-resmi/
Industri Kopi dalam Negeri 04 April 2014 04:20:15 Diperbarui: 24 Juni
2015 00:06:47 Dibaca : 7 Komentar : 2 Nilai : 3 Sebagai produsen kopi
terbesar ke 3 di dunia, Indonesia mampu menghasilkan kopi sebesar 750
ribu ton per tahun, dari total produksi tersebut yang di ekspor mencapai
575 ribu ton, dan menyisakan hanya 175 ribu ton untuk produksi dalam
negri. Padahal Industri pengolahan kopi dalam negri sedang berkembang
dewasa ini, sehingga mereka juga mengeluhkan kurangnya pasokan
bahan baku dalam negri untuk Industri tersebut. Keadaan ini
menyebabkan di sisi lain impor kopi Indonesia juga naik cukup signifikan
yaitu 54,86 % sejak 2009 hingga 2013, dimana di tahun 2009 nilai impor
kopi tercatat sebesar 18,441 juta US Dollar dan di 2013 melonjak hingga
117,195 juta US Dollar (BPS). Keadaan ini sangat ironis mengingat
Indonesia adalah produsen kopi terbesar dunia setelah Brazil dan
Vietnam. Dalam permasalahan ini seharusnya pemerintah lebih
memfokuskan hasil kopi tersebut untuk kebutuhan bahan baku dalam
negri terlebih dahulu, dimana dengan itu akan mendorong Industri kopi
dalam negri lebih berkembang dan bisa ekspor kopi olahan yang
mempunyai value-added yang lebih tinggi. Kita bisa lihat sepak terjang PT
Santos Jaya Abadi yang berlokasi di sepanjang, sidoarjo ini sebagai salah
perusahaan Industri kopi Indonesia yang sudah Go Internasional dengan
kapasitas produksi 170 ton per hari. Produsen kopi bermerek Kapal Api,
ABC susu dan Good Day Cappucino, dll ini masih bisa mengekspor 15%
dari total kapasitas produksi mereka. Nilai ekspor kopi kemasan Indonesia

semakin tahun diprediksi akan terus tumbuh, Ekspor kopi kemasan tahun
kemarin mencapai angka 98 ribu Ton yang dimotori oleh 4 Industri kopi
Indonesia yaitu, PT Santos Jaya Abadi, PT Mayora Indah Tbk, Prasidha
Group, serta Bali Kopi. PT. Santos Jaya Abadi sendiri telah memiliki 5 brand
kopi dipasaran dunia, mulai dari Malasyia, Mayanmar, China, hingga
Eropa, ditambah mereka juga diversifikasi usaha lewat Excelso dan Cafe
Grazia Excelso cafe sebagai anak perusahaan Kapal Api Group yang
merupakan brand lokal ini sudah mulai ekspan ke luar negri
memanfaatkan momen produk Industri mereka yang mulai luas dikenal di
pasar dunia. Penestrasi yang harus di apresiasi sebagai pioneer untuk
mengembangkan komoditi kopi olahan Indonesia di mata Internasional.
Dimana bisa mendorong Industri lain untuk berani improve dan berani
merambah pasar luar negri. Di dalam negri pun Excelso sudah menjadi
pemimpin pasar dalam penjualan kopi olahan di Indonesia. Adapun jenis
kopi lokal yang dijual di gerai ini adalah Kopi Luwak (yang sudah tersohor
ke seluruh penjuru dunia dan merupakan salah satu kopi termahal di
dunia), Kopi Kalosi Toraja, Kopi Lanang Toraja, Kopi Sumatera Mandhaeling
dan Kopi Java Estate. Jumlah gerai Excelso sudah mencapai 80 buah gerai
yang tersebar dilebih dari 28 kota di Indonesia. Sebuah terobosan penting
bagi Identitas diri Indonesia dengan menawarkan gerai kopi kelas
Internasional yang bisa menjadikan pilihan warga lokal untuk tidak masuk
ke gerai tetangga. Didalam era Globalisasi seperti dewasa ini, terobosanterobosan seperti inilah yang dibutuhkan dalam dunia Industri Indonesia,
dimana itu diharapkan untuk dapat meningkatkan daya saing bagi produkproduk dalam negri. Dalam Industri kopi ini Indonesia masih sangat
berpeluang untuk lebih meningkatkan nilai komoditas ekspor, yaitu
dengan lebih mendorong Industri dalam negri berkembang sehingga
Indonesia lebih condong untuk ekspor komoditas jadi dariapada bahan
mentah. Semisal kan tidak lucu juga jika Starbuck jual kopi jadi (olahan) di
Indonesia, yang notabene bahan baku-nya (anggap) dari Indonesia.
Untung di Starbucks rugi di Indonesia dong jadinya, karena nilai yang kita
dapat lebih rendah dari yang di dapat Starbucks. Harapanya dalam era
Globalisasi ini pemerintah lebih peka terhadap peluang-peluang ekonomi

tersebut. Dengan mendorong asset industri dalam negri untuk lebih


bersinergi dalam upaya meningkatkan daya saing, itu sangatlah penting
dimana di sisi lain kita juga terbuka terhadap komoditas asing. Mungkin
pemerintah juga harus belajar pada Bapak Alim Markus pemilik Maspion
Surabaya. Agar lebih bisa mengucapkan 'Cintailah Produk Dalam negri'
kepada rakyat-nya. Dhita Arinanda PM 3 Maret 2014
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/dhitaarinanda/industri-kopidalam-negeri_54f7b717a33311bd208b484b
Hari Kopi Sedunia: Kemenperin Optimistis, Indonesia Kadi Eksportir Utama
Kopi Sangrai di Dunia
ByRedaksi NUSANTARANEWS.CO
Posted on October 2, 2016

