Anda di halaman 1dari 8

Ketentuan Terbaru Izin Usaha Perkebunan

July 22, 2014By Obbie Afri Gultom6 Comments

Pada Tahun 2013, Kementerian Pertanian


mengeluarkan Peraturan terbaru yang mengatur mengenai pedoman perizinan Perkebunan yaitu
melalui Permentan Nomor 98 Tahun 2013. Dalam peraturan tersebut Perkebunan diberikan
pengertian sebagai segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
menajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Dalam peraturan tersebut diberikan juga pengertian bahwa Usaha perkebunan adalah usaha yang
menghasilkan barang dan/atau jasa perkebunan. Usaha budi daya tanaman perkebunan
merupakan serangkaian kegiatan pratanam, penanaman, pemeliharaan tanaman, pemanenan, dan
sortasi. Selanjutnya Usaha industri pengolahan hasil perkebunan merupakan kegiatan pengolahan
yang bahan baku utamanya hasil perkebunan untuk memperoleh nilai tambah.

Izin dalam bidang perkebunan

Dalam peraturan terbaru ini, Setiap pelaku usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan
tanah tertentu dan/atau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik
tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan. Izin usaha dalam bidang perkebunan terdiri dari:

1. Izin Usaha Perkebunan untuk Budidaya (IUP-B) adalah izin tertulis dari pejabat yang
berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan perkebunan yang melakukan usaha
budidaya perkebunan;
2. Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P) adalah izin tertulis dari pejabat yang
berwenang dan wajib dimiliki oleh perusahaan perkebunan yang melakukan usaha industri
pengolahan hasil perkebunan
3. Izin Usaha Perkebunan (IUP) adalah izin tertulis dari pejabat yag berwenang dan wajib
dimiliki oleh perusahaan perkebunan yang melakukan usaha budidaya perkebunan dan
terintegrasi dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan.
Izin Usaha Perkebunan Untuk Budidaya (IUP-B)

Batasan luasan tanah tertentu yang diwajbikan untuk mendapatkan IUP-B adalah yang dengan
luas lebih dari 25 hektar, sedangkan untuk yang luasnya kurang dari luas tersebut akan dilakukan
pendaftaran oleh bupati/walikota.
Untuk usaha budidaya tanaman kelapa sawit dengan luas 1.000 hektar atau lebih, teh dengan luas
240 hektar atau lebih dan tebut dengan luas 2.000 hektar atau lebih wajib terintegrasi dalam
hubungan dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan, sehingga diwajibkan memiliki
IUP. Batas paling luas pemberian IUP-B untuk 1 (satu) perusahaan atau kelompok perusahaan
perkebunan adalah:

Tanaman Batas Paling Luas (ha)

Kelapa 40.000

Karet 20.000

Kopi 10.000

Kakao 10.000

Jambu mete 10.000

Lada 1.000

Cengkeh 1.000

Kapas 20.000

Tata cara permohonan izin

Persyaratan dokumen IUP-B:


No. Dokumen Keterangan

Profil Perusahaan meliputi Akta


Pendirian dan perubahan terakhir yang
telah terdaftar di Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, komposisi
kepemilikan saham, susunan pengurus
1. dan bidang usaha perusahaan;

2. NPWP

3. Surat Izin Tempat Usaha

Rekomendasi kesesuaian dengan


Perencanaan Pembangunan
Perkebunan Provinsi dari gubernur
untuk IUP-B yang diterbitkan oleh
4. bupati/walikota;

Izin lokasi dari bupati/walikota yang


dilengkapi dengan peta digital calon
lokasi dengan skala 1:100.000 atau
1:50.000 (cetak peta dan file
elektronik) sesuai dengan peraturan
5. perundang-undangan

Pertimbangan teknis ketersediaan


6. lahan dari dinas yang membidangi
kehutanan,
Rencana kerja pembangunan kebun
termasuk rencana fasilitasi
pembangunan kebun masyarakat
sekitar, rencana tempat hasil produksi
7. akan diolah;

Izin Lingkungan dari gubernur atau


8.
bupati/walikota sesuai kewenangan

Pernyataan kesanggupan:
1). memiliki sumber daya manusia,
sarana, prasarana dan sistem untuk
melakukan pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT); 2).
memiliki sumber daya manusia,
sarana, prasarana dan sistem untuk
melakukan pembukaan lahan tanpa
bakar serta pengendalian kebakaran;
9. 3). memfasilitasi pembangunan kebun
masyarakat sekitar sesuai Pasal 15
yang dilengkapi dengan rencana kerja
dan rencana pembiayaan; dan 4).
melaksanakan kemitraan dengan
Pekebun, karyawan dan masyarakat
sekitar perkebunan;

Surat Pernyataan dari Pemohon bahwa


status Perusahaan Perkebunan sebagai
usaha mandiri atau bagian dari
10. Kelompok (Group) Perusahaan
Perkebunan belum menguasai lahan
melebihi batas paling luas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
Izin Usaha Perkebunan untuk Pengolahan (IUP-P)

Kapasitas paling rendah industri pengolahan yang diwajibkan untuk mendapatkan IUP-P adalah

Komoditas Kapasitas Produk

CPO, inti sawit, tandan


Kelapa Sawit 5 ton TBS per jam kosong, cangkang, serat,
sludge

1 ton pucuk segar per hari Teh hijau

Teh
10 ton pucuksegar per
The hitam
hari

Tebu 1.000 ton tebu per hari Gula Kristal putih

Dengan demikian untuk industri pengolahan yang kurang dari kapasitas tersebut hanya perlu
dilakukan pendaftaran oleh bupati/walikota.

