Anda di halaman 1dari 166

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pariwisata merupakan salah satu industri yang cukup berkembang pada


saat ini. Pariwisata bukan dinilai sebagai sebuah kegiatan saja namun
pariwisata juga dinilai sebagai sebuah industri yang memiliki peluang yang
besar karena dirasa dapat memberikan dampak positif yang cukup besar bagi
semua orang yang terlibat didalamnya. Dengan berkembangnya industri
pariwisata maka kebutuhan masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata pun
akan semakin meningkat.

Berkembangnya industri pariwisata sejalan dengan keberagaman


aktivitas wisata yang ditawarkan kepada para wisatawan. Salah satu kegiatan
wisata yang ditawarkan adalah perjalanan wisata dengan menggunakan kapal
pesiar atau yang biasa disebut dengan cruise tourism.

Wisata kapal pesiar (cruise tourism) merupakan salah satu aktivitas


wisata yang paling berkembang pada saat ini. Perkembangan aktivitas wisata
kapal pesiar di Indonesia sendiri menunjukan peningkatan yang cukup baik,
jumlah kapal pesiar yang berkunjung ke Indonesia selama 4 tahun terakhir terus
mengalami kenaikan.

Tabel 1.1
Daftar Kunjungan Kapal Pesiar di Negara Indonesia
TAHUN JUMLAH KAPAL PESIAR
2011 76
2012 96
2013 116
2014 126
Sumber : http://www.bumn.go.id
2

Berdasakarkan Tabel 1.1, hal ini menunjukan bahwa Negara Indonesia


memiliki peluang untuk menjadi salah satu destinasi untuk melakukan aktivitas
wisata kapal pesiar. Berikut adalah daftar pelabuhan yang menjadi port of call
di Negara Indonesia yang disinggahi oleh beberapa kapal pesiar diantaranya
adalah :

Tabel 1.2
Daftar Kapal Pesiar yang Berkunjung ke Port of Call Negara Indonesia
NO PORT OF CALL CRUISE
1 Sabang (Aceh) MV Amadea
2 Tanjung Benoa (Bali) Princes cruises
Quick Silver
Sevenseas Voyager
Silver Shadow
Silver Whisper
Celebrity Solstice
Rotterdam Cruise
Artania
Clipper Odyssey
Zegrahm Expedition
3 Tana Ampo (Bali) Sun Pricess
4 Lembar (NTB) Sun Princess
Celebrity Millenium
Ms Seabour Odyssey
5 Belawan (Medan) Star cruise
6 Makassar (Sulawesi Aegon Odssey
Selatan) Silversea
Ms Rotterdam
Costa Romantica
MV Sevenseas Voyager
Princess Cruise
Sea Princess
7 Parepare (Sulawesi Orion Cruise
Selatan) Athena Cruises
Deutschland
MS Artania
Silver Discoverence
Silverwind
MV Minerva
Caledonian Sky
3

8 Palopo (Sulawesi Selatan) Azamara


Orion Cruise
La Soleal
Aegan Odysse
9 Tanjung Periuk (Jakarta) Crystal symphony
MS Rotterdam
9 Tanjung Perak (Surabaya) Diamond Princess Cruise
Seabourn Legend Cruise
Seabourn Oddysey
10 Tanjung Emas (Semarang) MS Crystal symphony
MS Silver wind
MV Rotterdam
MV Sevenseas Voyager
Princess Cruise
11 Kumai (Kalimantan Orion II
Tengah)
12 Jayapura (Papua) Orion
13 Yos Sudarso (Ambon) MV Albatros
MV Australblue Volad
Amadea nasasu
MV Discovery
Spirit of Advanture
Sumber: PELINDO KOTA PAREPARE, http://www.choosingcruising.co.uk , pelindo.co.id ,
Indonesia.travel

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Provinsi Sulawesi Selatan


menjadi salah satu persinggahan bagi beberapa kapal pesiar yang datang ke
Negara Indonesia. Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri terdapat 3 pelabuhan
internasional yakni pelabuhan di Kota Makassar, Kota Parepare dan Kabupaten
Palopo.

Dalam beberapa tahun terakhir ini Kota Parepare menjadi port of call
yang dikunjungi oleh kapal pesiar, sebagian besar wisatawan dari kapal pesiar
tersebut akan melanjutkan perjalanan mereka menuju ke Tana Toraja melalui
kegiatan shore excursion. Maka sebagian dari wisatawan yang tidak mengikuti
perjalanan wisata ke Tana Toraja dapat menghabiskan waktu mereka di kapal
pesiar atau berkeliling di Kota Parepare untuk menikmati keindahan dan daya
tarik yang dimiliki oleh Kota Parepare.
4

Dengan kedatangan dari berbagai kapal pesiar tersebut maka Kota


Parepare memiliki potensi yang cukup baik untuk menjadi salah satu port of
call yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan kapal pesiar untuk melakukan
perjalanan wisata. Maka dari itu Kota Parepare harus bisa memanfaatkan
potensi yang mereka miliki untuk menarik minat wisatawan dengan sebaik
mungkin. Tetapi sampai dengan saat ini Kota Parepare masih menempatkan
posisi mereka sebagai kota transit saja, karena yang menjadi destinasi utama
bagi para wisatawan kapal pesiar tersebut adalah Tana Toraja. Dengan potensi
yang telah dimiliki, diharapkan Kota Parepare dapat mengembangkan diri agar
tidak hanya menjadi kota transit saja.

Dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Kota Parepare,


peneliti ingin mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Parepare dalam
menangani kedatangan wisata kapal pesiar. Untuk mengetahui kesiapan
tersebut, peneliti melihat kondisi dari atraksi wisata, aksesibilitas, dan amenitas
serta proses penanganan kapal pesiar yang ada di Kota Parepare. Berikut
adalah pengertian mengenai atraksi wisata, aksesibilitas dan amenitas menurut
UNWTO :

1. Atraksi Wisata
Atraksi wisata adalah hal yang menjadi daya tarik utama bagi
pengunjung untuk mengunjungi suatu destinasi. Yang dapat
dikategorikan ke dalam atraksi yaitu: alam (misalnya pantai,
pegunungan, taman, cuaca dan lain-lain), buatan manusia (misalnya
bangunan ikonik, monumen, bangunan keagamaan, konferensi dan
fasilitas olahraga) dan budaya (misalnya museum, teater, galeri seni
dan acara budaya).
2. Aksesibilitas
Aksesibilitas menjadi penghubung wisatawan untuk mencapai
atraksi wisata. Sebuah atraksi harus dapat diakses melalui berbagai
macam cara (jalan darat, udara, kereta api atau kapal pesiar).
5

Wisatawan juga harus bisa mencapai atraksi wisata tanpa merasa


kesulitan transportasi.
3. Amenitas
Amenitas adalah berbagai layanan dan fasilitas yang mendukung
wisatawan untuk tinggal di sebuah atraksi wisata, mencakup
infrastruktur dasar seperti pelayanan langsung bagi wisatawanyakni
akomodasi, informasi atraksi, fasilitashiburan, guide, tour operator
dan katering dan jugafasilitas perbelanjaan.

Sumber : UNWTO. 2007. A Practical Guide to Tourism Destination Management. Madrid:


World Tourism Organization

Dengan mengetahui gambaran mengenai proses penanganan kapal


pesiar di Kota Parepare dan kondisi 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas)
Kota Parepare maka peneliti akan dapat melihat bagaimana kesiapan Kota
Parepare dalam menangani kedatangan kapal pesiar tersebut. Maka dari itu
peneliti mengangkat judul “Analisis Kesiapan Kota Parepare dalam
Menangani Wisata Kapal Pesiar” .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka rumusan


masalah yang menjadi pembahasan kami yakni ingin mengetahui sejauh mana
kesiapan Kota Parepare dalam menangani wisata kapal pesiar dan apa sajakah
yang menjadi daya tarik Kota Parepare bagi wisatawan kapal pesiar
berdasarkan faktor atraksi wisata, aksesibilitas, amenitas dan proses
penanganan kapal pesiar.
6

C. Identifikasi Masalah

Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi yakni :

1. Faktor-faktor apa saja yang membuat Kota Parepare menjadi port of


call kapal pesiar selama ini?
2. Bagaimana kondisi atraksi di Kota Parepare?
3. Bagaimana kondisi aksesibilitas di Kota Parepare?
4. Bagaimana kondisi amenitas di Kota Parepare?
5. Bagaiamana proses penanganan kapal pesiar di Kota Parepare dimulai
dari proses kedatangan, melakukan kegiatan shore excursion hingga
proses keberangakatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
1.1 Tujuan Formal
Secara formal, penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan
antara teori dengan keadaan yang sebenenarnya terjadi di lapangan.
1.2 Tujuan Operasional
Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan
mengapa Kota Parepare menjadi salah satu port of call yang dikunjungi oleh
kapal pesiar, mengetahui bagaimana proses penanganan yang dilakukan ketika
kapal pesiar berlabuh di Kota Parepare, serta mengetahui kondisi 3A (Atraksi,
aksesibilitas, dan amenitas) di Kota Parepare.
2. Manfaat Penelitian
a. Mendapatkan gambaran mengenai proses penanganan kapal pesiar
di Kota Parepare
b. Mengetahui kuantitas dan kualitas produk daya tarik wisata Kota
Parepare serta kemudian memberikan rekomendasi sesuai dengan
teori yang didapatkan selama proses pembelajaran di kelas.
7

E. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesiapan Kota Parepare
dalam menangani wisata kapal pesiar dan hanya dibatasi pada perilaku
wisatawan kapal pesiar Caledonian Sky saja, karena pada saat kami melakukan
penelitian di lapangan kapal pesiar yang ada pada saat itu hanya kapal pesiar
Caledonian Sky.

F. Lokus dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilasanakan di Pulau Sulawesi, Provinsi Sulawesi
Selatan. Tepatnya di Kota Parepare, Sulawesi Selatan. Dan difokuskan di
kawasan Pelabuhan Nusantara, Pelabuhan Cappa Ujung, dan beberapa atraksi
wisata yang berpotensi di Kota Parepare. Waktu penelitian ini dilakukan pada
tanggal 17 Maret – 17 April 2015.

G. Ruang Lingkup Penelitian


Penenlitian ini difokuskan pada identifikasi mengenai atraksi wisata,
aksesibilitas, amenitas dan proses penanganan kapal pesiar di pelabuhan yang
terdapat Kota Parepare. Identifikasi tersebut dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana kesiapan Kota Parepare dalam menangani wisata kapal pesiar.

H. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang tim peneliti hadapi yaitu mengenai keterbatasan
waktu yang tersedia, yakni hanya 4 minggu di lapangan sehinga kapal pesiar
yang kami jadikan bahan penelitian hanyalah Caledonian Sky saja yang
berlabuh pada tanggal 18-19 Maret 2014. Kemudian jumlah wisatawan yang
menjadi responden dalam pengisian kuesioner berjumlah lebih sedikit dari
yang kami harapkan yakni hanya berjumlah sekitar 90 wisatawan kapal pesiar.
Selain itu tim peneliti juga mengalami kesulitan dalam mencari informasi
mengenai atraksi wisata yang ada di Kota Parepare karena pengelola dari
beberapa atraksi wisata tidak dapat kami temui.
8

I. Definisi Operasional Variabel


1. Atraksi Wisata
Atraksi wisata adalah hal yang menjadi daya tarik utama bagi
pengunjung untuk mengunjungi suatu destinasi. Yang dapat
dikategorikan ke dalam atraksi yaitu: alam (misalnya pantai,
pegunungan, taman, cuaca dan lain-lain), buatan manusia (misalnya
bangunan ikonik, monumen, bangunan keagamaan, konferensi dan
fasilitas olahraga) dan budaya (misalnya museum, teater, galeri seni,
acara budaya).
2. Aksesibilitas
Aksesibilitas menjadi penghubung wisatawan untuk mencapai atraksi
wisata. Sebuah atraksi harus dapat diakses melalui berbagai macam
cara (jalan darat, udara, kereta api atau kapal pesiar). Wisatawan juga
harus bisa mencapai atraksi wisata tanpa merasa kesulitan transportasi.
3. Amenitas
Amenitas adalah berbagai layanan dan fasilitas yang mendukung
wisatawan untuk tinggal di sebuah atraksi wisata, mencakup
infrastruktur dasar seperti pelayanan langsung bagi wisatawanyakni
akomodasi, informasi atraksi, fasilitashiburan, guide, tour operator
dan katering dan jugafasilitas perbelanjaan.
4. Proses Penanganan Kapal Pesiar
Hal ini merupakan gabungan dari proses penanganan kedatangan dan
keberangkatan kapal pesiar di pelabuhan dan juga prosen penangan
tour (pre-in-post)
9

J. Struktur Organisasi
Adapun susunan organisasi Penelitian Industri Perjalanan ini adalah

sebagai berikut:

PEMBIMBING : Drs. Djoni Sofyan Iskandar, MM

M. Robbith S., S.St.Par, M.Sc

Marsianus Raga, S. ST. Par.

KETUA KELOMPOK : Raphael T . P . H Sirait

ANGGOTA : Adi Bayu Rahmat

Desty Rahmawati

Iqlima Ramadhani

Mochamad Reza

Nintia Pramestyan Jani

Retno Gusti Wulandari

K. Agenda Kerja Penelitian

Tabel 1.3
Agenda Kerja Lapangan Kelompok PIP Analisis Kesiapan Kota Parepare dalam
Menangani Wisata Kapal Pesiar

WAKTU
NO KEGIATAN
PELAKSANAAN
1 Administrasi Penelitian Week 1 dan 2
2 Presentasi TOR (Seminar TOR/Proposal) Week 7
3 Pemberangkatan tim ke lapangan Week 8
4 Observasi Lapangan / Pengumpulan Week 8 – 11
5 Penyusunan Laporan Penelitian Week 11 – 15
6 Seminar Internal Week 15
7 Penyempurnaan Laporan Penelitian Week 15 – 16
8 Laporan Akhir Week 22
10

L. Sistematika Penulisan
1) Bagian Awal
Cover sampul, Lembar Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar
Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
2) Bagian Isi
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
identifikasi masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian,
pembatasan masalah, lokus dan waktu penelitian,ruang lingkup
penelitian,keterbatasan masalah, definisi operasional variabel,
struktur organisasi,agenda kerja penelitian, serta yang terakhir
adalah sistematika penulisan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teoritis mengenai konsep-konsep teori yang
digunakan sebagai kerangka/landasan/acuan dalam menjawab
pertanyaan masalah penelitian.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Berisi tentang paradigma penelitian, pola pikir penelitian,
metode penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, populasi
dan sampel, teknik analisis data, unit analisis data dan matriks
operasional variabel.
BAB IV TINJAUAN UMUM DAN DATA TEMUAN
Berisi tentang tinjauan umum lokus penelitian serta data hasil
temuan di lapangan yang disajikan baik dalam bentuk tabel
maupun diagram dari hasil pengolahan data untuk keperluan
analisis.
BAB V PEMBAHASAN
Berisi pembahasan data temuan yang disesuaikan dengan teori
yang digunakan dalam penelitian.
11

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


Berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian
yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian serta pertanyaan-
pertanyaan dalam identifikasi masalah.
3) Bagian Akhir
Daftar Pustaka : Semua literatur yang menjadi bahan atau sumber bacaan
serta
referensi yang relevan dengan kajian penelitian
Lampiran : Contoh daftar periksa (checklist), kuesioner, biodata
peneliti.
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Wisata Kapal Pesiar

Wisata kapal pesiar menjadi salah satu aktivitas wisata yang cukup
banyak diminati oleh beberapa wisatawan di dunia. Aktivitas wisata dengan
menggunakan kapal pesiar dapat diartikan sebagai beikut :

“The ship it self I a floating resort and not as a means of transport”


(UNWTO,2010)

“Cruising is defined as a passenger vessel operating for pleasure


purposes only. The ships are not involved in the transportation industry, like
ferries or cargo ships. For the cruiser, it is not a matter of going from A to B;
the voyage is a part of a holiday package (Cartwright and Baird 1999)

“Within tourism industry, the term ‘cruising’ is generally assumed to


mean sea cruising. This tend. This tends to imply trips during which the
passenger is primarly based on vessel that travels to a number of destinations,
where they disembark for short periods to visit land-based sites.” (Mintel
Leisure Intelligence Report “Cruise Industry” March 2001)

Secara singkat dapat diartikan bahwa wisata kapal pesiar adalah


aktivitas wisata dengan menggunakan sebuah kapal yang melakukan
perjalanan ke beberapa destinasi dimana para penumpang tersebut dapat turun
untuk mengunjungi atraksi wisata yang ada di destinasi tersebut dengan waktu
yang singkat.
13

Pelabuhan yang digunakan untuk tempat berlabuh bagi wisata kapal


pesiar sering disebut dengan nama port of call. Port of call sendiri dapat
dibagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan karakteristik dan fungsinya,
berikut adalah tabel yang menjelaskan tentang hal tersebut.

Tabel 2.1
Tipe Port of Call Berdasarkan Fungsinya
Destination Cruise Port Gateway Cruise Port Balanced Cruise Port
The cruise port is the sole The cruise port is not a The cruise port is
destination. Limited, if any, destination, but a point of destination and a point of
excursions outside port area embarkation (turn port). transit for excursions
Excursions outside port area.

- High quality cultural or No significant cultural or Various balances between


physical amenities. physical amenities. Port the amenities offered at
servicing major touristic the port and in the region.
- No other significant destination.
amenities in proximity.
- Security and safety
issues.
Sumber : The Geography of Cruise Shipping by Jean-Paul Rodrigue and Theo Notteboom

Berdasarkan Tabel 2.1 di atas, beberapa port of call dapat dibagi


menjadi 3 tipe berdasarkan karakteristik dan fungsinya masing-masing, yakni :

1. Destination Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang dijadikan sebagai salah satu tujuan atau


destinasi untuk melakukan perjalanan wisata. Pelabuhan yang
termasuk ke dalam tipe ini harus memiliki daya tarik wisata yang
dapat membuat wisatawan ingin berkunjung seperti budaya, alam ,
dan buatan manusia.

2. Gateway Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang hanya dijadikan tempat berlabuh dan


bukan sebagai tujuan utama untuk melakukan perjalanan wisata.
14

Pelabuhan dalam tipe ini hanya dijadikan sebagai pintu masuk atau
penghubung bagi para wisatawan kapal pesiar untuk melakukan
kegiatan excursion ke destinasi lain.

3. Balanced Cruise Port

Merupakan pelabuhan yang dapat dijadikan sebagai destinasi utama


maupun pintu masuk atau penghubung bagi wisatawan kapal pesiar.
Pelabuhan dengan tipe ini memiliki karakteristik yang berbeda-
beda sesuai dengan apa yang masing-masing pelabuhan tersebut
tawarkan kepada wisatawan

B. Teori Penanganan Kapal Pesiar


Setiap kapal pesiar yang ingin berlabuh di suatu port of call harus
memenuhi syarat dan perizinan yang telah ditentukan. Ada beberapa proses
yang harus dilakukan ketika kapal pesiar akan berlabuh di sebuah port of call,
yakni proses penanganan kedatangan kapal pesiar, proses penanganan shore
excursion dan proses keberangkatan kapal pesiar.
15

PROSES PENANGANAN CRUISE


16

Dan shore excursions


17

Selain proses kedatangan, proses kegiatan shore excursion dan juga


proses keberangkatan kapal pesiar adapula hal yang cukup penting yakni
mengenai faktor-faktor yang membuat sebuah destinasi dapat dijadikan port
of call bagi kapal pesiar. Menurut Philip Gibson (2006:71) ada beberapa
faktor yang menentukan suatu tempat/wilayah dapat dijadikan sebagai port of
call yang baik serta dapat memberikan kesan yang unik dan menarik bagi
wisatawan kapal pesiar, diantaranya adalah :

a) Pelabuhan

1. Pelabuhan memiliki rata-rata kedalaman 35ft (10,75 meter) pada


saat air surut.

2. Memiliki kondisi pelabuhan yang aman dan terlindungi dengan


baik.

3. Gateway pelabuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dengan pusat


kota.

4. Tersedia souvenir shop bebas pajak di dalam kawasan pelabuhan.

5. Menjadi pelabuhan yang multifungsi (sebagai pelabuhan


penumpang, port of call dan bongkar muat barang).

6. Memiliki pelayanan jasa yang professional.

7. Untuk pelabuhan yang berada di suatu pulau harus memiliki


keberagaman atraksi wisata.

b) Destinasi

1. Adanya tour sight seeing / shore excursion yang menarik.

2. Tersedia tempat hiburan malam yang menarik.

3. Dapat menampung kapal pesiar dalam klasifikasi Mega Ships.

4. Dekat dengan bandara yang bertaraf internasional.


18

5. Memiliki kegiatan yang menarik baik kegiatan yang dilakukan di


air maupun yang dilakukan di darat.

6. Memiliki kebudayaan yang unik serta nilai sejarah yang tinggi.

7. Memiliki pemandangan/panorama yang indah.

Berdasarkan proses-proses penanganan yang telah disebutkan maka


setiap kapal pesiar yang akan berlabuh di port of call Negara Indonesa harus
memenuhi syarat dan perizinan yang berlaku. Kapal pesiar yang datang ke
Negara Indonesia akan ditangani oleh pihak yang berwenang diantaranya
adalah Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata (DOPP) Kota Parepare, Agen
Pelayaran, PELINDO (Pelabuhan Indonesia), DISHUB (Dinas Perhubungan),
KSOP (Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan), Main Agent serta Local
Agent. Pihak berwenang tersebut akan melakukan penanganan tehadap
kedatangan kapal pesiar dengan sebagaimana mestinya.

“Handling are the act of touching, feeling, holding, or moving


something. The way that someone deals with a person, event, situation, etc.The
act or process of packing and shipping something to someone (such as a
customer).”(Based on webster dictionary)

Maka penanganan dapat diartikan sebagai cara seseorang dalam


menghadapi situasi yang bersifat menyentuh , merasakan, memegang dan
memindahkan sesuatu. Hal tersebut dilakukan kepada orang lain (customers)
dalam peristiwa dan situasi tertentu. Dalam pembahasan ini penanganan wisata
kapal pesiat dapat diartikan sebagai proses seseorang dalam memindahkan
wisatawan dari kapal menuju daratan dengan regulasi yang telah ditentukan.
19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Faktor-faktor yang
membuat Kota Parepare
menjadi destinasi kapal
pesiar

Kondisi Atraksi Wisata di


Kota Parepare

Kondisi Aksesibilitas di Kota Parepare siap dalam


menangani wisata kapal
Kota Parepare pesiar

Kondisi Amenitas di Kota


Parepare

Proses penanganan kapal


pesiar di Kota Parepare
(Kedatangan – shore
excursion –
keberangkatan)
20

B. Pola Pikir Penelitian

Analisis kesiapan kota Parepare dalam


menangani wisata kapal pesiar

a Konsep 3A Proses penanganan kapal pesiar di


(atraksi wisata, aksesbilitas, amenitas) suatu port of call

Atraksi Aksesibilitas Amenitas


Wisata
-Transportasi -Tour
- Alam umum Operator
- Buatan -Pelabuhan -Hotel
Manusia -Souvenir
- Budaya shop
-Restaurant

Analisis SWOT

Mengetahui siap atau tidaknya Kota


Parepare menjadi port of call yang
dikunjungi oleh wisatawan
21

C. Metode Penelitian
Untuk melakukan suatu penelitian, terlebih dahulu harus menentukan
metode apa yang akan digunakan, penentuan metode ini dilakukan agar
mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan
suatu penelitian, agar dapat menghasilkan kesimpulan yang merupakan
pemecahan dari masalah yang akan diteliti.
Menurut pendapat Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah suatu
metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Jenis data yang akan kami kumpulkan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif.Menurut Sugiyono, (2003:14) Penelitian kuantitatif, adalah
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan.

D. Teknik dan Alat Pengumpul Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Menurut ahli, metode pengumpulan data berupa suatu pernyataan
(statement) tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya.
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkandalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002 : 110) . Oleh
karena itu disini kami memilih metode angket (kuisioner) serta wawancara.
Kedua metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a) Wawancara
Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoeh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara si penanya dengan si penjawab atau responden
22

dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (buku


panduan).
b) Angket
Angket menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia
ketahui”.Angket ini dibagikan bagi para wisatawan kapal pesiar.
Bertujuan untuk mengumpulkan data mengenai pendapat wisatawan
dalam kegiatan tour yang diikutinya. Hasil data angket ini akan
kami jadikan bahan analisis.
c) Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk
melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2004 : 104)

2. Alat pengumpul data


Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa
wawancara, angket dan observasi, dan alat pengumpul data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah berupa pedoman wawancara, kuesioner, dan
checklist.
a) Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara kami gunakan sebagai panduan dalam
mewawancarai informan untuk proses pencarian data yang di
perlukan.
Teknik wawancara ini digunakan untuk mengetahui bagaimana
kondisi 3A (Atraksi, Aksesibilitas, dan Amenitas) serta proses
penanganan yang dilakukan ketika kapal pesiar berlabuh di Kota
Parepare dan bagaimana program excursion serta city tour yang
ditawarkan oleh local agent kepada wisatawan.
23

b) Kuesioner
Penyebaran kuesioner ini berupa daftar pertanyaan tertulis kepada
responden yakni wisatawan kapal pesiar yang mengikuti kegiatan
excursion program ke Tanah Toraja dan wisatawan yang
melakukan kegiatan city tour ke Kota Parepare. Kuesioner yang
kami buat terdiri dari kuesioner yakni:
1. Kuesioner Parepare City Tour dan Tour Tana Toraja
Terdiri dari 3 bagian yakni Profil Wisatawan (demografis
dan geografis), Aktivitas Wisatawan (menggunakan skala
guttman) menurut Sugiyono (2012 : 93 - 95) skala guttman
digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas
terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Dan bagian
ketiga adalah Perilaku Wisatawan (menggunakan skala
likert) menurut Sugiyono (2009 : 93 - 95) Skala Likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
c) Checklist
Checklist digunakan untuk mengetahui kondisi atraksi wisata (alam,
buatan manusia, budaya), aksesibilitas (trasnportasi umum,
pelabuhan, jalan, penunjuk jalan) dan amenitas (Hotel, restaurant,
souvenir shop) di Kota Parepare (menggunakan skala likert).

Skala likert kami gunakan untuk penilaian salah satu pertanyaan dari
kuesioner dan penilaian checklist terhadap kondisi atraksi, aksesibilitas dan
amenitas. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala likert, maka variable yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variable. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau
24

pertanyaan. Jawaban setiap item instrument yang menggunakan skala likert


mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dalam penelitian
ini yang kami gunakan adalah :
a. Sangat Baik

b. Baik

c. Cukup

d. Kurang

e. Sangat Kurang

Catatan :
SB = Sangat Baik diberi skor 5

B = Baik diberi skor 4

C = Cukup diberi skor 3

K = Kurang diberi skor 2

SK = Sangat Kurang diberi skor 1

Dari hasil skor kuisioner yang telah kami hitung, data interval tersebut
juga dapat dianalisis dengan menghitung rata-rata jawaban berdasarkan
skoring setiap jawaban dari responden. Contoh penghitungannya adalah
sebagai berikut :

Jumlah skor maksimal = Jumlah skor terbesar x Jumlah Pertanyaan

Sumber : Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Prof. Dr.


