Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA SOSIOLOGI

“PROGRAM URBAN FARMING OLEH YAYASAN GITA PERTIWI


DALAM MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG
IKLIM KOPEN SUKOHARJO”

Disusun Guna Melengkapi Kegiatan Magang Mahasiswa

Disusun Oleh :

IRFIADE ZARKASYI TALATHTHOF


D0315035

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2018
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KEGIATAN MAGANG MAHASISWA SOSIOLOGI

“PROGRAM URBAN FARMING OLEH YAYASAN GITA PERTIWI


DALAM MENDORONG PARTISIPASI MASYARAKAT DI KAMPUNG
IKLIM KOPEN SUKOHARJO”

Disusun oleh
Irfiade Zarkasyi Talaththof
D0315035
Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing 1
Nama : Prof. Dr. Mahendra Wijaya, MS
NIP : 19600723 198702 1 001
Program Studi : Sosiologi

Pembimbing 2
Nama :
Nama Instansi : Yayasan Gita Pertiwi
Jangka Waktu Magang : 1,5 bulan

Telah Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing Pembimbing Instansi

Prof. Dr. Mahendra Wijaya, MS ..............................................

Surakarta, ..... April 2018

Kepala Prodi Sosiologi Koordinator KMMS

Dr. Ahmad Zuber, S.Sos,D.E.A Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si


19701215 199802 1 001 19770719 200801 2 016
MOTTO

1. “Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit

kembali setiap kali kita jatuh”

2. “Kesopanan adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya”

3. “Pendidikan adalah perlengkapan paling baik untuk hari tua”

4. “Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka

terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka

bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi”

5. “Istri Bung Hatta itu ada tiga dan sama-sama dicintainya: tikar sembahyang,

buku-buku, dan saya”- Rahmi Hatta


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahNya, sehingga tugas laporan dengan judul “Program Urban Farming
Dalam Mendorong Partisipasi Masyarakat Di Kampung Iklim Kopen
Sukoharjo” ini, dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam menyusun tugas laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Zuber, S.Sos, DEA selaku Kepala Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Mahendra Wijaya, M.S. selaku dosen pembimbing magang yang
telah menyediakan waktu dan kesempatan untuk konsultasi selama proses magang
dan penyusunan laporan akhir.
3. Ibu Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si selaku koordinator penyelenggara Kegiatan
Magang Mahasiswa Sosiologi.
4. Ibu Titik Eka Sasanti, S.Pt selaku DirekturProgram LSM Gita Pertiwi tempat
pelaksanaan kegiatan magang.
5. Seluruh staff LSM Gita Pertiwi yang telah memberi banyak ilmu baru dan
mendukung penulis selama melaksanakan kegiatan magang.
6. Drastiana Nisa selaku Staff Tim Kerja LSM Gita Pertiwi yang telah dengan baik
memfasilitasi kami selama masa magang.
7. Rekan-rekan sesama magang yang telah banyak membantu selama dalam masa
penulisan laporan dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis masih
perlu memperbaikinya, dengan demikian penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini,
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya
dan berguna bagi penulis pada khususnya.

Surakarta, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii
MOTTO................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan......................................................................................... 4
C. Manfaat Penulisan....................................................................................... 5

BAB II
DESKRIPSI YAYASAN GITA PERTIWI
A. Visi, Misi, Tujuan, Landasan Hukum, Sasaran Garapan dan Program
Umum Yayasan Gita Pertiwi.
1. Visi................................................................................................... 6
2. Misi.................................................................................................. 6
3. Tujuan.............................................................................................. 7
4. Landasan Hukum............................................................................. 7
5. Sasaran Garapan.............................................................................. 7
6. Program Umum............................................................................... 7
B. Lokasi LSM Gita Pertiwi............................................................................ 7
C. Sejarah Berdirinya LSM............................................................................. 8
D. Struktur Organisasi..................................................................................... 9
E. Keadaan Pegawai........................................................................................ 10
F. Mitra Kerja.................................................................................................. 10

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
A. Persiapan Magang....................................................................................... 11
B. Kegiatan Magang........................................................................................ 12
C. Kendala Magang......................................................................................... 15
D. Pelaksanaan Magang dan Metode............................................................... 15
E. Log Book..................................................................................................... 16

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kampung Iklim Kopen............................................................................... 19
B. Program Urban Farming............................................................................. 19
C. Partisipasi Masyarakat................................................................................ 21

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan................................................................................................ 23
B. Saran.......................................................................................................... 23

LAMPIRAN......................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketahanan pangan merupakan isu yang selalu diperbincangkan akhir-akhir ini.


Walaupun di Indonesia sumber-sumber agraris melimpah, hal tersebut belum bisa
menjamin akan ketahanan pangan didalam negeri. Tidak semua kebutuhan pangan
masyarakat Indonesia bisa dipenuhi atau diproduksi secara mandiri. Pada akhirnya
banyak kebutuhan-kebutuhan pangan yang masih saja perlu diimpor oleh negara
seperti beras, bawang, kedelai bahkan sampai daging sapi.

Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang


untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan
jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman
kelaparan. Ada banyak hal tantangan untuk mencapai ketahanan pangan mulai dari
perubahan iklim, degradasi lahan, krisis air dan lain sebagainya.

Kondisi perkotaan yang padat saat ini sudah semakin mendesak warganya
untuk harus mampu memenuhi ketersediaan pangan mereka sendiri. Belum lagi
kondisi kehidupan ekonomi kota yang harga bahan-bahan makanan tidak murah
untuk didapat. Untuk itu perlu adanya kemandirian yang berbasis dari masyarakat itu
sendiri. Karena dengan adanya kemampuan masyarakat memenuhi ketersediaan
pangannya, warga tidak perlu bingung lagi akan kelangkaan bahan-bahan pangan.

Pesatnya laju pertumbuhan populasi di perkotaan akan menimbulkan masalah


lingkungan, mulai dari konversi lahan sampai degradasi kualitas lingkungan akibat
polusi dan sampah. Apabila kondisi pertumbuhan populasi penduduk lebih besar
dibandingkan laju produksi bahan pangan, maka akan terjadi bencana krisis pangan.
Jumlah bahan pangan yang tidak cukup secara parallel akan berdampak pada
ketergantungan antara suatu kawasan /wilayah terhadap kawasan lain. Hal ini tejadi
terutama untuk wilayah perkotaan negara-negara berkembang, dimana wilayah
tersebut semakin menjadi pusat penduduk serta pemukiman dan kumpulan orang-
orang dengan keragaman.