PENEYELENGGARAAN ITS COFFE DAY: NO MORE BUFFERING DAN


PERAYAAN KE-2 HARI KOPI INTERNASIONAL DI INDONESIA/FOTO: DOK.
KEMENPERIN
NUSANTARANEWS.CO Indonesia akan menjadi eksportir utama kopi
sangrai (roasted bean) di Asia dan dunia. Apalagi, sebagai negara
penghasil kopi terbesar keempat di dunia, Indonesia memiliki potensi
besar dalam pengembangan industri pengolahan kopi.
Demikian kata Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian
(Kemenperin) Panggah Susanto optimis mewakili Menteri Perindustrian
pada Perayaan Ke-2 Hari Kopi Internasional di Indonesia yang digelar di
Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (1/10).
Untuk itu, pengembangan industrinya, antara lain melalui peningkatan
nilai tambah biji kopi dan peningkatan mutu kopi olahan terutama roasted
bean melalui penguasaan teknologi roasting, ucap Panggah Susanto
seperti dalam keterangan persnya di Jakarta, yang diterima
nusantaranews Sabtu (1/10) malam.
Adapun upaya yang lain imbuh Panggah, adalah peningkatan kapasitas
sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa
(cupper).
Kami berkomitmen memacu pengembangan industri pengolahan kopi di
dalam negeri melalui berbagai program dan kebijakan strategis,
tegasnya.
Menurut Panggah industri pengolahan kopi masuk dalam sektor prioritas
sebaimana termaktub dalam Rencana Induk Pembangunan Industri
Nasional tahun 2015-2035. Untuk itu, Pemerintah terus menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal
dan non-fiskal serta penerapan standar.

Diharapkan, industri pengolahan kopi dapat melakukan diversifikasi


produk kopi. Tidak hanya sebagai minuman, tetapi dikembangkan dalam
berbagai jenis produk lainnya seperti kosmetik, farmasi, dan essen
makanan. Sehingga, kesinambungan rantai nilai mulai dari petani, industri
sampai dengan jasa retail dan cafe berkembang lebih baik dan
memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi perekonomian nasional,
paparnya.
Perlu diketahui lanjut Panggah lagi, sesuai catatan Kemenperin,
sumbangan pemasukan devisa dari ekspor produk kopi olahan mencapai
USD 356,79 juta pada tahun 2015 atau meningkat 8 persen dibanding
tahun sebelumnya.
Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens
dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor utama di
ASEAN, RRT, dan Uni Emirat Arab. Sedangkan, nilai impor produk kopi
olahan mencapai USD 106,39 juta pada tahun 2015 atau naik sekitar 4
persendibanding tahun sebelumnya. Negara asal impor terbesar,yakni
Malaysia, Brazil, India, Vietnam, Italia dan Amerika Serikat. tutur
Panggah.
Namun demikian, lanujut Panggah, neraca perdagangan produk kopi
olahan masih mengalami surplus sebesar USD 250,40 juta.
Oleh karena itu, Kemenperin bersama stakeholder, komunitas dan
penikmat kopi di seluruh Indonesia menyelenggarakan acara Its Coffee
Day: No More Buffering bersamaan dengan Perayaan Ke-2 Hari Kopi
Internasional di Indonesia. Selain dirayakan di Semarang, perayaan ini
juga dilaksanakan di beberapa daerah mulai dari Aceh sampai dengan
Papua oleh pemerintah daerah, pelaku usaha, dan komunitas pecinta kopi.
Perayaan ini rencananya akan dilakukan setiap tahun di dalam negeri
dengan semangat gerakan peningkatan produktivitas dan kualitas kopi
nusantara, mempromosikan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri,

serta menggairahkan ekspor produk kopi Indonesia ke pasar


internasional, papar Panggah.
Mengenai acara Its Coffee Day, kegiatannya meliputi sajian kopi gratis
sehari (one-day free drink), pameran kopi, pemutaran film tentang kopi,
kontes foto terkait kopi Indonesia, serta pelatihan kewirausahaan di
beberapa kampus dan kegiatan lain. (Sulaiman)
Yapensa kukuhkan Kader Petani Kopi Bawakaraeng
05 Oct 2016 12:27:57|

28 Oct 2016 03:40:26 | 124 x

Yapensa kukuhkan Kader Petani Kopi Bawakaraeng


YAPENSA.OR.ID, Makassar -Setelah memberikan beberapa
pelatihan/sekolah lapang kepada kader petani kopi, Yapensa pun
mengukuhkan Kadernya tepat pada 3 Oktober 2016 di Hotel
Pesonna Makassar, hal ini sebagai Kiat Yapensa guna menciptakan
kader petani kopi yang mempunyai pengetahuan, keterampilan
dan sikap sebagai motivator/agen perubah kemandirian kelompok
tani binaan pada program Bawakaraeng Coff ee.
Sebelumnya, Kader Petani kopi ini dipilih dari perwakilan tiap
kelompok tani binaan Yapensa di wilayah gunung BawakaraengLompobattang yang meliputi kabupaten Gowa, Sinjai, Bulukumba,
Jeneponto dan Bantaeng dengan jumlah binaan sebanyak 2119
Petani kopi Arabika.
Pengukuhan tersebut dihadiri The Ford Foundation Jakarta
bersama rombongan dari Kemenko PMK, Kemendagri, sekretariat
Negara, Kemenlu, Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten,
Ketua komisi II DPRD Sinjai, BP3K Sinjai, Kepala Desa Labbo
Bantaeng, Kepala Desa Je'netallasa Jeneponto, dan Ketua Koperasi
dan pedagang/pengusaha kopi binaan Yapensa.

