Anda di halaman 1dari 10

Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

JUDUL MAKALAH

Faktor-Faktor Penentu Lokasi Sentra Industri Gula Kelapa (Studi Kasus: Di Wilayah Kecamatan
Nglegok, Kabupaten Blitar). Oleh: Fauzi Guspradana Sudarsono (Universitas Brawijaya)

BAB I: PENDAHULUAN

Indonesia mempunyai jumlah penduduk yang sangat besar sehingga jumlah penduduk telah
menjadi pertimbangan utama pemerintah pusat dan daerah, sehingga arah perekonomian Indonesia
dibangun untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya. Maka sektor pertanian menjadi sektor penting
dalam struktur perekonomian Indonesia. Dalam membangun berkembangnya sektor pertanian dan
perkebunan di Indonesia maka dibutuhkan peranan sektor industri. Di Kabupaten Blitar, pada sektor
perkebunan didominasi oleh tumbuhan kelapa, sementara jenis tanaman perkebunannya didominasi oleh
tanaman semusim dan tanaman tahunan.

Sektor pertanian dan industri jika saling berhubungan maka dapat disebut sebagai agroindustri,
yang berasal dari kata agricultural dan industry. Agroindustri itu sendiri adalah industry yang berbahan baku
utama dari produk pertanian dengan pada manajemen pengolahan makanan dalam suatu perusahaan
produk olahan dimana minimal 20% dari jumlah bahan bakuyang digunakan adalah pertanian. Pengertian
lain dari agroindustry yaitu suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian
tetapi sebelum tahapan pembangunan industry (Menurut Soekartawi, 2001)

Peranan dari agroindustri yaitu sebagai salah satu pemenuhan bahan kebtuhan pokok, perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, pemberdayaan produksi dalam negeri, perolehan devisa, pengembangan
sektor ekonomi lainnya, serta perbaikan perekonomian di pedesaan. (Menurut Direktorat Jenderal IKAH,
2004). Peran lainnya yaitu dengan adanya agroindustri, diharapkan bisa memajukan sektor pertanian dan
perkebunan Indonesia. Agroindustri yang tergolong industri kecil di Kabupaten Blitar pada tahun 2010
terdapat 12.065 unit, nilai produksi 399,49 milyar rupiah dan dalam penyerapan tenaga kerja terdapat
36,719 orang. Nampak sektor industri unggulan Kabupaten Blitar dari jumlahnya adalah Industri Gula
Kelapa dengan pengerjaan oleh industri kecil hanya 7 namun jumlah dari sektor rumah tangga sebesar
5.564 unit.

Kecamatan Nglegok memiliki 2880 perusahaan sentra industri gula, namun jika dilihat berdasarkan
luas area dan produksi kelapanya, Kecamatan Nglegok tergolong lebih kecil dibandingkan dengan
kecamatan lain dan produksi kelapanya juga tergolong sedikit. Oleh sebab itu, maka jurnal ini membahas
mengenai faktor-faktor yang mendukung keberadaan sentra industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok
jika dikaitkan dengan faktor-faktor penentu lokasi industri seperti dekat dengan bahan baku, dekat pasar
atau tenaga kerja setempat.

P a g e 2 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

BAB II: PEMBAHASAN

KONSEP DASAR TEORI LOKASI

Teori lokasi merupakan ilmu yang menyelidiki tata ruang ekonomi, atau ilmu tentang alokasi secara
geografis dari sumber daya yang langka, serta pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau
kegiatan lain (Tarigan, 2006). Berikut ini merupakan beberapa konsep dasar teori lokasi yang relevan
terhadap pemilihan lokasi industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar):

1. Teori Lokasi Von Thunen (1826)


Teori analisa penentuan lokasi kegiatan ekonomi yang berdasar pada kemampuan membayar
harga tanah (bid-rent) yang berbeda dengan harga pasar tanah (land-rent). Sehingga pada
akhirnya penentuan suatu lokasi untuk kegiatan ekonomi didasari oleh nilai tanah yang tertinggi.
2. Teori Lokasi Alfred Weber (1929)
Teori analisa penentuan lokasi kegiatan ekonomi yang berdasar pada prinsip biaya minimum (least
cost). Pada akhirnya penentuan suatu lokasi kegiatan ekonomi yang paling optimal adalah tempat
yang biaya produksi dan biaya transportasi angkut yang paling kecil, sehingga keuntungan
perusahaan akan menjadi maksimum.
3. Teori August Losch (1954)
Teori analisa penentuan lokasi kegiatan ekonomi yang berdasar pada prinsip luas pasar (market
area). Luas pasar yang dimaksudkan adalah luas dari lokasi pabrik sampai ke lokasi konsumen.
Sehingga pada akhirnya penentuan suatu lokasi kegiatan ekonomi yang optimal adalah jika pangsa
pasar yang dikuasai terbesar di daerahnya maka tingkat keuntungan perusahaan akan menjadi
maksimum.