Salah satu hal yang menjadi problem kebutuhan pangan adalah perubahan
iklim yang ekstrim sering terjadi di beberapa negara. Hal ini tentu berakibat kepada
kenaikan harga produk termasuk hasil pertanian. Melonjaknya harga hasil pertanian
jelas saja menyengsarakan kaum petani dalam mendapatkan akses pangan. Selain itu
jika persoalan pangan terus mengalami keterpurukan. Hal yang ditakutkan
selanjutnya adalah bersaingnya negara-negara berkembang.

Pertanian yang memanfaatkan lahan pekarangan sempit di kota, termasuk


rumah dan perkantoran, digadang-gadang jadi salah satu solusi untuk penguatan
ketahanan pangan. Selain mendekatkan pangan ke dapur rumah, urban farming juga
sekaligus bisa memenuhi kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi
seimbang, dan aman.

Urban farming merupakan salah satu contoh konsep pengembangan pertanian


yang sehat, mudah dan ekonomis. Urban farming merupakan salah satu pola gaya
hidup sehat yang lebih ditujukan kepada masyarakat perkotaan dengan memanfaatkan
kebun/halaman rumah sebagai lahan produktif atau lahan bertani. Urban farming
tidak membutuhkan lahan tanam yang luas. Lahan yang sempit dapat dikelola dengan
baik asalkan ditangani dengan cermat dan tepat. Tetapi konsep ini juga tidak menutup
kemungkinan dapat diterapkan pada masyarakat yang ada didaerah dan pertanian
urban juga bisa melibatkan peternakan, budidaya perairan, wanatani, dan hortikultura.

Dengan melakukan kegiatan urban farming masyarakat mendapat


ketersediaan sayuran sebagai sumber nutrisi sehat, mengurangi impor sayuran,
menghijaukan lingkungan dan mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman
yang lebih mendalam dan meluas mengenai urban farming mengantarkan konsep ini
tidak lagi sekadar gaya hidup kaum urban, tapi meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap kualitas makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar.

Mungkin semua orang tahu bahwa kualitas hidup seseorang ditentukan oleh
kualitas makanan yang masuk kedalam tubuhnya. Bayangkan jika kita selalu
mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kita pun akan merasakan dampak buruk
meski tidak dalam jangka pendek.

Selama bertahun-tahun manusia terus melepaskan polutan ke udara


menembus atmosfir pelindung bumi. Melalui kendaraan bermotor, industrialisasi, dan
berbagai kegiatan yang membuang keluaran emisi gas rumah kaca. Hari demi hari
awan dipaksa menipiskan ozonnya. Gerombolan panas jatuh ke permukaan bumi,
kutub-kutub perlahan mulai mencair. Perubahan iklim sedang terjadi.

Perubahan iklim yang ekstrim terjadi di beberapa negara adalah salah satu hal
yang menjadi problem lingkungan saat ini. Hal ini tentu berakibat kepada aktifitas-
aktifitas keseharian masyarakat baik secara langsung atau tidak langsung. Perubahan
iklim adalah perubahan yang terjadi secara evolutif. Terjadi dalam jangka waktu yang
panjang yang didistribusikan dalam pola cuaca secara statistik.

Studi penyebab perubahan iklim didunia dilakukan dengan mempelajari


berbagai catatan iklim di bumi. Catatan-catatan tersebut menunjukkan bahwa sistem
iklim bervariasi secara alamiah melalui berbagai skala waktu. Secara umum,
perubahan iklim sebelum Revolusi Industri di tahun 1700-an dapat dijelaskan oleh
berbagai penyebab perubahan iklim yang bersifat alamiah seperti perubahan energi
matahari, letusan gunung berapi, dan perubahan alam dalam konsentrasi gas rumah
kaca. Gas rumah kaca, bertindak seperti menyelimuti bumi. Artinya bahwa gas
tersebut membiarkan panas dari matahari masuk ke atmosfer, tetapi tidak
memungkinkan panas untuk kembali ke ruang angkasa. Semakin besar gas rumah
kaca, semakin besar presentase panas yang terperangkap didalam atmosfer bumi.

Indonesia merespon hal tersebut dengan meneken perjanjian Paris menyoal


Perubahan Iklim. Melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya
sebagai perwakilan Indonesia menandatangani Perjanjian Paris tentang perubahan
iklim. Perjanjian Paris ini merupakan kesepakatan global yang monumental untuk
menghadapi perubahan iklim. Disebutkan Kementrian LHK, Indonesia menyadari
bahwa kehutanan dan pemanfaatan lahan adalah sektor yang paling signifikan dalam
pengendalian perubahan iklim, terutama karena kawasan hutan yang luasnya
mencapai 65% dari luas wilayah negara Indonesia 187 km2 yang juga merupakan
tempat yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Pemerintah Indonesia menetapkan langkah-langkah untuk menanggulangi


permasalahan perubahan iklim yang terjadi. Pertama adalah pada Januari 2016 lalu
membentuk sebuah Badan Restorasi Gambut sebagai langkah merespon pasca
kebakaran lahan dan hutan pada tahun 2015. Kemudian dilanjutkan melalui kebijakan
moratorium perizinan pada hutan primer dan lahan gambut. Yang terakhir adalah
pemerintah melibatkan segenap komponen masyarakat seperti swasta, kampus,
pemerintah daerah, dan berbagai kelompok masyarakat untuk berpartisipasi dalam
aksi terkait iklim mencakup aspek mitigasi dan adaptasi melalui program nasional
yang disebut dengan PROKLIM (program kampung iklim)

Wujud pelaksanaan Perjanjian Paris dimana pemerintah RI telah


meratifikasinya menjadi undang-undang no. 16 tahun 2016 tentang Persetujuan Paris
atas konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim. Landasan hukum
ProKlim adalah peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.84/MenLHK-Setjen/Kum.1/11/2016 tentang Program Kampung Iklim dan telah
ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Dirjen Pengendalian Perubahan
Iklim Nomor P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 tentang pedoman pelaksanaan program
Kampung Iklim.

Kampung Iklim Kopen sendiri sudah terdaftar sebagai salah satu lokasi
pengembangan program iklim dari 2.064 lokasi yang terdaftar. Kampung Kopen ini
terdaftar dengan nama Program Kampung Iklim (ProKlim) Jawa Tengah
2017(Kopen RT 1 RW 7, Desa Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo) dengan nomor akun 10-PK-IV-2017-0692.