Mengenai kopi, pada sambutannya Nelson Simanjuntak (Kepala


Pusat Fasilitas Kerjasama, Kemendagri) mengatakan "nanti kita
coba eksport ASEAN dulu, kalau misalnya di Malaysia tidak ada
perkebunan kopi, nanti kita coba eksport ke Malaysia, dan semoga
Petani bertambah sejahtera".
Ir. H. Muhammad Anas, M.Si (Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
Perkebunan Disbun Provinsi Sul-Sel) menambahkan "soal
kesejahteraan masyarakat khususnya Petani, hal ini merupakan
nawacita Presiden kita yakni peningkatan kesejahteraan
masyarakat berbasis komoditi perkebunan. harapannya, Yapensa
semakin mempererat kerjasama dengan Dinas Perkebunan
Kabupaten dan Provinsi dalam pendampingan Petani".
Pada sesi testimoni, pihak legislatif, pedagang dan Petani sangat
mengharapkan The Ford Foundation bersama Yapensa masih
mendampimpingi Petani dan pedagang pada program
Bawakaraeng Coff ee ditahap berikutnya.
Selain itu, Kader berharap agar kiranya Kader Petani Kopi Binaan
Yapensa juga dilegalkan sebagai Kader Petani Kopi Dinas
Perkebunan Provinsi guna membantu program pemerintah agar
lebih efektif dan efi sien.

Minas dan Kopi Manipi Sinjai Jadi Sasaran di Takalar


16 Aug 2016 03:50:30|
28 Oct 2016 03:36:24 | 60 x

SINJAI Hasil Andalan Sinjai yakni Kopi Manipi dan Minuman Khas
Sinjai (MINAS) Menjadi Produk fovorite yang banyak dicari oleh
pembeli di Stand Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan, pada kegiatan pameran dalam rangka
Peringatan Hari Koperasi Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan ke 69,
di Kabupaten Takalar, Rabu 10 Agustus 2016.
Bahkan Ketua Dekopin Nurdin Halid memberikan apresiasi
terhadap produk yang dipamerkan oleh Sinjai dan mendorong agar
dipasarkan ditingkat Nasional.
Produk produk unggulan Sinjai sudah selayaknya dipamerkan di
Smesco, pusat promosi dan pemasaran produk Kementrian
Koperasi dan UKM, Imbuh Nurdin Halid memberikan dorongan.
Sementara Itu Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab Sinjai Lukman
Fattah menuturkan jika produk yang ada di pamerkan ini
merupakan produk yang layak untuk di jadikan sebagai salah satu
nilai jual Kabupaten Sinjai.
Ini menjadi bukti bahwa Sinjai memiliki banyak produk Koperasi
dan UKM yang tidak dimiliki oleh Kabupaten lain, dan sebagian
dari produk produk itulah yang kami pajang dilokasi Stand Kata
Lukman Fattah.
Selain Kopi Manipi dan Minas turut di pamerkan produk dari
Daerah, diantaranya Madu Terasa dari Koperasi Produksi Madu
Sirannuang, Abon Ikan Tuna, Kunyit, dan
beberapa produk lainnya.

Kunjungan Penikmat Kopi Jepang Ke Rumah Produksi Kopi Karaeng


di Bantaeng
01 Aug 2016 07:47:59|

28 Oct 2016 03:37:14 | 80 x

Untuk yang kesekian kalinya, Rumah Produksi KOPI KARAENG yg


bertempat di kelurahan Ereng-ereng Kecamatan Tompobulu
Kabupaten Bantaeng dikunjungi oleh orang-orang Jepang.
"Disela-sela perbincangan mereka juga menikmati secangkir Kopi
Karaeng yang katanya "Oishi" yang artinya enak. Ada hal yg
cukup menarik dari mereka yaitu menikmati KOPI KARAENG kopi
khas bantaeng tanpa gula" kata Kasmiati Ma'ruf (salah satu
pengelolanya)
"Mereka banyak belajar tentang kopi mulai dari proses panen
hingga proses pengemasan kopi bubuk yang sekarang ini kami
lakukan sebagai produsen KOPI BUBUK KOPI KARAENG. Terima
kasih atas kunjungan dari ibu Maya Saito dan kawan-kawan"
Tambahnya.