ALASAN PEMILIHAN LOK ASI

Alasan pemilihan lokasi sentra industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar adalah
karena karakteristik potensi Kabupaten Blitar pada sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan
memiliki angka yang dominan pada tumbuhan kelapa. Produktivitas tanaman tahunan didominasi oleh
tanaman kelapa sebanyak 17.123 tanaman selanjutnya tanaman kopi 1.852,50 tanaman, dst. Dominasi
jenis industri di Kabupaten Blitar berupa industri gula kelapa sebagai sektor unggulan yang memiliki unit
usaha terbesar jumlahnya. Kabupaten Blitar juga memiliki produk unggulan karena memiliki angka supply
yang tinggi di sektor perkebunan kelapa sehingga tercipta keterkaitan dengan agroindustri gula kelapa.

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar pada tahun 2011, wilayah Kecamatan Nglegok
merupakan wilayah berpusatnya industri gula kelapa, yaitu sebanyak 2956, dan pada daerah tersebut pola
industrinya membentuk sentra sebanyak 2880 pengolahan gula kelapa.

P a g e 3 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

FAKTOR-FAKTOR LOKASI

Dalam menetapkan suatu lokasi industri harus melalui berbagai pertimbangan guna menentukan
kalkulasi yang benar mengenai biaya investasi dan biaya produksi, perusahaan harus memanfaatkan
berbagai keahlian menyangkut teknis bangunan, ahli daya dukung lahan, ahli permesinan, dll. (Tarigan,
2005). Sehingga dalam penentuan suatu lokasi perlu memerhatikan banyak faktor. Faktor-faktor yang
menjadi pertimbangan penentuan lokasi pada studi kasus di jurnal ini merupakan faktor-faktor yang juga
selalu menjadi pertimbangan di setiap kegiatan ekonomi, yaitu faktor yang terkait proses produksi,
distribusi, pasar, dan faktor eksternal.

A. ASPEK PRODUKSI
Faktor produksi merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan oleh produsen. Menurut Von
Thunen (1826), harga sewa lahan (tempat produksi) akan semakin tinggi apabila dekat dengan pusat
pasar, karena jarak yang semakin jauh dari market (pusat kota) akan meningkatkan biaya transportasi.
Sementara menurut Alfred Weber (1909), lokasi industry ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya
atau biayanya paling murah, dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum yang
cenderung identic dengan tingkat keuntungan yang maksimum.

Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya transportasi tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi lokasi industri berada. Apabila lokasi produksi jauh dari tempat para tenaga kerja,
maka perusahaan akan mengeluarkan biaya lebih karena berpindahnya lokasi pekerja menuju tempat
industry (Tarigan, 2005:142)

ASPEK DISTRIBUSI
Menurut Sjafrizal (2008), Ongkos angkut atau biaya transportasi memiliki hubungan terhadap jarak
yang terhitung setiap ton kilometernya. Oleh karena itu maka akan lebih efisien apabila dalam proses
distribusi atau pengangkutan barang, hanya menggunakan satu moda transportasi yang dapat mengangkut
satu ton sekaligus sekali jalan. Sebagai contohnya, untuk mengangkut barang produksi ke lokasi yang jauh,
dengan menggunakan kereta api (melalui jalur darat) maka sekali jalan saja bisa mengangkut barang
dalam jumlah yang banyak sehingga ongkos angkutnya lebih rendah jika dibandingkan dengan
menggunakan truk yang hanya bisa menampung beberapa ton dengan biaya lebih dan waktu yang lebih
panjang (karena di jalan lebih banyak hambatan jika dibandingkan dengan kereta api yang memiliki jalur
sendiri sehingga tidak ada hambatan). Dalam kenyataannya, tidak jarang juga ditemukan penghematan
angkut rata apabila jarak yang ditempuh lebih jauh.