Kampung ini terletak di Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura,


Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kampung ini adalah gabungan dari 2 RT yang
tergabung menjadi satu nama yaitu Kampung Iklim. Berbagai program pernah
dijalankan seperti program iklim. Program kampung iklim (ProKlim) telah
diluncurkan sebagai gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis
komunitas oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 1 Desember
2016.

ProKlim memberikan apresiasi terhadap wilayah administratif paling rendah


setingkat RW/dusun dan paling tinggi setingkat Kelurahan/ Desa. Kampung klim
melalui pengayaan inovasi program adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim
dilaksanakan secara kolaborasi antara pemerintah (party) dengan non-party
stakeholder.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan paper ini adalah :


1. Untuk mengetahui bagaimana program urban farming oleh Yayasan Gita
Pertiwi dalam mendorong partisipasi masyarakat di Kampung Iklim, Kopen,
Sukoharjo.
2. Untuk mengetahui program yang tepat bagi Yayasan Gita Pertiwi dalam
mendorong partisipasi masyarakat.
3. Mengetahui peran dan fungsi Yayasan Gita Pertiwi dalam mendorong
partisipasi masyarakat.
C. Manfaat Penulisan

Dalam penulisan ini penulis telah menempuh berbagai kegiatan dan


mengumupulkan informasi sebanyak-banyaknya demi tercapainya penyusunan
laporan ini. Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan dan memperluuas pengetahuan tentang Yayasan Gita


Pertiwi dari segi ilmu sosiologi sebagai sarana informasi pembangunan
penulis dalam memasuki lapangan pekerjaan yang sesungguhnya.
2. Membandingkan antara ilmu yang diajarkan dibangku kuliah dengan ilmu
yang diterapkan disuatu instansi khususnya di Yayasan Gita Pertiwi.
3. Untuk memahami dan mengembangkan teori yang penulis terima dengan
menerapkan pengetahuan baik pada pemerintah maupun swasta.
BAB II
DESKRIPSI YAYASAN GITA PERTIWI

A. Visi, Misi, Tujuan, Landasan Hukum, Sasaran Garapan, dan Program


Umum Yayasan Gita Pertiwi

1. Visi

Terwujudnya tatanan sosial yang lebih adil dan kelestarian


lingkungan,yang berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, partisipasi demokrasi,
kesetaraan, akuntabilitas,keterbukaan bagi seluruh masyarakat tanpa
mempertimbangkan suku, ras, kelas, agama dan jenis kelamin.

2. Misi

Misi dari Gita Pertiwi adalah Mendorong upaya –upaya untuk


mengurangi eksploitasi terhadap kelompok marginal terutama perempuan,anak
dan kelompok rentan lainnya dan perusakan lingkungan.Pada tingkat lokal,
regional, dan nasional, Gita Pertiwi ingin secara proaktif menggalang kerjasama
dengan pihak yang sama-sama peduli untuk memperjuangkan penegakkan
keadilan dan pelestarian lingkungan hidup sesuai dengan aturan perundang-
undangan yang ada, atau bila diperlukan mendorong advokasi atau penciptaan
kebijakan-kebijakan yang sesuai.
Di tataran internasional, Gita Pertiwi ikut membentuk diskursus
yang berkembang dalam gerakan lingkungan hidup dan sosial, khususnya
dalam memberikan perspektif dan analisis dari Indonesia sebagai negara
berkembang maupun sebagai suatu negara yang memiliki keunikannya sendiri.
Kegiatan ini antara lain diupayakan dengan cara menjembatani lalu lintas
perkembangan isu antara aras internasional dan lokal, ikut berpartisipasi dalam
kampanye-kampanye tingkat internasional, serta mengidentifikasi masalah-
masalah lokal kepada publik internasional.
3. Tujuan

Tujuan dari LSM Gita Pertiwi yakni membantu proses


pemberdayaan masyarakat agar mampu memperjuangkan haknya untuk hidup
secara layak di lingkungan. Pemberdayaan disini dimaksudkan untuk
memfasilitasi masyarakat agar mampu menganalisis secara kritis kondisi riil di
sekitarnya. Paham akan proses penindasan dan eksploitasi oleh aktor-aktor yang
bermain, serta paham akan pihak-pihak mana yang diuntungkan dan mana yang
dirugikan.

4. Landasan Hukum

Landasan hukum Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi yaitu


Akta Notaris dengan No. 6 tahun 2005 dari kantor Sri Mahyani, SH.

5. Sasaran Garapan

Sasaran program : masyarakat marginal, yaitu masyarakat yang


terbatas peluang, akses , kontrol dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya.
Masyarakat marginal ini meliputi kaum perempuan, anak, masyarakat miskin,
difabel/berkebutuhan khusus.

6. Program umum Gita Pertiwi


1. Pertanian Berkelanjutan, di Kab Klaten, Wonogiri dan Boyolali
2. Sanitasi dan Kesehatan : di Kab Klaten dan Kota Semarang
3. Penyadaran Konsumen : Kota Solo, Kab Sukoharjo , Kab wonogiri dan
Kab Boyolali
4. Kota Cerdas Pangan : Kota Solo

B. Lokasi Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi


Yayasan Gita Pertiwi yang berada di wilayah Solo, Jawa Tengah ini
berlokasikan di Jl. Griyan lama No.20 Baturan Colomadu, Surakarta Jawa
tengah, Indonesia

