3.1. Pendahuluan
Pendinginan atau refrigerasi menurut The American Society Heating
Refrigerating and Air Conditioning Engineers (ASHRAE) adalah suatu ilmu untuk
menghasilkan dan menjaga temperatur berada di bawah temperatur sekeliling. Secara
tidak langsung definisi ini menyatakan bahwa perbedaan temperatur yang dibuat
harus mampu memberikan batas-batas temperatur tertentu.
Dalam perkembangannya telah banyak teknik atau cara yang dilakukan
untuk membuat perbedaan temperatur antara ruangan yang akan didinginkan dengan
udara di sekelilingnya, mulai dari cara yang sederhana seperti penggunaan es hingga
ke teknologi yang canggih seperti mesin-mesin pendingin yang dipakai di dunia
industri yang memerlukan temperatur rendah.
Menggunakan es untuk mendinginkan suatu produk yang akan disimpan agar
tidak cepat membusuk seperti; ikan, sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan
sebagainya memang cukup sederhana dan investasinya relatif murah. Namun
demikian penggunaan es untuk pendiginan hanya bisa untuk kapasitas yang kecil.
Untuk keperluan yang berkapasitas besar, penggunaan es untuk mendinginkan tidak
lagi memadai. Pada saat ini teknologi pendinginan sudah sangat berkembang dengan
beragam bentuk dan jenisnya. Mulai dari untuk keperluan rumah tanggga hingga
kebutuhan duina industri.
Perbedaan tipe dari sistem pendinginan saat ini yang banyak adalah pada
perbedaan beberapa sifat fisik material yang digunakan untuk menghasilkan
temperatur rendah. Selanjutnya akan dibahas secara singkat beberapa teknik
pendinginan yang banyak digunakan.
1
Biasanya pendinginan es terdiri dari satu lemari yang dilengkapai dengan
tanki pada bagian atasnya untuk menyimpan potongan-potongan balok es seperti
terlihat pada gambar 3.1.
Food
Food
Ruang penyimpan
produk
Food
Food
Rak-rak yang ada pada lemari (gambar 3.1.) digunakan untuk meletakan
makanan/produk yang berada di bawah ruang es. Udara dinginan dari ruang es akan
mengalir ke ruang pendingin dan mendinginkan makanan pada rak. Udara yang
sudah menjadi panas kembali dari bawah lemari ke atas lemari melalui samping dan
bagian belakang lemari. Udara panas tersebut mengalir di atas es. Udara kembali
menjadi dingin dan kembali turun ke ruang pendingin dan mendinginkan produk
yang ada di ruang tersebut.
Es batu Produk
b
k
c Produk
Tanki Es
k
d Produk
k
Pompa Produk
k
Ruang dingin
2
Gambar 3.2.Sistem pendinginan langsung menggunakan es sebagai
refrigeran
3
berupa larutan ini kemudian dipompakan dari bagian bertekanan rendah ke bagian
bertekanan tinggi. Fluida kerja yang banyak digunakan pada daur absorbsi adalah
campuran amonia-air dan lithium bromida-air.
Pada sistem amonia-air, amonia berperan sebagai refrigeran dan air berperan
sebagai absorben. Adapun pada sistem lithium bromida-air, lithium bromida
berperan sebagai absorben dan air berperan sebagai refrigeran. Sistem lithium
bromida hanya dapat diterapkan jika suhu pendinginan di atas 0oC. Umumnya
pendinginan sistem absorbsi banyak digunakan pada industri pembuatan es balok, es
crystal, sistem pendinginan AC Sentral Chiller, pendinginan gas nitrogen sebagai
bahan baku pupuk urea.
4
1. Prinsip Kerja Siklus Absorbsi
5
Proses 2- : Larutan pekat campuran zat penyerap dengan refrigeran (konsentrasi zat
penyerap tinggi) kembali ke absorber melalui katup cekik. Penggunaan
katup cekik bertujuan untuk mempertahankan perbedaan tekanan antara
generator dan absorber.
Proses 3-4: Di kondensor, uap refrigeran bertekanan dan bersuhu tinggi
diembunkan, panas dilepas ke lingkungan, dan terjadi perubahan fase
refrigeran dari uap ke cair. Dari kondensor dihasilkan refrigeran cair
bertekanan tinggi dan bersuhu rendah.