Hambatan di jalan juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendistribusian
barang karena distribusi barang memiliki mobilitas yang tinggi di darat (letak industri di daratan). Pengaruh

P a g e 4 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

infrastruktur public (jalan, listrik, dan telepon) mempengaruhi kegiatan ekonomi dan pertumbuhan suatu
wilayah yang memiliki infrastruktur yang memadai (Cahyono, 2010).

Menurut Weber, biaya transportasi merupakan faktor utama dalam penentuan lokasi. Semakin
bertambah jarak yang ditempuh maka akan bertambah juga biaya transportasi yang diperlukan. Maka biaya
transportasi terendah akan didapatkan apabila biaya angkut bahan baku dan distribusi hasil produksi
minim. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat total barang yang diangkut (input) untuk menghasilkan
satu satuan output ditambah dengan berat output yang akan dibawa menuju ke pasar.

ASPEK PASAR
Pasar atau pemasaran output produksi berkaitan dengan harga produk tersebut apabila
didistribusikan ke wilayah lain, maka harga produk akan bertambah dengan biaya transportasi. Apabila
semakin padat penduduk maka wilayah pemasaran akan kecil dalam suatu wilayah sehingga produsen
akan mencari wilayah yang memiliki penjualan optimal (Tarigan, 2005:125).

Permintaan dan penawaran antar tempat memiliki andil yang besar dalam menentukan lokasi yang
optimal untuk berjalannya operasional perusahaan karena adanya kekuatan persaingan antar tempat dan
luas pasar yang dapat dikuasai oleh produsen (Sjafrizal, 2008:44)

August Losch (1944) memiliki tiga asumsi dasar yang menjadi landasan teorinya. Yang pertama
yaitu konsumen tersebar secara relatif merata antar tempat, di suatu daerah yan homogen dengan
distribusi sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama,
sehingga teori ini cocok diberlakukan di daerah perkotaan dimana konsentrasi penduduk dan industri relatif
merata. Yang kedua yaitu pada produk homogen persaingan akan ditentukan oleh harga dan ongkos
angkut. Yang ketiga yaitu ongkos angkut per kesatuan jarak adalah sama mengatakan bahwa lokasi
penjual berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat dijaringnya.

Semakin jauh dari pasar, maka konsumen enggan membeli karena biaya transportasi meningkat.
Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar. Losch menyarankan lokasi produksi
ditempatkan di dekat pasar (baca: Centre Business District). (dalam Tarigan, 2005:146)

FAKTOR EKSTERNAL
Selain faktor produksi, distribusi, dan pasar, ada faktor lain yang mempengaruhi penentuan suatu
lokasi industri, salah satunya yaitu peran pemerintah. Peran pemerintah dalam penentuan lokasi industri
yaitu dari penentuan kebijakan dan regulasinya. Setelah berlakunya otonomi daerah, kebijakan masing-
masing daerah berbeda-beda sehingga perlu diperhatikan oleh para pengusaha.

Menurut Richardson (1977), salah satu metode agar industri berlokasi di tempat yang ditentukan
pemerintah yaitu mengalirkan dana pemerintah atau melalui pemberian subsidi kepada industri pada

P a g e 5 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

daerah tersebut. Pembangunan prasarana, perencanaan perumahan, dan penyediaan transportasi di


dekat tempat-tempat industri potensial akan menarik industri tersebut ke titik pertumbuhan ekonomi.

Menurut Tarigan (2005:158), lokasi industri harus ditunjang dengan fasilitas sosial yang disediakan
oleh pemerintah. Selain fasilitas sosial, fasilitas penunjang seperti lokasi permukiman untuk tempat tinggal
pekerja industri seharusnya sudah direncanakan matang-matang agar dapat terbentuk pusat pertumbuhan
ekonomi yang nantinya akan mengundang investor-investor.

IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH

Berdasarkan hasil analisa penulis yaitu dari hasil wawancara dan kuisioner yang diolah
menggunakan uji Kaiser Meyer Oikin (KMO), uji Bartlett Test, Principal Components Analysis (PCA), dan
uji Rotasi Faktor, maka faktor-faktor yang paling mempengaruhi para pengusaha industri gula kelapa di
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar adalah:

1. Faktor Efisiensi: faktor efisiensi terbagi menjadi 3 variabel, yaitu biaya angkut hasil produksi,
efisiensi aglomerasi, dan ketersediaan bahan bakar.
2. Faktor Konsentrasi Spasial: faktor konsentrasi spasial terbagi menjadi 3 variabel, yaitu
ketersediaan tenaga kerja, kedekatan bahan baku, dan kedekatan pasar.
3. Faktor Eksternal: faktor eksternal terbagi menjadi 3 yaitu upah pekerja, kemitraan usaha, dan
kondisi sosial masyarakat.
4. Faktor Performance: faktor performance terbagi menjadi 2 yaitu produktifitas tenaga kerja dan
aksesibilitas pasar.