Nomor telp. : 0271-710456

Fax : 0271-718956

Email : gita@indo.net.id
C. Sejarah Berdirinya Lembaga Swadaya Masyarakat

Gita Pertiwi adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang


memfokuskan diri pada kegiatan pelestarian lingkungan dan pengembangan
masyarakat. Berdiri pada tanggal 21 desember 1991 di Surakarta, dengan
Akte Notaris Nomor 64 Kantor Notaris Tjondro Santoso, SH. Disyahkan oleh
Pengadilan Negeri Surakarta Nomor 05 Tahun 1991 dengan nama Yayasan
Gita Pertiwi Ecological Studies Programme. Selanjutnya melalui Akta Notaris
no. 96 dari kantor Notaris Sunarto, SH tanggal 28 April 2003 nama Yayasan
Ecological Studies Programme diperbaharui menjadi Yayasan Gita Pertiwi.
Pada tanggal 29 Oktober 2005 Anggaran Dasar Yayasan Gita Pertiwi
diperbaharui melalui Notaris Sri Mahyani, SH dengan No. 6 tahun 2005.
Sejak berdiri Gita Pertiwi telah melakukan berbagai kegiatan yang
berorientasi pemberdayaan dan pengembangan sikap kritis masyarakat
melalui isu lingkungan hidup dan keadilan sosial. Khususnya dalam rangka
mengantisipasi masalah percepatan pembangunan yang menimbulkan
berbagai dampak dan perubahan lingkungan.
Realitanya, pembangunan yang bertumpu pada industri dengan target
pertumbuhan ekonomi telah terbukti mereduksi hak-hak rakyat untuk
berpartisipasi dalam pembangunan. Disamping itu dampak luas juga terjadi
terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumber daya
alam secara tidak terbatas tanpa mempertimbangkan kelestarian dan
kesinambungan sumber-sumber alam yang menjadi basis kehidupan mahluk
hidup di muka bumi. Kerusakan lingkungan tidak hanya berakibat terhadap
alam semesta tetapi juga berdampak langsung pada kehidupan manusia yang
setiap hari bersinggunggan dengan permasalahan industri. Ketika isu
lingkungan menjadi problem masyarakat penyelesaiannya menjadi rumit.
Apalagi jika negara (state) yang seharusnya berperan sebagai pengayom dan
pemberi layanan publik, malah berpihak pada kepentingan pemilik modal.
Oleh karena itu upaya penyelesaian permasalahan lingkungan menjadi tidak
bisa dipisahkan dari dimensi sosial lainnya yaitu bangunan sosio-politik
maupun ekonomi yang selama ini kurang menguntungkan rakyat Indonesia
pada umumnya.
D. Struktur Organisasi
Mengenai struktur organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat Gita
Pertiwi sendiri, Direktur Badan Usaha dipegang oleh Ibu Rossana Dewi R.
dan Direktur Program yaitu Ibu Titik Eka Sasanti. Kemudian manager
administrasi keuangan dipegang oleh Ibu Pertiwi. Dalam menjalankan
program kerjanya LSM memiliki beberapa staf diantaranya yaitu Sulistiyani,
Surati, Erma Rosidah, Khoirunnisa, Agusta Yudha, Asti Pramudiani,
Drastiana Nisa, David Nugroho yang masing-masing bertugas untuk
menjalankan program kerja LSM Gita Pertiwi yakni WASH, KIA, Pertanian
Terpadu, Kota Cerdas Pangan, dan Unit Usaha. Untuk program kerja yang
dilaksanakan di Kota Wonogiri, LSM Gita Pertiwi mempunyai petani
konsultan yakni Ibu Surati dan Bapak Maryoto. Selain itu LSM Gita Pertiwi
juga memiliki konsultan untuk membina pelaksanaan program kerja,
diantaranya yaitu Prof. Dr. Muhtar Mas’oed, Dra. Chandra Kirana, Ir. Juni
Thamrin Msi, Linda Panisales, Widada Budjowiryono dan Ahmad Mahmudi,
SH. Untuk lebih jelasnya dibawah ini peneliti telah menyajikan bagan
mengenai struktur organisasi di LSM Gita Pertiwi.

Bagan Struktur organisasi LSM Gita Pertiwi.

Direktur Badan Usaha Direktur Riset dan Program


Rossana Dewi S.P Titik Eka Sasanti S.Pt

Administrasi Program Sanitasi Program Pertanian

1.Pertiwi 1. Sulistiyani 1. Asti Pramudiani


(Koordinator) (Koordinator)
2. Erma Rosidah
2. Surati 2. Khoirunnisa
3. Yudha
3. Drastiana Nisa
E. Keadaan Pegawai
Berikut ini merupakan keadaan pegawai yang berada di Lembaga Swadaya
Masyarakat Gita Pertiwi:

Jumlah Staff Kantor LSM Gita Pertiwi

Perempuan Laki-laki Jumlah

9 2 11

F. Mitra Kerja
1. Sektor Pemerintah (dari nasional sampai desa)
 Dinas pertanian
 PIRT (Dinas Kesehatan)
 BPTP
 KLH
 Puskesmas
 Disperindag
2. Sektor swasta
 CSR Aqua
 CV. Dadi Mulyo
 Konsumen beras sehat: warung makan, rumah makan.
3. Lembaga Dana (Keuangan)
 Aqua
 Masyarakat di 8 desa khusus program WASH dan KIA dan 9 desa
khusus program pertanian di Kabupaten Klaten dampingan Gita
Pertiwi
4. Media massa
 Solopos
 Jawa Pos
5. Perguruan Tinggi
 UNS
 IPB
 UNIKA
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

A. Persiapan Magang
Kegiatan Magang Mahasiswa Sosiologi (KMMS) merupakan salah
satu mata kuliah jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dimaksudkan untuk memberikan
pengalaman bekerja bagi mahasiswa pada institusi mitra. Institusi mitra
adalah lembaga di luar Universitas Sebelas Maret baik pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), swasta ataupun Non Governmental
Organization (NGO) yang lingkup tugasnya relevan dengan Jurusan
Sosiologi. Keunggulan magang bagi mahasiswa sosiologi adalah mahasiswa
dapat mengenal budaya kerja pada institusi yang bersangkutan tempat
mahasiswa melakukan kegiatan magang, belajar mengidentifikasi
permasalahan dan mencari solusi terkait dengan permasalahan yang
bersangkutan, kemudahan memperoleh akses data dan informasi, dapat
memahami secara langsung aplikasi dari teori yang telah dipelajari dalam
perkuliahan.
KMMS merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa Sosiologi pada
semester 5 atau 7 atau pada selang semester 5 menuju semester 6 dan selang
semester 7 menuju semester 8. Pelaksanaan KMMS ini dilaksanakan pada
liburan semester 5 agar KMMS tidak mengganggu waktu perkuliahan
mahasiswa. Selian itu agar KMMS dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam
pelaksanaan KMMS mahasiswa dituntut lebih mempersiapkan segala
sesuatunya secara disiplin dan teratur. Mahasiswa diberikan kebebasan
memilih instansi atau lembaga yang sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi.
Para peserta magang juga diperbolehkan untuk membentuk satu tim magang
atau magang secara individu.
Lembaga atau instansi yang dapat dijadikan sarana KMMS
diantaranya sebagai berikut :
1. Instansi atau SKPD
2. Kelurahan dan Kecamatan
3. Lembaga Swadaya masyarakat (LSM).
4. Lembaga Swasta atau Industri, Koperasi, UKM.
5. Media Massa
6. Lembaga-lembaga politik atau partai politik.
7. Komunitas
8. Badan, Kantor atau lembaga lain yang relevan dengan sosiologi.
KMMS ini diharapkan dapat menjadikan mahasiswa lebih kreatif dan
inovatif dalam bekerja nantinya. Dengan adanya kegiatan magang ini,
mahasiswa akan memperoleh pengalaman sebagai bekal untuk menempuh
dunia kerja setelah menyandang gelar sarjana sosial. Maka, di dalam
pelaksanaan magang ini haruslah dijalani dengan disiplin dan teratur.
Berikut langkah yang ditempuh dalam persiapan magang adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan fokus yang diminati dan mencari lembaga/yayasan yang
sesuai dengan minat
2. Mengumpulkan informasi terkait lembaga/yayasan dari kakak tingkat
dan dosen sekaligus melakukan konsultasi untuk mendapatkan
pertimbangan tempat magang
3. Mengunjungi kantor LSM Gita Pertiwi untuk menanyakan informasi
mengenai profil LSM Gita Pertiwi serta program kerja secara detail.
Serta menanyakan mengenai berkas yang diperlukan sebagai syarat
untuk magang di LSM Gita Pertiwi.
4. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing magang mengenai
tempat magang serta program kerja LSM Gita Pertiwi sebagai tempat
pelaksanaan magang.
5. Mempersiapkan berkas yang diperlukan sebagai bahan penunjang
kegiatan magang
6. Melakukan pertemuan dengan Direktur dan staf LSM Gita Pertiwi
untuk menyerahkan proposal magang serta membahas kontrak
magang dan agenda kegiatan yang akan dilakukan.

