Anda di halaman 1dari 102

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi
Sulawesi Selatan dengan Ibukota Watampone dengan luas wilayah keseluruhan
mencapai 4.558 km2. Kabupaten Bone secara administratif terbagi kedalam 27
kecamatan, 329 desa dan 43 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Bonto
Cani yaitu seluas 463,35 km2 sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah
Kecamatan Tanete Riatang yaitu seluar 0,52 km 2. Kabupaten Bone terletak pada posisi
413'- 56' LS dan antara 11942'-12040' BT dengan garis pantai sepanjang 138 km
yang membentang dari selatan ke utara.
Kabupaten Bone secara langsung berbatasan dengan beberapa kabupaten lain di
Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu:
Sebelah Utara : Kabupaten Wajo dan Kabupaten Soppeng
Sebelah Selatan : Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Gowa
Sebelah Timur : Teluk Bone
Sebelah Barat : Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Barru
Kabupaten Bone ditinjau dari ketinggian tempat dapat diklasifikasikan kedalam 6
kategori dengan variasi ketiggian antara 0 hingga lebih dari 1.000 meter dpal. Kategori
pertama (0-25 meter) yaitu seluas 81.925,2 Ha, kategori kedua (25-100 meter) seluas
101.620 Ha, kategori ketiga (100-250 meter) seluas 202.237,2 Ha, kategori keempat
(250-750 meter) seluas 62.640,6 Ha, kategori kelima (750-1000 meter) seluas 40.080
Ha, dan kategori keenam (diatas 1.000 meter) seluas 6.900 Ha. Ketinggian wilayah di
Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Ketinggian Wilayah Kecamatan di Kabupaten Bone

Ketinggian Wilayah
No Kecamatan
(meter dpal)
1. Bonto Cani 100 > 1.000
2. Kahu 25 1.000
3. Kajuara 0 500
4. Salomekko 0 500
5. Tonra 0 500
6. Patimpeng 25 1.000
7. Libureng 100 1.000
8. Mare 0 1.000
9. Sibulue 0 500
10. Cina 0 500
11. Barebbo 0 500
12. Ponre 25 1.000
13. Lappariaja 25 1.000
14. Lamuru 25 1.000
15. Tellu Limpoe 100 - > 1.000
16. Bengo 25 1.000

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 1


Ketinggian Wilayah
No Kecamatan
(meter dpal)
17. Ulaweng 100 500
18. Palakka 25 500
19. Awangpone 0 500
20. Tellu Siattinge 0 500
21. Amali 25 500
22. Ajangale 0 100
23. Dua Boccoe 0 500
24. Cenrana 0 100
25. T. R Barat 0 100
26. Tanette Riantang 0 100
27. T. R. Timur 0 - 25
Sumber: Bappeda Kabupaten Bone

Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Bone bervariasi mulai dari datar, landai
hingga daerah kemiringan yang curam. Daerah yang memiliki kemiringan datar hingga
landai banyak terdapat di daerah dengan kontur wilayah pantai atau dataran rendah,
daerah ini terletak di sepanjang bagian timur Kabupaten Bone hingga di sebagian
daerah bagian utara. Adapun daerah dengan kemiringan curam berada pada bagian
Selatan dan Barat yang didominasi oleh perbukitan dan pegunungan.
Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang. Kelembaban udara
berkisar antara 95% - 99% dengan temperatur berkisar 260C 430C. Pada periode
April-September, bertiup angin timur yang membawa hujan. Sebaliknya pada Bulan
Oktober-Maret bertiup Angin Barat, saat dimana mengalami musim kemarau di
Kabupaten Bone. Selain kedua wilayah yang terkait dengan iklim tersebut, terdapat juga
wilayah peralihan, yaitu: Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian
mengikuti wilayah barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Rata-rata curah
hujan tahunan diwilayah Bone bervariasi, yaitu: rata-rata<1.750 mm; 1750-2000 mm;
2000-2500 mm dan 2500-3000 mm.
Dilihat dari jenis tanahnya, sebagian besar jenis tanah yang terdapat di
Kabupaten Bone berasal dari jenis Alluvial, Gleihumus, Litosol, Regosol, Grumosol,
Rasial dan Litosol, Mediteranian dan Latosol. Jenis tanah yang paling dominan di
Kabupaten Bone adalah jenis Mediteranian dan Latosol yang tersebar hampir di seluruh
kecamatan.
Potensi sumberdaya mineral yang terkandung di Kabupaten Bone termasuk
besar baik kandungan mineral logam maupun non-logam. Kandungan mineral logam di
Kabupaten Bone yang berhasil teridentifikasi antara lain:
1. Emas, terdapat di daerah Patimpeng, diindikasikan memiliki kandungan emas
dengan luasan sebaran mencapai 20.000 ha.
2. Tembaga, terdapat di Kecamatan Libureng dengan indikasi sebaran mencapai 67,5
ha.
3. Mangan, terdapat di Kecamatan Ponre, Bontocani dan Salomekko dengan luasan
sebaran mencapai 5.506,5 ha.
4. Endapan besi, terdapat di Kecamatan Bontocani dan Kahu dengan luas sebaran
mencapai 10.200 ha.
Selain potensi mineral logam, Kabupaten Bone juga memiliki potensi mineral non
logam, antara lain: batu bara, gamping, marmer, kuarsa, batu sabak dan basal yang
tersebar di beberapa wilayah seperti Bontocani, Patimpeng, Kahu, Lamuru, Lappariaja,
Ponre, dan Cina.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 2


Kabupaten Bone memiliki 19 sungai besar yang dikelola oleh Pemerintah Daerah
melalui Dinas Pekerjaan Umum. Sejumlah sungai tersebut dimanfaatkan oleh
pemerintah ataupun oleh masyarakat sebagai sumber pengairan untuk pertanian
maupun sebagai sarana pengembangan perikanan air tawar. Beberapa nama sungai
yang dikelola oleh PU antara lain: 1) Sungai Cenrana, 2) Sungai Walannae, 3) Sungai
Palakka, 4) Sungai Pattiro, 5) Sungai Jaling, 6) Sungai Unyi, 7) Sungai Maradda, 8)
Sungai Lerang, 9) Sungai Pallengoreng, 10) Sungai Bengo, 11) Sungai Malinrung, 12)
Sungai Dekko, 13) Sungai Melle, 14) Sungai Seko Balle, 15) Sungai Coppo Bulu, 16)
Sungai Tanette Buang, 17) Sungai Mico, 18) Sungai Paccing, dan 19) Sungai Corowali.
Selain digunakan sebagai sarana pendukung perikanan dan pertanian, beberapa sungai
di Kabupaten Bone juga akan digunakan sebagai sarana pembangkit listrik tenaga air,
yaitu melalui PLTA dan PLTMH. Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikro Hidro (PLTMH) dan Pembangkit Listrik Tenaga Air akan dilakukan di: 1) PLTA di
sekitar DAS Walane dengan kapasitas 10.000 (sepuluh ribu) mega watt hour, 2) PLTMH
1 (Cenranae) di sekitar Sungai Cenranae dengan kapasitas 120 kilowatt hour, 3) PLTMH
2 (Ponre) di sekitar Sungai Ponre dengan kapasitas 120 kilowatt hour, 4) PLTMH 3
(Salomekko) di sekitar Sungai Salomekko dengan kapasitas 120 kilowatt hour.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangan wilayah di Kabupaten Bone dilaksanakan dalam rangka
peningkatan ekonomi. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bone Tahun 20122032 kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan
budidaya sebagai berikut.

1. Kawasan Hutan Produksi


Kawasan hutan produksi di Kabupaten Bone dibagi kedalam 2 kategori, yaitu
hutan produksi dan hutan produksi terbatas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut .

Tabel 2.2
Rincian Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Berdasarkan Kecamatan

HUTAN
HUTAN PRODUKSI PRODUKSI HUTAN PRODUK.
NO. KECAMATAN TETAP KONVERSI TERBATAS
LUAS
LUAS (HA) % % LUAS (HA) %
(HA)
1 Kec. Tonra 8.093,83 49,63 - - 3.219,16 3,97
2 Kec. Sibulue 926,48 5,68 - -
3 Kec. Cina 222,64 1,37 - - 1.805,34 2,23
4 Kec. Ponre 695,35 4,26 - - 15.911,89 19,64
5 Kec. Lappariaja 951,10 5,83 - - 3.162,26 3,90
6 Kec. Ulaweng 395,25 2,42 - - 1.921,24 2,37
7 Kec. Salomekko 487,36 2,99 - - - -
8 Kec. Libureng 3.221,21 19,75 - - 3.753,47 4,63
9 Kec. Mare 1.316,52 8,07 - - 1.839,78 2,27
10 Kec. Kahu - - - - 737,77 0,91
11 Kec. Bontocani - - - - 32.741,75 40,42
12 Kec. Lamuru - - - - 13.193,42 16,29
13 Kec. Tellusiattingnge - - - - 283,62 0,35

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 3


14 Kec. Awangpone - - - - 470,10 0,58
15 Kec. Palakka - - - - 1.218,10 1,50
16 Kec. Barebbo - - - - 753,11 0,93
JUMLAH 16,309.73 100.00 - - 100.00
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Hutan produksi tetap di Kabupaten Bone adalah seluas 16.309,73 hektar


yang tersebar di sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan
Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre,
sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng,
sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dan
sebagian wilayah Kecamatan Mare. Hutan Produksi Terbatas di Kabupaten Bone
adalah seluas 81.011 hektar dengan sebaran wilayah di Kecamatan Tonra, sebagian
wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah
Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng, sebagian wilayah
Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah
Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah
Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattingnge, sebagian
wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dan sebagian
wilayah Kecamatan Barebbo.

2. Kawasan Pertanian
Kawasan pengembangan untuk pertanian di Kabupaten Bone terbagi
menjadi 4 kategori, yaitu: 1) Pertanian tanaman pangan, 2) pertanian holtikultura,
3) perkebunan, dan 4) peternakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.3
Rincian Kawasan Peruntukan Pertanian Berdasarkan Kecamatan

LUAS LAHAN
PERTANIAN LAHAN
PERSENTASE TANAMAN PERSENTASE
NO. KECAMATAN BASAH
% HOLTIKULTURA %
LUAS (HA)
(HA)
1 Kec. Ajangale 5,626.36 4.72 11.720,02 6,31
2 Kec. Awangpone 5,525.31 4.63 6.455,30 3,47
3 Kec. Barebbo 3,053.14 2.56 6.298,69 3,39
4 Kec. Bontocani 4,286.40 3.60 10.363,24 5,58
5 Kec. Cenrana 5,162.60 4.33 2.615,38 1,41
6 Kec. Cina 4,970.85 4.17 8.852,20 4,76
7 Kec. Duaboccoe 1,295.15 1.09 14.247,05 7,66
8 Kec. Kahu 9,767.08 8.19 7.358,54 3,96
9 Kec. Kajuara 4,026.44 3.38 4.125,58 2,22
10 Kec. Lamuru 6,341.08 5.32 19.524,29 10,50
11 Kec. Lappariaja 5,765.48 4.84 18.220,33 9,80
12 Kec. Libureng 19,731.70 16.55 8.524,18 4,59
13 Kec. Mare 3,884.50 3.26 9.438,67 5,08
14 Kec. Palakka 10,310.70 8.65 146,10 0,08
15 Kec. Ponre 1,700.02 1.43 8.824,40 4,75
16 Kec. Salomekko 8,915.28 7.48 3.730,98 2,01
17 Kec. Sibulue 6,009.37 5.04 4.682,12 2,52

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 4


18 Kec. Tanete Riattang 276.04 0.23 574,14 0,31
19 Kec. TR. Barat 908.28 0.76 1.507,82 0,81
20 Kec. TR. Timur 1,209.87 1.01 431,07 0,23
21 Kec. Tellusiattinge 1,915.77 1.61 12.963,93 6,97
22 Kec. Tonra 7,284.82 6.11 5.876,43 3,16
23 Kec. Ulaweng 1,249.96 1.05 19.400,73 10,44
JUMLAH 119,216.19 100.00 185.881,18 100.00
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Selanjutnya kawasan perkebunan tanaman rakyat dapat dilihat pada tabel


berikut.
Tabel 2.4
Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Rakyat Berdasarkan Kecamatan

JENIS KOMODITAS
NO. KECAMATAN
DIKEMBANGKAN/DIUSAHAKAN
1 Kec. Ajangale
2 Kec. Awangpone
3 Kec. Barebbo
4 Kec. Bontocani
5 Kec. Cenrana
6 Kec. Cina
7 Kec. Duaboccoe
8 Kec. Kahu
9 Kec. Kajuara
10 Kec. Lamuru
11 Kec. Lappariaja
kopi, jambu mente, kemiri, tebu, vanili,
12 Kec. Libureng
kelapa, kakao, lada, dan kelapa hibrida
13 Kec. Mare
14 Kec. Palakka
15 Kec. Ponre
16 Kec. Salomekko
17 Kec. Sibulue
18 Kec. Tanete Riattang
19 Kec. Tanete Riattang Barat
20 Kec. Tanete Riattang Timur
21 Kec. Tellusiattinge
22 Kec. Tonra
23 Kec. Ulaweng
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan perkebunan tanaman


rakyat terdiri dari ; kopi, jambu mente, kemiri, tebu, vanili, kelapa, kakao, lada,
dan kelapa hibrida. Sedangkan Jenis komoditi yang di kembangkan pada kawasan
perkebunan tanaman khusus yaitu hanya tebu, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 5


Tabel 2.5
Rincian Kawasan Perkebunan Tanaman Khusus Berdasarkan Kecamatan

NO KECAMATAN JENIS KOMODITI PERUNTUKAN


1 Kecamatan Libureng, Tebu Bahan baku Industri
2 Kecamatan Ponre, Tebu Pabrik Gula Caming dan
3 Kecamatan Kahu, Tebu Pabrik Gula Arasoe
4 Kecamatan Patimpeng, Tebu
5 Kecamatan Tonra, Tebu
6 Kecamatan Cina, Tebu
7 Kecamatan Mare, Tebu
8 Kecamatan Salomekko. Tebu
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pengembangan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Bone


adalah seluas 119.216 (seratus sembilan belas ribu dua ratus enam belas) hektar
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan
Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan
Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan
Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu,
sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru,
sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja dengan luasan 5.765 (lima ribu tujuh ratus
enam puluh lima) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Libureng dengan luasan
19.732 (sembilan belas ribu tujuh ratus tiga puluh dua) hektar, sebagian wilayah
Kecamatan Mare dengan luasan 3.885 (tiga ribu delapan ratus delapan puluh lima)
hektar, sebagian wilayah Kecamatan Palakka dengan luasan 10.311 (sepuluh ribu
tiga ratus sebelas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Ponre dengan luasan 1.700
(seribu tujuh ratus) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko dengan luasan
8.915 (delapan ribu sembilan ratus lima belas) hektar, sebagian wilayah Kecamatan
Sibulue dengan luasan 6.009 (enam ribu sembilan) hektar, sebagian wilayah
Kecamatan Tanete Riattang dengan luasan 276 (dua ratus tujuh puluh enam)
hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat dengan luasan 908
(sembilan ratus delapan) hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang
Timur dengan luasan 1.210 (seribu dua ratus sepuluh) hektar, sebagian wilayah
Kecamatan Tellusiattinge dengan luasan 1.916 (seribu sembilan ratus enam belas)
hektar, sebagian wilayah Kecamatan Tonra dengan luasan 7.285 (tujuh ribu dua
ratus delapan puluh lima) hektar dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng dengan
luasan 1.250 (seribu dua ratus lima puluh) hektar.
Kawasan pertanian Holtikultura tersebar di sebagian wilayah Kecamatan
Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan
Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan
Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan
Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan
Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan
Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan
Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre,
sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue,
sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete
Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 6


wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah
Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian
wilayah Kecamatan Ulaweng.
Kawasan untuk perkebunan tersebar di daerah sebagian wilayah Kecamatan
Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan
Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan
Cina, sebagian wilayah Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu,
sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja,
sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian
wilayah Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian
wilayah Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian
wilayah Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete
Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan
Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah Kecamatan
Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian wilayah
Kecamatan Ulaweng.
Kawasan peruntukan peternakan diperuntukan pengembangan ternak besar,
ternak kecil dan ternak unggas. Kawasan tersebut ditetapkan di sebagian wilayah
Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah
Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah
Kecamatan Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah
Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah
Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah
Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah
Kecamatan Ponre, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah
Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah
Kecamatan Tanete Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang
Timur, sebagian wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan
Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo,
sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng,
dan sebagian wilayah Kecamatan Ulaweng.

3. Kawasan Perikanan
Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten Bone dibagi kedalam 4
kategori utama, yaitu: 1) kawasan perikanan tangkap, 2) kawasan perikanan
budidaya, 3) kawasan pengolahan ikan, dan 4) kawasan pelabuhan perikanan.
Kawasan peruntukan perikanan tangkap ditetapkan pada kawasan pesisir dan laut
Kecamatan Kajuara, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Salomekko, kawasan
pesisir dan laut Kecamatan Tonra, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Mare,
kawasan pesisir dan laut Kecamatan Sibulue, kawasan pesisir dan laut Kecamatan
Barebbo, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete Riattang, kawasan pesisir dan
laut Kecamatan Tanete Riattang Barat, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Tanete
Riattang Timur, kawasan pesisir dan laut Kecamatan Awangpone, kawasan pesisir
dan laut Kecamatan Tellusiattinge, dan kawasan pesisir dan laut Kecamatan
Cenrana dengan wilayah penangkapan mencakup kawasan perairan Teluk Bone
berdasarkan cakupan batas wilayah kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Kawasan peruntukan budidaya perikanan ditetapkan dengan luasan sebesar
118.003 hektar, yang tersebar di sebagian daerah di Kecamatan Bone Borong,
sebagian wilayah Kecamatan Bone Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bone
Barat, Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur,

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 7


sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue,
sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra, sebagian
wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, Cenrana,
sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan Tanete
Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan
Sibulue, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagain wilayah Kecamatan Tonra,
sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, dan sebagian wilayah Kecamatan Kajuara.
Kawasan pengolahan ikan akan dikembangkan secara terpadu dan
terintegrasi sebagai kawasan minapolitan di sebagian wilayah Kecamatan Cenrana,
sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian
wilayah Kecamatan Sibulue, dan sebagian wilayah Kecamatan Barebbo. Pelabuhan
perikanan dikembangkan dalam dua kategori, yaitu Pelabuhan Perikanan Ancu di
Kecamatan Kajuara, Pelabuhan Perikanan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra, dan
Pelabuhan Perikanan LonraE di Kecamatan Tanete Riattang Timur; dan Rencana
pembangunan Pelabuhan Perikanan ditetapkan di Kecamatan Cenrana, Kecamatan
Awangpone, Kecamatan Ajangale, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kecamatan
Barebbo, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Mare, Kecamatan Tonra, Kecamatan
Salomekko, dan Kecamatan Kajuara.

4. Kawasan Pertambangan
Kawasan pengembangan pertambangan di Kabupaten Bone dibedakan
kedalam 2 kategori penambangan, yaitu: pertambangan mineral dan batubara
tersebar di daerah Kecamatan Libureng dan sebagian wilayah Kecamatan
Salomekko, Kecamatan Kahu, Kecamatan Patimpeng, Kecamatan Bontocani dan
sebagian wilayah Kajuara, Kecamatan Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan
Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan Ponre, Kecamatan Sibulue, sebagian wilayah
Kecamatan Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Palakka. Pertambangan minyak
dan gas tersebar dalam beberapa blok, yaitu: Blok Bone, Blok Sengkang, dan Blok
Kambuno ditetapkan di wilayah perairan laut Kabupaten Bone yang meliputi
sebagian wilayah Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone,
sebagian wilayah Kecamatan tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan
Barebbo, sebagain wilayah Kecamatan Sibulue, sebagain wilayah Kecamatan Mare,
sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagain wilayah Kecamatan
Salomekko,sebagian wilayah Kecamatan Kajuara dan sebagian wilayah Kecamatan
Dua Boccoe

5. Kawasan Industri
Kawasan pengembangan industri di Kabupaten Bone diklasifikasikan
kedalam dua kategori industri, yaitu industri besar dan industri rumah tangga.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.6
Rincian Kawasan Industri

NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI


A. Industri Besar
1 Pabrik Gula Camming Kecamatan Libureng
2 Pabrik Gula Arasoe Kecamatan Cina
3 Pengolahan Alkohol/Spritus Kecamatan Cina
B. Industri Kecil dan Rumah
Tangga
1 Aglomerasi Industri Kecil dan Tersebar di Kecamatan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 8


NO KAWASAN INDUSTRI LOKASI
Industri Rumah tangga, dengan Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan
Kegiatan Usaha : Barebbo, Kecamatan Bontocani, Kecamatan Cenrana,
- Pengolahan hasil pertanian Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe, Kecamatan Kahu,
- Industri Makanan Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan
- Industri kerajinan Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare,
Industri Meubel dan Pertukangan Kecamatan Palakka, Kecamatan Ponre, Kecamatan
Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan Tanete Riattang,
Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete
Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra,
Kecamatan Amali, Kecamatan Bengo, Kecamatan
Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan Kecamatan
Ulaweng.
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan industri besar saat ini tersebar pada 3 perusahaan besar utama,
yaitu: 1) Kawasan pabrik gula Camming yang terletak di Kecamatan Libureng, 2)
Kawasan pabrik gula Arasoe ditetapkan di Kecamatan Cina, dan 3) Kawasan pabrik
pengolahan alkohol/spritus ditetapkan di Kecamatan Cina. Adapun kawasan industri
yang dikategorikan dalam industri rumah tangga merupakan industri kerajinan dan
industri pengolahan hasil-hasil pertanian ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan
Ajangale, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah Kecamatan
Barebbo, sebagian wilayah Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan
Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan
Duaboccoe, sebagian wilayah Kecamatan Kahu, sebagian wilayah Kecamatan
Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Lamuru, sebagian wilayah Kecamatan
Lappariaja, sebagian wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan
Mare, sebagian wilayah Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Ponre,
sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue,
sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian wilayah Kecamatan Tanete
Riattang Barat, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian
wilayah Kecamatan Tellusiattinge, sebagian wilayah Kecamatan Tonra, sebagian
wilayah Kecamatan Amali, sebagian wilayah Kecamatan Bengo, sebagian wilayah
Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, dan sebagian
wilayah Kecamatan Ulaweng.

6. Kawasan Pariwisata
Kawasan pengembangan wisata di Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 3
kategoti pariwisata, yaitu pariwisata alam, pariwisata budaya dan pariwisata buatan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.7
Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Alam

No. Obyek Wisata Alam Lokasi


1. Kawasan Tanjung Palette Kecamatan Tanete Riattang Timur
2. Kawasan Dermaga BajoE Kecamatan Tanete Riattang Timur
3. Kawasan Gua Jepang Kecamatan Barebbo
4. Kawasan Goa Janci Kecamatan Awangpone;
5. Kawasan Pantai Ujung Pattiro Kecamatan Sibulue;
6. kawasan Permandian alam Lanca Kecamatan Tellu Siattinge
7. kawasan Mattanempunga Kecamatan Tellu Siattinge

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 9


8. kawasan Lagole Kecamatan Tellu Siattinge
9. kawasan Permandian alam Otting Kecamatan Tellu Siattinge
10. Kawasan Gua Mampu Kecamatan Dua Boccoe
11. Kawasan Sumpang Labbu Kecamatan Ulaweng
12. kawasan Air terjun Baruttung Kecamatan Ulaweng
13. kawasan Permandian alam Alinge Kecamatan Ulaweng
14. Kawasan Permandian alam Taretta Kecamatan Amali
15. Kawasan Goa Lagaroang Kecamatan Bengo
16. Kawasan Air Terjun Ladenring Kecamatan Lamuru
17. Kawasan Goa Bola Batu Kecamatan Mare
18. Kawasan Pantai Bone Lampe Kecamatan Tonra
19. kawasan Pasir putih Gareccing Kecamatan Tonra
20. Kawasan Pantai Ancu Allapurangeng Kecamatan Kajuara
21. kawasan Permandian Waetuwo Kecamatan Kajuara
22. Kawasan Bendungan sanrego Kecamatan Kahu
23. Kawasan Air terjun Ulu Ere Kecamatan Bontocani
24. Kawasan Mata air Panassaweng Kecamatan Ponre
25. Kawasan Uttang Menroja Kecamatan Tanete Riattang Barat
26. Kawasam Bendungan Salomekko Kecamatan Salmekko
27. Kawasan Permandian Alam Duppamatae Kecamatan Palakka

Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pariwisata budaya di Kabupaten Bone tersebar di beberapa


kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.8
Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Budaya

No. Obyek Wisata Budaya Lokasi

1. Kawasan Museum Arajange Kecamatan Tanete Riattang


2. Kawasan Manurunge di Matajang Kecamatan Tanete Riattang
3. Kawasan Bola Soba Kecamatan Tanete Riattang
4. Kawasan Tana Bangkalae Kecamatan Tanete Riattang
5. Kompleks Makam Kalokkoe Kecamatan Tanete Riattang
6. Kawasan Bubungtello Kecamatan Tanete Riattang
7. Kawasan Masjid Raya Watampone Kecamatan Tanete Riattang
8. Komplek Mesjid tua Lalebata Kecamatan Tanete Riattang
9. Kawasan Museum Lapawawoi Kecamatan Tanete Riattang Barat
10. kawasan Makam Laummasa Kecamatan Tanete Riattang Barat
11. kawasan Kuburan Petta Betae Kecamatan Tanete Riattang Barat
12. kawasan Sungai JeppeE Kecamatan Tanete Riattang Barat
13. kawasan Bubung ParaniE Kecamatan Tanete Riattang Barat
14. Kawasan Manurunge ri Toro Kecamatan Tanete Riattang Timur
15. kawasan Perkampungan Suku Bajo Kecamatan Tanete Riattang Timur
16. Kawasan Kompleks Makam Petta PonggawaE Kecamatan Awangpone
17. Kawasan Bubung Assengireng Kecamatan Awangpone
18. Kawasan Rakkala Manurung Kecamatan Tellu Siattinge
19. Kawasan Makam Laulio BoteE Kecamatan Tellu Siattinge

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 10


20. Kawasan Petta Makkarame Kecamatan Tellu Siattinge
21. Kawasan Permainan Rakyat Sijujju Solo Kecamatan Tellu Siattinge
22. Kawasan Makam Lapatau Matannatikka Kecamatan Cenrana
23. Kawasan Tugu Malamungpatu Kecamatan Ajangale
24. Kawasan Kerajinan Perak dan Kuningan Kecamatan Ajangale
25. Kawasan Pembuatan Baju Bodo Kecamatan Ajangale
26. Kawasan Makam Raja-Raja Watang Lamuru Kecamatan Lamuru
27. Kawasan Serewara Kecamatan Lamuru
28. Kawasan Mangngiri Kecamatan Lamuru
29. Kawasan Makam Datu Salomekko Kecamatan Salomekko
30. Kawasan Kerajinan Tangan Anemmi Kecamatan Barebbo
31. Kawasan Ajjongang Kecamatan Patimpeng
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan pariwisata buatan di Kabupaten Bone tersebar di beberapa


kecamatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.9
Rincian Kawasan Peruntukan Pariwisata Berdasakan Obyek Wisata Buatan

No. Obyek Wisata Budaya Lokasi

1. Kawasan Wisata Waterboom Tanjung Palatte Kecamatan Tanete Riattang Timur


2. Kawasan Wisata Kuliner Pusat Jajan Tanete Riatang Barat
3. Kawasan Wisata Kuliner Pantai Kering Kecamatan Tanete Riattang
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

7. Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Bone menurut RTRW
Kabupaten Bone dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu permukiman perkotaan
dan permukiman pedesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan
merupakan kawasan permukiman yang didominasi oleh kegiatan non agraris
dengan tatanan kawasan permukiman yang terdiri dari sumberdaya buatan seperti
perumahan, fasilitas sosial, fasilitas umum, serta prasarana wilayah perkotaan
lainnya. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Tabel 2.10
Rincian Kawasan Permukiman

No. Kawasan Permukiman Lokasi


A. Perkotaan
1. Kawasan Perkotaan Watampone Sebagian Kecamatan Tanete Riattang
Barat, sebagian wilayah Kecamatan
Tanete Riattang Barat, dan sebagian
wilayah Kecamatan Tanete Riattang
Timur
2. Kawasan Perkotaan Pattiro Bajo Kecamatan Sibulue
3. Kawasan Perkotaan Taccipi Kecamatan Ulaweng
4. Kawasan Perkotaan Camming Kecamatan Libureng
5. Kawasan Perkotaan Matango Kecamatan Lappariaja

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 11


6. Kawasan Perkotaan Lalebbata Kecamatan Lamuru
7. Kawasan Perkotaan Componge Kecamatan Awangpone
8. Perkotaan Pompanua Kecamatan Ajangale
9. Kawasan Perkotaan Bojo Kecamatan Kajuara
B. Perdesaan
1. Kawasan Bulu-Bulu Kecamatan Tonra
2. Kawasan Kada Kecamatan Mare
3. Kawasan Tanete Harapan Kecamatan Cina
4. Kawasan Appala Kecamatan Barebbo
5. Kawasan Lonrong Kecamatan Ponre
6. Kawasan Passippo Kecamatan Palakka
7. Kawasan Kahu Kecamatan Bontocani
8. Kawasan Manera Kecamatan Salomekko
9. Kawasan Latobang Kecamatan Patimpeng
10. Kawasan Tujue Kecamatan Tellu Limpoe
11. Kawasan Bengo Kecamatan Bengo
12. Kawasan Tokaseng Kecamatan Tellu Siattinge
13. Kawasan Taretta Kecamatan Amali
14. Kawasan Uloe Kecamatan Dua Boccoe
15. Kawasan Ujung Tanah Kecamatan Cenrana
Sumber : Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Bone, Tahun 2012-2032

Kawasan peruntukan permukiman perdesaan merupakan kawasan


permukiman yang didominasi oleh kegiatan agraris dengan kondisi kepadatan
bangunan, penduduk yang rendah dan kurang intensif dalam pemanfaatan daerah
terbangun.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya


Kawasan peruntukan lainnya meliputi, 1) kawasan peruntukan perdagangan,
2) kawasan peruntukan olahraga, 3) kawasan peruntukan pertahanan dan
keamanan, dan 4) kawasan keselamatan operasi penerbangan. Kawasan
peruntukan olahraga ditetapkan di Kawasan Sstadion La Patau di Kecamatan Tanete
Riattang Barat.
Kawasan peruntukan perdagangan merupakan kawasan yang dikhususkan
untuk melakukan pengembangan kegiatan perdagangan. Kawasan ini dikategorikan
menjadi dua, yaitu kawasan perdagangan skala kabupaten dan skala kecamatan.
Kawasan perdagangan skala kabupaten ditetapkan di Kawasan Perkotaan
Watampone di Kecamatan Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, dan
Kecamatan Tanete Riattang Timur; Kawasan Perkotaan Palattae di Kecamatan
Kahu, kawasan Perkotaan Pattiro Bajo di Kecamatan Sibulue; kawasan Perkotaan
Taccipi di Kecamatan Ulaweng; kawasan Perkotaan Camming di Kecamatan
Libureng; kawasan Perkotaan Matango di Kecamatan Lappariaja; kawasan
Perkotaan Lalebbata di Kecamatan Lamuru; kawasan Perkotaan Componge di
Kecamatan Awangpone; kawasan Perkoataan Pompanua di Kecamatan Ajangale;
dan kawasan Perkotaan Bojo di Kecamatan Kajuara. Kawasan perdagangan skala
kecamatan ditetapkan di kawasan Bulu-Bulu di Kecamatan Tonra; kawasan Kadai di
Kecamatan Mare; kawasan Tanete Harapan di Kecamatan Cina; kawasan Appala di
Kecamatan Barebbo; kawasan Lonrong di Kecamatan Ponre; kawasan Passippo di
Kecamatan Palakka; kawasan Kahu di Kecamatan Bontocani; kawasan Manera di
Kecamatan Salomekko; kawasan Latobang di Kecamatan Patimpeng; kawasan
Tujue di Kecamatan Tellu Limpoe; kawasan Bengo di Kecamatan Bengo; kawasan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 12