Variabel yang tidak masuk karena tidak terlalu berpengaruh dan dianggap tidak layak dari
persyaratan Anti-Image Matrices terhadap pemilihan lokasi sentra industri gula di Kecamatan Nglegok yaitu
Harga dan Sewa Tanah, Ketersediaan Tenaga Kerja, dan Aksebilitas Bahan Baku. Sehingga Harga dan
Sewa Tanah dikeluarkan. Dari 4 (empat) faktor diatas dapat dilihat kembali implikasi masing-masing teori
yang telah disebutkan pada jurnal ini.

A. IMPLIKASI TEORI T ERHADAP FAKTOR-FAKTOR LOKASI YANG DITELITI


Tabel 01. Tabel Implikasi Teori Terhadap Faktor-Faktor Lokasi yang Diteliti

Faktor Lokasi Berimplikasi Penjelasan


pada Teori

Biaya Angkut Hasil Weber Faktor biaya angkut hasil produksi pada teori lokasi
Produksi yang dikemukakan oleh Weber dan Sjarizal yaitu
Sjafrizal
hubungan ongkos angkut terhadap jarak yang
terhitung setiap ton kilometernya terbukti berimplikasi

P a g e 6 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

terhadap pemilihan lokasi sentra industri gula kelapa


di Kecamatan Nglegok karena biaya pengiriman hasil
produksi menuju pasar atau pedangang yang dekat
menjadi sangat efisien karena masyarakat bisa
menggunakan sepeda, sepeda motor, dan bahkan
berjalan kaki.

Ketersediaan Tenaga Weber Ketersediaan tenaga kerja pada teori lokasi yang
Kerja dikemukakan oleh Weber yaitu lokasi industri yang
optimal jika total biaya transportasi dan tenaga kerja
yang memiliki biaya minimum, sehingga dalam
pemilihan lokasi sentra industri gula kelapa di
Kecamatan Nglegok ini, dipertimbangkan faktor
tenaga kerja yang memiliki jarak yang dekat dengan
lokasi industri ini.

Kedekatan Bahan Weber Faktor kedekatan bahan baku pada teori lokasi yang
Baku dikemukakan oleh Weber yaitu biaya transportasi
bertambah secara proporsional dengan jarak yang
ditempuh, sehingga titik terendah biaya transportasi
adalah titik yang menunjukan biaya minimum untuk
angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi
terbukti berimplikasi terhadap pemilihan lokasi sentra
industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok karena
telah dipertimbangkan juga jarak lokasi industri dan
lokasi bahan baku.

Kedekatan Pasar Losch Faktor kedekatan pasar pada teori lokasi yang
dikemukakan oleh Losch yaitu semakin jauh tempat
produsen dari tempat berjualan, maka konsumen
akan semakin enggan membeli karena biaya
transportasi untuk mendatangi tempat penjual
semakin mahal terbukti berimplikasi terhadap
pemilihan lokasi sentra industri gula kelapa di
Kecamatan Nglegok karena jarak menuju pasar dekat
sehingga menjadikan biaya angkut hasil produksi
lebih rendah.

P a g e 7 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

Aksesibilitas Pasar Losch Faktor aksesibilitas pasar pada teori lokasi yang
dikemukakan oleh Losch yaitu mudah dijangkau oleh
konsumen dan oleh sarana transportasi terbukti
berimplikasi terhadap pemilihan lokasi sentra industri
gula kelapa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.

Harga Sewa Tanah Von Thunen Harga sewa tanah merupakan satu-satunya variabel
yang tidak dimasukkan kepada faktor yang
berpengaruh terhadap penentuan lokasi sentra
industri gula ini karena menurut Von Thunen, salah
satu faktor yang berpengaruh kepada penentuan
lokasi yaitu adalah harga sewa tanah (bid-rent) dan
(land-rent), sementara pada Kecamatan Nglegok
tidak ditemukan sewa tanah seperti hal tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan pemilihan lokasi sentra
industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok ini tidak
dipengaruhi oleh teori Von Thunen.

