Dari data diatas bisa diolah menjadi informasi tentang potensi kopi di
Banjarnegara kemudian menjadikannya bahan untuk mengolah kopi
menjadi sebuah bisnis yang menjanjikan. Berbicara bisnis kopi, kita harus
mengetahui potensi dari Hulu sampai Hilir. Beberapa petani kopi menjadi
pelaku bisnis disektor hulu, mereka menanam kopi kemudian melakukan
proses perawatan hingga panen dan menjual dalam bentuk kopiglondong.
Ada beberapa petani yang melakukan proses pengolahan hingga pada
kopi beras (green bean) sebelum menjual ke pedagang atau pengepul.
Perbedaan perdagangan dilevel petani disektor hulu dikarenakan
keterbatasan alat olah kopi paska panen dan kurangnya informasi tentang
pengolahan kopi paska panen. Keterbatasan tersebut juga berimbas pada
kualitas kopi yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Proses paska
panen akan sangat menentukan kualitas kopi apakah kopi menjadi baik
atau sebaliknya.
Informasi diatas bisa menjadi bahan untuk mengidentifikasi dan
kemudian mencoba memberikan solusi proses pengolahan kopi disektor
hulu di Kabupaten Banjarnegara.
1.
2.
Pengadaan tempat dan alat pengolahan kopi yang terpadu dari biji
kopi sampai proses menjadi kopi beras. Dalam proses ini skemanya
dengan membeli seluruh hasil kopi dari para petani berupa kopi glondong,
kemudian mengolahnya menjadi kopi beras (green bean). Tujuannya agar
standar kualitas kopi akan terjaga, dengan dukungan sumber daya
manusia yang terlatih dan kelengkapan alat pengolahan kopi yang
memadai. Selain itu dengan adanya tempat pengolahan kopi dan gudang
penyimpanan, akan memungkinkan sistem logistik yang baik, jumlah hasil
kopi dan potensi panen dalam satu kali panen dapat tercatat dengan baik,
sehingga akan meningkatkan kepastian pasar sehingga interaksi antara
permintaan dan penawaran di pasar akan lebih terduga. Kondisi ini akan
meningkatkan posisi tawar menjadi lebih tinggi.
3.
semakin tahun diprediksi akan terus tumbuh, Ekspor kopi kemasan tahun
kemarin mencapai angka 98 ribu Ton yang dimotori oleh 4 Industri kopi
Indonesia yaitu, PT Santos Jaya Abadi, PT Mayora Indah Tbk, Prasidha
Group, serta Bali Kopi. PT. Santos Jaya Abadi sendiri telah memiliki 5 brand
kopi dipasaran dunia, mulai dari Malasyia, Mayanmar, China, hingga
Eropa, ditambah mereka juga diversifikasi usaha lewat Excelso dan Cafe
Grazia Excelso cafe sebagai anak perusahaan Kapal Api Group yang
merupakan brand lokal ini sudah mulai ekspan ke luar negri
memanfaatkan momen produk Industri mereka yang mulai luas dikenal di
pasar dunia. Penestrasi yang harus di apresiasi sebagai pioneer untuk
mengembangkan komoditi kopi olahan Indonesia di mata Internasional.
Dimana bisa mendorong Industri lain untuk berani improve dan berani
merambah pasar luar negri. Di dalam negri pun Excelso sudah menjadi
pemimpin pasar dalam penjualan kopi olahan di Indonesia. Adapun jenis
kopi lokal yang dijual di gerai ini adalah Kopi Luwak (yang sudah tersohor
ke seluruh penjuru dunia dan merupakan salah satu kopi termahal di
dunia), Kopi Kalosi Toraja, Kopi Lanang Toraja, Kopi Sumatera Mandhaeling
dan Kopi Java Estate. Jumlah gerai Excelso sudah mencapai 80 buah gerai
yang tersebar dilebih dari 28 kota di Indonesia. Sebuah terobosan penting
bagi Identitas diri Indonesia dengan menawarkan gerai kopi kelas
Internasional yang bisa menjadikan pilihan warga lokal untuk tidak masuk
ke gerai tetangga. Didalam era Globalisasi seperti dewasa ini, terobosanterobosan seperti inilah yang dibutuhkan dalam dunia Industri Indonesia,
dimana itu diharapkan untuk dapat meningkatkan daya saing bagi produkproduk dalam negri. Dalam Industri kopi ini Indonesia masih sangat
berpeluang untuk lebih meningkatkan nilai komoditas ekspor, yaitu
dengan lebih mendorong Industri dalam negri berkembang sehingga
Indonesia lebih condong untuk ekspor komoditas jadi dariapada bahan
mentah. Semisal kan tidak lucu juga jika Starbuck jual kopi jadi (olahan) di
Indonesia, yang notabene bahan baku-nya (anggap) dari Indonesia.