B. Kegiatan Magang

Kegiatan magang mahasiswa adalah tentang bagaimana mahasiswa


menghadapi realitas dunia kerja dan cara beradaptasi terhadap lingkungan yang
baru. Selain itu kegiatan magang adalah sarana yang tepat untuk menerapkan
teori-teori yang sudah ditempuh selama perkuliahan di kelas. Mahasiswa dibentuk
untuk lebih pro-aktif terhadap kegiatan-kegiatan selama magang berlangsung.

Selama magang di Yayasan Gita Pertiwi, penulis diajak ke berbagai tempat.


Diawal pertama magang kami diajak untuk berkunjung ke Desa Polan,
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten dimana desa tersebut menjadi salah
satu desa dampingan Yayasan Gita Pertiwi. Salah satu program umum dari Gita
Pertiwi adalah Pertanian Berkelanjutan. Gita pertiwi mengorganisasikan sebuah
komunitas petani bernama KOMPAK dimana kegiatan binaannya meliputi
tentang bagaimana memproduksi beras sehat/beras organik kemudian selanjutnya
bagaimana cara menjual beras sehat.

Gita Pertiwi juga mengelola sebuah warung bernama WKP (Warung Kanda
Takon Pusur) yang penamaannya diinspirasi karena dekat dengan sungai yang
bernama pusur. Warung ini menjadi salah satu tempat bertemunya multi
stakeholder untuk berdiskusi. Disini mahasiswa banyak diajak berdiskusi dan
membicarakan banyak hal. Salah satunya ialah tentang bagaimana mengolah
makanan yang sehat. Di WKP ini diproduksi sebuah produk Teh Telang. Teh ini
terbuat dari bunga telang yang juga dibudidayakan di sekitar WKP. Proses
pembuatan dari bunga hingga menjadi teh siap seduh antara lain, proses
pemetikan bunga. Selanjutnya, bunga yang sudah dipetik dijemur di bawah panas
matahari hingga kering. Setelah kering, bunga telang tadi sudah siap dikemas
dimasukkan ke kantong teh atau bisa juga langsung direbus hingga mengeluarkan
warna.Yang menarik dari teh ini adalah warna nya yang biru apabila diseduh
dengan air. Dan teh telang tersebut apabila diberi perasan jeruk/lemon warnanya
akan berubah menjadi keunguan.

Selanjutnya kami juga mengunjungi salah satu tempat dampingan Gita Pertiwi
di program Sanitasi dan KIA yaitu Desa Daleman, Kecamatan Tulung. Di desa ini
diadakan program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) kegiatan-kegiatannya meliputi
kelas ibu hamil, Posyandu Balita dan Posyandu Lansia. Disini mahasiswa magang
diajak berpartisipasi dalam kegiatan posyandu setempat. Kami diminta untuk
mengantarkan produk teh telang ke pengurus posyandu untuk dijadikan bubur
untuk makanan tambahan bagi anak-anak balita. Ternyata teh telang tidak hanya
bisa diminum saja tapi juga bisa dicampurkan kedalam makanan seperti bubur.

Posyandu di Desa Daleman, Kecamatan Tulung salah satunya dilaksanakan di


kediaman Ibu Wiwik. Posyandu merupakan mengatakan kegiatan yang penting
melihat bayi sampai umur 5 bulan memerlukan asi eksklusif dari si ibu. Pada saat
bayi berumur 6-9 bulan diadakan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan).Kegiatan Posyandu ini juga merupakan kegiatan pemantauan
kesehatan bagi balita dalam pemenuhan gizi dan kesehatan. Kegiatan Posyandu
ini bekerja sama dengan puskesmas setempat. Setiap pelaksanaan kegiatan
posyandu bidan dari puskesmas datang untuk memantau langsung tumbuh
kembang balita.

Selanjutnya kami difasilitasi oleh Mbak Asti dan Mbak Irun untuk bertemu
dengan praktisi program pertanian berkelanjutan Gita Pertiwi, Bapak Rubadi. Pak
Rubadi merupakan pengurus Kelompok Tani KOMPAK dan menjabat sebagai
sekretaris. Tepat pada 26 Oktober 2017 KOMPAK resmi dibentuk dengan
dikeluarkannya akte oleh pemerintah setempat. Diceritakan bahwa komunitas ini
beranggotakan 4 Desa yakni Daleman, Ponggok, Karanglo, dan Polanharjo.
KOMPAK adalah kepanjangan dari Kelompok Petani Alami Klaten, sehingga
anggota-anggotanya adalah para petani alami yang tempatnya berada didaerah
Klaten. Prinsip kelompok ini adalah petani berusaha untuk melestarikan alam,
dimana hasil berasnya adalah beras organik.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan berupa pengawasan kualitas tanah


kemudian pengawasan terhadap air. Pengontrolan air dilakukan dengan
mengidentifikasi apakah air yang digunakan untuk mengairi sawah tersebut
tercemar atau tidak. Dan yang utama adalah meski tidak secara 100% beras murni
organik, namun para petani berusaha untuk meminimalisir penggunaan bahan
kimia.

Yayasan Gita Pertiwi juga menjembatani antara petani dengan kesepakatan


KOMPAK – AHS (Aqua Home Service) dihubungkan dengan PT. AMS untuk
persoalan produksi beras organik. Lebih lanjut menurut Bapak Rubadi,
pendampingan oleh Gita Pertiwi terstruktur dan terorganisir mulai dari cara
menebar benih, mengelola, dan cara menjualnya.