Sugiyono (2013:93-95)
25

E. Populasi dan Sample


Sugiyono (1997 : 57) memberikan pengertian bahwa “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Suharsimi Arikunto (1998 : 117) mengatakan bahwa “Sampel adalah
bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel
penelitian adalah sebagian populasi yang diambil sebagai sumber data dan
dapat mewakili seluruh populasi.”
Secara umum sampel penelitian adalah bagian dari populasiyang
mewakili karakteristik populasi dalam peneltian. Sampel mempunyai cakupan
lebih kecil daripada populasi. Untuk mendapatkan sampel, maka digunakanlah
teknik pengambilan sampel atau sering disebut dengan sampling.
Adapun sampel yang kami ambil yakni 90 responden terdiri dari 80
wisatawan kapal pesiar Caledonian Sky yang mengikuti shore excursion ke
Tana Toraja dan 10 wisatawan kapal pesiar Caledonian Sky yang melakukan
kegiatan Parepare City Tour. Dalam penelitian kali ini kami menggunakan
teknik Purposive Sampling dan Probabilty Sampling.
Menurut Sugiyono (2011:118-127) Purposive Sampling adalah teknik
menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif atau
penelitian-penelitian yang tidak melakukan generalisasi.
Menurut Sugiyono (2011:118-127) Probabitliy Sampling adalah teknik
pengambilan sample yang memberikan peluang yang sama kepada setiap
unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini
meliputi, Sample random sampling, propotionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random sampling, dan sampling area.
Karena dalam penelitian ini wisatawan yang kami jadikan responden
dibagi menjadi dua bagian dengan jumlah yang tidak seimbang yakni 80
wisatawan kapal pesiar yang mengikuti tour ke Tana Toraja dan 10 wisatawan
26

kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City Tour, maka dari itu kami
menggunakan probability sampling dengan teknik proportionate stratified
random sampling.
Menurut Sugiyono (2011:118-127) Proportionate Stratified Random
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan jika mempunyai
anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Berikut adalah penghitungan Proportionate Stratified Random
Sampling, untuk mengetahui keakuratan dari setiap sampel wisatawan yang
kami jadikan responden. Baik yang melakukan kegiatan tour Tana Toraja
maupun wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare City Tour.
1) Wisatawan yang mengikuti tour ke Tana Toraja

80
Tour Tana Toraja = ( ) x 89 = 79,1 = 79
90
2) Wisatawan yang melakukan kegitan Parepare City Tour
10
Parepare City Tour = ( ) x 89 = 9,8= 10
90

Berdasarkan hasil diatas, dengan demikian menunjukan bahwa jumlah


sampel yang kami ambil untuk wisatawan tour Tana Toraja sebanyak 80
orang dan wisatawan Parepare City Tour sebanyak 10 orang dinilai akurat.

Untuk metode wawancara kami akan mengambil sampel yaitu Dinas


Olahraga Pemuda dan Pariwisata Kota Parepare (DOPP), Dinas Perhubungan
Kota Parepare, PELINDO ( Pelabuhan Indonesia ), KSOP (Kesyahbandaran
dan Otoritas Pelabuhan), Agen Pelayaran, Main Agent serta Local Agent), dan
masyarakat Kota Parepare. Namun yang di maksud dengan “masyarakat”
disini adalah masyarakat yang melakukan usaha di bidang pariwisata, seperti
masyarakat di sekitar atraksi wisata, souvenir shop, dan pengelola atraksi
wisata.
27

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini kami menggunakan analisis SWOT sebagai


teknik analisis data. Analisis SWOT sendiri dapat diartikan sebagai berikut:

“The SWOT analysis (which stands for Strengths, Weaknesses,


Opportunities, and Threats and is sometimes referred to as TOWS or TWOS)
is the archetypal approach to a strategic evaluation. It embodies an internal
analysis of strengths and weaknesses and an external analysis of opportuni-
ties and threats (Evans et al., 2003). (Evans t al., 2003 dalam buku Cruise
Operation Management by Philip Gibson)

Analisis SWOT sendiri merupakan metode yang digunakan untuk


mengevaluasi:

a. Kekuatan-kekuatan (strengths)
b. Kelemahan-kelemahan (weaknesses)
c. Kesempatan-kesempatan (opportunities)
d. Ancaman-ancaman (threats) dalam suatu proyek, program, atau unit-
unit organisasi.

Keempat faktor inilah yang membentuk akronim SWOT (strengths,


weaknesses, opportunities, dan threats).

Proses analisis SWOT melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari


proyek, program, atau unit-unit organisasi serta mengidentifikasi faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (kesempatan dan ancaman)
yang mendukung dan yang menghambat dalam mencapai tujuan spesifik itu.
28

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan


memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, dimana
aplikasinya adalah:

a. Bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) yang ada dapat


dipergunakan untuk menciptakan kesempatan-kesempatan
(opportunities) yang ada?
b. Bagaimana cara mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses)
yang ada agar mengingatkan atau menciptakan kesempatan-
kesempatan (opportunities) yang ada?
c. Selanjutnya bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) mampu
menghadapi atau menangkal ancaman-ancaman (threats) yang
ada?
d. Dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan-
kelemahan (weaknesses) yang mampu menghindarkan dari
ancaman (threats) yang mungkin terjadi?

(Sumber : Gaspersz, V. (2012 ). All-in-one Strategic Management. Jakarta: Vinchristo


Publication.)

Setelah menentukan faktor-faktor yang termasuk kedalam analisis


swot tersebut, selanjutnya peneliti akan membuat matriks space berdasarkan
faktor-faktor yang telah dijelaskan. Matriks space menjadi suatu dasar untuk
mengetahui poin-poin yang didapatkan dari nilai rating yang dimiliki oleh
faktor-faktor yang termasuk ke dalam SWOT. Matriks space digunakan untuk
melihat garis vektor positif dan negatif pada aspek internal dan eksternal.
29

Tabel 3.1
Model Analisis Matriks Space
Posisi Faktor Rating Posisi Faktor Strategi Rating
Strategi Eksternal
Internal
Kekuatan (rating dari Peluang (rating dari
(faktor-faktor tabel IFAS (faktor-faktor yang tabel EFAS
yang menjadi dengan nilai menjadi peluang) dengan nilai
kekuatan) positif) positif)
Jumlah Jumlah rating Jumlah Jumlah rating
positif positif
Kelemahan (rating dari Ancaman (rating dari
(faktor-faktor tabel IFAS (faktor-faktor yang tabel EFAS
yang menjadi dengan nilai menjadi ancaman) dengan nilai
kelemahan) negatif) negatif)
Jumlah Jumlah rating Jumlah Jumlah rating
negative negatif
Sumber : Rangkuti (2001:22-24)

Pemberian penilaian / rating pada poin-poin analis swot tersebut


ditentukan berdasarkan besarnya pengaruh faktor strategis terhadap kondisi
dirinya (Freddy Rangkuti, 2001 : 22-24) dengan ketentuan sebagai berikut:

Skala mulai dari 4 (sangat kuat) sampai dengan 1 (sangat lemah)


Sangat kuat Kuat Rata-rata Lemah

4 3 2 1
Variabel yang bersifat positif ( variabel kekuatan atau peluang )
diberi nilai dari 1 - 4 dengan membandingkan rata-rata pesaing utama.
Sedangkan variabel yang bersifat negatif diberi nilai kebalikan dari variabel
yang bersifat positif. Jika kelemahan atau ancaman besar sekali (
dibandingkan dengan rata-rata pesaing sejenis) nilainya adalah 1,sedangkan
jika nilai ancaman kecil/ dibawah rata-rata pesaing - pesaingnya nilainya 4.

Setelah peneliti menentukan poin-poin tersebut, peneliti kemudian


menggabungkan antara faktor internal (Strengths dan Weaknesses) dan faktor
eskternal (Opportunities dan Threats) agar mendapatkan strategi. Berikut
adalah tabel strategi Matriks Analisis SWOT :
30

Tabel 3.2
Matriks Analisis SWOT
EKSTERNAL

INTERNAL OPPORTUNITIES THREATS

COMPARATIVE MOBILIZATION
ADVANTAGE
STRENGTHS
1 2
3 4
DIVESTMENT / DAMAGE
WEAKNESSES INVESTMENT CONTROL

Sumber : Rangkuti, (2004:3)

Strategi ini adalah hasil modifikasi dari strategi GE-model, kotak-


kotak lainnya merupakan kotak isu arahan yang perlu dikembangkan, yang
timbul sebagai hasil dari kontak antar faktor-faktor eksternal dan internal.
Keempat isu arahan tersebut adalah :
1. Comparative Advantage
Apabila didalam proses analisis telah dapat dilihat peluang-peluang yang
tersedia juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut
dianggap memiliki keunggulan komparatif.

2. Mobilization
Kotak ini merupakan kotak kajian yang mempertemukan interaksi antara
ancaman/tantangan dari luar yang diidentifikasikan dengan potensi internal
sumber daya. Disini para perencana dituntut untuk memberikan keputusan
untuk menggali sumber-sumber daya yang dapat dimobilisasikan untuk
memperlunak ancaman/tantangan dari luar tersebut dan sedapat mungkin
merubahnya menjadi sebuah peluang bagi pengembangan selanjutnya.
31

3. Investment/Divestment
Kotak ini merupakan kajian yang menuntut adanya kepastian dari berbagai
peluang dan kekurangan yang ada. Pertimbangan harus dilakukan secara
hati-hati untuk memilih keuntungan dan kerugian untuk menerima peluang
tersebut, khususnya dikaitkan dengan keterbatasan potensi yang ada.
4. Damage Control
Kotak ini merupakan tempat untuk menggali berbagai kelemahan yang
akan dihadapi dapat dilihat dari pertemuan antara ancaman dan tantangan
dari luar dengan kelemahan yang ada. Arahan yang harus ditempuh adalah
mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami,
dengan sedikit demi sedikit membenahi sumber daya internal yang ada.

G. Unit Analisis
Unit analisis dari penelitian ini yaitu :
1. Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata Kota Parepare
2. PT.PELINDO IV Kota Parepare
3. Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kota Parepare
4. Agen Pelayaran (PT. SURYA BINTANG TIMUR)
5. Kantor Imigrasi Kelas II Kota Parepare
6. Main Agent (DESTINATION ASIA)
7. Local Agent (WIRA TOUR)
8. Hotel Bukit Kenari
9. Restaurant Teras Empang
10. Larisa Nirwana Utama (Tour Operator)
11. Tour Guide (Tour Tana Toraja)
12. Pengelola Waterboom Parepare
13. Pengelola Hutan Jompie
14. Pengelola Pantai Lumpue & Tonrangeng
15. Ketua Adat & Masyarakat Wattang Bacukiki
16. Wisatawan Kapal Pesiar Caledonian Sky
32

MATRIKS OPERASIONAL VARIABEL


33

MOV
34

MOV
35

MOV
36

BAB IV
TINJAUAN UMUM DAN DATA TEMUAN

A. TINJAUAN UMUM
Kota Parepare terletak di Pulau Sulawesi lebih tepatnya di Provinsi
Sulawesi Selatan. Kota Parepare berjarak sekitar 155 km dari Kota
Makassar / Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan yang dapat ditempuh
dengan waktu 3 – 4 jam melalui jalur darat. Kota Parepare memiliki luas
wilayah sekitar 99,33 km² , berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan jumlah penduduk Kota Parepare sampai dengan tahun
2014 berjumlah 132.048 jiwa. (Sumber: Kota Parepare dalam angka 2013)

Kota Parepare terdiri atas 4 kecamatan dan 22 kelurahan. Empat


kecamatan yang ada di Kota Parepare diantaranya adalah Kecamatan
Soreang, Kecamatan Ujung, Kecamatan Bacukiki, dan Kecamatan
Bacukiki Barat. Secara geografis Kota Parepare dibatasi dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pinrang


- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Barru

Komoditi unggulan dari Kota Parepare adalah sektor usaha dan jasa
(instansi pemerintahan dan keamanan, kebersihan, sosial, dan kebudayaan)
dan non pemerintahan. (Sumber: bappeda-pareparekota.com)

Sarana transportasi yang terdapat di Kota Parepare yakni


transportasi darat dan transportasi laut, transportasi darat yang dimiliki oleh
Kota Parepare adalah bus, becak dan pete-pete. Pete-pete merupakan
sebutan umum yang digunakan para penduduk di Provinsi Sulawesi Selatan
untuk menyebut angkutan umum dan angkutan kota yang ada disana. Salah
satu terminal utama bagi sarana transportasi darat yang dimiliki oleh Kota
37

Parepare adalah Terminal Lumpue, terminal ini merupakan terminal induk


di Kota ini. Tranportasi laut yang ada di Kota Parepare diantaranya adalah
kapal penumpang, kapal muat barang, kapal nelayan, dan kapal pesiar yang
hanya bersinggah. Untuk tranportasi laut Kota Parepare memiliki 4
pelabuhan .

Tabel 4.1
Daftar Pelabuhan di Kota Parepare
Nama Pelabuhan Fungsi Pelabuhan
Pelabuhan Nusantara Pelabuhan utama di Kota Parepare digunakan sebagai
tempat bongkar muat barang dan orang, melayani
pelabuhan Nusantara (antar pulau) dan pelabuhan
Internasional (antar Negara)
Pelabuhan Cappa Merupakan pelabuhan perahu motor dan kapal kayu yang
Ujung melayani bongkar muat barang dan orang, melayani
pelabuhan lokal (antar daerah) dan pelayaran Nusantara
(terutama kawasan Timur Indonesia dan Kalimantan)
Pelabuhan Pertamina Merupakan pelabuhan yang dikhusukan untuk bongkar
muat bahan bakar.
Pelabuhan Cempae Khusus melayani pelabuhan bagi pangkalan
pendaratan ikan
Sumber : www.pareparekota.go.id

Transportasi laut memang menjadi unggulan di Kota Parepare. Dari


keempat pelabuhan tersebut Pelabuhan Nusantara yang kini berganti nama
menjadi Pelabuhan Ajattapareng menjadi salah satu port of call yang kerap
dijadikan tempat untuk berlabuh bagi kapal pesiar.

Beberapa kapal pesiar yang pernah datang ke Kota Parepare dari


tahun 2012 – 2015 diantaranya adalah :
1) Orion Cruise
Orion Cruise merupakan kapal pesiar yang berasal dari Negara
Spanyol, dengan kapasitas penumpang sekitar 300 – 500
penumpang. Kapal pesiar ini berlabuh di Kota Parepare pada bulan
Oktober tahun 2012 dengan jumlah wisatawan 359 orang.
38

2) Athena Cruises
Kapal pesiar ini berkapasitas 300 – 500 penumpang, berasal dari
Negara Portugal. Berlabuh di Kota Parepare pada bulan Maret
tahun 2012 dengan jumlah wisatawan 360 orang.
3) Deutschland
Kapal pesiar Deutschland berasal dari Negara Jerman dengan
kapasitas 300 - 500 penumpang. Berlabuh di Kota Parepare pada
bulan Februari tahun 2014 dengan jumlah wisatawan 396
wisatawan.
4) MS Artania
Kapal pesiar ini memiliki kapasitas penumpang 800 – 1000
penumpang. Berlabuh di Kota Parepare pada bulan Januari tahun
2014 dengan jumlah wisatawan 849 orang.
5) Silver Discoverence
Silver Discoverence berkapasitas penumpang sekitar 100 – 200
penumpang. Erlabuh di Kota Parepare pada bulan Mei 2014 dengan
jumlah penumpang 99 orang.
6) Silverwind
Kapal pesiar ini memiliki kapasitas 200 - 400 penumpang, berasal
dari Bahamas. Silverwindcruise berlabuh di Kota Parepare pada
bulan Januari tahun 2015.
7) MV Minerva
Kapal pesiar MV Minervaberasal dari Bahamas dengan kapasitas
penumpang sekitar 200 – 400 penumpang. Kapal ini berlabuh di
Kota Parepare pada bulan Februari tahun 2015.
8) Caledonian Sky
Caledonian Sky berasal dari Negara Australia dengan kapasitas
penumpang 100 – 200 penumpang. Berlabuh di Kota Parepare pada
bulan Maret tahun 2015. Dengan jumlah wisatawan 90 orang,
39

wisatawan tersebutlah yang kami jadikan responden dalam


penelitian ini.
Local agent (tour operator) yang biasa menangani kegiatan tour
wisatawan kapal pesiar yang berlabuh di Kota Parepare diantaranya adalah
Pacebo Tours, Wira Tours, Irtianah Tours, Dhiva, dan Indo Sella. Hampir
semua tour operator tersebut berasal dari Kota Makassar, hanya satu travel
agent yang berasal dari Kota Parepare yakni Irtianah Tour dan yang satu
lagi tour operator yang berasal dari Toraja yakni Indo Sella.

B. DATA TEMUAN
1. Profil Wisatawan
Data temuan profil wisatawan berasal dari wisatawana kapal
pesiar Caledonian Sky, baik yang mengikuti Tour Tana Toraja maupun
Parepare City Tour.

a. Jenis Kelamin
DIAGRAM 1
DIAGRAM JENIS KELAMIN WISATAWAN
TOUR TANA TORAJA

Pria Wanita

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


40

DIAGRAM 2
DIAGRAM JENIS KELAMIN WISATAWAN
PAREPARE CITY TOUR

Pria Wanita

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram jenis kelamin diatas, dari 80 wisatawan


kapal pesiar Caledonian Sky yang mengikuti program tour ke Tana
Toraja yang dijadikan responden, diperoleh hasil bahwa responden yang
mengisi kuesioner sebanyak 36 orang atau 45% berjenis kelamin pria
dan sebanyak 44 orang atau 55% berjenis kelamin wanita. Berdasarkan
data tersebut maka diperoleh bahwa wisatawan kapal pesiar Caledonian
sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja di dominasi oleh wanita.

Berdasarkan diagram diatas, 10 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang melakukan Parepare City tour yang dijadikan
sebagai responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang berjenis
kelamin pria sebanyak 8 orang atau sekitar 80% dan yang berjenis
kelamin wanita sebanyak 2 orang atau sekitar 20%. Makadiperoleh hasil
bahwa wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare City di dominasi
oleh wisatawan berjenis kelamin pria.
41

b. Usia
DIAGRAM 3
DIAGRAM USIA WISATAWAN
TOUR TANA TORAJA

35-44 years 45-54 years 55-64 years >65 older

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 4
DIAGRAM USIA WISATAWAN
PAREPARE CITY TOUR

25-44 Tahun 35-44 tahun

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram usia diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
sebagai responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang berusia 35 –
42

44 tahun berjumlah 2 orang atau sekitar 2,5%. Wisatawan yang berusia


45 – 54 tahun berjumlah 5 orang atau sekitar 6,3%. Wisatawan yang
berusia 55 – 64 tahun berjumlah 30 orang atau sekitar 37,5%.
Sedangkan wisatawan yang berusia 65 tahun ke atas berjumlah 43 orang
atau sekitar 53,8%. Sehingga diperoleh hasil bahwa kebanyakan
wisatawan yang mengikuti tour ke Tana Toraja didominasi oleh usia 65
tahun ke atas.
Berdasarkan diagram usia diatas, dari 10 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang melakukan Parepare City tour yang dijadikan
sebagai responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang berusia 25 –
34 tahun tahun berjumlah 7 orang atau sekitar 70% sedangkan
wisatawan yang berusia 35 – 44 tahun berjumlah 3 orang atau sekitar
30%. Maka diperoleh hasil bahwa kebanyakan wisatawan yang
melakukan kegiatan Parepare City tour berusia 25 – 44 tahun.

c. Kewarganegaraan
DIAGRAM 5
DIAGRAM KEWARGANEGARAAN WISATAWAN
TOUR TANA TORAJA

Australian British Others

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


43

DIAGRAM 6
DIAGRAM KEWARGANEGARAAN WISATAWAN
PAREPARE CITY TOUR

German lain-lain

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram kewarganegaraan diatas, dari 80 wisatawan


kapal pesiar Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang
dijadikan responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan dengan
kewarganegaraan Australia sebanyak 43 orang atau sekitar 54%,
wisatawan dengan kewarganegaraan Inggris Raya (British) sebanyak 33
orang atau sekitar 41%, dan wisatawan dengan kewarganegaraan di luar
kategori lainnya sebanyak 4 orang atau sekitar 5%. Sehingga diperoleh
hasil bahwa kebanyakan wisatawan yang mengikuti tour ke Tana Toraja
berkewarganegaraan Australia.
Berdasarkan diagram kewarganegaraan diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar Caledonian Sky yang melakukan Parepare City tour yang
dijadikan sebagai responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang
berkewarganegaraan Filipina berjumlah 7 orang atau sekitar 70%,
sedangkan yang berkewarganegaraan lainnya berjumlah 3 orang atau
sekitar 30%. Maka diperoleh hasil bahwa wisatawan yang melakukan
Parepare City tour mayoritas berkewarganegaraan Filipina.
44

d. Rekan Perjalanan
DIAGRAM 7
DIAGRAM REKAN PERJALANAN WISATAWAN
TOUR TANA TORAJA

Family Friends Business Associate


Adult Couple None (Alone)

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 8
DIAGRAM REKAN PERJALANAN WISATAWAN
PAREPARE CITY TOUR

Rekan Bisnis Pasangan Sendiri

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram rekan perjalanan diatas, dari 80 wisatawan


kapal pesiar Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang
45

dijadikan responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang berpergian


bersama keluarga sebanyak 18 orang atau sekitar 22 %. Wisatawan yang
berpergian bersama teman sebanyak 10 orang atau sekitar 12 %.
Wisatawan yang berpergian bersama rekan bisnis sebanyak 2 orang atau
sekitar 3 %. Wisatawan yang berpergian bersama pasangannya
berjumlah 42 orang atau sekitar 52 %, dan wisatawan yang berpergian
sendiri sebanyak 8 orang atau sekitar 10%. Maka diperoleh hasil bahwa
kebanyakan wisatawan yang mengikuti tour ke Tana Toraja pergi
bersama pasangannya.

Berdasarkan diagram diatas, dari 10 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang melakukan Parepare City tour yang dijadikan
sebagai responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang berpergian
bersama rekan bisnis berjumlah 4 orang atau sekitar 40%, kemudian
yang berpergian bersama pasangannya berjumlah 5 orang atau sekitar
50%, dan yang berpergian bersama pasangannya berjumlah 1 orang atau
sekitar 10%. Dengan demikian diperoleh hasil bahwa mayoritas
wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare City tour berpergian
bersama pasangannya.

e. Kegiatan yang Dilakukan Wisatawan Kapal Pesiar Caledonian Sky


Selama Berada di Kota Parepare
Tabel 4.2
Kegiatan Wisatawan Kapal Pesiar di Kota Parepare
ON SHORE ACTIVITIES YES NO
Sightseeing 8 2
Site 4 6
Interaction with Local People 6 4
Visit Museum 0 10
Visit Beach 6 4
View Wildlife 4 6
Traditional Tour Transportation 4 6
46

Meals at Local Restaurant 8 2


Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan tabel diatas, wisatawan kapal pesiar yang mengikuti


kegiatan Parepare City Tour berjumlah 10 orang wisatawan. Dari 10
wisatawan tersebut, yang melakukan kegiatan sight seeing sebanyak 8
orang. Wisatawan yang mengunjungi situs bersejarah (site) sebanyak 4
orang, wisatawan yang melakukan interaksi bersama masyarakat lokal
sebanyak6 orang. Kemudian dari 10 wisatawan yang melakukan
kegiatan Parepare City Tour tidak ada yang mengunjungi museum di
Kota Parepare. Wisatawan yang mengunjungi pantai sebanyak 6 orang,
kemudian wisatawan yang melihat wildlife sebanyak 4 orang.
Kemudian wisatawan yang menggunakan alat transportasi tradisional
sebanyak 4 orang dan wisatawan yang membeli makan di restaurant
lokal sebanyak 8 orang. Maka diperoleh hasil dari 10 wisatawan yang
melakukan kegiatan Parepare City Tour, mayoritas wisatawan lebih
menyukai kegiatan sight seeing, melakukan interaksi bersama
masyarakat lokal dan pergi ke pantai.

f. Penilaian Wisatawan Terhadap Tour yang Dilakukan


DIAGRAM 9
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TERHADAP KEGIATAN
TOUR TANA TORAJA

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


47

DIAGRAM 10
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TERHADAP KEGIATAN
PAREPARE CITY TOUR

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram 9 diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa
kegiatan Tour Tana Torja very good sebanyak 54 orang atau sekitar 67%
, yang menjawab good sebanyak 22 orang atau sekitar 28% dan yang
menjawab fair sebanyak 4 orang atau sekitar 5 % . Maka diperoleh hasil
bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti tour ke Tana
Toraja berpendapat bahwa perjalannya tournya sangat baik.
Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa kegiatan tour di Kota Parepare very good sebanyak 1 orang
atau sekitar 10 % , yang menjawab good sebanyak 3 orang atau sekitar
30 % dan yang menjawab fair sebanyak 6 orang atau sekitar 60 % .
Maka diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang
melakukan kegiatan Parepare City Tour berpendapat bahwa perjalannya
tournya cukup baik.
48

g. Penilaian Wisatawan Terhadap Tourist Attraction


DIAGRAM 11
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TERHADAP TOURIST
ATTRACTION DI TANA TORAJA

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 12
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TERHADAP TOURIST
ATTRACTION DIKOTA PAREPARE

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa daya
49

tarik wisata di Tana Torja very good sebanyak 44 orang atau sekitar
55% , yang menjawab good sebanyak 27 orang atau sekitar 34 % dan
yang menjawab fair sebanyak 9 orang atau sekitar 11% . Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti
tour ke Tana Toraja berpendapat daya tarik wisata yang ada di Tana
Toraja sangat baik.

Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan


kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa daya tarik wisata yang ada di Kota Parepare very good
sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , yang menjawab good sebanyak 2
orang atau sekitar 20 %, fair sebanyak 6 orang atau sekitar 60 % dan
yang menajwab poor sebanyak 1 orang atau sekitar 10 %. Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang melakukan
kegiatan Parepare City Tour berpendapat bahwa daya tarik wisata yang
ada di Kota Parepare cukup baik.

h. Penilaian Wisatawan Terhadap Sarana Transportasi

DIAGRAM 13
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWANTOUR TANA TORAJA
TERHADAP SARANA TRANSPORTASI

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


50

DIAGRAM 14
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWANPAREPARE CITY TOUR
TERHADAP SARANA TRANSPORTASI

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa sarana
transportasi pada saat tour di Tana Torja very good sebanyak 52 orang
atau sekitar 65 % , yang menjawab good sebanyak 27 orang atau sekitar
34 % dan yang menjawab fair sebanyak 1 orang atau sekitar 1 % . Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti
tour ke Tana Toraja berpendapat bahwa sarana transportasi pada saat
tour di Tana Toraja sangat baik.
Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai sarana transportasi di Kota
Parepare very good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , yang
menjawab good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , fair sebanyak 7
orang atau sekitar 70 % dan yang menjawab poor sebanyak 1 orang atau
51

sekitar 10 %. Maka diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal


pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City Tour berpendapat bahwa
sarana transportasi pada saat tour di Kota Parepare cukup baik.

i. Penilaian Wisatawan Terhadap Pelayanan di Pelabuhan


DIAGRAM 15
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TOUR TANA TORAJA
TERHADAP PELAYANAN DI PELABUHAN

Very Good Good Fair Poor very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 16
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN PAREPARE CITY TOUR
TERHADAP PELAYANAN DI PELABUHAN

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


52

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa port
service (pelayanan pelabuhan) very good sebanyak 39 orang atau sekitar
49 % , yang menjawab good sebanyak 29 orang atau sekitar 36 % dan
yang menjawab fair sebanyak 12 orang atau sekitar 15 % . Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti
tour ke Tana Toraja berpendapat bahwa pelayanan dari pelabuhan
sangat baik.
Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai menilai bahwa port service
(pelayanan pelabuhan) very good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % ,
yang menjawab good sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % , fair sebanyak
4 orang atau sekitar 40 % , poor sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % dan
yang menjawab very poor sebanyak 1 orang atau sekitar 10 %. Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang melakukan
kegiatan Parepare City Tour berpendapat bahwa pelayanan dari
pelabuhan cukup baik.

j. Penilaian Wisatawan Terhadap Fasilitas di Pelabuhan


DIAGRAM 17
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TOUR TANA TORAJA
TERHADAP FASILITAS DI PELABUHAN
53

Very Good Good Fair poor very poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 18
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN PAREPARE CITY TOUR
TERHADAP FASILITAS DI PELABUHAN

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa port
facilities(fasilitas pelabuhan) very good sebanyak 35 orang atau sekitar
44 % , yang menjawab good sebanyak 36 orang atau sekitar 45 % dan
yang menjawab fair sebanyak 9 orang atau sekitar 11 % . Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti
54

tour ke Tana Toraja berpendapat bahwa fasilitas dari pelabuhan adalah


baik.
Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai menilai bahwa port facilities
(fasilitas pelabuhan) very good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % ,
yang menjawab good sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % ,fair sebanyak
4 orang atau sekitar 40 %, poor sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % dan
yang menjawab very poor 1 orang atau sekitar 10 %. Maka diperoleh
hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan
Parepare City Tour berpendapat bahwa fasilitas dari pelabuhan cukup
baik.

k. Penilaian Wisatawan Terhadap Local Guide

DIAGRAM 19
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TOUR TANA TORAJA
TERHADAP LOCAL GUIDE

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


DIAGRAM 20
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN PAREPARE CITY TOUR
TERHADAP LOCAL GUIDE
55

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa local
guide tour Tana Toraja very good sebanyak 60 orang atau sekitar 75 % ,
yang menjawab good sebanyak 15 orang atau sekitar 19 % dan yang
menjawab fair sebanyak 5 orang atau sekitar 6 % . Maka diperoleh hasil
bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti tour ke Tana
Toraja berpendapat bahwa local guide tour Tana Toraja sangat baik.
Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan
kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa bahwa local guide di Kota
Parepare very good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , yang
menjawab good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , fair sebanyak 4
orang atau sekitar 40 %, poor sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % dan
yang menjawab very poor 2 orang atau sekitar 20 % . Maka diperoleh
hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan
Parepare City Tour berpendapat bahwa local guide di Kota Parepare
cukup baik.

l. Penilaian Wisatawan Terhadap Souvenir Shop


DIAGRAM 21
56

DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TOUR TANA TORAJA


TERHADAP SOUVENIR SHOP

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner


DIAGRAM 22
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN PAREPARE CITY TOUR
TERHADAP SOUVENIR SHOP

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa
souvenir shop di Tana Toraja very good sebanyak 29 orang atau sekitar
36 % , yang menjawab good sebanyak 29 orang atau sekitar 36 % dan
yang menjawab fair sebanyak 22 orang atau sekitar 28 % . Maka
diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti
57

tour ke Tana Toraja berpendapat bahwa souvenir shop di Tana Toraja


baik hingga sangat baik.

Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan


kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai menilai bahwa menilai bahwa
souvenir shop di Kota Parepare very good sebanyak 1 orang atau sekitar
10 % , yang menjawab good sebanyak 4 orang atau sekitar 40 % , fair
sebanyak 4 orang atau sekitar 40 % dan yang menjawab very poor 1
orang atau sekitar 10 % . Maka diperoleh hasil bahwa penilaian
wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City Tour
berpendapat bahwa souvenir shop di Kota Parepare baik.

m. Penilaian Wisatawan Terhadap Restaurant

DIAGRAM 23
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN TOUR TANA TORAJA
TERHADAP RESTAURANT

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

DIAGRAM 24
DIAGRAM PENILAIAN WISATAWAN PAREPARE CITY TOUR
TERHADAP RESTAURANT
58

Very Good Good Fair Poor Very Poor

Sumber : Hasil Olahan Kuesioner

Berdasarkan diagram diatas, dari 80 wisatawan kapal pesiar


Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja yang dijadikan
responden, diperoleh hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa
restaurant di Tana Toraja very good sebanyak 23 orang atau sekitar 29
% , yang menjawab good sebanyak 37 orang atau sekitar 46 % dan yang
menjawab fair sebanyak 20 orang atau sekitar 25 % . Maka diperoleh
hasil bahwa penilaian wisatawan kapal pesiar yang mengikuti tour ke
Tana Toraja berpendapat bahwa restaurant di Tana Toraja adalah baik.

Sedangkan berdasarkan diagram 10 diatas, dari 10 wisatawan


kapal pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City tour, diperoleh
hasil bahwa wisatawan yang menilai bahwa menilai bahwa restaurant di
Kota Parepare very good sebanyak 2 orang atau sekitar 20 % , yang
menjawab good sebanyak 1 orang atau sekitar 10 % , fair sebanyak 6
orang atau sekitar 60 % dan yang menjawab very poor 1 orang atau
sekitar 10 % . Maka diperoleh hasil bahwa penilaian wisatawan kapal
pesiar yang melakukan kegiatan Parepare City Tour berpendapat bahwa
restaurant di Kota Parepare cukup baik.

n. Pengalaman Wisatawan Mengenai Perjalanan Tour


59

Dari 80 kuisioner yang disebarkan kepada wisatawan kapal pesiar


yang mengunjungi Tana toraja, terdapat 73 wisatawan yang
memberikan respon yang positif mengenai tour tersebut. Respon positif
tersebut berupa komentar yang menyebutkan bahwa mereka menyukai
kebudayaan yang telah ditampilkan, mereka mengganggap kebudayaan
di tana toraja sangat unik dan berbeda dengan kebudayaan yang ada di
negara mereka sendiri. Disamping itu mereka juga menyukai keramahan
dari masyarakat lokal yang mereka temui disekitar atraksi wisata.
Contohnya seperti komentar dari wisatawan dengan kuesioner No. 19
yang menyebutkan “very interesting to see and learn about culture so
very different from our own. Lovely people” dan komentar dari
wisatawan dengan Kuesioner No. 9 yang menyatakan“very interesting,
like nothing we have ever experiences before or will probabaly ever see
again”

Selain itu mereka juga sangat merasa nyaman dengan pelayanan


yang diberikan oleh para tour operator yang dianggap helpfull dan
friendly. Mereka merasapuasdengankinerja staff pihak tour operator.
Komentar tersebut dapat dilihat dari wisatawan dengan kuisioner No. 12
yang berpendapat bahwa “all personel/staff excelent and friendly, very
organised. Very enjoyable and informative”. Serta wisatwan dengan
nomor kuisioner 43 yang menyebutkan “an interesting and informative
trip help by excellent guide”.

Namun terdapat beberapa komentar negatif yang salah satunya


menyebutkan ketidaksukaan wisatawan tersebut ketika melihat sebuah
prosesi adat dimana terdapat hewan (kerbau) yang dibunuh dengan cara
tidak wajar. Seperti kuisioner wisatawan pada nomor 53 yang
menyebutkan bahwa “I felt that I was intruding into the funural service.
We do not like to see animals in distressed condition”.
60

Selain itu, wisatawan juga merasa bahwa kegiatan tour di Tana


Toraja terlalu monoton, dan juga membosankan karena sebagian besar
tempat yang dikunjungi berupa makam, sedangkan yang diharapkan
wisatawan adalah suatu kegiatan yang melibatkan interaksi dengan
masyarakat lokal, selain itu jarak yang jauh juga membuat wisatawan
kelelahan dalam perjalanan hal tersebut dapat dilihat dari kuesioner
wisatawan dengan nomor 70 yang menyebutkan bahwa “for tourist
atraction aspects it's good enough. But the object did not interactive “.
Serta komentar wisatawan dengan kuisioner nomor 50 “Disapointing,
want to learn more about local life activity”. Namun dapat dikatakan
lebih banyak wisatawan yang merasa puas dengan tour tersebut.

Sedangkan, dari kuisioner yang telah peneliti berikan kepada 10


wisatawan yang melakukan kegiatan city tour di Kota Parepare, hampir
semua wisatawan memberikan komentar yang positif. Terdapat 9
wisatawan yang menyebutkan respon yang baik. Mereka merasa senang
dengan makanan yang ada serta masyarakat yang dianggap ramah.
Seperti komentar wisatawan dengan kusioner nomor 1 yang
menyebutkan “good food and nice people”.

o. Layak atau tidaknya Parepare / Tana Toraja Untuk Dikunjungi

Berdasarkan kuisioner yang telah peneliti bagikan kepada 80


wisatawan, terdapat 77 wisatawan yang menyebutkan bahwa Tana toraja
memang sebuah objek daya tarik wisata yang menarik bagi mereka dan
dianggap layak untuk dikunjungi. Hal tersebut dapat dilihat dari
komentar wisatawan yang berisi “Absolutely especialy the funeral
customs. Ther is much diversity in the world we need to learn about”
hal tersebut diungkapkan oleh wisatawan dengan nomor kuisioner 66.

Berdasarkan 10 kuisioner yang telah peneliti bagikan kepada


wisatawan, seluruhnya memberikan komentar yang menyebutkan bahwa
61

Kota Parepare menjadi kota yang layak untuk dikunjungi oleh


wisatawan kapal pesiar jika ditinjau dari segi makanan dan kearifan
masyarakat kota sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari kuisioner dengan
nomor kuisioner 2 yang menyebutkan bahwa ”yes because there are
quite same interesting peoples to see”

2. Kondisi Atraksi Wisata di Kota Parepare


a. Atraksi Wisata Alam
1) Pantai Lumpue
a. Letak Geografis
Pantai Lumpue terletak di Kecamatan Bacukiki barat,
berjarak sekitar 7 km dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 15
menit dari pusat Kota Parepare. Berjarak sekitar 1km dari gerbang
perbatasaan antara Kota Parepare dengan Kabupaten Barru.
b. Kondisi Fisik
Pantai Lumpue sendiri memiliki luas ekitar 15 Ha. Kondisi
Pantai Lumpue sendiri cukup bersih dengan kondisi pasir pantai
yang halus dan kecokelatan, namun sangat disayangkan kondisi
dari air lautnya yang kurang jernih selain itu ketersediaan tempat
sampah pun masih kurang.
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas yang dapat digunakan untuk mencapai Pantai
Lumpue dengan menggunakan transportasi umum yaknipete-pete
jalur Lumpue dengan biaya sekitar Rp. 3000,- / orang atau dapat
menggunakan ojek.
62

d. Fasilitas / Sarana wisata yang tersedia


Fasilitas yang tersedia di Pantai Lumpue ini masih sangat
sederhana, beberapa fasilitas yang tersedia diantaranya gazebo-
gazebo yang berderet dengan jumlah yang cukup banyak namun
kondisinya kurang terawat dan cenderung kotor. Bagi wisatawan
yang ingin menggunakan gazebo ini dikenakan biaya sekitar
Rp.20.000,- hingga Rp.30.000,-. Kemudian disini juga tersedia
fasilitas toilet dengan jumlah yang cukup banyak namun
keadaannya kurang bersih dan kurang terawat.Sarana parkir yang
tersedia di Pantai Lumpue cukup luas untuk menampung
kendaraan dengan kapasitas kecil hingga besar. Disini juga
tersedia beberapa penjual makanan yang menjajakan makanan dan
minuman ringan, sehinga wisatawan yang berkunjung ke pantai
dapat bersantai sambil menikmati suasana pantai yang masih
alami.
e. Aktivitas wisata yang bisa dilakukan
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan disini adalah
menikmati keindahan dari pemandangan pantai ini, berenang,
berfoto, memancing dan berkumpul bersama keluarga maupun
orang terdekat.
f. Pasar Wisatawan / Pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola pantai ini,
mayoritas wisatawan yang datang mengunjungi pantai Lumpue ini
yakni masyarakat lokal Kota Parepare dan masyarakat dari
kabupaten-kabupaten lain di sekitar Kota.
g. Pengelola
Pengelolaan Pantai ini masih sangat sederhana karena masih
dikelola oleh masyarakat lokal, adapun permasalahan yang kami
temui di Pantai ini adalah pemerintah yang belum bisa terlibat
langsung dalam proses pengelolaan karena masyarakat lokal di
63

sekitar pantai ini mengklaim bahwa pantai tersebut adalah milik


masyarakat lokal di sekitar pantai. Wisatawan dikenakan biaya
sekitar Rp.2000,- / orang sebagai tiket masuk.
h. Latar Belakang Sejarah
Pantai Lumpue ini sudah dikenal sejak tahun 1950-an di
wilayah Sulawesi Selatan. dahulunya Pantai Lumpue merupakn
tempat bersandarnya perahu-perahu nelayan masyarakat yang
telah mencari ikan di laut. Kondisi alam dari pantai ini tidak
banyak berubah dari dulu walaupun ada banyak perubahan dari
segi penambahan fasilitas.

2) Pantai Tonrangeng
a. Letak Geografis
Pantai Tonrangeng sendiri letaknya bersebelahan dengan
Pantai Lumpue. Sama dengan Pantai Lumpue, Pantai Tonrangeng
juga terletak di Kecamatan Bacukiki barat dan dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 15 menit dari pusat Kota Parepare.
b. Kondisi fisik
Kondisi fisik dari pantai Tonrangeng ini terlihat kurang
bersih karena banyaknya potongan kayu-kayu dengan berbagai
ukuran yang terdapat di pantai. Sehingga disarankan bagi
wisatawan yang ingin melakukan aktivitas air (berenang) untuk
lebih berhati-hati.
c. Aksesibilitas
Pantai Tonrangeng dapat dicapai dengan menggunqkan
transportasi umum seperti pete-pete maupun ojek. Namun berbeda
dengan pantai Lumpue kondisi jalan untuk menuju ke pantai
Tonrangen belum sebaik kondisi jalan ke pantai Lumpue.
d. Fasilitas / Sarana wisata yang tersedia
64

Fasilitas yang tersedia di Pantai Tonrangeng sangat terbatas,


toilet dan gazebo-gazebo hanya tersedia dengan jumlah yang
sangat terbatas.
e. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan
Aktivitas yang dapat dilakukan di pantai Tonrangeng yakni
berfoto, berenang, memancing, dan menikmati keindahan pantai
ini untuk sekedar suasana pada saat sunset tiba.
f. Pasar wisatawan / pengunjung
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola pantai,
pengunjung yang banyak mengunjungi Pantai Tonrangengini
berasal dari masyarakat lokal Kota Parepare dan masyarakat dari
kabupaten-kabupaten di sekitar Kota Parepare (Kab Sidrap, Kab
Enrekang, Kab Barru dan Kab Pinrang) sendiri yang datang untuk
mengisi waktu libur.
g. Pengelola
Hampir sama dengan pantai Lumpue, pantai Tonrangeng
juga masih dikelola oleh masyarakat lokal di sekitar pantai ini.
Wisatawan yang ingin berkunjung ke Pantai Tonrangeng tidak
dikenakan biaya masuk tetapi untuk setiap kendaraan yang masuk
dikenakan biaya sebesar Rp.5000,-.
h. Latar belakang sejarah
Latar belakang sejarah dari pantai ini tidak banyak yang
mengetahui dengan jelas, baik masyarakat lokal maupun pihak
masyarakat yang menjadi pengelola pantai ini.

3) Goa Tompangnge
a. Letak Geografis
Goa Tompangnge atau Goa Kelelawar terletak di Kelurahan
Wattang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki tepatnya berada didekat
65

pesantren DDI Bilalangnge. Berjarak sekitar 12km dari pusat Kota


Parepare dan dapat ditempuh dengan waktu sekitar 45 menit.
b. Kondisi fisik
Kondisi fisik dari Goa Tompangnge saat ini masih kurang
terpelihara. Saat ini Goa Tompangnge masih belum dikembangkan
dengan baik, karena menurut DOPP (Dinas Olahraga Pemuda dan
Pariwisata) Kota Parepare, untuk mengembangkan Goa
Tompangge menjadi atraksi wisata yang lebih menarik dibutuhkan
anggaran yang cukup banyak. Selain itu di Goa ini masih terdapat
beberapa binatang yang cukup berbahaya seperti ular dan biyawak
yang dapat membahayakan keselematan dari wisatawan yang
berkunjung ke Goa Tompangge ini.

c. Aksesibilitas
Untuk mencapai Goa Tompannge ini cukup sulit karena
ketersediaan transportasi umum yang cukup terbatas. Selian itu
jarak dari jalan raya menuju ke lokasi Goa hanya bisa dicapai
dengan berjalan kaki, namun kondisi jalan menuju Goa ini cukup
baik.
d. Fasilitas / Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang ada di Goa Tompangnge sangat terbatas
karena belum tersedia area parkir, penjual makanan / minuman,
toilet, dan fasilitas lainnya.
e. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan
Aktivitas yang dapat dilakukan di Goa Tompangnge adalah
melihat keindahan disekitar goa tompangnge, berfoto, tracking,
berkemah, serta climbing.
f. Pasar wisatawan / pengunjun
Pengunjung yang datang ke Goa Tompangnge masih berasal
dari masyarakat lokal di sekitar Kota Parepare.
66

g. Pengelola
Saat ini Goa Tompangnge masih belum dikelola secara pasti
oleh pihak manapun, tetapi secara kepemilikan lahan Goa
Tompangnge dimiliki oleh Negara / Pemerintah.
h. Latar Belakang sejarah
Goa Tompangnge memiliki cerita tersendiri di masyarakat
lokal di sekitarnya.Dalam gua tesebut terdapat batu lappa (batu
datar) yang dipergunakan untuk tempat ibadah dan terdapat
penjaga didalamnya.Goa ini mengandung fosfat yang tinggi dari
guano kelelawar yang dihasilkan yang dapat dimanfaatkan
masyarakat sebagai pupuk alami.Dengan jumlah kelelawar yang
sangat banyak maka gua Tompangeng dapat menghasilkan guano
dengan jumlah yang cukup banyak pula.Hal ini merupakan potensi
yang luar biasa yang dimiliki oleh gua ini.

4) Salo Karajae (Sungai Karajae)


a. Letak Geografis
Salo Karajae yang berlokasi di Kecamatan Bacukiki, yang
dapat ditemput dengan waktu 5 – 8 menit dari Kota Parepare atau
berjarak sekitar 2 km dari pusat Kota Parepare. Sungai ini
membelah Kecamatan Bacukiki dan Bacukiki Barat dan juga
menjadi pembatas wilayah antara Kelurahan Sumpang Minangae
dan Kelurahan Lumpue.
b. Kondisi fisik
Sungai ini memiliki lebar sekitar 50 meter dengan panjang
sungai 30km. Kondisi fisik dari Salo Karaje saat ini bisa dikatakan
sudah baik atau bersih tetapi masih kurang tertata dengan baik,
karena masih banyak aktivitas masyarakat sekitar yang melakukan
aktivitas sehari-harinya di Salo Karajae.
c. Aksesibilitas
67

Untuk mencapai ke Salo Karajae kita dapat menggunakan


transportasi umum yaitu pete-pete jalur Lumpue, becak maupun
ojek yang akan mengantar kan kita Salo Karajae. Sungai ini
dilewati oleh jalan yang menghubungkan jalur transportasi antar
kota di Provinsi Sulawesi Selatan
d. Fasilitas / Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang ada di sekitar sungai Karajae memang belum
lengkap namun terdapat salah satu Hotel Melati dan Reataurant
yang tepat berada di samping sungai ini. Kemudian di dekat
sungai ini terdapat pasar tradisional yang menyediakan berbagai
keperluan rumah tangga sampai dengan makanan khas dari Kota
Parepare.
e. Aktivitas wisata yang dapat dilakukan
Aktivitas wisata yang dapat dilakukan di sungai ini antara
lain menelusuri Salo Karajae dengan menggunakan perahu miliki
masyarakat lokal, menikmati matahari tenggelam dari salah satu
restoran yang berada dipinggi sungai ini, berfoto, memancing, dan
yang lebih menarik lagi disetiap tahunnya DOPP (Dinas Olahraga
Pemuda dan Pariwisata) mengadakan Festival SAKA (Salo
Karjae). Sehingga dengan diadakannya festival ini diharapkan
dapat lebih menarik minat wisatwan untuk mengunjungi Salo
Karajae pada khususnya dan Kota Parepare pada umumnya.
f. Pasar wisatawan / pengunjung
Pasar wisatawan yang datang ke Salo Karajae adalah
masyarakat sekitar Kota Parepare dan wisatawan domestik
maupun mancanegara ingin melihat kegiatan dari Festival Salo
Karajae tersebut.
g. Pengelola
68

Sungai Karajae ini dikelola oleh pemerintah dengan bantuan


dari masyarakat di sekitar tepian sungai dalam hal pemeliharaan
kebersihan sungai ini.
h. Latar Belakang sejarah
Sungai Karajae merupakan sungai terbesar dan terpanjang
di Kota Parepare. Salo’ Karajae mempunyai arti dalam bahasa
Bugis, Salo’ yang artinya sungai dan Karajae yang berarti besar,
maka nama Salo’ Karajae bisa diartikan dengan sungai yang besar.

5) Pantai Mattirotasi
a. Letak Geografis
Pantai Mattirotasi berada di Kelurahan Cappa Ujung,
Kecamatan Bacukiki. Letaknya sangat strategis karena berada
tepat dipinggir jalan raya, dapat ditempuh dengan wkatu sekitar 10
menit dari pusat Kota Parepare.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik dari pantai mattirotasi ini sudah sangat baik,
tetapi masih banyak sampah-sampah yang berserakan meskipun
telah disediakan tempat sampah dengan jumlah yang cukup.
c. Aksesibilitas
Untuk mencapai ke Pantai Mattirotasi, dapat menggunakan
transportasi umum yaitu pete-pete, becak maupun ojek.
d. Fasilitas / Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang tersedia di Pantai Mattirotasi antara lain
yakni: jogging track, gazebo-gazebo, tempat sampah, dan tersedia
lahan parkir yang cukup luas.
e. Aktivitas wisata yang dilakukan
Disini para pengunjung tidak dapat melakukan aktivitas air
seperti berenang karena sebenarnya pantai ini hanya diperuntukan
untuk menikmati suasana sunset di sore hari, selain itu di Pantai
69

Mattirotasi ini juga para pengunjung dapat melakukan berbagai


aktivitas lain seperti berolahraga ataupun hanya sekedar untuk
bersantai menghabiskan waktu luang.
f. Pasar Wisatawan / Pengunjung
Pantai ini berada di pingir Jalan raya Mattirotasi dan
menjadi salah satu tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan
maupun masyarakat lokal.
g. Latar Belakang Sejarah
Pantai Mattirotasi merupakan salah satu pantai yang berada
di Kota Parepare, nama Mattirotasi itu sendiri berasal dari 2 kata
dalam bahasa bugis, Mattiro yang berarti melihat atau memandang
dan Tasi yang berarti laut, maka bisa di artikan bahwa pantai
Mattirotasi bermakna tempat untuk melihat pemandangan laut.

6) Hutan Raya Jompie


a. Letak Geografis
Hutan Raya Jompie terletak di Kecamatan Soreang dengan
jarak 3,5 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dengan waktu 10
menit, hutan ini merupakan hutan kota yang dimiliki oleh Kota
Parepare dengan luas sekitar 13,5 hektar.
b. Kondisi Fisik
Kondisi fisik dari Hutan Raya Jompie masih kurang terawat
namun saat ini sedang ada perbaikan di beberapa sudut dan
pemberian nama dan penandaan dari setiap pohon / tumbuhan
langka yang ada di kawasan Hutan Raya Jompie. Namun kondisi
kolam yang ada di Hutan Raya Jompie benar-benar kurang terawat
dan cenderung terbengkalai.
c. Aksesibilitas
Karena letaknya yang tidak begitu jauh dari pusat kota,
hutan ini dapat dikunjungi kapanpun. Untuk menuju Hutan Raya
70

Jompie dapat menggunakan tranportasi umum yakni pete-pete


jalur Soreang maupun ojek.
d. Fasilitas / Sarana Wisata yang tersedia
Fasilitas yang ada di Hutan Raya Jompie ini cukup lengkap
namun kondisinya kurang terawat. Beberapa fasilitas yang tersedia
antara lain toilet, pos keamanan, kolam renang dan lahan parkir
yang cukup luas.
e. Aktivitas wisata yang dilakukan
Aktivitas yang dapat dilakukan di Hutan Raya Jompie
seperti berkemah, berfoto, menikmati keindahan dari Hutan
Jompie, dan juga sebagai tempat penelititan tumbuhan maupun
tanaman langka.

f. Pasar Wisata / Pengunjung


Pengunjung yang datang ke Hutan Jompie ini adalah
masyarakat lokal sekitar Kota Parepare.
g. Pengelola
Hutan Raya Jompie dikelola oleh Dinas Pertanian,
Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan (PKPK) Kota Parepare.
h. Latar Belakang Sejarah
Salah Satu potensi pariwisata Kota Parepare yang belum
terkelola dengan baik adalah Hutan Raya Jompie. Pada tahun 2010
hutan ini mendapat penghargaan sebagai hutan kota terbaik pada
posisi keenam di Indonesia yang tetap terjaga sebagai paru-paru
Kota. Hutan Raya Jompie sendiri mulai dikembangkan pada tahun
1920 dan menyimpan keanekaragaman hayati serta menjadi salah
satu tempat penelitian tumbuhan tropis dan tanaman endemic
Sulawesi.
71

b. Atraksi Wisata Buatan Manusia


1) Makam Datu Lacincing
a. Letak Geografis
Makam ini terletak di Jalan Baso Dg. Ngerang lorong kubur
Datu, Kelurahan Ujung Sabbang, Kecamatan Ujung, Kota Parepare
Provinsi Sulawesi Selatan. Waktu yang di butuhkan dari pusat kota
menuju tempat ini adalah sekitar 15 .menit. Makam ini terletak di
tengah-tengah pemukiman penduduk dengan batas sebagai berikut:
sebelah timur rumah penduduk, sebelah selatan jalan dan rumah
penduduk, sebelah barat jalan rumah penduduk, sebelah utara
rumah penduduk.
b. Kondisi Fisik
Kompleks Makam Datu Lacincing berukuran kurang lebih
110m2. Makam Datu Lacincing berbentuk kubah dengan denah
dasar bangunan berbentuk segi empat dengan dasar bangunan
berbentuk segi empat dengan ukuran 6,5x5m, atap berbentuk
prisma pintu masuk hanya satu yakni pada sisi timur, sedangkan
pada sisi lain masing-masing diberi jendela. Di dalam kubah hanya
terdapat 1 buah makam terbuat dari kayu ulin dipenuhi ukiran
hiasan kaligrafi dan dihiasi kain berwarna merah. Data yang
diperoleh dari anggota polsus makam Datu Lacincing oleh Bapak
Saparuddin bahwa dalam kompleks makam Datu Lacincing terdapat
169 makam, di antara makam tersebut terdapat 36 buah makam
yang telah di tegel dan 4 buah makam yang telah diberi batu alam.
c. Aksesibilitas
Karena dekat dengan pusat kota, makam ini tidak terlalu
sulit untuk di jangkau. Para pengunjung yang ingin mendatangi
makam ini dapat menggunakan mobil pribadi atau menggunakan
transportasi umum Parepare seperti petepete. Namun karena makam
ini berada di tengah-tengah kompleks pemukiman warga,
72

pengunjung yang baru pertama kali datang ke makam ini akan


sedikit kebingungan. Di depan gapura kompleks sudah tertulis
bahwa di kompleks itu terdapat Makam Datu Lacincing dan warga
pun siap membantu mengantar pengunjung untuk sampai di makam.
d. Fasilitas/Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang tersedia di makam ini dangat terbatas namun
jika ingin mengetahui informasi yang lebih jelas, dapat menemui
salah seorang warga yang bernama Pak Jamal yakni seorang warga
yang rumahnya tepat berada di depan makam yang mengtahui
informasi tentang makam ini (penjaga makam ini).
e. Aktivitas wisata yang dilakukan
Aktivitas yang dapat di lakukan di makam ini adalah wisata
religi (berziarah), berfoto, dan mendapat pengetahuan mengenai
sejarah.
f. Pasar wisatawan/pengunjung
Pengunjung yang datang ke makam ini adalah masyarakat
setempat dan wisatawan dari luar kota Parepare, namun pengunjung
dari makam ini di dominasi oleh wisatawan dengan usia lanjut yang
datang untuk berziarah.
g. Pengelola
Pengelola dari makam ini adalah garis keturunan H. Andi
Suji Datu Kanjenne (Datu Suppa)dan Badan Pelestarian Sejarah
Nasional.
h. Latar Belakang Sejarah
Raja pertama yang dimakamkan di sini adalah Datu
Lacincing. Nisannya terbuat dari kayu yang berasal dari Pulau
Kalimantan. Datu Lacincing saat itu menjabat sebagai Raja di
Wajo. Saat berkunjung ke rumah keluarganya di Parepare, H. Andi
Suji Datu Kanjenne (Datu Suppa), beliau wafat tepatnya pada tahun
1883. Datu La Cincin tinggal di Kampung Cappa Galung dan wafat
73

setelah 2 tahun menjabat menjadi arung Matowa, yakni pada tahun


1859-1883. Oleh karena itu, makam ini diberi nama Kubur Datu
(kuburan raja-raja). Awalnya, banyak raja-raja di kerajaan yang ada
di Sulawesi ini yang ingin memakamkan Datu Lacincing di
pekuburan masing-masing kerajaan. Namun sesuai dengan
permintaan H. Andi Suji Datu Kanjenne (Datu Suppa), maka Raja
Lacincing dimakamkan di Kota Parepare. Setelah itu, sudah banyak
raja-raja yang dimakamkan di kuburan datu ini. Selain Datu
Lacincing, di lokasi ini juga terdapat total 132 makam yang
dipercaya makam para datu, raja dan abdi serta keluarga mereka.
Keberadaan kompleks kuburan datu di Parepare, akhirnya
berkembang luas dan menjadi salah satu situs sejarah yang banyak
di kunjungi warga.