Tokaseng di Kecamatan Tellu Siattinge; kawasan Taretta di Kecamatan Amali;
kawasan Uloe di Kecamatan Dua Boccoe; dan kawasan Ujung Tanah di Kecamatan
Cenrana.
Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan adalah kawasan yang
merupakan aset-aset pertahanan dan keamanan/TNI Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Element yang terbentuk dalam kesatuan ini antara lain:
1) Kantor Kepolisian Resort (KAPOLRES) di Kecamatan Tanete Riattang Timur;
2) Kantor Komando Resort Militer (KOREM) 141Toddopuli di Kecamatan Tanete
Riattang;
3) Kantor Komando Distrik Militer (KODIM) 1407 Bone di Kecamatan Tanete
Riattang;
4) Kantor Kepolisian Sektor (KAPOLSEK) ditetapkan akan ditempatkan di
Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan
Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe,
Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan
Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka,
Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan
Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete
Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali,
Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan
Kecamatan Ulaweng;
5) Kantor Komando Rayon Militer (KORAMIL) ditetapkan akan ditempatkan di
Kecamatan Ajangale, Kecamatan Awangpone, Kecamatan Barebbo, Kecamatan
Bontocani, Kecamatan Cenrana, Kecamatan Cina, Kecamatan Duaboccoe,
Kecamatan Kahu, Kecamatan Kajuara, Kecamatan Lamuru, Kecamatan
Lappariaja, Kecamatan Libureng, Kecamatan Mare, Kecamatan Palakka,
Kecamatan Ponre, Kecamatan Salomekko, Kecamatan Sibulue, Kecamatan
Tanete Riattang, Kecamatan Tanete Riattang Barat, Kecamatan Tanete
Riattang Timur, Kecamatan Tellusiattinge, Kecamatan Tonra, Kecamatan Amali,
Kecamatan Bengo, Kecamatan Tellulimpoe, Kecamatan Patimpeng, dan
Kecamatan Ulaweng;
6) kawasan Komando Pendidikan dan latihan tempur Bancee di Kecamatan
Libureng;
7) kawasan Kompi Senapan (Kipan) B Yonif 726 Tamalatea di Lappacenrana
Kecamatan Bengo;
8) kawasan Kompi Senapan (Kipan) C Yonif 726 Tamalatea di Kecamatan Mare;
dan
9) kawasan latihan Militer Rawa Laut di Kecamatan Tonra
Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan kawasan
udara sekitar bandar udara Kabupaten Bone berupa ruang udara bagi keselamatan
pergerakan pesawat kawasan ini berada di sebagian wilayah Kecamatan
Awangpone.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana


Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah Nomor 2 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kabupaten Bone adalah adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi
pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu. Kawasan bencana di kabupaten Bone

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 13


meliputi: kawasan rawan banjir; kawasan rawan angin puting beliung; dan kawasan
rawan tanah longsor.
1. Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang potensial terjadinya perpindahan
material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan ini
ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Dua Boccoe, sebagian wilayah
Kecamatan Cenrana, sebagian wilayah Kecamatan Awangpone, sebagian wilayah
Kecamatan Palakka, sebagian wilayah Kecamatan Tanete Riattang, sebagian
wilayah Kecamatan Tanete Riattang Timur, sebagian wilayah Kecamatan Sibulue,
sebagian wilayah Kecamatan Cina, sebagian wilayah Kecamatan Mare, sebagian
wilayah Kecamatan Tonra, sebagian wilayah Kecamatan Patimpeng, sebagian
wilayah Kecamatan Libureng, sebagian wilayah Kecamatan Salomekko, sebagian
wilayah Kecamatan Kajuara, sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, dan
sebagian wilayah Kecamatan Lappariaja.
2. Kawasan rawan angin puting beliung terdapat di Kecamatan Amali, Sibulue, dan
Libureng.
3. Kawasan rawan tanah longsor adalah kawasan yang potensial terjadinya
perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah,
atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng. Kawasan
ini ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tellulimpoe, sebagian wilayah
Kecamatan Bontocani, sebagian wilayah Kecamatan Kajuara, dan sebagian
wilayah Kecamatan Ponre.

2.1.4. Demografi
Penduduk Kabupaten Bone menurut hasil Pendataaan yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone Tahun 2012 sebanyak 728.737 jiwa yang
terdiri dari laki-laki 347.707 jiwa dan perempuan 381.030 jiwa. Ini berarti bahwa
penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki dengan
perbandingan 47,71% penduduk laki-laki dan 52,29 penduduk perempuan. Seluruh
penduduk Kabupaten Bone terhimpun dalam keluarga (rumah tangga) dengan
jumlah sebanyak 163.621 KK. Rata-rata anggota keluarga sebesar 4,43 jiwa, artinya
setiap keluarga memiliki anggota rata-rata 4 jiwa.
Kepadatan penduduk Kabupaten Bone menurut luas wilayah pada Tahun
2011 rata-rata sebesar 166 jiwa/km2. Tiga kecamatan dengan kepadatan penduduk
paling banyak, yakni Kecamatan Tanete Riattang sekitar 2.077 jiwa/km2, disusul
Kecamatan Tanete Riattang Timur sekitar 1.003/km2, kemudian Kecamatan Tanete
Riattang Barat sekitar 833 jiwa/km2. Sementara itu kepadatan penduduk paling
rendah terdapat di Kecamatan Bontocani sebesar 33 jiwa/km2, disusul Kecamatan
Tellu Limpoe sebesar 44 jiwa/km2, kemudian Kecamatan Ponre sebesar 46 jiwa/km2.
Data terinci mengenai hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.11
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Bone
Tahun 2012

Jumlah Luas Jumlah Penduduk Kepadatan


No Kecamatan
Desa/Kel. Km2 L P L+P Km2
1 Bontocani 11 463,35 7.719 7.772 15.491 33
2 Kahu 20 189,5 18.202 19.717 37.919 199
3 Kajuara 18 124,13 17.199 18.096 35.295 282
4 Salomekko 8 84,91 7.415 7.775 15.190 178
5 Tonra 11 200,32 6.349 6.792 13.141 65

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 14


No Kecamatan Jumlah Luas Jumlah Penduduk Kepadatan
2
6 Libureng Desa/Kel.
20 Km
344,25 14.734 14.723 29.457 Km2 85
7 Mare 18 263,5 12.518 13.214 25.732 97
8 Sibulue 20 155,8 15.599 17.656 33.255 212
9 Cina 12 147,5 12.360 13.461 25.821 174
10 Barebbo 18 114,2 12.546 14.286 26.832 234
11 Ponre 9 293 6.570 6.883 13.453 46
12 Lappariaja 9 138 11.199 12.227 23.426 169
13 Lamuru 12 208 11.473 13.074 24.547 118
14 Ulaweng 15 161,67 11.484 13.104 24.588 152
15 Palakka 15 115,32 10.361 11.934 22.295 193
16 Tanete Riattang 8 23,79 23.530 26.357 49.887 2.077
17 Awangpone 18 110,7 13.352 15.541 28.893 260
18 Dua Boccoe 22 144,9 13.857 16.186 30.043 207
19 Tellu Siattinge 17 159,3 18.543 21.325 39.868 250
20 Ajangale 14 139 12.656 14.640 27.296 196
21 Cenrana 16 143,6 11.250 12.413 23.663 164
22 Tanete R.Barat 8 53,68 21.848 23.481 45.329 833
23 Tanete R.Timur 8 48,88 20.683 20.767 41.450 840
24 Amali 15 119,13 9.387 11.229 20.616 173
25 Tellu LimpoE 11 318,1 6.918 6.982 13.900 44
26 Patimpeng 10 130,47 7.744 8.270 16.014 122
27 Bengo 9 164 12.211 13.125 25.336 154
JUMLAH 372 4.559 347.707 381.030 728.737 7.557
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2013

Masyarakat Kabupaten Bone, sebagaimana masyarakat kabupaten lainnya di


Provinsi Sulawesi Selatan pada umumnya, merupakan pemeluk Agama Islam yang
taat, kehidupan mereka selalu diwarnai oleh keadaan yang serba Religius. Kondisi ini
ditunjukkan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah dan Pendidikan Agama Islam.
Sekalipun demikian Penduduk Kabupaten Bone yang mayoritas pemeluk agama
Islam, tetapi di kota Watampone juga ada Gereja dan Wihara dalam arti pemeluk
agama lain cukup leluasa untuk menunaikan Ibadahnya. Keadaan ini memberikan
dampak yang positif terhadap kehidupan keagamaan karena mereka saling hormat
menghormati dan menghargai satu dengan lainnya. Disamping itu peran pemuka
agama teruatama para alim ulama sangat dominan dalam kehidupan keagamaan
bahkan alim ulama merupakan figur kharismatik yang menjadi panutan masyarakat.
Data jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama
di Kabupaten Bone Tahun 2011

No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha


1 Bontocani 15.443 0 0 0 0
2 Kahu 37.739 0 0 0 0
3 Kajuara 35.054 0 0 0 0
4 Salomekko 15.098 14 0 0 0

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 15


No Kecamatan Islam Kristen Katolik Hindu Budha
5 Tonra 13.021 12 0 0 0
6 Libureng 29.227 39 86 0 0
7 Mare 25.485 39 0 0 0
8 Sibulue 33.048 0 0 0 0
9 Cina 25.534 68 75 12 0
10 Barebbo 26.679 0 0 0 0
11 Ponre 13.363 2 0 0 0
12 Lappariaja 23.282 60 0 0 0
13 Lamuru 24.442 19 0 0 0
14 Ulaweng 24.559 0 0 0 0
15 Palakka 22.182 41 0 0 0
16 Tanete Riattang 48.711 0 269 29 23
17 Awangpone 28.774 0 10 0 0
18 Dua Boccoe 29.991 8 8 0 0
19 Tellu Siattinge 39.821 0 0 0 0
20 Ajangale 27.247 16 0 0 0
21 Cenrana 23.554 6 0 0 0
22 Tanete R.Barat 43.493 504 556 4 143
23 Tanete R.Timur 41.081 0 0 0 0
24 Amali 20.591 0 0 0 0
25 Tellu LimpoE 13.853 0 0 0 0
26 Patimpeng 15.894 0 0 0 0
27 Bengo 25.260 45 0 0 0
JUMLAH 722.426 1.264 1.004 45 166
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bone Tahun 2012

Berdasarkan sebaran penduduk perwilayahan pemeluk agama Islam tersebar


merata di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone, sedangkan pemeluk
agama Kristen terdapat di 15 (Limabelas) kecamatan, Katolik 6 (Enam) kecamatan
dan pemeluk agama Hindu 3 (tiga) kecamatan dan Budha hanya terdapat 2(Dua)
kecamatan dengan jumlah yang relatif sedikit.
Penyebaran jumlah penduduk dalam suatu wilayah berkorelasi langsung
dengan tingkat ketersediaan fasilitas peribadatan, sehingga semakin mayoritas suatu
agama maka sebaran fasilitas peribadatannya dapat ditemui setiap tempat.
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan diperuntukan bagi seluruh masyarakat indonesia dan salah satu
tujuannya adalah meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan penduduk secara
maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai perorangan maupun sebagai
kelompok masyarakat merupakan sasaran kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh
karena itu, aspek-aspek kependudukan, dinamika penduduk dan masalah yang
ditemui dalam masyarakat akan sangat mempengaruhi pendidikan. Dengan
demikian, aspek kependudukan perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
pendidikan. Data keadaan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kabupaten
Bone dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.13

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 16


Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan (7 Tahun ke atas)
di Kabupaten Bone Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Penduduk (7 tahun ke atas) Jumlah Persentase (%)


1 Belum Pernah Sekolah 82.709 13.35
2 Belum Tamat SD 99.861 16.12
3 Tamat SD/MI 191.853 30.97
4 Tamat SMP/MTs 78.688 12.70
5 Tamat SMA 52.274 9.24
6 Tamat SMK 11.043 1.78
7 Tamat Diploma I/II 16.709 2.70
8 Tamat Diploma III/Sarmud 6.195 1.00
9 Tamat Sarjana 20.259 3.27
10. Tak Terjawab 54.549 8.87
Jumlah 619.540 100.00
Sumber : Profil Pendidikan Tahun 2010/2011 Dinas Pendidikan Kab. Bone, Tahun 2011

Tingkat pendidikan penduduk 7 tahun ke atas yang dirinci menjadi 9 kategori


dapat digambarkan sebagai berikut; 1) belum pernah sekolah sebanyak 82.709 orang
(13,35%), 2) belum tamat SD sebanyak 99.861 orang (16,12%), 3) Tamat SD/MI
191.853 orang (30,97%), 4) Tamat SMP/MTs sebanyak 76.688 orang (12,70%), 5)
Tamat SMA sebanyak 52.274 orang (9,24%), 6) Tamat SMK sebanyak 11.043 orang
(1,78%), 7) Tamat Diploma I/II sebanyak 16.709 orang (2,70%), 8) Tamat Diploma
III/Sarmud sebanyak 6.195 orang (1,00%), 9) Tamat Sarjana sebanyak 20.259
orang (3,27%).

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1. Pertumbuhan Product Domestic Regional Bruto (PDRB)
PDRB Kabupaten Bone dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) atas
dasar harga berlaku mengalami perkembangan rata-rata sebesar 17,67% yaitu dari
Rp. 5.348 triliun pada Tahun 2008 dan pada Tahun 2012 diproyeksikan menjadi Rp.
10.250 triliun. PDRB atas dasar harga konstan mengalami pertumbuhan rata-rata
7,78% dari Rp. 2.776 triliun pada tahun 2008 dan mencapai Rp. 3.746 triliun pada
Tahun 2012 sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.14
Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012
PDRB adh PDRB adh
Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Berlaku Konstan
(Persen) ( Persen )
(Juta Rp.) ( Juta Rp)
2008 5.348.744,99 0,00 2.776.660,08 0,00
2009 6.412.649,40 19,89 2.985.922,41 7,54
2010 7.803.369,81 17,43 3.213.085,05 7,63
2011* 8.810.532,68 17,00 3.463.705,68 7,80
2012** 10.250.173,72 16,34 3.746.344,06 8,16
Rata-Rata 17,67 7,78
Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone
* angka sementara; * angka sangat sementara (proyeksi)

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 17


PDRB dibedakan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
PDRB harga konstan digunakan untk mengukur pertumbuhan ekonomi karena tidak
dipengaruhi oleh perubahan harga, sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku
digunakan untuk melihat besar dan struktur ekonomi suatu daerah. Hal tersebut
dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB dari tahun ketahun terus meningkat termasuk
proyeksi sampai tahun 2012 sebagaimana grafik berikut ini :

Grafik 2.1
Perkembangan dan Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

3.746.344,06
3.463.705,68
3.213.085,05

10.250.173,72
2.985.922,41
2.776.660,08

8.810.532,68
7.803.369,81
6.412.649,40
5.348.744,99

2008 2009 2010 2011* 2012**


ADH ADHK

Peningkatan PDRB ini tidak terlepas dari kontribusi sembilan sektor lapangan
usaha. Pada tahun 2009, sektor pertanian berkontribusi 49,94% bagi peningkatan
PDRB Kabupaten Bone, dan mengalami kenaikan pada tahun 2010 dengan nilai
kontribusi 50,87%, namun diprediksikan akan menurun di tahun 2011 sampai
mencapai 48,81%. Sektor lainnya yang berkontribusi cukup besar bagi PDRB
Kabupaten Bone adalah sektor jasa-jasa, perdagangan/hotel/restoran dan Industri
yaitu masing-masing berkontribusi sebesar 17,87%, 7,14% dan 6,98% pada tahun
2009 sedangkan pada tahun 2010 berkontribusi sebesar 17,01%, 7,17% dan
6,69%. Secara keseluruhan kontribusi sektor lapangan usaha terhadap PDRB 2010
mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan Tahun 2009, demikian pula halnya
dengan proyeksi PDRB pada tahun 2011 yang akan terus meningkat khususnya
sektor pertanian dan jasa. Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB beberapa tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.15
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2009-2011
Atas Dasar Harga Berlaku

2009 2010 2011*


No Sektor
Rp (Jt) % Rp (Jt) % Rp (Jt) %
1 Pertanian 3.202.168,63 49,94 3.969.514,94 50,87 4.080.873.00 48,81
2 Pertambangan 39.702,97 0,62 48.202.97 0,64 56.214,00 0,67
3 Industri 447.620,97 6,98 522.122,89 6,69 542.830,89 6,49
4 Listrik/gas/air 46.731,74 0,73 54.446,59 0,70 56.296,90 0,67
5 Konstruksi 432.274,64 6,74 573.043,29 7,34 647.337,88 7,74
6 Perd/Htl/Rest 457.714,16 7,14 559.462,94 7,17 588.551,14 7,04
7 Pengangkutan 308.224,87 4,81 345.214,64 4,42 390.635,58 4,67
8 Keuangan/sewa 332.418,76 5,18 404.273,20 5,18 440.952,76 5,27

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 18


9 Jasa-jasa 1.145.792,66 17,87 1.327.088,35 17,01 1.556.772,24 18,62
PDRB 6.412.649,40 100,00 7.803.369,81 100,00 8.360.464,39 100,00
Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone 2011
*) angka sementara (proyeksi)

2. Inflasi
Perkembangan barang dan jasa ini berdampak langsung terhadap tingkat
daya beli dan biaya hidup penduduk. Jika harga-harga secara umum meningkat
maka bisa terjadi daya beli penduduk menurun. Hal tersebut dialami Kabupaten Bone
pada tahun 2008 di mana tingkat inflasi mencapai 12,99%. Berbagai upaya dilakukan
Pemerintah dalam mengatasi inflasi tersebut, sehingga pada tahun 2010 inflasi
Kabupaten Bone menurun menjadi 9,13% dan pada tahun 2011 tingkat inflasi
Kabupaten Bone diproyeksikan berada pada kisaran 8,53%. Penurunan tingkat
Inflasi juga dipengaruhi oleh faktor stabilitas ekonomi terhadap kebutuhan pokok
masyarakat. Gambaran tingkat Inflasi Kabupaten Bone dapat dilihat pada grafik
berikut:

Grafik 2.2
Tingkat Inflasi Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

9,13
10 8,53
9 7,56
8 6,8
7
6
5
4
3
2
1
0
2010 2011* 2012* 2013*

Sumber : BPS dan Bappeda Kab. Bone, diolah

3. Penduduk Miskin

Kemiskinan merupakan permasalahan yang multidimensi yang masih dihadapi


Kabupaten Bone. Berdasarkan Garis Kemiskinan Daerah (GKD) sumber data BPS,
jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Kabupaten Bone mengalami
penurunan dari tahun 2008 sampai dengan 2012. Jumlah penduduk miskin pada
tahun 2008 sebesar 17,4%, angka ini menurun pada tahun 2009 menjadi 15,09%
demikian pula pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 14,08% dan tahun
2011 menjadi 12,69 %.
Penurunan angka kemiskinan tersebut menunjukkan bahwa intervensi
program/kegiatan yang selama ini dilakukan telah berdampak positif terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Bone tetap
konsisten untuk mengakselerasi pencapaian target penurunan angka kemiskinan
sampai tahun 2015 sebesar 9%. Berbagai strategi kebijakan telah dilakukan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 19


terutama penguatan implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan dari
pemerintah pusat, antara lain program PPLS yang berbasis rumah tangga, program
pemberdayaan masyarakat dan program pengembangan ekonomi kecil dan mikro.

Grafik 2.3
Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Bone Tahun 2002-2012

150.000 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat 50


130900
Jumlah Penduduk 131600
Miskin (Jiwa)
Kemiskinan Tingkat Kemiskinan (%)
121900
112600107400114200
Kab. Bone Tahun 2003107300- 2012 40
100990
100.000 92002
82137 30

20
50.000
18,78 18,84 17,35
16,56 15,66 16,38 15,19 10
14,08174918
12,69 11,24

0 0
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 2013

Berdasarkan hasil PPLS tahun 2011, jumlah penduduk miskin Kabupaten Bone
yang masuk kedalam kategori I (sangat miskin) sebanyak 92.002 jiwa yang tersebar
di 27 kecamatan. Kecamatan Sibulue, merupakan kecamatan yang memiliki jumlah
penduduk sangat miskin tertinggi sebanyak 5.213 jiwa, kemudian Kecamatan Tellu
Limpoe sebanyak 4.873 jiwa, Kecamatan Awangpone 4.671 jiwa sedangkan
kecamatan dengan jumlah penduduk sangat miskin terkecil adalah Kecamatan
Tanete Riattang sebanyak 1.825 jiwa.
Relevansi dan efektifitas program merupakan salah satu indikator keberhasilan
pelaksanaan program yang mengitegrasikan antara kebijakan pemerintah pusat,
pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah. Tingkat kemiskinan Kabupaten
Bone mulai tahun 2008-2011 relevan dengan tingkat kemiskinan Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Pusat. Hal ini berarti dampak kebijakan program penanggulangan
kemiskinan dari Pemerintah Pusat untuk ditindaklanjuti ditingkat provinsi dan daerah
berkontribusi positif untuk mengurangi angka kemiskinan di daerah.
Sejauhmana relevansi dampak intevensi program Pro Poor antara pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten terhadap penurunan garis kemiskinan daerah , dapat
dilihat uraian gambar berikut :

Grafik 2.4

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 20


Analisis Relevansi Tingkat Kemiskinan
Kabupaten Bone tahun 2002 2010

Sumber data : Olahan Data PPLS 2011, Bappeda & Statistik, 2013

Mencermati gambar tersebut menunjukkan bahwa angka kemiskinan


Kabupaten Bone mulai tahun 2005 2011 capaiannya di atas rata-rata provinsi dan
nasional. Kondisi tersebut menginsyaratkan pada Pemerintah Daerah untuk
mengoptimalkan seluruh program/kegiatan yang secara langsung maupun tidak
langsung berkontribusi positif terhadap upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya meningkatkan proporsi anggaran dalam mendukung 3 kluster
program percepatan penanggulangan kemiskinan, antara lain (1) Program
perlindungan sosial berbasis rumah tangga, (2) Program Pemberdayaan masyarakat,
dan (3) Program pengembangan ekonomi kecil dan mikro.

4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)


Tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bone selama kurun waktu 2008
- 2012 mengalami penurunan yang baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008,
tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Bone sebesar 8,27% menjadi 3,15% di
tahun 2012.
Grafik 2.5
Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012
Analisis Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Bone Tahun
2008 - 2012
10
8 8,27
6 5,54
4 4,29 3,7 3,15
2
0
2008 2009 2010 2011 2012

Sumber : Data Olah Bappeda Tahun 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 21


Sejauhmana relevansi intervensi program/kegiatan yang telah dilaksanakan di
daerah ini dapat dilihat pada uraian analisis berikut :

Grafik 2.6
Analisis Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka
Kabupaten Bone tahun 2002 - 2011

Sumber : Data TNP2K dan Disnakertrans Kab. Bone, 2012.

Persentase tingkat pengangguran di Kabupaten Bone periode tahun 2008


2011, mengalami fluktuasi khususnya pada tahun 2011 mengalami peningkatan
dari 4,29% tahun 2010 naik menjadi 5,53% tahun 2011. Besarnya tingkat
pengangguran di daerah ini lebih rendah dibandingkan dengan angka provinsi
dan nasional, namun perlu diantisipasi melalui intervensi program nyata dan
langsung berkontribusi terhadap upaya pengurangan angka pengangguran.
Misalnya program padat karya, terciptanya lapangan kerja baru, dst.
Arah kebijakan pemerintah daerah 5 tahun ke depan adalah bagaimana Angka
Pengangguran Terbuka (TPT) dapat terus diturunkan agar berimplikasi terhadap
peningkatan income perkapita masyarakat.

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat


1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengetahui atau menilai sejauhmana keberhasilan pelaksanaan
pembangunan yang dilaksanakan suatau Negara atau daerah. IPM memiliki 3 (tiga)
aspek utama, antara lain : Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur
peluang hidup, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur
status tingkat pendidikan, serta daya beli riil per kapita untuk mengukur akses
terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.
Perkembangan IPM Kabupaten Bone dalam kurun waktu tahun 2008-2011
menunjukkan peningkatan dari sebesar 68,96 pada tahun 2008 menjadi 69,63 pada
tahun 2009, dan sebesar 70,17 pada tahun 2010, dan 70,77 pada tahun 2011.
Kondisi ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas hidup penduduk

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 22


Kabupaten Bone dalam hal pendidikan, kesehatan dan pengeluaran belanja untuk
memenuhi kebutuhan hidup layak.
Tantangan Pemerintah Kabupaten Bone 5 tahun ke depan adalah
mengkaselerasi pertumbuhan pencapaian IPM agar target capainnya dapat
diwujudkan. Capaian IPM dari tahun ke tahun belum menggembirakan dibandingkan
dengan capaian beberapa kabupaten tetangga , provinsi ataupun capaian nasional.
Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi kondisi tersebut, salah satu
diantaranya adalah rendahnya angka rata-rata lama sekolah serta tingginya angka
buta aksara di Kabupaten Bone terutama usia yang tidak produktif lagi. Lebih
jelasnya capaian IPM Bone terhadap provinsi dan nasional.

Grafik 2.7
Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional
Tahun 2008-2011

72,77
74,0

72,27

72,1
71,76

73,0
71,6
71,17

72,0
70,9

70,8
70,17
70,2

71,0
69,63

Sulawesi Selatan
68,96

70,0 Bone
69,0 Indonesia

68,0
67,0
2008 2009 2010 2011

Salah satu bukti nyata capaian IPM Bone yang kurang memuaskan adalah IPM
Kabupaten Bone peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan, seperti
terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.16
Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 2011

IPM
Kode Provinsi / Kabupaten
2008 2009 2010 2011
7300 SULAWESI SELATAN 70,22 70,94 71,62 72,14
7301 Selayar 68,23 68,86 69,34 70,00
7302 Bulukumba 69,87 70,55 71,19 71,77
7303 Bantaeng 68,87 69,4 70,1 70,66
7304 Jeneponto 64,04 64,54 64,92 65,27
7305 Takalar 67,49 68,04 68,62 69,09
7306 Gowa 69,37 70 70,67 71,29
7307 Sinjai 68,74 69,21 69,53 70,16
7308 Maros 69,85 70,55 71,12 71,74
7309 Pangkajene Kepulauan 68,30 69,07 69,43 69,89
7310 Barru 69,54 70,3 70,86 71,19
7311 Bone 68,96 69,63 70,17 70,77

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 23


7312 Soppeng 70,76 71,26 71,89 72,23
7313 Wajo 68,72 69,44 70,22 71,04
7314 Sidenreng Rappang 71,74 72,06 72,37 72,74
7315 Pinrang 71,91 72,61 73,21 73,80
7316 Enrekang 73,76 74,19 74,55 74,84
7317 Luwu 72,96 73,59 73,98 74,42
7318 Tana Toraja 73,15 73,65 74,32 74,69
7322 Luwu Utara 71,73 72,29 72,79 73,1
7325 Luwu Timur 71,73 72,29 72,79 73,1
7326 Toraja Utara 68,41 68,92 69,56 70,15
7371 Kota Makasar 77,92 78,24 78,79 79,11
7372 Kota Pare Pare 76,97 77,45 77,78 78,19
7373 Kota Palopo 75,80 76,11 76,55 76,85
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

Sebagaimana uraian tersebut, ada 3 aspek utama tentang IPM, antara lain :

1. Angka Melek Huruf (AMH)

Angka melek huruf memberikan gambaran mengenai seberapa banyak


penduduk berusia 15 tahun ke atas pada suatu daerah dapat membaca dan menulis
huruf latin dan atau huruf lainnya. Angka melek huruf Kabupaten Bone dalam kurun
waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 menunjukkan peningkatan dari 84,85 %
pada tahun 2009, sebesar 84,86% pada tahun 2010, dan 86,41% pada tahun 2011.
Tetapi pencapaian Angka melek huruf Kabupaten Bone tersebut menempati ranking
16 dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan berarti perlu kerja keras
untuk mengimbangi pencapaian beberapa kabupaten/kota diwilayah provinsi Sulsel.

Tabel 2.17
Perbandingan IPM Kabupaten Bone dengan Kab/Kota
di Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 2011
Angka Melek Huruf (%)
No Provinsi
2009 2010 2011
SULAWESI SELATAN 87,02 87,75 88,07
1. Selayar 89,23 89,23 90,86
2. Bulukumba 85,35 85,35 85,45
3. Bantaeng 77,51 78,98 79,03
4. Jeneponto 77,2 77,27 77,31
5. Takalar 80,75 81,8 81,85
6. Gowa 80,27 81,92 82,32
7. Sinjai 86,45 86,45 86,59
8. Maros 82,9 82,97 83,1
9. Pangkajene Kepulauan 86,86 87,55 87,59
10. Barru 88,48 89,23 89,25
11. Bone 84,85 84,86 86,41
12. Soppeng 85,08 86,67 86,71
13. Wajo 82,69 83,53 84,97
14. Sidenreng Rappang 89,57 89,63 89,77
15. Pinrang 89,74 89,9 91,48
16. Enrekang 90,44 90,44 90,49
17. Luwu 91,48 91,48 91,63
18. Tana Toraja 85,45 86,28 87,76
19. Luwu Utara 92,05 92,36 92,86

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 24


Angka Melek Huruf (%)
No Provinsi
2009 2010 2011
20. Luwu Timur 93,24 93,24 93,28
21. Toraja Utara 83,03 83,8 83,83
22. Kota Makasar 96,68 96,79 96,82
23. Kota Pare Pare 97,06 97,16 97,17
24. Kota Palopo 97,32 97,33 97,34
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

2. Angka Rata-rata Lama Sekolah


Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia
15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah
dijalani. Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bone pada tahun 2011 baru mencapai
6,72 tahun. Berarti rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Bone baru kelas 2
jenjang Sekolah Dasar. Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan capaian Provinsi
Sulawesi Selatan yang telah mencapai 7,92 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan penduduk kabupaten Bone tergolong rendah dibanding
kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Selatan. Capaian rata-rata lama sekolah
Kabupaten Bone termasuk 5 terendah dari 24 kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi
Selatan.
Tabel 2.18
Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Bone
dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 2011
Rata-rata Lama Sekolah
Kode Provinsi (Tahun)
2009 2010 2011
SULAWESI SELATAN 7.41 7.84 7.92
1. Selayar 6.75 6.95 7.07
2. Bulukumba 6.69 6.97 7.11
3. Bantaeng 5.87 5.97 6.1
4. Jeneponto 5.88 6.2 6.23
5. Takalar 6.23 6.42 6.46
6. Gowa 6.57 6.83 7.23
7. Sinjai 6.71 6.74 7.07
8. Maros 6.5 6.62 6.9
9. Pangkajene Kepulauan 6.61 6.73 6.94
10. Barru 7.39 7.61 7.62
11. Bone 6.38 6.7 6.72
12. Soppeng 6.98 7.25 7.28
13. Wajo 6.06 6.22 6.51
14. Sidenreng Rappang 7.24 7.25 7.27
15. Pinrang 7.22 7.61 7.62
16. Enrekang 8.25 8.3 8.32
17. Luwu 7.71 7.74 7.8
18. Tana Toraja 7.46 7.7 7.74
19. Luwu Utara 7.04 7.46 7.49
20. Luwu Timur 7.75 8.17 8.18
21. Toraja Utara 7.03 7.22 7.67
22. Kota Makasar 10.6 10.82 10.85
23. Kota Pare Pare 9.63 9.63 9.76
24. Kota Palopo 9.73 10.03 10.04
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 25


3. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat
ditempuh oleh seseorang selama hidup. Indeks usia harapan hidup digunakan nilai
maksimum dan nilai minimum harapan hidup sesuai standar UNDP, yaitu angka tertinggi
sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai usia 85 tahun dan terendah adalah
usia 25 tahun (BPS Indonesia, 2009). Tingkat perkembangan usia harapan hidup di
Kabupaten Bone tiga tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.8, dan AHH Kabupaten
Bone masih menempati posisi ke 19 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan.