Untung di Starbucks rugi di Indonesia dong jadinya, karena nilai yang kita
dapat lebih rendah dari yang di dapat Starbucks. Harapanya dalam era
Globalisasi ini pemerintah lebih peka terhadap peluang-peluang ekonomi
SINJAI Hasil Andalan Sinjai yakni Kopi Manipi dan Minuman Khas
Sinjai (MINAS) Menjadi Produk fovorite yang banyak dicari oleh
pembeli di Stand Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Sinjai,
Sulawesi Selatan, pada kegiatan pameran dalam rangka
Peringatan Hari Koperasi Tingkat Provinsi Sulawesi Selatan ke 69,
di Kabupaten Takalar, Rabu 10 Agustus 2016.
Bahkan Ketua Dekopin Nurdin Halid memberikan apresiasi
terhadap produk yang dipamerkan oleh Sinjai dan mendorong agar
dipasarkan ditingkat Nasional.
Produk produk unggulan Sinjai sudah selayaknya dipamerkan di
Smesco, pusat promosi dan pemasaran produk Kementrian
Koperasi dan UKM, Imbuh Nurdin Halid memberikan dorongan.
Sementara Itu Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab Sinjai Lukman
Fattah menuturkan jika produk yang ada di pamerkan ini
merupakan produk yang layak untuk di jadikan sebagai salah satu
nilai jual Kabupaten Sinjai.
Ini menjadi bukti bahwa Sinjai memiliki banyak produk Koperasi
dan UKM yang tidak dimiliki oleh Kabupaten lain, dan sebagian
dari produk produk itulah yang kami pajang dilokasi Stand Kata
Lukman Fattah.
Selain Kopi Manipi dan Minas turut di pamerkan produk dari
Daerah, diantaranya Madu Terasa dari Koperasi Produksi Madu
Sirannuang, Abon Ikan Tuna, Kunyit, dan
beberapa produk lainnya.
Berita
Berita
Berita
Keragaman Kemasan
Produk-produk yang dihasilkan oleh industri kopi dalam negeri sangat
beragam mulai dari produk yang bersifat tradisional dengan
menggunakan kertas sampul atau kemasan plastik sederhana sampai
dengan kemasan alumunium foil. Kemasan-kemasan produk kopi pada
umumnya berupa sachet siap saji, atau kemasan pack dengan isi yang
beragam.
Sedangkan untuk beberapa jenis produk kopi olahan tujuan ekspor
terdapat kemasan boks berukuran besar untuk produk roasted coffee
dan instant coffee. Sedangkan untuk liquid extract coffee berupa
kemasan khusus yaitu drum.
Luas areal perkebunan kopi Indonesia saat ini mencapai 1,2 juta hektar.
Dari luas areal tersebut, 96% merupakan lahan perkebunan kopi rakyat
dan sisanya 4% milik perkebunan swasta dan Pemerintah (PTP
Nusantara). Oleh karena itu, produksi kopi Indonesia sangat tergantung
oleh perkebunan rakyat.
Dari luas areal perkebunan kopi, luas areal yang menghasilkan
(produktif) mencapai 920 hektar (sekitar 77%).
Luas areal perkebunan kopi, dari tahun ke tahun semenjak tahun 1960
terus menunjukkan peningkatan khususnya pada perkebunan kopi
rakyat. Sebaliknya pada perkebunan swasta dan perkebunan negara
tidak menunjukkan perkembangan yang berarti.
Produksi kopi Indonesia dalam tahun 2012 mencapai 750.000 ton.
Peningkatan tersebut disebabkan karena cuaca yang mendukung untuk
pembungaan dan pembentukan buah kopi. Pengaruh cuaca merupakan
faktor yang dominan dalam mempengaruhi tingkat produksi kopi
nasional.
Secara komersial ada dua jenis kopi yang dihasilkan di Indonesia yaitu
kopi arabika dan kopi robusta. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dan
berbuah optimal pada ketinggian diatas 1.000 m diatas permukaan laut,
sedangkan kopi robusta pada ketinggian 400 800 m diatas permukaan
laut. Mengingat di Indonesia lahan dengan ketinggian diatas 1.000 m
diatas permukaan laut pada umumnya berupa hutan, maka
perkembangan tanaman kopi arabika terbatas. Dari total produksi kopi
750.000 ton tahun 2012, kopi arabika menghasilkan hampir 150.000 ton
dari luas areal 250.000 hektar, sedangkan kopi robusta menghasilkan
600.000 ton dari luas areal 1,05 juta hektar.