Proses 4-5: Tekanan tinggi refrigeran cair diturunkan dengan menggunakan katup
cekik (katup ekspansi) dan dihasilkan refrigeran cair bertekanan dan
bersuhu rendah yang selanjutnya dialirkan ke evaporator.
Proses 5-6: Di evaporator, refrigeran cair mengambil panas dari lingkungan yang
akan didinginkan dan menguap sehingga terjadi uap refrigeran
bertekanan rendah.
Proses 6-8/7-8: Uap refrigeran dari evaporator diserap oleh larutan pekat zat
penyerap di absorber dan membentuk larutan encer zat penyerap. Jika
proses penyerapan tersebut terjadi secara adiabatik, terjadi peningkatan
suhu campuran larutan yang pada gilirannya akan menyebabkan proses
penyerapan uap terhenti. Agar proses penyerapan berlangsung terus-
menerus, absorber didinginkan dengan air yang mengambil dan
melepaskan panas tersebut ke lingkungan.
Proses 8-1:Pompa menerima larutan cair bertekanan rendah dari absorber,
meningkatkan tekanannya, dan mengalirkannya ke generator sehingga
proses berulang secara terus menerus.
6
pendinginan, dan melepas sejumlah qa energi ke lingkungan dalam bentuk panas
pada suhu Ta. Siklus refrigerasi menerima kerja sebesar W dan menggunakannya
untuk memompa sejumlah qe panas pada suhu pendinginan Tr kemudian melepaskan
sejumlah qc panas pada suhu lingkungan Ta.
(3.1)
(3.2)
Koefisien penampilan (COP) siklus absorbsi ideal atau siklus pendinginan yang
digerakkan dengan panas didefinisikan sebagai :
(3.3)
Dengan memasukkan persamaan [3.2] dan [3.3] diperoleh koefisien penampilan ideal
(3.4)
7
Dari persamaan di atas dapat diambil beberapa kecenderungan, yaitu :
- COP meningkat jika Tg meningkat
- COP meningkat jika Te meningkat
- COP menurun jika Ta menurun
Dalam beberapa hal, penggunaan COP untuk melihat penampilan sistem
pendinginan absorbsi tidak menguntungkan karena nilainya sangat rendah
dibandingkan dengan COP sistem pendinginan kompresi uap. Akan tetapi, hal ini
tidak mutlak menunjukkan bahwa penampilan kerja sistem absorbsi lebih rendah
dibandingkan sistem kompresi uap karena definisi keduanya sangat berbeda. COP
sistem kompresi uap adalah perbandingan laju pendinginan terhadap tenaga dalam
bentuk kerja yang diberikan pada sistem, sedangkan pada sistem absorbsi adalah
perbandingan terhadap penambahan panas pada generator. Secara umum, energi
dalam bentuk kerja lebih tinggi nilai dan harganya dibandingkan dalam bentuk
panas.
Contoh Soal 3.1 :
Tentukan COP ideal sistem pendinginan absorbsi yang digerakkan dengan sumber
panas bersuhu 100 oC, suhu pendinginan 5 oC dan suhu lingkungan 30 oC.
Jawab : COP = (5+273.15)(100-30) / (100+273.15)(30-5) = 2.09
a. Keseimbangan massa
Di absorber :
(3.7)
Di generator :
(3.8)
(3.9)
(3.10)
(3.11)
b. Keseimbangan energy
8
Energi masuk = energi keluar :
(3.12)
dimana :
(3.13)
(3.14)
(3.15)
(3.16)
dimana :
h : entalpi (kJ/kg)
m : laju aliran massa (kg/det)
p : tekanan (kPa)
q : energi (kJ/kg)
v : volume jenis larutan (m3/kg)
wp : kerja pompa (kW/kg)
x : konsentrasi penyerap (-)
hp : efisiensi pompa (-)
9
huruf kecil 1-8 : sesuai dengan gambar 3.5:
Suatu mesin pendingin jenis absorbsi air-LiBr bekerja dengan suhu di generator
100 oC, kondensor 40 oC, evaporator 10 oC, dan absorber 30 oC. Kapasitas pompa
adalah 0,6 kg/det.
Tentukan :
a. laju aliran refrigeran (air) yang melalui kondensor dan evaporator
b. energi masuk/keluar pada generator, kondensor, evaporator, dan
absorber.
c. COP sistem.