Tabel 2.19
Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Bone
dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 2011

Angka Harapan Hidup (Tahun)


No Provinsi
2009 2010 2011
SULAWESI SELATAN 69.8 70 70
1. Selayar 67.61 67.74 67.88
2. Bulukumba 71.62 71.94 72.13
3. Bantaeng 73.12 73.6 73.96
4. Jeneponto 64.85 65 65.15
5. Takalar 69.17 69.52 69.89
6. Gowa 71.43 71.61 71.78
7. Sinjai 71.61 71.99 72.24
8. Maros 71.71 72.3 72.76
9. Pangkajene Kepulauan 68.62 68.79 68.96
10. Barru 68.54 68.85 69.05
11. Bone 69.35 69.73 70
12. Soppeng 71.52 71.63 71.74
13. Wajo 70.4 70.94 71.37
14. Sidenreng Rappang 72.07 72.5 72.81
15. Pinrang 71.72 72.06 72.28
16. Enrekang 74.66 74.99 75.19
17. Luwu 73.25 73.7 74.04
18. Tana Toraja 74.13 74.17 74.22
19. Luwu Utara 71.34 71.56 71.68
20. Luwu Timur 70.84 70.95 71.06
21. Toraja Utara 73.49 73.54 73.58
22. Kota Makasar 73.24 73.59 73.82
23. Kota Pare Pare 73.92 74.27 74.49
24. Kota Palopo 72.25 72.47 72.59
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

4. Indeks Pembangunan Gender

Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah Indeks komposit yang dihitung dari
beberapa variabel untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia dengan
memperhatikan disparitas gender. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan
pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan.
Perkembangan IPG Kabupaten Bone dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan
bahwa capaian IPG Kabupaten Bone masih jauh dibawah capaian IPG Provinsi dan
Nasional. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kinerja pemerintah daerah untuk

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 26


mengurangi disparitas gender disetiap tahapan dan mekanisme perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi pembangunan. Gambaran IPG Kabupaten Bone terhadap provinsi
dan nasional, lebih jelasnya dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.8
Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional
Tahun 2008-2011
70,00

67,8
66,77

67,2
68,00 66,38

66,00

62,75
61,99
64,00
61,24

61,15
61,04

Sulawesi Selatan

60,36
62,00
59,17
58,87

Bone
60,00
Nasional
58,00

56,00

54,00
2008 2009 2010 2011

Grafik tersebut menunjukkan bahwa IPG Kabupaten Bone mengalami


kenaikan yang tidak telalu signifikan dan menempati peringkat ke 17 dari 24
kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Selatan. Lebih jelasnya pada uraian tabel 2.9.

Tabel 2.20
Perbandingan IPG Kabupaten Bone
dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 2011

IPG
No Provinsi / Kabupaten
2008 2009 2010 2011
SULAWESI SELATAN 61,04 61,24 61,99 62,75
1. Selayar 59,32 59,61 60,36 61,16
2. Bulukumba 62,06 62,41 63,47 64,28
3. Bantaeng 62,37 62,7 63,81 64,48
4. Jeneponto 53,21 53,45 54,81 55,57
5. Takalar 56,71 56,94 56,87 57,59
6. Gowa 61,52 61,65 62,6 63,53
7. Sinjai 60,04 60,51 61,51 62,43
8. Maros 57,13 57,69 58,40 59,4
9. Pangkajene Kepulauan 60,70 61,10 61,31 61,73
10. Barru 53,74 53,97 55,15 55,83
11. Bone 58,87 59,17 60,36 61,15
12. Soppeng 60,55 61,11 62,12 62,85
13. Wajo 54,71 55,01 56,07 57,17
14. Sidenreng Rappang 60,97 61,15 62,22 62,88
15. Pinrang 65,49 65,95 66,37 67,28
16. Enrekang 68,53 68,97 69,59 70,24
17. Luwu 68,91 69,36 69,51 70,16
18. Tana Toraja 67,41 67,69 68,60 69,17

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 27


IPG
No Provinsi / Kabupaten
2008 2009 2010 2011
19. Luwu Utara 52,89 53,30 54,13 54,71
20. Luwu Timur 56,29 56,66 57,88 58,18
21. Toraja Utara 60,56 - 63,92 64,72
22. Kota Makasar 72,03 72,23 72,49 73,04
23. Kota Pare Pare 66,82 67,08 67,80 68,43
24. Kota Palopo 69,15 69,72 70,01 70,54
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

Peningkatan IPG di Kabupaten Bone selama ini dipengaruhi oleh peningkatan


beberapa komponen IPG itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.21
IPG menurut komponen yang mempengaruhi
Di Kabupaten Bone tahun 2010

Angka Harapan Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Pengeluaran


Hidup (Tahun) (%) Sekolah (Tahun) Per Kapita
L P L P L P L P
67,81 71,77 87,47 83,54 7,21 5,89 69,93 30,07
Sumber : Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2012

Dari tabel tersebut terlihat bahwa level AHH yang dicapai penduduk laki-laki
masih dibawah level AHH yang dicapai perempuan. Penyebab rendahnya AHH laki-
laki, salah satunya mengungkapkan bahwa banyaknya kejadian kematian pada laki-
laki umumnya bersifat prematur termasuk perilaku dan kemampuan bertahan hidup
laki-laki yang cenderung lebih buruk daripada perempuan. Dari sisi AMH, perempuan
masih lebih rendah dibanding laki-laki, namun suatu hal yang menggembirakan
adalah peningkatan AMH perempuan sekitar 4% lebih cepat dibandingkan dengan
AMH laki-laki yang hanya berkisar 1,7%. Seperti halnya komposisi AMH, untuk rata-
rata lama sekolah penduduk laki-laki secara umum lebih tinggi pada kisaran 1 tahun
dibanding rata-rata lama sekolah penduduk perempuan. Sedangkan pengeluaran per
kapita sangat dpengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah adanya
perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan. Salah satu faktor yang
berpengaruh pada perbedaan tingkat upah adalah tingkat pendidikan.
Kecenderungan pendidikan perempuan lebih rendah dibanding pendidikan laki-laki
jelas berpengaruh pada perbedaan upah yang diterima antara laki-laki dan
perempuan. Faktor lain juga erat kaitannya dengan faktor lapangan pekerjaan, jenis
pekerjaan, dan status pekerjaan.

5. Indeks Pemberdayaan Gender


Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur
peran aktiv perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG Kabupaten Bone
dalam kurun waktu empat tahun menunjukkan perkembangan yang positif, dari
sebesar 60,02 pada tahun 2008 menjadi sebesar 60,68 pada tahun 2009, sebesar
65,54 pada tahun 2010 dan sebesar 65,37 pada tahun 2011. Kondisi ini
menunjukkan bahwa peran aktif penduduk perempuan dalam kehidupan ekonomi
dan politik semakin baik.
Grafik 2.9
Perbandingan IPG Kabupaten Bone dengan Provinsi dan Nasional

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 28


Tahun 2008-2011
80,00

69,14
68,15
65,54

65,37
63,52

63,38
62,46
62,27

60,68
70,00

60,02

53,67
52,96
60,00

50,00
Sulawesi Selatan
40,00
Bone
30,00 Indonesia

20,00

10,00

0,00
2008 2009 2010 2011

Capaian IDG Kabupaten Bone menduduki posisi ke 5 dari 24 kabupaten/kota


di provinsi Sulawesi Selata, seperti terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.22
Perbandingan IDG Kabupaten Bone dengan Kabupaten Bone
dengan Kab/Kota Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2008 2011

IDG
No Provinsi / Kabupaten
2008 2009 2010 2011
SULAWESI SELATAN 52.96 53.67 62.46 63.38
1. Selayar 53.71 54.43 68.14 70.30
2. Bulukumba 48.95 49.00 57.97 58.53
3. Bantaeng 54.44 54.64 74.10 74.73
4. Jeneponto 43.88 44.60 54.06 58.02
5. Takalar 42.22 42.91 63.22 60.51
6. Gowa 56.66 57.21 73.50 73.23
7. Sinjai 47.49 47.50 56.08 59.77
8. Maros 50.95 51.86 60.00 60.5
9. Pangkajene Kepulauan 54.58 55.39 55.64 58.93
10. Barru 51.56 51.93 58.98 61.67
11. Bone 60.02 60.68 65.54 65.37
12. Soppeng 58.96 59.11 59.76 59.75
13. Wajo 51.60 52.33 58.66 59.49
14. Sidenreng Rappang 46.95 47.10 55.46 47.93
15. Pinrang 47.05 48.36 61.55 62.13
16. Enrekang 58.75 59.60 61.09 57.52
17. Luwu 57.22 57.92 62.61 63.76
18. Tana Toraja 57.40 58.32 64.88 64.44

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 29


IDG
No Provinsi / Kabupaten
2008 2009 2010 2011
19. Luwu Utara 38.89 39.03 39.27 39.29
20. Luwu Timur 43.34 43.72 54.13 43.12
21. Toraja Utara 43.32 43.83 61.69 62.83
22. Kota Makasar 57.48 57.81 64.49 65.26
23. Kota Pare Pare 58.70 58.92 62.60 62.80
24. Kota Palopo 57.42 57.68 61.21 68.38
Sumber : Data SPKD Kabupaten Bone, Tahun 2013-2018

2.3. Aspek Pelayanan Umum


2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui
pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu
dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab
masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal
maupun penyelenggaraan pendidikan non formal.
Upaya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas melalui
pembangunan pendidikan. Tujuan Pembangunan Bidang Pendidikan adalah
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, menjadikan pendidikan murah, bermutu
dan berdaya saing tinggi. Penyelenggaraan Pendidikan tidak hanya menjadi
tanggung jawab pemerintah semata tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab
masyarakat secara bersama baik melalui penyelenggaraan pendidikan formal
maupun penyelenggaraan pendidikan non formal.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang dijabarkan ke dalam Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, PP No. 48 tahun 2008, tentang Pendanaan Pendidikan dan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
merupakan dasar pelaksanaan pembangunan pendidikan bagi pemerintah baik Pusat
maupun Daerah.Ketentuan dalam peraturan tersebut harus diacu oleh pemerintah
darah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pendidikan baik formal maupun non
formal. Upaya untuk memenuhi ketentuan perundangan tersebut merupakan
pekerjaan yang tidak mudah melihat kondisi pendidikan pada umumnya banyak yang
masih belum memenuhi criteria atau standar yang telah ditentukan. Tentu saja hal
ini menjadikan pemerintah Kabupaten/Kota harus bekerja keras dengan menyusun
perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan kondisi keuangan daerah
dan kondisi pembangunan pendidikan di daerah.
Pembangunan pendidikan juga didasarkan pada Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Renstra Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2010 2014 keberhasilan pembangunan pendidikan diukur
melalui lima K, yaitu Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan
Keterjaminan. Ketersediaan yang dimaksudkan di sini adalah bahwa layanan
pendidikan tersedia di seluruh pelosok nusantara. Keterjangkauan dimaksudkan
bahwa layanan pendidikan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kualitas
dimaksudkan bahwa layanan pendidikan bermutu dan relevan dengan kebutuhan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 30


kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia industri. Kesetaraan dimaksudkan
bahwa pelayanan pendidikan berkualitas adalah setara untuk warga negara
Indonesia dengan memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya,
ekonomi, geografi, gender, dan sebagainya; Keterjaminan dimaksudkan bahwa
pelayanan pendidikan menjamin kepastian bagi warga negara Indonesia mengenyam
pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha, dan
dunia industri.
Kondisi pembangunan pendidikan Kabupaten Bone digambarkan dengan
pengelompokkan kelima aspek tersebut. Kondisi pendidikan Kabupaten Bone
digambarkan sebagai berikut:

a Ketersediaan Pelayanan Pendidikan


1) PAUD
Pendidikan anak usaia dini (PAUD) memiliki fungsi strategis dalam
rangka menanamkan nilai-nlai kebajikan serta budi pekerti luhur sejak awal.
Pelayanan PAUD di Kabupaten Bone relative cukup berkembang. Gambaran
kondisi PAUD di Kabupaten Bone terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.23
Kondisi Pendidikan Anak Usia Dini
di Kabupaten Bone tahun 2012

Jumlah Lembaga
Jumlah Anak Guru /
No PAUD (TK. RA, BA)/KB,
terlayani Pendidik
TPA SPS
1 Formal 452 22.402 1.792
2 Non Formal 234 2.242 2.194
3 Informal 51 1.336 153
Jumlah 737 25.980 4.139
Sumber : Dinas Pendidikan Kab. Bone, 2012

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah lembaga PAUD di Kabupaten


Bone pada tahun 2012 sebanyak 737 lembaga. Angka tersebut belum
menunjukkan upaya akselerasi pencapaian target APK PAUD usia 0-6 tahun
sebesar 75 % tahun 2013, sementara APK PAUD usia 0-6 tahun tahun 2012
sebesar 56,15 % dan APK usia 4-6 tahun sebesar 36,35%.

2) Pendidikan Dasar
Jumlah SD/MI di Kabupaten Bone pada tahun 2012 sebanyak 751 Unit.
Jumlah tersebut relative mampu melayani pendidikan dasar di Kabupaten
Bone. Sedangkan Jumlah SMP/MTs baik negeri maupun swasta di Kabupaten
Bone sebesar 199 Unit. Ketersediaan SMP/MTs merata di seluruh kecamatan di
Kabupaten Bone.
Gambaran Kondisi sarana dan prasarana baru SD dan SMP di
Kabupaten Bone selama kurun waktu 2008 2012 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.24
Kondisi Sarana dan prasarana SD dan SMP
Di Kabupaten Bone Tahun 2008 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 31


Tahun
No Sarana dan Prasarana
2008 2009 2010 2011 2012
A. SD/MI
1 Setiap sekolah memiliki minimal 73,83 78,46 85,76 90,71 93,25
6 ruang kelas (%)
2 Setiap sekolah memiliki ruang 10,25 34,46 37,61 40,27 43,44
guru lengkap dengan prabotnya
(%)
3 Setiap sekolah memiliki 7,43 20,47 25,12 32,37 38,9
perpustakan lengkap dengan
prabotnya (%)
4 Setiap ruang kelas dalam 34,57 56,34 67,48 75,37 87,45
kondisi baik dan layak
dipergunakan (%)
5 Rasio siswa / buku / 25,00 50,00 62,50 75,00 89
matapelajaran 1:1 (%)
6 Setiap sekolah memiliki alat 23,69 38,86 47,58 56,72 68
peraga IPA (%)
7 Setiap Sekolah memiliki 100 7,43 20,47 25,12 32,37 38
judul buku pengayaan dan 10
buku referensi (%)
B SMP/MTs
1 Rasio Rombel / Kelas 1 : 1 (%) 77,42 80,65 70.97 74,19 87,45
2 Setiap sekolah memiliki ruang 78,38 82,57 82,57 82,57 88
guru lengkap dengan prabotnya
(%)
3 Setiap sekolah memiliki 73,23 76,45 86,77 90,00 93
perpustakan lengkap dengan
prabotnya (%)
4 Setiap sekolah memiliki Lab ipa 67,56 69,28 75,49 75,49 78%
lengkap dengan prabotnya (%)
5 Setiap sekolah memiliki Lab 5,6 10,45 27,49 32,48 34
Komputer lengkap dengan
prabotnya (unit)
6 Setiap ruang kelas dalam 77,38 77,76 76,713 81,66 74,96
kondisi baik dan layak
dipergunakan (%)
7 Rasio siswa / buku / 16,67 33,33 50,00 75,00 83,33
matapelajaran 1:1 (%)
8 Setiap sekolah memiliki alat 78
peraga IPA (%)
9 Setiap Sekolah memiliki 200 25,96 50,96 62,50 69,23 84
judul buku pengayaan dan 20
buku referensi(%)
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa kondisi sarana-prasarana sekolah untuk


jenjang pendidikan SD/MI masih belum memadai. Perlu upaya keras untuk
mewujudkan sarana dan prasarana sesuai dengan standard Pelayanan Minimal.
Untuk Jenjang SMP/MTs juga demikian. Sarana dan prasarana yang dimiliki belum
memenuhi standar pelayanan minimal dan untuk memenuhinya memerlukan
upaya keras dari pemerintah Kabupaten Bone.
Sejauhmana relevansi capaian APK jenjang SD/MI antara Kabupaten
dengan Provinsi dapat dilihat pada uraian gambar berikut.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 32


Grafik 2.10
Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI
Kabupaten Bone tahun 2008 2011

Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Gambar tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anak bersekolah


jenjang SD/MI sudah mencapai angka yang cukup maksimal. Hal ini berarti
bahwa anak usia 7-12 tahun sudah mendapat layanan pendidikan meskipun ada
sekitar 2,3 persen anak yang masuk jenjang sekolah di bawah usia 7 tahun.
Relevansi capain APK jenjang SMP/MTs , dapat dilihat uraian berikut :

Grafik 2.11
Analisis Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM)
SMP/MTsKabupaten Bone tahun 2008 -2011

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 33


Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Capai APM jenjang SMP/MTs di Kabupaten Bone tahun 2008-20011


mengalami fluktuasi masih perlu ditingkatkan agar dukungan pencapaian
target dapat diwujudkan bersama.

Gambar 2.12
Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA
Kabupaten Bone terhadap Nasional tahun 2008 2011

Sumber : Data Dinas Pendidikan Kab. Bone

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta ketersediaan guru


dapat dilihat dari rasio antara guru terhadap murid, murid terhadap jmlah kelas,
murid terhadap sekolah dan murid terhadap rombel. Kondisi rasio tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 34


Tabel 2.25
Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang
kelas/Rombel SD/MI dan SMP/MTs Di Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

No. Uraian Target Tahun


SPM 2008 2009 2010 2011 2012
A SD/MI
1 Rasio siswa / kelas 1:32 19 21 20 20,12 19,76
2 Rasio Siswa / Guru 1:32 14 14 13 12,12 11,96
3 Rasio Siswa / sekolah 1:192 138 135 136 132,93 130,81
4 Rasio R. Kls / rombel 1:1 1,18 104 1,02 1,01 1,01

B. SMP/MTs
Rasio siswa / kelas 1:36 26,4 32 32 31,2 30,99
Rasio Guru / siswa 1:32 26 26 26 24 24
Rasio R. Kls / rombel 1:1 3,48 2,59 2,67 1 0,96
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara rata-rata SD/MI di


kabupaten Bone kekurangan murid. Sedangkan dari rasio guru /siswa terlihat
di Kabupaten Bone kelebihan guru pada jenjang pendidikan SD/MI maupun
SMP/MTs.

3) Pendidikan Menengah
Gambaran Kondisi sarana dan prasarana baru SMA/SMK/MA di
Kabupaten Bone selama kurun waktu 2008 2012 dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.26
Kondisi Sarana dan prasarana SMA/SMK/MA
Di Kabupaten Bone Tahun 2008 2012

Tahun
No Sarana dan Prasarana
2008 2009 2010 2011 2012
1 Rasio Rombel / Kelas 1 : 1 (%) 1,91 1,63 1,46 1,48 1,68
2 Setiap sekolah memiliki ruang 62,96 81,48 85,19 88,89 92,59
guru lengkap dengan prabotnya
(%)
3 Setiap sekolah memiliki 85,19 88,89 90,74 94,44 94,44
perpustakan lengkap dengan
prabotnya (%)
4 Setiap sekolah memiliki Lab IPA 77,78 79,63 79,63 81,48 81,48
lengkap dengan prabotnya (%)
5 Setiap sekolah memiliki Lab 3,70 11,11 27,78 48,15 59,26
Komputer lengkap dengan
prabotnya (unit)
6 Setiap ruang kelas dalam 48,15 51,85 57,41 64,81 68,52
kondisi baik dan layak
dipergunakan (%)
7 Rasio siswa / buku / 33,33 41,67 58,33 66,67 75,00

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 35


Tahun
No Sarana dan Prasarana
2008 2009 2010 2011 2012
matapelajaran 1:1 (%)
8 Setiap sekolah memiliki alat 29,63 48,15 53,70 62,96 70,37
peraga IPA (%)
9 Setiap Sekolah memiliki 200 44,44 51,85 53,70 59,26 66,67
judul buku pengayaan dan 20
buku referensi(%)
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 2013

Tabel 2.27
Rasio Siswa/kelas, Siswa /Guru, Siswa Sekolah, ruang kelas/Rombel
SMA/SMK/MA Di Kabupaten Bone Tahun 2008 2012

Target Tahun
No. Uraian
SPM 2008 2009 2010 2011 2012
1 Rasio siswa / kelas 1:36 38 43 37 35 38
2 Rasio Guru / siswa 1:24 14 14 14 13 13
3 Rasio R. Kls / rombel 1:1 1:11 1:03 1:13 1:13 1:13
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara rata-rata SMA/SMK/MA


di kabupaten Bone kelebihan murid. Dengan kata lain Jumlah sekolah
SMA/SMK/MA di Kabupaten Bone masih kurang. Sedangkan dari rasio guru
/siswa terlihat di Kabupaten Bone kelebihan guru pada jenjang pendidikan
SMA/SMK/MA.

b Keterjangkauan Pelayanan Pendidikan


Penyelenggaraan pelayanan pendidikan harus dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat baik dari aspek biaya maupun geografis.
Keterjangkauan diukur melalui beberapa indikator yaitu Angka Partisapasi Kasar
(APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Melanjutkan (AM) pada tiap
jenjang pendidikan. Gambaran tingkat keterjangkauan pelayanan pendidikan
masing-masing jenjang pendidikan adalah sebagai berikut:

a.) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Gambaran tingkat pelayanan pendidikan dalam jenjang pendidikan PAUD
diukur melalui indikator APK dan APM PAUD. Capaian APK dan APM PAUD
terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.28
Jumlah Murid Tingkat PAUD/TK
Kabupaten Bone tahun 2008 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 36


No
Tahun Jumlah
1 2008 17.000
2 2009 18.829
3 2010 19.854
4 2011 22.729
5 2012 22.402
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 2013

b.) Pendidikan Dasar


APK dan APM Pendidikan Dasar yaitu SD dan SMP di kabupaten Bone
relatif rendah bila dibandingkan dengan capaian provinsi maupun nasional.
Gambaran capaian APK dan APM pendidikan dasar selama kurun waktu 2008
2012 terlihat dari tabel berikut:

Tabel 2.29
APK dan APM Jenjang Pendidikan SD/MI//Paket A dan
SMP/MTs/Paket B Kabupaten Bone tahun 2008 2012

Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
1 SD/MI (%)
APK (%) 115,06 115,11 115,16 110,75 107,29
APM (%) 98,79 97,68 97,77 98,09 99,21
2 SMP/MTs
APK (%) 86,86 92,51 92,19 91,97 89,83
APM (%) 67,94 68,37 76,08 76,25 80,12
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone 2012

Tabel di atas menggambarkan bahwa APK dan APM SD/MI/Paket A


dan SMP/MTs/Paket B selama kurun waktu 2008 2012 mengalami
peningkatan. Sebagaimana target capaian APK dan APM jenjang pendidikan
SD/MI dan SMP/MTs yang tercantum dalam Renstra Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan tahun 2010 2014 capaian APK dan APM SD/MI/Paket A di
atas target Renstra Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sedangkan APK
dan APM jenjang pendidikan SMP/MTs/Paket B Kabupten Bone masih di bawah
APK dan APM Nasional. Target APK dan APM jenjang pendidikan SD/MI/Paket
A tingkat nasional sebesar 100,00% APK dan 95,53% APM sedangkan untuk
SMP/MTs/Paket B sebesar 95% APK dan 90% APM.
Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Bone tingkat
partisipasi penduduk usia sekolah SMP relatif rendah. Masih banyak penduduk
usia sekolah SMP/MTs yaitu 13 15 tahun tidak dapat menikmati pendidikan
di SMP.
Angka melanjutkan ke jenjang pendidikan dari tahun ke tahun
menunjukkan peningkatan. Angka Melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP dan
SMA selama kurun waktu 2008 2012 terihat pada tabel berikut:

Tabel 2.30
Angka Melanjutkan Ke SMP/MTs dan ke SMA/SMK
Di Kabupaten Bone tahun 2008 2011

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 37


No Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1 Angka Melenjutkan (AM) dari 82,36 91,11 90,01 92,79 93,6
SD/MI ke SMP/MTs (%)
2 Angka Melanjutkan (AM) dari 80,41 85,85 89,75 91,42 92,2
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA (%)
Sumber Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Tahun 2012

Tabel diatas menggambarkan lulusan SD yang melanjutkan ke jenjang


pendidikan SMP selama kurun waktu 2008 2012 fluktuatif, namun apabila
dibandingkan dengan tahun 2008 cenderung meningkat. Pada tahun 2012
jumlah lulusan SD/MI yang melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP/MTs
sebesar 93,6%. Hal ini berarti pada tahun 2012 lulusan SD/MI yang tidak
melanjutkan ke SMP/MTs sebesar 6,4%. Angka melanjutkan ke jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA lebih rendah dibandingkan angka melanjutkan ke
SMP/MTs. Pada tahun 2012 angka melanjutkan ke jenjang pendidikan
SMA/SMK/MA sebesar 92,2%. Dengan demikian banyak lulusan SMP/MTs di
Kabupaten Bone yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi sebesar 7,8%.
Angka Putus sekolah pada pendidikan dasar relatif cukup tinggi.
Target yang ditetapkan dalam Renstra kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan angka putus sekolah untuk Pendidikan Dasar ditargetkan sebesar
0,12% untuk SD/MI dan 0,22 untuk SMP/MTs. Di Kabupaten Bone Angka
Putus sekolah untuk jenjang pendidikan dasar pada tahun 2012 mencapai
0,13% untuk SD/MI. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten
Bone termasuk kategori rendah pada jenjang pendidikan SD/MI.
Perkembangan APS jenjang pendidikan Dasar selama kurun waktu 2008
2012 terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.31
Angka Putus Sekolah
Jenjang Pendidikan SD/MI dan SMP/MTs Kabupaten Bone
Tahun 2008 - 2012
No INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012
1 Angka Putus Sekolah (APS)
0,59 0,32 0,21 0,17 0,13
SD/MI (%)
2 Angka Putus Sekolah (APS) 1,54 0,69 0,44 0,37 0,18
SMP/MTs (%)
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun 2012

c.) Pendidikan Menengah


APK dan APM Pendidikan menengah yaitu SMA/SMK/MA di kabupaten
Bone relatif rendah. Gambaran capaian APK dan APM pendidikan dasar selama
kurun waktu 2008 2012 terlihat dari tabel berikut:

Tabel 2.32
APK dan APM Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C
Kabupten Bone tahun 2008 2012

Tahun
NO. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 38


1. APK 52,71 56,74 58,84 60,97 63,54
2. APM 35,83 43,52 46,52 53,32 54,21
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Tahun 2012

Tabel di atas menggambarkan bahwa APK dan APM


SMA/SMK/MA/Paket C selama kurun waktu 2008 2012 mengalami
peningkatan. Capaian APK dan APM SMA/SMK/MA/Paket C di Kabupten Bone
masih di bawah APK dan APM Nasional. Target APK dan APM jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA/paket C tingkat nasional sebesar 85% APK dan 80%
APM. Data tersebut menggambarkan bahwa di Kabupaten Bone tingkat
partisipasi penduduk usia 16 18 relatif rendah. Masih banyak penduduk usia
sekolah SMA yang tidak menempuh pendidikan di SMA.
Angka Putus sekolah pada pendidikan menengah relatif cukup tinggi.
Target yang ditetapkan dalam Renstra Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebesar kurang dari 1%, Di Kabupaten Bone Angka Putus
sekolah untuk jenjang pendidikan menengah pada tahun 2012 mencapai
0,04%. Dengan demikian angka putus sekolah di Kabupaten Bone termasuk
kategori sangat baik. Perkembangan APS jenjang pendidikan menengah
selama kurun waktu 2008 2012 terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.33
Angka Putus Sekolah
Jenjang Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C
Kabupten Bone tahun 2008 2012

Tahun APS
2008 0,09%
2009 0,71%
2010 0,53%
2011 0,22%
2012 0,04%
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, 2012

c Kualitas Pelayanan Pendidikan


Kualitas pelayanan pendidikan akan tercapai apabila satuan pendidikan
memenuhi standar sebagaimana yang ditetapkan dalam PP 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Delapan standar tersebut merupakan
bench mark agar sebuah satuan pendidikan dapat melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik. Upaya pemerintah untuk mendorong satuan
pendidikan memenuhi standar tersebut sudah sejak lama dilakukan namun belum
memperoleh hasil yang maksimal.
Pelayanan pendidikan yang berkualitas menjadi harapan masyarakat selain
juga harus dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan diukur melalui beberapa indikator
yaitu angka kelulusan, rasio guru terhadap murid dan kualitas. Gambaran kualitas
pelayanan pendidikan di Kabupaten Bone terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.34
Capaian Indikator Kualitas Pelayanan Pendidikan
Kabupaten Bone Tahun 2008 - 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 39


No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
SD/MI
1 Guru yang memenuhi kualifikasi 28,27 38,25 50,92 53,36 51,14
S1/D-IV (%)
2 Guru yang telah bersertifikasi 17,33 27,56 29,91 42,73 62,72
(%)
3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 72,23 75,53 78,26 81,13 82,13
4 Kepala Sekolah nyang memiliki 65,2 68,21 69,78 70,23 71,6
sertifikasi Pendidik
SMP/MTs
1 Guru yang memenuhi kualifikasi 84,59 84,36 95,86 95,01 96,11
S1/D-IV/S2 (%)
2 Guru yang telah bersertifikasi 36,43 57,36 60,34 63,28 64,45
(%)
3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 100 100 100 100 100
4 Kepala Sekolah nyang memiliki 23,48 56,78 63,94 71,43 94,56
sertifikasi Pendidik
SMA/SMK
1 Guru yang memenuhi kualifikasi 50,76 67,01 79,51 89,01 92,42
S1/D-IV (%)
2 Guru yang telah bersertifikasi 40,61 49,08 50,01 55,20 57,94
(%)
3 Kepala Sekolah berkulifikasi S-1 100 100 100 100 100
4 Kepala Sekolah nyang memiliki 86,49 86,49 93,47 93,47 93,47
sertifikasi Pendidik
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Bone, Tahun 2012

2. Kesehatan
Indikator utama pembangunan kesehatan adalah meningkatnya usia
harapan hidup (UHH), menurunnya angka kematian bayi (AKB), angka kematian
ibu melahirkan (AKI), dan presentase gizi buruk balita. UHH di Kabupaten Bone
pada tahun 2011 sebesar 70 tahun meningkat dari tahun 2010 sebesar 69,73
tahun, tahun 2009 sebesar 69,4 tahun dan tahun 2008 = 69,0 tahun, sedangkan
AKB di Kabupaten Bone cenderung mengalami penurunan dari tahun 2008
2012. Pada tahun 2008 AKB sebesar 3,46 per 1.000 kelahiran hidup menurun
pada tahun 2012 menjadi 3,23 per 1.000 kelahiran hidup.