2) Kawasan Kuliner Parepare Beach


a. Letak Geografis
Kawasan kuliner ini berada di sepanjang garis pantai bibir,
dekat dengan pasar yang cukup terkenal di Kota Parepare yaitu
Pasar Senggol dan juga letaknya dekat dengan Pelabuhan Nusantara
serta Monumen 40ribu jiwa. Jarak tempat ini dari pusat kota adalah
sekitar 700m dan waktu yang dapat di tempuh dari pusat kota
menuju tempat ini adalah 5 menit.
b. Kondisi Fisik
Kawasan kuliner ini berada di sepanjang garis pantai bibir,
berbagai makanan di jajakan oleh pedagang di sepanjang kawasan
kuliner ini. Kawasan kuliner ini dekat dengan Pelabuhan Nusantara,
yaitu pelabuhan utama di kota ini. Para pengunjung yang baru saja
turun dari kapal dapat sekedar mampir untuk beristirahat dan makan
di kawasan kuliner ini dengan berjalan kaki.
c. Aksesibilitas
74

Karena jarak tempat ini dari pusat kota tidak terlalu jauh
yaitu hanya sekitar 700m dan waktu yang dapat di tempuh dari
pusat kota menuju tempat ini adalah hanya 5 menit. Para
pengunjung dapat mencapai tempat ini dengan menggunakan mobil
pribadi, becak, ojek, atau bahkan pete-pete. Jika para pengunjung
ingin berjalan kaki menuju tempat ini juga disarankan untuk
berjalan kaki pada sore hari sambil menikmati suasanaKota
Parepare dan menikmati pemandangan pantai.
d. Fasilitas/Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang ada di kawasan kuliner ini adalah deretan para
pedagang menyediakan layar besar yang bisa pengunjung gunakan
untuk berkaraoke atau kegiatan nonton bersama acara sepak bola
atau acara-acara lainnya. Sarana parkir pun tersedia cukup luas
yang tersedia di sepanjang pantai bibir ini.
e. Aktivitas wisata yang dilakukan
Aktivitas yang dapat dilakukan di kawasan ini yakni para
pengunjung dapat berjalan-jalan sore dan menikmati pemandangan
di sepanjang pantai bibir bersama keluarga dan teman-teman sambil
menikmati pemandangan matahari terbenam. Pada saat malam hari
para pengunjung dapat berkaraoke atau bahkan nobar (nonton
bareng) di sepanjang kawasan kuliner ini.
f. Pasar wisata/Pengunjung
Pengunjung yang datang ke tempat ini adalah masyarakat
setempat dan wisatawan domestik serta mancanegara.
g. Pengelola
Sampai dengan saat ini kawasan kuliner di Parepare Beach
ini di kelola oleh pemerintah.
h. Latar Belakang Sejarah
Pada awalnya kawasan ini dibangun dan disediakan untuk
masyarakat Kota Parepare yang menjalankam UKM (Usaha Kecil
75

Menengah). Kawasan ini diharapkan dapat menjadi saran bagi para


masyarakat yang ingin memulai usaha kecil, dan pemerintah ingin
memfasilitasi dengan mendirikian kawasan ini.

3) Bendungan Lappa Anging


a. Letak Geografis
Bendungan ini terletak di Kelurahan Wattang Bacukiki,
lokasi Bendungan Lappa Angingberjarak sekitar 4-5 kilometer dari
pintu masuk Kelurahan.
b. Kondisi Fisik
Saat memasuki pintu gerbang bendungan, terlihat tulisan
yang tidak begitu rapi yakni “SELAMAT DATANG DI LA”. LA
ini merupakan akronim dari Lappa Anging yang merupakan nama
dari kampung tersebut. Bendungan Lappa Anging ini dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 30menit dari pusat Kota Parepare.
Dari sini terlihat aliran Sungai Walanae dan disekitar sungai
tumbuh pohon-pohon besar sehingga suasananya pun terasa sangat
sejuk. Selain itu juga terdapat gazebo-gazebo kecil yang dapat
dipergunakan untuk istirahat di bawah pohon yang rindang.
c. Aksesibilitas
Akses menuju Bendungan Lappa Anging ini memang cukup
sulit, karena bendungan ini berada di ujung jalan kelurahan. Jalan
menuju bendungan ini sudah cukup baik karena tidak berlubang.
Namun untuk kendaraan menuju bendungan ini di anjurkan untuk
membawa kendaraan pribadi atau dapat menyewa petepete, karena
tidak ada angkutan umum yang melewati maupun menuju ke tempat
ini.
d. Fasilitas/Sarana wisata yang tersedia
Di tempat ini di sediakan gazebo-gazebo yang dapat di
gunakan untuk beristirahat, namun untuk fasilitas lainnya seperti
76

toilet, penjual makanan / minuman belum tersedia sampai dengan


saat ini.
e. Aktivitas wisata yangdilakukan
Pada hari libur di bendungan ini biasanya di manfaatkan
oleh warga setempat untuk bermain air, untuk berenang atau hanya
sekedar bermain air. Bagi para pengunjung atau warga setempat
yang tidak ingin berenang dapat beristirahat di gazebo dan
menikmati udara segar yang ada karena banyaknya pepohonan di
sekitar bendungan ini.
f. Pasar wisata/Pengunjung
Pengunjung yang datang ke tempat ini dominasi oleh
masyarakat lokal.

g. Pengelola
Sampai dengan saat ini Bendungan Lappa Anging dikelola
oleh pemerintah Kota Parepare.
h. Latar belakang sejarah

Tidak diketahui dengan jelas mengenai latar belakang


sejarah dari bendungan lappa anging ini.

4) Waterboom Parepare
a. Lokasi geografi
Waterboom ini terletak di Jalan Abu Bakar Lambogo,
Parepare. Dapat ditempuh dengan watu 10 menit dari pusat Kota
Parepare.
b. Kondisi Fisik
Waterboom ini memang tidak begitu luas, namun tetap
menjadi atraksi wisata yang cukup diminati oleh masyarakat Kota
Parepare maupun masyarakat dari kabupaten-kabupaten di sekitar
77

Kota Parepare. Waterbom ini memiliki tiga luncuran dengan tingkat


ketinggian yang berbeda-beda, kemudian terdapat 2 kolam renang
dengan ukuran yang berbeda dan sengaja disediakan untuk kolam
renang dewasa dan anak-anak.
c. Aksesibilitas
Akses menuju tempat ini cukup mudah karena tempat ini
berada tidak jauh dari pusat kota. Sarana dan prasarana yang baik
untuk menuju tempat ini juga sangat mendukung. Kemudian tempat
ini juga yang di pinggir jalan raya utama sehingga di lewati oleh
angkutan umum.
d. Fasilitas/Sarana wisata yang tersedia
Fasilitas yang tersedia di tempat ini antara lain gazebo-
gazebo untuk pengunjung duduk bersantai, toilet, tempat berganti
pakaian, penitipan barang, dan lain-lain. Kemudian ada juga kolam
khusus disertai luncuran untuk anak-anak. Terdapat pula tribun mini
untuk menyaksikan aktifitas pengunjung di kolam maupun di
luncuran. Bagi pengunjung dari kalangan muslim juga tidak perlu
khawatir jika hendak berlama-lama hingga waktu shalat tiba karena
disediakan pula mushola yang cukup luas menampung jamaah.
Pengunjung yang hendak menikmati aneka makanan dan minuman
segar atau dingin telah tersedia kantin dan kafe. Kafe tersebut juga
dilengkapi puluhan tempat duduk dan meja untuk bersantai sambil
menikmati suasana waterboom.
e. Aktivitas wisata yang dilakukan
Karena waterboom ini adalah wahana bermain air tentu saja
aktivitas yang dilakukan di tempat ini adalah berenang dan bermain
air. Bagi pengunjung yang tidak ingin berenang dapat menemani
keluarga atau temannya dengan beristirahat di gazebo yang tersedia
di sepanjang kolam renang.
f. Pasar wisata/Pengunjung
78

Para pengunjung yang biasa datang berkunjung ke


waterboom Parepare ini didominasi oleh masyarakat Kota Parepare
itu sendiri dan juga masyarakat dari Kabupaten sekitar Kota
Parepare.
g. Pengelola
Waterboom ini adalah milik pribadi dan dikelola pula oleh
pribadi.
h. Latar belakang sejarah
Sejarah dari waterboom ini kurang begitu jelas namun
waterboom ini dibangun pada tahun 2010.

c. Atraksi Wisata Budaya


1) Festival Malippa
Festival Malippa merupakan salah satu festival yang
diselenggarakan di Kota Parepare oleh Dinas Olahraga, Pemuda dan
Pariwisata (DOPP). Festival Malippa baru pertama kali
diselenggarakan pada tahun ini tepatnya pada tanggal 17 Maret
2015. Festival ini diselenggarakan di Kelurahan Wattang Bacukiki,
Kecamatan Bacukiki Kota Parepare. Tujuan diselenggarakannya
festival ini adalah untuk melestarikan budaya lokal yang telah ada
selama ini di Kota Parepare. Keunikan dari festival ini adalah
semua orang yang ada dan terlibat di dalam festival ini diwajibkan
untuk menggunkan sarung. Sarung telah menjadi ciri khas
masyarakat Kota Parepare, penggunaan sarung ini tidak
membedakan agama maupun gender dari setiap orang. Adapun
kegiatan yang dilakukan dalam Festival Malippa ini antara lain
79

lomba lego-lego, pagelaran seni Mappadendang, penampilan musik


dan akustik dari seniman lokal, pameran makanan tradisional,
lomba tarik tambang menggunakan sarung, atraksi ganrang bulo
dan juga kegiatan-kegiatan lainnya dengan tetap menggunakan
sarung.

2) Festival Mappadendang
Festival Mappadendang merupakan upacara syukuran panen
padi dan merupakan salah satu adat dari masyarakat bugis sejak
jaman dahulu. Pesta adat ini diselenggarakan pada saat panen raya
atau memasuki musim kemarau. Pada dasarnya Mappadendang
sendiri merupakan bunyi tumbukan lesung dan alu yang silih
berganti sewaktu menumbuk padi. Dalam melakukan
Mappadendang ini dibutuhkan sekiranya 6 orang perempuan dan 3
orang pria, beberapa alat yang dibutuhkan seperti bilik baruga,
lesung, alu, dan pakaian tradisional yakni baju bodo. Pesta ini
merupakan bentuk pagelaran seni tradisional bugis Makassar,
karena merupakan sebuah pertunjukan unik yang menghasilkan
bunyian dengan irama yang teratur. Mappadendang sendiri
ditujukan untuk mengajak para anak-anak muda di Kota Parepare
untuk mengetahui kebudayaan serta seni tradisional yang dimiliki
Kota Parepare.

3) Festival Salo Karajae (SAKA FEST)


Festival Salo Karajae merupakan acara terbesar yang
dilakukan setiap tahunnya di Kota Parepare. Acara ini berlangsung
sejak tahun 2010 dan selalu diselenggarakan pada tanggal 27
September dimana pada tanggal tersebut bertepatan dengan “World
Tourism Day”. Awalnya acara ini diselenggrakan untuk merubah
budaya masyarakat yang berada di pinggir Salo Karajae yang
80

terbiasa membuang hajat di sungai. Kemudian Festival Salo Karajae


berkembang dengan berbasis pada budaya masyarakat pesisir dan
budaya lokal, semua kegiatan yang diselenggarakan melibatkan
semua masyarakat dengan rentang usia muda hingga lanjut usia.
Tahun ini merupakan tahun ke - 6 diselenggarakannya festival Salo
Karajae dan festival ini telah banyak dikenal oleh masyarakat
Provinsi Sulawesi Selatan. Konsep yang diangkat pada tahun ini
adalah siri yang dapat diartikan sebagai “malu”. Yang dimaksudkan
dengan “malu” adalah malu berbuat tidak adil dan berbuat tidak
baik. Adapun kegiatan yang dilakukan di Festival Salo Karajae ini
mencakup 13 lomba seperti debat dengan menggunkan bahasa
daerah, balap perahu lepalepa, lomba ganrangbulo dan masih
banyak lagi. Dari tahun ketahun festival Salo Karajae sangat
diminati oleh masyarakat sekitar Kota Parepare maupun dari luar
Kota Parepare, tiap tahunnya ribuan masyarakat datang untuk
berpartisipasi dalam Festival Salo Karajae ini.

4) Masyarakat To Lotang
Masyarakat To Lotang berjumlah sekitar 15 ribu jiwa yang
tersebar di Amparita, Otting (Sidrap) dan Bacukiki (Parepare) serta
yang tersebar di Pinrang , Wajo dan daerah-daerah lainnya. Pada
mulanya masyarakat To Lotang adalah masyarakat pengungsi dari
daerah asal mereka yakni Wani di Kerajaan Wajo (sekarang
Kabupaten). Ketika masa penyebaran Agama Islam mulai masuk di
Sulawesi Selatan pada permulaan abad ke – 17 yang dibawa oleh
para ulama yang dibantu oleh Kerajaan Gowa , pada tahun 1610
Kerajaan Wajo yang pada saat itu diperintah oleh Raja Matoa Wajo
menyatakan bahwa memeluk Agama Islam bersama seluruh
rakyatnya. Bagi mereka yang tidak mau memeluk Agama Islam
harus meninggalkan tanah kekuasaan Kerajaan Wajo. Maka
81

penduduk kampung Wani (To Wani) yang pada saat itu masih setia
terhadap kepercayaan leluhurnya harus meninggalkan kampungnya
dan mengungsi ke daerah lain. Mereka berangkat dalam dua
kelompok, kelompok pertama dipimpin oleh I Goliga yang berjalan
sampai daerah Bacukiki Kota Parepare dan kelompok kedua
dipimpin oleh I Pakbere dan akhirnya toba di Amparita Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap). Nama To Lotang sendiri adalah
panggilan Raja jika ingin berkomunikasi kepada orang-orang Wani
yang ada di Amparita. Masyarakat To Lotang ini dipimpin oleh
seorang pemimpin tertinggi yang disebut dengan Uwatta dan Uwa-
uwa yang memimpin kelompok-kelompok kecil di bawahnya.
Masyarakat To Lotang adalah masyrakat yang menganut
kepercayaan bugis kuno. Penganut To Lotang mengakui dan
mempercayai adanya Tuhan yang disebut Dewata SeuwaE. Mereka
juga mempercayai adanya hari kiamat yang akan mengantarkan
manusia kepada kehidupan periode berkutnya yang disebut Lino
Paimeng. Masyarakat To Lotang memiliki adat atau kebiasan
dimana sampai dengan saat ini masih sering melakukan ziarah di
Buluroangne, yang ada di daerah pegunungan Bacukiki, tradisi ini
mereka lakukan tiap tahunnya. Tidak banyak penjelasan dan data
yang peneliti dapat mengenai masyarakat To Lotang ini, karena
sebenarnya masayarakat To Lotang ini bukan berasal dari Kota
Parepare. Kemudian wisatawan tidak dapat melihat aktivitas
kebudayaan dan prosesi aliran kepercayaan yang mereka lakukan.

d) Kondisi Aksesibilitas di Kota Parepare


a. Transportasi Umum
a) Pete-pete
Pete-pete merupakan sebutan bagi transportasi umum tradisional
di Kota Parepare, pete-pete ini sejenis angkutan umum atau
82

angkotan kota yang digunakan masyarakat disana. Pete-pete di


Kota Parepare sendiri beroperasi berdasarkan trayek atau jalur
yang telah ditentukan adapun trayek yang dilalui oleh pete-pete
tersebut yaitu jalur Soreang, Lappade, Lumpue, Tipe C, dan
Lemoe. Trayek tersebut ditentukan berdasarkan wilayah
kecamatan di Kota Parepare, dengan begitu masyarakat di setiap
kecamatan yang ada di Kota Parepare dapat memiliki
kemudahan untuk mengakses langsung menggunakan Pete-pete.
b) Ojek
Ojek merupakan trasnportasi tradisional yang berada di kota
Parepare. Transportasi ini merupakan trasnportasi umum
informal di Indonesia berupa sepeda motor, disebut informal
karena keberadaan nya tidak diakui oleh pemerintah dan tidak
ada izin untuk pengoprasiannya. Maka tidak ada pula data
statistik yang menyebutkan jumlah keseluruhan ojek yang berada
di Parepare.
c) Becak
Becak merupakan trasnportasi tradisional berikutnya yang sering
digunakan di Parepare khususnya didaerah perkotaan. Jumlah
dari becak ini pun tidak begitu banyak karena becak ini hanya
terdapat dibeberapa tempat saja salah satunya yaitu dipasar-pasar
tradisional.

b. Pelabuhan (port)
a) Pelabuhan Nusantara
Pelabuhan Nusantara merupakan pelabuhan utama di Kota
Parepare. Berdasarkan informasi yang didapat dari Pelindo luas
daratan dari pelabuhan ini mencapai 5,40 ha sedangkan luas
lautan mencapai 2,778 ha. Di pelabuhan ini terdapat gedung
kantor dengan luas 500 m². Fasilitas lainnya yang terdapat disini
83

yaitu terminal penumpang yang cukup besar dengan luas 1,440


m². Selain itu tempat parkir yang tersedia pun tidak kalah
besarnya dengan luas 3,575 m².
b) Pelabuhan Cappa ujung
Pelabuhan Cappa Ujung berlokasi 5 km dari Kota Parepare,
adalah pelabuhan untuk peti kemas,. Pelabuhan Cappa ujung
memiliki ukuran 50x15 meter didermaga 1 dan 35x15 di
dermaga 2. Keadaan fisik di pelabuhan cappa ujung itu sendiri
memiliki lapangan parkir yang luas, dan di pelabuhan cappa
ujung juga terdapat kantor dari Pelindo, dan KSOP
(Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan).
c) Kondisi Jalan
Jalan merupakan salah satu sarana infrastruktur yang paling
penting, karena menjadi hal yang paling dibutuhkan dalam
kegiatan mobilitas masyarakat lokal maupun wisatawan. Kondisi
jalan di Kota Parepare sudah cukup baik, mengingat Kota
Parepare dilalui berbagai kendaraan jalur lintas Provinsi
khususnya Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

d) Sign Board
Sign board atau papan penunjuk jalan yang terdapat di Kota
Parepare keadaannya cukup banyak dan kondisinya cukup baik.
Beberapa sign board yang ada di Kota Parepare yakni sign
board yang menunjukan jalan menuju ke tempat-tempat yang
cukup penting seperti terminal, pelabuhan dan juga pasar
tradisional. Selain itu juga terdapat sign board yang
menunjukan arah atau jalan menuju ke daerah atau kabupaten
lain di sekitar Kota Parepare seperti Kabupaten Sidrap dan
daerah-daerah lainnya.Serta ada jugasign board yang
84

menunjukan arah untuk menuju ke salah satu atraksi wisata


seperti Hutan Jompie, Waterboom, Pantai Lumpue dan lain-lain.

e) Kondisi Amenitas di Kota Parepare


Amenitas menjadi salah satu penunjang suatu daerah/wilayah
untuk menjadi sebuah destinasi yang menarik bagi wisatawan. Saat ini
Kota Parepare masih memposisikan diri sebagai kota transit, namun
Pemerintah Kota Parepare kini memilliki tujuan dan keinginan untuk
menjadikan kota Parepare sebagai kota destinasi.
a. Hotel dan Penginapan
Sampai dengan saat ini jumlah hotel yang ada di Kota Parepare
berjumlah 27 hotel dengan ketersediaan kamar sebanyak 702 kamar.
Semua hotel tersebut termasuk kedalam klasifikasi hotel kelas melati.

a) Resume Wawancara :
1) Hotel Bukit Kenari
Hotel Bukit Kenari terletak di Jl. Jendral Sudriman no 65.
Hotel ini telah dibangun sejak 28 tahun yang lalu dan
memiliki 20 staff karyawan. Jumlah kamar yang tersedia
yakni 36 kamar dengan klasifikasi 16 kamar tipe deluxe, 15
kamar tipe standartwin dan 2 kamar tipe cottage. Harga
kamar di Hotel ini bervariasi mulai dari Rp.200.000,- hingga
Rp.300.000,- per/malam. Saat ini sedangdilakukan
pembangunan di Hotel Kenari dalam upaya untuk
menambah fasilitas bagi para tamu yang menginap,
pembangunan inimeliputi penambahan jumlah kamar
dengan fasilitas yang lebih baik dari type kamar
sebelumnya. Tidak hanya pengembangan untuk fasilitas
kamar, Hotel Kenari juga menambah fasilitas swimming
85

pool dengan pemandangan laut lepas. Untuk menarik minat


para tamu, Hotel Kenari memberikan promo-promo yang
diberikan di awal tahun untuk memberikan diskonbagi para
wisatawan dan melakukan kerjasama dengan Dinas
Pariwisata. Hotel kenari memiliki kelebihan dari pada hotel
yang lain karena hotel ini memiliki view pemandangan laut
lepas dan Kota Parepare. Hotel kenari juga memiliki fasilitas
4 aula yang sering digunakan untuk meeting dan juga
digunakan untuk acara pernikahan maupun acara-acara
lainnya.

b. Restaurant
Jumlah restaurant yang tersedia di Kota Parepare berjumlah
sekitar 49 restaurant, dengan berbagai jenis makanan yang tersedia,
seperti : seafood, chineese food, makanan bercitarasa nusantara dan
jajanan khas Parepare itu sendiri.
a) Resume Wawancara
1) RestaurantTeras Empang
Salah satu restaurant yang banyak diminati oleh wisatawan
maupun masyarakat lokal di Kota Parepare adalah
Restaurant Teras Empang. Teras Empang teletak di Jalan
Andi Dewan, Teras empang merupakan restaurant yang baru
berdiri selama satu tahun . Namun perkembangan dari
restaurant ini terhitung sangat cepat. Jumlah pekerja
direstaurant ini kurang lebih 10 orang. Setiap weekendTeras
Empang rutin mengadakan acara life music yang
86

ditampilkan oleh pemuda dan musisi-musisi lokal di Kota


Parepare. Kelebihan dari teras empang ini adalah lokasi
restaurant yang berada di tepi Sungai Salo Karajae. Yang
menjadi kelebihan dari Restaurant ini adalah letaknya yang
cukup strategis dan mudah dicapai baik dengan
menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi
umum. Makanan yang tersedia di Teras Empang adalah
makanan khas dari Kota Parepare seperti palekko (bebek
bumbu kuning khas Parepare), pisang appe, aneka ikan laut,
es poddeng, dan makanan serta minuman lainnya.
c. Tour Operator
Di Kota Parepare sendiri terdapat 14 tour operator dan semua tour
operator tersebut hanya menjual produk wisata seperti tiket pesawat
terbang, tiket kapal laut dan untuk penjualan paket wisata hanya tersedia
untuk perjalanan ke berbagai destinasi yang cukup banyak diminati
seperti Singapore, Malayasia, Bali dan lain-lain serta paket perjalanan
Haji dan Umrah. Sehingga belum ada tour operator yang menyediakan
dan menjual paket wisata Parepare City Tour.
a) Resume Wawancara
1) Larisa Tour and Travel
Travel ini berdiri pada tahun 2013 dan hanya memiliki 2
orang staff saja. Produk yang ditawarkan di travel ini adalah
penjualan paket wisata, tiket pesawat dan laut. Paket wisata
yang dijual yaitu paket ke Tana toraja serta Bromo. Namun
untuk saat ini Larisa Tour and Travel tidak lagi menjual paket
wisata tersebut, meskipun masih ada banyak permintaan
untuk pembuatan paket wisata. Tour operator ini lebih
berfokus dalam penjualan paket wisata Haji dan Umrah. Pada
saat initarget pasar dari Larisa Tour and Travel adalah orang-
orang yang bekerja di instansi pemerintah, pertamina dan
87

lain-lain. Travel ini juga telah memiliki izin resmi dari ASITA
Provinsi Sulawesi Selatan.
d. Souvenir Shop
Sampai dengan saat ini kota Parepare belum memiliki souvenir
shop, namun pemerintah sedang melakukan kegiatan untuk membina
dan memberikan pelatihan kepada masyarakat lokal agar dapat memulai
usaha kecil menengah dengan baik.
e. Stakeholders (Instansi Terkait)
Dalam menjalankan kegiatan pariwisata disuatu daerah atau
wilayah tentunya melibatkan beberapa pihak dan juga instansi yang
terkait yang memiliki peranannya masing-masing.