Industri pengolahan untuk mendapatkan IUP-P harus memenuhi penyediaan bahan baku paling
rendah 20% berasal dari kebun sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi dari kebun
masyarakat/perusahaan perkebunan lain melalui kemitraan pengolahan berkelanjutan.

Persyaratan kemitraan pengolahan berkelanjutan:

1. Dilakukan dengan masyarakat/perusahaan perkebunan yang tidak memiliki unit


pengolahan dan belum mempunyai ikatan kemitraan dengan Usaha Industri Pengolahan
Hasil Perkebunan;
2. Dilakukan dalam bentuk perjanjian tertulis dan bermaterai cukup untuk jangka waktu
peling kurang 10 tahun sesuai format dalam peraturan;

Tata cara permohonan izin


No Dokumen Keterangan

Profil Perusahaan meliputi Akta


Pendirian dan perubahan terakhir yang
telah terdaftar di Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia, komposisi
kepemilikan saham, susunan pengurus
1. dan bidang usaha perusahaan;

2. NPWP

3. Surat Izin Tempat Usaha

Rekomendasi kesesuaian dengan


Perencanaan Pembangunan
Perkebunan kabupaten/kota dari
bupati/walikota untuk IUP-P yang
4. diterbitkan oleh gubernur;

Rekomendasi kesesuaian dengan


Perencanaan Pembangunan
Perkebunan Provinsi dari gubernur
untuk IUP-B yang diterbitkan oleh
5. bupati/walikota;

Izin lokasi dari bupati/walikota yang


dilengkapi dengan peta digital calon
6. lokasi dengan skala 1:100.000 atau
1:50.000 (cetak peta dan file
elektronik) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan

Jaminan pasokan bahan baku dengan


7. menggunakan format seperti tercantum
dalam Lampiran IV dan Lampiran XII

Rencana kerja pembangunan usaha


8.
industri pengolahan hasil perkebunan;

Izin Lingkungan dari gubernur atau


9.
bupati/walikota sesuai kewenangan

Pernyataan kesediaan untuk melakukan


kemitraan dengan menggunakan
10.
format seperti tercantum dalam
Lampiran XIII;
Perubahan Luas Lahan

Bagi Perusahaan Perkebunan yang memiliki IUP-B atau IUP dan akan melakukan perubahan
luas lahan melalui perluasan atau pengurangan, harus mendapat persetujuan dari gubernur atau
bupati/walikota sesuai kewenangan, dengan dua cara yaitu:

1. Mengajukan permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan yang sama seperti saat
mengajukan izin yang disebutkan diatas;
2. Hasil Penilaian Usaha Perkebunan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian tentang
Penilaian Usaha Perkebunan, laporan kemajuan fisik dan keuangan Perusahaan
Perkebunan

Kewajiban Perusahaan Perkebunan

Dalam peraturan ini juga diatur mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh
pemegang Izin Usaha Perkebunan, yaitu:

1. memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem pembukaan lahan tanpa
bakar serta pengendalian kebakaran;
2. menerapkan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar dan mengelola sumber daya alam
secara lestari;
3. memiliki sumber daya manusia, sarana, prasarana dan sistem pengendalian organisme
pengganggu tanaman;
4. menerapkan AMDAL, atau UPL dan UKL sesuai peraturan perundang-undangan;
5. menyampaikan peta digital lokasi IUP-B atau IUP skala 1:100.00 atau 1;50.000 (cetak dan
elektronik) disertai dengan koordinat yang lengkap sesuai dengan peraturan perundang-
undangan kepada Direktorat Jenderal yang membidangi perkebunan dan Badan Informasi
Geospasial;
6. memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat bersamaan dengan pembangunan kebun
perusahaan dan pembangunan kebun masyarakat diselesaikan paling lama dalam waktu 3
tahun;
7. melakukan kemitraan dengan Pekebun, karyawan, dan masyarakat sekitar;
8. melaporkan perkembangan Usaha Perkebunan kepada pemberi izin secara berkala seiap 6
bulan sekali dengan tembusan kepada:

 Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal dan gubernur apabila izin diterbitkan oleh
bupati/walikota;
 Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal dan bupati/walikota apabila izin diterbitkan
oleh gubernur.

Larangan-Larangan yang diatur dalam Permentan No.98 Tahun 2013

Terdapar beberapa larangan yang diatur dalam peraturan terbaru ini, adapun larangan-larangan
tersebut meliuputi antara lain Larangan untuk:

1. Memalsukan mutu dan/atau kemasan hasil perkebunan;


2. Menggunakan bahan penolong untuk pengolahan;
3. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain;
4. Mengiklankan hasil usaha perkebunan yang menyesatkan konsument;
5. Menadah hasil usaha perkebunan yang diperoleh dari penjarahan dan/atau pencurian

Dasar Hukum

Permentan Nomor 98 Tahun 2013 Tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan

Anda mungkin juga menyukai