Gambar 2.13
Analisis Relevansi Angka Kematian Bayi
Kabupaten Bone tahun 2008 2011

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 40


Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone

Gambar 2.14
Analisis relevansi Angka Kematian Balita (AKABA)
Kabupaten Bone tahun 2008 - 2011

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone

Grafik 2.15
Perkembangan AKB per 1.000 kelahiran hidup tahun 2008 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 41


4,2
4 4,03

3,8
3,7
3,6
3,46
3,4 3,37
3,2 3,23

3
2008 2009 2010 2011 2012

AKB per 1.000

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone

Angka Kematian Ibu (AKI) dari tahun 2008 2012 cenderung mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009 AKI Kabupaten Bone sebesar 24,2 per 100.000
kelahiran hidup meningkat pada tahun 2012 menjadi 29,32 per 100.000 kelahiran
hidup. Tingginya kasus kematian ibu melahirkan disebabkan oleh terlambatnya
penanganan pada ibu hamil yang mengalami komplikasi (jantung, hipertensi dan
DM).

Gambar 2.16
Analisis Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan
Kabupaten Bone tahun 2008 - 2011

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone

Grafik 2.17
Perkembangan AKI per 100.000 kelahiran hidup Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 42


35
30 30,05 29,32
25 24,2
20 21,51

15 16,09
10
5
0
2008 2009 2010 2011 2012

AKI per 100.000 kelahiran hidup

Sumber : Data Dinas Kesehatan Kab. Bone

Persentasi gizi buruk balita di Kabupaten Bone mengalami penurunan dari


tahun 2010 2012. Pada tahun 2010 persentase gizi buruk balita pada tahun
2010 sebesar 0,58% menurun pada tahun 2012 menjadi 0,05%, sedangkan gizi
kurang pada tahun 2010 sebesar 5,05% menurun menjadi 0,15%.
Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian indikator SPM Bidang Kesehatan
(Permenkes 741 tahun 2008), sebagian besar target telah tercapai pada tahun
2012. Terdapat 3 capaian yang belum tercapai yaitu cakupan ibu hamil komplikasi
yang ditangani, cakupan neo-natal dengan komplikasi yang ditangani, cakupan
kunjungan balita, cakupan Desa dengan UCI (Universal Child Immunization),
cakupan penemuan AFP rate per 10.000 penduduk< 15 tahun, dan cakupan
penemuan pasien baru TB BTA posistif.

Tabel 2.35
Kinerja Pencapaian Standar Pelayanan Dinas Kesehatan
Tahun 2008 -2012

Tahun
NO Indikator SPM
2008 2009 2010 2011 2012
1 Cakupan Kunjungan Ibu 92,27 94,23 98,78 99,96 98,01
Hamil K4
2 Cakupan Ibu Hamil dengan 51,96 15,3 51,3 71,74 61,28
komplikasi yang ditangani
3 Cakupan pertolongan 75,65 76,63 88,17 90,29 93,43
persalinan oleh bidan atau
tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi
kebidanan
4 Cakupan pelayanan ibu 75,65 78,63 88,17 90,29 93,43
nifas
5 Cakupan neonatal dengan 48,34 69,97 11,4 71,57 62,69
komplikasi yang ditangani
6 Cakupan kunjungan bayi 80,91 85,27 94,94 86,05 96,83
7 Cakupan desa/kelurahan 89,52 89,79 88,17 89,78 89,79
dengan UCI (Universal Child

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 43


Tahun
NO Indikator SPM
2008 2009 2010 2011 2012
Immunization)

8 Cakupan pelayanan anak 46,43 47,01 19,07 49,65 55,92


balita
9 Cakupan pemberian 0 0 100 0 0
makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan
keluarga miskin
10 Cakupan balita gizi buruk 100 100 100 100 100
mendapat perawatan
11 Cakupan penjaringan 8,07 40,27 78,63 16,26 95,01
kesehatan siswa SD dan
sederajat
12 Cakupan peserta KB aktif 66,04 72,2 54,39 85,78 63,47
13 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita
penyakit
a. AFP rate per 10.000 2,31 1,39 0,93 1,39 0,93
penduduk< 15 tahun
b. Penemuan penderita 100 100 2,83 7,89 0
Pneumonia balita
c. Penemuan pasien baru 30,61 30,54 43,4 56,87 49,12
TB BTA posistif
d. Penderita DBD yang 100 100 0,11 100 100
ditangani
e. Penemuan penderita 26,43 10,41 0,54 100 89,78
Diare
14 Cakupan pelayanan 0 66,52 52,59 26,90 4,58
kesehatan dasar
masyarakat miskin
15 Cakupan pelayanan 0 1,30 0,78 0,09 100
kesehatan rujukan pasien
masyarakat miskin
16 Cakupan pelayanan 0 95,12 100 30,59 0
kesehatan darurat level 1
yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di
Kab./Kota
17 Cakupan desa/kelurahan 100 100 100 100 100
mengalami KLB yang
dilakukan penyelidikan
epidemiologi< 24 jam
18 Cakupan Desa Siaga Aktif 7,53 0 59,14 67,74 100
Sumber : Data Olahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 2013

Upaya pendukung peningkatan kinerja pelayanan kesehatan adalah upaya


Pembinaan Kesehatan Lingkungan pada kegiatan Pemeriksaan Tempat-Tempat
Umum (TTU), Penyediaan air bersih dan penggunaan Jamban Keluarga. TTU
yang diperiksa di Kabupaten Bone relatif meningkat setiap tahunnya, sedangkan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 44


pemeriksaaan pada sarana air bersih relatif kecil, dari tahun 2008 2012
sebanyak 40,97%-58,53%.
Penggunaan Jamban Keluarga (Jaga) masyarakat Bone mengalami
peningkatan namun kondisinya masih dibawah target Indikator Indonesia Sehat.
Penggunaan Jaga pada tahun 2012 hanya 48,70% dengan target 65%.

Grafik 2.18
Perkembangan Sarana Sanitasi Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012
100,00
90,00
85,42 86,12
80,00 80,07
74,49 72,80
70,00
60,00 59,00 58,53
50,00 51,11 49,67 50,30 48,70
40,97 43,80
40,00
35,07 35,94
30,00
20,00
10,00
-
2008 2009 2010 2011 2012

TTU SAB JAGA

Sumber : Data Olahan Dinas Kesehatan Kabupaten Bone, 2013

Sumber daya Kesehatan salah satu faktor pendukung dalam penyediaan


pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Ketersediaan sumber daya kesehatan sesuai
dengan kebutuhan baik secara kuantitas maupun secara kualitas. Sumber daya
kesehatan yang diperlukan didalam pembangunan kesehatan antara lain
tenaga,dana, sarana dan prsarana serta teknologi.
Sesuai Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan yang termasuk tenaga kesehatan adalah tenaga medis meliputi dokter
dan dokter gigi. Tenaga keperawatan meliputi tenaga perawat dan bidan. Tenaga
kefamasian meliputi apoteker, analis farmasi, asisten apoteker. Tenaga Kesehatan
Masyarakat meliputi epidemologi kesehatan, entomologi kesehatan, mikrobiologi
kesehatan, penyuluh kesehatan, administrasi keseahtan serta tenaga saitasi.
Tenaga Gizi meliputi tenaga nutrisionis, dan dietisien. Tenaga keterapian fisik
meliputi fisioterafis, okuterapis, dan terapi wicara. Tenaga keteknisan medis
meliputi radiografis, radioterapis, teknisi gigi, teknis elektromedis, analisis
kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknis transfusi dan perekam
medis serta tenaga non kesehatan.
Berikut ini sumber daya manusia yang dimiliki oleh Kabupaten Bone yang
tersebar di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit serta sarana kesehatan yang lain:

Tabel 2.36
Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 45


Kabupaten Bone Tahun 2012

PUSKESMAS
Institusi
(Termasuk Sarana
Tenaga Rumah Diklat/ Dinas
No Pustu, Polindes Kesehatan
Kesehatan Sakit Diknakes Kesehatan
& Balai Lain
Kesehatan Gigi)

1 Medis 45 29 0 0 3
Perawat Dan
2 Bidan 335 139 0 0 2
3 Kefarmasian 9 15 0 0 8
Kesehatan
4 Masyarakat 97 3 0 0 41
5 Sanitarian 10 0 0 0 5
6 Ahli Gizi 25 9 0 0 5
7 Keteknisan Gizi 0 0 0 0 0
T O T AL 521 195 0 0 64
Sumber : Sub Bagian Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone)

1. Tenaga Medis
Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi sesuai dengan Peraturan
Pemerintah RI Nomor 32 Tahun 1966 tentang Tenaga Kesehatan. Total
tenaga medis pada tahun 2012 adalah sebesar 780 orang dengan rincian ,
dokter spesialis sebanyak 13 orang, dokter umum sebanyak 47 orang dan
dokter gigi sebanyak 21 orang.
Berdasarkan perhitungan kebutuhan tenaga medis, Kabupaten Bone masih
memerlukan tenaga medis cukup banyak. Dokter Spesialis berdasarkan
perhitungan dibutuhkan sejumlah 30 dokter spesialis untuk jumlah penduduk
724.905 jiwa, sedangkan dokter umum yang dibutuhkan adalah 243 dokter
umum dan kebutuhan dokter gigi sebanyak 59 orang.

Tabel 2.37
Persebaran Tenaga Medis Menurut Unit Kerja
Kabupaten Bone Tahun 2012

Unit Kerja
No Jenis Tenaga Balai
Puskesmas Rumah Sakit DINKES
Kesehatan Gigi

1 Dokter Spesialis 0 12 0 1
2 Dokter Umum 30 15 0 2
3 Dokter Gigi 15 2 4 0

T O T AL 45 29 4 3
Sumber : Sub Bag Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone)

2. Tenaga Keperawatan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 46


Tenaga Keperawatan terdiri dari tenaga perawat dan bidan. Total tenaga
keperawatan adalah 255 orang dan jumlah tenaga perawat yang berada di
Puskesmas sebanyak 140 orang, Rumah Sakit sebanyak 114 orang,dan di
Dinas Kesehatan sebanyak 1 orang. Tenaga Bidan yang bertugas di
Puskesmas sebanyak 195 orang, di Rumah Sakit sebanyak 25 orang dan
Dinas Kesehatan sebanyak 1 orang. Tenaga Bidan ini memiliki status sebagai
PNS, dalam rangka memenuhi kebutuhan bidan, kebijakan yang dilakukan
Dinas Kesehatan adalah menempatkan bidan baru sebagai tenaga honorer.
Pada tahun 2012 jumlah bidan honorer sebanyak 177 bidan sehingga seluruh
Desa (372 desa) telah terisi bidan. Bidan yang telah mendapat pelatihan APN
(Asuhan Persalinan Normal) sebanyak 77 bidan.

Tabel 2.38
Persebaran Tenaga Keperawatan Menurut Unit Kerja
Dikabupaten Bone Tahun 2012

Unit Kerja
No Jenis Tenaga Balai
Puskesmas Rumah Sakit Kesehatan Dinkes
Gigi
1 Bidan 195 25 0 1
2 Perawat 140 114 0 2
T O T AL 335 139 0 3
Sumber : Sub bag Umum dan Perencanaan (Dinkes Bone)

Jumlah UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Puskesmas di Kabupaten Bone sampai
dengan tahun 2013 adalah 15 UPTD Puskesmas Perawatan dan 23 UPTD Puskesmas
non Perawatan. Kondisi Puskesmas yang rusak berat sebanyak 6 unit, rusak ringan
17 unit dan kondisi baik sebanyak 15 unit. Jumlah tempat tidur di puskesmas
perawatan sebanyak 150 unit. Jumlah puskesmas PONED ( Pelayanan Obstetrik
Neonatus Emergency Dasar) sebanyak 4 unit.
Puskesmas Pembantu di Kabupaten Bone sebanyak 75 unit dengan kondisi baik
sebanyak 17 unit, rusak ringan 35 unit dan rusak berat 23 unit. Sarana pelayanan
kesehatan yang ada di Kabupaten Bone sampai dengan tahun 2013 yang tercatat di
Dinas Kesehatan Kabupaten Bone adalah sesuai tabel berikut :

Tabel 2.39
Jumlah Pelayanan Sarana Kesehatan
Di Kabupaten Bone Tahun 2013

Pemilikan/Pengelolaan
No Fasilitas Kesehatan Pemerintah
Swasta Jumlah
Kab
1 Rumah Sakit Umum 2 0 2
2 Rumah Sakit Bersalin 0 1 1
3 Puskesmas Perawatan 15 0 15
4 Puskesmas Non Perawatan 23 0 23
5 Puskesmas Keliling 3 0 3
6 Puskesmas Pembantu (Pustu) 75 0 75

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 47


Pemilikan/Pengelolaan
No Fasilitas Kesehatan Pemerintah
Swasta Jumlah
Kab
7 Rumah Bersalin 0 1 1
8 Balai Pengobatan/Klinik 0 8 8
9 Praktik Dokter Bersama - - -
10 Posyandu 938 0 938
11 Apotek 2 42 44
12 Toko Obat 0 22 22
13 Gudang Farmasi Kesehatan 1 0 1
14 Industri Obat Tradiosional - - -
15 Industri Kecil Obat Tradiosional - - -
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Bone

3. Pekerjaan Umum
Kondisi jalan dan jembatan di Kabupaten Bone selama 5 tahun terakhir
mengalami perkembangan yang baik. Kondisi jalan rusak berat masih tinggi,
dimana tahun 2012 kondisi jalan rusak berat sepanjang 799,917 km. Sementara
untuk kondisi jembatan di Kabupaten Bone tahun 2012 sepanjang 1050,2 m
dalam kondisi baik, 20,5 m dalam kodisi sedang, 108 m dalam kondisi rusak
ringan dan sepanjang 288,7 m dalam kondisi rusak berat. Perkembangan
selengkapnya dapat dilihat padaa tabel sebagai berikut :

Tabel 2.40
Kondisi Jalan dan Jembatan

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

a. Kondisi Jalan
(km)
Baik 619.200 794.460 969.720 811.420 813,869
Sedang 492.380 356.115 219.850 215.050 219,047
Rusak Ringan 558.970 523.590 488.210 492.780 479,950
Rusak Berat 833.290 829.675 826.060 925.350 799,917
B Kondisi
Jembatan (m)
Baik 1.039,2 1.039,2 1.050,2 1.050,2 1.050,2
Sedang 20,5 20,5 20,5 20,5 20,5
Rusak Ringan 108 108 108 108 108
Rusak Berat 299,7 299,7 288,7 288,7 288,7
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, 2012

Berdasarkan Data Dasar Prasarana Jalan Kabupaten (DD-1) Dinas


Pekerjaan Umum dan Sumber Daya Air Kabupaten Bone Tahun 2013 masih ada
sekitar 39,70 % panjang ruas jalan kabupaten dalam kondisi rusak berat dan
20,81 % kondisi rusak ringan. Hal ini akan menjadi perhatian pemerintah daerah
agar mampu menuntaskan persoalan fisik dan prasarana yang menjadi salah
satu kendala pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bone.

1. Kondisi Jaringan Irigasi

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 48


Kondisi jaringan irigasi di Kabupaten Bone selama 5 tahun terakhir
mengalami perkembangan yang fluktuaktif. Perkembangan Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.41
Kondisi Jaringan Irigasi
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Baik 73,00 5.679,58 71,00 3.295,00 16.691,00
2. Sedang 19.863,00 14.253,70 19.865,00 16.592,00 3.206,00
3. Rusak Ringan 124,00 126,74 124,00 173,00 163,00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, 2012

2. Kondisi Alat-Alat Kebinamargaan


Kondisi Alat-alat berat kebinamargaan di Kabupaten Bone, masih jauh dari
kebutuhan. Selama 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang fluktuaktif.
Perkembangan Selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.42
Kondisi Alat-Alat Kebinamargaan
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Baik 11 9 9 7 4
2. Rusak Ringan 2 3 2 5 8
3. Rusak Berat 3 4 5 5 5
4. Rusak Sama Sekali 1 4 5 8 10
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan SDA Kab Bone, 2012

4. Perumahan Rakyat
Rasio rumah tangga pengguna air bersih tahun 2012 sebesar 76,80%, kondisi
ini menunjukan masih ada 23,2% masyarakat Kabupaten Bone yang belum
mengakses air bersih. Sementara itu untuk rumah tangga yang memiliki sanitasi
masih sangat rendah, dimana tahun 2012 prosentase rumah tangga bersanitasi
baru mencapai 54,40%.
Untuk kawasan permukiman kumuh di Kabupaten Bone masih cukup besar
dimana tahun 2012 prosentase luas kawasan permukiman kumuh mencapai
18,68%. Sedangkan cakupan rumah tidak layak huni tahun 2012 sebesar
28,84%. Perkembangan kondisi perumahan di Kabupaten Boner selengkapnya
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ini :

Tabel 2.43
Capaian Indikator Kinerja Perumahan Tahun 2008-2012

Capaian Tahun
NO Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio Rumah tangga pengguna air bersih 33,70 41,85 51,37 60,17 76,80
2. Prosentase Rumah tangga ber-Sanitasi 39,84 49,76 51,13 52,64 54,40
Prosentase jalan setapak/lingkungan
3. 40,70 42,85 50,75 53,70 59
yang layak
4. Prosentase Luas kawasan kumuh 14,90 15,17 16,80 17,10 18,68
5. Cakupan rumah tidak layak huni (%) 19,97 22,15 25,80 26,18 28,84

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 49


Capaian Tahun
NO Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
6. Jumlah septik tank komunal (%) 39,88 47,45 49,30 50,75 55
Sumber : Dinas Tarkim Kabupaten Bone, Tahun 2012

5. Tata Ruang
Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang
agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya
berkembang secara harmonis dan lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang
perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu: Pertama, adanya tiga unsur
penting dalam penataan ruang, yaitu: manusia beserta aktivitasnya, lingkungan
alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam
tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka,
berkeadilan, memiliki perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan
semua pihak (petaruh/stakeholder) secara terpadu dan berdayaguna serta
serasi.
Terkait dengan penataan ruang, Kabupaten Bone telah menyusun Perda
Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Kabupaten Bone
Tahun 20122032. Dalam Perda tersebut disebutkan bahwa tujuan penataan
ruang Kabupaten Bone adalah mewujudkan ruang yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan dengan di dukung masyarakat melalui
pengembangan pertanian, perikanan dan kelautan berbasis konservasi dan
mitigasi bencana. Dalam Perda tersebut dikemukakan bahwa kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah dilakukan melalui: (1) kebijakan dan strategi
pengembangan struktur ruang, (2) kebijakan dan strategi pengembangan pola
ruang; dan (3) kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis.
Terkait dengan berbagai aktivitas pembangunan di Kabupaten Bone, ada
beberapa aspek penataan ruang yang perlu mendapatkan perhatian pada masa
mendatang, yaitu kawasan lindung, kawasan ruang terbuka hijau, kawasan
rawan bencana alam, kawasan budidaya, kawasan pariwisata. Pengaturan
tersebut perlu dilakukan untuk mengendalikan kebutuhan masing-masing
kawasan agar tetap sinkron dengan tetap mengedepankan kepentingan
masyarakat.
Secara rinci kinerja urusan Penataan Ruang di Kabupaten Bone tahun 2008-
2012 tergambarkan pada tabel berikut:

Tabel 2.44
Kondisi Capaian kinerja Tata Ruang

Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Target Capaian Tahun


NO
Fungsi SKPD SPM 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah peraturan perizinan
1 100 100 100 100 100 100
pemanfaatan ruang (%)
Peningkatan peran serta masyarakat
2 100 100 100 100 100 100
dalam perencanaan tata ruang (%)
Tersedianya Kecamatan (%) 100 11 14,82 18,52 18,54 29,63
Informasi Penataan
3
Ruang (peta analog Kelurahan (%) 90 58,34 58,34 58,34 58,34 58,34
dan digital)

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 50


Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Target Capaian Tahun
NO
Fungsi SKPD SPM 2008 2009 2010 2011 2012
luas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
4 25 11 11 11 11 11
Publik (%)
Rasio bangunan ber-IMB per satuan
5 100 95 95 96 97 98
bangunan (%)
Rata-rata alih fungsi lahan di
6 0 1,1 2,1 3,7 4,2 5,8
perkotaan (%)
Sumber : Dinas Tarkim Kabupaten Bone, Tahun 2012

6. Perencanaan
Penyelarasan dokumen perencanaan pembangunan secara nasional yaitu
RPJM Nasional 20102014, RPJM Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara 2013-
2018 dengan RPJM Daerah Kabupaten Bone untuk menyelesaikan
permasalahan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan Undang-
Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
dan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, perlu
semakin dimantapkan. Penyusunan RPJMD Kabupaten Bone mengacu pada
penataan ruang sebagaimana Perda Nomor 2 Tahun 2013 tentang RTRW
Kabupaten Bone.
Penyusunan dokumen perencanaan perlu pula memperhatikan
pengarusutamaan dalam perencanaan pembangunan daerah, yaitu: (1) tata
pemerintahan yang amanah (good governance); (2) peningkatan pencapaian
standar pelaksanaan minimal (SPM) meliputi 15 urusan wajib yang targetnya
harus disusun oleh pemerintah Kabupaten Bone; (3) perencanaan dan
penganggaran yang pro-poor dan penganggaran responsif gender, serta (4)
kelestarian lingkungan dan pengurangan resiko bencana.
Amanat Selain itu, perlu diperhatikan kebijakan dan arahan Inpres No. 3
tahun 2010 tentang Program Pembangunan Nasional Berkeadilan,
mengamanatkan bahwa pemerintah daerah memberikan sumbangan dalam
rangka pencapaian Pendidikan Untuk Semua (PUS), Percepatan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Millenium (MDG`s) pada tahun 2015 dan RAD Pangan
dan Gizi maka Kabupaten Bone harus memberikan konstribusi dalam
pencapaian target-target tersebut. Gambaran kondisi pelaksanaan dan
penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang telah disusun,
antara lain sebagai berikut :

Tabel 2.45
Capaian Indikator Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan
Kabupaten Bone

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012


1 Ketersediaan dokumen
perencanaan pembangunan
daerah
1) RPJPD yang telah 1 - - - -
ditetapkan dengan Perda
2) RPJMD yang telah 1 - - - -
ditetapkan dengan Perda

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 51


No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
3) RKPD yang telah 1 1 1 1 1
ditetapkan dengan Perbup
2 Jumlah dokumen - - - - 1
perencanaan pembangunan
ekonomi
3 Jumlah dokumen 3 3 - - 2
perencanaan pembangunan
sosial budaya
4 Jumlah dokumen 1 1 1 1 2
perencanan bidang
infrastruktur
Sumber : Bappeda dan Statistik Kabupaten Bone, Tahun 2013

Sejalan dengan kebijakan peningkatan kualitas perencanaan pembangunan


daerah, pada tahun-tahun mendatang banyak dokumen perencanaan
pembangunan kepada Pemerintah Daerah di berbagai bidang pembangunan,
baik bidang ekonomi, sosial budaya dan sarana - prasarana wilayah,
sumberdaya alam dan lingkungan perlu diwujudkan.

7. Perhubungan
1. Perhubungan Darat
a. Kondisi Pelayanan Angkutan Jalan
Jumlah penumpang angkutan umum di Kabupaten Bone mengalami
peningkatan selama 5 tahun terakhir. Tahun 2008 jumlah penumpang
angkutan umum sebanyak 30.333 orang meningkat menjadi 140.317 orang
tahun 2012.

Tabel 2.46
Kondisi Pelayanan Angkutan Darat
Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Arus
Penumpangan 30.333 53.832 65.826 151.819 140.317
Angkutan Umum
Rasio ijin trayek 997 1.011 1.098 1.132 1.158
Jumlah uji kir 1.598 1.687 1.692 2.189 2.280
angkutan umum
Kepemilikan KIR 1.618 1.722 1.781 2.199 2.291
angkutan umum
Lama pengujian KIR 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan 6 Bulan
(Kelayakan
Angkutan Umum)
Biaya pengujian
kelayakan angkutan Rp.50.000 Rp.50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000 Rp. 50.000
umum
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 52


b. Kondisi Pelayanan Angkutan Sarana dan Prasarana Angkutan
Darat
Kondisi pajang jalan yang memliki trotoar di Kabupaten Bone tahun
2012 telah mencukupi dimana antara kebutuhan trotoar dengan trotoar
yang dibangun lebih besar trotoar yang terbangun. Perkembangan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.47
Panjang Jalan yang Memiliki Trotoar, Lebar Rata-Rata Trotoar,
serta Panjang Jalan yang masih perlu Dibangun Trotoar
Tahun 2012
No Status Dibutuhkan Terbangun Lebar
(Km) (Km) rata-rata
(m)
1 Jalan Nasional 3 5,0 1
2 Jalan Propinsi 3 5,0 2
3 Jalan Kabupaten/Kota 5 7,5 1
Jumlah rata-rata 11 18,0 4
Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 2013

Sementara itu untuk kondisi jumlah apil, juga menunjukan kondisi yang
dibaik dimana anatara kebutuhan apil dengan apil yang terpasang lebih bersar
yang terpasang dan semuanya dalam kondisi berfungsi dengan baik.
Selengkapnya dpat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.48
Data Jumlah Alat Pemberi Isyarat Lampu Lalu Lintas
yang dibutuhkan, terpasang dan kondisinya Tahun 2012
Kondisi (buah)
Dibutuhkan Terpasang
No Jenis lokasi Tidak
(buah) (buah) Berfungsi
Berfungsi
1 Simpang 4/lebih 5 6 6 0
2 Simpang 3 3 3 3 0
Penyeberangan
3 Jalan 3 - - -
Ruas jalan
(Lampu Kuning/
4 Warning Light 1 5 5 -
Jumlah 12 14 14 -
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 2013

Untuk kebutuhan marka jalan dalam Kota yang masih belum terpenuhi
adalah jalan kabupaten/kota dimana dari 25 km yang diperluakan baru
dilengkapi sepanjang 10 km. Meskipun demikian secara keseluruhan kondisi
marka dalam keadaan baik dan jelas. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat
pata tabel berikut :

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 53


Tabel 2.49
Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota Watampone
( Marka Jalan ) Tahun 2012
Kondisi
Sudah
Dibutuhkan
No Status dilengkapi Baik/Jelas Sedang Pudar
(km)
(km) (%) (%) (%)

1 Jalan Nasional 13,12 13,12 50 25 25


2 Jalan Propinsi 10,60 12,00 90 20 10
3 Jalan 25,00 10,00 5 5 0
Kabupaten/Kota
Jumlah 48,72 35,12 145,00 50,00 35,00
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 2013

Kebutuhan fasilitas lampu penerangan jalan yang selama ini masih kurang
berada pada jalan nasional dan provinsi dimana untuk jalan nasional
dibutuhkan 500 titik lampu, namun kondisi lampu yang terpasang baru 340
titik. Untuk jalan provinsi dari kebutuhan 400 titik lampu baru terpasang 298
titi. Perkembangan selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.50
Data Fasilitas Perlengkapan Jalan Dalam Kota
Lampu penerangan jalan

Dibutuhkan Terpasang Berfungsi


No Status
(titik lampu) (titik lampu) (titik lampu)

1 Jalan Nasional 500 340 340


2 Jalan Propinsi 400 298 298
3 Jalan Kabupaten/Kota 1.500 858 858
Jumlah 2.400 1.496 1.496
Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 2013

Kondisi rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Bone tahun 2012 menunjukan


kondisi yang kurang baik dimana anata kebutuhan rambu dengan rambu
yang terpasang masih terjadi gap yang cukup besar. Selengkapnya dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2.51
Data Fasilitas Perlengkapan Jalan dalam Kota
(Perambuan) Yang dibutuhkan dan terpasang
Kondisi
No Status Dibutuhkan Terpasang
Baik Rusak
1 Jalan Nasional 125 100 65 35
2 Jalan Propinsi 175 150 125 25
3 Jalan Kabupaten/Kota 300 250 230 20
Jumlah 600 500 420 80
Sumber : Dinas PU dan SDA Kabupaten Bone, Tahun 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 54


Terminal penumpang merupakan prasarana untuk keperluan
menurunkan dan rnenaikkan penumpang, pemindahan intra dan atau moda
tranportasi serta untuk rnengatur kedatangan dan keberangkatan
kendaraan penumpang. Kabupaten Bone memilki 1 terminal panumpang
yaitu terminal Petta PonggawaE dengan type A, dan Jumlah Terminal
Pembantu sebanyak 3 unit. Sementara itu untuk fasilitas terminal tipe A
dapat lihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.52
Data Fasilitas Terminal Petta Ponggawae

Keberadaan Kondisi
No Fasilitas Tidak Tidak
Ada Baik
ada baik
1 Pelataran kedatangan bus
2 Pelataran parkir bus
3 Kantor Terminal
4 Ruang tunggu penumpang
5 WC/toilet
6 Pelataran parkir pengunjung
7 Jalan lingkungan
8 Papan pengumuman
9 Daftar/papan tarif pertrayek
10 Daftar/papan petunjuk jurusan
11 Pelataran keberangkatan bus
12 Pelataran tunggu penumpang
13 Menara Pengawas
14 Kafetaria
15 Mushola
16 Ruang perwakilan agen
17 Taman/penghijauan
Sumber : Dinas Perhubungan Kabupaten Bone, Tahun 2013

Penyelenggaraan angkutan umum jalan raya di Kabupaten Bone dapat dibagi


dalam 4 kelompok, yaitu:
Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP),
Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP),
Angkutan Lokal yang berupa Angkutan Kota (ANGKOT)
Angkutan Pedesaan ( ANGDES)

c. Kondisi Pelayanan Pengujian Kendaran Bermotor


Kabupaten Bone memiliki 1unit pengujian kendaraan bermotor, yang
memiliki populasi kendaraan wajib uji sebanyak 1.571 kendaraan wajib uji.