Sumber: Hasil Analisis, 2015

B. FAKTOR LAIN DILUAR T EORI LOKASI YANG BERPENGARUH TERH ADAP


PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI SENTRA GULA:
 Efisiensi Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan tempat industri, sehingga dapat mengefisiensikan produksi.
Aglomerasi ini diharapkan bisa menjadikan sentra produksi gula kelapa di daerah tersebut.
 Ketersediaan Bahan Bakar
Salah satu faktor yang menentukan efisiensi dari produksi yaitu ketersediaan atau
perolehan bahan bakarnya. Di Kecamatan Nglegok, bahan bakar yang dipakai mudah
diperoleh, baik dari penjual kayu bakar ataupun bahan bakar dari perkebunan.
 Kemitraan Usaha
Dalam membangun sebuah usaha perindustrian, maka diperlukan kemitraan usaha baik
dengan pekerja ataupun pedagang sebagai tempat usaha.
 Kondisi Sosial Masyarakat
Kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Nglegok perlu diperhatikan karena nantinya
dengan adanya sentra industri gula kelapa di daerah tersebut maka tentunya akan
mempengaruhi bahkan bisa saja mengubah kondisi sosial masyarakat disana.

P a g e 8 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

 Produktifitas Tenaga Kerja


Tenaga kerja di Kecamatan Nglegok mayoritas bertempat tinggal di Kecamatan Nglegok
juga sehingga mereka memiliki produktifitas yang sama yaitu membuat gula kelapa.
Namun, dengan teknologi yang masih belum begitu berkembang di daerah ini sehingga
dalam pembuatan gula kelapa ini masih menggunakan cara tradisional, yang
menyebabkan para produsen belum bisa memenuhi permintaan pembeli.
 Upah Pekerja
Terbukti berimplikasi terhadap pemilihan lokasi sentra industri gula kelapa di Kecamatan
Nglegok karena upah pekerja pekerja di lokasi tersebut telah diatur oleh pemerintah
daerah atau petinggi daerah setempat dengan beberapa aturan yang telah dibagi menjadi
3 (tiga) cara, yaitu kepemilikan sendiri (gula kelapa diambil dan diolah sendiri), sistem
rolling (dalam 7 hari awal pohon diurus oleh warga dan 7 hari setelahnya diurus oleh
pemilik kelapa sendiri), dan bagi hasil (upah tergantung dari berapa hasil gula kelapa yang
diambil dari pohon seseorang).

BAB III: PENUTUP

LESSON LEARNED

Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan untuk membahas jurnal ini, maka pelajaran yang dapat
diambil dari penentuan lokasi sentra industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar adalah
sebagai berikut:

1. Dalam menentukan lokasi suatu kegiatan, khususnya industri perlu dipertimbangkan secara
mendalam agar kegiatan industri tersebut dapat berjalan secara efisien, efektif, dan optimal.
2. Dalam menentukan suatu lokasi sentra industri maka ada beberapa teori yang dapat dijadikan
dasaran dalam pemilihan lokasi yaitu teori Von Thunen, Weber dan Losch. Salah satu
implementasi teori Weber yaitu hubungan ongkos angkut barang produksi akan terhitung ton setiap
kilometernya berlaku di Kecamatan Nglegok. Salah satu implementasi teori Losch yaitu lokasi
sentra industri gula kelapa di Kecamatan Nglegok dekat dengan pasar (tempat dijualnya) karena
jika pasar jauh dari tempat produsen maka konsumen akan enggan membeli karena harus
menambah biaya transportasi lagi. Teori Von Thunen belum bisa atau tidak diimplementasikan
pada studi kasus ini dikarenakan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh penulis maka
harga sewa tanah paling tidak berpengaruh jika dibandingkan dengan faktor atau variabel lain yang
ditawarkan oleh penulis.
3. Masih relevannya teori-teori lokasi yang bisa diterapkan sampai saat ini sebagai contohnya yaitu
beberapa teori yang digunakan di jurnal ini masih berimplikasi pada lokasi industri yang dipilih.

P a g e 9 | 10
Review Jurnal Analisa Lokasi dan Keruangan | Laksmita Dwi Hersaputri (3613100069)

DAFTAR PUSTAKA

Tarigan, R. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Penerbit: PT. Bumi Aksara.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Niaga Swadaya

Guspradana, F. 2014. Faktor-Faktor Penentu Lokasi Sentra Industri Gula Kelapa (Studi Kasus: Di Wilayah
Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar). Universitas Brawijaya. Malang.

P a g e 10 | 10

Anda mungkin juga menyukai