Berita

Koperasi dan Pedagang Binaan Yapensa Studi Banding ke


Malino dan Manipi
26 May 2016 04:33:27|

24 Oct 2016 04:04:09 | 140 x

YAPENSA.OR.ID, Sul-Sel - Bersama Yapensa, Koperasi dan


pedagang yang berasal dari Bantaeng, Jeneponto, Malakaji Gowa
dan Sinjai Borong melakukan Studi banding ke Koperasi LemoLemo Malino dan Koperasi Kopi Manipi Sinjai Barat pada 24-25 Mei
2016.
Selain pihak Koperasi dan Pedagang, studi Banding juga dihadiri
perwakilan Eksekutif dan Legislatif oleh Andi Sirajuddin, S.Ag
(Kepala Desa Labbo Bantaeng) dan juga H. Abd. salam Daeng
Sibali (Ketua Komisi II DPRD Sinjai).
"Studi Banding ini mudah-mudahan dapat meningkatkan
manajemen koperasi binaan Yapensa untuk rantai pasar
Bawakaraeng Coff ee yang sedang di programkan oleh Yapensa,"
ucap Koordinator Supply Chain Yapensa, Ikhsan S, S.Pi, M.Si di
Malino, Rabu.
Dr. Zainuddin Toyib, SU (Project Leader Bawakaraeng Coff ee)
menambahkan, "nanti ada rantai pasar kopi Bawakaraeng yang
transparan yang diurus oleh Yapensa yang berhubungan dengan
sertifi kasi 4c dan Indikasi Geografi s, untuk akses harga kopi
internasional dapat diakses pada website ICO".
Pada kunjungan ke Koperasi Kopi Manipi, rombongan studi banding
diajak melihat pengolahan kopi sampai menjadi bubuk serta tes
cupping (uji cita rasa).
Awaluddin, SP, M.Si (Master Trainer Yapensa) menyimpulkan "dari
dua Koperasi yang dikunjungi, dapat diambil sisi keberhasilannya
yakni dari segi manajemen administrasi dan kemajuan industri

yang dikelolanya, dan bisa ditingkatkan implementasinya di


daerah masing-masing, dari segi pembukuan di Koperasi Lemolemo yang masih manual tentu kita bisa kembangkan dengan
kemajuan teknologi".
Studi Banding tersebut juga melahirkan beberapa kesepakatan
mengenai rantai pasar pada 5 Kabupaten wilayah gunung
Bawakaraeng-Lompobattang, salah satunya yakni muara
pengolahan kopi disepakati di Koperasi Kopi Manipi agar cita
rasanya dan kualitasnya bisa dipertahankan keseragamannya.
"Apa yang disepakati bersama semoga bisa kita lakukan dengan
baik untuk kedepannya dan meraih sukses dalam
mengembangkan kopi Bawakaraeng" kata Hermansyah Gafur, SP,
M.Si (Ketua Yapensa).
Kesepakatan yang lahir pada salah satu ruang meeting Hotel Bukit
Indah Malino, Gowa sulawesi Selatan tersebut diberi nama
"kesepakatan Malino".
(Prd)

Tag : https://www.fordfoundation.org/ , iccri.net/,


http://www.stfuinjakarta.org/ , http://www.puantamanipi.com ,
http://makassarkota.go.id/home, http://gowakab.go.id/ ,
http://www.aeki-aice.org/ , http://www.bantaengkab.go.id/ ,
http://www.sinjaikab.go.id/v2/ , http://enbizinetwork.co.nr ,
http://jenepontokab.go.id/ , www.bulukumbakab.go.id,
http://www.specialtycoff ee.co.id/,
http://www.caritasinjai.coff ee/

Berita

Petani Kopi Bantaeng Binaan Yapensa Bentuk Koperasi


07 Jun 2016 03:45:30|

26 Oct 2016 10:26:30 | 132 x

YAPENSA.OR.ID, Bantaeng - Setelah Petani kopi binaan Yapensa di


Malakaji Gowa membentuk Koperasi, akhirnya pada 30 Mei 2016
dua Koperasi pun dibentuk oleh Petani kopi di Bantaeng yang juga
merupakan binaan Yapensa.
Selain pihak Yapensa , pembentukan dihadiri oleh perwakilan
Dinas Koperasi dan UMKM Bantaeng. Koperasi tersebut
berkedudukan di Dusun Panjang Selatan Desa Labbo dengan nama
yang disepakati adalah "Koperasi Tani Kopi Bhontaink" yang
disaksikan oleh Kepala Desa Labbo dan di Dusun Biringere Desa
Pattaneteang dengan nama "Koperasi Tani Lompobattang Maju
Bersama".
Pada pembentukan Koperasi di Desa Labbo, Awaluddin selaku
Master Trainer Yapensa menjelaskan "dalam berkoperasi banyak
keuntungan yang didapatkan, salah satunya adanya sisa hasil
usaha (SHU), dan semoga kedepannya bisa mensejahterakan
seluruh Petani kopi".
H. Abdul Malik Madong (Kabid koperasi Dinas Koperasi UMKM
Bantaeng) menambahkan " selain SHU, masih banyak keuntungan
lainnya salah satunya sebagai ajakan dan pembelajaran kita untuk
menabung. Dalam hal ini kami sangat berterima kasih pada
Yapensa karena ikut membantu mendampingi kelompok tani untuk
membentuk Koperasi".
Sebelumnya, ke dua Koperasi yang terbentuk tersebut adalah

hasil diskusi Yapensa dengan Petani yang telah diikut sertakan


dalam studi banding Koperasi di Malino dan Manipi yang bertujuan
selain sebagai gerakan memperbaiki perekonomian rakyat
berdasarkan asas kekeluargaan, juga sebagai pendukung
perbaikan rantai pasar dan sertifi kasi Petani Kopi dalam project
Bawakaraeng Coff ee yang sementara dijalankan oleh Yapensa
sebagai langkah perbaikan budidaya, kualitas dan harga kopi
dikawasan gunung Bawakaraeng-Lompobattang.
Pada akhir acara pembentukan kedua Koperasi ini, Kabid Koperasi
pun melantik pengurus dan pengawas Koperasi dengan
membacakan sumpah jabatan dalam upaya keseriusan
membangun keberhasilan berkoperasi.