2. Angkutan Laut
Angkutan Laut (Kapal) salah satu sarana Transportasi masyarakat antar pulau
untuk memperlancar perekonomian masyarakat dengan menggunakan kapal laut.
Dalam rangka pergerakan Angkutan Laut untuk dapat menunjang mendorong
pertumbuhan perdagangan lokal antar pulau maupun antar Negara dengan
ditunjang pelabuhan laut yang ada sehingga dapat digunakan untuk melayani
kegiatan Angkutan Laut atau penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 55


Salah satu penunjang angkutan laut tentunya pelabuhan utnuk menunjang
kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal dan barang serta
perpindahan antar moda transportasi, serta memberikan pelayanan kepada
masyarakat sekaligus memberikan kontribusi PAD kepada Pemerintah Daerah.
Adapun gambaran singkat Pelabuhan yang ada di Kabupaten Bone
diantaranya:
1. Pelabuhan penyeberangan ASDP dikelolah oleh Pusat (PT.ASDP) terletak di
Kelurahan Bajoe Kec. Tanete Riattang Timur Kab. Bone
2. Pelabuhan Pattiro Bajo (PR) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di
Desa Pattiro Sompe Kec. Sibulue Kab. Bone
3. Pelabuhan Uloe (PL) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di Desa Uloe
Kec. Dua Boccoe Kab. Bone
4. Pelabuhan Tuju-Tuju (PR) dikelolah oleh Pusat (Dirjen Hubla) terletak di Desa
Tarasu Kec. Kajuara Kab. Bone
5. Pelabuhan Kading (PL) dikelolah oleh Pemerintah Daerah Dinas Perhubungan
Kabupaten Bone terletak di Desa Kading Kec. Barebbo Kab. Bone
6. Pelabuhan Waetuo masih alami Tradisionil) terletak di Kelurahan Waetuo Kec.
Tanete Riattang Timur Kab. Bone
7. Pelabuhan Cenrana masih alarni (Tradisionil) terletak di Kelurahan Cenrana
Kec. Cenrana Kab. Bone
8. Pelabuhan Lapongkong masih alami (Tradisionil) terletak di Desa Malimongeng
Kec. Salomekko Kab. Bone
9. Pelabuhan Pallime masih alami (Tradisionil) terletak di Desa Pallime Kec.
Cenrana Kab. Bone

3. Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan


- Sungai : Sungai walannae Cenrana mengalir dari danau Tempe ke arah
timur menuju muara di Teluk Bone panjang + 69 km, lebar sungai rata - rata
40 - 50 meter
Pelabuhan penyeberangan Bajoe yang dikelola oleh PT. ASDP
mengoperasikan 9 Kapal Roro yaitu :
1. KR. Merak (Pemilik Kapal PT. ASDP)
2. KR. Tuna (Pemilik Kapal PT. ASDP)
3. KR. Kota Bumi (Pemilik kapal PT. Jemla Ferry)
4. KR. Mishima (Pemilik kapal PT. Jemla Ferry)
5. KR. Muchlisa (Pemilik kapal PT. Bukaka Lintas Tama)
6. KR. Poncan Moale (Pemilik kapal PT. ASDP)
7. KR. Marina Terteira (Pemilik kapal PT. Jembatan Madura)
8. KR. Reny II (Pemilik kapal PT. Jembatan Madura)
9. KR. Kota Muna (Pemilik kapal PT. Juli Rahayu)
Kepadatan angkutan perbulan :
- Pejalan kaki 10.259 orang
- Diatas kendaraan 17.659 orang
Jumlah 27.918 orang
- Kendaraan roda 2 : 1.324 buah
- Kendaraan roda 4 : 4.116 buah

4. Angkutan Udara
Transportasi Udara yang cepat,aman dan nyaman sangat dibutuhkan
masyarakat kabupaten Bone. Kabupaten Bone telah memiliki jaringan
transportasi darat dan laut. Peran dan kedudukannya sebagai pusat
perdagangan barang dan jasa sehingga transportasi udara sebagai komplemen

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 56


dari sistim angkutan darat dan laut yang telah berkembang, untuk itu
pemerintah Kabupaten Bone membangun Bandar Udara sebagai langkah
mengembangkan transportasi udara sesuai dengan tingkat kebutuhan wilayah.
Bandar udara sebagai program dalam penyelenggaraan penerbangan sehingga
pemerintah kabupaten Bone membangun Bandar Udara mulai tahun 2007
dengan luas lahan 60 Ha. Bandara Mappalo Ulaweng Kabupaten Bone mulai
beroperasi 18 April 2013. Bandara Mappalo Ulaweng terletak di Desa Mappalo
Ulaweng Kecamatan Awangpone.
Jarak dari Provinsi ke bandara 183 km, jarak kabupaten ke bandara
10 km, jarak dari Kab/kota kecamatan 2,5 km. luas lahan 60 Ha.
Pembangunan disisi udara antara lain landasan pacu 900m x 23m, appron
70x80 m, taxiway 99,5 km x 15m. Sisi darat terminal 120m2, bangunan gedung
PKP-PK 70m2, jalan akses sementara masuk bandara 300m x 3 m. Lahan
parkiran 30 mx 60 m. Saat ini maskapai penerbangan yang baru masuk ke
melayani penerbangan di Bandara Mappalo Ulaweng baru Susi Airlines. Rute
penerbangan yang dilalui makasar-bone dan Bone-kolaka-kendari
Rencana Pembangunan kedepan. Pembangunan landasan pacu 1400
m, pembangunan tower Air Traffic Control 100m2, Pembangunan akeses jalan
ke bandara 500m x23 m, Rencana Pembangunan Sarana dan Prasarana,
penyedian rambu, kendaraaan oprasial, pembangunan rumah ibadah,
pengaspalan akses jalan masuk pembangunan pintu gerbang, pembangunan
pagar lokasi bandara, bangunan meteorologi 240 m2, bangunan Kantor 120m2,
pembanguan rumah dinas tipe 72 7 unit dan tipe 45 sebanyak 15 unit, tipe 36
sebanyak 27 unit, terminal kargo 200m2, taxi pengemudi 300 m2, kantin
karyawan 20 m2, pos penjagaan 100m2, bangunan serbaguna 200m, bangunan
operasi 140 m2.

8. Lingkungan Hidup
Capaian kinerja Pembangunan Lingkungan Hidup Kabupaten Bone dalam
kurun waktu lima tahun (2008-2012) menunjukkan peningkatan, baik dalam
pencegahan pencemaran air, tanah maupun udara dan pencegahan kerusakan
lingkungan; penghijauan dalam rangka pelestarian sumber-sumber mata air;
perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan; pelestarian ekosistem pesisir;
pengembangan ruang terbuka hijau; maupun pengelolaan sampah melalui
sistem 3R (Reuse, Reduce and Recycle). Cakupan pelayanan pencegahan
pencemaran air pada tahun 2012 mencapai 75,00%, masih lebih rendah dari
target SPM sebesar 100% pada tahun 2013. Capaian pelayanan tindak lanjut
pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup telah mencapai 100% pada tahun 2012, lebih tinggi dari
target SPM sebesar 90%. Kondisi serupa juga terjadi pada indikator
pemantauan pencemaran status mutu air yang telah mencapai 100%.
Sementara itu cakupan penegakan hukum lingkungan baru mencapai 67,00%
pada tahun 2012, disebabkan beberapa kasus masih dalam proses hukum.
Terkait pelayanan pencegahan pencemaran udara, Pelayanan pencegahan
pencemaran udara dari sumber tidak bergerak capaiannya masih rendah, yaitu
baru mencapai 22,00% pada tahun 2012, jauh lebih rendah dari target SPM
sebesar 100%.
Penghijauan dalam rangka pelestarian sumber-sumber mata air capaiannya
masih rendah, terlihat dari indikator cakupan penghijauan wilayah rawan
longsor dan Sumber Mata Air sebesar 28,00% pada tahun 2012. Terkait
perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan, cakupan pengawasan terhadap
pelaksanaan AMDAL di Kabupaten Bone mencapai sebesar 100%, sedangkan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 57


cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL-UPL masih kurang, yaitu baru
mencapai sebesar 60,00%.
Kinerja pelestarian ekosistem pesisir di Kabupaten Bone terlihat dari luas
kerusakan kawasan mangrove yang cukup tinggi, yaitu mencapai sebanyak
745,00 hektar pada tahun 2012. Terkait ketersediaan ruang terbuka hijau,
capaian persentase luas Ruang Terbuka Hijau wilayah perkotaan di Kabupaten
Bone sebesar 15,00 ha. Sampai dengan tahun 2012 pelayanan informasi status
kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa belum diketahui
capaiannya, karena belum ada penetapan kawasan produksi biomassa. Terkait
pengelolaan sampah, persentase volume sampah perkotaan yang terkelola
melalui 3R sebesar 3,00%.
Perkembangan kinerja pelayanan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Bone
dalam kurun waktu lima tahun (2008-2012) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.53
Kinerja Pelayanan Badan Lingkungan Hidup Daerah
Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

Indikator Kinerja sesuai Tugas Realisasi Capaian Tahun ke-


No
dan Fungsi SKPD 2008 2009 2010 2011 2012
1 Pelayanan pencegahan pencemaran 55,00 60,00 56,00 71,00 75,00
air (%)
2 Pelayanan tindak lanjut pengaduan 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
masyarakat akibat adanya dugaan
pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup (%)
3 Pencemaran status mutu air (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
4 Penegakan hukum lingkungan (%) 60,00 66,67 100,00 80,00 67,00
5 Pelayanan pencegahan pencemaran 20,00 20,00 20,00 21,00 22,00
udara dari sumber tidak bergerak (%)
6 Cakupan penghijauan wilayah rawan 4,00 10,00 16,00 22,00 28,00
longsor dan Sumber Mata Air (%)
7 Cakupan pengawasan terhadap 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
pelaksanaan AMDAL (%)
8 Cakupan pengawasan terhadap 40,00 45,00 50,00 55,00 60,00
pelaksanaan UKL-UPL (%)
9 Luas kerusakan kawasan mangrove 495,00 545,00 595,00 695,00 745,00
(ha)
10 Persentase luas Ruang Terbuka Hijau 3,00 6,00 9,00 12,00 15,00
wilayah perkotaan (ha)
11 Pelayanan informasi status kerusakan 0 0 0 0 0
lahan dan/atau tanah untuk produksi
biomassa (%)
12 Persentase volume sampah perkotaan 0,50 1,00 1,50 2,00 3,00
yang terkelola melalui 3R (%)
Sumber : BLHD Kabupaten Bone, Tahun 2013

Terdapat beberapa tantangan atau ancaman yang dihadapi berkaitan dengan


pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bone. Pertama ancaman
pencemaran lingkungan akibat peningkatan aktivitas perekonomian masyarakat,
diantaranya oleh aktivitas industri, aktivitas rumah tangga (domestik), dan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 58


pertanian dengan adanya pemakaian pupuk anorganik dan pestisida.
Pembangunan industri menghasilkan limbah cair, gas dan padatan yang dapat
memberikan dampak negatif terhadap lingkungan air, udara dan tanah. Kedua,
degradasi hutan, lahan dan sumber-sumber mata air. Kerusakan lahan di
Kabupaten Bone ditandai dengan semakin luasnya lahan-lahan yang tidak
produktif atau lahan kritis yang diakibatkan oleh pembukaan lahan pada daerah
kemiringan, penambangan bahan galian secara liar (Penambangan Tanpa
Ijin/PETI), dan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air. Ketiga, degrasi pesisir dan laut yang ditandai oleh
adanya kerusakan ekosistem mangrove. Kawasan mangrove di pesisir Teluk
Bone Kabupaten Bone sepanjang 138 km, sebagian besar mengalami kerusakan
yang parah. Kerusakan tersebut disebabkan oleh konversi hutan mangrove
menjadi areal tambak, permukiman/persawahan, dan penggunaan lainnya.
Keempat perubahan iklim yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan hidup
dan dapat menjadi ancaman terjadinya bencana alam.

9. Pertanahan
Pembangunan urusan pertanahan mencakup administrasi pertanahan,
penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
penyelesaian konflik-konflik pertanahan, dan pengembangan sistem informasi
pertanahan. Pembangunan pertanahan diarahkan untuk menjamin kepastian
hukum akan penggunaan tanah untuk berbagai kepentingan, baik yang bersifat
kepentingan pribadi, keperluan usaha, maupun kepentingan umum.
Luas lahan bersertifikat di Kabupaten Bone pada tahun 2008-2012 mengalami
peningkatan dari sebanyak 75.598 bidang pada tahun 2008, menjadi 81.825
bidang pada tahun 2012. Persentase luas petak lahan yang bersertifikat pada
tahun 2008 sebesar 12,08%, tahun 2012 meningkat menjadi 13,07%. Jumlah
petak tanah bersertifikat hak milik mengalami peningkatan dari sebanyak 2.057
sertifikat pada tahun 2008, menjadi 3.923 petak pada tahun 2012. Tanah
bersertifikat hak pakai juga meningkat dari sebanyak 1 petak pada tahun 2008
menjadi sebanyak 7 petak pada tahun 2012. Sementara itu petak tanah Hak
Guna bangunan mengalami penurunan dari sebanyak 40 petak pada tahun 2008
menjadi sebanyak 2 petak. Rincian indikator kinerja terlihat pada tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.54
Indikator Kinerja Urusan Pertanahan
Kaupaten Bone
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012
a. Luas lahan bersertifikat 75.598 77.848 79.958 80.248 81.825
(ha/bidang)
Persentase luas lahan 12,08 12,44 12,77 12,82 13,07
bersertifikat (%)
b. Jumlah petak lahan
bersertifikat (petak)
Hak milik 2.057 1.373 2.047 2.140 3.923
Hak Pakai 1 3 6 160 7
Hak Guna Bangunan 40 74 43 8 2
c. Penyelesaian kasus tanah 0 0 1 1 2
Negara
d. % Penyelesaian izin 0 0 0 0 0
lokasi
Sumber: Badan Pertanahan Negara Kabupaten Bone, 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 59


Jumlah tanah asset pemerintah Kabupaten Bone cukup banyak, namun yang
tersretifikasi masih relative sedikit. Gambaran jumlah tanah Pemerintah
Kabupaten Bone yang bersertifikai adalah sebagai berikut:

Tabel 2.55
Perkembangan Jumlah Asset Pemerintah Kabupaten Bone
Yang sudah bersertifikat
Tahun 2008 2012

Jumlah tanah Asset Jumlah tanah Asset


No. Tahun Pemda (persil) Pemda yang bersertifikat Persentase (%)
(persil)
1. 2008 1714 232 13,54
2. 2009 1482 0 0
3. 2010 1482 150 10,12
4. 2011 1332 0 0
5. 2012 1332 0 0
Sumber: Bagian Keagrariaan Setda Kabupaten Bone

10. Kependudukkan dan Catatan Sipil


Administrasi kependudukan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 23
Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan
penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi
kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan public dan
pembangunan sector lain. Administrasi Kependudukan memiliki peran penting
bagi masyarakat dalam rangka mendapatkan pelayanan kebutuhan dasar
sebagai warga Negara Indonesia.
Cakupan penerbitan Kartu Keluarga di Kabupaten Bone dalam kurun waktu
2008-2012 secara umum memiliki kinerja yang baik. Hal tersebut terlihat dari
capaian indikator cakupan penerbitan KK dalam kurun waktu tersebut yang
cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2008, cakupan penerbitan KK
mencapai 2.316 meningkat menjadi 9.539 pada tahun 2009. Kenaikan juga
terjadi pada tahun 2010 dan 2011 yaitu secara berturut-turut naik menjadi
13.171 dan 16.332. Pada tahun 2012, cakupan penerbitan KK menurun menjadi
3.863.
Kartu Tanda Penduduk, selanjutnya disingkat KTP menurut UU nomor 23
Tahun 2006, adalah identitas resmi Penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan
oleh Instansi Pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. KTP berguna sebagai bukti resmi identitas diri sebagai
syarat kelengkapan administrasi dalam mengurus berbagai kepentingan dan hak
sebagai Warga Negara Indonesia dalam mendapatkan pelayanan dasar.
Cakupan penerbitan E-KTP di Kabupaten Bone hingga tahun 2012 mencapai
79,72% dari total penduduk yang terdaftar dalam SIAK Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil. sebanyak 20,28% wajib KTP yang tidak mendaftarkan diri
dalam perekaman E-KTP merupakan masyarakat yang berada pada daerah
pedalaman, dan sebagian lainnya dikarenakan bekerja di luar kota.
Cakupan penerbitan Akta Kelahiran di Kabupaten Bone dalam kurun waktu
2008-2012 cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Pada tahun
2008, cakupan penerbitan akta kelahiran adalah sebesar 11.281, meningkat
menjadi 13.690 pada tahun 2009 dan 14.061 pada tahun 2010. Kenaikan yang
cukup tajam terjadi pada tahun 2011 dimana cakupan penerbita Akta Kelahiran

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 60


mencapai 38.500 dan kembali mengalami peningakatan menjadi 45.502 pada
tahun 2012. Untuk mengetahui perkembangan cakupan penerbitan adminduk di
Kabupaten Bone, kita dapat melihat tabel yang ada di bawah ini :

Tabel 2.56
Cakupan Penerbitan KTP, KK dan Akta Kelahiran
di Kabupaten Bone Tahun 2008-2012
No Indikator Kinerja 2008 2009 2010 2011 2012
1 Cakupan Penerbitan 2.316 9.539 13.171 16.332 13.863
Kartu Keluarga
2 Cakupan Penerbitan - 9.408 - 30.000 445.981
Kartu Tanda Penduduk
- Laki-laki - 4.516 - 16.000 21.407
- Perempuan - 4.892 - 14.000 42.457
3 Cakupan Penerbitan 11.281 13.690 14.061 38.500 45.502
Kutipan Akta Kelahiran
- Laki-laki 54.148 6.571 6.749 18.480 21.840
- Perempuan 42.867 7.119 7.312 20.020 23.662
Sumber : Dinas Kependudukan dan Capil Kabupaten Bone, Tahun 2013

11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Bone masih sangat
tinggi. Hal tersebut terlihat dari jumlah kekerasan yang terjadi di Kabupaten
Bone dalam rentang waktu 2008-2012 cenderung mengalami kenaikan. Jumlah
kekerasan di Kabupaten Bone pada tahun 2008 tercatat sebanyak 77 kasus,
mengalami kenaikan pada tahun 2009 menjadi 92 kasus dan kembali meningkat
pada tahun 2010 sebanyak 102 kasus. Kasus kekerasan mengalami penurunan
pada tahun 2011 yaitu sebanyak 82 kasus namun kembali mengalami kenaikan
yang cukup signifikan pada tahun 2012 menjadi 98 kasus. Jenis kekerasan yang
sering terjadi adalah KDRT, yaitu sebanyak 173 kasus dalam kurun waktu 2008-
2012, disusul kemudian oleh penganiayaan (139 kasus) dan pemerkosaan (87
kasus). Untuk mengetahui perkembangan jumlah kekerasan yang terjadi di
Kabupaten Bone berdasarkan jenis kekerasan yang terjadi dapat kita lihat pada
tabel yang berada di bawah ini:

Tabel 2.57
Jumlah Kekerasan berdasarkan Jenis Kekerasan
No Jenis Kekerasan 2008 2009 2010 2011 2012
1 KDRT 37 27 31 34 44
2 Pemerkosaan 11 16 20 19 21
3 Pencabulan 8 9 7 10 8
4 membawa lari anak di bawah
3 1 3 - 3
umur
5 Penganiayaan 18 39 41 19 22
Total 77 92 102 82 98
Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 2013
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menurut UU nomor 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau
penelantaranrumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 61


pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam
lingkup rumah tangga (Pasal 1 Butir 1). KDRT yang tercatat oleh Kantor
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kabupaten Bone
cenderung meningkat dalam kurun waktu 2008-2012. Jumlah KDRT pada tahun
2008 adalah sebanyak 37 kasus menurun menjadi 27 pada tahun 2009 dan
mengalami kenaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011, jumlah kasus KDRT
kembali mengalami kenaikan menjadi 34 kasus dan kembali naik pada tahun
2012 menjadi 44 kasus. Meningkatnya jumlah kasus penemuan KDRT di
Kabupaten Bone bukan merupakan sebuah kemunduran kinerja dari pemerintah,
akan tetapi merupakan sebuah akibat dari keterbukaan masyarakat terhadap
fenomena KDRT. Latar belakang terjadinya KDRT antara lain disebabkan oleh
faktor ekonomi dan kesalahpahaman antar anggota keluarga.

Tabel 2.58
Jumlah KDRT berdasarkan Jenis KDRT
Jenis KDRT 2008 2009 2010 2011 2012
KDRT (fisik) 30 - - 10 31
KDRT (penelataran keluarga) 5 12 21 19 11
KDRT (psiskis) 2 15 10 3 -
KDRT ( Seksual) - - - 2 2
Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 2013

Meningkatnya jumlah kasus KDRT di Kabupaten Bone berbanding lurus


dengan capaian rasio KDRT. Pada tahun 2008 rasio KDRT adalah sebesar 0,05%
mengalami kenaikan menjadi 0,07% pada tahun 2009 dan bertahan hingga
tahun 2012.
Cakupan penyelesasian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari
tindakan kekerasan di Kabupaten Bone pada tahun 2008-2012 dapat
dikategorikan kedalam kondisi baik meskipun cenderung mengalami penurunan.
Pada tahun 2008, cakupan pelayanan penyelesaian pengaduan adalah sebesar
100% begitupula pada tahun 2009 sebesar 100%. Pada tahun 2010 cakupan
penyelesaian pengaduan menurun menjadi 90,47% dan kembali mengalami
penurunan menjadi 90,35% pada tahun 2008. Cakupan penyelesaian
pengaduan perlindungan perempuan dan anak kembali mengalami kenaikan
pada tahun 2012 yaitu sebesar 93,46%.

Tabel 2.59
Indikator Kinerja Kantor Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Kabupaten Bone Tahun 2008-2013

No Indikator Kinerja 2008 2009 2010 2011 2012


1 Rasio KDRT 0,05 0,07 0,07 0,07 0,07
2 Penyelesaian Pengaduan 100% 100% 90,47% 90,35% 93,46
perlindungan perempuan
dan anak dari tindakan
kekerasan
Sumber : KPP & PA Kabupaten Bone, Tahun 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 62


12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan keluarga berencana dan
keluarga sejahtera selama periode 2008-2013 pada masing indikator
sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel 2.60
Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan KB dan KS

Target Tahun
No. Indikator Kinerja
SPM 2008 2009 2010 2011 2012
1 2 3 11 12 13 14 15
1 Cakupan Pasangan Usia Subur 3,5 % 4.29 3.91 3.91 3.57 3.16
yang istrinya dibawah usia 20
tahun
2 Cakupan sasaran Pasangan Usia 65% 65.27 69.83 68.29 71.27 70.64
Subur menjadi Peserta KB Aktif
3 Cakupan Pasangan Usia Subur 5% 25.46 21.97 33.2 21.49 21.32
yang ingin ber KB tidak
terpenuhi (Unmet Need)
4 Cakupan Anggota Bina Keluarga 100% 0 0 0 0 69.88
Balita (BKB)
5 Cakupan PUS Peserta KB 100% 0 0 0 0 80.07
Anggota UPPKS yang ber KB
6 Ratio Petugas Lapangan 1:02 0 0 7 6 7
KB/Penyuluh KB (PLKB/PKB) 1
petugas di setiap 2(dua)
Desa/Kelurahan
7 Ratio PPKBD 1 petugas di setiap 1:01 1 1 1 1 1
Desa/Kelurahan
8 Cakupan Penyediaan alat dan 30% 0 0 0 0 0
obat kontrasepsi untuk
memenuhi permintaan
masyarakat setiap tahun
9 Cakupan Penyediaan informasi 100% 100 100 100 100 100
data mikro keluarga di setiap
Desa/Kelurahan
10 Rata-rata jumlah anakper 0 3 3 3 3 3
keluarga
11 Ratio akseptor KB 0 60.66 64.16 63.64 65.3 64.69
12 Keluarga Pra Sejahtera dan KS.1 0 34.56 34.66 30.25 30.07 29.53
13 Cakupan peserta KB Aktif 0 65.27 69.83 68.29 71.27 70.64
14 Cakupan Toga yang terlatif 0 10.84 10.84 10.84 10.84 11.1
program KB
15 Cakupan Toma yang terlatif 0 74.25 74.25 74.25 74.25 74.25
program KB
% target PIK Remaja yang 48 48 88 60 60
terbentuk dibandingkan jumlah
PIK Remaja yang terbentuk
Sumber : BKB&KS Kabupaten Bone, Tahun 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 63


13. Sosial
Kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, yaitu kondisi terpenuhinya
kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak
dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya. Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah,
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar,
yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan
perlindungan sosial.
Pendirian sarana sosial merupakan salah satu upaya yang bisa dilakukan
untuk mengatasi permasalahan sosial. Kabupaten Bone sejak tahun 2008-2012
hanya memiliki 3 panti asuhan, hal ini tentu tidak seimbang dengan jumlah anak
yang memiliki masalah sosial yang berjumlah sebanyak 49.857 anak. Selain itu
sarana sosial lain seperti panti jompo dan panti rehabilitasi belum terdapat di
Kabupaten Bone. Sementara jumlah lanjut usia terlantar tahun 2012 sebanyak
168 orang.
Berikut ini adalah tabel perkembangan kinerja urusan sosial selama kurun
waktu tahun 2008-2012.

Tabel 2.61
Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi
Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) Tahun 2008 2012

NO. JENIS PMKS 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Sarana Sosial seperti Panti


a. Asuhan, Panti Jompo dan Panti
Rehabilitasi
1) Panti Asuhan 4 4 3 3 3
2) Panti Jompo 0 0 0 0 0
3) Panti Rehabilitasi 0 0 0 0 0
Jumlah Penyandang Masalah
b.
Kesejahteraan Sosial (PMKS)
1) Anak Balita Terlantar (ABT) 0 0 0 0 38
2) Anak Terlantar (AT) 0 0 0 0 48.959
3) Anak Nakal 0 0 0 0 21
4) Anak Jalanan 0 0 0 0 13
5) Anak dengan kedisabilitasan (AKD/Cacat) 0 0 0 0 826
6) Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) 0 0 0 0 0
Wanita yang menjadi Korban Tindak 0 0 0 0 0
7)
Kekerasan
8) Lanjut Usia Terlantar 0 0 0 0 168
Lanjut Usia yang menjadi Korban Tindak 0 0 0 0 0
9)
Kekerasan atau Diperlakukan Salah
10) Penyandang Cacat 0 0 3.353 3.605 2.887

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 64


NO. JENIS PMKS 2008 2009 2010 2011 2012

Penyandang Cacat Bekas Penderita 500 500 500 500 500


11)
Penyakit Kronis
12) Tuna Susila 0 0 0 0 56
13) Pengemis 5 5 10 17 23
14) Gelandangan 3 3 4 4 5
15) Bekas Narapidana 0 0 306 0 351
16) Korban Penyalahgunaan NAPZA 0 0 0 0 74
17) Fakir Miskin (FM) 0 0 85.891 85.891 85.891
18) Keluarga Berumah tak Layak Huni 0 0 0 0 0
Keluarga yang Bermasalah Sosial 0 0 0 0 5
19)
Psikologis
20) Keluarga Rentan 0 0 0 0 0
21) Korban Bencana Alam 0 0 0 317 300
22) Korban Bencana Sosial 0 0 0 580 490
Jumlah Kelembangan Sosial
c.
Masyarakat
1) Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) 1.539 1.539 1.539 1.539 1.539
2) Organisasi Sosial/Yayasan 0 0 0 0 0
3) Organisasi Sosial Embrional 0 0 0 0 0
4) Organisasi Sosial Desa 0 0 0 0 0
5) Karang Taruna (KT) 372 372 372 372 372
6) Wanita Pemimpin Pendayagunaan Sosial 0 0 0 0 0
7) Dunia Usaha 56 56 56 56 56
JUMLAH
Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Bone, 2013

Dalam mencapai pelayan minimal kepada masyarakat telah disusun


Peraturan Menteri Sosial Nomor: 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Sosial Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Dalam SPM ini terdapat tujuh indikator yang harus dicapai pada 2015. Target
capai SPM bidang sosial Kabupaten Bone yang telah tercapai ada 1 indikator
yaitu (1) Persentase (%) korban bencana skala kabupaten /kota dalam 1 (satu)
tahun yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat.. Sementara
capaian target SPM yang belum tercapai ada 6 indikator yaitu Persentase (%)
PMKS dalam 1 (satu) tahun yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan
kebutuhan dasar; (2) Persentase (%) jumlah PMKS dalam 1 (satu) tahun
skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya;
(3) Persentase (%) panti sosial skala kabupaten/ kota dalam 1 (satu) tahun
yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; (4)
Persentase (%) Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKBSM)
dalam 1 (satu) tahun yang menyediakan sarana prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial; (5) Persentase (%) korban bencana skala kabupaten/kota
yang dievakuasi dengan menggunakan sarana prasarana tanggap darurat
lengkap dalam 1 (satu) tahun; (6) Persentase (%) penyandang cacat fisik dan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 65


mental, serta lanjut usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial
dalam 1 (satu) tahun. Capaian SPM bidang sosial Kabupaten Bone sampai
dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.62
Pencapaian SPM Bidang Sosial Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012
Target
No. SPM Bidang Sosial 2008 2009 2010 2011 2012 SPM
(2015)
PELAKSANAAN
PROGRAM/KEGIATAN BIDANG
SOSIAL
1. Persentase (%) PMKS dalam 1 0,19 7 31,8 18 18,5 80
(satu) tahun yang memperoleh 1
bantuan sosial untuk
pemenuhan kebutuhan dasar
2. Persentase (%) jumlah PMKS 0,19 7 31,8 18 18,5 80
dalam 1 (satu) tahun skala 1
kab/kota yang menerima
program pemberdayaan sosial
melalui Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) atau
kelompok sosial ekonomi
sejenis lainnya
PENYEDIAAN SARANA DAN
PRASARANA SOSIAL
1. Persentase (%) panti sosial 90 90 75 75 75 80
skala kabupaten/ kota dalam 1
(satu) tahun yang
menyediakan sarana
prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial.
2. Persentase (%) Wahana 11 13 13 18 21 60
Kesejahteraan Sosial Berbasis
Masyarakat (WKBSM) dalam 1
(satu) tahun yang
menyediakan sarana
prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial
PENANGGULANGAN KORBAN
BENCANA
1. Persentase (%) korban 77 79 79 80 80 80
bencana skala kabupaten
/kota dalam 1 (satu) tahun
yang menerima bantuan sosial
selama masa tanggap darurat.
2. Persentase (%) korban 70 70 70 70 75 80
bencana skala kabupaten/kota
yang dievakuasi dengan
menggunakan sarana