Jawab :
a. Keadaan jenuh air murni terjadi di kondensor dan evaporator, sehingga dengan
memasukkan suhu-suhu yang diketahui ke gambar 6-5, diperoleh tekanan uap jenuh
di :
Uap jenuh dari evaporator masuk ke absorber yang berada pada suhu 30 oC,
sehingga meninggalkan absorber dengan konsentrasi LiBr (dengan cara yang sama)
sebesar 50 %. Dengan demikian, keseimbangan massa di generator, dapat
dituliskan:
Sehingga, laju aliran massa refrigeran yang melalui kondensor dan evaporator
adalah m4 = m5 = m6 = m7 = mr = 0,148 kg/det, sedangkan laju aliran massa
penyerap adalah m2 = m3 = ma = 0,452 kg/det, dan mc = 0,6 kg/det.
10
h2 = h3 = (pada T = 100 oC dan x2 = 0,664) = -52 kJ/kg
Entalpi air dan uap air pada keadaan jenuh dapat dibaca dari Tabel Uap pada
Lampiran, yaitu :
h4 (uap jenuh pada T = 100 oC) = 2676,0 kJ/kg
h5 = h6 = (cair jenuh pada T = 40 oC) = 167,5 kJ/kg
h7 (uap jenuh pada T = 10 oC) = 2520,0 kJ/kg
3.17
11
untuk mengurangi berat alat dan menghindari kebocoran ke lingkungannya
Saat ini, terdapat dua kombinasi refrigeran-zat penyerap yang umum digunakan,
yaitu air-litium bromida (H2O-LiBr) dan amonia-air (NH3-H2O). Pada kombinasi
pertama, air bertindak sebagai refrigeran dan litium bromida sebagai zat penyerap,
sedang pada kombinasi kedua, amonia bertindak sebagai refrigeran dan air sebagai
zat penyerap.
b. Sistem Air–Amonia
12
Kelemahan sistem amonia-air yang paling utama adalah air yang juga
mudah menguap sehingga amonia yang berfungsi sebagai refrigeran masih
mengandung uap air pada saat keluar dari generator dan masuk ke evaporator
melalui kondensor. Keadaan ini dapat menyebabkan uap air meninggalkan panas
di evaporator dan meningkatkan suhunya sehingga menurunkan efek pendinginan.
Untuk menghindari hal itu, mesin pendingin absorbsi dengan sistem amonia-air
umumnya dilengkapi dengan rectifier dan analyzer, seperti ditunjukkan pada
Gambar 6-7. Amonia yang masih mengandung uap air dari generator melalui
rectifier, suatu mekanisma yang bekerja seperti kondenser akibat adanya arus balik
uap air dari analyzer. Di sini, uap air yang mempunyai suhu jenuh yang lebih
tinggi diembunkan dan dikembalikan ke generator. Selanjutnya amonia dan
sejumlah kecil uap air diteruskan ke analyzer, dimana uap air dan sebagian kecil
amonia diembunkan dan dikembalikan ke generator melalui rectifier, sedangkan
amonia diteruskan ke kondensor. Analyzer pada prinsipnya adalah suatu kolom
distilasi, yang umumnya menggunakan air pendingin dari kondensor sebagai media
pendingin.
Untuk dapat menghitung penampilan panas di dalam siklus pendinginan
absorbsi maka diperlukan data entalpi tiap kombinasi refrigeran-zat penyerap yang
digunakan. Diagram entalpi-konsentrasi sistem amonia-air (NH3-H2O) diberikan
pada Lampiran. Perlu diperhatikan bahwa pada diagram tersebut konsentrasi yang
ditunjukkan adalah konsentrasi NH3 di dalam larutan NH3-H2O, meskipun dalam
hal ini amonia berfungsi sebagai refrigeran dan air sebagai zat penyerap.