Berita

AEKI Sambut Baik Komoditi Kopi Masuk BBJ


09 Jun 2016 09:38:39|

27 Oct 2016 04:27:23 | 113 x

Jakarta, citraindonesia.com - Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi


Indonesia (AEKI) menyambut baik bila masuknya komoditi kopi
dalam Bursa Berjangka Jakarta (BBJ).
itu bagus kalau bisa jalan, ujar Ketua Umum AEKI, Irfan Anwar,
kepada citraindonesia.com di Jakarta, Sabtu (4/6/2016).
Menurutnya, masuknya komodisi kopi ke BBJ akan sangat
menguntungkan petani kopi, namun ia tetap berharap pemerintah

lebih memperhatikan bagaimana cara meningkatkan produktivitas


petani kopi yang kesejahteraannya hingga kini masih sangat
rendah.
Selain itu, pemerintah juga harus dapat mengakomodir semua
kebutuhan stakeholders, karena masuknya kopi ke BBJ akan
menjadi barometer penentuan harga yang mengimbas pada
peningkatan kesejahteraan petani, peningkatan kualitas kopi
nasional, dan kontrol terhadap jaminan suplai.
Seperti diketahui, sebelumnya Kementerian Perdagangan
(Kemendag) tengah mendorong perdagangan komoditas Kopi
nasional dapat masuk ke ranah BBJ.
Ini sekarang sedang dibicarakan. Kalau bisa didiskusikan, kan
bagus karena kita produsen utama kopi dunia. Jadi, bisa
menentukan harga, kata Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri,
Karyanto Suprih, di Kantor Kemendag, Jakarta Pusat, Jumat
(3/6/2016). (pemi)

Konsumsi Kopi Domestik


Industri kopi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir terus bergairah
dengan semakin bertambah dan meningkatnya produksi kopi olahan
yang dihasilkan oleh industri pengolahan kopi, semakin suburnya Cafe
dan Coffee Shop di kota-kota besar. Produk kopi olahan saat ini tidak
hanya berupa kopi bubuk (roast and ground) tetapi telah terdapat
berbagai diversifikasi produk kopi olahan seperti kopi instant, kopi three
in one, minuman kopi dengan berbagai rasa seperti vanilla, cocoa, dan
lainnya; belum lagi di cafe /coffee shop dengan berbagai minuman kopi
olahan selain espresso juga Latte, cappucino dan lainnya.

Peningkatan konsumsi kopi domestik Indonesia, selain didukung dengan


pola sosial masyarakat dalam mengkonsumsi kopi, juga ditunjang
dengan harga yang terjangkau, kepraktisan dalam penyajian serta
keragaman rasa/citarasa yang sesuai dengan selera konsumen.
Tingkat konsumsi kopi dalam negeri pada tahun 1989 berdasarkan hasil
survei LPEM UI sebesar 0,5 kilogram/kapita/tahun. Saat ini (2013)
konsumsi
kopi
domestik
diperkirakan
telah
mencapai
1,0
kilogram/kapita/tahun.Mengenai Konsumsi Kopi di Indonesia bisa di klik
disini ....
Industri Kopi Indonesia
Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia
setelah Brazil, Vietnam dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67%
kopinya diekspor sedangkan sisanya (33%) untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Tingkat konsumsi kopi dalam negeri berdasarkan hasil
survei LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500 gram/kapita/tahun.
Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat konsumsi
kopi di Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan
demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah
mencapai 300 gram/kapita/tahun.
Strata Industri kopi dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit
usaha berskala home industry hingga industri kopi berskala
multinasional. Produk-produk yang dihasilkan tidak hanya untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi kopi dalam negeri, namun juga untuk
mengisi pasar di luar negeri. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumsi
kopi di dalam negeri merupakan pasar yang menarik bagi kalangan
pengusaha yang masih memberikan prospek dan peluang sekaligus
menunjukkan adanya kondisi yang kondusif dalam berinvestasi dibidang
industri kopi.

Perkembangan Kebutuhan Kopi


Sebagai negara produsen, Ekspor kopi merupakan sasaran utama dalam
memasarkan produk-produk kopi yang dihasilkan Indonesia. Negara
tujuan ekspor adalah negara-negara konsumer tradisional seperti USA,
negara-negara Eropa dan Jepang. Seiring dengan kemajuan dan
perkembangan zaman, telah terjadi peningkatan kesejahteraan dan
perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang akhirnya mendorong
terhadap peningkatan konsumsi kopi. Hal ini terlihat dengan adanya
peningkatan pemenuhan kebutuhan dalam negeri yang pada awal tahun
90an mencapai 120.000 ton, dewasa ini telah mencapai sekitar 180.000
ton.

Oleh karena itu, secara nasional perlu dijaga keseimbangan dalam


pemenuhan kebutuhan kopi terhadap aspek pasar luar negeri (ekspor)
dan dalam negeri (konsumsi kopi) dengan menjaga dan meningkatkan
produksi kopi nasional.