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 66


Target
No. SPM Bidang Sosial 2008 2009 2010 2011 2012 SPM
(2015)
prasarana tanggap darurat
lengkap dalam 1 (satu) tahun
PELAKSANAAN DAN
PENGEMBANGAN JAMINAN
SOSIAL
1. Persentase (%) penyandang 0 0 0 0 0 40
cacat fisik dan mental, serta
lanjut usia tidak potensial yang
telah menerima jaminan sosial
dalam 1 (satu) tahun.
Sumber : Dinas Sosial Kabupaten Bone, 2013

14. Ketenagakerjaan
Seiring dengan perkembangan penduduk, bahwa jumlah Penduduk
Kabupaten Bone berdasarkan BPS Tahun 2011 sebanyak 724.905 jiwa, yang
terdiri dari Laki-Laki sebanyak 345.394 jiwa dan 379.511 perempuan, sedangkan
Angkatan Kerja Tahun 2012 sebanyak 333.803 jiwa dan pengangguran
sebanyak 11.715 orang.
Masalah Ketenagakerjaan saat ini samakin kompleks dan multidimensional
dimana pada satu sisi terdapat pertumbuhan angkatan kerja yang masih cukup
tinggi, sedangkan pada sisi lain perluasan kesempatan kerja belum memadai,
sehingga mengakibatkan meningkatanya jumlah pengangguran, hal ini
merupakan penghambatan program pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan
rakyat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar dan lapangan kerja
sangat terbatas.
Oleh karena itu masalah ini tidak cukup untuk dihadapi oleh pemerintah saja,
walaupun demikian peran yang dimainkan oleh pemerintah dapat sangat
menentukan melalui pembangunan yang secara sadar dan konsistensi dirancang
berbasis ketenagakerjaan bagi investasi.
Lapangan kerja mayoritas masyarakat Kabupaten Bone sekarang ini, masih
bergerak di sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan rakyat dan
perikanan tradisional. Terbatasnya kuantitas dan kualitas Lapangan Kerja seperti
itu, membatasi pula kesempatan kerja bagi masyarakat. Oleh karena itu, ke
depan diperlukan upaya-upaya pengembangan kesempatan kerja, utamanya di
sektor industri, kepariwisataan dan usaha-usaha pengembangan sistem
perikanan modern seperti pemeliharaan komoditas ikan yang bernilai eksport
tinggi di sepanjang kawasan-kawasan pantai kabupaten Bone. Selain itu, terlihat
pula bahwa di lingkungan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian
tanaman pangan dan perkebunan, perlu pula didukung oleh ketersedian
kebutuhan pokok yang mudah di dapat, mudah terjangkau dalam mendorong
laju pertumbuhan produksi padi, plawija, komoditas perkebunan dan
perikanan yang bernilai eksport tinggi .
Pelayanan umum berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara ( MENPAN ) Nomor 81 tahun 1993, Yaitu segala bentuk
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di
Daerah dan lingkungan Badan Usaha pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang
undangan. Gambaran tentang pencapian target kinerja pelayanan dasar Tenaga
Kerja dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 67


Tabel 2.63
Pencapaian Kinerja Pelayanan Ketenagakerjaan Kabupaten Bone

Indikator Kinerja sesuai Tugas


NO dan Fungsi SKPD Dinas Tenaga Target Realisasi Capaian Tahun ke-
Kerja dan Transmigrasi SPM
Kabupaten Bone 2008 2009 2010 2011 2012
SPM Bidang Ketenagakerjaan
1 Pelayanan Pelatihan Kerja
a. Besaran tenaga kerja yang
mendapat pelatihan berbasis 75% 5,11% 5,11% 12,35% 27,15% 24,11%
Kompetensi
b. Besaran tenaga kerja yang
mendapat pelatihan berbasis 60% 3,83% 7,52% 3,71% 6,79% 11,57%
masyarakati
c. Besaran tenaga kerja yang
mendapat pelatihan 60% 0,80% 1,17% 1,54% 0% 1,21%
kewirausahaan
Pelayanan Penempatan Tenaga
2
Kerja
* Besaran Pencaker yang
70% 14,7% 9,8% 16,3% 16,6% 16,5%
terdaftar yang ditempatkan
3 Pelayanan Hubungan Industrial
* Besaran kasus yang
diselesaikan dengan Perjanjian 50% 100% 100% 0% 80% 33,3%
Bersama
Pelayanan Kepesertaan
4
Jamsostek
* Besaran Pekerja/Buruh yang
menjadi peserta program 50% 19,9% 21,68% 25,63% 33,73% 37,52%
Jamsostek
Pelayanan Pengawasan
5
ketenagakerjaan
a. Besaran pemeriksaan
45% 38,73% 30,21% 25,78% 28,16% 28,46%
perusahaan
b. Besaran pengujian peralatan
50% 1,11% 2,43% 3,69% 3,20% 1,17%
di perusahaan
6 Angka partisipasi angkatan kerja 323583 324189 325112 308168 322088
Angka sengketa pengusaha-
7 2 1 1 5 3
pekerja per tahun
Tingkat partisipasi angkatan
8 67,73% 70,36% 64,67% 56,60% 62,05%
kerja
9 Pencari kerja yang ditempatkan 185 210 212 235 274
10 Tingkat pengangguran terbuka 8,27% 5,59% 4,29% 3,70% 3,51%
Perselisihan buruh dan
11 pengusaha terhadap kebijakan 2 1 1 4 2
pemerintah daerah
12 Target MDGs
a. Rasio kesempatan kerja
296830 306120 311189 315630 310373
terhadap penduduk usia 15

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 68


Indikator Kinerja sesuai Tugas
NO dan Fungsi SKPD Dinas Tenaga Target Realisasi Capaian Tahun ke-
Kerja dan Transmigrasi SPM
Kabupaten Bone 2008 2009 2010 2011 2012
tahun ke atas

b. Proporsi tenaga kerja yang


berusaha sendiri dan pekerja
117786 112792 123788 123385 132605
bebas keluarga terhadap total
kesempatan kerja
Rasio penduduk yang bekerja 296830 306120 311189 315630 310373
Sumber : Disnaker Kabupaten Bone, tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa beberapa aspek pelayanan


seperti halnya Hubungan Industrial, dapat dikatakan berhasil pencapaian. Hal
ini, disebabkan target realisasi melebihi target capaian Standar Pelayanan
Minimal. Namun hal ini terdapat pula beberapa aspek pelayanan yang tidak
tercapai seperti Pelayanan Kerja, Pelayanan Kepesertaan Jamsostek, Pelayanan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan Pelayanan Penempatan Tenaga Kerja. Dari
capaian target yang terpenuhi terdapat beberapa faktor pendukung dan
penghambat.
Faktor pendukungnya yaitu terdapatnya Sumberdaya pelatihan yang
memadai, tingginya minat pencari kerja untuk mengikuti program-program
pelatihan ketenagakerjaan Kabupaten Bone. Adapun faktor yang menghambat
pelaksanaan program tersebut adalah sumber dana yang masih terbatas,
lemahnya pengawasan ketenagakerjaan yang dikarenakan minimnya tenaga
pengawas. Tidak terdapatnya gap disebabkan karena belum dimilki target
capaian Standar pelayanan minimal ketenagakerjaan serta standar capaian
SKPD tahun sebelumnya.

15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Kinerja urusan Koperasi dan UMKM terjabar ke dalam beberapa indikator
kinerja yang harus dicapai sesuai dengan target yang telah ditentukan. Penilaian
terhadap capaian indikator kinerja SKPD dilakukan dalam rangka memberikan
gambaran kinerja SKPD dalam masa periode pembangunan yang lalu sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing agar tercipta sebuah
pelayanan yang efisien, efektif dan ekonomis serta memiliki keberpihakan
terhadap pro-job, pro-poor dan pro-gender. Hasil yang telah dicapai dalam
Pembangunan Koperasi dan UMKM Kabupaten Bone mengalami kemajuan yang
cukup menggembirakan pada beberapa indikator kinerja yang telah ditentukan.
Jumlah UMKM di Kabupaten Bone cenderung meningkat dari tahun ke tahun
dengan tingkat konsentrasi berada pada usaha skala Mikro dan Kecil.
Dalam rangka meningkatkan akses pemasaran dan permodalan sektor
Koperasi dan UMKM di Kabupaten Bone, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten
Bone telah melakukan fasilitasi temu kemitraan antara pelaku usaha dengan
pengusaha pada tingkat provinsi maupun nasional. Kegiatan tersebut secara
nyata memberikan kontribusi positif terhadap keberlangsungan pengelolaan dan
produktivitas koperasi dimana terlihat dari capaian pertumbuhan omzet koperasi
yang meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2012.
Untuk mengetahui kinerja Urusan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Bone,
dapat kita lihat pada data yang tersaji di bawah ini:

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 69


Tabel 2.64
Capaian Kinerja Urusan Koperasi dan UKM Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

Indikator Kinerja
No sesuai Tugas dan 2008 2009 2010 2011 2012
Fungsi SKPD
1. Persentase koperasi aktif 29,60
2. Jumlah UKM non 950 988 1.072 2.113 2.289
BPR/LKM UKM
3. Usaha Mikro 600 620 700 1.500 1.580
4. Usaha Kecil 300 316 320 560 655
5. Usaha Menengah 50 52 52 53 54
6. Jumlah BPR/LKM
7. Usaha Mikro dan Kecil 94,74 94,74 95,15 97,49 97,64
8. Jumlah kegiatan fasilitasi 1 2 1 2 -
kemitraan antara KUMKM
dengan pengusaha
provinsi/nasional
9. Jumlah anggota koperasi 89.538 89.836 90.795 92.019 92.820
10. Jumlah pegawai koperasi 0 0 0 0 1.140*)
11. Jumlah pegawai UMKM 0 0 0 0 0
12. Pertumbuhan aset 0 0 0 0 0
koperasi
13. Pertumbuhan aset UMKM 0 0 0 0 0
14. Pertumbuhan omzet 87.495 103.366 117.158 235.704 250.248
koperasi
15. Pertumbuhan omzet 0 0 0 0 0
UMKM
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM, Tahun 2013

16. Penanaman Modal


Sasaran pembangunan pada urusan penanaman modal adalah untuk
meningkatkan investasi di Kabupaten Bone. Keberhasilan pembangunan di
bidang penanaman modal memberikan dampak yang cukup besar terhadap
pembangunan ekonomi di Kabupaten Bone, dengan meningkatnya investor di
Kabupaten Bone dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta dapat
meningkatkan kontribusai terhadap Pendapatan Daerah.
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
mengamanatkan kepada Kabupaten/Kota dalam hal penanaman modal untuk
(1) menyusun perencanaan penanaman modal; (2) meningkatkan fasilitasi bagi
peningkatan penanaman modal di kab/kota; dan (3) meningkatkan kinerja
perijinan dan pelayanan penanaman modal. Selanjutnya dalam Perpres 27
tahun 2009 tentang Pelayanan satu Pintu Penanaman Modal mengamanatkan
kepada Kabupaten/Kota untuk: (1) mengurangi hambatan dalam pelayanan
Publik dan perjinan usaha bagi penanaman modal di kab/kota; (2) mekanisme
pelayanan perijinan dan penanaman modal di daerah; dan (3) mengurangi
hambatan struktural dan ekonomi biaya tinggi dalam penanaman modal di
daerah.
Sebagai bentuk tindak lanjut dari amanat Undang-Undang 25 tahun 2007 dan
Perpres 27 tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Bone berupaya untuk

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 70


meningkatkan investasi, antara lain kegiatan promosi kerjasama investasi serta
pelayanan perijinan yang yang berorientasi pada kebutuhan klien serta
mendorong minat investor menginvestasikan usahanya di Kabupaten Bone.
Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan penanaman modal selama
periode 2008-2012 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.65
Pencapaian Kinerja Pelayanan Penanaman Modal
Kabupaten Bone

Indikator Kinerja Terget Realisasi Capaian Kinerja tahun


No sesuai Tugas dan RPJMD ke..
Fungsi SKPD (2013) 2008 2009 2010 2011 2012
1 Dokumen hasil kajian 2 bid/thn 0 0 0 0 0
tentang peluang usaha
sektor/usaha unggulan
2 Jumlah kegiatan promosi 2 kali/thn 1 kali 2 kali 1 kali 1 kali 1 kali
peluang penanaman /thn /thn /thn /thn /thn
modal
3 Jumlah pemohon 0 0 0 0 0 0
penanaman modal
dalam negeri
Jumlah izin usaha 0 0 0 0 0 0
penanaman modal
dalam negeri
Jumlah Tanda Daftar 0 0 0 0 0 0
Perusahaan yang
diterbitkan
Jumlah SIUP yang 0 0 0 0 0 0
diterbitkan
4 Jumlah penyelenggaraan 1 kali /thn 2 2 2 2 2
BINTEK kegiatan
penanaman modal
kepada masyarakat dan
dunia usaha
5 Data base system 90% 100% 100% 100% 100% 100%
informasi penanaman
modal yang mudah
diakses masyarakat dan
dunia usaha
6 Jumlah kegiatan 4 kali/ thn 0 0 0 0 0
sosialisasi kebijakan
penanaman modal
kepada masyarakat dan
dunia usaha
Sumber : Kantor Promosi dan Penanaman Modal Kab. Bone, 2012

Secara umum, iklim investasi di Kabupaten Bone sangat baik namun tidak
didukung dengan kebijakan maupun regulasi terhadap kegiatan promosi sehingga

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 71


menghambat kemajuan dunia usaha maupun kegiatan penanaman modal lainnya.
SPM Bidang Penanaman modal menargetkan jumlah kegiatan promosi peluang
penanaman modal dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam setahun, kenyataannya sejak
tahun 2008 - 2012 hanya dilaksanakan sebanyak 1 kali dalam setahun. Demikian
pula halnya dengan jumlah pemohon penanaman modal dalam negeri yang
ditargetkan sesuai SPM sebesar 30% setiap tahun, namun sepanjang tahun 2008
2012 belum ada investor yang mengajukan permohonan melalui leading sector yang
ada.
Kelemahan investasi di Kabupaten Bone juga sangat dipengaruhi oleh
rendahnya kegiatan pengkajian/penelitian yang berkaitan dengan pengembangan
investasi dan penanaman modal, termasuk belum terwujudnya kerjasama yang
sinergis antar SKPD, dunia usaha maupun stakeholder terkait lainnya dalam
pengembangan investasi dan penanaman modal.
Peluang investasi di Kabupaten Bone cukup besar, hal ini ditandai dengan
adanya kawasan-kawasan investasi dan lingkup organisasi bisnis di berbagai wilayah
yang semakin bertambah dan mudah diakses termasuk penerapan jaringan
komunikasi dan teknologi informasi semakin meluas dan berperan dalam dunia e-
commers dan bisnis investasi. Disisi lain, pemerintah ditantang untuk menyiapkan
dan mengembangkan sarana dan prasarana pemenuhan investasi serta membangun
kesiapan dunia usaha pada tingkat wilayah lokal.

17. Kebudayaan
Kabupaten Bone adalah salah satu wilayah yang memiliki kekayaan budaya
beraneka ragam. Hal tersebut tidak lepas dari sejarah Kabupaten Bone yang
merupakan salah satu wilayah kerajaan besar di nusantara yang tentunya
meninggalkan banyak kebudayaan dan adat istiadat yang beberapa di antaranya
masih bertahan hingga sekarang.
Keberadaan budaya-budaya lokal mempunyai pengaruh yang sangat besar
dalam melandasi pembangunan sebuah wilayah. Nilai-nilai budaya lokal yang
luhur tentunya akan memberikan sumbangsih yang cukup baik dapat dijadikan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunan sehingga dampak-dampak negatif
pembangunan dapat diminimalisir.
Seni dan budaya yang ada di Kabupaten Bone sangat dipengaruhi oleh
budaya yang ditinggalkan oleh Kerajaan Bone dan juga budaya Islam, hal ini
dikarenakan mayoritas penduduk Kabupaten Bone menganut agama islam.
Peninggalan budaya yang ada di Kabupaten Bone antara lain berupa masjid
kuno, makam para tokoh, dan bangunan-bangunan istana.
Untuk menjaga kelestarian benda-benda yang menjadi cagar budaya di
Kabupaten Bone, pemerintah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara
rutin melakukan kegiatan perawatan terhadap situs-situs peninggalan budaya
tersebut. Capaian kinerja bidang kebudayaan Kabupaten Bone secara rinci
adalah sebagai berikut.

Tabel 2.66
Capaian Kinerja Bidang Kebudayaan Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012


1. Jumlah kelompok seni per 10.000 0 0 0 0 12
penduduk (0,13)
2. Jumlah gedung kesenian per 10.000 0 0 0 0 2
penduduk (0,02)

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 72


3. Penyelenggaraan festival seni dan 0 0 0 0 32
budaya
4. Sarana Penyelenggaraan festival seni 2 2 2 2 2
dan budaya
5. Benda, situs dan kawasan cagar 0 0 0 0 5
budaya yang dilestarikan
6. Misi kesenian 0 0 0 100% 100%
7. Cakupan sumber daya kesenian 0 0 0 100% 100%
8. Cakupan tempat/ gedung kesenian 0 0 0 100% 100%
9. Cakupan organisasi kesenian 0 0 0 100% 100%
10. Cakupan Kajian Seni 0 0 0 0 50%
11. Cakupan Fasilitas Seni 0 0 0 0 30%
12. Cakupan Gelar Seni 0 0 0 0 75%
Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Tahun 2013

Melihat capaian kinerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten


Bone Tahun 2008-2012 maka perkembangan seni dan budaya di Kabupaten
Bone dinilai masih rendah khususnya dalam hal belum optimalnya
pengembangan destinasi pariwisata dan Objek Daerah Tujuan Wisata (ODTW)
serta pembinaan/pemeliharaan benda dan cagar budaya. Disisi lain, cakupan
kajian seni, fasilitas seni dan gelar seni belum maksimal dalam mendorong
pengembangan kepariwisataan dan peningkatan PAD Kabupaten Bone.
Disamping tantangan akan kurangnya akses dan promosi terhadap daya
tarik wisata, besarnya potensi objek dan daya tarik wisata akan menjadi peluang
bagi pemerintah daerah dalam mengembangkan seni dan budaya di Kabupaten
Bone, melalui dukungan kebijakan yang member ruang terhadap pengembangan
kepariwisataan.

18. Pemuda dan Olah Raga


Pemuda merupakan potensi utama dalam pembangunan daerah.
Pembangunan kepemudaan mendasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan kehidupan bagi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pembangunan kepemudaan
adalah untuk mewujudkan pemuda yang memiliki jiwa kepemimpinan dan
kebangsaan dengan berasaskan pada keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, tumbuh sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis dan
bertanggung jawab.
Sedangkan olahraga merupakan bagian dari upaya menumbuhkan karakter
kuat bagi jiwa pemuda melalui kegiatan olah tubuh. Melalui olahraga pemuda
diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, identitas bangsa dan
kebanggaan bagi dirinya. Olahraga merupakan salah satu sarana dalam
mengembangkan diri yang nantinya mampu berprestasi dan memiliki jiwa yang
kompetitif. Peran aktif pemuda dalam pembangunan dapat dapat
dimanifesatiskan dalam bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, sosial
kemasyarakatan, politik dan budaya.
Sebagai sarana dalam mengembangkan kepemudaan dan olahraga di
Kabupaten Bone telah tersedia berbagai fasilitas pendukung. Saat ini saran yang
dimiliki oleh Kabupaten Bone adalah jumlah organisasi pemuda sebanyak 114
organisasi, jumlah organisasi olahraga sebanyak 39 organisasi, Jumlah kegiatan
kepemudaan sebanyak 5 kegiatan, Gelanggang / balai remaja (selain milik
swasta) sebanyak 2 buah dan lapangan olahraga sebanyak 334 buah. Sampai
pada tahun 2012, kegiatan olahraga yan berkembang di Kabupaten Bone adalah

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 73


soft ball, bulutangkis, tenis lapangan, pusat kesejagaran jasmani, tenis meja,
takraw, bola volly dan sepak bola.

Tabel 2.67
Perkembangan Kinerja Pembangunan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bone Tahun 2008 2012

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012


I Peran pemuda dalam
pembangunan
Jumlah Organisasi Pemuda 0 0 25 0 114
Jumlah Organisasi Pemuda
yang dikoordinir oleh KNPI 0 0 0 32 32
Kabupaten (unit)
a. Pembinaan dan
pemasyarakatan olahraga dan
kesehatan jasmani
II Jumlah Organisasi Olahraga 32 32 32 32 39
(klub)
1) Prestasi Olahraga tingkat 0 0 0 7 7
Provinsi dan Nasional yang
pernah diraih
III Sarana dan prasarana
olahraga
1) Jumlah Gelanggang/ balai 0 0 0 0 2
remaja (selain milik swasta
2) Jumlah lapangan Olahraga 0 0 0 0 334
Sumber : Dispora Kabupaten Bone, Tahun 2013

19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri


Dalam upaya menjaga ketertiban umum dan ketenteraman dalam
masyarakat di Kabupaten Bone diperlukan dukungan dan partisipasi warga
masyarakat, terutama dalam meningkatkan tertib hukum, kesadaran politik dan
perlindungan masyarakat. Partisipasi masyarakat dari tahun ke tahun
meningkat cukup baik, sejalan dengan meningkatnya pendidikan dan tingkt
sosial ekonomi masyarakat.
Ketertiban dan ketenteraman dalam masyarakat sangat diperlukan agar
kegiatan pembangunan daerah, pelayanan umum dan investasi dari kalangan
dunia usaha guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembukkan lapangan
kerja baru. Meningkatnya jumlah investasi baik dari dalam negeri dan luar
negeri di kabuateen Bone dipengaruhi oleh iklim yang kondusif di wilayah
tersebut. Kondisi kemanan dan ketertiban serta kegiatan perlindungan
masyarakat, dengan jumlah anggta linmas sebenyal 2.778 orang yang tersebar
di desa/kelurahan. Gangguan kamtibmas ini berupa tindakan kriminalitas,
penyalah gunaan narkoba, traficking dan pertikaian warga dan unjuk rasa.
Seacara rinci berikut ini adalah angka kejadian gangguan kamtibmas di
Kabupaten Brebes selama kurun waktu 5 tahun terakhir.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 74


Tabel 2.68
Gangguan Kamtibmas di Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012


a Jumlah tindak pidana 268 234 214 201 200
kriminal (kasus)
b Jumlah Kasus pertikaian 1 1 0 3 1
antar warga
c Jumlah unjuk rasa 4 4 4 4 4
Sumber: Badan Kesbangpollinmas, 2012

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan demokrasi di Kabupaten Bone


dalam pelaksanaan pemilu (2009) baik pemilu legislatif, pemilihan presiden
maupun Pilkada Gubernur Sulawesi Selatan dan Pilkada Kabupaten Bone (2012)
cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pemilih yang menggunakan hak
pilihnya dalam pelaksanaan pemilihan umum, pada Pilgub dan Pilkada
Kabupaten Bone rata-rata 70 72% peenggunaan hak pilih dari jumlah sebesar
443.450 orang. Demikian pula jumlah organisasi masyarakat dan lembaga
swdaya masyarakat telah dibina sebanyak 135 lembaga.

20. Otonomi Daerah


Penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan pada UU No. 32 tahun
2004 juncto UU No. 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 33
tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan peraturan tersebut
Kabupaten Bone melaksanakan sebanyak 26 urusan wajib dan 8 urusan
pilihan. Penyelenggaraan urusan otonomi daerah tidak terlepas dari kemampuan
daerah dalam menyelenggarakan 34 urusan tersebut, baik dari sumberdaya
aparatur, kemampuan pendanaan, kelembagaan dan organisasi serta dukungan
kalangan dunia usaha dan swadaya masyarakat. Selain itu, secara nasional
maka pemerintah daerah melaksanakan pula urusan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dari Pemerintah Pusat untuk dilaksanakan dengan penuh
tanggungjawab.
Penyelenggaraan 34 urusan kewenangan setiap tahun dilaporkan kepada
pemerintah provinsi dan pusat serta masyarakat dalam bentuk Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban dan Akhir Masa jabatan (LKPJ dan AMJ) dan Informasi
Laporan Penyelenggaraan Pemerintah (LPPD) sebagaimana diatur dalam PP No.
3 tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Masyarakat.
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan tata kelola
pemerintahan di Kabupaten Bone adalah meliputi:
a. Efisiensi dan Efektivitas pengelolaan sumber daya
Pengelolaan sumber daya alam di Kabupaten Bone terkendala pada kapasitas
SDM dan tidak adanya data potensi SDA yang bersifat kewilayahan sehingga

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 75


mengurangi nilai dan produktivitas SDA terhadap peningkatan Pendapatan
Asli Daerah.
b. Kualitas Pelayanan Publik
Indeks Kepuasan Masyarakat belum dilakukan secara berkala (tidak ada data
riil) untuk meningkatkan transparansi dan kinerja pelayanan publik.
Organisasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Bone memiliki Luas wilayah
mencapai 4.559 km2. Wilayah yang demikian luas itu, secara administratif
terbagi ke dalam 27 kecamatan, 372 desa/kelurahan dengan dihuni oleh
penduduk sebanyak 728.737 jiwa. Kondisi wilayah pemerintahan yang
demikian, mengindikasikan rentang kendali pemerintahan yang panjang,
sistem dan prosedur yang rumit dan berbelit, serta masih menjauhkan
masyarakat dari sentuhan pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan,
utamanya di sektor kesehatan, pendidikan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Untuk lebih mendekatkan mayarakat dengan sentuhan
pelayanan, pemberdayaan dan pembangunan yang efektif , diperlukan sistem
tata kelola pemerintahan yang lebih efisien dan dan efektif .
c. Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia)
Tantangan Pemerintah Kabupaten Bone 5 tahun ke depan adalah
mengkaselerasi pertumbuhan pencapaian IPM agar target capainnya dapat
diwujudkan . Capaian IPM dari tahun ke tahun belum menggembirakan
dibandingkan dengan capaian beberapa kabupaten tetangga , provinsi
ataupun capaian nasional. Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhi
kondisi tersebut, salah satu diantaranya adalah rendahnya angka rata-rata
lama sekolah serta tingginya angka buta aksara di Kabupaten Bone
terutama usia yang tidak produktif lagi. Lebih jelasnya capaian IPM Bone
terhadap provinsi dan nasional.
Salah satu bukti nyata capaian IPM Bone yang kurang memuaskan adalah
IPM Kabupaten Bone peringkat ke 17 dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi
Selatan.
d. Partisipasi masyarakat,
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam setiap proses perencanaan
pembangunan. Pemerintah daerah harus mampu mengembalikan
kepercayaan rakyat terhadap kinerja pemerintah yang pro poor, pro job dan
pro growth.
e. Transparansi dan Akuntabilitas
Opini BPK RI terhadap pengelolaan keuangan daerah dari tahun 2008 2012
adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Artinya pemerintah ditantang
untuk meraih predikat WTP hingga 5 tahun kedepan
f. Angka Kesempatan Kerja, dan
Masalah Ketenagakerjaan saat ini samakin kompleks dan multidimensional
dimana pada satu sisi terdapat pertumbuhan angkatan kerja yang masih
cukup tinggi, sedangkan pada sisi lain perluasan kesempatan kerja belum
memadai, sehingga mengakibatkan meningkatanya jumlah pengangguran,
hal ini merupakan penghambatan program pengentasan kemiskinan dan
kesejahteraan rakyat. Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar dan
lapangan kerja sangat terbatas.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 76


g. Angka Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin pada tahun 2008 sebesar 17,4%, angka ini
menurun pada tahun 2009 menjadi 15,09% demikian pula pada tahun 2010
mengalami penurunan sebesar 14,08% dan tahun 2011 menjadi 12,69 %.
angka kemiskinan Kabupaten Bone mulai tahun 2005 2011 capaiannya di
atas rata-rata provinsi dan nasional. Kondisi tersebut menginsyaratkan pada
Pemerintah Daerah untuk mengoptimalkan seluruh program/kegiatan yang
secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi positif terhadap upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan
hingga 9%.