Kegiatan selanjutnya adalah ikut berpartisipasi dalam program Pelatihan


Pengolahan Makanan Sumber Karbohidrat yang Berkualitas bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) yang diadakan pada hari Rabu 7 Februari tahun
2018. Kegiatan ini dilatarbelakangi dari riset pola konsumsi karbohidrat dan
sayur di rumah tangga Kota Surakarta pada tahun 2017. Peserta pelatihan ini
berjumlah 30 orang yang berasal dari pelaku home industri, pengolah makanan di
panti asuhan dan panti jompo, pelajar SMK jurusan Boga, dan Kader PKK.

Pemateri diisi oleh ahli gizi dari Universitas Sebelas Maret Surakarta
menyampaikan prinsip pengolahan makanan sumber karbohidrat yang
berkualitas. Dilanjutkan dengan kegiatan praktek memasak masakan sumber
karbohidrat. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan peserta
tentang teknik pengolahan makanan yang berkualitas. Selain itu juga menambah
pengetahuan tentang berbagai menu olahan makanan sumber karbohidrat yang
berkualitas.

Kegiatan terakhir adalah kegiatan yang diangkat menjadi pembahasan dalam


penulisan laporan ini. “Training of Trainers Urban Farming” yang dirancang oleh
Gita Pertiwi bersama Jaker PO dan Rikolto. Tujuan kegiatan ini adalah
mengkaderisasi atau merangsang peserta untuk ikut terlibat dalam program Urban
Farming atau pertanian perkotaan. Kegiatan ini dilakukan di Kopen, Sukoharjo
yang notabene daerah ini sudah menjadi wilayah percontohan dimana ProKlim
(Program Iklim) sudah dijalankan.

ProKlim adalah program pemerintah untuk merespon perubahan iklim yang


terjadi di berbagai negara. Tujuan adanya program ini adalah untuk membentuk
kesadaran kolektif mengenali lingkungan sekitarnya melalui adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim yang terjadi. Mahasiswa magang memperoleh kesempatan untuk
ikut belajar bersama mengenai apa itu pertanian perkotaan dan bagaimana
program iklim dijalankan.

C. Kendala Magang

Dalam melaksanakan kegiatan magang mahasiswa sosiologi di Yayasan Gita


Pertiwi terdapat beberapa hal yang menjadi persoalan atau kendala. Salah satunya
adalah belum banyaknya agenda kegiatan yang dilaksanakan oleh LSM Gita
Pertiwi di awal tahun. Sedangkan mahasiswa sosiologi melaksanakan agenda
magang di bulan Januari-Februari.

D. Pelaksanaan Magang Dan Metode Yang Digunakan

Kegiatan Magang Mahasiswa Sosiologi tahun 2017 ini dilaksanakan pada:


a. Waktu : Januari 2018 – Februari 2018
b. Lama : 1,5 bulan
c. Peserta : 3 orang
d. Program Studi : Sosiologi FISIP UNS
e. Tempat : Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi
Dalam pelaksanaan kegiatan magang, penulis menggunakan metode
partisipatoris. Metode partisipatoris adalah metode dimana penulis berperan
dan berpartisipasi secara aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi.

E. LOG BOOK

Log book merupakan jadwal kegiatan sehari-hari penulis selama


mengikuti kegiatan magang di Lembaga Swadaya Masyarakat Gita Pertiwi
selama kurang lebih 2 bulan. Log book atau catatan kegiatan penulis selama
mengikuti magang adalah sebagai berikut :

Log Book Kegiatan Magang

TANGGAL LOKASI KEGIATAN

5 Januari Kantor Baturan Mengajukan proposal Kegiatan Magang


2018 Mahasiswa ke Kantor Gita Pertiwi

9 Januari Kantor Baturan Berkoordinasi dengan Mbak Nisa terkait


2018 kondisi lapangan pedesaan/pertanian di Desa
Polanharjo, Klaten

10 Januari Desa Polanharjo Melakukan survei lapangan dan memetakan


2018 program-program yang dijalankan oleh Gita
Pertiwi

11 Januari Desa Polanharjo Perkenalan peserta magang dan melakukan


2018 kunjungan ke Warung Kata Pusur (WKP)

12 Januari Desa Polanharjo Melakukan persiapan kunjungan ke Program


2018 Sanitasi Desa

15 Januari Desa Polanharjo Berkunjung ke Sanitasi Desa


2018

16 Januari Desa Polanharjo Melakukan persiapan kunjungan Program


2018 Balita dan Ibu Hamil yang sudah berjalan di
Desa Tulung

17 Januari Desa Tulung Mengadakan dikusi dan memeparkan hasil


2018 temuan data-data yang didapat di lapangan

18 Januari Kantor Baturan Berkoordinasi dengan Mbak Nisa mengenai


2018 persiapan Program Pengolahan Makanan
Karbohidrat bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR)

19 Januari Desa Tulung Bertemu dengan Ibu Wiwik selaku Ketua


2018 Posyandu Balita dan Lansia di Desa Tulung.
Dan mengantarkan resep bahan makanan
bubur biru

20 Januari Desa Tulung Berkunjung ke Lembaga Posyandu Desa


2018 Tulung untuk melakukan observasi program
Posyandu Balita

22 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

23 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

24 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

25 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

26 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

27 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

28 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

29 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

30 Januari Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Pengolahan


2018 Makanan Karbohidrat yang Berkualitas bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

7 Februari SMKN 4 Surakarta Program Pelatihan Pengolahan Makanan


2018 Karbohidrat yang Berkualitas bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR)

13 Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Training of


Februari Trainers Urban Farming
2018

15 Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Training of


Februari Trainers Urban Farming
2018

16 Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Training of


Ferbruari Trainers Urban Farming
2018

22 Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Training of


Februari Trainers Urban Farming
2018

28 Kantor Baturan Melakukan persiapan Program Training of


Februari Trainers Urban Farming
2018

3 Maret Kantor Baturan Program Training of Trainers Urban Farming


2018 di Kampung Iklim Kopen Sukoharjo
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kampung Iklim Kopen

Kampung ini terletak di Kelurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura,


Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kampung ini adalah gabungan dari 2 RT yang
tergabung menjadi satu nama yaitu Kampung Iklim. Berbagai program pernah
dijalankan seperti program iklim. Program kampung iklim (ProKlim) telah
diluncurkan sebagai gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis
komunitas oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 1 Desember
2016.