Pola Konsumsi Kopi


Ditilik dari sejarah perkembangan kopi di Indonesia, sejak kopi menjadi
salah satu komoditi andalan Pemerintah Hindia Belanda pada awal tahun
1900an, kopi-kopi yang dihasilkan oleh perkebunan yang dikelola oleh
Pemerintah Hindia Belanda hampir semuanya diekspor. Kopi-kopi yang
berkualitas rendah dan tidak laku dieksporlah yang dijual atau diberikan
kepada rakyat dan buruh kebun untuk dijadikan minuman. Selera minum
kopi dari bahan kopi yang berkualitas rendah ini terbawa secara turun
temurun hingga sekarang dan bahkan dibeberapa daerah khususnya di
Jawa, kopinya dicampur dengan beras atau jagung (dikenal dengan kopi
jitu = kopi siji jagung pitu).
Dengan meningkatnya taraf hidup dan pergeseran gaya hidup
masyarakat perkotaan di Indonesia telah mendorong terjadinya
pergeseran dalam pola konsumsi kopi khususnya pada kawula muda.
Generasi muda pada umumnya lebih menyukai minum kopi instant, kopi
three in one maupun minuman berbasis expresso yang disajikan di cafcaf. Sedangkan kopi tubruk (kopi bubuk) masih merupakan konsumsi
utama masyarakat/penduduk di pedesaan dan golongan tua.

Struktur Industri Kopi Dalam Negeri


1. Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri)
Industri yang tergolong dalam kelompok ini adalah industri yang bersifat
rumah tangga (home industri) dimana tenaga kerjanya adalah anggota
keluarga dengan melibatkan satu atau beberapa karyawan. Produknya
dipasarkan di warung atau pasar yang ada disekitarnya dengan brand
name atau tanpa brand name. Industri yang tergolong pada kelompok ini
pada umumnya tidak terdaftar di Dinas Perindustrian maupun di Dinas
POM. Industri pada kelompok ini tersebar di seluruh daerah penghasil
kopi.
2. Industri kopi olahan kelas menengah
Industri kopi yang tergolong pada kelompok ini merupakan industri
pengolahan kopi yang menghasilkan kopi bubuk atau produk kopi olahan
lainnya seperti minuman kopi yang produknya dipasarkan di wilayah
Kecamatan atau Kabupaten tempat produk tersebut dihasilkan.
Produknya dalam bentuk kemasan sederhana yang pada umumnya telah
memperoleh Izin dari Dinas Perindustrian sebagai produk Rumah tangga.

Industri kopi olahan kelas menengah banyak dijumpai di sentra produksi


kopi seperti di Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Utara
dan Jawa Timur.
3. Industri kopi olahan kelas Besar
Industri kopi kelompok ini merupakan industri pengolahan kopi yang
menghasilkan kopi bubuk, kopi instant atau kopi mix dan kopi olahan
lainnya yang produknya dipasarkan di berbagai daerah di dalam negeri
atau diekspor. Produknya dalam bentuk kemasan yang pada umumnya
telah memperoleh nomor Merek Dagang dan atau label lainnya.
Beberapa nama industri kopi yang tergolong sebagai industri kopi ini
adalah PT Sari Incofood Corp, PT. Nestle Indonesia, PT Santos Jaya Abadi,
PT Aneka Coffee Industri, PT Torabika Semesta dll.

Keragaman Kemasan
Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi dalam negeri sangat
beragam mulai dari produk yang bersifat tradisional dengan
menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana sampai
dengan kemasan alumunium foil. Kemasan-kemasan produk kopi pada
umumnya berupa sachet siap saji, atau kemasan pack dengan isi yang
beragam.
Sedangkan untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor
terdapat kemasan boks berukuran besar untuk produk roasted coffee
dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa
kemasan khusus yaitu drum.

Produksi Kopi Olahan


Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi pada dasarnya adalah
berupa kopi bubuk dan kopi instant. Dari kedua jenis ini dihasilkan
produk-produk kopi seperti kopi three in one dan lainnya. Sedangkan di
Cafe (Kedai Kopi) produk dasarnya adalah berupa kopi original dan kopi
espresso.
Produksi kopi bubuk saat ini diperkirakan telah mencapai 150.000 ton,
sedangkan untuk kopi instant dan turunnya telah mencapai 20.000 ton.
Data BPS (Biro Pusat Statistik) mencatat bahwa volume ekspor kopi
soluble rata-rata dalam 5 tahun terakhir mencapai sekitar 15.000 ton per
tahun sedangkan ekspor kopi bubuk mencapai 3.000 ton per tahun

Luas Areal dan Produksi

Luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta hektar.
Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat
dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP
Nusantara). Oleh karena itu, produksi kopi Indonesia sangat tergantung
oleh perkebunan rakyat.
Dari luas areal perkebunan kopi, luas areal yang menghasilkan
(produktif) mencapai 920 hektar (sekitar 77%).
Luas areal perkebunan kopi, dari tahun ke tahun semenjak tahun 1960
terus menunjukkan peningkatan khususnya pada perkebunan kopi
rakyat. Sebaliknya pada perkebunan swasta dan perkebunan negara
tidak menunjukkan perkembangan yang berarti.
Produksi kopi Indonesia dalam tahun 2012 mencapai 750.000 ton.
Peningkatan tersebut disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk
pembungaan dan pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan
faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi kopi
nasional.
Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu
kopi arabika dan kopi robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan
berbuah optimal pada ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut,
sedangkan kopi robusta pada ketinggian 400 800 m diatas permukaan
laut. Mengingat di Indonesia lahan dengan ketinggian diatas 1.000 m
diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka
perkembangan tanaman kopi arabika terbatas. Dari total produksi kopi
750.000 ton tahun 2012, kopi arabika menghasilkan hampir 150.000 ton
dari luas areal 250.000 hektar, sedangkan kopi robusta menghasilkan
600.000 ton dari luas areal 1,05 juta hektar.