4. Efek Termoelektrik
Jika arus dilewatkan melalui suatu termokopel maka akan terjadi 5 efek
sebagai berikut:
a. Efek Seebeck
Efek Seebeck yaitu efek yang mendefinisikan mekanisme pengukuran
suhu dengan termokopel (Gambar 3.7). Jika dua konduktor A dan B yang
berbeda disambungkan dan kedua ujung sambungan tersebut diletakkan pada
suhu yang berbeda, maka akan dihasilkan gaya gerak listrik (GGL). Sebaliknya,
jika GGL tersebut disediakan, maka akan terjadi suhu berbeda pada kedua ujung
13
tersebut. Hubungan antara beda suhu dengan GGL tersebut adalah:
3.18
b. Efek Joulean
Efek Joulean yaitu efek pembentukan panas sebagai akibat dari arus yang
mengalir karena terbentuknya GGL pada efek Seebeck di atas. Panas Joulean yang
terbentuk adalah sebesar:
3.19
dimana qj adalah panas joulean (W), I adalah arus (A) dan R adalah total tahanan
pada rangkaian (ohm). Efek Konduksi; yaitu jika salah satu ujung jembatan termokopel
tersebut dipertahankan pada suhu yang lebih tinggi dari ujung lainnya, maka akan terjadi
aliran panas dari ujung yang lebih panas ke ujung lebih dingin. Efek ini bersifat tak-
mampu balik, dan besarnya adalah:
3.20
dimana U adalah koefisien perpindahan panas keseluruhan.
c. Efek Peltier
Efek Peltier terjadi jika arus dilewatkan melalui termokopel yang pada mulanya
suhu kedua ujungnya adalah sama, maka sejumlah panas akan dilepas pada salah satu
ujungnya dan sejumlah lain panas akan diserap pada ujung lainnya sehingga terjadi
14
perbedaan suhu pada kedua ujung tersebut. Perpindahan panas tersebut dipengaruhi
oleh arus yang mengalir, dengan hubungan seperti persamaan:
3.21
dimana f adalah koefisien Peltier (volt). Efek Peltier ini menjadi dasar utama
system pendinginan efek termoelektrik.
d. Efek Thomson
(3.22)
dimana t adalah koefisien Thomson (V/K) dan dT/dx adalah gradien suhu yang
terjadi pada konduktor.
Secara termodinamik koefisien Seebeck (a), Peltier (f) dan Thomson (t) adalah
saling berhubungan. Besaran a dan f sangat tergantung pada sifat kedua konduktor pada
termokopel tersebut sehingga harus dinyatakan dalam nilai beda (a = aA - aB dan f = fA -
fB). Dengan demikian, hubungan ketiga koefisien tersebut dapat dinyatakan dengan dua
persamaan berikut:
(3.23)
(3.24)
15
melepaskan panas ke atmosfir atau media lain.
Pada kondisi tunak (steady), penyerapan dan pelepasan panas dapat dianggap
terjadi hanya pada jembatan tersebut, dan sifat lain bahan tetap. Dengan demikian,
keseimbangan panas yang terjadi adalah:
(3.25)
(3.26)
(3.27)
yang menunjukkan bahwa beda suhu (T1 – T0) maksimum terjadi sat efek
pendinginan q0 sama dengan nol. Tenaga batre (w) yang diperlukan sebagai
kompensasi kehilangan daya karena efek Joulean dan counteract pembangkitan daya
oleh efek Seebeck, adalah:
(3.28)
(3.29)
Untuk system termoelektrik yang mampu balik secara sempurna, tanpa efek
Joulean dan konduksi, maka nilainya akan sama dengan COP siklus Carnot. Nilai
q0, (T1 – T0), dan COP dapat dimaksimalkan, dan nilainya diperoleh dengan
menurunkan masing-masing persamaan yang berkaitan terhadap I dan menyamakan
dengan nol, yaitu:
(3.30)
(3.31)
16
dimana disebut sebagai figure of merit.
(3.32)
(3.33)
Dan
(3.34)
Bahan yang digunakan sebagai elemen kopel sitem pendingin termoelektrik adalah
campuran bismuth, tellurium dan antimony sebagai elemen p, dan campuran
bismuth, tellurium dan selenium sebagai elemen n. Nilai parameter elemen
termoelektrik tipikal adalah sebagai berikut:
Daya termoelektrik a = 0.00021 volt/K
Konduktivitas termal k = 0.015 W/cm.K
Resistivitas listrik r = 0.001 ohm.cm
Contact resistance listrik r = 0.00001 ~ 0.0001 ohm.cm2
Latihan
1. Jelaskan beda penggunaan larutan LiBr-H2O terhadap larutan H2O-NH3 pada
mesin pendingin absorbsi. Apakah penggunaan kedua larutan tersebut dapat
saling dipertukarkan?