Kopi Spesialti
Indonesia merupakan satu-satunya negara produsen kopi yang memiliki
kopi spesialti terbanyak di dunia. Beberapa nama kopi spesialti Indonesia
yang telah dikenal di manca negara dan menjadi bagian dari menu origin
di Cafe di kota-kota besar dunia diantaranya adalah Gayo Coffee,
Mandheling Coffee, Java Coffee, dan Toraja Coffee. Sedangkan beberapa
nama yang saat ini sudah mulai dikenal diantaranya adalah Bali
Kintamani Coffee, Flores Coffee, Prianger Coffee, dan Papua Coffee.
Karakteristik kopi spesialti tersebut adalah sbb :
Bantaeng juga aktif mengembangkan budi daya rumput laut di 16 desa
pesisir, dan ini merupakan komoditi andalan di kawasan pesisir Bantaeng.
Perkebunan
juga
hal
yang
memberi andil dalam menentukan tingkat taraf hidup penduduk
Bantaeng, hasil perkebunan yang paling menonjol adalah kakao, kopi,
kelapa, cengkeh, dan kemiri. Diharapkan pemerintah mampu menjadi
mitra setia petani dalam mewujudkan kesejahteraan penduduk di
Bantaeng.
Industri dan pariwisata
Sektor industri menjadi pilihan kedua untuk dikembangkan di Kabupaten
Bantaeng yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.
Pengembangan sektor industri sangat berpeluang dimasa mendatang,
namun membutuhkan investor yang sangat kuat.
Dengan perkembangan sektor industri, dampaknya sangat positif, sebab
disamping meningkatkan pendapatan masyarakat juga menyerap banyak
tenaga kerja. Industri-industri yang berkembang antara lain adalah
industri pembersih biji kemiri, pembuatan gula merah, pertenunan
ByMarketeers Editor
Posted on October 19, 2015
Hingga sekarang, 90% produksi kopi Vietnam adalah kopi robusta. Dus,
untuk menjadikan kopi Vietnam berkembang layaknya jaringan kopi
Starbucks, itu kemungkinan besar masih membutuhkan jam pasir sebesar
piramida Mesir.
Kopi Indonesia
tingkat dunia mencapai angka 685 ribu ton atau 8,9% yang di antaranya
didominasi oleh kopi jenis robusta dan arabika.
Melihat potensi kopi di kancah global yang cukup menjanjikan, hal ini
lantas menyedot perhatian Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM (Kemen KUKM) Choirul Djamhari untuk mulai menggalakkan produksi
kopi dimulai dari industri kopi rumahan. Salah satunya, industri kopi
rumahan di daerah Lampung.
Kopi robusta asal Lampung begitu diminati pasar ekspor. Bila para perajin
itu mendirikan koperasi, Kemen KUKM bisa melakukan bantuan program
penguatan kelembagaan koperasi hingga bantuan program untuk
pembiayaan ekspor, ungkap Choirul saat melakukan kunjungan kerja di
wilayah Provinsi Lampung, Jumat (4/12/2015).
Choirul sekaligus menyambangi salah satu lokasi perajin kopi robusta
milik Didi Harry Libriantho yang mana sudah memiliki merek dagang
bernama DE Lampoeng Coffee. Menurut Choirul, Pemda dalam hal ini
Dinas Koperasi dan UKM wajib meningkatkan program pengembangan
kualitas produk dan kemasan kopi di Lampung.
Untuk menghasilkan produk kopi berkualitas ekspor harus mengandung
soltasi yang banyak dimana kopi tersebut bisa diuji higienitasnya, organik
atau tidak hingga pada uji kelayakan pasar, jelas Choirul.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Prihartono
menyatakan pihaknya tengah fokus pada sisi pemasaran produk.
Misalnya, rajin mengikutsertakan para industri rumahan di acara pameran
di seluruh Indonesia.
Menyinggung soal koperasi, Prihartono menuturkan para industri rumahan
di Lampung baru membentuk wadah berupa asosiasi. Mereka baru
sebatas membentuk asosiasi. Sementara, yang berkoperasi adalah para
petani kopi, imbuhnya.
Lebih lanjut Prihatono menerangkan hingga kini, kopi asal Lampung masih
diekspor dalam bentuk bahan baku, yaitu biji kopi. Sementara, harapan
Prihatono ekspor kopi dari Lampung sudah dalam bentuk siap saji.