Kopi Spesialti
Indonesia merupakan satu-satunya negara produsen kopi yang memiliki
kopi spesialti terbanyak di dunia. Beberapa nama kopi spesialti Indonesia
yang telah dikenal di manca negara dan menjadi bagian dari menu origin
di Cafe di kota-kota besar dunia diantaranya adalah Gayo Coffee,
Mandheling Coffee, Java Coffee, dan Toraja Coffee. Sedangkan beberapa
nama yang saat ini sudah mulai dikenal diantaranya adalah Bali
Kintamani Coffee, Flores Coffee, Prianger Coffee, dan Papua Coffee.
Karakteristik kopi spesialti tersebut adalah sbb :
Bantaeng juga aktif mengembangkan budi daya rumput laut di 16 desa
pesisir, dan ini merupakan komoditi andalan di kawasan pesisir Bantaeng.

Perkebunan
juga
hal
yang
memberi andil dalam menentukan tingkat taraf hidup penduduk
Bantaeng, hasil perkebunan yang paling menonjol adalah kakao, kopi,
kelapa, cengkeh, dan kemiri. Diharapkan pemerintah mampu menjadi
mitra setia petani dalam mewujudkan kesejahteraan penduduk di
Bantaeng.
Industri dan pariwisata
Sektor industri menjadi pilihan kedua untuk dikembangkan di Kabupaten
Bantaeng yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Pengembangan sektor industri sangat berpeluang dimasa mendatang,
namun membutuhkan investor yang sangat kuat.
Dengan perkembangan sektor industri, dampaknya sangat positif, sebab
disamping meningkatkan pendapatan masyarakat juga menyerap banyak
tenaga kerja. Industri-industri yang berkembang antara lain adalah
industri pembersih biji kemiri, pembuatan gula merah, pertenunan

godongan, pembuatan perabot rumah tangga dari kayu, anyaman bambu


atau daun lontar, aneka ragam produksi rumput laut, dan lain-lain.
Sektor lain yang perlu diperhitungkan adalah sektor pariwisata.
Kabupaten Bantaeng memiliki peninggalan sejarah yang tercatat dalam
buku-buku sejarah. Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut sangat
menarik untuk dikunjungi. Juga dijadikannya Bantaeng sebagai tempat
agrowisata untuk tanaman apel, strawbery dan bawang merah, Tak heran
memang jika pemerintah kabupaten Bantaeng sangat menaruh perhatian
terhadap pariwisata.
Terbukti direnovasinya berbagai objek wisata alam menjadi tempat
menarik. Kabupaten Bantaeng terus berpacu dengan daerah lainnya
dengan mengembangkan penataan kota melaui pembuatan taman,
drainase, lampu jalan dan lain-lain.
CONSUMER GOODS
Bedanya Industri Kopi Vietnam dan Indonesia

ByMarketeers Editor
Posted on October 19, 2015

Salah satu yang membuat kopi Vietnam sulit menyaingi kopi-kopi


bermerek asing adalah minimnya perusahaan lokal yang bermain di pasar
tersebut. Selama ini, 90% kopi Vietnam merupakan kopi robusta, dan
hanya 7%-8% di antaranya merupakan kopi olahan. Untuk menciptakan
produk bernilai tambah, Vietnam dituntut untuk menghasilkan kopi
olahan.

Do Ha Nam, General Director Intimex Corporation, mengatakan, meskipun


berinvestasi di kopi olahan dapat mencetak keuntungan besar, sulit bagi
pebisnis lokal untuk merealisasikannya. Alasannya, mereka enggan untuk
berkompetisi dengan korporasi besar dunia, semacam Mondelez dan
Nestl. Sejak bertahun-tahun lamanya, kopi Vietnam hanya menjadi

pemasok bahan baku bagi perusahaan 'penggiling' kopi multinasional


tersebut.

Vietnam merupakan negara kedua eksportir kopi terbesar (telah menyalip


Indonesia), dan pemasok kopi robusta tertinggi di dunia. Vietnam hanya
menjual kopinya dengan harga komoditi ke para raksasa kopi.
Selanjutnya, mereka melabeli kopi Vietnam itu dengan berbagai merek
dan tentu saja dengan harga yang lebih tinggi. Tak heran, Vietnam tidak
memiliki merek kopi yang kuat dan berdaya saing.

Alasan lainnya adalah Vietnam mengalami kesulitan dalam memproduksi


kopi arabika, jenis kopi yang paling digemari warga Eropa dan Amerika.
Sebab, untuk menciptakan merek kopi yang mengglobal, layaknya
Starbucks, merek itu paling tidak harus memadukan antara kopi robusta
dan arabika. Tidak bisa mengandalkan robusta semata.