2. Apakah masing-masing efek berikut berpengaruh positip (meningkatkan
kapasitas pendinginan) atau negatip (mengurangi kapasitas pendinginan)
terhadap system pendinginan termoelektrik, berikan penjelasan singkat terhadap
jawaban anda:
17
Efek Joulean
Efek Thomson
Efek Peltier
Efek Seebeck dan
Efek Konduksi
Test Formatip
1. Jelaskan sistem pendinginan termoelektrik dan menurut anda di bidang apa dapat
diaplikasikan?
2. Jelaskan dengan ringkas perbedaan antara mesin pendingin jenis kompresi uap
dengan mesin pendingin jenis absorbsi dari segi a) komponen-komponen utama
dan fungsi dari masing-masing komponen tersebut, b) agen pendingin
(refrigeran) yang digunakan.
3. Sebuah pendingin absorpsi yg menggunakan LiBr-H2O, dirancang sedemikian
rupa sehingga panas yang diserap oleh evaporator (qe) = 138 kW pada suhu
5oC. Dengan suhu absorber 35oC, hitunglah:
Tentukan konsentrasi larutan yang melewati pompa menuju generator
Jika laju aliran yang melalui pompa 0.60 kg / detik, hitunglah konsentrasi
keluar generator, apabila laju aliran dari generator ke absorber sebesar 0.54
kg/detik.
Tentukan suhu kondensor dan suhu generator yang diperlukan serta panas
yang dibuang dari kondensor dan panas yang diserap di generator. (Petunjuk:
hitung dahulu entalpi air keluar kondensor)
Tentukan COP sistem pendingin tersebut
4. Sistem pendingin absorbsi dengan pasangan refrigeran dan absorber adalah air
dan larutan Li Br. Diagram sistem pendinginan adalah seperti gambar di bawah.
Tentukan:
Diagram P-X-T (Tekanan, konsentrasi dan suhu)
Massa aliran tiap titik
Pindah panas tiap komponen sistem pendingin
COP sistem pendingin
Apa yang anda ketahui dengan sistem pendinginan absorbsi yang dilengkapi
dengan Heat Exchanger?
18
Jelaskan terjadinya kristalisasi dalam sistem pendinginan absorbsi pasangan
Air dan LiBr
3.4. Pendinginan dengan Pemampatan Uap (Kompresi Uap)
Pendinginan dengan pemampatan uap dapat dilihat pada gambar 3.8. Pada
sistem pendinginan jenis pemanpatan uap ini biasanya digunakan fluida kerja freon.
Prinsip kerja sistem pendingin pemampatan uap ini adalah:
a. Fluida kerja mula-mula berada dalam tingkat keadaan jenuh atau sedikit kering
(superheated) dengan tekanan yang relatif rendah (tingkat keadaan 1).
b. Freon yang dalam kondisi jenuh ini lalu dimampatkan hingga tekanannya
meningkat (tingkat keadaan 2).
c. Pada kondensor panas pada freon dibuang ke udara lingkungan melalalui
mekanisme perpindahan panas, hingga freon dikondensasi menjadi cair jenuh atau
sedikit sub dingin (tingkat keadaan 3).
d. Untuk menurunkan tekanannya maka cairan jenuh ini diekspansikan secara
adiabatik melalui katup (throttling) (tingkat keadaan 4). Fluida kerja yang keluar
dari katup ekspansi ini biasanya berupa campuran dengan kualitas rendah. Pada
tekanan rendah tersebut, temperaturnya juga rendah. Temperatur fluida kerja yang
rendah ini yang digunakan sebagai penyerap panas dari dalam ruangan yang akan
didinginkan.
Panas yang diserap oleh fluida kerja dalam evaporator akan kembali menguap
sehingga menjadi kondisi seperti tingkat keadaan 1. Selanjutnya mengikuti lagi
proses seperti di atas.
19
Gambar 3.8. Sistem pendinginan kompresi uap
20
Gambar 3.9. Sistem pendinginan jet-kukus
Dalam berbagai aplikasi teknik pendingin masih lagi jenis sitem pendinginan
yang digunakan seperti; pendinginan evaporativ, pendinginan siklus udara,
pendinginan mamakai gas cair, pendinginan dengan es kering dan pendinginan
dengan pancairan gas (cryogenics). Untuk menambah wawasan tentang uraian
lengkap terhadap berbagai jenis sistem pendinginan di atas, dapat melihat dan
membaca buku Refrigerasi And Air Conditioning yang membahas tentang materi
tersebut.
Daftar Pustaka
21