ProKlim yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012 memberikan apresiasi


terhadap wilayah administratif paling rendah setingkat RW/dusun dan paling tinggi
setingkat Kelurahan/ Desa. Kampung klim melalui pengayaan inovasi program
adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim dilaksanakan secara kolaborasi antara
pemerintah (party) dengan non-party stakeholder.

Hal ini juga sebagai wujud pelaksanaan Perjanjian Paris dimana pemerintah
RI telah meratifikasinya menjadi undang-undang no. 16 tahun 2016 tentang
Persetujuan Paris atas konvensi kerangka kerja PBB mengenai perubahan iklim.
Landasan hukum ProKlim adalah peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.84/MenLHK-Setjen/Kum.1/11/2016 tentang Program Kampung
Iklim dan telah ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Dirjen Pengendalian
Perubahan Iklim Nomor P.1/PPI/SET/KUM.1/2/2017 tentang pedoman pelaksanaan
program Kampung Iklim.

Kampung Iklim Kopen sendiri sudah terdaftar sebagai salah satu lokasi
pengembangan program iklim dari 2.064 lokasi yang terdaftar. Kampung Kopen ini
terdaftar dengan nama Program Kampung Iklim (ProKlim) Jawa Tengah
2017(Kopen RT 1 RW 7, Desa Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten
Sukoharjo) dengan nomor akun 10-PK-IV-2017-0692.

B. Program Urban Farming

Salah satu program di Gita Pertiwi adalah Kota Cerdas Pangan. Salah satu
kegiatan program ini adalah mendekatkan akses pangan sehat bagi masyarakat
perkotaan melalui program urban farming. Gita Pertiwi bersama Jaker PO dan
Rikolto mengadakan workshop “Training of Trainers Urban Farming” pada tanggal
3 Maret 2018 di Kampung Iklim Kopen Kelurahan Ngadirejo. Di sesi workshop ini
Gita Pertiwi merancang pertemuan antara ibu-ibu dan pemuda perwakilan dari 5
kecamatan untuk belajar bersama tentang program iklim yang sudah berjalan di
Kampung Kopen.

Bapak Arif Suryono, S.T. selaku Ketua Program Kampung Iklim Kopen,
Ngadirejo mengatakan bahwa pemanasan global menyebabkan perubahan iklim yang
ekstrim sehingga diperlukan usaha untuk menjaga lingkungan dan memperbaiki
lingkungan. Caranya adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan
menjadi sumber pangan dan gizi. Mengoptimalkan pekarangan menjadi sumber
pangan dan gizi maksudnya adalah dengan melakukan cocok tanam tanaman yang
dapat menjadi bahan konsumsi dan memenuhi nutrisi sehari-hari. Pertanian yang
memanfaatkan lahan pekarangan sempit di kota, termasuk rumah dan perkantoran,
digadang-gadang jadi salah satu solusi untuk penguatan ketahanan pangan. Selain itu
pertanian yang dilakukan di perkotaan secara tidak langsung juga mendekatkan
pangan ke dapur rumah.

Bercocok tanam merupakan bagian dari siklus alam, air hujan yang turun
dengan intensitas yang tinggi masuk ke saluran air/got dapat menyebabkan bencana
banjir di daerah yang lebih rendah. Dengan bercocok tanam di perkotaan dapat
mengurangi air yang masuk kedalam saluran air sehingga mengurangi resiko
terjadinya banjir didaerah yang lebih rendah. Bapak Arif mencontohkan sama halnya
dengan Kota Surakarta yang sering terjadi banjir di beberapa titik seperti di Kampung
Sewu dan Pucang Sawit disebabkan oleh daerahnya lebih rendah daripada yang lain
dan juga kurangnya resapan air di daerah-daerah yang lebih tinggi.

Bapak Supardi selaku praktisi program iklim dan salah satu orang yang
menjadi bagian berdirinya awal mula konsep kampung iklim di Kopen Kartasura ini
mengatakan bahwa semua warga diajak untuk melakukan perubahan di lingkungan
sekitarnya. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan lingkungan menjadi lebih
baik dan perubahan perilaku masyarakat yang ekologis yakni masyarakat yang peduli
terhadap siklus alam. Bapak Supardi mengatakan binaan program iklim ini telah
berkembang ke beberapa desa yang salah satunya adalah di Kampung Iklim Kopen
Sukoharjo yang mana terdiri dari 2 RT.

Program iklim yang berjalan di kampung ini dilakukan dengan bercocok


tanam di pekarangan atau lahan rumah. Selain itu untuk mengoptimalkan sampah
menjadi bahan baku yang tidak pernah habis. Di kampung Kopen sampah-sampah
rumah tangga seperti bekas plastik minyak, botol bekas atau sampah-sampah yang
anorganik dimanfaatkan menjadi pot/polybag atau tempat menanam tanaman. Namun
dari beberapa pengalaman Bapak Arif dan Bapak Supardi, menanam menggunakan
ember bekas cat tidak bagus bagi pertumbuhan tanaman. Jadi tidak semua sampah
dapat dijadikan sebagai media tanam karena masih adanya unsur-unsur kimia yang
kontradiktif atau menghasilkan tanaman yang kurang sehat.

Konsep program bank sampah di kampung Kopen ini berjalan dengan baik
seiring dengan menangnya lomba bank sampah dan kreasi sampah di tingkat
Kabupaten Sukoharjo. Program bank sampah sejatinya adalah menanamkan
pengertian bahwa sampah sebenarnya sudah harus terpilah dari dalam rumah.
Sehingga memudahkan untuk dilakukan pengolahan sampah baik sampah organik
ataupun sampah anorganik. Masyarakat di kelurahan Ngadirejo, menurut pemaparan
bapak lurah bahwa mereka sepakat tentang adanya lingkungan yang bersih dan sehat.

Warga sudah disosialisasikan mengenai bagaimana cara membuat pupuk


organik. Saat menyusuri kampung ini terlihat keranjang-keranjang besi yang diisi
oleh dedaunan kering. Daun-daun yang kering itu merupakan bahan pembuatan
pupuk kompos yang akan dicampur dengan kotoran hewan. Kemudian akan
ditambahkan bahan pembuat pupuk yakni sekam atau EM4.

C. Partisipasi Masyarakat

Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi. Bila dilihat


dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation”
yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Konsep partisipasi merupakan
bagian dari interaksi sosial dimana seseorang atau kelompok masyarakat ikut
berperan dalam kegiatan-kegiatan. Dan akibat dari interaksi-interaksi itu muncul
jejaring/jaringan sosial dimana dilaksanakan untuk mencapai tujuan akhir yang
diinginkan oleh masyarakat.