a) Resume wawancara
1) DPOP (Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata Kota
Parepare)
Sampai dengan saat ini Kota Parepare hanya memposisikan
diri sebagai kota transit dan belum menjadi kota destinasi.
Potensi Kota Parepare sebenarnya cukup banyak jika dilihat
dari segi wisata alam namun belum terkelola secara
profesional terutama dari segi pengembangan. Permasalahan
yang dihadapi di setiap atraksi wisata adalah belum adanya
pegelolaan yang sepenuhnya ditangani oleh pemerintah.
Misalnnya di Pantai Lumpue, Pantai ini di claim oleh
masyarakat sebagai pantai yang dimiliki oleh masyarakat
sendiri (pribadi) sehingga dalam hal ini pemerintah belum
bisa turun tangan langsung untuk melakukan pengelolaan dan
pengembangan pantai ini.Atraksi wisata selanjutnya adalah
88

Goa Tompangnge (Goa Kelelawar), sebelumnya pernah


dilakukan sebuah pengkajian di Goa ini, namun untuk
mengembangkan atraksi wisata ini masih tekendala dengan
faktor dana atau anggaran dari pemerintah yang belum
tersedia. Karena hal tersebut atraksi wisata Goa Tompangnge
pun belum dapat dikelola dengan baik, padahal Goa ini
berpotensi untuk dijadikan atraksi wisata yang menarik. Daya
tarik dari tempat ini adalah Goa yang merupakan tempat
bersarangnya binatang kelelawar dengan jumlah yang cukup
banyak. Untuk mengembangkan objek wisata ini sekiranya
dibutuhkan dana sekitar 2 - 3 M. Sebelumnya pemerintah
Kota Parepare sudah pernah mencoba mengusulkan
permohonan anggaran dana pada kementrian namun sampai
dengan saat ini belum ada tanggapan. Selanjutnya adalah
Hutan Jompie yang merupakan hutan kota alami yang ada di
Kota Parepare, di dalam kawasan hutan ini terdapat kolam
yang sering dijadikan tempat untuk berenang atau sekedar
bermain air bagi masyarakat yang berkunjung. Namun setelah
adanya waterboom Kota Parepare,masyarakat lebih memilih
untuk mengunjungi waterboom ini dibandingkan kolam yang
ada di Hutan Jompie. Hutan Jompie sendiri dikelola oleh
Perhutani yang bekerja sama dengan dengan penegelola dari
Kebun Raya Bogor. Untuk sarana dan prasarana seperti hotel
dan restaurant di Kota Parepare cukup memadai. Terdapat
sekitar ± 30 hotel. Karena Parepare merupakan kota transit
maka parepare memiliki cukup banyak restaurant.
Terhubungnya Kota Parepare dengan wilayah lain yang lebih
luas membuat perkembangan bisnis perdagangan cukup
berkembang. Banyak barang-barang bermerk yang dijual di
Kota Parepare maka biasanya orang-orang yang berwisata
89

belanja dapat mendatangi Kota Parepare. Dari segi wisata


budaya baru-baru ini diKecamatan Bacukiki ada komunitas
masyarakat To Lotang yang mengadakan sebuah ritual (aliran
kepercayaan). Selain itu baru-baru ini juga Kota Parepare
mengadakan festival Malippa. Festival ini berupa acara adat
kebudayaan masyarakat Kota Parepare, di sepanjang acara ini
baik masyarakat maupun pengunjung festival harus memakai
dan menggunakan sarung, kemudian terdapat pula festival
Mappadendang yang merupakan seni musik yang dikeluarkan
dari proses menumbuk padi.Untuk wisata Museum, 10 tahun
yang lalu Kota Parepare pernah mempunyai museum
diantaranya museum Labangenge (koleksinya: alat-alat
perkawinan jaman dahulu) dan museum Gandaria(koleksinya:
alat-alat kerajaan jaman dahuku) namun museum tersebut
merupakan museum milik pribadi. Sekarang museum ini tidak
digunakan untuk komersil namun masih bisa dikunjungi
dengan menghubungi pemiliknya terlebih dahulu. Saat ini visi
dan misi Wali Kota Parepare adalah tidak hanya menjadikan
Kota Parepare menjadi kota transit saja melainkan ingin
menjadikan Kota Parepare sebagai kota destinasi. Salah satu
upaya pemerintah Kota Parepare dalam mewujudkan salah
satu visi misinya tesebut adalah membangun sebuah
bangunan yang nantinya berfungsi sebagai pasar kuliner.
Selain itu parepare juga akan dijadikan sebagai icon kota dari
Bapak Habibie dengan dibangunnya patung cinta Habibie dan
Ainun. Rencananya patung tersebut akan diresmikan pada
bulan Mei tahun 2015.

2) PT.PELINDO IV Kota Parepare


90

Sulawesi selatan sendiri memiliki tiga pelabuhan berstandar


internasional yaitu pelabuhan di Makassar, Parepare serta
Palopo. Kelebihan dari Kota Parepare masih dipilih sebagai
tempat bersandarnya kapal pesiar bila dibandingkan dengan
pelabuhan lain adalah jarak yang cukup dekat menuju Tana
Toraja yaitu kurang lebih 3-4 jam. Selain itu, kondisi Kota
Parepare juga aman dan nyaman bagi wisatawan. Untuk
kekurangan yang dimiliki kota ini yaitu tidak adanya tempat
wisata yang cukup menarik namun Kota Parepare ini
dianggap mempunyai potensi yang cukup baik dalam
pengembangan objek wisata. Kota Parepare memiliki dua
pelabuhan utama yaitu pelabuhan Nusantara dan Cappa
Ujung. Perbedaan dari kedua pelabuhan tersebut hanyalah
dari kelengkapan fasilitas saja, pelabuhan Nusantara dinilai
lebih lengkap dibandingkan pelabuhan Cappa Ujung.
Biasanya pada saat berlabuh kapal pesiar tersebut
membutuhkan fresh waterserta ada juga yang mengisi bahan
bakar. Kebanyakan wisatawan yang mengunjungi Parepare
adalah wisatawan Jerman dan Australia namun ada pula yang
berasal Arab dan UEA (Uni Emirates Arab). Rata-rata ukuran
kapal pesiar yang mendatangi kota Parepare tiap tahunnya
bervariasi,yaitu 12.000 Gt, 17.000 GT sampai dengan 20.000
GT. Kapal pesiar yang berukuran paling besar adalah kapal
Artania MV pada tahun 2014 dengan berat 44.000 GT. Proses
yang biasanya dilakukan pada saat kedatangan kapal pesiar di
Kota Parepare yaitu mulai dari adanya pemberitahuan dua
bulan sebelum kedatangan mengenaikapal pesiar yang akan
bersandar di Parepare, lalu kemudian ada penunjukan
keagenan (agen pelayaran) terpilih dan biasanya agen yang
diberikan wewenang ini sebelumnya telah melalui proses
91

bidding terlebih dahulu. Kemudian semua dokumen yang


dibutuhkan akan diurus oleh agen pelayaran terpilih tersebut.
Adapun SOP (standard operational procedure) yang
diberlakukan Sebenarnya sama saja dengan kapal-kapal
lainnya, hanya saja ada pemeriksaan tambahan seperti
imigrasi, karantina, kesehatan, dan lain-lain.

3) Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kota Parepare


Dalam proedur penerimaan kapal pesiar, KSOP sudah
mempunyai SOP (Standart Operation Procedure) yang
menjadi acuan. Kapal asing yang datang di suatu pelabuhan
menjadi sebuah prioritas utama bagi KSOP, karena kapal
pesiar diibaratkan sebagai tamu Negara yang harus dilayani
dengan baik. Walau kapal-kapal tersebut memilki teknologi
navigasi yang baik dan modern, sebelum bersandar di
pelabuhan pihak KSOP melakukan pengecekan terhadap
seluruh sistem seperti sistem navigasi kapal.Selain itu,
KSOP juga melakukan kordinasi dengan pihak bea cukai,
imigrasi, kesehatan, juga dengan pihak-pihak lainnya dalam
menyambut para wisatawan yang datang menggunakan
kapal pesiar. Jika pihak pengelola kapal pesiar mendapati
dokumen-dokumen yang dibawa sudah kadaluarsa / expired
maka dapat diperbaharui oleh pihak KSOP. Untuk
pembayaran baik parkir, maupun biaya bersandar langsung
berhubungan dengan pihak Pelindo, dan KSOP hanya
menangani hal – hal yang bersifat teknis saja. Biasanya
kapal pesiar yang datang ke Kota Parepare berlabuh di
pelabuhan Nusantara. Namun karena adanya aktifitas
bongkar muat pada tanggal kedatangan kapal pesiar
Caledonian Sky, maka kapal pesiar dialihkan ke pelabuhan
92

alternatif di pelabuhan Cappa Ujung.Wisatawan kapal pesiar


yang paling sering datang ke Kota Parepare adalah
wisatawan asal Negara Jerman. Banyaknya wisatawan
Jerman yang datang ke Kota Parepare dikarenakan karena
warga Negara Jerman sangat menghormati seorang B.J
Habibie. Warga Jerman sangat ingin mengetahui bagaimana
masa kecil serta kehidupan masa kecil Habibie.

4) Kantor Imigrasi Kelas II Kota Parepare


Setiap wisatawan yang masuk ke wilayah Negara Republik
Indonesiacontohnya wisatawan kapal pesiar harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Salah satu
syarat tersebut adalah memiliki dokumen-dokumen seperti
passport dan visa, kedua dokumen tersebut akan diperiksa
oleh anggota keimigrasian.Khusus untuk wisatawan kapal
pesiar, proses keimigrasian dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu on shipping dan on board . Seluruh dokumen-dokumen
tersebut diperiksa di awal keberangkatan sebelum kapal
memasuki wilayah perairan Indonesia,petugas imigrasi
sudah dikirim terlebih dahulu ke lokasi kapal berada
(misalnya ketika ada di Malaysia, sebelum memasuki
wilayah perairan Indonesia, petugas imigrasi Indonesia
dikirim ke atas kapal).Untuk menyelesaikan sebuah proses
imigrasi kapal pesiar,prosesnya diberlakukan di tempat awal
kapal tersebut masuk wilayah Indonesia atau tempat
berlabuh pertama di Indonesia.

5) Agen Pelayaran (PT. Surya Bintang Timur)


Agen pelayaran ini berasal dari Kota Makassar. Kapal pesiar
Caledonian Sky ini dijadwalkan datang pada tanggal 19
93

Maret 2015 pada pukul 06.00 . Tugas utama dari agent ini
adalah untuk menghandle kapal pesiar ketika akan masuk
kepelabuhan. Kebanyakan tourist yang menjadi penumpang
dari kapal pesiar adalah penumpang yang berusia lanjut.
Biasanya melakukan tour ke Tana Toraja, namun biasanya
tidak menginap tetapi untuk wisatawan dari kapal pesiar kali
ini menginap. Karena yang menentukan hal tersebut adalah
wisatawannya sendri. Jika tidak menginap biasanya pergi
pada pagi hari ke Tana Toraja dan kemudian pada sore hari
kembali lagi ke kapal dan pada malam hari sekitar pukul
20.00 atau 21.00 mereka kembali melanjutkan pelayaran.
Biasanya kapal pesiar yang akan berlabuh di dermaga
membutuhkan bantuan dari petugas dermaga lokal yang
memandu dengan menggunakan tathbooth yang juga
berfungsi untuk mendorong bagian depan atau bagian
beakang kapal agar dapat berlabuh dengan sempurna di
dermaga. Karena kru kapal tidak memahami keadaan
pelabuhan secara mendetail mengenai keadaan dan
situasinya. Hal ini juga berlaku untuk proses kapal pesiar
yang berlayar meninggalkan dermaga dan di lepas ketika
sudah sejauh 2 mill. Pada bulan Februari kemarin Kota
Parepare kedatangan kapal pesiar Silver Wind. Apabila
adapelabuhan yang tidak mempunyai dermaga maka kapal
pesiar tidak bisa bersandar melainkan hanya bisa berlabuh.
Tidak semua wisatawan yang mendatangi Parepare
melakukan kegiatan excursion ke Tana Toraja sebelum
Caledonian Sky ini terdapat kapal pesiar yang hanya
melakukan kegiatan city tour di Parepare dengan alasan
waktu yang tersedia hanya sebentar dan tidak menginap,
alternative lain selain ke Tana Toraja yaitu menuju ke
94

Kabupaten Soppeng yang dapat ditempuh selama 2 jam dari


Parepare, di tempat tersebut terdapat daya tarik melihat
kelelawar yang bergelantungan di setiap pohon dimanapun.

6) Main Agent (Destination Asia)


Destination Asia adalah main agent yang mengurus
kedatangan tamu Caledonian Sky yang berkunjung ke Kota
Parepare pada tanggal 19 Maret 2015. Destination Asia juga
dibantu olehWira Tour sebagai local agent yang mengurus
perjalan tour di Tana Toraja. Wira Tour dapat dipilih
menjadi local agent melalui proses bidding terlebih dahulu.
Hampir 90% dari kapal pesiar yang datang ke Negara
Indonesia semua ditangani oleh Destination Asia sebagai
main agent. Destination Asia ditunjuk oleh APT Caledonian
Sky untuk membantu mengatur jadwal dan mengurus jadwal
tiba para penumpang Caledonian Sky. APT Caledonian Sky
merupakan anak perusahaan dari Nobel Caledonian Sky
yang berada di Negara Inggris sedangkan untuk APT
Caledonian Sky menjual paket perjalanan kapal pesiar ini di
Australia. Pengaturan perjalanan atau detail lainnya sudah
diatur selama 1 tahun sebelum keberangkatan dari kapal
pesiar tersebut. APT Caledonian Sky merupakan kapal
pesiar jenis ekspedisi yang berbeda dengan kapal pesiar
yang lainnya. Penumpang kapal pesiar ekspedisi ini lebih
menyukai kehidupan liar, alam, kebudayaan dan sejarah.
Sehingga pada saat mereka menuju Tana Toraja mereka
mendapatkan informasi dari Lecture (tour leader/escort)
yang berasal dari Caledonian Sky mengenai Tana Toraja.
Tidak hanya kapal yang berlabuh di Kota Parepare saja yang
95

ditangani, Destination Asia juga pernah menangani kapal


pesiar ke Wakatobi, Makassar, Tolitoli, dan Taka Bonarate.

7) Local Agent (Wira Tour)


Tour yang dilakukan ke Tana toraja ditangani oleh Wira
tour. Travel ini berdiri sejak tahun 1987. Dalam penangaan
wisata kapal pesiar ini pihak dari Wira tour melakukan
beberapa persiapan seperti penyediaan bus sebanyak 5 buah
bus. Semua bus tersebut merupakan bus milik wira tour itu
sendiri. Dalam penanganan wisata kapal pesiar Wira tour
memiliki pengalamam yang cukup banyak, tidak hanya
caledonian sky saja namun masih banyak kapal pesiar yang
pernah ditangani oleh travel ini. Beberapa diantaranya
seperti Holland American Cruise Lines serta Dawn Princess
Cruise.

BAB V
PEMBAHASAN

A. PROFIL WISATAWAN
Profil wisatawan ini diambil dari penilaian 90 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang terdiri dari 80 wisatawan yang melakukan kegiatan Tour
Tana Toraja dan 10 wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare City Tour.
Penilaian dari responden tersebut menggambarkan keadaan mengenai atraksi,
amenitas, dan aksesibilitas baik di Kota Parepare maupun di Tana Toraja.
Kemudian penilaian tersebut dilakukan untuk mengetahui kegiatan apa saja
yang wisatawan lakukan dan apa saja atraksi wisata yang mereka kunjungi
selama berada di Kota Parepare. Wisatawan yang berkunjung ke Kota
Parepare memilki karakteristik yang beragam .
96

Penggambaran karakteristik wisatawan dalam penelitian ini terdiri atas


jenis kelamin, usia, kewarganegaraan, rekan perjalanan, kegiatan apa yang
dilakukan selama berada di Kota Parepare, penilaian mengenai kegiatan tour
Tana Toraja yang diikuti, penilaian mengenai kondisi atraksi wisata,
penilaian mengenai kondisi aksesibilitas terutama pelabuhan, penilaian
mengenai local guide, penilaian mengenai restaurant, serta penilaian mengani
souvenir shop baik yang berada di Kota Parepare maupun Tana Toraja.
1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil pengolahan data,wisatawan yang mengikuti


kegiatan tour Tana Torajasebanyak 80 orang wisatawan dan wisatawan yang
lebih berminat mengikuti program tour keTanaToraja merupakan wanita
dengan jumlah 44 orang. Sedangkan wisatawan yang melakukan kegiatan
Parepare City Tour sebanyak 10 orang wisatawan dan didominasi oleh
wisatawan berjenis kelamin pria sebanyak 8 orang. Hal ini menunjukan bahwa
kegiatan tour Tana Toraja lebih diminati oleh wisatawan dengan jenis kelamin
wanita, sedangakn untuk kegiatan Parepare City Tour lebih diminati oleh
wisatawan dengan jenis kelamin pria. Hal ini menunjukan bahwa jenis
kelamin dapat memepengauhi kecendurangan minat wisatawan dalam
memilih kegiatan wisata yang akan mereka lakukan.

2. Usia
Dari data 90 wisatawan yang terdiri dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja dan 10 wisatawan yang
mengikuti kegiatan Parepare City Tour.Wisatawan yang mengikuti Tour Tana
Toraja didominasi oleh usia 65 tahun keatas tahun . Sedangkan 10 wisatawan
kapal pesiar Caledonian Sky yang melakukan Paraepare City tour
didominasioleh wisatawan berusia 25 – 34 tahun. Maka dapat disimpulkan
bahwa wisatawan yang berusia lanjut yakni 65 tahun ke atas lebih berminat
untuk mengunjungi Tana Toraja, sedangkan wisatawan dengan usia 25 – 34
tahun lebih berminat melakukan kegiatan Parepare City Tour.
97

3. Kewarganegaraan
Berdasarkan data yang telah diperoleh, wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja berasal dari beberapa
Negara di dunia namun di dominasi oleh wisatawan dengan kewarganegaraan
Inggris Raya (British). Sedangkan untuk wisatawan yang melakukan kegiatan
Parepare City Tour di dominasi oleh wisatawan dengan kewarganegaraan
Jerman. Sehingga dapat dilihat bahwa peminat kegiatan wisata kapal pesiar
kebayakan berasal dari Benua Eropa.

4. Rekan Perjalanan

Dari data hasil olahan kuesioner, dapat disimpulkan bahwa wisatawan


kapal pesiar baik yang mengikuti kegiatan Tour Tana Toraja maupun Parepare
City Tour melakukan perjalanannya bersama pasangan (suami – istri).

5. Kegiatan yang Dilakukan Wisatawan di Kota Parepare


Dari 10 wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare City Tour, dapat
dilihat bahwa kegiatan yang paling diminati oleh para wisatawan adalah
kegiatan sight seeing atau melihat dan menikmati keindahan maupun suasana
Kota Parepare, melakukan interakasi langsung bersama masyarakat lokal dan
mengunjungi pantai. Tetapi ada juga beberapa wisatawan yang berminat untuk
mengunjungi situs bersejarah dan melihat kehidupan liar (wild life).
Untuk kegiatan mengunjungi museum, tidak ada wisatawan yang
melakukannya alasannya karena memang di Kota Parepare sendiri untuk atraksi
wisata museum tidak terkelola lagi dengan baik, sehingga museum yang pernah
ada tidak pernah dikunjungi lagi oleh para wisatawan. Kemudian dari 10
wisatawan yang menjadi responden 4 diantaranya memakai alat tranportasi
tradisional yang ada di Kota Parepare, kemudian 8 orang dari 10 wisatawan
98

menikmati makanan dan minuman di beberapa Restaurant yang ada di Kota


Parepare.

6. Kegiatan Tour yang Dilakukan


Berdasarkan data yang telah diperoleh, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 54 orang
wisatawan dengan presentase sebesar 67,5% menilai kegiatan tour ke Tana
Toraja dengan very good (sangat baik). Maka dapat di simpulkan bahwa
kegiatan tour di Tana Toraja ini di nilai sangat baik oleh wisatawan, karena
mereka berpendapat bahwa tour tersebut merupakan suatu tour yang berkesan
dan memberikan pengalaman yang baru bagi mereka.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 6 orang wisatawan dengan presentase sebesar
60% menilai kegiatan tour yang mereka lakukan di Kota Parepare dengan fair
(cukup). Maka dapat di simpulkan bahwa kegiatan tour di Kota Parepare ini
hanya di nilai cukup oleh wisatawan, karena mereka mengunjungi berbagai
tempat yang ada di kota Parepare yang menurut mereka cukup menarik namun
belum memberi kesan yang terlalu banyak.

7. Daya Tarik Atraksi Wisata


Berdasarkan data yang telah diperoleh, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 44 orang
wisatawan atau dengan presentase sebesar 55% menilai daya tarik atraksi
wisata di Tana Toraja dengan very good (sangat baik). Maka dapat di
simpulkan bahwa daya tarik atraksi wisata yang ada di Tana Toraja ini di nilai
sangat baik oleh wisatawan dan layak dijadikan sebuah atraksi wisata yang
patut dikunjungi. Dari kuisioner yang telah kami sebarkan mereka memberikan
respon yang positif berupa komentar yang menyebutkan bahwa mereka
menyukai kebudayaan yang telah ditampilkan, mereka mengganggap
kebudayaan di Tana Toraja sangat unik dan berbeda dengan kebudayaan yang
99

ada di negara mereka sendiri. Disamping itu mereka juga menyukai keramahan
dari penduduk yang mereka temui disekitar objek wisata.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 6 orang wisatawan atau dengan presentase
sebanyak 60% menilai daya tarik atraksi wisata yang ada di Kota Parepare
dengan fair atau cukup. Maka dapat di simpulkan bahwa daya tarik atraksi
wisata di Kota Parepare hanya dinilai cukup oleh wisatawan, karena mereka
cenderung lebih menyukai kegiatan yang berinteraksi langsung dengan
masyarakat lokal kota Parepare itu sendiri yang dianggap menarik.

8. Sarana Tranportasi
Berdasarkan data yang telah diperoleh, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 52 orang
wisatawan atau dengan presentase sebanyak 65% menilai sarana transportasi di
Tana Toraja dengan very good atau sangatbaik. Maka dapat di simpulkan
bahwa wisatawan menilai sarana transportasi di Tana Toraja dengan sangat
baik, karena mereka berpendapat bahwa jalan yang ditempuh selama menuju
Tana Toraja cukup sulit untuk ditempuh namun para wisatawan tersebut kagum
dengan kecekatan para driver dalam mengemudikan bus.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 7 orang wisatawan atau dengan presentase
sebanyak 70 % menilai sarana transportasi di Kota Parepare ini dengan fair atau
cukup. Maka dapat di simpulkan bahwa sarana transportasi di kota Parepare ini
di nilai cukup oleh wisatawan, karena kebanyakan dari wisatawan
menggunakan transportasi tradisional berupa becak dan ojek yang mereka
anggap relatif murah dan mudah ditemui di area pelabuhan Cappa Ujung.

9. Port Service
100

Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa dari 80 wisatawan kapal


pesiar Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 39 orang
wisatawan atau dengan presentase sebanyak 48,8% menilai port service atau
pelayanan pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung Kota Parepare ini dengan very
good atau sangat baik. Maka dapat di simpulkan bahwa port service atau
pelayanan pelabuhan di Cappa Ujung ini di nilai sangat baik.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 3 orang wisatawan atau dengan presentase sebesar
30% menilai port service pelayanan pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung Kota
Parepare ini dengan fair atau cukup. Maka dapat di simpulkan bahwa port
service atau pelayanan pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung ini di nilai cukup.

Pada saat kedatangan para wisatawan ke pelabuhan mereka


mendapatkan penyambutan yang diberikan oleh dinas kota Parepare berupa
tarian tradisional yang dimainkan oleh anak-anak. Mereka merasa antusias
dengan adanya tarian tersebut.

10. Port Facilities


Berdasarkan data yang telah di peroleh, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 36 orang
wisatawan atau dengan presentase sebanyak 45% menilai port service atau
fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung Kota Parepare ini dengan good
atau baik. Maka dapat di simpulkan bahwa port facilities atau fasilitas
pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung ini di nilai sangat baik.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 4 orang wisatawan atau dengan presentase sebesar
40% menilai port facilities atau fasilitas pelabuhan di Pelabuhan Cappa Ujung
Kota Parepare ini dengan fair atau cukup. Maka dapat di simpulkan bahwa port
101

facilities atau fasilitas pelabuhan di pelabuhan Cappa Ujung ini di nilai cukup
oleh wisatawan.

Mereka berpendapat bahwa fasilitas yang ada dipelabuhan tersebut


sangat baik (sangat baik), contohnya terdapat money changer yang didirikan
sementara dipelabuhan sehingga wisatawan dapat menukarkan uang dengan
mudah untuk memenuhi kebutuhan berbelanja atau kebutuhan lainnya dari
wisatawan.

11. Local Guide


Berdasarkan data yang telah di peroleh bahwa dari 80 wisatawan kapal
pesiar Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 60 orang
wisatawan atau dengan presentase sebesar 75% menilai local guide di Tana
Toraja dengan very good atau sangat baik. Maka dapat di simpulkan bahwa
local guide di Tana Toraja ini dinilai sangat baik oleh wisatawan. Karena
mereka sangat merasa nyaman dengan pelayanan yang diberikan oleh para tour
operator yang dianggap helpfull dan friendly. Mereka menyukai adanya
interaksi yang aktif antara wisatawan dengan local guide.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare City tour, sebanyak 4 orang wisatawan atau dengan presentase
sebanyak 40% menilai local guide di Kota Parepare ini dengan fair atau cukup.
Maka dapat disimpulkan bahwa local guide di Kota Parepare ini dinilai cukup
oleh wisatawan.

12. Souvenir Shop


Berdasarkan data yang telah diperoleh, dari 80 wisatawan kapal pesiar
Caledonian Sky yang mengikuti tour ke Tana Toraja, sebanyak 29 orang
wisatawan atau dengan presentase sebesar 36,3% menilai souvenir shop di Tana
Toraja ini dengan very good atau sangatbaik. Maka dapat disimpulkan bahwa
souvenir shop di Tana Toraja ini dinilai sangat baik oleh wisatawan. Hal ini
102

dikarenakanpara wisatawan dapat dengan mudah membeli oleh-oleh yang


merupakan ciri khas dari Tana Toraja seperti tau-tau, kopi toraja, kain khas
Toraja dan lain-lain.

Sedangkan dari 10 wisatawan kapal pesiar yang melakukan kegiatan


Parepare city tour, sebanyak 4 orang wisatawan atau dengan presentase sebesar
40% menilai souvenir shop di Kota Parepare denganfair atau cukup. Maka
dapat disimpulkan bahwa souvenir shop di Kota Parepare ini dinilai
cukup.Yang mereka maksud dengan souvenir shopdisini adalah toko-toko yang
berada disekitar kota Parepare, mereka mengganggap barang-barang yang
mereka beli dikota ini terbilang memiliki harga yang murah.

13. Restaurant
Dari 80 wisatawan yang mengikuti tour Tana Toraja, mereka
memberikan penilaian mengenai restaurant yang sempat mereka kunjungi
dengan nilai sangat baik (very good), karena beberapa dari restaurant tersebut
mempunyai pemandangan yang indah dengan fasilitas yang cukup serta
pelayanan yang baik. Contohnya adanya pertunjukan seni tari khas Tana toraja.

Sedangkan dari 10 wisatawan yang melakuakan kegiatan dikota


Parepare, mereka memberikan penilaian baik (good), karena mereka menyukai
makanan khas Indonesia terutama dikota Parepare.

14. Pengalaman Wisatawan Mengenai Perjalanan


Dari 80 wisatawan kapal pesiar Caledonian Sky yang mengikuti
kegiatan tour Tana Toraja, 73 wisatawan memberikan respon yang positif
mengenani pengalaman yang mereka dapatkan selama mengikuti perjalanan
tour. Para wisatawan merasa tertarik pada kebudayaan yang ada di Tana Toraja
karena unik dan berbeda dengan kebudayaan yang ada di Negara asal mereka.
Selain itu mereka juga berpendapat bahwa masyarakat lokal yang ada di Tana
Toraja sangat ramah terhadap wisatawan.
103

Namun ada juga beberapa respon negatif dari wisatawan yakni,


beberapa wisatawan kurang menyukai salah satu proses pembunuhan hewan
(kerbau) dalam prosesi kematian di Tana Toraja karena mereka berpendapat
bahwa cara membunuh hewan tersebut sangat tidak wajar. Selain itu juga ada
beberapa dari wisatawan yang merasa cukup bosan dengan atraksi wisata yang
dikunjungi di Tana Toraja karena dirasa monoton dan memiliki daya tarik yang
hampir sama, para wisatawan lebih mengharapakan kegiatan tour yang
melibatkan interaksi langsung dengan masayarakat lokal. Jarak tempuh ke Tana
Toraja yang cukup jauh juga membuat wisatawan merasa kelelahan. Namun
secara keseluruhan pendapat wisatawan mengenai pengalaman yang mereka
dapatkan selama perjalanan tourmemberikan kesan yang baik dan mereka
merasa puas dengan perjalanan tour yang mereka ikuti.

Sedangkan dari 10 wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare city


tour, hampir semua wisatawan memberikan komentar dan respon yang positif.
9 dari 10 wisatawan berpendapat bahwa pengalaman yang mereka dapatkan di
Kota Parepare sangat baik karena masyarakat lokal di Kota Parepare yang
sangat ramah terhadap kedatangan wisatawan. Mereka juga berpedapat bahwa
makanan yang ada di kota Parepare memiliki cita rasa yang sesuai dengan
selera mereka.

15. Layak atau Tidaknya Parepare/Tana Toraja Untuk Dikunjungi


Dari 80 wisatawan yang mengikuti tour ke Tana Toraja, hampir semua
wisatawan berpendapat bahwa Tana Toraja merupakan destinasi yang layak
dikunjungi karena memiliki daya tarik wisata yang menarik. Sedangkan dari 10
wisatawan yang melakukan kegiatan Parepare city tour, berpendapat bahwa
Kota Parepare cukup layak untuk dikunjungi oleh wisatawan. Mereka
menyukai cita rasa masakan di Kota Parepare dan kearifan masyarakat lokal
yang ada di Kota Parepare.

B. PROSES PENANGANAN KAPAL PESIAR DI KOTA PAREPARE


104

Proses penanganan kapal pesiar dibagi menjadi 3 bagian yakni proses


penanganan kapal pesiar pada saat kedatangan, proses penanganan kapal pesiar
mengenai kegiatan shore excursion dan proses penanganan kapal pesiar pada
saat keberangkatan. Berikut adalah pembahasan mengenai proses-proses
penanganan kapal pesiar berdasarkan hasil pengamatan kami selama berada di
lapangan :

1. Proses Penanganan Kedatangan Kapal Pesiar


Tabel 5.1
Proses Penanganan Kedatangan Kapal Pesiar
No Aspek Ya Tidak
1 Agen pelayaran menyampaikan berita kedatangan kapal pesiar 
kepada KSOP dan instansi terkait .
2 Petugas pandu dan agen pelayaran naik keatas kapal membawa 
warta kapal untuk diisi oleh nahkoda.
3 Nahkoda membawa kapal kedermaga/pelabuhan yang ditunjuk 
oleh pihak KSOP
4 Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak imigrasi 

5 Pemeriksaan dari instansi terkait (Kesehatan pelabuhan, bea 


cukai, dan karantina)
Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel ceklis diatas pada saat kapal akan tiba di pelabuhan
Kota Parepare petugas pelayaran yang menangani kapal pesiar wajib
memberitahukan bahwa akan ada kapal yang akan berlabuh di Pelabuhan
tersebut. Maka dari itu pihak perusahaan pelayaran akan memberikan informasi
kepada KSOP, dan tembusan kepada instansi terkait lainnya. Berdasarkan
pengamatan yang kami lakukan di lapangan, agen pelayaran (PT. Surya
Bintang Timur) yang telah ditunjuk oleh perusahaan kapal pesiar telah
memberitahukan mengenai kedatangan kapal pesiar ini kepada pihak KSOP dan
instansi terkait lainnya dari 3 bulan sebelum kedatangan kapal tersebut.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas imigrasi telah dilakukan di


port of call pertama yang disinggahi kapal pesiar Caledonian Sky yakni port of
call yang ada di Bali. Ketika kapal pesiar Caledonian Sky ini datang, petugas
105

pandu dan agen pelayarannaik ke atas kapal dengan membawa warta kapal
untuk diisi oleh nahkodayang kemudian akan diserahkan kepada KSOP
(Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan). Lalu proses selanjutnya adalah
nahkodaakan membawa kapal ke dermaga yang telah ditunjuk oleh KSOP,
pelabuhan yang ditunjuk oleh KSOP adalah Pelabuhan Cappa Ujung Kota
Parepare.

Setelah itu, petugas dari instansi terkait melakukan pemeriksaan sesuai


tupoksi yang ada, pemeriksaan tersebut berupa kesehatan pelabuhan untuk
mengetahui kondisi kesehatan para wisatawan kapal pesiar, kemudian
pemeriksaan bea cukai serta karantina untuk memastikan barang bawaan yang
dibawa oleh wisatawan dan seluruh petugas kapal pesiar aman dan memenuhi
semua aturan dan ketentuan yang berlaku. Kemudian pada saat berlabuh di
Pelabuhan Cappa Ujung, kapal pesiar tersebut dilarang melakukan hal-hal lain
seperti embarkasi, debarkasi, bongkar muat barang dan kegiatan lain yang dapat
menimbulkan kekacauan di pelabuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di Pelabuhan


Cappa Ujung, proses penanganan pada saat kedatangan kapal pesiar yang
dilakukan telah sesuai dengan teori mengenai penanganan kapal pesiar yang
ada pada hal 13.

2. Proses Penanganan Shore Excursion

Tabel 5.2
Proses Penanganan Shore Excursion
NO ASPEK YA TIDAK
1 Jadwal perjalanan (itinerary) telah di persiapkan oleh perusahaan √
kapal pesiar
2 Adanya kerjasama antara tour operator dan perusahaan kapal pesiar √
dalam merancang program tour
3 Adanya time managing saat wisatawan berada di pelabuhan √

4 Sudah tersedia transportasi saat wisatawan turun dari kapal pesiar √


106

5 Kualitas transportasi sudah memadai menurut wisatawan √

6 Tour Guide dapat berkomunikasi secara baik dengan wisatawan √

7 Adanya pengecekan ulang tentang berapa wisatawan yang mengikuti √


shore excursion
8 Para wisatawan telah mengetahui shore excursion yang akan mereka √
ikuti
9 Peralatan selama shore excursion sudah lengkap (obat-obatan dan √
lain-lain)
10 Pihak kapal pesiar sudah menyelesaikan administrasi saat berada di √
pelabuhan
11 Adanya pertemuan saat di pelabuhan antara tour operator dengan √
tim shore excursion kapal sebelum wisatawan mengikuti tour
12 Tour Escort turun dari kapal dan menuju bus terlebih dahulu √
sebelum wisatawan
13 Adanya komunikasi terlebih dahulu antara tour escort dengan tour √
guide
Sumber : Hasil Olahan Data

Pada saat peneliti mengikuti shore excursion menuju Tana toraja,


Jadwal perjalanan (itinerary) telah di persiapkan sebelumnya oleh perusahaan
kapal pesiar, ada berbagai factor yang di pertimbangkan oleh perusahaan kapal
pesiar saat merancang jadwal perjalanan. Beberapa faktor tersebut di antranya
adalah faktor logistik seperti bahan bakar dan waktu yang di perlukan untuk
mengikuti shore excursion tersebut. Dalam membuat program tour tersebut
perusahaan kapal pesiar bekerja sama dengan tour operator seperti membuat
brosur, memperkenalkan terlebih dahulu tentang daerah yang akan mereka
kunjungi dan menyiapkan kebutuhan wisatawan selama melakukan tour.

Saat berada di pelabuhan tour operator dan perusahaan kapal pesiar


telah melakukan time managing, contohnya berapa lama wisatawan berada di
pelabuhan karena perlu waktu untuk wisatawan membawa barang-barangnya
dan turun dari kapal pesiar untuk menuju bus. Karena jika time managing ini
tidak berjalan dengan baik, waktu yang telah di atur untuk tour pun akan sedikit
berantakan. Dari pihak tour operator yang di percaya untuk meng-handleshore
excursion di Tana Toraja ini sudah menyediakan bus untuk wisatawan yang
akan melakukan tour dan bus ini sudah terparkir beberapa jam sebelum kapal
107

pesiar tiba. Untuk aspek kualitas transportasi yang di gunakan wisatawan


menuju Tana Toraja, dari kuisioner yang kami bagikan para wisatawan menilai
kualitas bus dengan baik (memadai).

Pihak tour operator juga sudah menyiapkan tour guide dari HPI
(Himpunan Pramuwisata Indonesia) yang berkompeten untuk menemani selama
tour berlangsung. Tour Guide yang di pilih pun tentu dapat berkomunikasi
secara baik dengan wisatawan dan paham mengenai Tana Toraja, karena
sebagian tour guide berasal dari kota tersebut. Sebelum kapal datang, pihak
tour operator dan perusahaan kapal pesiar melakukan pengecekan ulang ada
berapa jumlah wisatawan yang akan mengikuti kegiatan shore excursion. Pihak
perusahaan kapal pesiar telah memberitahukan kepada para wisatawan kapal
pesiar yang akan mengikuti shore excursion tentang komponen tour tersebut,
kemana mereka akan pergi, atraksi wisata apa saja yang akan mereka kunjungi,
serta berapa lama mereka melakukan tour tersebut. Tim shore excursion kapal
juga mengkonfirmasi kembali apa saja yang dibutuhkan wisatawan saat
melakukan tour dan menyiapkan kebutuhan bagi wisatawan yang berkebutuhan
khusus.

Saat kapal pesiar sudah berlabuh, pihak kapal pesair telah


menyelesaikan hal-hal yang perlu di selesaikan oleh pihak kapal seperti
administrasi. Setelah semua hal sudah sesuai kapal berhak membuang jangkar
ditempat yang sudah ditunjuk atau mengikat kapal dipelabuhan. Pada saat
kapal sudah berlabuh, tim shore excursion kapal dan tour operator bertemu
terlebih dahulu sebelum para wisatawan turun dari kapal. Tour escort dan tour
guide melakukan perkenalan dan perbincangan terlebih dahulu sebelum para
wisatawan turun dari kapal dan menuju bus.

3. Proses Penanganan Keberangkatan Kapal Pesiar


Tabel 5.3
Proses Penanganan Keberangkatan Kapal Pesiar
No Aspek Ya Tidak
108

1 Memenuhi surat-surat yang diminta oleh KSOP (Surat 


pernyataan dari Nahkoda, Imigrasi, Kesehatan pelabuhan , Bea
Cukai, Pelindo, dan daftar muatan)
2 Agen pelayaran mengajukan Port Clearence kepada KSOP 

3 Petugas pandu membantu pemanduan kapal pesiar sampai 


dengan batas perairan wajib pandu.
4 Pengecekan ulang kapal oleh petugas pandu sebelum kapal 
berlayar bebas.
Sumber : Hasil Olahan Data

Pada saat kapal akan berangkat dari pelabuhan ada beberapa proses
yang dilakukan yakni, pemenuhan semua persyaratan termasuk surat-surat yang
diperlukan seperti surat pernyataan dari nahkoda, imigrasi, kesehatan
pelabuhan, bea cukai, PELINDO serta daftar muatan barang dari kapal pesiar
tersebut. Kemudian setelah surat-surat tersebut terpenuhi dengan lengkap,
KSOP akan mengeluarkan port clearance yang diperlukan kapal pesiar.
Sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, akan ada petugas pandu yang
membantu nahkoda sampai batas perairan wajib pandu. Kemudian petugas
pandu juga kembali memeriksa keadaan kapal pesiar tersebut, apabila
ditemukan hal-hal yang membahayakan kesalamatan kapal dan penumpang
maka petugas pandu akan mencabut portclearance dan mengembalikannya
kepada KSOP.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan, proses


penanganan keberangkatan kapal pesiar di Pelabuhan Cappa Ujung Kota
Parepare telah sesuai dengan teori mengenai proses keberangkatan kapal pesiar
yang ada pada hal 13.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PORT OF CALL


DIJADIKAN DESTINASI

Berdasarkan pengamatan yang telah peneliti lakukan dilapangan, jika


dikaitkan dengan teori yang telah dijabarkan oleh Philips Gibson (2006:7)
mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan suatu tempat/wilayah dapat
109

dijadikan sebagai port of call yang baik serta dapat memberikan kesan yang
unik dan menarik bagi wisatawan kapal pesiar, dari segi pelabuhan sendiri Kota
Parepare memenuhi beberapa faktor yang menentukan bahwa suatu port of call
dapat dijadikan sebuah destinasi bagi wisatwan. Pelabuhan yang dimaksud
disini adalah pelabuhan Nusantara dan juga pelabuhan Cappa ujung yang
sebenarnya merupakan pelabuhan cadangan yang digunakan pada saat
pelabuhan utama penuh. Berikut adalah faktor-faktor yang dimaksud :

a) Pelabuhan

1. Pelabuhan memiliki rata-rata kedalaman 35ft (10,75 meter) pada saat


air surut.
Berdasarkan data yang peneliti dapat dari Pelindo, kedalaman laut
yang dimiliki oleh pelabuhan di Kota Parepare yakni mencapai 12 m
maka salah satu faktor yang telah disebutkan diatas telah terpenuhi.

2. Memiliki kondisi pelabuhan yang aman dan terlindungi dengan baik.


Berdasarkan survey yang telah peneliti lakukan dilapangan, pada saat
kedatangan kapal pesiar terdapat pengamanan yang cukup aman
karena pihak pemerintah setempat menyediakan beberapa personil
kepolisian baik polisi darat maupun polisi laut.

3. Gateway pelabuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dengan pusat


kota.Jarak dari pelabuhan menuju pusat kota pun tidak begitu jauh,
dapat ditempuh kurang lebih 15 menit menggunakan kendaraan baik
beroda dua maupun beroda empat. Para wisatawan kapal pesiar
biasanya lebih memilih menggunakan trasnportasi tradisional berupa
becak dan ojek yang telah disediakan disekitar pelabuhan.

4. Tersedia souvenir shop bebas pajak di dalam kawasan pelabuhan.


110

Untuk ketersedian souvenir shop sendiri memang belum ada, baik di


dalam kawasan pelabuhan maupun di Kota Parepare itu sendiri.
Namun pemerintah melalui DOPP (Dinas Olahraga Pemuda dan
Pariwisata) sedang melakukan pembinaan dan pelatihan bagi
masyarakat lokal sebagai upaya untuk memberdayakan kemampuan
yang dimiliki masyarakat lokal.

5. Menjadi pelabuhan yang multifungsi (sebagai pelabuhan penumpang,


port of call dan bongkar muat barang).
Yang menjadi pelabuhan utama di Kota Parepare adalah Pelabuhan
Nusantara / Pelabuhan Ajataparreng dan yang menjadi pelabuhan
cadangan adalah Pelabuhan Cappa Ujung. Kedua pelabuhan ini
menjadi pelabuhan yang multifungsi, karena dapat digunakan untuk
pelabuhan penumpang / orang baik nusantara maupun mancanegara
dan juga dapat digunakan sebagai pelabuhan untuk proses bongkar
muat barang.

6. Memiliki pelayanan jasa yang profesional


Pelayanan yang diberikan belum merupakan pelayanan yang
profesional, karena pihak pemerintah setempat hanya menyediakan
pelayanan yang sederhana berupa tarian selamat datang dan money
changer yang seadanya. Fasilitas yang tersedia di Pelabuhan Nusantara
cukup lengkap dan membuat para wisatawan merasa nyaman, namun
untuk ketersediaan fasilitas di Pelabuhan Cappa Ujung masih sangat
terbatas, bahkan ketersediaan toilet pun belum ada.

b) Destinasi

1. Adanya sight seeing / shore excursionyang menarik.


Karena luas wilayah Kota Parepare yang tidak terlalu luas dan jarak
dari pelabuhan ke atraksi-atraksi wisata yang ada tidak begitu jauh
maka wisatawan dapat dengan mudah berkeliling untuk sekedar
111

menkmati suasan Kota Parepare. Salah satu contoh kegiatan sight


seeing yang dapat dilakukan oleh wisatawan antara lain yakni
menikmati suasana di sepanjang Pantai yang berada di dekat
pelabuhan, selain itu wisatawan juga dapat menikmati makanan
maupun minuman yang tersedia di kawasan kuliner Parepare Beach.
Untuk kegiatan shore excursion sampai dengan saat ini memang belum
ada travel agent yang menyediakan kegiatan tersebut, namun apabila
wisatawan ingin melakukan kegiatan shore excursion Parepare City
Tour pihak HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) di Kota Parepare
dapat mengakomodir hal tersebut untuk menjadi guide selama mereka
berada di Kota Parepare.
2. Tersedia tempat hiburan malam yang menarik.
Ketersediaan jumlah tempat hiburan malam di Kota Parepare cukup
banyak dan beragam, mulai dari Club malam, rumah bernyanyi
(karaoke) hingga kuliner malam hari tersedia di Kota ini. Letak dari
pelabuhan ke tempat hiburan malam tersebut pun tidak terlalu jauh dan
dapat diakses oleh wisatawan dengan waktu yang relatif cepat.
Tersedia 1 Club malam yakni Planet Pool & Café dan 6 rumah
bernyanyi diantaranya adalah Inul Vista, Idola, Nav Karaoke, Lyrics,
Hush Puppies, dan Inbox di Kota Parepare ini.

3. Dapat menampung kapal pesiar dalam klasifikasi Mega Ships


Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan dan data yang
diperoleh dari PELINDO dan KSOP Kota Parepare kapal pesiar yang
paling besar yang pernah berlabuh di Kota Parepare yakni kapala
Artania Mv dengan berat 44.000 GT dengan daya tamping wisatawan
mencapai 1000 orang lebih.

4. Dekat dengan bandara yang bertarafinternasional


112

Dalam hal ini Kota Parepare sendiri belum memiliki fasilitas bandara,
bandara Internasional yang jaraknya paling dekat dengan Kota
Parepare adalah Bandara Sultan Hassanudin yang berada di Kabupaten
Maros dekat Kota Makassar. Waktu tempuh dari Kota Parepare
menuju ke Bandara ini adalah sekitar 3 – 4 jam.

5. Memiliki kegiatan yang menarik baik kegiatan yang dilakukan di air


maupun dilakukan di darat
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di Kota Parepare,
kegiatan air yang dapat dilakukan dan cukup menarik adalah
menyusuri sungai Salo Karajae dengan menggunakan perahu milik
masyarakat lokal, disini wisatawan dapat menikmati keindahan sungai
yang diapit oleh rimbunnya pepohonan. Selain itu wisatawan juga
dapat melihat aktivitas para masyarakat lokal yang bekerja sebagai
nelayan saat mencari ikan di laut maupun di dekat pantai. Sedangkan
kegiatan darat yang cukup menarik dan dapat dilakukan yakni wisata
belanja di Pasar Senggol dan juga wisata kuliner di kawasan kuliner
Parepare Beach.

6. Memiliki kebudayaan yang unik serta nilai sejarah yang tinggi.


Kebudayaan yang dimiliki oleh Kota Parepare cukup unik, setidaknya
Dinas Pariwisata Kota Parepare berupaya agar kebudayaan yang ada
akan terus dilestarikan dengan baik melalui berbagai festival-festival
yang diadakan di Kota Parepare seperti Festival Malippa, Festival Salo
Karajae, Festival Mappadendang. Festival-fetsival tersebut
mengangkat nilai kebudayaan dan sejarah yang dimiliki Kota Parepare.

7. Memiliki pemandangan panorama yang indah


Letak geografis dari Kota Parepare cukup unik, karena terdiri dari
dataran tinggi perbukitan dan juga dataran rendah yang langsung
113

terhubung dengan laut lepas. Apabila wisatawan berada di dataran


yang lebih tinggi maka dapat melihat pemandangan keseluruhan Kota
Parepare beserta panorama keindahan laut lepas.

Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan diatas pada bagian


pelabuhan Kota Parepare hanya dapat memenuhi 4 dari 6 faktor yang ada,
faktor yang belum dapat dipenuhi yakni mengenai ketersediaan souvenir shop
di dalam kawasan pelabuhan juga belum adanya pelayanan jasa yang
profesional terutama dalam hal ketersediaan fasilitas yang memadai. Kemudian
pada bagian destinasi Kota Parepare dapat memenuhi 6 dari 7 faktor yang ada,
fakor yang belum dapat dipenuhi yakni jarak pelabuhan yang dekat dengan
Bandara Internasional. Hal tersebut dikarenakan sampai dengan saat ini belum
ada fasilitas bandara di Kota Parepare, bandara yang terdekat yakni Bandara
Sultan Hasanudin yang dapat dicapai dengan waktu 3 – 4 jam perjalanan.

D. KONDISI ATRAKSI WISATA DI KOTA PAREPARE


a. Pantai Lumpue
Tabel 5.4
Penilaian Pantai Lumpue

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 3
2 Kebersihan √ 3
3 Local Guide √ 1
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 3
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 2
114

11 Tempat parkir √ 4
JUMLAH 23
Sumber : Hasil Olahan Data
Keterangan :

11 22 33 44 55
(Sangat Kurang) (Kurang) (cukup) (Baik) (Sangat Baik)

Pantai Lumpue dapat dikatakan memiliki kondisi yang kurang baik,Ini


dapat terlihat dari beberapa hasil penilaian checklist diatas.Seperti daya tarik
,daya tariknya hanya memiliki bobot nilai 3 yang artinya cukup.Hal ini
disebabkan karena Pantai Lumpue memilki karakteristik yang sama dengan
pantai pada umumnya . Dari segi kebersihan, memiliki bobot nilai 3 yang
artinya cukup, karena sebagian besar wilayah pantai masih terjaga
kebersihannya. Pada segi local guide, hanya mendapat nilai 1 karena tidak
adanya sama sekali local guide yang siap untuk membantu wisatawan. Lalu
untuk penilaian information centre, mendapat bobot nilai 1 , karena tidak
tersedianya information centre dapat membuat wisatawan kesulitan dalam
mencari informasi berkaitan dengan kegiatan wisata. Untuk klinik pun hanya
mendapat bobot nilai 1, karena jika tidak ada klinik maka wisatawan yang
terluka akan kesulitan mendapatkan pertolongan pertama. Tempat sampah
mendapat bobot nilai 3, karena jumlah dan ketersediaanya sudah mencukupi.
Tempat ibadah mendapat bobot nilai 1, karena tidak adanya tempat untuk
beribadah bagi turis. Untuk restaurant mendapat bobot nilai 3, karena
restaurant yang ada sudah memadai. Toilet pun hanya mendapat bobot nilai 2
karena kurang terawat. Tempat parkir mempunyai bobot nilai 2 karena mampu
menampung banyak kendaraan. Jumlah bobot nilai dari pantai Tongrangeng ini
adalah 23 yang memiliki arti cukup . Hal tersebut dapat dilihat dari tabel ceklis
diatas bahwa fasilitas yang ada masih banyak yang kurang terawat dan bahkan
terdapat beberapa fasilitas wisata yang masih belum tersedia. Selain itu,
pengelolaan yang dilakukan masih dikelola oleh masyarakat lokal.

b. Pantai Tonrangeng
115

Tabel 5.5
Penilaian Pantai Tonrangeng
No Aspek Kondisi Nilai
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 4
2 Kebersihan √ 2
3 Local Guide √ 1
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 3
11 Tempat parkir √ 4
JUMLAH 22
Sumber : Hasil Olahan Data

Dari segi daya tarik, Pantai Tongrangeng memiliki bobot nilai 4 karena
merupakan pantai yang masih cukup alami. Tetapi kebersihan Pantai hanya
mendapat bobot nilai 2 karena banyaknya sampah yang berserakan di sekitar
pantai. Untuk local guide, information centre, dan klinik hanya mendapat
bobot nilai 1 karena tidak tersedianya fasilitas tersebut. Untuk tempat sampah
mendapat bobot nilai 3 karena sudah tersedia dengan jumlah cukup. Untuk
tempat ibadah, restaurant , dan souvenir shop mendapat bobot nilai 1 karena
tidak tersedianya fasilitas tersebut. Sedangkan tempat parkir memiliki bobot
nilai 2, karena mampu menampung banyak kendaraan yang dibawa wisatawan.
Jumlah nilai bobot dari pantai Tongrangeng ini ialah 22 yang berarti kurang.
Ukuran dari pantai ini memang agak kecil, oleh karena itu disini belum
116

tersedianya fasilitas yang memadai serta kebersihan yang memang sangat


kurang.

c. Goa Tompangnge
Tabel 5.6
Penilaian Goa Tompangnge
No Aspek Kondisi Nilai
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 4
2 Kebersihan √ 2
3 Local Guide √ 3
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 1
11 Tempat parkir √ 1
JUMLAH 19
Sumber : Hasil Olahan Data

Goa Tompangnge dari segi daya tarik mendapat bobot nilai 4 karena
wisatawan bisa melihat ratusan bahkan ribuan kelelawar yang ada di dalam goa.
Untuk kebersihan sendiri hanya mendapat bobot nilai 2 karena banyaknya
kotoran kelelawar yang menimbulkan aroma tidak sedap bagi wisatawan yang
berkunjung. local guide sendiri mendapat bobot nilai 3 karena guide lokal
memiliki pengetahuan yang cukup baik pada saat memandu wisatawan ke
dalam goa.

Tidak adanya information centre dan klinik dapat mengakibatkan


masalah bagi para pengunjung, sehingga hanya mendapat bobot nilai 1. Untuk
117

ketersediaan tempat sampah sudah baik, karena itu mendapat bobot nilai 3.
Untuk fasilitas lain seperti tempat ibadah, restaurant, souvenir shop, toilet, dan
tempat parkir hanya mendapat bobot nilai 1 karena tidak adanya fasilitas
tersebut di area Goa Tompangnge. Maka dapat disimpulkan atraksi wisata Goa
Tompangnge ini memiliki jumlah bobot nilai 19, yang artinya kurang. Hal
tersebut dikarenakan masih banyaknya fasilitas wisata yang belum tersedia
ditempat tersebut.

d. Salo Karajae (Sungai Karajae)


Tabel 5.7
Penilaian Salo Karajae
No Aspek Kondisi Nilai
Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 5
2 Kebersihan √ 4
3 Local Guide √ 3
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 1
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 5
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 3
11 Tempat parkir √ 4
JUMLAH 29
Sumber : Hasil Olahan Data

Salo karajae merupakan sungai terbesar di kota Parepare. Sungai ini


sangat unik karena lokasinya yang dekat dengan laut bahkan sungai ini
berujung menuju ke arah laut. Oleh sebab itu pengunjung dapat melihat
keindahan matahari terbenam dari tepian sungai, maka ke daya tarik dari
118

sungai ini memiliki bobot 5 . Sedangkan dengan bobot nilai 4 kebersihan di


sungai ini juga sudah baik karena disepanjang sungai hanya terdapat dedaunan
dan tidak ada sampah rumah tangga namun warna dari sungai ini adalah
cokelat . Fasilitas yang terdapat disini tidak begitu banyak, hanya terdapat
restaurant yang cukup terkenal di Parepare yaitu restaurant Teras empang.
Sedangkan fasilitas lainnya diberi bobot nilai 1 karena tidak adanya fasilitas
yang telah disebutkan ditabel seperti information centre, klinik, tempat
sampah, tempat ibadah dan souvenir shop. Hal tersebut dikarenakan Salo
Karajae merupakan objek wisata alam berupa sungai maka tidak ada fasilitas
wisata disekitarnya. Untuk tempat parkirnya pengunjung dapat memarkirkan
kendaraannya dipinggir-pinggir sungai maka nilai bobotnya diberi 4. Maka
dapat disimpulkan bahwa Salo Karajae memiliki bobot nilai 29 yang berarti
cukup, hal tersebut disebabkan karena Salo Karajae hanya memiliki
keunggulan di daya tariknya saja sedangkan fasilitas pendukung yang menjadi
pelengkap suatu destinasi itu belum tersedia.

e. Pantai Mattirotasi
Tabel 5.8
Penilaian Pantai Mattirotasi

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 4
2 Kebersihan √ 2
3 Local Guide √ 1
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 5
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 1
11 Tempat parkir √ 4
119

JUMLAH 24
Sumber : Hasil Olahan Data

Pantai Mattirotasi memiliki bobot daya tarik 4 karena pantai ini


merupakan pantai yang biasa dikunjungi oleh masyrakat lokal kota Parepare
untuk melihat sunset pada sore hari sehingga tidak ada fasilitas wisata yang
begitu signifikan dipantai ini seperti tidak adanya local guide, information
centre ,klinik ,tempat ibadah, souvenir shop dan toilet maka kami beri nilai
bobot 1 . Kondisi dipantai ini tidak begitu bersih masih banyak sampah yang
berserakan disekitar pantai maka bobot nilainya sebesar 2 . Sedangkan
fasilitas yang tersedia di pantai ini adalah jogging track dan restaurant.
Kondisi dari jogging track tersebut pun belum terlalu terawat dikarenakan
masih banyak sampah yang berserakan meskipun telah disediakannya tempat
sempah disekitar pantai, maka pada kolom tempat sampah kami beri bobot 4
yang berarti baik karena dengan tersedianya tempat sampah maka dilihat dari
sikap pengunjungnya sendiri yang sadar atau tidaknya dengan kebersihan
disekitar pantai . Dan untuk restaurant terdapat disepanjang jalan mattirotasi
itu sendiri. Sedangkan untuk tempat parkir kami beri bobot 4 karena terdapat
lahan parkir yang cukup besar di dekat area jogging track. Maka dapat
disimpulkan pantai ini memiliki jumlah bobot 24 yang memiliki arti cukup.
Hal tersebut dikarenakan tidak seimbangnya daya tarik dan fasilitas yang
dimiliki oleh pantai ini.

f. Hutan Raya Jompie


Tabel 5.9
Penilaian Hutan Raya Jompie
No Aspek Kondisi Nilai
120

Sangat Baik Cukup Kurang Sangat


baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 5
2 Kebersihan √ 2
3 Local Guide √ 5
4 Information centre √ 4
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 1
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 2
11 Tempat parkir √ 4
JUMLAH 27
Sumber : Hasil Olahan Data

Hutan raya jompie menjadi hutan kota satu-satunya yang berada dikota
Parepare. Hutan ini memiliki bobot daya tarik 5 karena jika dilihat dari jalan
raya maka pengunjung dapat melihat dua pemandangan sekaligus yaitu
pemandangan hutan serta pemandangan laut. Selain itu banyak jenis pohon
atau tanaman yang terdapat dihutan ini. Kebersihan dari hutan ini juga dinilai
kurang karena banyak sekali lumut disepanjang jalan setapak yang bisa
membahayakan pengunjung serta kondisi hutan yang juga belum begitu
terawat maka kami memberi bobot nilai 2 pada kolom kebersihan. Bobot nilai
5 kami berikan pada kolom local guide karena Jika terdapat wisatawan yang
ingin mengunjungi hutan ini terdapat local guide atau pemandu yang berasal
dari perhutani yang siap memberikan penjelasan mengenai apa saja yang
terdapat dihutan ini.
Fasilitas lainnya pun cukup lengkap seperti ketersediaannya
information centre dengan bobot nilai 4, parkir yang cukup luas dengan bobot
4 serta toilet yang kurang baik karena kondisinya yang kotor maka kami beri
121

bobot nilai 1 sedangkan fasilitas lainnya kami beri bobot 1 karena ketidak
tersediaannya fasilitas-fasilitas terkait dihutan ini. Maka dapat disimpulkan
bahwa hutan jompie ini memiliki nilai 27 yang memiliki arti cukup, karena
walaupun hutan jompie ini memiliki daya tarik yang sangat baik namun
pengelolaan di hutan ini masih harus ditingkatkan.

g. Makam Datu Lacincing


Tabel 5.10
Penilaian Makam Datu Lacincing

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 3
2 Kebersihan √ 3
3 Local Guide √ 2
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 1
11 Tempat parkir √ 2
JUMLAH 19
Sumber : Hasil Olahan Data
122

Makam Datu Lacincing ini merupakan atraksi wisata yang cukup unik,
dapat di lihat dari tabel di atas bahwa untuk keunikan makam ini memiliki
bobot nilai 3, yang artinya cukup. Makam ini merupakan bukti sejarah
penyebaran agama Islam di Kota Parepare, oleh karena itu makam ini
merupakan situs sejarah yang masih di jaga oleh masyarakat hingga saat ini.
Untuk aspek kebersihan makam ini memiliki bobot nilai 3 juga, yang artinya
cukup. Karena penjaga makam ini yang rumahnya tepat berada di depan
kompleks makam, penjaga makam ini selalu rutin untuk membersihkannya.
Local Guide dapat dinyatakan baik dengan memiliki bobot nilai 4, local guide
dari makam ini adalah seorang warga yang merangkap sekaligus sebagai
penjaga makam. Rumah sang local guide pun sangat dekat dengan kompleks
makam, yaitu hanya berjarak 100m. Information Centre dan Klinik masih di
nyatakan sangat kurang dengan memiliki bobot nilai 1, karena di sekitar
komplek makam tidak ada information centre dan klinik. Pengunjung dapat
mendapatkan informasi tentang makam dari sang penjaga makam. Aspek
tempat sampah memiliki bobot nilai 3, yang artinya cukup. Di kompleks
makam ini terdapat tempat sampah, entah di dalam kompleks makam atau di
luar kompleks makam itu sendiri. Tempat ibadah, restaurant, souvenir shop,
dan toilet memiliki bobot nilai 1 yang artinya sangat kurang, karena di area
kompleks makam ini tidak tersedia restaurant, souvenir shop dan toilet. Para
pengunjung dapat memarkirkan kendaraan roda empat mereka di jalanraya
depan kompleks masyarakat, karena untuk menuju kompleks makam ini
haruslah berjalan kaki atau menaiki kendaraan rodadua. Sehingga pada
checklist penilaian di atas tempat parkir memiliki bobot nilai 2 yang artinya
kurang. Secara keseluruhan penilaian untuk makam Datu Lacincing ini
memiliki jumlah nilai 19 yang memiliki arti kurang, karena makam ini berada
ditengah-tengah pemukiman warga dengan lokasi yang tidak begitu luas maka
fasilitas yang tersediapun hanya fasilitas seadanya.

h. Kawasan Kuliner Parepare Beach


123

Tabel 5.11
Penilaian Kawasan Kuliner Parepare Beach

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 3
2 Kebersihan √ 3
3 Local Guide √ 4
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 3
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 1
11 Tempat parkir √ 2
JUMLAH 21
Sumber : Hasil Olahan Data

Keunikan Kawasan Kuliner Parepare Beach ini di nilai cukup dengan


memiliki bobot nilai 4, kawasan ini unik karena perpaduan antara wisata
kuliner dan wisata belanja (pasar senggol). Setelah para pengunjung
menikmati kuliner khas Parepare sepanjang garis pantai, setelah itu
pengunjung dapat langsung berbelanja di pasar senggol. Kebersihan di nilai
cukup dengan memiliki bobot nilai 4, karena setiap penjual makanan di
sepanjang garis pantai memiliki tempat sampah. Untuk aspek local guide,
information centre, dan klinik di nilai masih sangat kurang dengan memiliki
bobot nilai 1 karena di daerah kawasan kuliner ini tidak tersedia tiga aspek
tersebut. Seperti yang di jelaskan di aspek kebersihan karena setiap stand
makanan memiliki tempat sampah, maka aspek tempat sampah ini memiliki
bobot nilai 3 juga.
124

Tempat ibadah dan restaurant di nilai sangat baik dengan bobot nilai
4, tempat ibadah tepat berada di ujung kawasan kuliner ini atau berada di tepat
di depan pintu masuk pasar senggol. Tempat ibadah ini tidak hanya berbentuk
mushola namun berbentuk masjid. Sepanjang garis pantai ini adalah tempat
yang disediakan untuk menjajakan makanan yang secara otomatis pengunjung
akan sangat mudah mencari makanan jika mereka merasa lapar. Di daerah
kawasan kuliner ini souvenir shop masih di nilai kurang dengan memiliki
bobot nilai 2, di daerah ini tersedia toko yang menjual pakaian batik khas
Provinsi Sulawesi (Bugis) namun toko yang tersedia hanya ada satu sehingga
masih di nilai kurang. Bagi para pengunjung yang mencari toilet, fasilitas
toilet ini berada di dekat Pasar Senggol sehingga masih di nilai cukup dengan
memiliki bobot nilai 2, meskipun lebih baik jika jumlahnya di tambah.
Tempat parkir di nilai baik dengan bobot nilai 3, yang berarti kawasan kuliner
ini memiliki area parkir yang luas. Dapat disimpulkan bahwa jumlah bobot
nilai dari kawasan kuliner Parepare beach ini adalah 21 yang mempunyai arti
sangat kurang, karena kawasan kuliner Parepare ini hanyalah tempat makan
dipinggir pantai yang mempunyai fasilitas seadanya dan kebersihan yang
terhitung kurang bersih. Selain itu pasar yang terdapat didekat kawasan
kuliner ini pun hanyalah pasar yang menjual pakaian bekas dan kecil
kemungkinan bagi wisatawan kapal pesiar untuk mendatangi pasar ini.

i. Bendungan Lappa Angin


Tabel 5.12
Penilaian Bendungan Lappa Angin

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 2
2 Kebersihan √ 3
3 Local Guide √ 1
4 Information centre √ 1
5 Klinik √ 1
125

6 Tempat sampah √ 1
7 Tempat ibadah √ 1
8 Restaurant √ 1
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 1
11 Tempat parkir √ 1
JUMLAH 14
Sumber : Hasil Olahan Data

Bendungan Lappa Angin adalah salah satu atraksi wisata yang ada di
Kota Parepare. Kedalaman dari bendungan ini berkisar antara 3 – 4 meter.
Dari sisi daya tarik Bendungan Lappa Angin ini memiliki bobot nilai 2
(kurang), karena keunikan yang dimiliki oleh atraksi ini kurang menarik bagi
wisatawan, karena bendungan ini hampir sama seperti bendungan-bendungan
lain pada umumnya dan juga tidak memiliki keunikan tersendiri diantara
bendungan-bendungan yang lain. Untuk aspek kebersihan, bendugan ini
memiliki bobot nilai 3 (cukup) karena kami hanya melihat sedikit sampah-
sampah yang berserakan dan juga kondisi dari airnya tidak terlalu keruh
ataupun cokelat. Di bendungan Lappa Angin ini wisatawan juga dapat
berenang maupun berendam. Untuk local guide, berbobot nilai 1 (sangat
kurang) karena disana tidak terdapat local guide. Untuk information center,
klinik, tempat ibadah, restaurant, souvenir shop, tempat sampah, dan toilet
kami juga memberikan nilai 1 (sangat kurang) karena di bendungan Lappa
Angin tersebut sama sekali tidak memiliki fasilitas-fasilitas tersebut.
Sebenarnya lokasi ini juga sangat cocok untuk dijadikan tempat untuk
melakukan kegiatan outbound karena memiliki area yang cukup luas dan
menarik. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah bobot nilai dari bendungan
ini yaitu 14 yang berarti sangat kurang, sama halnya dengan atraksi wisata
lainnya kekurangan dari atraksi wisata ini adalah ketersediaan fasilitas wisata
yang dinilai kurang dan bahkan ada beberapa yang belum tersedia.
126

j. Waterboom Parepare
Tabel 5.13
Penilaian Waterboom Parepare

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 3
2 Kebersihan √ 4
3 Local Guide √ 1
4 Information centre √ 4
5 Klinik √ 4
6 Tempat sampah √ 4
7 Tempat ibadah √ 4
8 Restaurant √ 4
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 4
11 Tempat parkir √ 3
JUMLAH 36
Sumber : Hasil Olahan Data

Waterboom Kota Parepare adalah salah satu atraksi wisata buatan yang
saat ini sangat digandrungi oleh masyarakat lokal di Kota Parepare maupun
masyarakat dari kabupaten-kabupaten sekitar. Waterboom ini memiliki tingkat
keunikan yang cukup karena pada dasarnya waterboom ini hanya kolam
renang yang memiliki wahana seluncur untuk anak-anak maupun untuk
dewasa. Untuk daya tarik memiliki bobot nilai 3 (cukup) karena dari segi
kedalaman kolam memiliki berbagai variasi yakni untuk anak kecil, remaja
hingga orang tua. Untuk aspek kebersihan, waterboom ini memiliki bobot
nilai 4 (baik),karena air didalam kolam renang ini cukup jernih dan bersih.
Local guide tidak tersedia di waterboom ini, sehingga nilai bobot yang
diberikan adalah 1 (sangat kurang). Dari fasilitas pendukung seperti
127

information center, klinik, tempat sampah, tempat ibadah, restaurant, dan


toilet memiliki bobot nilai 4 (baik) , karena pada dasarnya semua fasilitas
pendukung ini sudah tersedia di area waterboom. Lalu untuk aspek souvenir
shop kami memberikan bobot nilai 1 (sangat kurang) karena tidak ada sama
sekali penjual souvenir shop di waterboom ini. Lahan parkir merupakan suatu
aspek yang sangat penting, untuk saat ini pihak waterboom belum memiliki
lahan parkir yang luas sehingga apabila waterboom sedang dalam keadaan
ramai pengunjung maka lahan parkir yang ada tidak dapat mencukupi.
Sehingga pada aspek ini bobot yang diberikan adalah 3(cukup). Dapat
disimpulkan jumlah bobot nilai yang dimiliki oleh waterboom ini adalah 36
yang berarti cukup. Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa waterboom ini
memiliki fasilitas yang cukup lengkap dengan kondisi yang cukup baik pula.

k. Festival Mappadendang

Tabel 5.14
Penilaian Festival Mappadendang

No Aspek Kondisi Nilai


Sangat Baik Cukup Kurang Sangat
baik kurang
(5) (4) (3) (2) (1)
1 Daya Tarik √ 4
2 Kebersihan √ 2
3 Local Guide √ 2
4 Information centre √ 2
5 Klinik √ 1
6 Tempat sampah √ 4
7 Tempatibadah √ 2
8 Restaurant √ 3
9 Souvenir Shop √ 1
10 Toilet √ 3
11 Tempat parkir √ 2
JUMLAH 26
Sumber : Hasil Olahan Data
128

Festival Mappadendang adalah salah satu festival kebudayaan yang


ada di Kota Parepare. Festival Mappadendang memiliki daya tarik yang unik
sehingga dapat membuat wisatawan yang datangke festival ini.Festival
Mappadendang adalah sebuah kegiatan permainan lesung untuk menumbuk
padi dan menghasilkan musik yang berirama. Sehingga pada aspek daya tarik
memiliki bobot nilai 4 (baik). Festival ini dilaksanakan di sebuah area yang
cukup luas di dekat pesawahan warga. Aspek selanjutnya adalah kebersihan,
selama festival berlangsung ketersediaan tempat sampah belum cukup banyak
sehingga di beberapa tempat terlihat adanya tumpukan sampah yang dibuang
di sembarang tempat, sehingga aspek ini memiliki bobot nilai 2 (kurang).
Tidak terdapat local guide maupun information centre dalam festival ini,
sehingga apabila ingin menanyakan hal-hal mengenai festival mappadendang
ini dapat bertanya kepada Ketua Adat maupun masyarakat lokal, sehingga
untuk aspek ini memiliki bobot nilai 2 (kurang). Untuk fasilitas pendukung
seperti klinik dan souvenir shop tidak tersedia di acara festival ini sehingga
bobot nilai dari aspek ini adalah 1 (sangat kurang). Sarana tempat parkir
tersedia namun area nya terbatas, sehingga bobot nilai dari aspek ini adalah 2
(kurang). Jumlah dari ceklis diatas untuk festival ini adalah 26 (Kurang)
karena sarana fasilitas wisata pada saat festival ini berlangsung masih sangat
minim.

E. KONDISI AKSESIBILITAS DI KOTA PAREPARE


1) Transportasi Umum
a) Petepete
Tabel 5.15
Penilaian Petepete
129

No Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Kenyamanan √
2 Kebersihan √
3 Kondisi fisik √
4 Ketersediaan √
Jumlah armada
Sumber : Hasil Olahan Data
Di Kota Parepare sendiri tersedia transportasi umum untuk menunjang
kebutuhan masyrakat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Namun
kondisi dari petepete tersebut menurut peneliti masih kurang layak bagi
pengguna transportasi umum terutama bagi wisatawan kapal pesiar, karena di
Negara asal mereka telah tersedia sarana trasnportasi umum yang lebih layak
untuk digunakan. Adapun beberapa kekurangan yang peneliti dapatkan, yakni
kondisi fisik dari transportasi tradisional ini yang terlihat kurang baik,
kebersihan yang kurang terawat, dan keadaan mesin yang sudah tidak layak
pakai. Selain itu, jumlah dari transportasi ini juga masih minim dengan route
yang masih terbatas karena hanya dibatasi berdasarkan daerah atau wilayah-
wilayah tertentu.

b) Ojek
Tabel 5.16
Penilaian Ojek

No Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Kenyamanan √
2 Kebersihan √
3 Kondisi fisik √
4 Ketersediaan √
Jumlah armada
Sumber : Hasil Olahan Data

Seperti halnya petepete,ojek juga termasuk kedalam transportasi


umum yang biasa digunakan oleh masyarakat Parepare. Ojek hanya dapat
130

ditemukan ditempat tertentu seperti pasar, pelabuhan dan tempat-tempat lain


yang banyak dikunjungi oleh masyarakat. Kelebihan dari tranportasi ojek ini
adalah efektivitas waktu, karena waktu tempuh yang lebih cepat dan tempat
atau tujuan yang bisa disesuaikan dengan keinginan penumpang. Ojek di
Parepare tidak jauh berbeda dengan ojek pada umumnya diIndonesia.
Beberapa dari wisatawan kapal pesiar juga tak jarang lebih memilih ojek
dibandingkan dengan transportasi lainnya karena pada saat kapal pesiar
merapat di Parepare banyak ojek yang kerap kali menawarkan jasa
transportasi bagi wisatawan yang ingin berkeliling di Kota Parepare. Dengan
meningkatnya kedatangan kapal pesiar setiap tahunnya, Dinas Pariwisata Kota
Parepare memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada para supir ojek
sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan dan kesiapan terhadap
wisatawan kapal pesiar yang datang ke Kota Parepare. Seperti yang sudah
diketahui sebelumnya, bahwa sebagian besar dari wisatawan banyak yang
berminat menggunakan sarana transportasi ini untuk berkeliling Kota
Parepare.

c) Becak
Tabel 5.17
Penilaian Becak

No Aspek Kondisi Catatan

Baik Cukup Kurang


1 Kenyamanan √
2 Kebersihan √
3 Kondisi fisik √
4 Ketersediaan √
Jumlah armada
Sumber : Hasil Olahan Data

Becak yang terdapat di Kota Parepare tidak jauh berbeda dengan becak
yang ada di Kota lainnya. Namun beberapa becak yang ada di Kota Parepare
juga mendapatkan penyuluhan dari Dinas Olahraga, Pemuda, Pariwisata
131

(DOPP) untuk menjadi becak wisata. Biasanya becak wisata tersebut


disediakan khusus saat kapal pesiar datang ke Kota Parepare, penyediaan
becak wisata ini diharapkan dapat membantu wisatawan untuk sekedar
berjalan-jalan menikmati suasana Kota Parepare. Hal ini juga bertujuan untuk
menarik wisatwan agar menggunakan transportasi tradisional yang ada di
Parepare. Dalam hal ini becak juga dapat menjadi faktor kesiapan terhadap
kedatangan wisata kapal pesiar.

2) Pelabuhan
a) Pelabuhan Nusantara
Tabel 5.18
Penilaian Palabuhan Nusantara

No Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Kenyaman √
2 Kebersihan √
3 Ketepatan waktu √
4 Terminal penumpang √
5 information service √
6 Klinik √
7 Tempat Ibadah √
8 Restauran √
9 Shop √
10 Souvenir shop √ Tidak ada
11 Toilet √
12 Tempat Parkir √
Sumber : Hasil Olahan Data
132

Pelabuhan Nusantara adalah salah satu pelabuhan yang ada di Kota


Parepare lebih tepatnya berada diJalan Andi Cammi . Pelabuhan nusantara
adalah pelabuhan khusus untuk terminal penumpang nusantara / nasional
maupun penumpang internasional yang menggunakan kapal pesiar. Pelabuhan
ini memiliki fasilitas yang lengkap mulai dari tempat pembelian tiket, terminal
untuk penumpang, tempat menunggu kedatangan kapal, tempat pengecekan
barang atau x-ray, serta terdapat toko yang menjual makanan-makanan kecil .
selain itu, fasilitas yang terpenting adalah tersedianya toilet dan mushola.
Tidak hanya itu saja fasilitas yang menunjang untuk kenyamanan para
penumpang adalah adanya lahan parkir yang luas dan terdapat kantor polisi
yang berada tepat didepan terminal Pelabuhan Nusantara. Pelabuhan
Nusantara menghubungkan Kota Parepare dengan kota-kota pesisir
Kalimantan, Surabaya dan kota-kota pelabuhan di Indonesia bagian timur.
Kota Parepare juga merupakan pelabuhan bagi masyarakat di daerah
Ajatappareng.

b) Pelabuhan Cappa Ujung


Tabel 5.19
Penilaian Palabuhan Cappa Ujung

No Aspek Kondisi Catatan

Baik Cukup Kurang


1 Kenyaman √
2 Kebersihan √
3 Ketepatan waktu √
4 Terminal penumpang √ Tidak ada
5 information service √ Tidak ada
6 Klinik √ Tidak ada
7 Tempat Ibadah √ Tidak ada
8 Restauran √ Tidak ada
9 Shop √ Tidak ada
10 Souvenir shop √ Tidak ada
133

11 Toilet √ Tidak ada


12 Tempat Parkir √
Sumber : Hasil Olahan Data

Keadaan dari Pelabuhan Cappa Ujung yang secara fasilitas kurang


memadai untuk dijadikan Pelabuhan penumpang. Namun biasanya pelabuhan
ini dapat digunakan untuk terminal penumpang baik domestik maupun
internasional (kapal pesiar) disaat Pelabuhan Nusantara penuh. Fasilitas yang
terdapat dipelabuhan ini masih jauh dibawah pelabuhan Nusantara. Disini
tidak terdapat toilet dan terminal untuk penumpang yang menunggu, hanya
berupa lapangan kosong dipinggir laut saja.

Tabel 5.20
Penilaian Kondisi Jalan & Sign Board

NO Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Kenyamanan √
2 Kebersihan √
3 Kondisi Jalan √
4 Penerangan √
5 Sign board √ Dijalan raya
Sumber : Hasil Olahan Data

3) Jalan
Salah satu infrastruktur yang berada di kota Parepare adalah jalan.
Keadaan jalan di Parepare cukup baik. Hanya saja masih terdapat beberapa
jalan yang belum diperbaiki, seperti jalan penghubung antara pelabuhan
Nusantara dengan pelabuhan Pertamina. Selebihnya jalan-jalan yang terdapat
disana dalam kondisi yang cukup baik. Kondisi jalan di Kota Parepare, sudah
dapat dikategorikan memiliki jalan yang baik dan layak untuk jalan Kota
134

maupun jalan antar Provinsi yang sering dilewati oleh bus besar yang mau
mengarah ke Tana Toraja.

4) Sign board (papan penunjuk jalan)


Papan penunjuk jalan menuju tempat wisata masih sangat buruk
karena beberapa diantaranya sudah tidak layak di baca bahkan ada beberapa
objek wisata yang tidak terdapat sign board sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan wisatawan kebingungan dalam mencari arah menuju objek
wisata tertentu. Namun sign board yang berada ditengah kota masih bagus
dan layak.

F. KONDISI AMENITAS DI KOTA PAREPARE


1) Hotel / Penginapan
Nama Hotel : Bukit Kenari
Tabel 5.21
Penilaian Hotel

No Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Ketersediaan √
Kamar
2 Makanan √ Breakfast
(Breakfast,
Lunch, Dinner)
3 Service √
4 Tempat Parkir √
5 Air Conditioner √
6 Entertainment √
7 Wifi √
Sumber : Hasil Olahan Data
135

Kondisi fisik dari hotel ini cukup baik dalam kelas melati. Selain itu,
hotel ini juga mempunyai lokasi yang cukup strategis dengan view
menghadap langsung ke pantai serta dapat dijangkau dengan mudah. Kurang
lebih 10 menit dari pusat kota. Harga yang telah ditentukan sudah termasuk
breakfast. Disamping itu, hotel ini juga menyediakan fasilitas seperti
restaurant, airconditioner disetiap kamar, wifi, swimming pool serta tempat
parkir yang luar.

2) Restaurant
Nama restaurant : Teras Empang
Tabel 5.22
Penilaian Restaurant

No Aspek Kondisi Catatan


Baik Cukup Kurang
1 Greeting √
2 Grooming √
3 Dining √
Equipment
4 Service √
5 Handwash area √
6 Toilet √
7 Entertainment √ weekend
(Music,TV)
8 Wifi √
Sumber : Hasil Olahan Data
Restaurant ini menurut kami sudah cukup baik dengan lokasi yang
sangat strategis yaitu terletak dipinggir sungai yang langsung menghadap ke
136

jembatan yang menjadi penghubung antarkota. Makanan dan minuman yang


tersedia cukup lengkap dengan menawarkan makanan yang merupakan ciri
khas dari kota Parepare tersebut yaitu. Namun dari segi pelayanan masih
terbilang kurang terutama dari segi greeting dan grooming. Fasilitas
pendukung yang terdapat di restaurant ini yaitu hand wash area, toilet, life
music, wifi, mushola dan tempat parkir. Selain itu, disini pengunjung juga bisa
melakukan kegiatan memancing dengan menyewa peralatan yang sudah
disediakan oleh pihak restaurant.
3) Tour Operator
Dengan potensi atraksi wisata yang sedikit dikarenakan luas wilayah
yang tidak terlalu besar, kota Parepare juga memiliki tour operator. Namun
berdasarkan survey kebanyakan dari tour operator tersebut hanya menjual
tiket pesawat dan pelni saja. Bisa dikatakan hanya ada beberapa travel agent
yang berani menjual paket wisata namun dengan tujuan diluar Parepare seperti
paket wisata Tana Toraja, Bunaken dan Bromo. Jumlah tour operator yang
terdaftar di Dinas Olahraga Pemuda dan Pariwisata (DOPP) sesuai kondisi
pada tahun 2012 yaitu sebanyak 14 tour operator.
Berdasarkan survey yang telah kami lakukan, tour operator yang
berada di Kota Parepare juga mempunyai keinginan untuk menangani tour
kapal pesiar. Namun tour operator tersebut tidak mengetahui bagaimana cara
agar dapat bergabung dan tidak tau harus menghubungi siapa, itu sebabnya
mengapa mayoritas travel agent dari Makassar yang menangani kegiatan tour
wisata kapal pesiar selama bersandar dikota Prepare.
137

G. ANALISIS SWOT
1. Faktor Internal
a) Strengths
1. Kota Parepare memiliki atraksi wisata yang cukup beragam
mulai dari alam ( Pantai Lumpue, Pantai Tonrangeng, Pantai
Mattirotasi, Pantai Bibir, Sungai Karajae, Gua dan Air terjun
Tompangnge dan Hutan Jompie) buatan manusia (Komplek
Pemakaman Dattu Lacincin, kawasan kuliner Pantai Bibir) dan
kebudayaan (Festival Mappadendang, Festival Saloq Karajae).
2. Kota Parepare memiliki Pelabuhan yang cukup luas dan
strategis sehingga kapal-kapal dengan ukuran yang besar
sekalipun dapat berlabuh disini, serta didukung dengan fasilitas
yang baik bagi penumpang dan kapal-kapal yang ingin
bersandar atau bahkan untuk berlabuh.
138

3. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama berada di


lapangan, proses penanganan kapal pesiar yang dilakukan di
kota Parepare telah sesuai dengan teori yang ada, mulai dari
proses kedatangan, proses kegiatan shore excursion dan proses
keberangkatan kapal pesiar.

b) Weaknesses
1. Masih banyak atraksi wisata yang ada di Kota Parepare
keadaannya masih kurang terawat dan kurang terpelihara
dengan baik. Serta ada beberapa atraksi wisata yang ada di
Kota Parepare seperti Pantai Lumpue dan Pantai Tonrangeng
yang masih di kelola oleh masyarakat lokal sehingga
pengelolaannya kurang terorganisir dengan baik. Beberapa
atraksi wisata tersebut dikelola oleh masyarakat lokal karena
adanya permasalahan mengenai sengketa lahan, dimana
masyarakat lokal mengaku memiliki sertifikat kepemilikan
tanah atas lahan Pantai tersebut.
2. Ketersediaan transportasi umum yang masih terbatas untuk
mengunjungi setiap atraksi wisata. Sarana tranportasi umum
yang tersedia hanya pete-pete, becak, ojek (angkutan umum
tradisional) dengan fasilitas dan daya angkut yang terbatas.
Serta masih kurangnya papan penunjuk jalan menuju atraksi
wisata yang masih sangat minim.
3. Restaurant yang ada di Kota Parepare rata-rata tidak begitu luas
dan belum memiliki daya tampung yang cukup besar untuk
menampung wisatawan dengan jumlah yang cukup banyak.
4. Di Kota Parepare sendiri belum tersedia kegiatan shore
excursion misalnya paket wisata Parepare City Tour bagi
wisatawan.
c) Opportunities
139

1. Berdasarkan data yang kami dapatkan mengenai jumlah kapal


pesiar dan jumlah wisatawannya dari PELINDO, dapat kami
lihat peningkatan jumlah wisatawan kapal pesiar dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir yakni tahun 2011 – 2015.
2. Kota Parepare dilewati oleh jalur lintas Provinsi yang
mneghubungkan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Provinsi
Sulawesi Barat.
3. Wisatawan kapal pesiar dari Kota Makassar yang akan menuju
ke Tana Toraja biasanya beristirahat terlebih dahulu di Kota
Parepare untuk sekedar makan ataupun menginap di hotel.
4. Adanya Peraturan Presiden No 79/2011 pasal 2 yang mengatur
mengenai kemudahan kapal pesiar untuk memasuki wilayah
perairan Negara Republik Indonesia.

d) Threats
1. Lebih banyak wisatawan kapal pesiar yang berkunjung ke
atraksi wisata yang ada di Tana Toraja dibandingkan dengan
atraksi wisata yang ada di Kota Parepare.
2. Di Provinsi Sulawesi Selatan sendiri terdapat 3 pelabuhan
internasional, selain Kota Parepare terdapat 2 pelabuhan lain
yang merupakan pelubahan internasional yang juga dikunjungi
oleh kapal pesiar yakni pelabuhan di Kota Makassar dan
pelabuhan di Kabupaten Palopo. Data ini peneliti peroleh
berdasarkan hasil wawancara dengan PT.PELINDO IV Kota
Parepare dan website Provinsi Sulawesi Selatan yakni
sulsesprov.go.id.
3. Ketika kapal pesiar berlabuh di suatu port of call mereka akan
melakukan kegiatan shore excursion, pihak main agent akan
memilih local agent manakah yang dirasa mampu untuk
140

menangani kegiatan shore excursion tersebut. Berdasarkan

Posisi Faktor Strategi Internal Rating Posisi Faktor Strategi Eksternal Rating

wawancara yang kami lakukan dengan pihak main agent


(Destination Asia) dan DPOP (Dinas Pemuda Olahraga dan
Pariwisata) diperoleh kesimpulan bahwa hampir semua travel
agent yang menangani kegiatan shore excursion tersebut berasal
dari Kota Makassar .
4. Kegiatan shore excursion yang dilakukan oleh wisatawan kapal
pesiar baru tersedia menuju ke Tana Toraja. Kegiatan shore
excursion tersebut telah tersedia dan siap jual bagi wisatawan.

Tabel 5.23
Matriks Space Analisis
141

Kekuatan (KK) Peluang (PL)


1. Atraksi Wisata yang cukup 3 1. Peningkatan jumlah wisatawan 4
beragam kapal pesiar setiap tahun.
2. Letak Pelabuhan Kota 4 2. Jalur lintas provinsi yang 2
Parepare yang strategis melintas di Kota Parepare.
3. Ketersediaan jumlah hotel 2 3. Wisatawan kapal pesiar yang
yang memadai yakni 702 berlabuh di Kota Makassar akan 2
kamar. 3 beristirahat di Kota Parepare
4. Proses penanganan kapal sebelum melanjutkan perjalannya
pesiar sudah sesuai dengan menuju ke Tana Toraja.
teori yang ada. 4. Berdasarkan Peraturan Presiden 3
republik Indonesia Kapal pesiar
diberikan kemudahan untuk
12 memasuki wilayah Republik 11
Indonesia.
Kelemahan (KL) Ancaman (AN)
1. Kurangnya pengelolaan -4 1. Lebih banyak wisatawan yang -3
atraksi wisata berkunjung ke atraksi wisata di
2. Ketersediaan transportasi -3 Tana Toraja dibandingkan di
yang masih terbatas Kota Parepare.
3. Restaurant yang berada di -2 2. Ada 2 pelabuhan internasional
Kota Parepare belum lainnya di Provinsi Sulawesi -3
memiliki daya tampung Selatan yakni Palopo dan
yang memadai. -3 Makassar.
4. Belum ada shore excursion 3. Tour Operator dari Makassar -1
mengenai Kota Parepare yang lebih banyak menangani
kedatangan wisatawan kapal
pesiar . -2
4. Kegiatan shore excursion
menuju Tana Toraja sudah ada
-12 sedangkan shore excursion -9
untuk Kota Parepare belum
ada.
KK : 12/4 = 3 PL : 11/4 = 2,75
KL : -12/4 = -3 AN : -9/4 = -2,2
Sumber : Hasil Olahan Data

Dengan menggunakan matrik diatas maka dapat digambarkan posisi kuadran


sebagai:
KK + AN = 3 + (-2,2) = 0,8
142

KL + PL = (-3) + 2,75 = - 0,25

Grafik 5.1
Kuadran

Peluang
Kuadran III Kuadran I

(-,+) (+,+)

Ubah strategi progresif

Kelemahan Kekuatan
-0,25 0,80

(-,-) (+,-)

Strategi bertahan Diversifikasi strategi

Kuadran IV Kuadran II

Ancaman

Sumber : Hasil Olahan Data

Kuadran I (Peluang-Kekuatan)

1. Merupakan situasi yang sangat menguntung


143

2. Kota tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat


memanfaatkan peluang dan kekuatan yang ada.

3. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung


kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy)

Gambar di atas menunjukan hasil perhitungan dari matriks space analisis


terletak pada posisi kuadran I, yaitu dengan nilai positif pada titik +0,3 dan +0,5.
Hal ini merupakan posisi yang masih menguntungkan dimana terdapat sedikit
selisih namun cukup signifikan dalam perbedaan nilai antara kekuatan, kelemahan,
peluang, dan ancaman. Kuadran I merupakan Kotak Mobilization dimana kotak ini
mempertemukan interaksi antara ancaman/tantangan dari luar yang
diidentifikasikan dengan potensi internal sumber daya. Disini para pengembang
dituntut untuk memberikan keputusan untuk menggali sumber-sumber daya yang
dapat dimobilisasikan untuk memperlunak ancaman/tantangan dari luar tersebut
dan sedapat mungkin merubahnya menjadi sebuah peluang bagi pengembangan
selanjutnya. Dapat diasumsikan bahwa dengan menekan kelemahan dan membuat
ancaman menjadi potensi yang harus diatasi maka akan membuat perimbangan
posisi tersebut menjadi lebih positif.
144

PERKALIAN ANALISIS SWOT


145

PERKALIAN ANALISIS SWOT


146

PERKALIAN ANALISIS SWOT


147

PERKALIAN ANALISIS SWOT


148

PERKALIAN ANALISIS SWOT


149

PERKALIAN ANALISIS SWOT


150

PERKALIAN ANALISIS SWOT


151

PERKALIAN ANALISIS SWOT


152

PERKALIAN ANALISIS SWOT


153

PERKALIAN ANALISIS SWOT


154

PERKALIAN ANALISIS SWOT


155

PERKALIAN ANALISIS SWOT

BAB VI
156

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Atraksi Wisata
Kelebihan dari atraksi wisata yang terdapat di Kota Parepare adalah
memiliki atraksi wisata yang beragam diantaranya wisata alam, wisata
buatan serta wisata budaya. Namun, atraksi wisata tersebut masih memiliki
beberapa kekurangan yaitu masih adanya atraksi wisata yang kurang
terawat dan tidak terkelola dengan baik. Bahkan terdapat dua objek wisata
yang mengalami permasalahan sengketa lahan antara masyarakat dan
pemerintah daerah. Pada kenyataannya berdasarkan penelitian yang peneliti
lakukan sebenarnya Kota Parepare ini memiliki potensi yang cukup, namun
belum meiliki daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan
khususnya wisatawan kapal pesiar.
2. Aksesibilitas
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan Kota Parepare dalam
mengangani wisata kapal pesiar, kondisi aksesibilitas menjadi salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan. Berdasarkan hasil pengamatan
peneliti selama berada dilapangan, dapat disimpulkan bahwa kondisi
aksesibilitas di Kota Parepare terbilang baik, aksesnya dapat ditempuh
melalui jalur darat maupun laut. Adapun transportasi umum yang dapat
ditemui di Kota Parepare adalah petepete, ojek maupun becak. Kondisi dari
seluruh transportasi tersebut dapat dikatakan cukup namun kekurangan dari
transportasi darat di Kota Parepare adalah kurangnya jumlah trayek
khususnya petepete . Selain itu, Kota Parepare memiliki transportasi laut
beserta 4 pelabuhan yang diantaranya adalah Pelabuhan Nusantara yang
berfungsi sebagai pelabuhan utama, pelabuhan pertamina yang
dikhususkan untuk bahan bakar minyak , pelabuhan Cempae yang
dijadikan untuk penampungan ikan-ikan laut serta Pelabuhan Cappa Ujung
157

yang berfungsi sebagai pelabuhan bongkar muat barang sekaligus sebagai


pelabuhan cadangan jika ke 3 pelabuhan lainnya penuh. Dari keempat
pelabuhan tersebut, yang digunakan menjadi pelabuhan untuk penumpang
adalah Pelabuhan Nusantara dengan fasilitas yang cukup memadai. Tidak
hanya itu, sign board dan kondisi jalan juga termasuk dalam aksesibilitas
yang ada di Kota Parepare. Sign board yang berada di Kota Parepare bisa
dikatakan sudah memadai, hanya saja ada beberapa kekurangan untuk sign
board menuju atraksi wisata serta tidak adanya sign board di atraksi
wisata itu sendiri. Kondisi jalan di Kota Parepare terbilang baik karena
termasuk ke dalam jalan lintas provinsi hanya saja ukurannya masih
terbilang kecil.

3. Amenitas
Fasilitas wisata yang dimiliki oleh kota Parepare sampai saat ini
masih dinilai kurang, hal tersebut dapat dilihat dari beberapa faktor yang
peneliti temukan selama melakukan kegiatan dikota Parepare, faktor
tersebut berupa kekurangan seperti, belum tersedianya souvenir shop.
Menurut Philip Gibson (2006:71) Souvenir shop merupakan salah satu
aspek yang harus ada jika suatu port of call ingin dijadikan sebagai suatu
destinasi. Selain itu, hotel yang dimiliki oleh kota Parepare masih
diklasifikasikan sebagai hotel kelas melati, serta tour operator yang masih
kalah bersaing dengan kota-kota sekitar di Sulawesi Selatan seperti
Makassar, hal tersebut dapat dibuktikan dari beberapa informasi yang
peneliti dapat mengenai mayoritas tour operator dari Makassar yang
melakukan penanganan wisata kapal pesiar pada saat berlabuh di Kota
Parepare.

4. Proses Penanganan Kapal Pesiar


158

Dalam proses penanganan kapal pesiar ada tiga proses yang


penting yakni proses penanganan saat kedatangan kapal pesiar, proses
penanganan kegiatan shore excursion dan proses penanganan
keberangkatan kapal pesiar. Berdasarkan pengamatan yang peneliti
lakukan dapat disimpulkan bahwa ketiga proses penanganan kapal pesiar
yang dilakukan di Kota Parepare telah sesuai dengan teori yang telah
dipaparkan pada BAB II pada tinjauan pustaka pada hal 13-14. Kemudian
berdasarkan hasil pengamatan yang telah peneliti lakukan, apabila dilihat
dari teori mengenai tipe port of call berdasarkan fungsinya menurut Jean
Paul Rodrigue dan Theo Notteboom yang telah dicantumkan pula pada
BAB II pada tinjauan pustaka hal 15 maka dapat disimpulkan bahwa Kota
Parepare termasuk ke dalam port of call dengan tipe gateway cruise port.
Alasannya karena sampai dengan saat ini Kota Parepare menjadi port of
call yang hanya dijadikan tempat berlabuh saja dan bukan merupakan
destinasi utama yang dikunjungi wisatawan. Destinasi utama yang
biasanya dikunjungi oleh wisatawan yang berlabuh di Kota Parepare
adalah Tana Toraja, maka Kota Parepare hanya menjadi pintu masuk atau
hanya menjadi penghubung bagi wisatawan kapal pesiar yang ingin
bekunjung ke Tana Toraja melalui shore excursion.

Berdasakan theory menurut Philip Gibson mengenai faktor-faktor


yang menentukan suatu tempat / wilayah dapat dijadikan sebagai port of
call yang baik, apabila dilihat dari aspek pelabuhan, Kota Parepare dapat
memenuhi 4 dari 6 faktor yang telah disebutkan. Ke 6 faktor tersebut yakni
Pelabuhan memiliki rata-rata kedalaman 35ft (10,75 meter) pada saat air
surut. Memiliki kondisi pelabuhan yang aman dan terlindungi dengan baik.
Gateway pelabuhan yang letaknya tidak terlalu jauh dnegan pusat kota
serta Menjadi pelabuhan yang multifungsi (sebagai pelabuhan penumpang,
port of call dan bongkar muat barang).
159

Sedangkan 2 faktor yang belum dapat dipenuhi oleh Kota


Parepare yakni belum tersedianya souvenir shop baik di kawasan
pelabuhan maupun di Kota Parepare itu sendiri. Kemudian faktor
selanjutnya yang belum dapat dipenuhi yakni mengenai pelayanan jasa
yang profesional, pelayanan jasa profesional ini dapat dilihat dari segi
ketersediaan fasilitas bagi penumpang maupun wisatawan. Di pelabuhan
Nusantara sendiri fasilitas yang tersedia cukup lengkap, namun di
pelabuhan Cappa Ujung ketersediaan fasilitas masih sangat terbatas,
bahkan ketersediaan toilet pun belum ada.
Sedangkan apabila dilihat dari aspek destinasi, Kota Parepare
dapat memenuhi 6 dari 7 faktor yang ada yakni Adanya sight seeing / shore
excursion yang menarik . Adanya tempat hiburan malam yang menarik.
Dapat menampung kapal pesiar dalam klasifikasi mega ships. Memiliki
kegiatan yang menarik baik itu kegiatan yang dilakukan di air maupun
kegiatan yang dilakukan di darat. Memiliki kebudayaan yang unik serta
nilai sejarah yang tinggi. Memiliki pemandangan panorama yang indah.
Kemudian ada satu faktor yang belum bisa dipenuhi oleh Kota
Parepare yakni dekat dengan bandara internasional. Karena sampai dengan
saat ini belum ada bandara yang jaraknya cukup dekat dengan Kota
Parepare, hanya ada Bandara Sultan Hassanudin yang berada di Kabupaten
Maros yang dapat ditempuh dengan waktu 3 - 4 jam

B. REKOMENDASI

Pada bagian kesimpulan diatas peneliti telah menyebutkan bahwa


sampai dengan saat ini Kota Parepare masih termasuk kedalam port of call
dengan tipe Gateway Cruise Port. Namun berdasarkan hasil pengamatan
peneliti, dengan potensi yang dimiliki oleh Kota Parepare baik dari segi
atraksi wisata, aksesibilitas, amenitas maupun proses penanganan yang
telah dilakukan oleh Kota Parepare dalam menangani wisata kapal pesiar,
160

peneliti merekomendasikan Kota Parepare untuk dikembangkan menjadi


port of call dengan tipe Balanced Cruise Port. Port of call dengan tipe
balanced cruise port ini merupakan port of call yang dapat dijadikan
sebagai destinasi utama maupun sebagai pintu masuk atau penghubung
bagi wisatawan kapal pesiar yang akan melakukan kegiatan shore
excursion ke destinasi lain.

Grafik 6.1
Rekomendasi Pengembangan Port of Call

Gateway
Cruise Port

nn
Pengembanga

Balanced Cruise Port

Aspek – Aspek yang harus dikembangkan

Atraksi Wisata Aksesibilitas Amenitas Proses


Penanganan

Rekomendasi

Instansi Terkait

Sumber : Hasil pengamatan peneliti

Grafik di atas saja yang perlu dikembangkan agar Kota Parepare yang
awalnya adalah tipe gateway cruise port menjadi tipe balanced cruise port, hal
yang dapat dilakukan yakni dengan melihat kesiapan Kota Parepare dari aspek
atraksi wisata, aksesibilitas, amenitas dan proses penanganan. Berdasarkan hasil
161

dari pengamatan di lapangan Kondisi dari aspek-aspek tersebut telah peneliti


ketahui. Setelah mengetahui kondisi dari aspek-aspek tersebut, kami dapat
memberikan rekomendasi kepada instansi terkait mengenai pengembangan Kota
Parepare sebagai port of call.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang Pariwisata
menjadi hal yang paling utama untuk mengembangkan Kota Parepare agar dapat
dikembangkan menjadi port of call dengan tipe balanced cruise port. Sehingga
nantinya diharapkan Kota Parepare tidak hanya menjadi kota transit saja namun
juga dapat menjadi kota destinasi. Berikut adalah rekomendasi yang dapat peneliti
berikan kepada para instansi terkait untuk mengembangkan Kota Parepare menjadi
port of call dengan tipe balanced cruise port:

Tabel 6.1
Rekomendasi

INSTANSI
NO ASPEK REKOMNEDASI
TERKAIT
 Menentukan atraksi wisata mana yang (DOPP)
cukup berpotensi untuk dikunjungi
wisatawan.
 Memperbaiki sarana dan prasarana
atraksi wisata yang ada di Kota (DOPP)
Parepare, terutama atraksi wisata yang
ATRAKSI dinilai berpotensi untuk dikunjungi
1
WISATA oleh wisatawan.
 Melakukan promosi kepada wisatawan
mengenai atraksi wisata yang ada di (DOPP)
Kota Parepare agar lebih dikenal oleh
wisatawan.
 Memperbaiki setiap monumen / tugu
yang ada di Kota Parepare sehingga (DOPP)
162

monumen tersebut dapat dijadikan


atraksi wisata yang dapat menarik
wisatawan untuk berkunjung.
Contohnya adalah Tugu Kapal Pinisi
yang berada di Jl.Mattirotasi yang ada
di taman bermain Lamario.
 Membuat icon / branding yang
menjadi identitas dan ciri khas dari (DOPP)
Kota Parepare, misalnya menjadikan
Bapak B.J. Habibie (Presiden ke – 3
Negara Indonesia) sebagai icon dari
Kota Parepare. Mengingat beliau
adalah salah satu putra daerah yang
lahir di Kota Parepare dan telah
mengharumkan nama baik Negara
Indonesia di mata dunia.
 Penambahan trayek untuk transportasi
umum yang ada di Kota Parepare agar (DISHUB)
dapat mempermudah kegiatan
masyarakat maupun wisatawan yang
berada di Kota Parepare.
 Peremajaan transportasi tradisional
2 AKSESIBILITAS seperti petepete dari segi kondisi fisik (DISHUB)
kendaraan agar penumpang dapat
menggunakan transportasi yang ada
dengan nyaman.
 Meningkatkan ketersediaan fasilitas di
Pelabuhan Cappa Ujung seperti toilet, (PELINDO)
terminal penumpang, sehingga apabila
163

Pelabuhan Nusantara tidak dapat


digunakan kapal pesiar dapat berlabuh
di Pelabuhan Cappa Ujung dengan
nyaman dan aman.
 Meningkatkan kesiapan dan kualitas
yang dimiliki agar dapat bersaing
dengan tour operator yang berasal dari (TOUR
Kota Makassar, sehingga dapat OPERATOR)
mengikuti dan memenangkan proses
bidding yang dilakukan oleh main
agent agar nantinya tour operator dari
Kota Parepare lah yang diberi
kesempatan untuk menangani
wisatawan kapal pesiar dalam program
shore excursion.
 Setiap hotel yang ada di Kota Parepare
3 AMENITAS harus meningkatkan kualitas (HOTEL)
pelayanan dan ketersediaan fasilitas
agar wisatawan merasa nyaman ketika
menginap di hotel tersebut.
 Melakukan inovasi – inovasi terbaru
untuk mengembangkan produk yang
mereka jual kepada wisatawan. (HOTEL)
Contohnya, membuat suasana Hotel
ataupun kamar yang mengangkat
unsur kebudayaan Parepare. Karena
meskipun wisatawan telah memiliki
fasilitas kamar yang lebih baik di
kapal pesiar tetapi mereka akan
164

merasakan suasana yang berbeda di


hotel tersebut.
 Setiap restaurant yang ada di Kota
Parepare harus memberikan edukasi
tentang standar pelayanan kepada (RESTAURANT)
karyawannya, agar para karyawan
dapat memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standart atau bahkan
memuaskan, karena pelayanan yang
memuaskan dapat membuat
pengunjung merasa puas dan ingin
kembali ke restaurant tersebut
 Selain menyiapkan menu khas
Parepare, restaurant juga dapat
(RESTAURANT)
menyediakan makanan asal Negara
wisatawan atau masakan yang
umumnya sesuai dengan selera
wisatawan misalnya menu makanan
western. Karena lidah mereka belum
tentu cocok dengan makanan khas
Parepare. Maka para wisatawan
memiliki pillihan untuk memilih
makanan yang akan mereka makan.
 Memberikan penyuluhan dan
pemahaman kepada masyarakat
(DOPP)
mengenai konsep sadar wisata agar
masyarakat dapat terlibat langsung
dalam kegiatan pariwisata, serta dapat
membantu pemerintah untuk
165

mengembangkan dan memajukan


industri pariwisata di Kota Parepare.
 Memanfaatkan fungsi gedung yang
telah ada seperti gedung kawasan
kuliner. Mengingat ukurannya yang (DOPP)
cukup besar gedung tersebut dapat
juga dijadikan pusat souvenir shop
yang menjual berbagai macam barang
khas Parepare atau bila perlu khas dari
Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat
menambah daftar tempat yang dapat
dikunjungi oleh wisatawan kapal
pesiar jika melakukan kegiatan city
tour di Kota Parepare.

 Modernisasi proses pengumpulan data


(KSOP)
seperti input data pada komputer atau
laptop agar semua data-data yang ada
dapat dicakup dengan baik dan mudah.
 Membedakan data kapal antara kapal
(KSOP)
nasional atau internasional maupun
data cargo atau penumpang.
PROSES
4  Menyediakan stand / tempat secara
PENANGANAN
terpisah yang masih berada di kawasan
pelabuhan untuk HPI (Himpunan
(PELINDO)
Pariwisata Indonesia) agar para
wisatawan mengetahui bahwa di
pelabuhan tersebut terdapat local
guide yang dapat membantu mereka
ketika melakukan kegiatan dikota
166

Pareprae contohnya seperti kegiatan


city tour.
 Bekerjasama dengan DOPP, hotel dan (Tour
restaurant untuk membuat paket Operator &
wisata Parepare City Tour.. Hotel)
Sumber : Hasil Pengamatan Peneliti

Anda mungkin juga menyukai