Le Ngoc Bau, Direktur Institute of Agricultural-Forestry Science and


Technology of the Central Highlands, menjelaskan, memanen kopi arabika
memerlukan kondisi ekologi (lahan) yang ketat, seperti temperatur harus
berskala 20-22 Celsius, dan pepohonan mesti tumbuh di ketinggian 1.0001.600 meter di atas permukaan laut.

Vietnam sebenarnya masih memiliki lokasi yang mampu untuk


menghasilkan varietas kopi tersebut, seperti Da Lat, Yen Bai, Dien Bien,
Quang Tri, dan Nghe An. Akan tetapi, mengembangkan kopi arabika dalam
skala besar dan kontinu bukan hal mudah. Apalagi, kopi arabika
membutuhkan banyak air dalam pengolahannya, demi memastikan
kualitas biji kopi yang baik.

Hingga sekarang, 90% produksi kopi Vietnam adalah kopi robusta. Dus,
untuk menjadikan kopi Vietnam berkembang layaknya jaringan kopi
Starbucks, itu kemungkinan besar masih membutuhkan jam pasir sebesar
piramida Mesir.

Kopi Indonesia

Bagaimana dengan Indonesia? Beruntung negeri ini masih memiliki


perusahaan lokal seperti Santos Jaya Abadi (Kapal Api) dan Grup Mayora
(Torabika) yang memproduksi dan memasarkan merek kopinya, baik di
pasar domestik, maupun pasar internasional. Hanya saja, budaya
konsumsi kopi di Indonesia secara turun-temurun masih mengadopsi
budaya Warkop (Warung Kopi).

Lidah masyarakat Indonesia sedari dulu dipaksa mengecap kopi instan


(kemasan saset), sehingga pengetahuan kopi sebagian besar masyarakat
cukup rendah. Kendati masyarakat di kota besar sudah melek kopi,
akibat menjamurnya kedai kopi yang menawarkan jenis dan varietas kopi
tertentu, tetap saja nama Starbucks muncul di garda terdepan.

Mungkin, perusahaan lokal yang terintegrasi memproduksi kopi dari hulu


(perkebunan) hingga ke hilir (ritel) adalah Kapal Api. Selain
mengembangkan kopi olahan, Kapal Api juga memiliki kedai kopi modern
Excelso yang hadir pada tahun 1990, sepuluh tahun lebih awal ketimbang
Starbucks di Indonesia.
Koperasi Jadi Kunci Sukses Ekspor Kopi Rumahan

ByZeilla Mutia Devi


Posted on December 5, 2015

Indonesia masuk urutan ketiga dunia sebagai penghasil kopi sedunia


setelah Brazil dan Vietnam pada tahun 2014. Data Kementerian
Perindustrian menyebutkan, sumbangan produksi kopi Indonesia ke

tingkat dunia mencapai angka 685 ribu ton atau 8,9% yang di antaranya
didominasi oleh kopi jenis robusta dan arabika.
Melihat potensi kopi di kancah global yang cukup menjanjikan, hal ini
lantas menyedot perhatian Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM (Kemen KUKM) Choirul Djamhari untuk mulai menggalakkan produksi
kopi dimulai dari industri kopi rumahan. Salah satunya, industri kopi
rumahan di daerah Lampung.
Kopi robusta asal Lampung begitu diminati pasar ekspor. Bila para perajin
itu mendirikan koperasi, Kemen KUKM bisa melakukan bantuan program
penguatan kelembagaan koperasi hingga bantuan program untuk
pembiayaan ekspor, ungkap Choirul saat melakukan kunjungan kerja di
wilayah Provinsi Lampung, Jumat (4/12/2015).
Choirul sekaligus menyambangi salah satu lokasi perajin kopi robusta
milik Didi Harry Libriantho yang mana sudah memiliki merek dagang
bernama DE Lampoeng Coffee. Menurut Choirul, Pemda dalam hal ini
Dinas Koperasi dan UKM wajib meningkatkan program pengembangan
kualitas produk dan kemasan kopi di Lampung.
Untuk menghasilkan produk kopi berkualitas ekspor harus mengandung
soltasi yang banyak dimana kopi tersebut bisa diuji higienitasnya, organik
atau tidak hingga pada uji kelayakan pasar, jelas Choirul.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Prihartono
menyatakan pihaknya tengah fokus pada sisi pemasaran produk.
Misalnya, rajin mengikutsertakan para industri rumahan di acara pameran
di seluruh Indonesia.
Menyinggung soal koperasi, Prihartono menuturkan para industri rumahan
di Lampung baru membentuk wadah berupa asosiasi. Mereka baru
sebatas membentuk asosiasi. Sementara, yang berkoperasi adalah para
petani kopi, imbuhnya.
Lebih lanjut Prihatono menerangkan hingga kini, kopi asal Lampung masih
diekspor dalam bentuk bahan baku, yaitu biji kopi. Sementara, harapan
Prihatono ekspor kopi dari Lampung sudah dalam bentuk siap saji.

Artinya, ekspor tersebut sudah mengandung nilai tambah. Sebab, sudah


bukan berwujud bahan baku. Saat ini, kami tengah menjajaki tahap tawar
menawar dengan industri kopi di Australia, tandasnya

Anda mungkin juga menyukai