Program penataan peraturan perundangan di Kabupaten Bone dilaksanakan


melalui penetapan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbup) baru, dalam
rangka meningkatkan pelayanan publik, menjamin kepastian hukum dari tahun
2008 2012 telah diterbitkan Perda dan Perbup sebagai berikut :

Tabel 2.69
Perkembangan Jumlah Produk Hukum yang dihasilkan
Kabupaten Bone Tahun 2008 2012

No. Tahun Perda Perbup SK Bupati


1. 2008 16 Perda 72 Perbup 1.327 SK Bupati
2. 2009 29 Perda 19 perbup 612 SK Bupati
3. 2010 6 Perda 34 Perbup 754 SK Bupati
4. 2011 11 Perda 22 Perbup 311 SK Bupati
5. 2012 2 Perda 35 Perbup 477 SK Bupati
Sumber : Bagian Hukum Setda Kab. Bone, 2012

Bagian Pemerintahan Desa memiliki tugas memberikan atau menyerahkan


Dana Alokasi Dana Desa (ADD) setiap tahunnya. Perkembangan jumlah ADD
yang diberikan kepada desa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2.70
Perkembangan Jumlah ADD Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

No. Tahun Jumlah ADD Pertumbuhan Jumlah Desa


(Rp) (%)
1. 2008 - -
2. 2009 14.547.975.000 333
3. 2010 16.000.000.000 9,98 333
4. 2011 15.888.000.000 -0,70 333
5. 2012 19.769.886.400 24,43 333
Sumber : Bagian Pemdes Setda Kab. Bone, 2012

Penegakan peraturan daerah sudah berjalan dengan baik. Jumlah aparat


penegak hukum dan perlindungan Masyarakat di Kabupaten Bone relatif
memadai. Jumlah satuan Polisi pamong praja relatif masih kurang untuk
melindungi seluruh penduduk dan wilayah kabupaten Bone. Secara rinci jumlah

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 77


petugas penegak hukum dan jenis kasus pelanggaran hukum dapat dilihat pada
tabel berikut:

Tabel 2.71
Jumlah Polisi Pamong Praja, Petugas Linmas, Kasus Pelanggaran
Perda dan penyelesaian Perda Kabupaten Bone tahun 2008 - 2012

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012


L P L P L P L P L P
a. Jumlah Polisi Pamong Praja 252 30 309 29 312 25 316 26 313 27
- PNS 72 10 124 14 123 14 127 15 125 15
- Honorer 180 20 185 15 189 11 189 11 188 12
b. Jumlah Linmas Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
c. Sistem informasi Pelayanan Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada
Perijinan dan administrasi
Pemerintah Ada/Tidak
d. Jumlah kasus pelanggaran 5 20 8 15 10
perda
e. Persentase penegakan 100% 100% 100% 100% 100%
PERDA
f. Cakupan patroli petugas 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali 3 kali
Satpol PP (Jumlah patroli patroli/ hari patroli/ patroli/ patroli/ patroli/
petugas Satpol PP hari hari hari hari
pemantauan dan
penyelesaian pelanggaran
K3 dalam 24 Jam)
g. Tingkat penyelesaian 100% 100% 100% 100% 100%
pelanggaran K3
(ketertiban, ketentraman,
keindahan) di Kabupaten
Sumber : Kantor Satpol PP, 2012

Pembaharuan atau perubahan Perda dan Perbub dalam rangka


peningkatan kinerja pemerintahan, pelayanan publik dan jaminan kepastian
hukum masyarakat terus dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. Perubahan
dan pembaharuan Perda atau Perbup direncanakan melalui program legislasi
daerah. Program legislasi daerah ditujukan untuk meningkatkan kelengkapan
peraturan perundangan, kepastian hukum dan peningkatan pelayanan
umum serta promosi daerah.
Untuk meningkatkan pelayanan publik dan standar kinerja dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, baik dengan penerapan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) bagi urusan kewenangan wajib dan standar kinerja
bagi urusan pilihan. Kepada pemerintah pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota telah ditetapkan lima belas (15) urusan wajib yang telah
disahkan oleh kementerian teknis. Dalam upaya meningkatkan pelayanan publik
maka segenap warga masyarakat dapat berpartisipasi dalam penilaian kinerja
penyelenggaraan urusan melalui monitoring capaian. Sampai saat ini
Pemerintah Kabupaten Bone belum secara hukum menetapkan target capaian
ke 15 SPM tersebut.
Jumlah PNS di Kabupaten Bone pada tahun 2012 sebesar 11.278 orang,
dan jumlah pegawai honorer pada tahun 2012 sebesar 3.412 orang. Rincian
jummlah PNS di Kabupaten Bone adalah sebagai berikut:

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 78


Tabel 2.72
Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone
Menurut Golongan Tahun 2008 2012

Tahun
NO Golongan
2008 2009 2010 2011 2012
1 IV
L 1.802 1.799 1.782 1.809 1.817
P 2.398 2.488 2.610 2.406 2.424
Jmlh 4.200 4.287 4.392 4.215 4.241
2 III

L 1.882 1.903 1.899 1.927 1.811


P 2.739 2.841 2.909 2.675 2.528
Jmlh 4.621 4,744 4.808 4.602 4.339
3 II
L 1.241 1.203 1.237 1.262 1.084
P 1.670 1.311 974 1.499 1.364
Jmlh 2.911 2.514 2.211 2.761 2.448
4 I
L 261 187 161 149 118
P 61 15 11 8 6
Jmlh 322 202 172 157 124
Total 12.054 11.747 11.583 11.278 11.278
L 5.186 5.092 5.079 5.147 4.830
P 6.868 6.655 6.504 6.588 6.322
Sumber : BKDD Kab. Bone, 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa jumlah pegawai negeri sipil di


Kabupaten Bone sebagian besar golongan IV dan III. Kondisi ini menunjukkan
bahwa di Kabupaten Bone sebagian besar sudah memiliki kualifikasi yang baik.
Kualitas PNS juga terlihat dari jenjang pendidikan mereka. PNS menurut
pendidikan terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.73
Jumlah PNS Pemerintah Kabupaten Bone
menurut Pendidikan Tahun 2008 2012
Tahun
NO Pendidkan
2008 2009 2010 2011 2012
1 SD - SMP 293 224 198 168 249
L 207 178 171 160 228
P 86 46 27 8 21

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 79


2 SMA/SMK 4.427 4.245 4.153 3.801 3.371
atau
sederajat
L 1.687 1.693 1.687 1.602 1.662
P 2.740 2.552 2.466 2.199 1.709
3 D1, 341 302 371 351 207
L 67 67 69 70 60
P 274 235 302 281 147
4 D2 654 455 421 1.502 2.149
L 193 189 201 856 614
P 461 266 220 646 1.535
5 D3 324 477 488 665 729
L 224 227 199 201 211
P 100 250 289 464 518
6 D4 914 955 865 752 853
L 430 432 445 445 442
P 484 523 420 307 411
7 S1 4.989 4.966 4.790 4.210 3.379
L 1.470 1.341 1.487 1.501 1.545
P 3.519 3.625 3.303 2.709 1.834
8 S2 112 122 295 285 214
L 81 92 176 155 135
P 31 30 119 130 79
9 S3 0 1 2 1 1
L 0 1 1 1 1
P 0 0 1 0 0
Total 12.054 11.747 11.583 11.735 11.152
L 4.359 4.220 4.436 4.991 4.898
P 7.695 7.527 7.147 6.744 6.254
Sumber : BKDD Kab. Bone, 2013

SPM dan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang diterima


masyarakat. Evaluasi IKM dapat dilakukan secara berkala maka akan
meningkatkan transparansi dan kinerja pelayanan publik.

21. Ketahanan Pangan


Pembangunan ketahanan pangan mencakup empat aspek, yaitu:
ketersediaan pangan, aksesibilitas dan distribusi pangan, konsumsi dan
penganekaragaman pangan, serta mutu dan keamanan pangan. Ketersediaan
pangan mencakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara impor
dan ekspor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa
sehingga walaupun produksi pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar
antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus
cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu ke waktu.
Distribusi pangan mencakup aspek aksesibilitas secara fisik dan ekonomi atas
pangan secara merata. Distribusi pangan perlu dikelola secara optimal dan tidak

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 80


bertentangan dengan mekanisme pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam
proses pemerataan akses pangan bagi seluruh penduduk. Konsumsi pangan
menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar
memiliki pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang baik, sehingga
dapat mengelola konsumsinya secara optimal. Diversifikasi pangan merupakan
suatu cara untuk memperoleh keragaman konsumsi zat gizi sekaligus
mengurangi ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu,
yaitu beras.
Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Bone dari aspek
ketersediaan pangan, tergolong baik. Ketersediaan pangan utama di Kabupaten
Bone pada tahun 2012 mencapai sebesar 63%. Pada tingkat rumah tangga,
ketersediaan energi per kapita pada tahun 2012 mencapai sebesar 5.542
kkal/kap/hr, sedangkan ketersediaan protein per-kapita sebesar 81,2
gram/kap/hr. Ketersediaan energi dan protein tersebut telah melebihi standar
Widayakarya Nasional Pangan dan Gizi sebesar 2.200 kkal/kap/hr untuk
ketersediaan energi dan 58 gram/kap/hr. Capaian penguatan cadangan pangan
di daerah mencapai sebesar 55 dari target SPM sebesar 60%.
Berkaitan dengan distribusi pangan, capaian ketersediaan informasi
pasokan, harga dan akses pangan di daerah pada tahun 2012 sebesar 70% dari
target SPM sebesar 90%. Stabilitas harga pangan pada tahun 2012 sebesar
80% dari target SPM sebesar 90%. Stabilitas harga pangan di Kabupaten Bone
sangat dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang dipengaruhi oleh ketersediaan
pasokan bahan pangan dan kondisi perekonomian nasional.
Berkaitan dengan konsumsi dan penganekaragaman pangan, tingkat
konsumsi energi per kapita di Kabupaten Bone pada tahun 2012 mencapai
sebesar 1.450 kkal/kap/hr dari Standar WNPG sebesar 2.000 kkal/kap/hr.
Adapun tingkat konsumsi protein perkapita sebesar 48 gram/kap/hr, dari
standar WNPG sebesar 57 gram/kap/hr. Konsumsi pangan penduduk Kabupaten
Bone masih bertumpu pada bahan pangan utama berupa beras, dengan skor
Pola Pangan Harapan sebesar 85,8% Penganekaragaman konsumsi pangan
masih terkendala oleh perilaku masyarakat yang masih cenderung sulit diubah
karena kebiasaan sejak kecil.
Berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan, saat ini ada
kecenderungan masyarakat yang mengkonsumsi makanan cepat saji dari bahan
impor yang belum tentu termasuk dalam makanan sehat dan aman dikonsumsi.
Ancaman terjadinya keracunan makanan dan kasus-kasus makanan yang
mengandung bahan kimia dan berbahaya, serta makanan kadaluarsa semakin
meningkat. Dalam upaya pencegahan, dilakukan pengawasan dan Pembinaan
Keamanan Pangan.

Tabel 2.74
Kinerja Pembangunan Ketahanan Pangan Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

Target Realisasi Capaian Tahun ke-


No Indikator
SPM 2008 2009 2010 2011 2012
1 Ketersediaan Energi dan 90 0 0 0 190 196
Protein Per Kapita (%)
Ketersediaan Energi Per 0 0 0 0 5.433 5.542
Kapita (kkal/kap/hr)

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 81


Target Realisasi Capaian Tahun ke-
No Indikator
SPM 2008 2009 2010 2011 2012
Ketersediaan Protein 0 0 0 0 77,5 81,2
Per Kapita
(gram/kap/hr)
2 Penguatan Cadangan 60 0 0 0 50 55
Pangan (%)
3 Ketersediaan Informasi 90 0 0 0 60 70
Pasokan, Harga dan
Akses Pangan di Daerah
(%)
4 Stabilitas Harga dan 90 0 0 0 70 80
Pasokan Pangan (%)
6 Skor Pola Pangan 90 0 0 0 84 85,8
Harapan (SPPH)
7 Penanganan Daerah 60 0 0 0 50 55
Rawan Pangan (%)
8 Regulasi ketahanan 0 0 0 0 0 0
pangan
9 Ketersediaan pangan 0 0 0 0 62% 63%
utama (%)
10 Konsumsi Energi Per 0 0 0 0 1.420 1.450
Kapita (kkal/kap/hr)
11 Konsumsi Protein Per 0 0 0 0 46 48
Kapita (gram/kap/hr)
Sumber : Kantor Ketahanan Pangan, Tahun 2013

22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Capaian pembangunan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2012


antara lain yaitu , Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM) sebanyak 36,59 %, sementara jumlah LPM berprestasi
sebanyak 5 LPM. Jumlah desa yang telah menyusun RPJMDes sampai dengan
tahun 2012 sebanyak 173 desa atau 52,74%. Selain itu dari 1.340 program
pemberdayaan masyarakat sebanyak 888 program diantaranya melibatkan
swadaya masyarakat. Sebanyak 30% pelaksanaan musrenbang desa telah
memenuhi peserta minimal 40 orang dengan proporsi perempuan 30%. Nilai
budaya yang berkembang sampai dengan tahun 2012 baru tersebar di 40%
wilayah kecamatan. Posyandu aktif terdapat di seluruh wilayah Kabupaten bone.
PAUD Holistik Integratif (Paditungka) baru terdapat di 5% dari jumlah desa
yang ada. Secara keseluruhan organisasi kemasyarakatan PKK aktif dan terbina.
Desa yang memiliki BUMDes hanya sebanyak 2,44%. Pasar desa yang sudah
dibina baru mencapai 14%. Sementara jumlah kelompok usaha ekonomi
keluarga yang telah dibina sebanyak 30%. Posyantek yang telah dibina
sebanyak 29,63%. Secara lengkap kinerja pelayanan Badan Pemberdayaan
Masyarakat dapat di lihat pada tabel berikut :

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 82


Tabel 2.75
Kinerja Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun
2008-2012

Realisasi
No Indikator
2008 2009 2010 2011 2012
1 Rata-rata jumlah 36,59
kelompok binaan 0 0 0 0
lembaga pemberdayaan
masyarakat (LPM) (%)
2 LPM Berprestasi 5
(unit) 0 0 0 0
3 Jumlah Desa yang telah 52,74%
menyusun RPJMDes 0 0 0 0 (173
(desa) desa)
888
4 0 0 0 0 swadaya
Swadaya Masyarakat
masyarak
terhadap Program
at dari
pemberdayaan
1340
masyarakat (%)
Program
(66,28%)
5 Pemeliharaan Pasca
Program pemberdayaan 0 0 0 0
masyarakat (%)
6 Jumlah Desa/Kelurahan 0 0 0 0 0
yang memiliki Profil
Desa/kelurahan
7 Meningkatnya kualitas
pelaksanaan
musrenbang Desa 0 0 0 0 30%
(jumlah peserta minimal
40 orang dengan
proporsi perempuan
30%)
8 Berkembangnya nilai
budaya lokal (1 keca- 0 0 0 0 40%
matan 1 nilai budaya
lokal)
9 Posyandu aktif 939 939 939 939 939
(100%) (100%) (100%) (100%) (100%)
10 Jumlah PAUD Holistik 0 0 0 0 5%
Integratif (Paditungka)
11 PKK aktif 100% 100% 100% 100% 100%
12 Rata-rata jumlah 100% 100% 100% 100% 100%
kelompok binaan PKK
13 Desa yang memiliki 0 0 0 0 2,44%
BUMDES
14 Jumlah Pasar Desa yang 0 0 0 0 14%
dibina

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 83


Realisasi
No Indikator
2008 2009 2010 2011 2012
15 Kelompok usaha 0 0 0 0 30%
ekonomi keluarga yang
diina
16 Jumlah Warung teknologi 0 0 0 0 0
yang dibina
17 Jumlah Posyantek yang 0 0 0 0 29,63%
dibina
Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2013

23. Statistik
Secara umum pengertian statistik adalah kumpulan data dalam bentuk
angka maupun bukan angka yang disusun dalam bentuk tabel (daftar) dan atau
diagram yang menggambarkan atau berkaitan dengan suatu masalah tertentu.
Sementara itu berdasarkan undang-undang nomor 16 Tahun 2007 adalah data
yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis
serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur dalam
penyelenggaraan statistik. Tujuan dari statistik adalah membantu seseorang di
dalam pengembangan daya kritik dalam suatu kegiatan pengambilan keputusan
dengan menggunakan cara-cara kuantitatif yang dilakukan melalui suatu
pendekatan metode statistik. Dengan demikian penggunaan statistik penting
sifatnya didalam rangka membantu memberi bobot didalam mengambil
keputusan. Dengan demikian apakah yang dibutuhkan statistik didalam usaha
untuk membantu mengambil keputusan.
Dalam perencanaan pembangunan daerah, data statistik diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) yang berupa dokumen atau laporan. Beberapa
dokumen statistik yang disusun oleh Badan Pusat Statistik antara lain,
Kabupaten Bone Dalam Angka, Kecamatan Dalam Angka, PDRB, pertumbuhan
ekonomi, IHK dan inflasi. Sementara itu ada data statistik yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah sendiri yang antara lain profil daerah yang menggambarkan
capaian pembangunan berdasarkan 8 jenis kelompok data, meliputi: 1) data
umum, 2) sosial budaya, 3) sumberdaya alam, 4) infrastruktur, 5) Industri,
perdagangan, lembaga keuangan, koperasi, usaha, dan investasi, 6) ekonomi
dan keuangan, 7) Politik, hukum dan keamanan, serta 8) Insidensial. Dokumen
ataupun laporan data yang dikeluarkan baik oleh BPS maupun pemerintah
daerah dilakukan pemutakhiran secara berkala sesuai dengan karakteristik
datanya.
Data yang diterbitkan oleh BPS dan pemerintah daerah digunakan sebagai
landasan dalam berbagai perencanaan dan pembangunan. Selain itu data yang
diterbitkan sebagai bahan untuk melakukan kajian evaluasi hasil-hasil
pembangunan di Kabupaten Bone.

24. Kearsipan
Undang-undang nomor 43 tahun 2009 tentang Kearsipan mengamanatkan
bahwa kegiatan pengelolaan kearsipan dimulai sejak penciptaan arsip,
penyusutan arsip sampai dengan tahap pelestarian arsip. Selain itu juga
diterangkan bahwa pengelolaan kearsipan dilakukan pada semua jenis arsip,
yaitu arsip statis dan arsip dinamis. Arsip statis adalah arsip yang dihasilkan oleh
pencipta arsip karena memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya,
dan berketerangan dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 84


maupun tidak langsung oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau
lembaga kearsipan, sedangkan yang dimaksud dengan arsip dinamis yaitu arsip
yang digunakan secara langsung dalam kegiatan pencipta arsip dan disimpan
selama jangka waktu tertentu.
Pengelolaan arsip secara baik diharapkan akan mampu menopang kegiatan
pembangunan karena arsip adalah sumber informasi, acuan dan bahan
pertanggungjawaban bagi pemerintah daerah. Melihat sisi penting dari
pengelolaan arsip, maka perlu dibangun sebuah sistem/keseragaman
pengelolaan sistem kearsipan yang baku. Hal ini bertujuan agar semua SKPD
dapat memperlakukan arsip secara baik dan benar di institusinya masing-
masing.
Kinerja kearsipan di Kabupaten Bone pada tahun 2008-2012 masih jauh
dari apa yang diharapkan. Selama 5 tahun tersebut baru ada 5 SKPD yang
melakukan akuisisi dan menyetorkan arsip kepada Badan Perpustakaan, Arsip
dan PDE untuk dilakukan pengelolaan. Selain itu juga kegiatan peningkatan
kapasitas para arsiparis juga sangat minim, hanya dilaksanakan 1 kali selama 5
tahun yaitu pada tahun 2009.

25. Komunikasi dan Informatika


Kemajuan teknologi di bidang komunikasi dan informasi dewasa ini sangat
luar biasa. Selain semakin mudah dan murahnya mendapatkan sarana dan
prasarana komunikasi dan informasi, arus komunikasi dan laju informasi
semakin cepat. Kita bisa dengan cepat dan tepat mengetahui kejadian-kejadian
ataupun berita yang terjadi di wilayah lain.
Telepon merupakan salah satu media untuk mempermudah dan
mempercepat komunikasi antar masyarakat. Berdasarkan data PT Telkom
Indonesia, di Kabupaten Bone pada tahun 2012 terdapat 10.389 Satuan
sambungan telepon yang terpasang dan sebanyak 8.585 SST terpakai.
Sementara pada tahun 2011 terdapat sebanyak 10.254 SST dan 8.975 SST
terpakai.
Media massa memiliki fungsi sebagai penyebar informasi kepada
masyarakat. Jumlah media massa yang ada di Kabupaten Bone sebanyak 13,
terdiri dari media cetak (surat kabar nasional dan lokal) sebanyak 11 dan media
elektronik (radio ddan TV lokal) sebanyak 2.

Tabel 2.76
Jumlah Media Cetak dan Elektronik di Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

Jumlah media cetak Jumlah media


No Tahun (surat kabar nasional elektronik (radio
dan lokal) ddan TV lokal)
1 2012 11 2
2 2011 8 2
3 2010 7 2
4 2009 7 3
5 2008 0 3
Sumber: Bagian Humas Setda Kab. Bone, 2013

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 85


Salah satu indikator dari pemerintahan yang baik (good governance) yaitu
adanya keterbukaan informasi. Keterbukaan informasi disini baik pada saat
penyusunan perencanaan pembangunan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Sebagaimana yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, setiap orang mempunyai hak yang sama untuk
mengakses dan mendapatkan informasi publik.
Dalam bidang komunikasi dan informasi telah ditetapkan SPM sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
Nomor 22/Per/M.Kominfo/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Komunikasi dan Informatika Di Kabupaten/Kota. Terdapat 2 jenis pelayanan
dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah kabupaten/kota yaitu :
1. Pelaksanaan Diseminasi Informasi Nasional
Kegiatan Diseminasi Informasi ini harus dilakukan paling tidak 12 kali dalam
satu tahun melalui media massa (cetak maupun elektronik), website, media
tradisional (pertunjukan kesenian rakyat), media interpersonal (sarasehan,
ceramah, workshop, dll), dan melalui media luar ruang seperti brosur,
spanduk baliho, dll
2. Pengembangan dan Pemberdayaan Kelompok Informasi Masyarakat
Cakupan pengembangan dan pemberdayaan Kelompok Informasi
Masyarakat di Tingkat Kecamatan, menurut SPM pada tahun 2014 sekurang-
kurangnya 50% dari seluruh kecamatan harus sudah memiliki KIM.

26. Perpustakaan
Pemerintah kabupaten memiliki wewenang dalam bidang perpustakaan untuk
menyusun pedoman penyelenggaraan perpustakaan, pengembangan jaringan
perpustakaan, pengembangan SDM, pelestarian koleksi daerah di tingkat
kabupaten, pembinaan teknis perpustakaan, penyelamatan dan pelestarian
koleksi nasional, pengembangan jabatan fungsional pustakawan, dan
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan teknis dibidang perpustakaan.
Perpustakaan sebagai salah satu pusat informasi, ilmu pengetahuan,
penelitian, rekreasi, dan pelestarian budaya. Dilihat dari fungsi perpustakaan
tersebut, tentunya perpustakaan memiliki peran yang sangat penting dalam
peningkatan kecerdasan dan kapasitas sumberdaya manusia.
Gambaran mengenai penyelenggaraan perpustakaan di tingkat kabupaten
secara luas dapat dilihat dari tingkat partisipasi dan kunjungan masyarakat,
perkembangan jumlah perpustakaan serta sarana prasarana pendukungnya
termasuk didalamnya adalah koleksi perpustakaan dan kegiatan promosi
perpustakaan dalam rangka meningkatkan minat baca masyarakat.
Data terakhir tahun 2012 di Kabupaten Bone sudah terdapat 408
perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan daerah, perpustakaan desa, dan
perpustakaan-perpustakaan yang ada di lingkungan lembaga pendidikan.
Adapun untuk tingkat kunjungan ke perpustakaan daerah kondisinya mengalami
penurunan dari 9.043 pengunjung pada tahun 2010 menjadi 6.307 pengunjung
pada tahun 2012. Kondisi capaian kinerja bidang perpustakaan di Kabupaten
Bone dari tahun 2008-2012 dapat dilihat dalam tabel berikut.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 86


Tabel 2.77
Gambaran Data Perpustakaan Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

Realisasi Capaian per Tahun


NO Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
(1) (2) (11) (12) (13) (14) (15)
1 Jumlah perpustakaan 24 9 38 18 408
A Perpustakaan daerah 1 1 1 1 1
B Perpustakaan desa 23 8 37 17 10
C Perpustakaan SD 0 0 0 0 204
D Perpustakaan SMP 0 0 0 0 106
E Pepustakaan SMA 0 0 0 0 76
F Perpustakaan Perguruan Tinggi 0 0 0 0 11
2 Perpustakaan yang mendapatkan 23 8 37 17 10
bantuan (perpustakaan desa)
3 Perpustakaan yang dibina 23 8 37 17 10
4 Pustakawan yang bersertifikat 0 5 5 3 2
5 Jumlah pengunjung 0 0 9.043 5.564 6.307
6 Jumlah koleksi bahan bacaan 0 0 0 0 12.234
Sumber : Badan Perpustakaan, Arsip dan PDE Kabupaten Bone tahun 2013

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan


1. Pertanian
Produksi tanaman pangan utama yaitu padi, jagung, kedelai, kacang tanah,
kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar rata-rata mengalami peningkatan. Dalam
kurun waktu lima tahun (2008-2012), rata-rata pertumbuhan produksi padi
sebesar 3,58%, jagung sebesar 22,32%, kedelai sebesar 10,96%, kacang tanah
sebesar 6,62%, kacang hijau sebesar 21,79%, ubi kayu sebesar 16,64%, dan
ubi jalar sebesar 19,34%. Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan
selama ini lebih banyak dipengaruhi oleh luas panen, belum oleh peningkatan
produktivitas lahan. Dari data yang ada hanya tanaman jagung, kacang tanah,
dan ubi kayu yang produktivitasnya meningkat. Peningkatan luas panen
dipengaruhi oleh perubahan pola tanam yang dilakukan oleh petani dan kondisi
musim. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas tanaman pangan
dalam kurun waktu lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.78
Capaian Produksi dan Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian `Kenaikan
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
1 Padi Luas panen (Ha) 130.503 139.905 141.930 140.644 152.663 4,07
Produksi (Ton) 764.800 765.931 832.507 817.871 876.937 3,58
Produktivitas 58,60 54,75 58,66 58,15 58,15 0
(Kwt/Ha)

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 87


Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian `Kenaikan
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
2 Jagung Luas panen (Ha) 41.315 50.214 45.740 39.634 63.428 14,83
Produksi (Ton) 171.524 252.251 219.374 197.707 326.478 22,32
Produktivitas 41,52 50,24 47,96 49,88 51,47 5,92
(Kwt/Ha)
3 Kedelai Luas panen (Ha) 5.981 10.148 12.358 6.648 6.556 10,96
Produksi (Ton) 11.054 18.430 21.642 11.938 12.036 10,03
Produktivitas 18,48 18,16 17,51 17,96 18,36 (0,13)
(Kwt/Ha)
4 K.Tanah Luas panen (Ha) 13.813 9.597 12.544 4.126 7.979 6,62
Produksi (Ton) 22.010 16.213 20.909 6.643 13.559 9,63
Produktivitas 15,93 16,89 16,67 16,10 16,99 1,71
(Kwt/Ha)
5 K.Hijau Luas panen (Ha) 2.504 2.363 2.876 6.629 3.380 24,39
Produksi (Ton) 3.567 3.266 3.975 8.820 4.585 21,79
Produktivitas 14,25 13,82 13,82 13,31 13,57 (1,19)
(Kwt/Ha)
6 Ubi Kayu Luas panen (Ha) 615 583 815 911 1.095 16,64
Produksi (Ton) 6.062 5.780 8.143 9.002 10.849 16,82
Produktivitas 98,57 99,14 99,91 98,81 99,08 0,13
(Kwt/Ha)
7 Ubi jalar Luas panen (Ha) 445 457 667 733 871 19,34
Produksi (Ton) 3.666 3.773 5.589 6.097 7.173 19,45
Produktivitas 82,38 82,56 83,79 83,18 82,35 (0,00)
(Kwt/Ha)
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun 2013

Produksi tanaman hortikultura jenis sayur sayuran Kabupaten Bone secara


umum menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari rata-rata pertumbuhan
pada masing-masing komoditas. Namun demikian untuk beberapa komoditas
seperti bayam, ketimun, labu siam, dan tomat mengalami penurunan.
Perkembangan produksi tanaman hortikultura jenis sayur-sayuran dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 2.79
Luas Panen dan Produksi Sayuran Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Bawang merah Luas panen (Ha) 111 126 235 248 0 35,18
Produksi (Kw) 4.162 5.290 10.132 10.710 0 41,45
2 Bawang Putih Luas panen (Ha) 16 16 13 17 0 4,01
Produksi (Kw) 509 509 432 571 0 5,68
3 Bawang Daun Luas panen (Ha) 10 12 8 11 0 8,06
Produksi (Kw) 237 291 208 336 0 18,60

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 88


Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
4 Bayam Luas panen (Ha) 538 406 414 0 (11,28)
Produksi (Kw) 23.267 17.759 17.986 0 (11,20)
5 Buncis Luas panen (Ha) 50 58 73 0 20,93
Produksi (Kw) 2.293 2.900 3.370 0 21,34
6 Cabe Luas panen (Ha) 288 459 489 530 0 7,46
Produksi (Kw) 14.480 21.653 22.873 24.415 0 20,64
7 Kac. Panjang Luas panen (Ha) 790 364 415 422 0 (12,74)
Produksi (Kw) 20.488 20.239 22.060 21.810 0 2,22
8 Kangkung Luas panen (Ha) 476 493 460 457 0 (1,26)
Produksi (Kw) 18.556 18.595 17.104 18.500 0 0,12
9 Ketimun Luas panen (Ha) 451 464 431 438 0 (0,87)
Produksi (Kw) 14.677 15.016 14.268 14.401 0 (0,58)
10 Kentang Luas panen (Ha) 17 21 23 31 0 22,61
Produksi (Kw) 841 988 1.132 1.475 0 20,78
11 Labu Siam Luas panen (Ha) 391 397 370 375 0 (1,31)
Produksi (Kw) 20.112 20.246 18.952 19.255 0 (1,38)
12 Petsai/Sawi Luas panen (Ha) 190 275 237 236 0 10,17
Produksi (Kw) 9.238 10.987 11.454 11.263 0 7,17
13 Terung Luas panen (Ha) 388 432 399 423 0 3,24
Produksi (Kw) 20.679 21.539 21.084 22.231 0 2,50
14 Tomat Luas panen (Ha) 392 396 375 393 0 0,17
Produksi (Ton) 17.405 17.297 16.461 17.249 0 (0,22)
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun 2013

Produksi tanaman buah-buahan Kabupaten Bone secara umum menunjukkan


peningkatan, namun untuk beberapa komoditas seperti nanas, pepaya dan
pisang mengalami penurunan. Terjadi pula penurunan jumlah tanaman yang
menghasilkan (Pohon), khususnya pada tanaman alpukat, durian, jambu biji,
mangga, pisang, dan sukun. Hal ini perlu diantisipasi dengan penambahan
jumlah tanaman, sehingga produksi dapat dipertahankan untuk mencukupi
kebutuhan masyarakat Kabupaten Bone. Perkembangan produksi tanaman
buah-buahan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.80
Jumlah Tanaman dan Produksi Buah-Buahan Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012
Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian Pertumbuha
2008 2009 2010 2011 2012 n (%)
1 Alpukat Tan.menghslkan 12.017 8.684 6.966 6.966 0 (15,84)
(Pohon)
Produksi (Kw) 1.065 760 1.016 1.007 0 1,39
2 Belimbing Tan.menghslkan 1.183 1.358 1.477 1.843 0 16,11
(Pohon)
Produksi (Kw) 89 85 105 115 0 9,52

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 89


Tahun Rata-rata
No Komoditas Uraian Pertumbuha
2008 2009 2010 2011 2012 n (%)
3 Duku/Langsat Tan.menghslkan 152.609 158.194 158.194 158.194 0 1,22
(Pohon)
Produksi (Kw) 56.543 60.905 62.487 62.487 0 3,44
4 Durian Tan.menghslkan 38.608 38.608 36.553 36.553 0 (1,77)
(Pohon)
Produksi (Kw) 13.965 13.975 14.475 14.349 0 0,93
5 Jambu Biji Tan.menghslkan 130.262 130.262 101.597 101.506 0 (7,37)
(Pohon)
Produksi (Kw) 52.923 52.927 54.544 54.099 0 0,75
6 Jambu Air Tan.menghslkan 4.820 6.525 6.525 0 17,69
(Pohon)
Produksi (Kw) 1.350 1.563 1.516 0 6,39
7 Jeruk Tan.menghslkan 9.365 34.278 34.278 34.278 0 88,67
(Pohon)
Produksi (Kw) 485 1.975 2.483 2.543 0 111,78
8 Mangga Tan.menghslkan 489.816 489.814 487.973 486.673 0 (0,21)
(Pohon)
Produksi (Kw) 15.921 15.919 20.151 20.811 0 9,95
9 Nangka Tan.menghslkan 26.928 27.468 27.468 54.443 0 33,40
(Pohon)
Produksi (Kw) 1.971 2.019 2.306 2.166 0 3,53
10 Nenas Tan.menghslkan 51.267 35.049 44.892 44.910 0 (1,17)
(Pohon)
Produksi (Kw) 1.274 1.343 1.288 1.258 0 (0,34)
11 Pepaya Tan.menghslkan 11.535 11.525 11.525 37.473 0 75,02
(Pohon)
Produksi (Kw) 4.055 4.045 3.316 2.981 0 (9,46)
12 Pisang Tan.menghslkan 980.794 980.794 639.869 639.869 0 (11,59)
(Rmpn)
Produksi (Kw) 179.478 164.913 141.041 144.771 0 (6,65)
13 Rambutan Tan.menghslkan 46.680 46.680 46.680 46.680 0 -
(Pohon)
Produksi (Kw) 48.362 48.910 49.261 49.259 0 0,62
14 Petai Tan.menghslkan 784 784 784 0 -
(Pohon)
Produksi (Kw) 1.626 1.634 1.631 0 0,15
15 Salak Tan.menghslkan 315 315 427 0 17,78
(Pohon)
Produksi (Kw) 115 125 145 0 12,35
16 Sawo Tan.menghslkan 653 673 673 673 0 1,02
(Pohon)
Produksi (Kw) 101 104 122 116 0 5,12
17 Sirsak Tan.menghslkan 3.219 3.219 3.287 0 1,06
(Pohon)
Produksi (Kw) 137 145 203 0 22,92
18 Sukun Tan.menghslkan 74.700 74.700 74.700 72.705 0 (0,89)
(Pohon)
Produksi (Kw) 32.985 33.078 41.409 42.643 0 9,48
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan & Hortikultura, Tahun 2013