Partisipasi diharapkan dapat membentuk masyarakat yang sadar akan


pembangunan yang berlanjut atau juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan
untuk generasi-generasi selanjutnya. Setelah itu tujuan dari partisipasi adalah untuk
meningkatkan mutu hidup yang tidak selalu harus bergantung dan cenderung
menunggu keputusan pusat untuk melakukan suatu inisiasi.
Kegiatan Training of Trainers yang diadakan oleh Gita Pertiwi di Kampung
Iklim Kopen Ngadirejo melibatkan ibu-ibu PKK dan pemuda perwakilan dari 5
kecamatan di Surakarta. Diawal acara mereka melakukan sesi sharing tentang apa itu
permasalahan lingkungan mulai dari pemanasan global hingga perubahan iklim yang
terjadi. Sesi ini difasilitasi oleh Kelompok Kampung Iklim Kopen Ngadirejo.
Dijelaskan juga mengenai bagaimana proses terbentuknya Program Iklim di
Kampung Kopen ini. Berbagai prestasi juga sudah diraih seperti juara Bank Sampah
se-Sukoharjo. Dibeberapa titik diperlihatkan tentang bagaimana pemilahan sampah
organik dan bagaimana pemanfaatannya. Sampah-sampah seperti sampah daun
dikumpulkan kedalam sebuah keranjang besi yang mana sampah tersebut nantinya
diolah menjadi pupuk kompos. Dikampung ini juga memerlihatkan kerapian serta
keindahan pemukimannya. Hampir setiap sudut setiap jalan ditumbuhi tanam-
tanaman. Mulai dari stroberi, alpukat, coklat dan lain sebagainya dapat ditemukan di
kampung ini.

Keadaan pemukiman masyarakat Kopen menunjukkan bahwa sebuah


perubahan sedang terjadi menjawab permasalahan-permasalahan iklim dan
lingkungan. Dan perubahan itu terjadi tidak lepas dari partisipasi masyarakat
setempat. Kepedulian dan kesadaran lingkungan sedang terbentuk di kampung
tersebut. Kegiatan TOT (Training of Trainers) adalah kegiatan pelatihan untuk
membentuk pelatih-pelatih atau inisiator. Pelatihan ini ditujukan kepada peserta ibu-
ibu dan pemuda yang terlibat. Tidak lain tujuan kegiatan dari Gita Pertiwi adalah
utnuk memantik para peserta agar mengetahui bagaimana Program Iklim yang sedang
terjadi di Kampung Iklim Kopen Ngadirejo dan mampu dimunculkan ide-ide tersebut
di daerah tempat tinggal para peserta masing-masing
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Kegiatan magang mahasiswa adalah tentang bagaimana mahasiswa


menghadapi realitas dunia kerja dan cara beradaptasi terhadap lingkungan yang baru.
Selain itu kegiatan magang adalah sarana yang tepat untuk menerapkan teori-teori
yang sudah ditempuh selama perkuliahan di kelas. Mahasiswa dibentuk untuk lebih
pro-aktif terhadap kegiatan-kegiatan selama magang berlangsung.Selama magang di
Yayasan Gita Pertiwi, penulis diajak ke berbagai tempat baik di kantor maupun di
lapangan. Dan telah memberikan pengalaman kerja bagi penulis sebagai mahasiswa
magang.
Kegiatan Mahasiswa Magang Sosiologi membuka pandangan mahasiswa
magang untuk melakukan pembahasan mengenai bagaimana partisipasi masyarakat
melalui program kegiatan Yayasan Gita Pertiwi “Training of Trainers Urban
Farming” di Kampung Iklim Kopen Ngadirejo Sukoharjo. Dari kegiatan tersebut
penulis merasakan bagaimana partisipasi dalam proses sosialisasi, mengetahui konsep
Program Iklim, mengetahui perubahan iklim sebagai sebuah isu lingkungan, dan
usaha-usaha yang dijalankan stakeholder merespon permasalahan perubahan iklim.

B. Saran
Dari keseluruhan kegiatan yang telah penulis laksanakan selama mengikuti
kegiatan magang mahasiswa sosiologi di Yayasan Gita Pertiwi, penulis memiliki
beberapa saran untuk perubahan yang lebih baik kedepannya. Saran tersebut antara
lain:

1. Bagi Jurusan
Jurusan sebaiknya perlu mengadakan sosialisasi magang yang lebih
mendetail, agar mahasiwa peserta magang benar-benar paham terkait
dengan pelaksanaan kegiatan magang. Terkait pelaksanaan, sebaiknya
pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan pada periode Juli-Agustus,
dengan pertimbangan pada bulan Juli-Agustus di kebanyakan instansi lagi
banyak program kegiatan yang dijalankan dalam artian tidak dilaksanakan
di awal tahun sehingga para mahasiswa peserta magang bisa memperoleh
ilmu-ilmu dan pengalaman yang ada di tempat magang secara maksimal.
Sehingga tidak terjadi kebingungan dari mahasiswa peserta magang
karena memang tidak ada kegiatan yang banyak dilakukan di instansi
magang. Sebisa mungkin juga jurusan memberikan daftar tempat-tempat
magang yang memang representatif menjadi tempat magang yang sesuai
dengan bidang ilmu yang menjadi keahlian di bidang sosiologi untuk
memudahkan mahasiswa menentukan tempat magang.

2. Bagi Yayasan Gita Pertiwi sebagai instansi magang


a. Untuk dapat membimbing mahasiswa yang melaksanakan kegiatan
magang sesuai dengan semangat kerja di instansi tersebut.
b. Kesempatan magang yang diberikan kepada mahasiswa semoga dapat
diteruskan dan dikembangkan dalam bentuk lain sehingga dapat
memberikan peluang di kemudian hari bagi peserta ataupun
mahasiswa lainnya untuk magang, bekerja, atau bentuk kerjasama
lainnya.
c. Pihak Yayasan Gita Pertiwi perlu meningkatkan dan melebarkan
sayapnya untuk lebih berani mengadakan program-program
pemberdayaan yang berskala lebih besar dengan menggandeng mitra
instansi lain untuk melakukan suatu program kegiatan yang tentunya
sesuai dengan fokus programnya.

3. Bagi Pembaca

Diharapakan laporan ini dapat bermanfaat sebagai referensi dalam proses


penyusunan kegiatan magang selanjutnya serta mampu memberikan
sumbangan wawasan dan ilmu pengetahuan baru, khususnya dalam dunia
Sosiologi.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai