Anda di halaman 1dari 115

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan ekonomis, serta berkeadilan

secara etis dan sosial bagi masyarakat, disebut sebagai pariwisata berkelanjutan.

Berartinya pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah langkah terkoordinasi dan

terpadu dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan melakukan pengaturan

perihal bagaimana sumber daya alam dan budaya disediakan, dikembangkan,

digunakan, dan dipelihara secara berkelanjutan. Menurut konteks pembangunan

berkelanjutan, pariwisata berkelanjutan bisa diartikan sebagai pengembangan

pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan dengan tetap menunjukkan

kelestarian lingkungan dan membawa manfaat bagi generasi masa kini dan generasi

potensial. Hal ini hanya dapat dicapai melalui sistem tata pemerintahan yang baik

yang mencakup partisipasi yang setara dan aktif dari masyarakat, sektor swasta, dan

pemerintah. Akibatnya, pembangunan pariwisata berkelanjutan terkait dengan

berbagai isu, termasuk demokrasi, hak asasi manusia, dan lingkungan (Sunarta,

2017).

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Standar destinasi

pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan oleh organisasi pengelola destinasi yang

bertugas mengoordinasikan pendekatan terkait pariwisata berkelanjutan. Mereka

terkait dengan tempat (tujuan) dan dapat diterapkan pada non-entitas atau individu.

1
Persyaratan penting untuk penerapan standar destinasi pariwisata berkelanjutan

adalah adanya organisasi pengelola yang bertanggung jawab. Empat kriteria utama

destinasi pariwisata berkelanjutan adalah manajemen berkelanjutan, yang merupakan

bagian pertama, kedua keberlanjutan budaya, ketiga keberlanjutan sosial dan

ekonomi, dan yang keempat keberlanjutan lingkungan (Kemenparekraf, 2021).

Dalam pandangan Islam kerusakan alam dijelaskan di Al-Quran adapun

surahnya di QS. Ar-Rum/30:41.

َ‫ْض الَّ ِذيْ َع ِملُوْ ا لَ َعلَّهُ ْم يَرْ ِجعُوْ ن‬ ْ َ‫ظَهَ َر ْالفَ َسا ُد فِى ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر بِ َما َك َسب‬
ِ َّ‫ت اَ ْي ِدى الن‬
َ ‫اس لِيُ ِذ ْيقَهُ ْم بَع‬

Terjemahannya :
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Menurut Tafsir Al-Jalalayn karya As-Suyuthi (2003), "kerusakan telah muncul

di darat" sebagai akibat dari berhentinya hujan dan menipisnya vegetasi, serta di laut,

di negara-negara di mana banyak sungai menjadi kering (disebabkan oleh tindakan

tangan manusia). Liyudziiqahum dan linudziiqahum dapat dibaca sebagai perbuatan

asusila yang dilakukan dengan maksud untuk membuat Allah merasa kasihan kepada

mereka. Jika dibaca sebagai linudziiqahum, itu diterjemahkan sebagai "agar kami

merasa untuk mereka" dan "agar mereka kembali" dan "agar mereka bertobat dari

tindakan tidak bermoral mereka." Beberapa konsekuensi dari tindakan mereka

disebutkan. Selanjutnya, Tafsir Al-Misbah (2002) karya Quraish Shihab disebutkan

bahwasanya kejahatan dan dosa manusia telah menyebabkan kebakaran, kekeringan,

2
kerusakan, kerugian usaha, dan tenggelam. Untuk membuat orang-orang di dunia

menyesal atas ketidaktaatan mereka, Allah SWT bermaksud untuk menghukum

mereka.

Menurut Perda Nomor 2 tahun 2021 tentang Ripparda Kabupaten Bulukumba,

Pantai Marumasa berada di Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari memiliki

panjang garis pantai ± 280 meter dan merupakan pantai dengan daya tarik berupa

keindahan alam sekitar pantai yang masih alami, serta di kawasan ini pula terdapat

kegiatan pembuatan Perahu Pinisi yang ditunjang oleh keadaan alamnya dan

memiliki potensi wisata pantai. Peraturan Daerah RTRW Kabupaten Bulukumba

Nomor 6 Tahun 2009 juga membahas dan mengatur hal ini berkaitan dengan Rencana

Pengembangan Kawasan Wisata Makampa, yang meliputi Madala Ria, Caseo,

Marumasa, dan Panrang Luhu serta bertujuan untuk mengembangkan produk wisata

bahari unggulan. Pengembangan kawasan wisata Makampa sebagai tujuan wisata

didasarkan pada kondisi alam pantai yang sangat menarik. Wilayah pesisirnya yang

cukup panjang, memberikan suasana alam yang menarik serta beragam keunikan dan

nilai sejarahnya.

Namun, kurangnya perhatian dari pemerintah membuat Pantai Marumasa tidak

dapat mewujudkan potensinya secara maksimal, sehingga kurang dikenal baik oleh

wisatawan domestik maupun mancanegara. Perlu dicermati dan diteliti syarat-syarat

aspek pendukung keberlanjutan di Pantai Marumasa. Kurangnya sistem pengelolaan

pariwisata yang tertata dengan baik, kurangnya fasilitas umum penunjang yang dapat

3
menunjang kegiatan wisata pengunjung, dan sarana prasarana yang baik untuk

memenuhi kebutuhan pengunjung. Seperti yang terlihat pada kondisi dilapangan,

bahwa pengelolaan wisata masih kurang optimal seperti lingkungan yang tercemar

diakibatkan sampah berserakan di lokasi yang disebabkan masyarakat dan

pengunjung tidak sadar dan patuh aturan untuk menjaga kebersihan serta aspek sosial,

ekonomi, budaya, lingkungan daerah dari adanya pariwisata ini masih belum terlihat

adanya perubahan. Oleh karena itu, strategi pengembangan yang dipikirkan dengan

matang sangat penting untuk pertumbuhan destinasi yang optimal.

Penelitian ini dilakukan dengan dua tujuan utama mengingat masalah yang

dihadapi. Tujuan pertama adalah membicarakan potensi berdasarkan kriteria

pariwisata berkelanjutan di Pantai Marumasa. Rekomendasi strategi pembangunan

berbasis pariwisata berkelanjutan adalah tujuan kedua. Merujuk pada penjelasan

tersebut, riset ini akan mengangkat masalah “Studi Pengembangan Pantai

Marumasa Sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Desa Darubiah

Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana potensi kawasan pantai marumasa berdasarkan kriteria pariwisata

berkelanjutan di Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten

Bulukumba?

2. Bagaimana strategi pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan di kawasan

pantai Marumasa Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten

4
Bulukumba?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah di atas, dengan demikian tujuan penelitian ini

yaitu:

a. Mengetahui potensi kawasan pantai marumasa berdasarkan kriteria

pariwisata berkelanjutan di Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari.

b. Mengetahui bagaimana penyusunan strategi pengembangan pariwisata

berkelanjutan di kawasan pantai Marumasa Desa Darubiah Kecamatan

Bonto Bahari.

2. Manfaat Penelitian

Berikut ini adalah keuntungan yang diharapkan bisa didapatkan pada penelitian

ini:

a. Menjadi sebuah pertimbangan dan masukan Pemerintah Kabupaten

Bulukumba dalam pengembangan strategi pariwisata berkelanjutan.

b. Sebagai sumber informasi, memberikan sumbangsih dalam rangka

mengembangkan wawasan, terutama yang berhubungan dengan pariwisata

berkelanjutan di suatu wilayah.

D. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Pembahasan

Pada lingkup variabel yang nantinya diteliti memiliki beberapa fokus utama

5
seperti mengembangkan destinasi wisata berdasarkan pada kriteria pariwisata

berkelanjutan di wisata pantai Marumasa sebagai strategi untuk mengembangkan

destinasi wisata berkelanjutan di Kabupaten Bulukumba.

2. Ruang Lingkup Wilayah

Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Pantai Marumasa di Desa

Darubiah, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba.

E. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bagian ini diuraikan apa yang melatarbelakangi masalah yang

diangkat, menyusun daftar masalah, apa tujuannya, kegunaan, cakupan

bahasan serta susunan apa saja yang akan dibahas, semuanya tercakup

dalam poin ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini menjelaskan perihal bahasan pustaka/teori meliputi definisi

pariwisata, wilayah pesisir,pembangunan berkelanjutan dan pariwisata

berkelanjutan.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian, tempat dan kapan riset dilaksanakan, jenis juga sumber
informasi, cara mengumpulkan informasi, populasi dan responden,
variabel penelitian, teknik menganalisis data, definisi operasional, serta
kerangka pemikiran semuanya tercakup dalam Bab ini.

BAB IV : PEMBAHASAN

6
Poin ini akan memberikan penggambaran secara menyeluruh kabupaten
Bulukumba, penggambaran menyeluruh terkait kecamatan Bontobahari,
penggambaran secara menyeluruh Kawasan Desa Darubiah destinasi
wisata Pantai Marumasa Lokasi Penelitian, Analisis Distribusi
Frekuensi, dan Analisis SWOT.

BAB V : PENUTUP

Poin penutup akan menjelaskan perihal hasil akhir penelitian serta


saran yang didapatkan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pariwisata Berkelanjutan

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan (WCED) Majelis Umum

PBB, komisi dunia untuk lingkungan dan pembangunan, adalah yang pertama

mengusulkan gagasan pembangunan berkelanjutan. Istilah ini telah mempengaruhi

bagaimana penelitian pariwisata dilakukan dan bagaimana pemerintah merumuskan

kebijakan pariwisata. Pariwisata berkelanjutan berarti mengadopsi pandangan yang

lebih seimbang dari pengembangan pariwisata, dengan menyadari dan memperbaiki

aspek-aspek negatif menuju pembangunan pariwisata yang positif (Kara, 2014).

Pariwisata berkelanjutan merupakan pariwisata yang memperhatikan konteks

lingkungan, dimana keberlanjutan kawasan wisata di generasi berikutnya merupakan

hal utama yang dipertimbangkan. Pada konteks ini, artinya semua kegiatan wisata

yang berkaitan tidak menimbulkan kerusakan pada ekologi kawasan wisata tersebut.

Pariwisata berkelanjutan sering dipersepsikan sebagai cara untuk mengarahkan

kembali sistem dan perilaku masyarakat dalam sebuah kawasan wisata, yang

mencakup aspek sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan (Kara, 2014).

Alasan utama orang melakukan perjalanan adalah untuk bersenang-senang atau

melepaskan diri dari tekanan pekerjaan. Sebelum kita berbicara tentang pariwisata

berkelanjutan, kita perlu tahu tentang pembangunan berkelanjutan. Menurut definisi,

pembangunan berkelanjutan memiliki maksud agar kebutuhan saat ini bisa terpenuhi

8
dengan tidak membahayakan untuk kedepannya. Pembangunan berkelanjutan juga

bisa diartikan dalam istilah lingkungan sebagai kemajuan yang dihasilkan dari

interaksi faktor sosial dan politik. Tanpa melintasi batas-batas lingkungan, setiap

perubahan dapat menjamin kehidupan manusia di masa sekarang dan masa depan,

serta akses terhadap pembangunan sosial dan ekonomi (Mayssara, 2014) .

Untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan, masyarakat perlu menyadari

pentingnya konsep pariwisata tersebut sehingga dapat menumbuhkan rasa hormat

terhadap tradisi destinasi wisata dan keinginan untuk tidak merusak alam dan budaya.

Dengan memaksimalkan potensi kawasan wisata dan memperluas ketersediaan

layanan di sekitarnya, pariwisata berkelanjutan juga berfungsi sebagai metode

alternatif peningkatan pendapatan daerah (Mahdayani, 2009).

Adapun rangkuman hasil kajian teori pariwisata berkelanjutan bisa diketahui di

Tabel 1. dibawah ini.

Tabel 1. Defenisi Pariwisata Berkelanjutan


No Referensi Komponen
 Mengadopsi pandangan yang seimbang dalam
1 Nunkoo (2017) pariwisata
 Mengubah aspek negatif menjadi aspek positif
 Pariwisata yang memperhatikan konteks
Ginting Dan Narsa lingkungan
2
(2019)  Pariwisata yang dapat digunakan kembali di
generasi berikutnya
 Pariwisata yang mengarahkan kembali sistem
Bramwell dan perilaku masyarakat.
3
(2017)  Pariwisata yang memperhatikan aspek aspek
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan
 Pariwisata yang menyadarkan masyarakat untuk
4 Mahdayani (2009)
menjaga alam dan budaya
Sumber: Hasil Rangkuman 2022

9
Berdasarkan beberapa pendapat tentang teori pariwisata berkelanjutan, dapat

dilihat bahwasanya pariwisata berkelanjutan adalah pariwisata yang dibangun dengan

berbasis lingkungan, namun tetap memperhatikan keberlanjutan aspek lingkungan,

sosial budaya, dan ekonomi. Hal ini berarti, fasilitas-fasilitas pariwisata ataupun

aktivitas pariwisata sudah selayaknya untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.

Konsep parwisata berkelanjutan dikatakan berhasil jika kegiatan kegiatan wisata

tersebut tidak merusak lingkungan, sebaliknya memberikan manfaat yang positif

untuk lingkungan sehingga kawasan wisata tersebut dapat dijaga kelestariannya

sampai generasi berikutnya. Dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, ada

berbagai elemen yang mestinya diperhatikan, yakni elemen lingkungan, budaya juga

ekonomi. Ketiga aspek ini berperan sangat penting dalam mewujudkan pariwisata

berkelanjutan. Jika sebuah destinasi wisata dapat menerapkan ketiga aspek tersebut,

maka destinasi wisata tersebut baru layak dikatakan sebagai destinasi wisata yang

menerapkan pariwisata berkelanjutan.

1. Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan didefinisikan sebagai pemanfaaan sumber daya alam untuk

melestarikan lingkungan itu sendiri, yang diikuti dengan mengembangkan

lingkungan tersebut dengan potensi yang dimilikinya. Lingkungan dan pariwisata

merupakan dua bagian yang berkaitan diantara keduanya. Dengan demikian,

pengembangan pariwisata berbasis lingkungan menjadi salah satu solusi dalam

pembangunan fasilitas-fasilitas pariwisata untuk menjaga keberanjutan lingkungan

pada destinasi wisata tersebut (Chamdani, 2018).

10
Pembangunan pariwisata bekelanjutan tentunya bisa memanfaatkan sumber

daya yang juga memiliki prospek baik. Kegiatan-kegiatan pariwisata mestinya

menggunakan sumber daya yang bisa terus dilakukan pembaharuan, sehingga tidak

akan menimbulkan kerusakan lingkungan dan masih dapat dimanfaatkan oleh

generasi selanjutnya. Hal ini temasuk dalam pengelolaan limbah yang

mempertimbangkan konteks lingkungan. Di sisi lain, pembangunan berkelanjutan

sudah seharusnya memberikan perlindungan dan pemeliharaan terhadap kawasan

konservasi, keanekaragaman hayati, serta sumber daya alam secara jangka panjang

untuk menjaga keberlanjutan dari kawasan wisata tersebut (Sulistyadi, 2019).

Adapun rangkuman hasil kajian aspek lingkungan bisa diketahui di Tabel 2.

dibawah ini.

Tabel 2. Aspek Lingkungan dalam Pariwisata Berkelanjutan


No Referensi Komponen
 Pemanfaatan sumber daya alam untuk
melestarikan lingkungan
1 Chamdani (2018)
 Mengembangkan lingkungan dengan potensi
pariwisata yang dimiliki.
Sunarta dan Arida  Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
2
(2017)  Memperhatikan pengelolaan limbah
 Memberikan perlindungan dan pemeliharaan
3 Sulistyadi (2019) terhadap kawasan konservasi, keanekaragaman
hayati, serta sumber daya alam
Sumber: Hasil Rangkuman 2022

Aspek lingkungan dalam pariwisata berkelanjutan dapat dilihat dari

penggunaan sumber daya yang berkelanjutan, pemeliharaan terhadap kawasan

konservasi, serta pariwisata yang memperhatikan pengelolaan limbah. Suatu

sumber daya dikatakan berkelanjutan jika ketersediaan sumber daya tersebut

11
masih berlimpah sehingga dapat digunakan oleh generasi selanjutnya. Hal ini juga

termasuk penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, seperti bahan hasil

daur ulang. Sementara itu, pemeliharaan terhadap kawasan konservasi dapat

dilihat dari tersedianya amenitas untuk mendukung kegiatan-kegiatan wisatawan

di sekitar kawasan konservasi. Namun, kegiatan-kegiatan pariwisata tersebut juga

harus mempertimbangkan pengelolaan limbah, sehingga keberadaan amenitas

tersebut tidak memberikan dampak negatif ke kawasan konservasi tersebut.

2. Aspek Sosial Budaya

Keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia adalah harta yang bahkan

tidak memiliki nilai, tidak dapat ditukar dengan apapun yang selalu senantiasa

dilindungi keberlangsungannya untuk mengembangkan pariwisata di Indonesia.

Pariwisata yang menitikberatkan pada adat-adat dan keanekaragaman sosial

budaya masyarakat setempat, berarti telah berhasil dalam melaksanakan aspek

sosial-budaya dalam pariwisata berkelanjutan. Jika struktur sosial dan mentalitas

masyarakat sudah matang, hal ini bisa saja terjadi, yang memberikan dukungan

untuk berpartisipasi secara kreatif, tanpa membedakan suku, agama, ras, dan

budaya (Listyaningsih, 2014).

Sikap dan nilai budaya suatu kelompok masyarakat berkaitan dengan aspek

sosial budaya. Keharmonisan antara pelaku juga warga lokal juga harus dibina.

Hal ini dapat diwujudkan dengan menampung tujuan, aspirasi, dan ide-ide

masyarakat dalam pengembangan pariwisata. Masyarakat lokal didorong untuk

turut berpartisipasi menyusun visi misi, mencari tahu apa saja sumber daya yang

12
nantinya bisa dilindungi keberlangsungannya juga perlu untuk dilakukan

peningkatan, menyusun strategi pembangunan, lalu bertanggung jawab dalam

proses pembangunan pariwisata di lokasi wisata tersebut. Keberlanjutan aspek

sosial berkaitan dengan kemampuan masyarakat untuk menerima kritik dan saran

dan beradaptasi dengan wisatawan sehingga tidak menimbulkan kerusuhan

(Sulistyadi, 2019).

Selain masyarakat, partisipasi pelaku (stakeholder) dalam pengembangan

pariwisata juga memegang peranan yang penting. Selain menyusun program dan

strategi pariwisata, pelaku dapat berpartisipasi untuk menggerakkan masyarakat

lokal dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sunarta, 2017).

Adapun rangkuman hasil kajian aspek sosial budaya bisa disaksikan di Tabel

3 dibawah ini.

Tabel 3. Aspek Sosial Budaya dalam Pariwisata Berkelanjutan


No. Referensi Komponen
 Menitikberatkan pada adat adat, nilai-nilai,
Listyaningsih
1 dan keanekaragaman sosial budaya
(2014)
masyarakat setempat
Sunarta dan Arida  Partisipasi masyarakat lokal
2
(2017)  Mewadahi tujuan masyarakat
 Kemampuan masyarakat untuk menerima
3 Sulistyadi (2019) kritik dan masukan
 Kemampuan masyarakat untuk beradaptasi
Sumber: Hasil Rangkuman 2022

Berdasarkan hasil uraian diatas, keberlanjutan pariwisata dalam aspek sosial

budaya dapat diamati dari partisipasi masyarakat lokal, pewadahan tujuan

masyarakat dalam pembangunan pariwisata, dan penekanan pada adat-adat dan

keanekaragaman sosial budaya masyarakat setempat. Ketiga aspek tersebut sangat

13
penting untuk dikaji, terutama partisipasi masyarakat dan pewadahan tujuan

masyarakat. Hal tersebut dikarenakan, sebagai sebuah destinasi wisata yang

dalam proses berkembang, memerlukan pilar internal yang kuat, yaitu kerjasama

yang baik antara masyarakat dengan pemerintah. Dengan terwujudnya aspek

tersebut, Kecamatan Bonto Bahari akan menjadi destinasi wisata yang memiliki

kekompakan dalam hal melayani wisatawan. Disamping itu, adanya penekanan

pada ciri khas kebudayaan setempat dapat membentuk sebuah destinasi wisata

dengan citra yang tidak dapat ditemui pada kawasan lain. Dapat dilihat jika

Kecamatan Bonto Bahari sudah bisa mendatangkan banyak wisatawan, sehingga

saat ini aspek tersebut belum dapat dikaji.

3. Aspek Ekonomi

Selain dapat meningkatkan perekonomian negara, berkembangnya sektor

pariwisata juga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat.

Pembangunan pariwisata seharusnya memberikan manfaat sosial ekonomi kepada

masyarakat, seperti menyediakan lapangan pekerjaan dan kesempatan membuka

usaha, sehingga kegiatan pariwasata juga bisa membantu peningkatan taraf

kehidupan rakyat Indonesia. Demikian ini bisa diwujudkan jika fasilitas-fasilitas

di kawasan tersebut dikelola oleh masyarakat lokal yang bertujuan untuk

menciptakan lapangan pekerjaan. Mewujudkan kepemilikan lokal memerlukan

akses yang mudah baik bagi pemilik usaha dan pengusaha lokal maupun

pendidikan dan pelatihan bagi penduduk lokal. Prinsip pariwisata berkelanjutan

ini juga diuntungkan dari komunikasi antara masyarakat lokal dan pengusaha

14
(Sunarta, 2017).

Tujuan komponen ekonomi pariwisata berkelanjutan adalah untuk menjamin

kelangsungan kegiatan ekonomi. Usaha ekonomi harus berjangka panjang dan

bermanfaat kepada stakeholders selain masyarakat itu sendiri. Keberlanjutan

dalam aspek ekonomi dapat dilihat melalui dua indikator berikut, yaitu tidak

adanya pemborosan sumber daya dan potensi kegiatannya untuk meningkatkan

jumlah sumber daya yang digunakan atau yang dapat diganti (Sulistyadi, 2019).

Adapun rangkuman hasil kajian aspek sosial budaya bisa diketahui di Tabel

4 dibawah ini.

Tabel 4. Aspek Ekonomi dalam Pariwisata Berkelanjutan


No Referensi Komponen
1 Beramas (2019)  Menyediakan lapangan pekerjaan
2 Sulistyadi (2019)  Kesempatan membuka usaha
Sunarta dan Arida  Kepemilikan lokal untuk menyediakan
3
(2017) lapangan perkerjaan
 Tidak adanya pemborosan sumber daya alam
 Kegiatannya dapat meningkatkan sumber daya
4 Sulistyadi (2019)
yang telah digunakan atau sumber daya yang
dapat digantikan
Sumber: Hasil Rangkuman 2022

Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebuah pariwisata berkelanjutan

dikatakan berhasil dalam aspek ekonomi jika telah memenuhi kepemilikan lokal

untuk menyediakan lapangan pekerjaan, kesempatan membuka usaha dan tidak

adanya pemborosan sumber daya alam. Elemen perekonomian mrmiliki tujuan

agar bisa melakukan peningkatan kualitas hidup warga melalui berbagai cara

misalnya memastikan bahwa kegiatan ekonomi berjalan terus menerus dan tidak

berhenti. Artinya, wisatawan tidak hanya datang pada waktu-waktu tertentu,

15
melainkan terus menerus bergantian sehingga keberlangsungan kegiatan

ekonomi pun akan terjaga. Dengan adanya kesempatan untuk membuka usaha

dan banyaknya retail-retail pada daerah tujuan wisata, mampu mendatangkan

wisatawan sehingga dapat menjaga keberlangsungan ekonomi di daerah

tersebut.

Pariwisata berkelanjutan, juga dikenal sebagai "sustainable tourism" mengacu

pada jenis pariwisata yang berkembang pada tingkat yang sangat cepat dan tidak

memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan dapat berbaur dengannya.

Hal ini juga mengacu pada pengembangan pariwisata yang menggunakan

konferensi dan pendekatan terpadu untuk memastikan bahwa hasil yang paling

menguntungkan dapat dicapai dengan terus menerus. Prinsip “bahagia di sini,

bahagia di sana” harus dipegang teguh dalam pengembangan pariwisata.

Artinya dapat membantu wisatawan membawa kembali kenangan indah dari

destinasi wisata mereka (Setijawan, 2017).

B. Destinasi Wisata

Secara tradisional, wilayah geografis, misalnya negara, pulau, ataupun kota,

dianggap sebagai tujuan wisata. Sebaliknya, menurut Tuohino & Konu (2014),

destinasi adalah wilayah geografis yang bisa memberikan daya tarik kepada

wisatawan agar berada disini meski dalam waktu singkat dan memiliki beberapa hasil

produksi yang memerlukan banyak prasyarat saat ingin diwujudkan. Disisi lain, Kim

dan Brown (2012) menyatakan bahwa atraksi, fasilitas, dan layanan wisata terdiri dari

16
produk wisata.

Menurut Ritchie (2014), deperti produk jasa lainnya, destinasi adalah paket

(bundel) dari berbagai fasilitas dan layanan pariwisata yang memiliki sejumlah

karakteristik multidimensi yang secara bersama-sama, menentukan daya tariknya bagi

individu tertentu dalam keadaan pilihan tertentu. Destinasi adalah suatu kesatuan

dalam suatu kawasan tertentu yang meliputi komponen produk dan jasa pariwisata

serta elemen pendukung lainnya seperti pelaku industri pariwisata, masyarakat, dan

lembaga pembangunan. Elemen-elemen ini bekerja sama untuk menciptakan motivasi

wisatawan untuk berkunjung dan pengalaman mereka secara keseluruhan (Legawa,

2008).

Yoeti (2002) mengatakan bahwa produk pariwisata yang merupakan salah

satu hal yang ditawarkan dalam pemasaran pariwisata memiliki 3 elemen utama,

yakni:

1. Daya tarik destinasi wisata, meliputi image yang dibuat wisatawan

terhadapnya.

2. Akomodasi, upaya mengelola makanan, parking area, transportasi, rekreasi,

serta fasilitas lainnya yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata.

3. Aksesibilitas menuju destinasi wisata.

Standar destinasi pariwisata berkelanjutan dapat diterapkan oleh organisasi

pengelola destinasi yang bertugas mengoordinasikan pendekatan terkait pariwisata

berkelanjutan. Mereka terkait dengan tempat (tujuan) dan dapat diterapkan pada non-

17
entitas atau individu. Persyaratan penting untuk penerapan standar destinasi

pariwisata berkelanjutan adalah keberadaan organisasi—pengelola yang bertanggung

jawab. Perlu ditegaskan bahwa organisasi yang dimaksud bukan hanya sektor publik

atau entitas otoritas lokal; melainkan untuk mencapai tujuan, penerapan standar

memerlukan partisipasi dari sejumlah pemangku kepentingan, termasuk pemerintah,

sektor publik, dan sektor swasta.

C. Kriteria Destinasi Pariwisata Berkelanjutan

Menurut Permenparekraf Nomor 9 Tahun 2021 Acuan Destinasi Pariwisata

Berkelanjutan. Syarat menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan secara umum

dikelompokkan kedalam empat kelompok, masing-masing dengan dua atau tiga sub

kelompok, seperti yang diuraikan di bawah ini:

Tabel 5. Kriteria Destinasi


Bagian A. Bagian C.
Pengelolaan Berkelanutan Keberlanjutan Budaya
1. Struktur dan kerangka pengelolaan 1. Melindungi Warisan Budaya
2. Keterlibatan Pemangku Kepentingan 2. Mengunjungi Situs budaya
3. Mengelola tekanan dan perubahan
Bagian B. Bagian D.
Keberlanjutan Sosial dan Ekonomi Keberlanjutan Lingkungan
1. Memberikan manfaat ekonomi lokal 1. Konservasi warisan alam
2. Kesejateraan dan dampak sosial. 2. Pengelolaan sumber daya
3. Pengelolaan limbah dan emisi
Sumber Permenparekraf Nomor 9 Tahun 2021

Empat bagian kriteria destinasi yang mempromosikan pariwisata

berkelanjutan diperjelas oleh:

1. Langkah-langkah yang digunakan untuk menilai atau menetapkan standar

destinasi pariwisata berkelanjutan disebut kriteria.

18
2. Item diturunkan dari kriteria yang merinci pengelompokan indikator disebut

sebagai subkriteria.

3. Indikator adalah hal yang akan memberikan kejelasan suatu kriteria dengan

demikian bisa menggambarkan arahnya ataupun penjelasannya.

4. Bukti yang mendukung merupakan segala hal yang bisa

dipertanggungjawabkan pihak destinasi pariwisata yang

mengimplementasikan pariwisata berkelanjutan dan yang menyatakan

kebenaran peristiwa, informasi nyata, atau tanda-tanda. Bisa dalam bentuk

softcopy atau hardcopy yang tersedia.

1. Pengelolaan Berkelanjutan

Standar Pengelolaan Berkelanjutan di Bagian A terdiri dari tiga bagian dan

11 kriteria, sebagai berikut:

a. Struktur dan kerangka pengelolaan :

1) Tanggung jawab pengelolaan destinasi

Berikut ini adalah contoh indikator dan bukti pendukung tanggung

jawab manajemen destinasi:

a) Hadirnya struktur manajemen yang saling terhubung dan efisien

melalui sumber dana juga jobdeks yang detail; dan

b) Memanfaatkan kerangka hukum yang ada untuk mengikutsertakan

sektor publik dan swasta.

19
2) Strategi dan rencana aksi pengelolaan destinasi

Indikator dan bukti yang mendukung strategi dan rencana aksi

pengelolaan Destinasi antara lain hadirnya teknik pariwisata multiyears

(dengan rentang waktu yang singkat, sedang, juga lama) mencakup

pengembangan jangkauan ke destinasi, fasilitas pariwisata di dalam dan

sekitar destinasi, dan pariwisata, kegiatan di area dalam juga sekitar

destinasi namun tetap harus berfokus juga pada apa saja yang bisa

mendukung pengembangan lingkungan, termasuk membuat perekonomian

bertumbuh, menyelesaikan permasalahan sosial, warisan budaya, mutu,

kesehatan, keselamatan, dan estetika. Perumusan strategi mencakup

partisipasi dari masyarakat dan komitmen politik dari pemangku

kepentingan terkait.

3) Monitoring dan pelaporan

Indikator dan bukti untuk melakukan pemantauan dan pelaporan yang

disediakan oleh sistem pemantauan dan evaluasi yang dilaporkan secara

teratur. Sistem ini menangani masalah yang terkait dengan lingkungan,

perekonomian, kehidupan sosial dan budaya, pariwisata, HAM, dan

pariwisata, juga mekanisme yang diberikan pendanaan dengan baik untuk

mengurangi efek negatif pariwisata.

b. Keterlibatan pemangku kepentingan :

1) Pelibatan badan usaha dan standar keberlanjutan.

Hadirnya sistem dengan standar pariwisata yang memberikan

20
pengaturan pada berbagai elemen pokok aktivitas pariwisata berkelanjutan

untuk pelaku pariwisata, misalnya pengelola kawasan pariwisata, hotel,

homestay, tour operator, dan lain-lain, memberikan indikator dan bukti yang

mendukung keterlibatan badan usaha dan standar keberlanjutan. kriteria

pariwisata berkelanjutan diharapkan dapat diterapkan secara konsisten oleh

sistem ini. Pelaku usaha bersertifikat tersedia untuk masyarakat umum.

2) Pelibatan umpan balik dari penduduk setempat.

Hadirnya masyarakat secara langsung untuk terlibat dalam

merencanakan juga mengelola destinasi berkelanjutan dibuktikan dengan

keterlibatan serta umpan balik dari warga setempat. Penghargaan, rasa

cemas juga rasa puas warga sekitar tentang keberlanjutan dalam pengelolaan

pariwisata dan destinasi dipantau secara berkala dan dipublikasikan.

Destinasi memiliki sistem untuk membangun kapasitas masyarakat dan

mendidik masyarakat lokal tentang manfaat dan kerugian pariwisata

berkelanjutan.

3) Pelibatan dan umpan balik dari pengunjung.

Dalam hal keterlibatan pengunjung dan umpan balik, indikator dan bukti

pendukung antara lain adanya sistem pemantauan dan pelaporan kepuasan,

seperti wawancara atau survei dengan pengunjung (exit survey) atau

penanganan keluhan. Rencana tindakan dikembangkan berdasarkan hasil

yang diperoleh untuk meningkatkan kepuasan pengunjung.

21
4) Promosi dan informasi

Barang jasa pariwisata dipromosikan dengan tepat, otentik, bertanggung

jawab, serta dengan menghargai warga asli daerah tersebut dan wisatawan

sebagai tolak ukur dan bukti yang mendukung.

c. Mengelola tekanan dan perubahan :

1) Mengelola jumlah dan kegiatan pengunjung.

Sistem manajemen pengunjung yang ditinjau secara berkala dapat

memberikan tolak ukur serta bukti yang mendukung untuk melakukan

pengelolaan total dan aktivitas pengunjung. Destinasi berusaha untuk

mencapai keseimbangan antara kebutuhan ekonomi lokal, komunitas,

warisan budaya, dan lingkungan dengan mengambil langkah-langkah ini

untuk memantau juga melakukan pengelolaan pada total dan aktivitas

pengunjung, serta untuk pengurangan dan peningkatan jumlah pengunjung

tergantung keadaan.

2) Perencanaan peraturan dan pengendalian pembangunan.

Indikator dan bukti pendukung dalam perencanaan peraturan dan

pengendalian pembangunan menunjukkan perlunya penilaian dampak

lingkungan, perekonomian, sosial, zonasi, penggunaan lahan, desain,

konstruksi, dan pembongkaran yang disiapkan bersama dengan masyarakat

lokal untuk melindungi sumber daya alam dan budaya. Komunikasi terbuka

atas kebijakan, aturan, dan pedoman ini dilakukan, dan penegakan hukum

dilakukan.

22
3) Adaptasi perubahan iklim

Contoh indikator dan bukti yang mendukung ketika beradaptasi pada

berubahnya iklim antara lain perbaikan sistem, regulasi, kebijakan, dan

program adaptasi berubahnya iklim, mengurangi dampak, serta

meningkatkan awarness warga juga dan bisnis pariwisata.

4) Pengelolaan risiko dan krisis.

Bukti tolak ukur juga bukti penunjang pada manajemen risiko dan krisis

adalah hadirnya sistem manajemen tanggap darurat yang mencakup

perencanaan kegiatan yang dibuat karena ada saran dari pihak swasta,

penjelasan sumber daya manusia dan keuangan, dan mekanisme komunikasi

ketika berlangsung dan pasca masalah atau keadaan darurat.

2. Keberlanjutan Sosial dan Ekonomi

Ada dua sub-bagian untuk kriteria keberlanjutan sosial dan ekonomi

diuraikan dibawah ini:

a. Memberikan manfaat ekonomi lokal :

1) Mengukur kontribusi ekonomi pariwisata.

Perekonomian berkontribusi langsung dan tidak langsung dari

pariwisata pada ekonomi destinasi memberikan indikator dan bukti

pendukung agar melakukan pengukuran kontribusi ekonomi pariwisata

yang dipantau dan dibuat laporannya kepada publik. Pengukuran

kontribusi yang semestinya meliputi total orang yang berkunjung,

pengeluaran mereka, jumlah pekerjaan juga investasi, dan bukti

23
bagaimana dammpak positif hasil perekonomian didistribusikan.

2) Peluang kerja dan karir.

Menggunakan kebijakan serta undang-undang untuk memastikan

bahwa bisnis di destinasi wisata menghadirkan ruang kerja, exercise,

keamanan bekerja, gaji merujuk pada rata-rata upah minimum

(berkeadilan) serta upah yang sama bagi semuanya, meliputi wanita,

pemuda, penyandang disabilitas, kelompok minoritas, dan lain-lain ,

untuk mendukung indikator dan bukti kesempatan kerja dan karir.

3) Mendorong kepemilikan bisnis lokal dan perdagangan yang adil.

Adanya sistem dan program yang mendukung usaha mikro, kecil,

dan menengah (UMKM) dalam rantai nilai pariwisata dalam rangka

mempromosikan dan mengembangkan produk lokal yang berkelanjutan

sesuai dengan prinsip perdagangan yang adil merupakan bukti bahwa

kewirausahaan lokal dan perdagangan yang adil didukung oleh indikator

dan barang bukti. Makanan, minuman, kerajinan tangan, seni

pertunjukan, dan pertanian termasuk di antara barang-barang lokal ini.

b. Kesejahteraan dan dampak sosial :

1) Dukungan bagi masyarakat.

Bisnis, pengunjung, dan masyarakat umum semuanya dapat

memberikan kontribusi yang bertanggung jawab kepada komunitas dan

inisiatif keberlanjutan melalui berbagai program dan sistem.

24
2) Pencegahan eksploitasi dan diskriminasi.

Melakukan pencegahan adanya komersialisasi, pengeksploitasian,

melecehakan, dan berbagai bentuk pelecehan yang lain pada orang

dibawah umur, remaja, wanita, juga kelompok minoritas dibahas dalam

praktik, program, dan undang-undang yang diterbitkan.

3) Hak kepemilikan dan pengguna.

Hukum dan peraturan yang mengatur hak kepemilikan dan perolehan

didokumentasikan dan ditegakkan. Para pemangku kepentingan

mematuhi hak-hak adat dan komunal, menjamin konsultasi publik, dan

melarang relokasi tanpa kompensasi yang adil dan persetujuan bebas,

didahulukan, dan diinformasikan. Pengguna dan hak akses ke sumber

daya penting juga dilindungi oleh undang-undang dan peraturan.

4) Keselamatan dan keamanan.

Untuk memenuhi persyaratan pengunjung dan penduduk setempat,

sistem tersedia untuk memantau, mencegah, melaporkan kepada publik,

dan menanggapi bahaya terhadap kesehatan, keselamatan, dan properti.

5) Akses untuk semua.

Masyarakat lokal masih memiliki akses ke tempat-tempat wisata

alam, budaya, sejarah, arkeologi, religi, dan spiritual berkat sebuah

program. Situs, saran dan prasaran, dan pelayanan, meliputi mempunyai

signifikansi budaya dan alam, bisa lihat kapanpun dan semuanya bisa

mengakses, termasuk penyandang disabilitas juga mereka yang memiliki

25
persyaratan aksesibilitas tertentu. Akses dimungkinkan bagi orang yang

membutuhkan akses khusus ke fasilitas dan situs yang tidak dapat

diakses secara langsung dengan menerapkan solusi yang dibuat juga

diterapkan namun harus menjaga integritas situs. Layanan, fasilitas, dan

informasi tentang aksesibilitas situs disediakan.

3. Keberlanjutan Budaya

Ada dua sub-bagian untuk kriteria keberlanjutan budaya:

a. Melindungi warisan budaya :

1) Perlindungan aset budaya

Evaluasi, restorasi, dan pelestarian aset budaya, seperti bangunan

cagar budaya dan lanskap budaya yang diwariskan, diatur oleh prosedur

dan kebijakan.

2) Artefak Budaya

Distribusi, pameran, penjualan, dan perdagangan artefak sejarah dan

arkeologi semuanya diatur oleh undang-undang. Masyarakat, termasuk

bisnis pariwisata dan pengunjung, diinformasikan serta disampaikan

melalui undang-undang.

3) Warisan tak-benda

Tradisi lokal, seni, musik, bahasa, keahlian memasak, lalu bidang

lainnya dari identitas dan kekhasan lokal didukung dalam perayaan dan

perlindungan warisan budaya takbenda. Dengan hati-hati dan hormat,

budaya dan tradisi yang ada disajikan, ditiru, dan ditafsirkan, melibatkan

26
dan membantu masyarakat setempat, dan menawarkan pengalaman

otentik kepada pengunjung.

4) Akses tradisional

Akses masyarakat lokal ke situs alam dan budaya dipantau,

dilindungi, dan jika diperlukan akan dilakukan pemulihan melalui suatu

sistem.

5) Hak kekayaan intelektual

Ada metode dalam berkontribusi untuk melindungi juga

melestarikan HKI publik juga perseorangan.

b. Mengunjungi situs budaya

1) Pengelolaan pengunjung pada situs budaya

Terdapat mekanisme dalam mengontrol orang yang berkunjung ke

situs budaya dan area di sekitarnya, serta kapasitas dan kemampuan

yang diharapkan. Sistem ini bertujuan untuk meningkatkan arus

pengunjung dan mengurangi efek negatif. Sebelum dan selama

kunjungan mereka, pengunjung, agen perjalanan, dan pemandu wisata

diberikan panduan pengunjung yang mencakup acara dan tempat yang

sensitif secara budaya.

2) Interpretasi Situs

Pengunjung diberikan informasi tentang urgensi bidang kebudayaan

juga alam melalui situs yang mereka datangi, selain itu materi

interpretasi yang diberikan adalah informasi yang akurat. Informasi

27
tersebut relevan secara budaya, dibuat bekerja sama dengan komunitas

tuan rumah, dan disampaikan melalui penjelasan bahasa bagi

pengunjung dan penduduk setempat.

4. Keberlanjutan Lingkungan

Tiga sub bagian kriteria kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Konservasi warisan alam :

1) Pelindungan lingkungan sensitif

Konservasi ekosistem, habitat, dan spesies, serta pencegahan

masuknya dan munculnya penyebaran spesies asing invasif, semuanya

akan dilakukan pengawasan, pengukuran, serta akan ditanggapi oleh

suatu sistem.

2) Pengelolaan pengunjung pada situs alam

Karakteristik, kapasitas, dan kepekaan alam ini diperhitungkan oleh

sistem pengelolaan pengunjung di dalam dan di sekitar situs alam.

Sistem ini bertujuan untuk mengoptimalkan pergerakan pengunjung dan

meminimalkan efek buruk. Pengunjung, agen perjalanan, dan pemandu

menerima instruksi sebelum dan sesudah kunjungan tentang cara

berperilaku di situs sensitif.

3) Interaksi dengan kehidupan liar

Untuk interaksi satwa liar, terdapat sistem untuk memastikan

kepatuhan terhadap peraturan internasional, nasional, dan lokal. Dengan

mempertimbangkan efek kumulatif, interaksi dengan satwa liar yang

28
bergerak bebas adalah non-invasif dan dikelola secara bertanggung

jawab untuk mencegah efek buruk pada hewan serta pada kelangsungan

hidup dan perilaku populasi liar.

4) Eksploitasi spesies dan kesejahteraan satwa

Untuk menjamin kesejahteraan hewan dan pelestarian spesies

(hewan, tumbuhan, dan semua makhluk hidup), ada sistem untuk

memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lokal, nasional,

dan internasional serta sistem yang berhubungan dengan memanen,

menangkap hewan liar lalu kemudian diperdagangkan, melakukan

pertunjukkan dan terakhir dijual spesies hidup yang bebas pada produk

mereka. Hanya individu yang berwenang dan diperlengkapi yang boleh

menangkap, menyilangkan, atau membiakkan hewan liar, dan aktivitas

ini harus diatur secara ketat. Perawatan dan penanganan semua hewan

liar dan peliharaan di penangkaran memenuhi standar tertinggi untuk

kesejahteraan hewan.

b. Pengelolaan sumberdaya :

1) Konservasi energi

Penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, dan konsumsi energi

adalah semua target yang telah ditetapkan dalam rangka melakukan

pengurangan konsumsi. Bisnis didorong agar bisa melakukan

pengukuran, pemantauan, melakukan pengurangan serta secara publik

melaporkan kontribusi mereka terhadap tujuan tersebut oleh sistem

29
destinasi.

2) Penatalayanan air

Bisnis didorong agar bisa melakukan pengukuran, pemantauan serta

bisa membuat laporan kepada publik, juga terkait pengelolaan pada

penggunaan air mereka. Di tempat tujuan, bahaya air dievaluasi dan

didokumentasikan. Penatagunaan air bertujuan untuk mengidentifikasi

dan secara aktif berupaya memastikan bahwa penggunaan pariwisata

tidak bertentangan dengan persyaratan komunitas lokal dan ekosistem

dalam kasus risiko air yang tinggi.

3) Kualitas air

Dengan menggunakan standar baku, ada sistem untuk memantau

kualitas air untuk minum, rekreasi, dan alasan ekologis. Hasil

pemantauan dapat diakses oleh masyarakat umum, dan destinasi

memiliki sistem untuk segera mengatasi masalah kualitas air.

c. Pengelolaan limbah dan emisi :

1) Air limbah

Untuk penempatan, pemeliharaan, dan pengujian pembuangan dari

septic tank dan sistem pengolahan air limbah, ada pedoman yang jelas

dan harus bisa ditegakkan dan dilaksanakan sesuai dengan standarnya.

Destinasi memastikan bahwa limbah ditangani dengan benar, digunakan

kembali, atau dibuang dengan aman tanpa merusak lingkungan atau

masyarakat setempat.

30
2) Limbah padat

Ada sistem untuk mengukur, melaporkan, dan menetapkan tujuan

untuk mengurangi limbah yang dihasilkan. Sistem pengumpulan daur

ulang yang secara efektif memisahkan limbah menurut jenisnya

memastikan bahwa limbah padat diperlakukan dengan benar dan

dialihkan dari tempat pembuangan sementara atau akhir di tempat

tujuan. Bisnis didorong untuk menghindari, meminimalkan,

menggunakan kembali, dan mendaur ulang limbah padat, termasuk

limbah makanan. Plastik, khususnya, ditargetkan untuk dikurangi atau

dihilangkan. Secara aman dan berkelanjutan, sisa limbah padat yang

tidak didaur ulang atau digunakan kembali dibuang akan ditempatkan

ditempat pembuangan.

3) Emisi dan mitigasi perubahan iklim

Menetapkan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca,

melaksanakannya, dan melaporkan kebijakan dan langkah-langkah

mitigasi. Emisi gas rumah kaca dari semua aspek operasi perusahaan

(termasuk yang berasal dari pemasok dan penyedia layanan) harus

diukur, dipantau, dikurangi atau diminimalkan, dilaporkan kepada

publik, dan dimitigasi mendorong upaya untuk mengkompensasi emisi

yang tersisa.

4) Transportasi berdampak rendah

Tetapkan tujuan untuk mengurangi emisi dari transportasi untuk

31
sampai dan tinggal di tempat tujuan. Untuk mengurangi dampak

pariwisata terhadap polusi udara, kemacetan lalu lintas, dan perubahan

iklim, disarankan untuk menggunakan kendaraan yang lebih

berkelanjutan, rendah emisi, dan aktif bepergian (dengan berjalan kaki

atau bersepeda).

5) Pencemaran cahaya dan kebisingan

Untuk mengurangi polusi cahaya dan kebisingan, pedoman dan

peraturan telah ditetapkan. Bisnis didorong untuk mematuhi aturan dan

peraturan ini.

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Salah satu jenis

penelitian ini memiliki spesifikasi yang sistematis, terencana, dan memiliki

struktur yang jelas dari awal hingga pembuatan desain penelitian. Sugiyono

(2017) mendefinisikan metode penelitian kuantitatif sebagai berikut: “Metode

penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah ditetapkan”.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini terlaksana dalam kurung waktu kurang lebih enam bulan, yang

berlokasi di daerah Pantai Marumasa yang tepatnya berada di Desa Darubiah,

Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini berfokus pada

pengembangan pariwisata berkelanjutan di lokasi wisata pantainya. Dimana

33
kegiatan meliputi penyusunan proposal, survei lapangan, pengumpulan data,

analisis, dan kesimpulan penelitian. Untuk lebih jelasnya berikut peta deliniasi

kawasan destinasi wisata Pantai Marumasa.

34
35
Gambar 1. Peta Deliniasi Destinasi Wisata Pantai Marumasa

36
C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data kualitatif merupakan data dengan jenis non-angka atau

menguraikan dengan deskriptif dari lokasi penelitian secara keseluruhan.

Kategori data kualitatif berikut ini:

1) Kebijakan pengembangan pariwisata berkelanjutan oleh pengelola.

2) Kebijakan pemerintah daerah ditingkat kabupaten, kecamatan,

hingga desa.

b. Data kuantitatif adalah angka-angka yang dapat dihitung untuk sampai

pada nilai yang diinginkan dan menggambarkan keadaan lokasi

penelitian. Data kuantitatif yang relevan adalah sebagai berikut:

1) Informasi tentang kondisi fisik kawasan, seperti letak, batas

administrasi, topografi, jenis tanah, dan hidrologi.

2) Informasi persepsi responden.

2. Sumber Data

a. Observasi langsung di lokasi penelitian, wawancara dengan pemangku

kepentingan, dan dokumentasi lapangan termasuk data primer. Data primer

penelitian ini adalah persepsi responden terkait program pengembangan

pariwisata berkelanjutan.

b. Data sekunder adalah data yang dapat mendukung dan menunjang penelitian.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Bulukumba, Badan Pusat Statistik (BPS), dan instansi terkait

37
lainnya menyediakan data sekunder untuk penelitian ini. Berikut ini adalah

contoh data sekunder:

1) Informasi pembangunan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

2) Informasi keadaan fisik daerahnya, termasuk keadaan topografi, data

geografis wilayah, dan data lainnya.

3) Kebijakan pemerintah daerah.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan, wawancara, dan studi

pustaka untuk mengumpulkan data. Tergantung pada persyaratan data yang akan

dikumpulkan, metode ini dapat digunakan atau tidak.

1. Survei Lapangan

Ini adalah pendekatan mengamati secara langsung objek yang menjadi

subjek penelitian untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan dan

potensinya.

2. Studi Pustaka

Metode ini digunakan untuk memperoleh peta lokasi dan rencana

kawasan wisata serta data sarana prasarana pendukung lainnya dari instansi

terkait seperti Dinas Pariwisata dan pengelola kawasan pariwisata. Studi

peta bisa dimanfaatkan untuk melakukan pengkajian pada penelitian terkait

dengan pembangunan fisik, dan studi pustaka digunakan untuk menemukan

teori-teori yang memiliki keterkaitan dengan penelitian dalam pendekatan

38
ini.

3. Kuisioner

Kuesioner adalah metode untuk mengumpulkan data di mana

responden diminta untuk menanggapi serangkaian pertanyaan tertulis.

Pertanyaan-pertanyaan ini dapat diberikan secara langsung, melalui surat,

atau online. Kuesioner juga diperlukan untuk penelitian kuantitatif untuk

memenuhi persyaratan data; hasil kuesioner akan dijelaskan secara

deskriptif.

Tabel 6. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


Rumusan Bentuk Sumber
No Jenis Data Metode Keterangan
Masalah Data Data
Bagaimana
potensi kawasan Masyarakat
Data
pantai Kuision setempat
persepsi Kuantitatif Primer
marumasa er dan dinas
responden
berdasarkan terkait
1 kriteria
pariwisata Bappeda,
berkelanjutan di Survei Dinas
Kondisi fisik
Desa Darubiah Kuantitatif Sekunder Lapanga Pariwisata,
kawasan
Kecamatan n Lokasi
Bonto Bahari peneltian
Program
pengembang Bappeda,
Bagaimana
an Dinas
strategi yang Studi
pariwisata Kualitatif Sekunder PUPR,
dapat dilakukan Pustaka
berkelanjuta Dinas
dalam
n di lokasi Pariwisata
pengembangan
wisata
2 aksesibilitas di
kawasan pantai
Bappeda,
Marumasa Desa
Kebijakan Dinas
Darubiah Studi
pemerintah Kualitatif Sekunder PUPR,
Kecamatan Pustaka
daerah Dinas
Bonto Bahari
Pariwisata

39
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek penelitian atau keseluruhan jumlah unit

analisis yang digunakan dalam penelitian. Ini adalah komponen penting yang

memiliki satu atau lebih karakteristik khusus yang telah dipilih peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi pada riset ini

merupakan seluruh stakeholder yang berkaitan dengan pengembangan

pariwisata.

2. Sampel

Metode pengambilan sampel ditentukan oleh ruang lingkup

pembahasan dan data yang diperlukan untuk penelitian. Berdasarkan pada

hal demikian, sampel diambil dengan cara acak. Dalam hal ini, random

sampling digunakan untuk memilih sampel yang dapat secara akurat

mewakili populasi berdasarkan karakteristik lokasi dan kemampuannya

untuk secara akurat menggambarkan karakteristik atau profil populasi yang

sebenarnya. Jumlah dan ciri-ciri populasi dapat masuk dalam kategori

sampel.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive

sampling. Menurut Guttman (2015), teknik pengambilan sampel yang disebut

“purposeful sampling” memiliki beberapa hal yang perlu dipikirkan. Suatu

metode pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu dikenal

40
dengan istilah “purposeful sampling”. Tabel berikut mencantumkan sumber

yang digunakan sebagai contoh sumber data dalam penelitian:

Tabel 7. Sampel Penelitian


NO SAMPEL JUMLAH

1 Dinas Pariwisata 3
2 Pengelola Destinasi Wisata 2
3 Tokoh Masyarakat Sekitar
5
Destinasi Wisata
4 Pengunjung Destinasi
20
Wisata
30

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang dibuat operasional sehingga dapat dipelajari

secara empiris. Berdasarkan penelitian terhadap teori yang digunakan, dipilih

variabel-variabel yang digunakan dalam proses identifikasi. Gejala yang menjadi

fokus penelitian dan dapat diukur secara kuantitatif dikenal sebagai variabel.

Penelitian ini mengandalkan variabel-variabel berikut:

Tabel 8. Indikator Variabel Penelitian


No Variabel Indikator Parameter

Tanggung jawab pengelola wisata

Struktur dan kerangka Rencana dan strategi pengelola


pengelolaan. wisata

Monitoring dan evaluasi


Pengelolaan
1. Kerja sama dengan masyarakat
Berkelanjutan
setempat
Pelibatan dan tanggapan
Keterlibatan Pemangku wisatawan
Kepentingan
Promosi dan Informasi destinasi
wisata

41
No Variabel Indikator Parameter

Dampak terhadap ekonomi lokal

Memberikan manfaat Peluang tenaga kerja terserap


ekonomi lokal
Mendukung kewirausahaan lokal
Keberlanjutan dan perdagangan
2. sosial dan
ekonomi Program terhadap masyarakat

Kesejahteraan dan dampak Hak melindungi masyarakat


sosial.
Keselamatan dan keamanan

Perlindungan aset budaya


Keberlanjutan Melindungi warisan
3.
Budaya budaya Melindungi akses mayarakat

Pengelolaan Sumberdaya Kualitas air


Keberlanjutan Air limbah
4
Lingkungan Pengelolaan limbah dan
emisi Pengurangan emisi transportasi

Sumber: Permenparekraf 2021

G. Metode Analisis Data

Metode analisis berikut digunakan dalam penelitian ini, sesuai dengan

rumusan masalah:

1. Teknik Analisis Rumusan Masalah Pertama

Rumusan masalah pertama mengenai potensi kawasan wisata Pantai

Marumasa dapat dikembangkan sebagai wisata keberlanjutan diulas dan dikaji

menggunakan analisis distribusi frekuensi terhadap variabel yang terkait dengan

pengelolaan berkelanjutan, serta keberlanjutan sosial dan ekonomi, budaya, dan

lingkungan. Berikut indikator juga parameter pada potensi destinasi pariwisata

42
berkelanjutan Pantai Marumasa.

Tabel 9. Indikator dan Parameter Potensi Pantai Marumasa


No Variabel Indikator Parameter

Tanggung jawab pengelola wisata

Struktur dan kerangka Rencana dan strategi pengelola


pengelolaan. wisata

Monitoring dan evaluasi


Pengelolaan Kerja sama dengan masyarakat
1.
Berkelanjutan setempat

Keterlibatan Pemangku Pelibatan dan tanggapan


Kepentingan wisatawan

Promosi dan Informasi destinasi


wisata

Dampak terhadap ekonomi lokal

Memberikan manfaat Peluang tenaga kerja terserap


ekonomi lokal
Mendukung kewirausahaan lokal
Keberlanjutan dan perdagangan
2. sosial dan
ekonomi Program terhadap masyarakat

Kesejahteraan dan dampak Hak melindungi masyarakat


sosial.
Keselamatan dan keamanan

Perlindungan aset budaya


Keberlanjutan Melindungi warisan
3.
Budaya budaya Melindungi akses mayarakat

Pengelolaan Sumberdaya Kualitas air


Keberlanjutan Air limbah
4
Lingkungan Pengelolaan limbah dan
emisi Pengurangan emisi transportasi

Sumber: Permen Parekraf 2021

Merujuk pada atau beberapa hal di atas dengan demikian responden bisa

43
menerapkan hal yang sesuai yaitu:

a. Sangat Setuju : jika responden merasa bahwasanya variabel itu perlu

diutamakan terhadap pengembangan wisata Pantai Marumasa.

b. Setuju : jika responden merasa bahwasanya variabel itu tidak termasuk

fokus utama namun pengaruh tinggi terhadap berkembangnya wisata Pantai

Marumasa

c. Kurang setuju : jika responden merasa bahwasanya variabel itu tidak

sangat urgent lalu tersebut bukan hal yang penting dan tidak memiliki

pengaruh tinggi terhadap pengembangan wisata Pantai Marumasa.

d. Tidak setuju : jika responden merasa bahwa variabel tersebut tidak

memiliki pengaruh terhadap pengembangan wisata Pantai Marumasa.

Untuk kebutuhan analisis kuantitatif sehingga jawaban untuk masalah

ini bisa diberikan nilai berdasarkan tiap fasenya. Nilai yang diberikan

didasarkan pada nilai:

a. Sangat setuju :4

b. Setuju :3

c. Kurang setuju : 2

d. Tidak setuju :1

Dengan menggunakan rumus nilai bobot = skor x frekuensi (jumlah

responden pada setiap baris), skor bobot akan dihasilkan untuk setiap level

setelah skor dan frekuensi ditentukan. Variabel mana yang berdampak pada

wisatawan dapat ditentukan. kelestarian kawasan Pantai Marumasa

44
berdasarkan hasil perhitungan nilai bobot untuk masing-masing faktor atau

aspek.menggunakan skala Likert untuk menentukan nilai setiap faktor atau

aspek.Dengan menggunakan skala penilaian, rumus berikut akan digunakan

untuk menentukan nilai variabel berdasarkan tabel kriteria dari evaluasi setiap

aspek atau faktor:

Nilai total indikator (N )


Nilai Variabel = x
nilai total indikator maksimal(T )

Tabel 10. Kriteria Penilaian


No. Tingkat Kualitatif Bobot Kuantitatif
1. Sangat baik 80-100%
2. Baik 60-79%
3. Kurang baik 40-59%
4. Tidak baik <40%
Sumber: data hasil olahan dari Sumaatmadja (1988)

2. Teknik Analisis Rumusan Masalah Kedua

Rumusan masalah kedua menunjukkan bahwa analisis SWOT adalah alat

yang efektif untuk membantu menyusun masalah, terutama dengan menerapkan

analisis area strategis, yang biasanya disebut sebagai area internal dan area

eksternal. Kawasan tersebut dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata

berkelanjutan di kawasan Pantai Marumasa. Secara internal memiliki sejumlah

kekuatan dan kelemahan serta secara eksternal berhadapan dengan berbagai

peluang (opportunities) dan ancaman (threats) merupakan empat komponen

utama analisis SWOT yang selalu dimiliki. Analisis ini menggunakan variabel

45
berkelanjutan seperti keberlanjutan sosial dan ekonomi, keberlanjutan budaya,

keberlanjutan lingkungan, dan pengelolaan berkelanjutan yang akan

mempengaruhi keberlanjutan dari pengembangan wisata Pantai Marumasa.

Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengidentifikasi faktor internal dan

eksternal, seperti:

a. Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan wisata pantai dengan

menggunakan strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, kekuatan

(Strengths) internal menjadi kekuatan pendorong.

b. Mengidentifikasi faktor internal yang akan menghambat pencapaian tujuan

pengembangan kawasan wisata tepi laut dengan menggunakan strategi

pengembangan pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu

kelemahannya (Weaknesses).

c. Peluang (Opportunities) adalah faktor eksternal yang membantu dalam

pendekatan pembangunan tepi laut yang berkelanjutan untuk

pengembangan pariwisata pesisir.

d. Faktor eksternal yang akan menghambat pencapaian tujuan pengembangan

kawasan wisata pantai dengan menggunakan strategi pengembangan

pariwisata berkelanjutan disebut sebagai ancaman (Threats).

Tabel 11. Model Matriks Analisis SWOT


Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Strategis SO Strategis WO
(Strategi yang digunakan (Strategi yang meminimalkan
Peluang (O) kekuatan dan kelemahan dan
memanfaatkan peluang) memanfaatkan peluang)
Ancaman (T) Strategis ST Staregis WT
(Strategi yang digunakan (Strategi yang meminimalkan
kekuatan dan mengatasi kelemahan dan menghindari

46
ancaman) ancaman)
Sumber: Rangkuti, 2009

Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk

mengembangkan faktor-faktor strategis organisasi, menurut Rangkuti (2009).

Matriks ini dengan jelas menunjukkan bagaimana kekuatan dan kelemahan

organisasi dapat disesuaikan dengan peluang dan ancaman yang dihadapinya

dari luar. Ada empat strategi yang berbeda yang dapat dibuat dengan

menggunakan matriks ini. Empat strategi yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

a. Strengths Opportunity Strategy (SO Strategy) Strategi ini menggunakan

kekuatan internal organisasi untuk memanfaatkan peluang di luar

organisasi. Jika sebuah organisasi memiliki banyak kelemahan, maka

kelemahan tersebut harus diatasi agar menjadi kuat. Di sisi lain, jika sebuah

organisasi menghadapi banyak ancaman, ia harus berusaha menghindarinya

dan fokus pada peluang yang tersedia.

b. Strategi ST (Strengths Threat) mengharuskan organisasi menggunakan

kekuatannya untuk mencoba menghindari atau mengurangi dampak


ancaman eksternal.

c. Strategi WO (Weaknesses Opportunity) strategi ini menggunakan peluang

yang ada dari eksternal untuk meminimalkan kelemahan internal didalam

organisasi.

d. Strategi WT (Weaknesses Threat) cara ini dimanfaatkan untuk aktivitas

defensif yang bertujuan untuk mengurangi sisi lemah yang ditemukan juga

supaya bisa dilakukan pencegahan terhadap adanya ancaman tersebut.

47
1. Analisis Faktor Strategis Internal dan Eksternal (IFAS – EFAS)

Proses pengolahan faktor-faktor strategis baik di area internal maupun

eksternal dengan memberikan bobot dan peringkat pada setiap aspek strategis

dikenal sebagai analisis aspek strategi internal dan eksternal. Aspek terpenting

dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan adalah aspek

strategisnya. Faktor-faktor tersebut berpengaruh pada kondisi dan situasi yang

sudah ada dan dapat bermanfaat jika dilakukan tindakan positif. Lakukan analisis

area internal (IFAS) untuk menentukan potensi keuntungan dan kerugian. Karena

isu-isu tersebut dapat mempengaruhi pariwisata di masa depan dengan demikian

isu-isu strategis yang akan dipantau harus ditentukan sebab hal di atas. Periksa

lingkungan eksternal (EFAS) untuk potensi peluang dan ancaman. Permasalahan

yang cukup strategis ini hendak dipantau sebaiknya ditetapkan sebab

permasalahan ini jadi bisa pengaruhi pariwisata pada waktu yang akan tiba.

Ketika membuat prakiraan dan asumsi secara internal, sangat disarankan

untuk menggunakan metode kuantitatif. Sub-bab yang datang setelahnya

menguraikan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mempersiapkannya.

a. Isi kolom 1 tabel IFAS dengan faktor kekuatan dan kelemahan. Siapkan

lima hingga sepuluh aspek kekuatan dan kelemahan Anda.

b. Pada skala dari 1,00 (sangat penting) hingga 0 (tidak penting), urutkan

setiap aspek strategis di kolom 2 dalam urutan kepentingan. Semua pion

tersebut.

c. Skor total 1,00 tidak dilampaui oleh angka. Pengaruh posisi strategis

menentukan seberapa besar bobot yang diberikan pada faktor tersebut.

Berdasarkan seberapa besar setiap aspek mempengaruhi kondisi kawasan

48
wisata yang bersangkutan, beri peringkat setiap aspek pada kolom 3 pada

skala dari 4 (sangat kuat) hingga 1 (lemah). Dengan membandingkannya

dengan rata-rata pesaing utama, variabel positif semuanya termasuk dalam

kategori kekuatan diberi nilai mulai dari satu hingga empat. Sedangkan

variabel negatif bernilai 1 jika kelemahannya sangat besar (dibandingkan

rata-rata pesaing sejenis), dan bernilai 4 jika kelemahannya rendah atau di

bawah rata-rata pesaing.

d. Untuk mendapatkan bobot aspek di kolom 4, kalikan nilainya dengan

bobot. Hasil direpresentasikan dengan bobot skor yang berkisar antara 4,0

(tinggi) hingga 1,0 (lemah) untuk setiap aspek.

e. Total skor bobot untuk sektor pariwisata yang ditanyakan dihitung dengan

menjumlahkan skor pembobotan yang tercantum pada kolom 4. Respon

pariwisata terhadap faktor-faktor strategis internalnya sendiri ditunjukkan

dengan menggunakan nilai total ini. Pariwisata ini dapat dibandingkan

dengan atraksi lain dalam kelompok wisata yang sama menggunakan skor

total ini.

Tabel 12. Model Analisis Faktor Strategis Internal (IFAS)


Faktor-faktor Bobot Nilai Bobot x Nilai
Strategis
Kekuatan
Faktor-faktor yang Professional Professional Jumlah perkalian
menjadi kekuatan Judgement Judgement bobot dengan nilai
pada setiap faktor
dari kekuatan
Jumlah Jumlah bobot Jumlah nilai Jumlah bobot X nilai
kekuatan kekuatan kekuatan
Kelemahan
Faktor-faktor yang Professional Professional Jumlah perkalian
menjadi kelemahan Judgement Judgement bobot dengan nilai

49
pada setiap faktor
dari kelemahan
Jumlah Jumlah bobot Jumlah nilai Jumlah bobot X nilai
kelemahan kelemahan kelemahan
Sumber: Rangkuti (2009)
Tabel 13. Model Analisis Faktor Strategis Eksternal (IFAS)
Faktor-faktor Bobot Nilai Bobot x Nilai
Strategis
Peluang
Factor-faktor yang Professional Professional Jumlah perkalian
menjadi peluang Judgement Judgement bobot dengan nilai
pada setiap faktor
dari peluang
Jumlah Jumlah bobot Jumlah nilai Jumlah bobot X nilai
peluang peluang peluang
Ancaman
Faktor-faktor yang Professional Professional Jumlah perkalian
menjadi ancaman Judgement Judgement bobot dengan nilai
pada setiap faktor
dari ancaman
Jumlah Jumlah bobot Jumlah nilai Jumlah bobot X nilai
ancaman ancaman ancaman
Sumber: Rangkuti (2009)

Penilaian profesional (Professional Judgment) memberikan bobot dan

nilai baik pada faktor strategis internal maupun eksternalnya. Memberikan


penilaian tentang sesuatu yang berdasarkan dengan keahlian dan kompetensi

merupakan penilaian profesional. Ini memiliki keterbatasan berikut ketika

melakukan penilaian profesional pada analisis faktor strategis eksternal-internal

yaitu:

a. Pembobotan (Scoring)

Besarnya pengaruh faktor strategis terhadap lokasi strategisnya

menentukan bobot dan kepentingan lingkungan internal, sedangkan

kemungkinan memberikan dampak terhadap faktor strategis menentukan

50
lingkungan eksternal.

 Jumlah bobot pada tiap-tiap lingkungan eksternal dan internal wajib

berjumlah = 1,00 (satu)

 Skor total internal = Total Bobot Kekuatan + Total Bobot Kelemahan

=1,00

 Skor Total Eksternal = Total Bobot Peluang + Total Bobot Ancaman

=1,00

“Skala 1,00 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting)”.

 Besarnya rata-rata nilai bobot tergantung pada jumlah faktor-faktor

strategisnya (5-10 faktor strategis) yang dipakai

b. Penilaian (rating)

Penilaian dilakukan didasarkan pada besaran dampak elemen strategis

pada keadaan dengan ketentuan yaitu: Pengukuran dimulai dari 4 (sangat

kuat) hingga dengan 1 (lemah).

Sangat Kuat Kuat Rata-Rata Lemah


..................................................................
4 3 2 1
Variabel positif, juga dikenal sebagai variabel kekuatan atau peluang,

diberi nilai antara satu dan empat dengan membandingkan nilainya dengan

rata-rata pesaing utama. Sebaliknya, variabel negatif memiliki nilai 1 ketika

ancaman atau kelemahannya sangat besar. besar dibandingkan dengan rata-

rata pesaing sejenis, dan nilai 4 ketika kelemahan atau ancaman kurang dari

rata-rata pesaingnya.

Rumusan setiap kuadran diadaptasi dari penelitian yang menggunakan

analisis SWOT, sehingga rumusan setiap kuadran adalah sebagai berikut:

51
1) Kuadran I: Growth (pertumbuhan)

Daerah memiliki kekuatan dan peluang, dan mampu memanfaatkan

peluang tersebut. Ini adalah situasi yang bisa sangat memberikan

keuntungan. Dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(Growth Oriented Strategy) adalah strategi yang diperlukan dalam keadaan

ini.

a. Strategi pertumbuhan cepat (Rapid Growth Strategy)

b. Strategi pertumbuhan stabil (Stable Growth Strategy)

2) Kuadran II: Stability (Stabilitas)

Organisasi memiliki banyak peluang, akan tetapi mereka juga

memiliki banyak masalah atau kelemahan secara internal. Strategi ini

memiliki fokus utama pada aspek peninjauan (Turn Around) masalah

internal untuk mengurangi keparahannya. Ada dua bagian dari strategi

stabilitas:

a. Strategi perbaikan agresif (Agressive Maintenance Strategy)

b. Strategi perbaikan pilihan (Selective Maintenance Strategy)

3) Kuadran III: Survival (Bertahan)

Kuadran ini berada dalam kondisi yang sangat buruk karena

memiliki banyak kelemahan dan ancaman internal. Ada dua komponen

strategi defensif yang digunakan:

a. Strategi memutar balik (Turn Around Strategy)

b. Strategi merubah fungsi (Guirelle Strategy)

4) Kuadran IV: Diversifikasi

Meskipun banyak ancaman terhadap kuadran ini, kawasan ini

52
mempertahankan kekuatan internalnya. Memanfaatkan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang adalah strategi yang diperlukan.

Ada dua bagian dari strategi diversifikasi:

a. Strategi diversifikasi konsentrik (Diversifikasi Concentric Strategy).

b. Strategi diversifikasi konglomerat (Diversifikasi Conglomerate

Strategy).
H. Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan proses mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang telah diamati. Karakteristik ini

memungkinkan peneliti untuk mengamati atau mengukur secaradengan baik

pada sebuah objek atau fenomena.

1. Pariwisata Berkelanjutan merupakan pariwisata yang memperhatikan

konteks lingkungan, dimana keberlanjutan kawasan wisata di generasi

berikutnya merupakan hal utama yang dipertimbangkan..

2. Destinasi wisata merupakan lokasi yang memiliki daya tarik tersendiri untuk

menarik wisatawan agar menginap dalam waktu yang singkat. Produk

wisatanya yang sangat beragam dan membutuhkan sejumlah prasyarat untuk

diwujudkan.

3. Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif nomor 9

tahun 2021, kriteria Destinasi Pariwisata Berkelanjutan secara garis besar

dibagi menjadi empat kategori: pengelolaan berkelanjutan, keberlanjutan

sosial ekonomi, keberlanjutan budaya, dan kelestarian lingkungan.

53
4. Di Pantai Marumasa, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan

dan lautan.

5. Partisipasi pemangku kepentingan dalam pengelolaan tekanan dan

perubahan merupakan komponen penting dari pengelolaan berkelanjutan,

seperti halnya keberadaan struktur atau kerangka pengelolaan.

6. Keberlanjutan Lingkungan adalah pemanfaaan sumber daya alam untuk

melestarikan lingkungan itu sendiri, yang diikuti dengan mengembangkan

lingkungan tersebut dengan potensi yang dimilikinya.

7. Keberlanjutan Budaya adalah masyarakat melindungi warisan budaya serta

mengunjungi situs budaya tersebut.

8. Keberlanjutan Sosial Ekonomi memiliki manfaat ekonomi lokal serta

berdampak pada kesejahteraan masyarakat sosial.

I. Kerangka Pikir

54
“Studi Pengembangan Pantai Marumasa Sebagai
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di Desa Darubiah
Kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba”.

pantai Marumasa Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari?


Bagaimana strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan di kawasan
Variabel Penelitian
1. Pengelolaan Berkel
pariwisata berkelanjutan di Desa Darubiah Kecamatan Bonto Bahari?
Bagaimana potensi kawasan pantai marumasa berdasarkan kriteria 2. Keberlanjutan sosia
ekonomi
3. Keberlanjutan Bud
4. Keberlanjutan Ling

Analisis Distribusi
Frekuensi dan Analisis
SWOT

Arahan dan Strategi Pengembangan Destinasi Wisata


Berkelanjutan di Wisata Pantai Marumasa, Desa
Darubiah, Kecamatan Bontobahari Kabupaten
Bulukumba

55
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Bulukumba

1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba merupakan satu dari banyaknya daerah yang

terletak di Sulawesi Selatan, memiliki jarak tempuh sekitar 153 Km² dari kota

Makassar. Secara astronomis, Kabupaten Bulukumba terletak antara 5º 20’

dan 5º 40’ Lintang Selatan, serta 119º 58’ dan 120º 28’ Bujur Timur.

Kabupaten Bulukumba berbatasan dengan:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai

b. Sebelah Selatan : Laut Flores

c. Sebelah Barat : Kabupaten Bantaeng

d. Sebelah Timur : Teluk Bone

Ada sepuluh Kecamatan di Kabupaten Bulukumba secara administratif.

Wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba meliputi wilayah seluas

1.154,58 km2 dan berjarak kurang lebih 153 km dari kota Makassar. Terkenal

dengan finishing perahu yang memberikan manfaat ekonomi yang signifikan

bagi masyarakat. Kabupaten Bulukumba terletak di ujung selatan ibu kota

Sulawesi Selatan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten

Bulukumba maka diperoleh luas kecamatan yang adai di Kabupaten

Bulukumba yang bisa diketahui dengan tabel dibawah ini.

56
Tabel 14. Luas Kecamatan di Kabupaten Bulukumba Tahun 2021
Luas Wilayah Persentase
No Kecamatan
(km²) (%)
1 Gantarang 173,51 15,03
2 Ujung Bulu 14,44 1,25
3 Ujung Loe 144,31 12,50
4 Bonto Bahari 108,60 9,41
5 Bontotiro 78,34 6,79
6 Hero Lange-lange 68,79 5,96
7 Kajang 129,06 11,18
8 Bulukumpa 171,33 14,84
9 Rilau Ale 117,53 10,18
10 Kindang 148,67 12,88
JUMLAH 1.154,58 100
Sumber: Kabupaten Bulukumba dalam Angka Tahun 2022

Berdasarkan tabel 14 diatas, dengan luas masing-masing 173,51 km2 dan

171,33 km2, Kecamatan Gantarang dan Kecamatan Bulukumpa merupakan

dua wilayah terluas di Kabupaten Bulukumba. Kecamatan Ujung Bulu, pusat

kota kabupaten, disusul oleh kecamatan lain dan kecamatan terkecil, dengan

luas wilayah 14,4 km2 atau sekitar 1,25 persen.

2. Kondisi Demografi Kabupaten Bulukumba

Masyarakaat Kabupaten Bulukumba pada tahun 2021 tercatat ada sekitar

440.090 jiwa tersebar di 10 kecamatan masuk dalam kawasan padat penduduk

sebanyak 381,17 jiwa/km². Berikut ini jumlah dan padatnya masyarakat di

setiap kecamatan Kabupaten Bulumba bisa diketahui melalui tabel 15 di

bawah ini.

Tabel 15. Jumlah Penduduk Kabupaten Bulukumba Tahun 2021


Jumlah Kepadatan Persentase
No Kecamatan Penduduk Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/km²) (%)
1 Gantarang 81.828 471,60 18,59
2 Ujung Bulu 48.954 3.390,17 11,12
3 Ujung Loe 47.336 328,02 10,76

57
Jumlah Kepadatan Persentase
No Kecamatan Penduduk Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/km²) (%)
4 Bonto Bahari 28.562 263,00 6,49
5 Bontotiro 27.237 347,68 6,19
6 Hero Lange-lange 28.212 410,12 6,41
7 Kajang 48.571 376,34 11,04
8 Bulukumpa 54.192 316,30 12,31
9 Rilau Ale 42.439 361,09 9,64
10 Kindang 32.759 220,35 7,44
JUMLAH 440.090 381,17 100
Sumber: Kabupaten Bulukumba dalam Angka Tahun 2022

Merujuk pada tabel 15 bisa dilihat bahwasanya Kecamatan yang

mempunyai penduduk sangat banyak di Kabupaten Bulumba yaitu Kecamatan

Gantarang memiliki total warganya sebanyak 81.828 jiwa setara dengan

18,59% dari penduduk Kabupaten Bulumba secara keseluruhan dengan

kepadatan penduduk 471,60 jiwa/km² . Sedangkan kecamatan dengan total

warga sangat sedikit yaitu Kecamatan Bontotiro memiliki total masyarakat

sebanyak 27.237 jiwa atau 6,19% dari penduduk Kabupaten Bulukumba secara

keseluruhan dengan kepadatan penduduk 347,68 jiwa/km²

58
59
Gambar 2. Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba

60
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Bonto Bahari

1. Letak Geografis dan Administrasi Kecamatan Bonto Bahari

Kecamatan Bonto Bahari adalah satu diantara beberapa kecamatan di

Kabupaten Bulukumba. Luasnya 108,00 km2 dan berjarak sekitar 27 km dari

Ujung Bulu, ibu kota kabupaten. Secara astronomi terletak antara 120° 9’ 00’’

– 20° 29’ 00’’ BT dan 5° 28’ 00’’ - 120° 40’ 00’’ LS. Batas administrasi

Kecamatan Bonto Bahari adalah:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Bonto Tiro

b. Sebelah Selatan : Laut Flores

c. Sebelah Barat : Kecamatan Ujungloe

d. Sebelah Timur : Teluk Bone

Secara administrasi, Kecamatan Bonto Bahari terdiri dari 8 desa/kelurahan

dan 21 dusun/lingkungan yaitu Desa Bira, Darubiah, Tanah Lemo, Ara,

Lembanna, Tanah Beru, Sapolohe dan Benjala. Berdasarkan data dari Badan

Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba maka diperoleh luas Desa/ Kelurahan di

Kecamatan Bonto Bahari yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 16. Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Bonto Bahari Tahun 2021


No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km²)
1 Bira 19,5
2 Darubiah 16,9
3 Tanah Lemo 16
4 Ara 13,4
5 Lembanna 11,7
6 Tanah Beru 7,1
7 Sapulohe 7,2

61
No Desa/Kelurahan Luas Wilayah (km²)
8 Benjala 17
JUMLAH 108
Sumber: Kecamatan Bonto Bahari dalam Angka Tahun 2022

Berdasarkan tabel 16 diatas, Desa Bira merupakan wilayah terluas yaitu

19,5 km². Disusul Desa lainnya dan Desa terkecil adalah Desa Tana Beru

dengan luas wilayah hanya 7,1 km².

2. Kondisi Demografi Kecamatan Bonto Bahari

Penduduk Kecamatan Bonto Bahari pada tahun 2021 tercatat sebanyak

440.090 jiwa yang tersebar di 8 desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk

sebesar 259,70 jiwa/km² . Adapun jumlah dan kepadatan penduduk di setiap

kelurahan Kecamatan Wara Timur dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 17. Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa di


Kecamatan Bonto Bahari Tahun 2021
Jumlah Kepadatan Persentase
Kelurahan/
No Penduduk Penduduk Penduduk
Desa
(jiwa) (jiwa/km²) (%)
1 Bira 3.928 201,44 13,90
2 Darubiah 2.916 172,54 10,32
3 Tanah Lemo 4.816 301 17,05
4 Ara 2.207 164,70 7,81
5 Lembanna 2.145 183,33 7,59
6 Tanah Beru 2.281 321,27 8,07
7 Sapolohe 6.387 887,08 22,61
8 Benjala 3.575 210,29 12,65
JUMLAH 440.090 259,70 100
Sumber: Kecamatan Bonto Bahari dalam Angka Tahun 2022

Berdasarkan tabel 17 dapat dilihat bahwa Kelurahan/Desa yang memiliki

penduduk paling banyak di Kecamatan Bonto Bahari adalah Desa Sapolohe

dengan jumlah penduduk sebanyak 6.387 jiwa atau 22,61% dari penduduk

Kecamatan Bonto Bahari secara keseluruhan dengan kepadatan penduduk

887,08 jiwa/km² . Sedangkan kelurahan/desa dengan jumlah penduduk paling

62
sedikit adalah Desa Lembanna dengan jumlah penduduk sebanyak 2.145 jiwa

atau 7,59% dari penduduk Kecamatan Bonto Bahari secara keseluruhan

dengan kepadatan penduduk 183,33 jiwa/km² .

C. Gambaran Umum Wilayah Desa Darubiah

1. Letak Geografis dan Administrasi Desa Darubiah

Desa Darubiah merupakan salah satu desa dalam wilayah Kecamatan

Bontobahari Kabupaten Bulukumba. Jarak Pusat Pemerintahan Desa Darubiah

dengan ibukota Kecamatan 9 km dan ibukota Kabupaten 38 km. Terletak

kurang lebih antara 5° 25' 40, 80" LS- 4° 23' 27,24" LS dan 102° 8' 21,4" BT -

102° 10' 7,32" BT. Secara administratif, wilayah Desa Darubiah memiliki

batas yaitu sebelah utara berbatasan dengan Desa Ara, sebelah selatan

berbatasan dengan Desa Bira, sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone,

dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanah Lemo.

Dusun Biralohe, Dusun Dauhe, dan Dusun Kasuo adalah tiga dusun yang

berbeda secara administratif yang membentuk wilayah Desa Darubiah seluas

16,85 km2.

2. Aspek Fisik Dasar Desa Darubiah

a. Topografi

Ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi dan benda-benda

lainnya disebut topografi. Dalam lingkup topografi, vegetasi, pengaruh

manusia terhadap lingkungan, dan budaya lokal juga termasuk dalam

pengertian ilmiah yang lebih komprehensif. Desa Darubiah memiliki

topografi seperti semenanjung, terdiri dari daratan yang menjorok ke laut

63
dan memiliki kemiringan yang curam hingga datar. Titik tertinggi adalah

antara 0 dan 200 meter di atas permukaan laut.

b. Jenis Tanah

Tanah adalah suatu bahan yang mengandung butir-butir mineral kuat

yang diendapkan dan diperoleh dari bahan alam yang bertahan lama serta

mengandung fluida dan gas yang menempati ruang-ruang dalam partikel-

partikel kuat. Jenis tanah yang terdapat di Desa Darubiah adalah 2 jenis

tanah batu gamping yaitu Marmer dan Napal.

c. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah perubahan lahan yang dilakukan oleh

manusia terhadap iklim menjadi iklim buatan seperti ladang, pertanian,

dan pemukiman. Dilihat dari informasi dan persepsi baik secara langsung

maupun melalui peta gambar melalui pemrograman ArcGIS di daerah

pemeriksaan, lahan yang digunakan di Desa Darubiah terbagi atas dua

yaitu pertanian lahan kering campuran dan lahan persawahan.

64
Gambar 3. Peta Administrasi Kecamatan Bonto Bahari
65
66
Gambar 4. Peta Administrasi Desa Darubiah

67
Gambar 5. Peta Topografi Desa Daubiah

68
69
Gambar 6. Peta Jenis Tanah Desa Darubiah

70
Gambar 7. Peta Pengunaan Lahan Desa Darubiah

71
3. Kondisi Demografi Desa Darubiah

Penduduk Desa Darubiah pada tahun 2021 dicatat ada sebanyak 2.916 jiwa

yang terletak di 3 Dusun. Adapun jumlah sebaran masyarakatnya di Desa

Darubiah bisa diketahui di tabel 18.

Tabel 18. Jumlah Penduduk Desa Darubiah Tahun 2021


No Dusun Jumlah Penduduk (jiwa)
1 Dauhe 1.213
2 Kasuso 1.025
3 Biralohe 678
JUMLAH 2.916
Sumber: Profil Desa Darubiah Tahun 2021

4. Kondisi Fasilitas Desa Darubiah

a. Fasilitas Pemerintahan

Kantor-kantor pemerintah di Kota Darubiah saat ini adalah sebagai

kantor Kota. Kantor Kelurahan sendiri digunakan untuk pusat kegiatan

pemerintahan, misalnya tempat penyelenggaraan pemerintahan daerah,

arisan atau gathering, dll.

b. Fasilitas Pendidikan

Di Kota Darubiah terdapat kantor-kantor pengajaran sebagai salah satu

cara untuk membantu peningkatan sekolah di daerah setempat. Kantor

pengajaran di Kota Darubiah terdiri dari 4 sekolah dasar, 2 sekolah

menengah pertama, dan 1 sekolah profesi taraf SMK.

c. Fasilitas Kesehatan

Layanan kesehatan diharapkan dapat menjamin kesejahteraan dan

keamanan secara umum. Kebutuhan dan aksesibilitas layanan kesehatan

yang baik, sebagaimana ditunjukkan oleh prinsip dan siap melayani daerah

72
merupakan tindakan yang menciptakan suatu daerah dapat dikatakan

besar. Kota Darubiah memiliki beberapa kantor kesehatan yang terdiri dari

1 Poskeslu, dan 3 Posyandu.

d. Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan dan jasa sebagai alat untuk meningkatkan

perekonomian masyarakat. Untuk menjamin kelangsungan hidup

masyarakat, Desa Darubiah menyediakan berbagai sarana dan layanan

perdagangan untuk meningkatkan daya beli dan taraf hidup masyarakat.

Saat ini terdapat 69 toko kelontong dan salah satu warung makan di

fasilitas perdagangan dan jasa Desa Darubiah.

e. Fasilitas Peribadatan

Tujuan penyediaan sarana peribadatan adalah untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat dalam hal peribadatan sesuai dengan agama dan

kepercayaannya. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam

menggambarkan suatu wilayah adalah tersedianya sarana peribadatan yang

memenuhi standar dan dapat melayani masyarakat sesuai dengan

agamanya masing-masing karena masyarakat yang tinggal di Desa

Darubiah beragama Islam, tidak ada tempat ibadah lainnya di kawasan

tersebut selain masjid atau mushola. Saat ini terdapat dua mushola dan

empat mushola di Desa Darubiah.

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak dan Daya Tarik Wisata Pantai Marumasa

Salah satu dari 32 tempat wisata di Kabupaten Bulukumba adalah Wisata

73
Pantai Marumasa. Wisata ini bertempat di Desa Darubiah Kecamatan Bonto

Bahari yang memiliki garis pantai berwarna putih dengan pasir lembut yang

tampak putih dari kejauhan. Jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain yang

ada di kawasan Bulukumba, kawasan pantai inilah salah satu keistimewaan

wisata bahari.

Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa Pantai Marumasa pernah

dikunjungi wisatawan akan tetap saat itu tidak dilakukan pengelolaan yang

baik. Kurangnya perhatian dari pemerintah setempat mengakibatkan

menurunnya jumlah pengunjung pantai. Namun berkat pengelolaan para

pemuda Kalibata Bira, pantai Marumasa mulai berbenah dan menjadi lebih

indah, bersih, dan nyaman. Wisata Pantai Marumasa dihiasi dengan

pepohonan kelapa yang rindang, air laut yang sebening kristal, dan pecahan

batu dari pecahan batu yang ditinggalkan oleh ombak yang kuat selama

ratusan tahun.

Terletak di tengah tebing tinggi, pengunjung dapat melihat laut biru dari

atas tebing. Pengunjung dapat berfoto selfie di mana pun saat berada di

puncak tebing. Pengunjung Kalibata dapat meminta secara gratis kepada anak-

anak muda di sana untuk berbagi ide-ide inovatif mereka untuk berfoto.

Pengunjung hanya diharuskan membeli air mineral dalam botol. Para pemuda

Kalibata nantinya akan mengingat kembali botol-botol minum yang dibuang

dan mendaur ulangnya menjadi proyek kreatif baru yang nantinya akan

memberikan keuntungan.

Bebatuan, ayunan, gardu induk, dan hammock menjadi sudut tambahan

74
yang bisa dijadikan lokasi foto. Jika ingin menghabiskan waktu lebih dari satu

hari di pantai, sewalah tenda dan pergi berkemah di dekat pantai. Saat bulan

purnama, berkemah akan dilakukan dengan pemandangan lebih indah. Pada

kesempatan yang sama juga dapat menyaksikan proses pembuatan kapal

phinisi secara langsung oleh masyarakat setempat di areal pinggir pantai

tersebut.

Menurut Ripparda Kabupaten Bulukumba, konsep pengembangan objek

wisata bahari dibagi dalam tiga bentuk, yakni objek wisata yang sudah

dikelola, objek wisata yang tidak dilakukan pengelolaan dengan maksimal,

objek wisata yang tidak dikelola, dan Pantai Marumasa disebutkan termasuk

dalam objek wisata yang belum dikelola secara maksimal. Maka dari itu

pemerintah masih belum memprioritaskan pantai marumasa karena belum

dikelola secara maksimal.

Untuk mengembangkan obyek seperti ini, tidak dapat dilakukan dengan

mengandalkan potensi daya tarik wisata saja, tapi dilakukan dengan

mengikutsertakan masyarakat setempat balk sebagai subyek maupun obyek

perencanaan, karena tanpa keterlibatan dan dukungan masyarakat setempat

obyek tersebut akan sulit berkembang dengan baik. Disamping itu

kemungkinan ada kegiatan masyarakat yang dapat menunjang atau dijadikan

sebagai obyek dan daya tarik, seperti; kegiatan nelayan menangkap ikan,

mengolah hasil tangkapan, dan masyarakat juga dapat menjadikan rumahnya

sebagai home stay bagi pengunjung.

Namun dikarenakan daerah Pantai Marumasa sangat dekat jaraknya dari

75
Pantai Bira, sehingga pengunjung cenderung memilih kesana karena lebih

populer. Alasan mengapa Pantai Marumasa tidak setenar dan ramai seperti

pantai Bira adalah pertama akses jalan menuju titik lokasi lumayan jauh dan

kondisi jalan masih belum aspal, hampir semua berbatu. Kemudian kondisi

keamanan tempat parkir yang kurang terjaga, walaupun tidak berbayar tetapi

dari segi kemananan sangat rawan untuk menyimpan kendaraan. Selain itu,

lokasi pantai tampak masih sangat alami, meskipun banyak dibangun gubuk-

gubuk primitif di sepanjang bibir pantai. Sampah yang berserakan di seluruh

area cukup mengganggu mata.

Namun untuk kelebihan dari Pantai Marumasa ini selain dari tebing

pantainya yang sangat indah di sana juga terlihat proses pembuatan dari kapal

phinisi yang sedang dikerjakan masyarakat, itu dapat menambah daya tarik

pantai ini sebab mengikutsertkakan budaya lokal di dalam lokasi pantai ini.

Maka dari itu masih banyak kekurangan yang dimiliki oleh pantai marumasa

dibanding Pantai Bira, namun terlepas dari itu potensi dari pantai marumasa

masih sangat besar untuk dikembangkan.

Alasan mengapa Pantai Marumasa tidak setenar dan ramai seperti pantai

Bira adalah pertama akses jalan menuju titik lokasi lumayan jauh dan kondisi

jalan masih belum aspal, hampir semua berbatu. Kemudian kondisi keamanan

tempat parkir yang kurang terjaga, walaupun tidak berbayar tetapi dari segi

kemananan sangat rawan untuk menyimpan kendaraan. Selain itu, lokasi

pantai tampak masih sangat alami, meskipun banyak dibangun gubuk-gubuk

primitif di sepanjang bibir pantai. Sampah yang berserakan di seluruh area

76
cukup mengganggu mata.

Untuk mendorong Pantai Marumasa dapat seperti Pantai Bira, Pemerintah

Kabupaten Bulukumba telah menyiapkan Kawasan Wisata Makampa

(Mandala Ria, Caseo, Marumasa, dan Panrang Luhu) merupakan kawasan

yang strategis dalam pengembangan kawasan wisata berdasarkan kondisi

alam, lingkungan yang asri, air laut yang jernih, dan kawasan pantai yang

cukup panjang yang memberikan pemandangan yang cukup menarik suasana

alam serta berbagai tingkat keunikan dan nilai sejarah yang dimiliki Kawasan

Wisata Makampa, sesuai kebijakan dalam Peraturan Daerah Ripparda Bab IV

Bagian Ketiga. Maka dari itu pemerintah daerah harus mulai

mengimplementasikan kebijakannya agar betul betul mendorong

pengembangan dari kawasan wisata tersebut.

77
Gambar 8. Letak dan Daya Tarik Pantai Marumasa
Keterangan : Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 13.11 Wita
2. Kondisi di Kawasan Wisata Pantai

a. Kondisi Sosial Ekonomi Lingkungan dan Budaya Masyarakat

Indikator kinerja ekonomi suatu daerah adalah kondisi sosial ekonomi.

Potensi dan sumber daya suatu daerah menentukan kondisi

perekonomiannya. Di kawasan wisata Pantai Marumasa memiliki potensi

serta sumber daya alam wilayah pesisir sehingga kegiatan sehari-hari

masyarakat dan mata pencaharian sebagai nelayan, pelaut, pedagang dan

wiraswasta. Akan tetapi sumber mata pencaharian yang lebih dominan

adalah sebagai nelayan.

Jika masyarakat teguh pada pendiriannya dan menjunjung tinggi nilai-

nilai budaya yang dianutnya, maka tidak akan terjadi perubahan karakter

budaya suatu daerah. Bahasa daerah Bugis dan Makassar merupakan

sarana komunikasi utama di antara aktivitas budaya masyarakat desa

Darubiah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ada perayaan tradisional

di Desa Darubiah, seperti pesta panen dan pesta turun ke laut akan tetap

diadakan saat perahu diturunkan. Kebiasaan ini telah diturunkan dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Kesenian yang menjadi salah satu ikatan turun temurun bagi

masyarakat Desa Darubiah. Keahlian pembuatan perahu masyarakat

menjadikan ciri khas bagi masyarakat Desa Darubiah. Sebab perahu

phinisi diyakini sebagai simbol lokal masyarakat Kabupaten Bulukumba

dan sebagai simbol nilai-nilai kebudayaan dan tradisi komunitas pesisir.

78
Seorang Panrita Lopi memiliki perahu phinisi yang merupakan warisan

budaya dan kearifan lokal yang diturunkan secara turun temurun.

Merupakan suatu kehormatan untuk terus merawat, menjaga, dan

melestarikan seni pembuatan perahu phinisi yang merupakan aset nasional

dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh UNESCO.

Maka dari itu tingginya nilai sejarah dari kapal phinisi dapat dijadikan

sebagai daya tarik ikon wisata pantai marumasa, yang apabila pengunjung

datang bukan hanya disuguhkan pemandangan alam yang indah juga

diperlihatkan proses dari pembuatan kapal phinisi yang bersejarah ini..

Gambar 9. Pembuatan Phinisi dan Warung


Keterangan : Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 13.20 Wita
3. Kondisi Sarana dan Prasarana

Dukungan sarana dan prasarana yang memadai merupakan prasyarat

keberhasilan pembangunan pariwisata, yang memerlukan keterlibatan

pemangku kepentingan (pihak terkait) baik dari sektor swasta maupun publik,

serta masyarakat sekitar tempat wisata, dalam memenuhi persyaratan sesuai

dengan kondisi untuk penunjukan tempat wisata. Terdapat beberapa fasilitas

penunjang di kawasan wisata Pantai Marumasa berdasarkan kondisi fasilitas

wisata yang ada:

79
a. Sarana Peribadatan

Sarana peribadatan berfungsi sebagai cara hidup untuk memenuhi

kebutuhan spiritual masyarakat. Tujuan penyediaan ruang ibadah adalah

untuk memenuhi kebutuhan pengunjung dalam hal ibadah keagamaan dan

spiritual. Berikut ini adalah sarana beribadah yang tersedia di kawasan

wisata Pantai Marumasa yaitu terdapat musholah yang dapat digunakan

oleh wisatan yang berkunjung untuk melakukan ibadah.

Gambar 10. Musholah


Keterangan : Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 13.28 Wita

b. Toilet

Toilet adalah salah satu sarana yang penting yang harus dimiliki dalam

setiap tempat wisata yang diperuntukkan untuk wisatawan yang

berkunjung supaya wisatawan nyaman untuk tinggal berlama-lama

ditempat wisata tersebut. Wisata Pantai Marumasa sendiri ada dua wc

yang bisa dipakai pengunjung.

80
Gambar 11. Toilet
Keterangan : Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 13.35 Wita

c. Fasilitas Pendukung Lainnya

Pantai Marumasa juga menyediakan gazebo yang dapat disewa olej

pengunjung yang ingin tinggal berlama-lama dan melakukan kegiatan

bersama keluarga, tempat duduk yang dapat digunakan wisatawan untuk

istirahat, sport foto yang memanjakan mata, dan terdapat juga gedung yang

dapat disewakan untuk kegiatan tertentu.

81
Gambar 12. Fasilitas Pendukung Lainnya
Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 13.45 Wita

d. Jaringan Jalan

Jaringan jalanan saat pergi ke tempat wisata Pantai Marumasa yakni

jalanan dengan aspal, keadaannya dalam status yang cukup baik, namun

berdasarkan kondisinya, setelah memasuki kawasan wisata terdapat

beberapa ruas yang mengalami kerusakan ringan dan berbatu, sehingga

semua orang yang datang berkunjung diwajibkan untuk hato-hati saat

membawa kendaraannya.

Gambar 13. Jaringan Jalan


Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 12.45 Wita

e. Jaringan Persampahan

82
Sarana persampahan pada kawasan wisata Pantai Marumasa sudah

cukup baik karena telah disediakan tempat pembuangan dan kantong

plastik. Limbah tersebut biasanya adalah jenis limbah bekas makan

(sampah dapur), daun-daunan, ranting kayu, dan botol botol minuman.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan wisata Pantai Marumasa

membuang sampah ditempat sampah dan di angkut oleh mobil sampah.

Gambar 14. Jaringan Persampahan


Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 14.00 Wita

f. Jaringan Air Bersih

Selain memanfaatkan sumur air tanah dalam untuk suplai air bersih,

fasilitas air bersih di kawasan wisata Pantai Marumasa menggunakan

sumber air bersih dari PDAM.

Gambar 15. Sumur Air Tanah


Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 14.15 Wita
g. Jaringan Listrik

PLN yang tepatnya berada di Desa Bira menjadi sumber utama energi

83
listrik di kawasan Pantai Marumasa, akan tetapi di kawasan wisata Pantai

Marumasa ini masih belum maksimal. Sudah ada tiang listrik yang

terdpasang pada jalur menuju kawasan akan tetapi belum berfungsi secara

maksimal.

Gambar 16. Jaringan Listrik


Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 14.38 Wita

4. Indikasi Kegiatan yang Tidak Berkelanjutan

Indikasi kegiatan yang tidak berkelanjutan dislokasi Pantai Marumasa

yaitu salah satunya pencemaran dan konflik ruang. Pencemaran lingkungan

dapat terjadi karena masukan polutan dari kegiatan aktivitas manusia

disepanjang garis pantai atau kegiatan di lepas pantai. Lingkungan Pantai

Marumasa perlu sangat dijaga kelestariannya sebagai lokasi wisata, namun

sebagai lokasi wisata yang dekat dengan permukiman masyarakat, maka

kegiatan pembuangan akhir dari masyarakat biasanya ditempatkan di

pinggiran pantai, menyebabkan sampah rumah tangga berserakan dimana-

mana.

Selain dari masyarakat sendiri, pengunjung pantai juga terlihat tidak

mengindahkan untuk membuang sampah pada tempatnya, walaupun telah

84
disediakan titik lokasi bak sampah. Namun pengunjung dan masyarakat itu

sendiri belum memahami pentingnya menjaga kebersihan lingkungan demi

ekosistem lingkungan pantai ini. Kemudian konflik ruang yang terjadi juga

masih menjadi permasalahan diantaranya tempat perahu nelayan yang

bersandar berdekatan dengan lokasi kawasan wisata pantai, dikarenakan para

nelayan biasa memarkir perahunya di sekitar areal wisata sebelum berangkat

ketengah laut, membuat keindahan pemandangan pantai berkurang.

Maka dari itu pentingnya pemerintah dan pengelola mengedukasi dan

mensosialisasikan pentingnya bersama masyarakat lokal untuk menjaga

kelestarian dan keberlanjutan ruang dari lingkungan Pantai Marumasa ini,

karena apabila tercipta sinergi antara pemerintah, pengelola, dan masyarakat

dapat menjadikan Pantai Marumasa ini lebih berkembang dan masing-masing

pihak saling menguntungkan satu sama lain.

Gambar 17. Sampah berserakan di lingkungan Pantai


Keterangan: Jumat, 5 Agustus 2022 Jam 14.342 Wita

85
86
Gambar 18. Peta Kondisi Jalan Pantai Marumasa

87
88
Gambar 19. Peta Sebaran Titik Wisata Pantai Marumasa

89
Gambar 20. Peta Sebaran Sarana Pantai Marumasa

90
Gambar 21. Peta Sebaran Prasarana Pantai Marumasa

91
E. Analisis Potensi Pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di

Pantai Marumasa

Pengembangan Potensi kawasan wisata Pantai Marumasa sebagai destinasi

wisata berkelanjutan pastinya bisa memberikan pengaruh yang besar pada banyak

bidang, akan tetapi banyak kriteria yang perkirakan bisa memberikan pengaruhnya

pada pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan berdasarkan Permen

Parekraf Nomor 9 Tahun 2021 yaitu diantaranya pengelolaan berkelanjutan,

keberlanjutan sosial ekonomi, keberlanjutan budaya, dam keberlanjutan

lingkungan. Berdasarkan keempat kriteria itu bisa jadi kriteria ketika

melaksanakan sebuah analisis tentang potensi pengembangan destinasi pariwisata

berkelanjutan di Pantai Marumasa Kabupaten Bulukumba. Keempat kriteria

demikian nantinya bisa dinilai didasarkan pada output kuesioner yang memiliki

banyak responden. Dibawah ini adalah beberapa perhitungan pada kriteria yang

diperkirakan dapat mempengaruhi potensi pengembangan destinasi pariwisata

berkelanjutan Pantai Marumasa.

1. Pengelolaan Berkelanjutan

Di bawah kerangka hukum saat ini, manajemen berkelanjutan memerlukan

keberadaan organisasi manajemen yang efisien dan terkoordinasi serta

pembagian tanggung jawab yang jelas antara sektor publik dan swasta.

Partisipasi pemangku kepentingan, sistem pemantauan dan evaluasi yang

berfungsi dan dilaporkan secara teratur, dan struktur untuk kerangka

pengelolaan semuanya ada. Tabel 19 menggambarkan potensi pertumbuhan

pengelolaan pariwisata berkelanjutan di Pantai Marumasa.

92
Tabel 19. Kondisi Pengelolaan Berkelanjutan Pada Kawasan Wisata Pantai
Marumasa
N Jawaban Informan
Variabel Indikator Parameter
o SS S KS TS
Tanggung jawab
15 10 3 2
pengelola wisata
Struktur dan
Rencana dan strategi
kerangka 12 8 8 2
pengelola wisata
pengelolaan.
Pengelola Monitoring dan
8 8 10 4
an evaluasi
1.
Berkelanj Kerja sama dengan
utan 13 11 5 1
masyarakat setempat
Keterlibatan
Pemangku Pelibatan dan
10 9 10 1
Kepentingan tanggapan wisatawan
Promosi dan Informasi
2 8 18 2
destinasi wisata
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 19 bisa dilihat bahwasanya secara

keseluruhan mengacu pada informasi responden perihal pertanyaan yang

diajukan perihal keadaan pengelolaan berkelanjutan pada kawasan wisata

Pantai Marumasa, maka parameter yang mendapat penilaian tertinggi yaitu

parameter tanggung jawab pengelola wisata indikator dari struktur kerangka

pengelolaan dengan jawaban sangat setuju ada 15 responden dan jawaban

setuju ada 10 responden, kemudian parameter tertinggi kedua yaitu parameter

kerja sama dengan masyarakat setempat indikator dari keterlibatan pemangku

kepentingan dengan jawaban sangat setuju ada 13 responden dan jawaban

setuju ada 11 responden.

Yang dimana hal tersebut menyatakan bahwa kriteria pengelolaan

berkelanjutan pada indikator struktur dan kerangka pengelolaan mempunyai

potensi di parameter tanggung jawab pengelola wisata dan untuk indikator

keterlibatan pemangku kepentingan mempunyai potensi di parameter kerja

sama dengan masyarakat setempat sangat perlu diutamakan terhadap potensi

93
pengembangan wisata Pantai Marumasa.

2. Keberlanjutan Sosial Ekonomi

Pengembangan destinasi wisata bertujuan untuk meningkatkan pendapatan

dan tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat lokal, dengan

memanfaatkan dan menjual potensi alam dan budaya yang masih asli (nature),

kemajuan, dan aksesibilitas ke lokasi objek wisata. Juga diyakini mampu

mendorong tumbuh dan berkembangnya lapangan kerja baru, sumber

pendapatan bagi masyarakat, dan kegiatan jasa industri pariwisata yang

mampu memberikan manfaat ekonomi lokal dan berdampak pada

kesejahteraan sosial sebagai mata rantai alat untuk pemberdayaan ekonomi

masyarakat. Untuk mengetahui potensi perkembangan kondisi sosial ekonomi

di wisata Pantai Marumasa dapat dilihat pada tabel 20.

Tabel 20. Kondisi Aspek Sosial Ekonomi Pada Kawasan Wisata Pantai
Marumasa
Jawaban Informan
No Variabel Indikator Parameter
SS S KS TS
Dampak terhadap
16 8 4 2
ekonomi lokal
Memberikan
Peluang tenaga kerja
manfaat 14 10 5 1
terserap
ekonomi
Mendukung
Keberlanj lokal
kewirausahaan lokal dan 12 9 7 2
utan sosial perdagangan
2.
dan
Program terhadap
ekonomi 9 14 3 4
Kesejahteraa masyarakat
n dan Hak melindungi
dampak 10 9 7 4
masyarakat
social. Keselamatan dan
11 10 4 5
keamanan
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022

Temuan analisis yang disajikan pada tabel 20 menunjukkan bahwa

tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kondisi

94
sosial ekonomi di kawasan wisata Pantai Marumasa sangat positif, maka

indikator yang mendapat penilaian tertinggi yaitu indikator memberikan

manfaat ekonomi lokal dengan parameter dampak terhadap ekonomi lokal

dengan jawaban sangat setuju sebanyak 16 responden dan jawaban setuju

sebanyak 8 responden, kemudian pada indikator kesejahteraan dan dampak

sosial pada parameter keselamatan dan keamanan jawaban sangat setuju

sebanyak 11 responden dan jawaban setuju sebanyak 10 responden.

Yang dimana hal tersebut menyatakan bahwa kriteria sosial ekonomi pada

indikator memberikan manfaat ekonomi lokal mempunyai potensi di

parameter dampak terhadap ekonomi lokal dan untuk indikator kesejahteraan

dan dampak sosial mempunyai potensi di parameter keselamatan dan

keamanan, maka dari itu sangat perlu diutamakan terhadap potensi

pengembangan wisata pantai Marumasa.

3. Keberlanjutan Budaya

Penting untuk mempertimbangkan bagaimana pariwisata mempengaruhi

kondisi sosial dan budaya masyarakat lokal. Baik efek positif atau negatif

yang dihasilkan. Strategi pariwisata berkelanjutan bertujuan untuk mendorong

dampak positif pengembangan pariwisata terhadap nilai-nilai sosial dan

budaya lokal. Dengan memasukkan atau bahkan menjadi inti produk

pariwisata, strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan menciptakan

hubungan yang menguntungkan kedua belah pihak dan meningkatkan

lingkungan masyarakat sehingga melindungi warisan budaya sangatlah

penting. Untuk mengetahui potensi perkembangan kondisi budaya di wisata

95
Pantai Marumasa bisa diketahui di tabel 21.

Tabel 21. Kondisi Aspek Budaya Pada Kawasan Wisata Pantai Marumasa
Jawaban Informan
No Variabel Indikator Parameter
SS S KS TS
Perlindungan aset
Keberlanj Melindungi 4 12 9 5
budaya
3. utan warisan
Melindungi akses
Budaya budaya 6 8 7 9
mayarakat
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 21 dapat kita ketahui bahwa dari

pendapat keseluruhan responden terhadap pertanyaan yang diberikan

mengenai kondisi aspek budaya pada kawasan wisata Pantai Marumasa, maka

dari indikator melindungi warisan budaya yang mendapat penilaian tertinggi

yaitu parameter perlindungan aset budaya dengan jawaban sangat setuju

sebanyak 4 responden dan jawaban setuju sebanyak 12 responden, kemudian

dari parameter melindungi akses masyarakat dengan jawaban sangat setuju

sebanyak 6 responden dan jawaban setuju sebanyak 8 responden.

Yang dimana hal tersebut menyatakan bahwa kriteria aspek budaya pada

indikator melindungi warisan budaya mempunyai potensi di parameter

perlindungan aset budaya dan melindungi akses mayarakat, sangat perlu

diperhatikan potensi pengembangannya pada wisata pantai Marumasa.

4. Keberlanjutan Lingkungan

Selain menjadi tantangan dalam keterpaduan pemanfaatan dan konservasi

yang berkelanjutan agar mampu mengendalikan kemungkinan kerusakan dan

penurunan daya tarik potensi objek wisata, serta merusak dan menurunkan

kualitas potensi daya tarik alam dan budaya lingkungan. Potensi pariwisata

merupakan peluang bagi industri pariwisata yang menciptakan pengembangan

96
pemanfaatan potensi daya tarik alam lingkungan dan budaya di daerah tujuan.

Oleh karena itu, pengelolaan pariwisata di suatu wilayah harus mampu

mengenali dan memahami daya dukung lingkungan alam dan potensi daya

tarik objek wisata. Pengelolaan sumber daya serta pengelolaan limbah dan

emisi sangat penting untuk diidentifikasi. Untuk mengetahui potensi

perkembangan kondisi lingkungan di wisata Pantai Marumasa bisa diketahui

di tabel 22.

Tabel 22. Kondisi Aspek Lingkungan Pada Kawasan Wisata Pantai Marumasa
Jawaban Informan
No Variabel Indikator Parameter
SS S KS TS
Pengelolaan
Kualitas air 12 9 3 6
Keberlanj Sumberdaya
utan Air limbah 5 6 9 10
4 Pengelolaan
Lingkunga Pengurangan
limbah dan
n emisi 7 12 6 5
emisi
transportasi
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2022

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 22 bisa kita ketahui bahwasanya dari

pendapat keseluruhan responden terhadap pertanyaan yang diberikan

mengenai kondisi aspek lingkungan pada kawasan wisata Pantai Marumasa,

maka dari indikator pengelolaan sumberdaya dengan parameter kualitas air

dengan jawaban sangat setuju sebanyak 12 responden dan jawaban setuju

sebanyak 9 responden, kemudian pada indikator pengelolaan limbah dan emisi

pada parameter pengurangan emisi transportasi mendapat penilaian tertinggi

dengan jawaban sangat setuju sebanyak 7 responden dan jawaban setuju

sebanyak 12 responden.

Yang dimana hal tersebut menyatakan bahwa kriteria aspek lingkungan

pada indikator pengelolaan sumberdaya mempunyai potensi di parameter

97
kualitas air dan untuk indikator pengelolaan limbah dan emisi mempunyai

potensi di parameter pengurangan emisi transportasi, maka dari itu sangat

perlu diperhatikan potensi pengembangannya pada wisata pantai Marumasa.

F. Analisis Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan di

Pantai Marumasa

Pengembangan kawasan wisata Pantai Marumasa sebagai kawasan pariwisata

yang berkelanjutan diperlukan adanya strategi untuk mendukung pariwisata bahari

unggulan di Kabupaten Bulukumba sehingga kegiatan tersebut bisa berpengaruh

pada peningkatan aspek manajemen, sosial, ekonomi, lingkungan, dan budaya

masyarakat setempat. Perkembangan industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang

(opportunity), dan ancaman (threats).

1. Faktor Internal dan Eksternal

a. Kekuatan (Strength)

1) Pantai dengan daya tarik berupa keindahan alam sekitar pantai

yang masih alami.

2) Memiliki keunikan dan nilai sejarah dari kegiatan budaya lokal

seperti pembuatan perahu phinisi oleh masyarakat.

b. Kelemahan (Weakness)

1) Kurangnya perhatian pemerintah sehingga kurang dikenal

wisatawan.

2) Tidak adanya koordinasi yang terjalin baik perihal apa yang

dibutuhkan pengunjung misalnya adanya fasilitas yang memadai

98
serta akses jalan yang kurang baik.

3) Kurang tertatanya sistem pengelolaan wisata.

c. Peluang (Opportunity)

1) Dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata bahari unggulan

Kabupaten Bulukumba sesuai arahan RTRW.

2) Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar sesuai arahan

RTRW Kabupaten Bulukumba.

d. Ancaman (Threath)

1) Masyarakat setempat yang belum sadar akan pentingnya

kebersihan lingkungan pantai

2) Lingkungan tercemar oleh sampah yang ditinggalkan pengunjung.

2. Pembobotan Faktor Strategi Internal

Proses penentuan bobot dan peringkat mengikuti mekanisme

mengidentifikasi beberapa faktor internal dan eksternal. Skor faktor dihitung

dengan membagi peringkat pada faktor tersebut dengan bobotnya. Dari 0,0

(tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting), bobot dihitung. Jumlah bobot

untuk kekuatan dan kelemahan sama dengan jumlah bobot untuk peluang dan

ancaman.

Berdasarkan bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kondisi dan

tujuan perusahaan yang bersangkutan, peluang dinilai dari 1 (di bawah rata-

rata), 2 (rata-rata), 3 (di atas rata-rata), dan 4 (sangat baik). Nilai peringkat

peluang dan ancaman selalu bertentangan satu sama lain; misalnya, jika

faktor ancamannya lebih tinggi, ia menerima nilai 4. Demikian pula kekuatan

99
dan kelemahannya dihargai.

Ada empat kuadran rekomendasi dalam analisis SWOT, berdasarkan skor

apakah terdapat peluang (nilai positif) atau ancaman (nilai negatif) dan

apakah faktor kekuatan mengungguli kelemahan (-). Bobot harus ditentukan

oleh seberapa besar dampak kekuatan atau kelemahan terhadap tujuan, misi,

dan visi perusahaan. Semakin besar bobotnya, semakin besar pula kontribusi

atau pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan, misi, atau visi les privat.

Bandingkan posisi masing-masing faktor dengan pesaing utama untuk faktor

yang sama untuk menentukan peringkat. Misalnya, jika faktor kekuatan lebih

unggul dari bisnis pesaing, peringkatnya bisa 4 (sangat baik).

Tabel 23. IFAS Faktor Kekuatan dan Faktor Kelemahan


No Faktor Kekuatan Bobot Rating Skor
1 Pantai dengan daya tarik berupa keindahan
0,35 4 1,40
alam sekitar pantai yang masih alami.
2 Memiliki keunikan dan nilai sejarah dari
kegiatan budaya lokal seperti pembuatan 0,25 3 0,75
perahu phinisi oleh masyarakat.
Jumlah Kekuatan 0,6 2,15
Faktor Kelemahan
1 Kurangnya perhatian pemerintah sehingga
0,15 2 0,30
kurang dikenal wisatawan.
2 Belum terakodomasi dengan baik kebutuhan
pengunjung seperti keberadaan sarana
0,20 2 0,40
prasarana yang baik serta akses jalan yang
buruk.
3 Kurang tertatanya sistem pengelolaan
0,15 1 0,15
wisata.
Jumlah Kelemahan 0,4 0,85
Total Faktor Internal 1,00
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2022

Pengembangan kawasan Pantai Marumasa sebagai destinasi pariwisata

berkelanjutan memiliki kelebihan dan kekurangan yang dapat ditingkatkan di

100
Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan tabel diatas, faktor kekuatan dijelaskan

bahwa potensi wisata bahari serta keragaman objek wisata yang dimiliki

kawasan wisata Pantai Marumasa cukup tinggi serta nilai sejarah dari

kegiatan budaya lokal seperti pembuatan perahu phinisi oleh masyarakat.

Faktor kelemahan yang belum dilakukan secara maksimal adalah

kurangnya perhatian dari Pemerintah setempat untuk perkembangan

pariwisata dapat dilihat dari belum terpenuhinya kebutuhan pengunjung,

seperti kurangnya akses jalan dan sarana prasarana yang memadai juga akses

jalan yang masih buruk, serta belum tertatanya sistem pengelolaan wisata.

3. Pembobotan Faktor Strategi Eksternal

Tabel 24. EFAS Faktor Peluang dan Faktor Ancaman


No Faktor Peluang Bobot Rating Skor
1 Dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata
bahari unggulan Kabupaten Bulukumba sesuai 0,40 4 1,60
arahan RTRW.
2 Membuka lapangan kerja bagi masyarakat
sekitar sesuai arahan RTRW Kabupaten 0,20 3 0,60
Bulukumba.
Jumlah Peluang 0,60 2,20
Faktor Ancaman
1 Masyarakat setempat yang belum sadar akan
0,25 2 0,50
pentingnya kebersihan lingkungan pantai.
2 Lingkungan tercemar oleh sampah yang
0,15 1 0,15
ditinggalkan pengunjung.
Jumlah Ancaman 0,4 0,65
Total Faktor Eksternal 1,00
Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2022

Faktor peluang serta faktor ancaman untuk mengembangkan daerah

wisata Pantai Marumasa menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan di

Kabupaten Bulukumba. Faktor peluang dijelaskan bahwa kondisi wilayah

dan keadaan fisik berpotensi untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata

101
bahari unggulan Kabupaten Bulukumba sesuai arahan RTRW. Faktor

ancaman yaitu terjadinya pencemaran lingkungan terhadap aktivitas

wisatawan, serta kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga

kebersihan lingkunga pantai.

4. Matriks Analisis SWOT

Tabel 25. Matriks Analisis SWOT


IFAS FAKTOR INTERNAL
EFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)
1. Pantai dengan daya tarik 1. Kurangnya perhatian
berupa keindahan alam pemerintah sehingga kurang
sekitar pantai yang masih dikenal wisatawan.
alami. 2. Belum terakodomasi dengan
FAKTOR 2. Memiliki keunikan dan baik kebutuhan pengunjung
EKSTERNAL nilai sejarah dari kegiatan seperti keberadaan sarana
budaya lokal seperti prasarana yang baik serta
pembuatan perahu phinisi akses jalan yang buruk.
oleh masyarakat. 3. Kurang tertatanya sistem
pengelolaan wisata
OPPORTUNITY (O) STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Dapat 1. Menata kawasan wisata 1. Meningkatkan kapasitas
dikembangkan melalui rencana sarana dan prasarana dengan
sebagai destinasi pengembangan destinasi pemeliharaan fasilitas
wisata bahari pariwisata berkelanjutan penunjang serta perbaikan
unggulan Kabupaten agar potensi pantai akses jalan menuju lokasi.
Bulukumba sesuai marumasa dapat terlihat (W1,W2,O1)
arahan RTRW. sebagai wisata bahari 2. Melakukan promosi wisata
2. Membuka lapangan unggulan. (S1,O1) melalui media sosial serta
kerja bagi 2. Menambahkan berbagai sosialisasi rutin dari
masyarakat sekitar atraksi wisata yang pemerintah kabupaten guna
sesuai arahan mengikutsertakan citra menarik minat wisatawan.
RTRW Kabupaten daerah atau kearifan lokal (W3,O1,O2)
Bulukumba. masyarakat setempat.(S2, 3. Memberikan pelatihan
O1) kepada masyarakat agar
3. Mendukung lebih profesional dalam
perekonomian lokal mengelola suatu destinasi
dengan adanya umkm dan kegiatan wisata.(W3,O2)
tenaga kerja yang
terserap.(S1,S2,O2)
THREATS (T) STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Masyarakat 1. Pengelolaan sistem 1. Melakukan kerja sama
setempat yang persampahan dengan antara pihak pemerintah,
belum sadar akan melibatkan pelaku usaha pihak pengelola tempat
pentingnya kreatif disekitar kawasan wisata, dan masyarakat

102
kebersihan agar sampah yang sekitar tempat wisata dalam
lingkungan pantai. dihasilkan wisatawan mengembangkan akses
2. Lingkungan dapat diolah dan tidak lokasi ,fasilitas tempat
tercemar oleh terjadi pencemaran wisata serta kebersihan
sampah yang lingkungan. (S1,S2,T2) lingkungan.
ditinggalkan 2. Perlu sosialisi tehadap (W1,W2,W3,T1)
pengunjung . masyarakat setempat, 2. Mempromosikan daya tarik
pentingnya menjaga wisata pantai sebagai wisata
kebersihan lingkungan berbasis sustainable tourism
dan dampak yang dengan mengedepankan
ditimbulkan jika terjadi aspek lingkungan, budaya,
kerusakan lingkungan. sosial dan ekonomi.
(S1,S2,T1) (W1,W3,T2)

Sumber : Hasil Analisis SWOT Tahun 2022

Dari tabel di atas bisa dilihat beberapa strategi alternatif yang dapat

digunakan oleh pihak pengelola wisata dalam mengembangkan destinasi

pariwisata berkelanjutan di Pantai Marumasa, Desa Darubiah, Kecamatan

Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba dengan mengkolaborasikan faktor

internal yaitu kekuatan juga kelemahan dan faktor eksternal yaitu kesempatan

juga ancaman.

Secara lebih jelas akan diuraikan lebih detail teknik/metode tersebut

yaitu:

a. Strategi S dan O adalah kolaborasi dari kekuatan (strength) dan

peluang (opportunity) dari objek yang diteliti dalam hal ini Wisata

Pantai Marumasa Kabupaten Bulukumba. Dalam rangka

mengoptimalkan kekuatan dan kesempatan ini, pemerintah dan

pengelola dapat menata kawasan wisata sesuai rencana berdasarkan

potensi sebagai wisata bahari unggulan kabupaten. Menambahkan

berbagai atraksi wisata yang mengikutsertakan citra daerah atau

kearifan lokal serta mendukung perekonomian lokal dengan adanya

103
umkm dan tenaga kerja yang terserap.

b. Strategi W dan O memadukan antara peluang dan kelemahan yang

dimiliki wisata Pantai Marumasa. Dari beberapa kelemahan dimiliki

dapat diminimalisir dengan meningkatkan kapasitas sarana dan

prasarana dengan pemeliharaan fasilitas penunjang, kemudian

melakukan promosi wisata melalui media sosial untuk menarik minat

wisatawan, serta memberikan pelatihan kepada masyarakat agar lebih

professional dalam mengelola destinasi kegiatan wisata.

c. Strategi S dam T yaitu mengkolaborasi kekuatan dan ancaman yang

diindikasikan dapat menghambat pengembangan kawasan wisata.

Strategi yang dapat dilakukan yaitu mengelola sistem persampahan

dengan melibatkan pelaku usaha kreatif disekitar kawasan agar sampah

yang dihasilkan wisatawan dapat diolah dan tidak terjadi pencemaran

lingkungan, kemudian perlu sosialisasi terhadap masyarakat setempat,

pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan dampak yang

ditimbulkan jika terjadi kerusakan lingkungan.

d. Strategi W dan T merupakan gabungan strategi yang berfungsi untuk

mengurangi kelemahan dan ancaman yang terjadi dalam rangka

pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan Pantai Marumasa.

Strategi yang dapat dilakukan diantaranya dengan melakukan kerja

sama antara pihak pemerintah, pihak pengelola tempat wisata, dan

masyarakat sekitar tempat wisata dalam mengembangkan akses lokasi

,fasilitas tempat wisata serta kebersihan lingkungan dan

104
mempromosikan daya tarik wisata pantai sebagai wisata berbasis

sustainable tourism dengan mengedepankan aspek lingkungan,

budaya, sosial dan ekonomi.

Perhitungan total skor matriks IFAS dan EFAS adalah sebagai berikut,

berdasarkan hasil matriks pembobotan SWOT untuk faktor strategi

internal dan strategi eksternal:

 Skor Kekuatan (Strength) = 2,15

 Skor Kelemahan (Weakness) = 0,85

 Skor Peluang (Opportunity) = 2,20

 Skor Ancaman (Treath) = 0,65

5. Diagram Cartesius Analisis SWOT

Analisis SWOT Diagram kartesius dapat digunakan untuk

menggambarkan situasi berdasarkan perhitungan faktor-faktor strategis

tersebut. Parameter yang digunakan berasal dari matriks IFAS dan EFAS,

khususnya perbedaan evaluasi faktor strategis internal (kekuatan dan

kelemahan) dan perbedaan evaluasi faktor strategis eksternal (peluang dan

ancaman). Tata cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

a. Penentuan Koordinat X, (IFAS) hasil KEKUATAN - KELEMAHAN

IFAS (X) = 2,15 – 0,85 = 1,3

b. Penentuan Koordinat Y, (EFAS) hasil PELUANG – ANCAMAN

EFAS (Y) = 2,20 – 0,65 = 1,55

105
Gambar 22. Kuadran Analisis SWOT

(Opportunity)

Kuadran II Kuadran I
WO SO

(S-W=1,3) (O-T=1,55)

1,55

( Weakness ) (Strenght )
1,3
Kuadran III Kuadran IV
WT ST

(Threats)

Pada grafik analisis SWOT diatas menggambarkan bahwasanya dearah

wisata yang dikembangkan di Pantai Marumasa yang berkelanjutan di

Kabupaten Bulukumba ada pada kuadran I (positif-positif) dimana dapat

dikembangkan. Adapun kuadran I yaitu strategi yang diterapkan yaitu strategi

S-O dimana:

a. Menata kawasan wisata melalui rencana pengembangan destinasi

pariwisata berkelanjutan agar potensi pantai marumasa dapat terlihat

sebagai wisata bahari unggulan dimana sesuai arahan RTRW Kabupaten

Bulukumba, Pantai Marumasa berpotensi sebagai destinasi wisata bahari

dikarenakan pantainya yang memiliki daya tarik berupa keindahan alam

yang alami serta keunikan nilai sejarah dari kegiatan budaya lokalnya

sehingga perlu rencana penataan yang baik dikawasan wisata.

b. Menambahkan berbagai atraksi wisata yang mengikutsertakan citra

106
daerah atau kearifan lokal masyarakat setempat. Dengan menambahkan

atraksi wisata dari budaya kearifal lokal sendiri, maka selain

melestarikan budaya lokal juga menjadikan kawasan ini mempunyai nilai

tambah di mata wisatawan yang nantinya berdampak meningkatnya

jumlah wisatawan.

c. Mendukung perekonomian lokal dengan adanya umkm dan tenaga kerja

yang terserap. Dengan pelibatan masyarakat secara langsung bisa terjadi

peningkatan ekonomi masyarakat, dengan demikian bisa mengambil

banyak pekerja sehingga mengurangi pengangguran didaerah sana. Hal

tersebut juga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk memperkenalkan

makanan khas daerah serta kerajinan asli daerah sana. Selain itu juga

masyarakat dapat mengelola hasil tangkapannya untuk dijual kepada

pengunjung wisata.

Menurut kondisi-kondisi yang ada melihat potensi potensi dari setiap kriteria

variabel pariwisata berkelanjutan, dapat disimpulkan bahwa posisi Konsep pantai

Marumasa yang berkelanjutan masih dalam masa pertumbuhan dan terus

dilakukan peningkatan yang memiliki ciri-ciri yang sudah diketahui dan

dikunjungi wisatawan, infrastruktur dan fasilitas pariwisata berkembang, lapangan

kerja dan kegiatan ekonomi mulai tercipta bagi masyarakat setempat, masyarakat

mulai sadar akan potensi pariwisata, dan terakhir, masih membutuhkan bantuan

dari pihak terkait (publik atau swasta).

G. Tinjauan Islam Terkait Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan

Kabupaten Bulukumba mempunyai beragam objek wisata, entah dari jenisnya

107
ataupun keunikannya, selain itu juga memiliki pemandangan yang bagus. Kondisi

yang dimiliki kawasan Pantai Marumasa saat ini merupakan keistimewaan yang

patut disyukuri. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al- Hasyr/59:18.

١٨ َ‫ت لِ َغ ۚ ٍد َواتَّقُوا هّٰللا َ ۗاِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ٌر ۢبِ َما تَ ْع َملُوْ ن‬


ْ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َو ْلتَ ْنظُرْ نَ ْفسٌ َّما قَ َّد َم‬

Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Kementerian Agama RI).

Menurut tafsir Kementerian Agama, ayat ini mengajak orang-orang beriman

untuk bertakwa kepada Allah dengan mengikuti segala petunjuk-Nya dan

menjauhi segala larangan-Nya. Yang termasuk dalam mentaati perintah Allah

adalah mensucikan ketaatan, hanya tunduk kepada-Nya, menunaikan ibadah

wajib, dan membina hubungan baik dengan sesama. Tidak ada unsur kesyirikan di

dalamnya. Jika dikaitkan daengan bahasan dalam skripsi ini, wisata Pantai

Marumasa dapat dikembangkan dengan memperhatikan potensi, serta strategi

demi tercapainya sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan di Kabupaten

Bulukumba.

Lebih khusus lagi, daya dukung masing-masing ekosistem dan prinsip

pemanfaatan jasa lingkungan yang optimal harus diperhatikan dalam pengelolaan

wisata alam. Allah SWT dalam Q.S. Al-A'Raf ayat 56, dikatakan bahwa kita perlu

melakukan perubahan yang baik, salah satunya menjaga lingkungan, karena

manusia senantiasa menjadi penyebab atas kerusakan yang telah terjadi pada bumi

selama ini.

108
—ۚ —‫ص— اَل ِح— هَ—ا— َو— ا— ْد— ُع— و—هُ— َخ— ْ—و— فً—ا— َو— طَ— َم— ًع— ا‬ —ْ ‫ض— بَ— ْع— َد— ِإ‬ ِ —‫َ—و— اَل تُ— ْف— ِ—س— ُد— و—ا— فِ— ي— ا—َأْل ْ—ر‬
—‫ب— ِم— َ—ن— ا— ْل— ُم— ْ—ح— ِس— نِ— ي— َ—ن‬
—ٌ —‫ت— هَّللا ِ— قَ— ِر— ي‬
—َ —‫ِإ َّن— َر— ْ—ح— َم‬
Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)


memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

Menurut tafsir Al-Misbah oleh Quraish Shihab (2002) menjelaskan bahwa

jangan menyebabkan kerusakan pada dunia yang telah ditebus melalui penyebaran

ketidaktaatan, ketidakadilan, dan permusuhan. Berdoalah kepada-Nya dengan

harapan akan pahala-Nya dan takut akan hukuman-Nya. Setiap orang yang

berbuat baik harus melakukannya karena cinta Allah SWT sangat dekat dengan

mereka.

Aspek paling utama terdapat pada destinasi wisata adalah kebersihan alam,

kebersihan sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW, karena mampu sebagai

alat pereda marah ketika lelah kebersihan seorang Islam yang berujung pada

penghormatan kepada sesama manusia, menjadi salah satu sarana Islam sekaligus

ciri muslim yang baik dan merupakan perwujudan taqwa hal ini sesuai dengan

hadis yang berbunyi "kebersihan itu adalah sebagian dari pada iman” (HR

muslim). Oleh karena itu, pengembangan destinasi pariwisata di Pantai Marumasa

harus memperhatikan tingkat kebersihan lingkungannya guna memberikan

kenyamanan pada wisatawan yang berkunjung.

Masyarakat berperan penting dalam pertumbuhan pariwisata karena

merupakan salah satu komponen utamanya. Dampak sosial dan ekonomi dari

109
pariwisata dirasakan secara tidak langsung di masyarakat. Berbicara tentang

pertumbuhan dan perkembangan pariwisata, gagasan pariwisata berkelanjutan

tidak dapat dipisahkan. Pada dasarnya, ini terkait dengan upaya untuk menjamin

bahwa aset normal, sosial yang digunakan untuk kemajuan industri berkelanjutan

di zaman ini dapat dinikmati untuk waktu yang lama di masa depan nanti.

Pengembangan pariwisata harus dipandu oleh standar keberlanjutan, yang

menetapkan bahwa pariwisata harus berkelanjutan secara ekologis dalam jangka

panjang, layak secara ekonomi, dan adil secara sosial dan etis bagi masyarakat.

Hal ini dapat dicapai dengan sistem pemerintahan yang baik yang melibatkan

partisipasi yang setara dan aktif dari masyarakat, swasta, dan pemerintah (Ihsan,

2019).

Seperti yang terdapat di kawasan Pantai Marumasa ini, dengan potensi yang

dimiliki sebagai pariwisata berkelanjutan, seluruh aspek kriteria yang ada harus

berjalan sebaik baik nya, menurut hasil analisis penelitian kaitannya dengan

integrasi keislaman dengan membahas masing-masing dari variabel, yaitu 2

kriteria yang sangat baik dan berpotensi untuk di kembangkan seperti pengelola

berkelanjutan dan sosial ekonomi. Pengelola artinya manajemen dari lokasi

wisata, bagaimana pengelola dapat mengadakan rasa aman dan nyaman terhadap

pengunjung di lokasi wisata. Hubungan mitra yang terjalin baik oleh pemerintah

juga warga sangat di butuhkan ketika mengelola. Kemudian kriteria sosial

ekonomi, yang artinya masyarakat setempat pun dapat merasakan dampak dari

adanya destinasi wisata tersebut, mulai dari tenaga kerja yang terserap.

110
Untuk 2 kriteria lainnya menurut analisis penelitian jika dikaitkan dengan

integrasi keislaman dapat diartikan sebagai hal yang sangat berpotensi baik untuk

di kembangkan, yaitu keberlanjutan budaya, dan keberlanjutan lingkungan.

Budaya artinya keunikan dan tradisi masyarakat setempat yang masih perlu

dilestarikan, adanya budaya lokal ini dapat menjadikan nilai tambah dari suatu

destinasi wisata. Kemudian lingkungan artinya kebersihan destinasi wisata harus

selalu di jaga, jangan lah membuat suatu kerusakan, karena dampak nya akan

kembali ke manusia itu sendiri, maka dari itu penting nya mengucap rasa syukur

dan rasa terima kasih kepada Allah Swt, karena masih diberikan nikmat untuk

menikmati perjalanan dengan berwisata khususnya di lokasi pantai Marumasa ini.

111
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Merujuk pda hasil analisis data juga pembahasan yang diuraikan di atas,

sehingga bisa diambil kesimpulan yaitu:

1. Wisata Pantai Marumasa, berpotensi untuk dikembangkan sebagai

destinasi pariwisata berkelanjutan, hal ini telah diukur oleh 4 Kriteria

yakni pengelolaan berkelanjutan, keberlanjutan sosial ekonomi, kelestarian

budaya, dan kelestarian lingkungan, digunakan untuk mengukur hasil

analisis dan pembahasan data studi ini:

a. Untuk kriteria pengelolaan berkelanjutan pada wisata Pantai

Marumasa, pada indikator struktur dan kerangka pengelolaan

mempunyai potensi di parameter tanggung jawab pengelola wisata dan

untuk indikator keterlibatan pemangku kepentingan mempunyai

potensi di parameter kerja sama dengan masyarakat setempat.

b. Untuk kriteria keberlanjutan sosial ekonomi pada wisata Pantai

Marumasa, pada indikator memberikan manfaat ekonomi lokal

mempunyai potensi di parameter dampak terhadap ekonomi lokal dan

untuk indikator kesejahteraan dan dampak sosial mempunyai potensi

di parameter keselamatan dan keamanan.

c. Untuk kriteria keberlanjutan budaya pada wisata Pantai Marumasa,

pada indikator melindungi warisan budaya mempunyai potensi di

parameter perlindungan aset budaya dan melindungi akses mayarakat.

112
d. Untuk kriteria keberlanjutan lingkungan pada wisata Pantai Marumasa,

pada indikator pengelolaan sumberdaya mempunyai potensi di

parameter kualitas air dan untuk indikator pengelolaan limbah dan

emisi mempunyai potensi di parameter pengurangan emisi transportasi.

2. Strategi yang dapat dilakukan untuk pengembangan destinasi pariwisata

berkelanjutan Pantai Marumasa, berada di Kuadran I yakni menggunakan

strategi S-O. Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu:

a. Menata kawasan wisata melalui rencana pengembangan destinasi

pariwisata berkelanjutan agar potensi pantai marumasa dapat terlihat

sebagai wisata bahari unggulan dimana sesuai arahan RTRW

Kabupaten Bulukumba, Pantai Marumasa berpotensi sebagai destinasi

wisata bahari dikarenakan pantainya yang memiliki daya tarik berupa

keindahan alam yang alami serta keunikan nilai sejarah dari kegiatan

budaya lokalnya sehingga perlu rencana penataan yang baik dikawasan

wisata.

b. Menambahkan berbagai atraksi wisata yang mengikutsertakan citra

daerah atau kearifan lokal masyarakat setempat. Dengan

menambahkan atraksi wisata dari budaya kearifal lokal sendiri, maka

selain melestarikan budaya lokal, juga menjadikan kawasan ini

mempunyai nilai tambah di mata wisatawan yang nantinya berdampak

meningkatnya jumlah wisatawan.

c. Mendukung perekonomian lokal dengan adanya umkm dan tenaga

kerja yang terserap. Dengan pelibatan masyarakat secara langsung bisa

113
menjadi penyebab adanya peningkatan ekonomi dimasyarakat, selain

itu bisa mengambil pekerja sehingga mengurangi pengangguran

didaerah sana.

B. Saran

Kajian ini menawarkan beberapa saran untuk pengembangan destinasi

pariwisata berkelanjutan di Pantai Marumasa, Desa Darubiah, Kecamatan

Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, berdasarkan analisis, pembahasan, dan

kesimpulan:

1. Bagi Peneliti

Diharapkan bahwa pengumpulan data yang lebih baik dan metode

penelitian yang lebih luas akan digunakan dalam studi masa depan sehingga

hasil penelitian lebih akurat dan mampu merumuskan potensi dan strategi

praktikal yang lebih baik mengenai pengembangan destinasi pariwisata

berkelanjutan.

2. Bagi Pemerintah

Bagi pemerintah diharapkan mampu mempertimbangkan potensi dan

strategi yang telah dirumuskan penulis dengan mempertimbangkan 4 kriteria

destinasi pariwisata berkelanjutan. Agar destinasi wisata tersebut dapat

memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat serta wisatawan serta

generasi yang akan datang.

3. Bagi Pengelola, Masyarakat dan Wisatawan

Dalam mengembangkan destinasi pariwisata berkelanjutan Pantai

Marumasa, maka tentu saja peran dan kolaborasi aktif pengelola, masyarakat

114
serta wisatawan sangat diperlukan. Tanggung jawab masing masing dengan

lebih peduli terhadap potensi pengembangan dari Pantai Marumasa tersebut.

115

Anda mungkin juga menyukai