Jenis tanaman Perkebunan di Kabupaten Bone yang dibudidayakan


masyarakat tergolong banyak, namun yang termasuk dalam komoditas andalan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 90


Kabupaten Bone hanya mencakup beberapa komoditas. Jenis tanaman
perkebunan yang produksinya relatif banyak yaitu Kakao (coklat), kelapa dalam,
tebu, kapas, kemiri, dan cengkeh. Perkembangan produksi tanaman perkebunan
di Kabupaten Bone dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.81
Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

Tahun Rata-rata
No Komoditas Pertumbuhan
2008 2009 2010 2011 2012 (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kelapa Dalam 9.382 9.478 9.478 9.620 10.999 9.791
2. Kelapa Hybrida 3.655 3.489 3.489 3.603 4.040 3.655
3. Kopi 264 265 265 279 281 271
4. Kakao 12.870 8.803 9.260 9.521 18.332 11.757
5. Kemiri 6.892 7.148 7.148 11.898 10.787 8.775
6. Kapuk 754 755 755 755 755 755
7. Jambu Mete 2.863 2.872 2.872 2.860 2.874 2.868
8. Cengkeh 2.087 2.111 2.111 900 1.630 1.768
9. Lada 83 84 84 85 92 86
10. Pala 1 1 1 1 1 1
11. Vanili 36 36 43 40 43 40
12. Pinang 633 655 655 554 510 601
13. Aren 2.630 2.657 2.657 2.702 4.956 3.120
14. Siwalan 494 814 814 814 814 750
15. Sagu 814 48 48 48 58 203
16. Asam Jawa 48 48 48 48 49 48
17. Nipa 47 47 47 45 50 47
18. Kayu Manis 350 350 350 350 158 312
19. Jarak Pagar 683 14,08 14,08 38,00 342 218
20. Tebu Rakyat 45.095 99.654 61.772 34.161 53.240,00 58.784
21. Tembakau 882 882 936 1.044 1.094,26 968
22. Kapas 198.078 521.188 704.359 403.671 400.001 445.459
23. Jahe 135 135 135 158 138 140
24. Kunyit 946 946 946 481 489 762
25. Kencur 23 23 23 23 23 23
26. Sereh Wangi 85 85 85 54 109 84
27. Temu Lawak 17 17 17 17 17 17
28. Lempuyang 58 58 58 58 58 58
29. Lengkuas 242 242 242 210 220 231
30. Wijen 70 180 180 215 221 173
Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bone, 2012

Hewan ternak yang paling potensial dan menjadi unggulan di Kabupaten


Bone adalah sapi. Populasi sapi pada tahun 2012 mencapai sebanyak 304.140

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 91


ekor. Populasi kambing masih terbatas, yaitu hanya sebanyak 21.882 ekor,
sedangkan kuda sebanyak 9.495 ekor, dan paling sedikit kerbau hanya 3.673
ekor. Untuk jenis unggas, populasi terbesar pada ayam buras sebanyak
3.071.766 ekor, selanjutnya ayam petelur sebanyak 137.611 ekor, ayam
pedaging sebanyak 136.324 ekor. Dari sebanyak delapan jenis hewan ternak di
Kabupaten Bone, sebagian besar memiliki rata-rata pertumbuhan positif
(meningkat), hanya kerbau dan kuda yang pertumbuhannya negatif (menurun).
Perkembangan populasi hewan ternak selama kurun waktu lima tahun (2008-
2012) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.82
Populasi Ternak di Kabupaten Bone
Tahun 2008-2012

Rata-rata
No Komoditas 2008 2009 2010 2011 2012 Pertumbuhan
(%)
1 Sapi 169.492 174.652 191.513 283.441 304.140 17,00
2 Kerbau 7.255 5.255 5.551 3.687 3.673 (13,97)
3 Kuda 10.448 8.687 9.590 9.360 9.495 (1,85)
4 Kambing 10.910 11.760 14.256 16.567 21.882 19,33
5 Itik 114.609 116.346 148.927 156.669 184.913 13,19
6 Ayam buras 2.260.254 1.033.081 1.303.686 1.956.707 3.071.766 19,73
7 Ayam petelur 42.885 40.974 52.383 49.764 137.711 48,78
8 Ayam pedaging 416.726 54.711 85.153 60.895 136.324 16,04
Sumber : Dinas Peternakan Kab. Bone, 2012

Perkembangan penyakit pada hewan ternak perlu diwaspadai, sebab dapat


dimungkinkan penyebaraan penyakit zoonosis yang menular ke manusia. Jumlah
kasus penemuan penyakit pada hewan ternak di Kabupaten Bone pada tahun
2012 sebanyak 94 kasus. Sementara itu angka kesakitan ternak sebanyak 2.585
ekor. Dalam upaya mencegah penyebaran penyakit, pada tahun 2012 dilakukan
pemberian vaksin kepada sejumlah 60.119 ekor ternak.

2. Kehutanan
Sejalan pelaksanaan otonomi daerah dengan azas desentralisasi, paradigma
pembangunan kehutanan di Kabupaten Bone adalah domestic resources based
(community and resource based development), yaitu (1) menetapkan sumber
daya hutan dalam tiga sisi manfaat yang seimbang yakni ekonomi, ekologi dan
sosial; dan (2) memfasilitasi dan mendorong terciptanya pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dengan memberi peluang yang luas kepada lembaga usaha
masyarakat kecil dan menengah yang berbasis hutan dalam menuju
pengelolaan hutan yang lestari, demokratis dan berkeadilan.
Paradigma pembanguna kehutanan ini menjawab target capaian tujuan MDGs
sektor kehutanan yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Indikator
yang dinilai adalah (1) Proporsi luas lahan yang tertutup hutan, (2) Rasio luas
kawasan hutan lindung/konservasi terhadap luas wilayah daratan.
Luas pada tahun 2008 kawasan hutan di Kabupaten Bone sekitar 155.484 ha
yang terdiri dari hutan lindung + - 32.612 ha, hutan produksi +- 110.760 ha,
hutan wisata (Cani Sidenreng ) +-1,612 Ha dan hutan mangrove +- 10.437 Ha.
Hutan produksi di Kabupaten terdiri dari Hutan Pinus (+-10.500 Ha ), Hutan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 92


Rotan (+-2.500 Ha), huta jati (+-7.500 Ha ) dan Hutan lainnya (+-90.360 Ha ) .
Tahun 2012 kondisi ini menurun yaitu hutan lindung menjadi 24.846 ha, hutan
mangrove tinggal 75 ha, namun hutan wisata bertambah menjadi 1.674,80 ha
Dilihat dari kepemilikan terdapat 8.654 ha hutan rakyat dan hutan negara
seluas 144.482. Hutan pinus berada di Kecamatan Bontocani, Teluk Limpoe,
Bengo, Ponre, dan Libureng dan hutan jati tersebar di 18 kecamatan. Hutan
lindung berada di Kecamatan Bontotani teluk Limpie, Tonra, Dua Boccoe,
Lappariaja, Ponre dan Tanete Riattang Timur. Hutan wisata Cani Sedenreng
berada di Kecamatan Ulaweng. Hutan mangrove tersebar di 10 kecamatan yaitu
Cendrana, Tellusiatinge, Awangpone, Tanete Riattang Timur, Barebbo, Mare,
Sibulue, Tonra, Salomekko dan Kajuara.

Tabel 2.83
Realisasi Capaian Urusan Kehutanan
Realisasi Capaian
No Indikator Kinerja
2008 2009 2010 2011 2012
1. Rehabilitasi Hutan dan
0 0 10,47 5,73 3,66
Lahan (%)
2. Kerusakan Hutan (%) 0 0 0 3,01 0,31
3. Luas kawasan lindung
untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati 30.292 30.292 30.292 30.292 30.292
terhadap total kawasan
hutan
4. Pembuatan Bangunan
Konservasi
- Dam Penahan (Unit) 0 0 4 3 3
- Embung Air (Unit) 0 0 3 1 2
- Gully Plug (Unit) 0 0 4 0 0
Sumber : Dishutbun Kabupaten Bone, Tahun 2013

3. Energi dan Sumberdaya Mineral


Kinerja pembangunan pada pelayanan yang dikelola oleh Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Bone selama periode 2008-2013 pada masing-
masing indikator sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2.84
Gambaran Pelayanan Dinas ESDM Kab. Bone Thn. 2008-2013

Jumlah Izin Tahun Total


No. Jenis Izin
2008 2009 2010 2011 2012 Izin
1. Izin Usaha Pelayanan BBM 241 120 173 247 0 781
2. Izin Usaha Kelistrikan Untuk 0 21 4 31 0 56
kepentingan Sendiri
3. IUP OP Khusus 0 0 0 36 1 37
Pengangkutan dan Penjualan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 93


4. IUP OP Khusus Pengolahan 2 0 0 4 0 6
5. IUP OP Batuan 12 2 21 108 20 163
6. Izin Pemanfaatan Mataair 2 3 2 0 0 7
7. Surat Keterangan Terdaftar 0 0 0 17 4 21
Sumber : Dinas ESDM Kab. Bone, 2012

Sedangkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang terbit melalui Surat


Keputusan Bupati Bone untuk mineral logam, bukan logam dan batubara
periode tahun 2008-2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.85
Gambaran Penerbitan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Thn. 2008-2012
Melalui Surat Keputusan Bupati
Bahan Periode Penerbitan Jumlah
No. Jenis Izin
Galian 2008 2009 2010 2011 2012 Izin
1. IUP Logam 8 13 0 0 2 23
Eksplorasi
2. IUP OP Logam 2 1 2 1 4 10
3. IUP Batubara 3 0 0 0 0 3
Eksplorasi
4. IUP OP Batubara 4 0 4 0 1 9
5. IUP Bukan 0 0 0 2 0 2
Eksplorasi Logam
Sumber : Dinas ESDM Kab. Bone, 2012

4. Pariwisata
Kabupaten Bone yang secara geografis memiliki letak yang strategis di jalur
pesisir timur Sulawesi Selatan. Letak yang strategis tentunya memiliki nilai yang
lebih, khususnya dalam bidang pariwisata. Kabupaten Bone memiliki
keanekaragaman daya tarik alam dan budaya yang patut untuk dijadikan salah
satu tujuan utama pariwisata di Provinsi Sulawesi Selatan.
Obyek wisata budaya yang potensial di Kabupaten Bone antara lain adalah
rumah adat Bola Soba yang ada di Kelurahan Manurunge Kecamatan Tatene
Raittang, Museum Lapawawoi di pusat Kota Watampone, komplek pemakaman
Raja Kalokkoe (Laleng Bata) sekitar 3 km dari kota Watampone dan Makam
raja-raja Watang Lamuru di Desa Labalata, kompleks makam Labalata dan
Kalokkoe serta makam Lapatau Matanna Tikka di Desa Nagauleng, Kecamatan
Cenrana.
Sedangkan obyek wisata alam yang potensial antara lain Gua Mampu di Desa
Labbeng yang memiliki stalaktit dan stalagmit, Gua Cempalagi di Desa Mallari,
dan dua gua lainnya yaitu Lagaroang dan gua Jepang. Selain itu sejumlah air
terjun juga tersebar di berbagai kecamatan seperti air terjun Ulu Ere dan air
terjun Pammusurang di Desa Bontojai dan air terjun Ladenring di Kecamatan

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 94


Lamutu. Adapun obyek wisata bahari ada pantai Ancue, Pantai Tete, Pantai
Pasir Putih Bone Lampe dan Pantai Ujung Pattiro.
Obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Bone adalah pusat kerajinan tangan
rumput Anemi atau pita di Desa Wollangi, kerajinan songkok To Bone di Desa
Paccing. Kerajinan perak di Desa Pinceng Pute dan perkampungan Suku Bajo
yang di Desa Bajoe.
Untuk mendukung kegiatan pariwisata di Kabupaten Bone, telah terdapat
sarana pendukung pariwisata berupa hotel dan penginapan. Data dari
Kabupaten Bone dalam angka tahun 2012, terdapat 28 hotel dan penginapan
yang dapat mendukung kepariwisataan Kabupaten Bone.
Angka kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bone dari tahun 2008 sampai
tahun 2012 mengalami kondisi yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun.
Tingkat kunjungan teringgi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 125.156
wisatawan yang berkunjung. Sedangkan terendah adalah tahun 2012 yang
hanya mampu mencapai 90.787 kunjungan saja. Adapun kontribusi dari sektor
pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Bone justru mengalami peningkatan dari
0,4% pada tahun 2008 menjadi 0,8% pada tahun 2012.

Tabel 2.86
Capaian Kinerja Bidang Pariwisata Kabupaten Bone Tahun 2008-2012
No Indikator 2008 2009 2010 2011 2012

1. Kunjungan wisata (orang) 117.071 125.156 102.710 103.724 90.787

2. Konstribusi sektor pariwisata


0,40 0,63 0,71 0,80 0,80
terhadap PDRB

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, 2012

5. Perikanan Kelautan
Pembangunan urusan kelautan dan perikanan periode tahun 2008-2012
secara umum menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan. Hal ini tidak
terlepas dari kondisi alam pada tahun berkenaan, antara lain cuaca yaitu curah
hujan dan gelombang laut yang mempengaruhi produktivitas hasil produksi
nelayan dan pembudidaya ikan. Produksi perikanan di Kabupaten Bone
menunjukkan peningkatan, dari sebanyak 122.364 ton pada tahun 2008 menjadi
193.983,5 ton pada tahun 2012. Perikanan budidaya terlihat mengalami
peningkatan dari sebesar 50.924 ton pada tahun 2008 menjadi 125.505 ton
pada tahun 2012. Sementara itu produksi perikanan tangkap yang berasal dari
perikanan laut justru mengalami penurunan dari sebesar 71.441 ton pada tahun
2008 menjadi 68.479 ton pada tahun 2012. Adapun produksi ikan olahan
menunjukkan penurunan produksi, dari sebesar 9.662 ton pada tahun 2008 dan
sebesar 13.767 ton pada tahun 2011 menjadi hanya sebanyak 2.674 ton pada
tahun 2012. Perkembangan produksi perikanan selama kurun waktu lima tahun
dapat dilihat pada tabel berikut:

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 95


Tabel 2.87
Produksi Perikanan di Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

No Indikator Kinerja 2008 2009 2010 2011 2012


Produksi
1 Perikanan 122.365 119.737 181.107 194.161 193.984
a. Tangkap 71.441 72.145 68.451 68.733 68.479
- Laut 69.917 70.616 67.085 67.784 67.506
- Perairan Umum 1.524 1.529 1.365 949 972
b. Budidaya 50.924 47.592 112.656 125.428 125.505
- Tambak 27.948 28.875 56.648 61.181 60.295
- Kolam 64 91 72 75 135
- Mina Padi 9 7 37 44 75
- Laut (rumput laut) 22.900 18.616 55.899 64.128 65.000
- Perairan Umum 3 3 0 0 0
2 Jumlah produksi 9.662 9.603 12.571 13.767 2.674
ikan olahan (ton)
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012

Tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Bone mengalami menurunan dari


sebesar 45,90 kg/kapita/tahun pada tahun 2008 menjadi 43,50 kg/kapita/tahun
pada tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk yang
tidak sebanding dengan peningkatan jumlah produksi perikanan, dengan asumsi
ikan yang dipasarkan keluar daerah dianggap tetap. Kemungkinan sebab lainnya
adalah pola masyarakat yang cenderung beralih konsumsi selain ikan.
Dalam rangka peningkatan produksi perikanan, baik perikanan tangkap,
perikanan budidaya, maupun hasil olahan ikan, pemerintah Kabupaten Bone
melakukan pembinaan dan fasilitasi kelompok usaha masyarakat di bidang
perikanan. Jumlah kelompok perikanan tangkap di Kabupaten Bone sampai
dengan tahun 2012 mencapai sebanyak 179 kelompok. Dari jumlah tersebut,
jumlah kelompok Usaha Bersama (KUB) yang berkembang sampai dengan tahun
2012 sebanyak 160 KUB, dan kelompok Usaha Bersama (KUB) yang mendapat
alat tangkap dan alat bantu penangkapan dalam kurun waktu lima tahun
sebanyak 163 KUB. Sementara itu jumlah kelompok pembudidaya ikan di
Kabupaten Bone sampai dengan tahun 2012 sebanyak 323 kelompok. Dari
jumlah tersebut, kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang berkembang
sebanyak 100 kelompok, sedangkan kelompok pembudidaya ikan yang
mendapat Bantuan sarana produksi budidaya dalam kurun waktu lima tahun
sebanyak 164 kelompok.
Terkait usaha pengolahan ikan, jumlah kelompok pengolahan dan pemasaran
(Poklahsar) yang berkembang sampai dengan tahun 2012 sebanyak 77
kelompok, dan kelompok (Poklahsar) yang mendapat bantuan sarana prasarana
pengolahan hasil perikanan dan pemasaran ikan dalam kurun waktu lima tahun
sebanyak 20 kelompok dari sebanyak 77 kelompok yang ada. Pembinaan
kelompok juga dilakukan terhadap kelompok masyarakat Swakarsa Pengamanan
Sumber Daya kelautan (Pokmaswas). Pembinaan Pokmaswas dilakukan untuk
mempertahankan keaktifan kelompok, sehingga dapat berperan serta dalam
pencegahan praktek-praktek illegal fishing di perairan Kabupaten Bone,
diantaranya penggunaan alat tangkap dan alat bantu penangkapan yang tidak
ramah lingkungan.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 96


Perkembangan pembinaan kelompok bidang kelautan dan perikanan selama
kurun waktu lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.88
Pembinaan Kelompok Bidang Kelautan dan Perikanan
di Kabupaten Bone Tahun 2008-2012

No Indikator Kinerja 2008 2009 2010 2011 2012


A Bina Kelompok Nelayan (KUB)
1 Jumlah kelompok perikanan
tangkap 51 50 50 164 179
2 Jumlah kelompok Usaha Bersama
(KUB) yang mendapat alat
0 4 30 70 59
tangkap dan alat bantu
penangkapan
3 Jumlah kelompok Usaha Bersama
32 53 92 130 160
(KUB) yang berkembang
B Bina Kelompok Pembudidaya
Ikan (POKDAKAN)
1 Jumlah kelompok pembudidaya 170 171 232 281 323
Ikan
2 Jumlah kelompok pembudidaya 20 32 43 35 19
Ikan (POKDAKAN) yang
mendapat Bantuan sarana
produksi budidaya
3 Jumlah kelompok Pembudidaya 98 99 99 100 100
Ikan (pokdakan) yang
berkembang
C Bina Kelompok Pengolahan
dan Pemasaran Hasil
Perikanan (POKLAHSAR)
1 Jumlah kelompok pengolahan dan
25 23 25 61 77
pemasaran hasil perikanan
2 Jumlah kelompok (POKLAHSAR)
yang mendapat bantuan sarana
0 3 1 0 13
prasarana pengolahan hasil
perikanan dan pemasaran ikan.
3 Jumlah kelompok pengolahan dan
pemasaran (POKLAHSAR) yang 25 23 25 61 77
berkembang
D Bina kelompok masyarakat
Swakarsa Pengamanan
Sumber Daya kelautan
(POKMASWAS)
1 Jumlah kelompok masyarakat
Swakarsa Pengamanan Sumber 59 59 59 59 59
Daya kelautan (POKMASWAS)
2 Jumlah kelompok masyarakat
Swakarsa Pengamanan Sumber
0 0 2 0 0
Daya kelautan yang dibina
(POKMASWAS)
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 97


6. Perdagangan

Kontribusi sektor perdagangan dalam PDRB dari tahun 2008 2011


mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 kontribusi perdagangan sebesar
7,31% meningkat pada tahun 2011 menjadi 7,69%. Kontribusi terbesar dalam
sektor perdagangan adalah usaha dagang kecil, dengan rata-rata kontribusi
sebesar 4%.

Gambar 2.19
Kontribusi Sektor Perdagangan pada PDRB Tahun 2008-2011 (%)
Kabupaten Bone

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Sarana perdagangan di Kabupaten Bone mengalami pertumbuhan utamanya


sarana gudang, swalayan dan toko modern. Sedangkan jumlah Jumlah Pasar
Kabupaten sampai dengan tahun 2012 sebanyak 2 unit dan Pasar Desa
sebanyak 80 unit. Jumlah gudang mengalami peningkatan dari tahun 2008-
2012. Pada tahun 2008 sebanyak 19 unit dan meningkat pada tahun 2012
menjadi 48 unit. Pada tahun 2011 di Kabupaten Bone mulai muncul swalayan
modern yaitu alfa mart, indomart dan alfa midi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam lampiran tabel.

Tabel 2.89
Perkembangan Sarana Perdagangan Dan
Sarana Penunjang Perdagangan
Tahun 2008/2012

Jumlah
N0 Jenis
2008 2009 2010 2011 2012
1 Gudang 19 29 32 47 48
2 Swalayan 2 2 3 3 3
4 Alfa Midi 0 0 3 3 3
5 Indo Maret 0 0 0 5 6
6 Alfa Maret 0 0 0 7 7
7 Pasar Kabupaten 2 2 2 2 0
8 Pasar Desa 80 80 80 80 0
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 98


Jumlah eksportir selama kurun 2010 2011 cenderung menurun, pada tahun
2010 jumlah eksportir sebanyak 10.103 orang menurun pada tahun 2011
menjadi 7.093 orang. Nilai ekspor pada tahun 2010 sebesar Rp.365.985.000,00
menurun menjadi 1.074.670,00.
Kabupaten Bone memiliki komiditi perdagangan sebanyak 8 jenis. Jumlah
realisasi penjualan sampai dengan tahun 2012 cenderung mengalami
penurunan. Walaupun volume komoditi perdagangan mengalami penurunan
namun nilai jualnya mengalami mengalami kenaikan, hal ini dapat dilihat dalam
tabel realisasi penjualan Kabupaten Bone. Jenis komoditi perdagangan yang
memiliki volume dan nilai kontribusi tertinggi adalah Jagung. Secara rinci dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.90
Realisasi Penjualan Perdagangan Komoditi Unggulan
Kabupaten Bone Tahun 2010 - 2012
Volume Nilai (Rp 000)
No Jenis
2010 2011 2012 2010 2011 2012
1 Kakao 9.260 9.521 18.332 148.160.000 152.336.000 293.312.000
2 Kemiri 7.148 11.898 10.787 164.404.000 273.654.000 248.101.000
3 Jambu Mente 2.872 2.872 2.860 34.464.000 34.464.000 34.320.000
4 Jagung 217.632 197.707 211.703 457.027.000 415.084.700 703.912.475
5 Kacang Ijo 3.974 8.820 3.020 4.215.800 94.374.000 36.240.000
6 Kedelai 21.647 11.938 6.395 133.129.050 72.821.800 31.776.755
7 Kacang 20.875 6.643 12.876 229.625.000 73.073.000 198.290.400
Tanah
Jumlah 283.408 249.399 265.973 1.171.024.850 1.115.807.500 1.545.952.630
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

Jumlah Usaha perdagangan di Kabupaten Bone selama kurung waktu 2008


2012 mengalami pertumbuhan dimana untuk usaha dagang kecil berdasarkan
jumlah unit usaha pada tahun 2008 sebanyak 1.506 meningkat pada tahun 2012
menjadi 2.420. Usaha dagang menengah juga mengalami peningkatan. Pada
tahun 2008 sebanyak 248 unit meningkat pada tahun 2012 menjadi 400 unit.
Sedangkan usaha dagang besar juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2008
jumlah usaha dagang sebanyak 23 unit meningkat pada tahun 2012 menjadi
102 unit. Pelaku Usaha Dagang ini terutama yang dengan skala kecil dan
menengah masih memiliki kekurangan yaitu terbatasnya modal, kurangnya
kemampuan manajemen, dan teknologi. Jumlah pengusaha UDKM yang dibina
ini masih sangat kecil. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.91
Jumlah Usaha Perdagangan Di Kabupaten Bone
Tahun 2008 2012

Tahun
No Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
1 Usaha Dagang K
a.Unit Usaha (unit) 1.506 1.800 1.850 2.200 2.420
b.Tenaga Kerja 4.194 6.500 6.800 7.010 7.500
(orang)
c.Modal (Rp) 79.184.900 85.000.000 87.000.000 90.020.000 91.150.000

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 99


2 Usaha Dagang M
a.Unit Usaha (unit) 248 267 290 320 400
b.Tenaga Kerja 624 800 1.000 1.200 1.480
(orang)
c.Modal (Rp) 28.280.000 30.020.000 33.200.000 36.000.000 42.150.000

3 Usaha Dagang B
a.Unit Usaha (unit) 23 50 65 88 102
b.Tenaga Kerja 212 280 320 360 400
(orang)
c.Modal (Rp) 7.619.850 20.500.000 25.450.000 27.400.000 30.200.000
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

Dalam memperlancar pelaksanaan pembangunan perdagangan dilakukan


peneraan dan pengawasan alat perdagangan. Pelaksanaan peneraan dan
pengawasan alat UTTP (Ukur, Takar,Timbang, dan Perlengkapanya) selama
kurun waktu 2008 2012 mengalami penurunan, hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2.92
Hasil UTTP (Ukur, Takar,Timbang, Perlengkapan)
Tahun 2008/2012
Tahun
No Jenis UTTP
2008 2009 2010 2011 2012
1 Ukuran Panjang 76 76 76 76 76
2 Takaran Kering 666 964 1153 1153 1250
3 Takaran Basah 368 368 368 508 561
4 Anak Timbangan Biasa 1144 1144 1266 3765 3914
5 Anak Timbangan Halus 542 542 542 542 542
6 Neraca Emas 169 169 169 169 169
7 Anak Timbangan Milligram 218 218 218 160 160
8 Timbanga Sentisimal 320 320 530 748 774
9 Timbangan Meja 6 6 6 8 8
10 Dacin Logam 112 146 170 187 208
11 Timbangan Pegas 250 262 263 370 388
12 Timbangan Elektronik 86 137 141 158 168
Halus
13 Timbangan Elektronik 6 6 12 12 21
Kasar
14 Meter Kadar Air 3 3 3 1 1
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

Pengawasan perdagangan ini masih sangat terbatas hal ini dikarenakan


rendahnya SDM dan instrumen untuk melakukan pengawasan. Selain itu juga
kesadaran konsumen dan pedagang juga masih kurang dalam rangka
perlindungan hak konsumen.

7. Perindustrian
Berdasarkan data PDRB Kabupaten Bone atas dasar harga berlaku, sektor
industri selama kurun waktu 2008-2011 memberikan kontribusi antara 6,85% -
7,61%. Kontribusi sektor industri ini dari tahun ke tahun sejak 2008 sampai

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 100


dengan tahun 2011 mengalami penurunan. Pada tahun 2008 kontribusi sektor
industri sebesar 7,61% menurun pada tahun 2011 menjadi 6,85%. Sektor
industri ini terdiri dari industri besar, industri, menengah dan kecil. Sektor
industri kecil memberikan sumbangan terbesar pada pencapaian kontribusi
sektor industri, yaitu antara 3%-4%.

Grafik 2.20
Kontribusi Sektor Industri pada PDRB (Berdasarkan Harga Berlaku)
Tahun 2008-2011 Kabupaten Bone

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

Perkembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari tahun 2008 2012
fluktuatif. Pada tahun 2008 jumlah IKM sebanyak 3.450 unit meningkat pada
tahun 2010 menjadi 5.609 unit kemudian menurun pada tahun 2012 menjadi
3.550 unit. Jumlah IKM terbanyak pada tahun 2010 yaitu sebesar 5.609 unit.
Penurunan jumlah IKM terbesar terjadi pada tahun 2009 ke tahun 2010. IKM di
Kabupaten Bone mampu menyerap tenaga kerja antara 15.000 17.000 tenaga
kerja. Penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu mencapai
17.955 orang.
IKM di Kabupaten Bone memiliki nilai produksi yang cukup besar. Nilai
produksi IKM tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
Rp.517.220.943.000,00 dengan nilai investasi Rp.126.438.170.000,00.
Sentra industri di Kabupaten Bone mengalami peningkatan dari tahun 2008
2012. Pada tahun 2008 Sentra industri kecil sebanyak 5 sentra meningkat pada
tahun 2012 menjadi 18 buah. Kabupaten Bone juga memiliki Kelompok Usaha
Bersama (KUB). Sampai dengan tahun 2012 KUB yang yang dibina juga
mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 jumlah KUB yang dibina sebanyak 6
unit meningkat pada tahun 2012 menjadi 17 unit Namun demikian jumlah ini
masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah desa yang dimiliki. Hal ini
menunjukkan bahwa minat masyarakat untuk berusaha masih relatif kecil.
Sebagian besar pelaku usaha IKM dan KUB masih memiliki banyak
permasalahan antara lain ketrampilan produksi, manajemen pengelolaan usaha,
permodalan dan penguasan ketrampilan. Selain itu juga masih kurangnya
jaringan pemasaran produk IKM.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 101


Tabel 2.93
Perkembangan IKM Tahun 2008 - 2012

No Tahun
Uraian
2008 2009 2010 2011 2012
1 Unit Usaha 3.450 5.553 5.609 3.318 3.550
2 Tenaga Kerja (orang) 15,446 17.955 16.775 14.443 15.454
3 Nilai Produksi (000) 231.574 256.03 517.22 276.28 295.62
.420 9.773 0.943 4.688 4.616

4 Nilai Investasi (000) 42.464. 119.45 126.43 132.45 141.73


235 3670 8.170 9.170 1.312

5 Sentra IK 5 9 13 17 18
6 KUB 6 10 13 16 17
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2012

8. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk dari suatu wilayah yang
padat penduduknya ke area wilayah pulau lain yang penduduknya masih sedikit
atau belum ada penduduknya sama sekali. Transmigrasi di Indonesia biasanya
diatur dan didanai oleh pemerintah kepada warga yang umumnya golongan
menengah ke bawah. Sesampainya di tempat transmigrasi para transmigran
akan diberikan sebidang tanah, rumah sederhana dan perangkat lain untuk
penunjang hidup di lokasi tempat tinggal yang baru.
Tujuan utama dilaksanakannya transmigrasi penduduk adalah sebagai upaya
untuk pemerataan persebaran penduduk dari penduduk yang terlalu padat ke
wilayah dengan penduduk yang masih relatif kosong atau bahkan belum
berpenduduk. Transmigrasi diupayakan sebagai bagian dari upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan memberikan kesempatan untuk
perubahan nasib. Melalui transmigrasi ini diharapakan penduduk padat yang ada
di Kabupaten Bone memiliki peluang dan harapan untuk perubahan hidup yang
lebih baik dengan kesejahteraan yang meningkat.

Masyarakat Bone yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera | II - 102

Anda mungkin juga menyukai