Anda di halaman 1dari 15

Makalah Geografi Pariwisata

“MENGKAJI KEPARIWISATAAN SUMATERA UTARA”

Dosen Pengampu: Drs. Sugiarto, M.Si

M. Farouq Ghazali Matondang, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Astuty Labora Purba (3183331001)

Indri oktavia (3181131008)

Marsaulina Hasibuan (3182131018)

Kelas A 2018

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas
rahmat dan karunianya kami dapat mnyelesaikan tugas mata kuliah Geografi
Pariwisata, kami banyak mengalami hambatan bahkan kesulitan. Namun berkat
bantuan dan berbagai pihak, makalah ini akhirnya dapat terselesaikan. Kami
menyadari bahwa isi dari makalah ini, masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu kami mengaharapkan kepada para pembaca khususnya Dosen Pengampu dan
teman kelas A, untuk memberi tanggapan berupa saran dan kritik yang bersifat
membangun, untuk meningkatkan mutu pembelajaran selanjutnya, akhir kata
kami ucapkan terima kasih.

Medan, Oktober 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

D. Manfaat.........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................4

A. Defenisi analisis potensi wisata....................................................................4

B. Analisis wisata di sumatera utara .................................................................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan
masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat.
Suwantoro (2002) mengemukakan bahwa wisata alam adalah bentuk kegiatan
wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan tata lingkungan. Wisata
alam meliputi obyek dan kegiatan yang berkaitan dengan rekreasi dan pariwisata
yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan ekosistemnya, baik dalam
bentuk asli (alami) maupun perpaduan dengan buatan manusia. Akibatnya
tempattempat rekreasi di alam terbuka yang sifatnya masih alami dan dapat
memberikan kenyamanan sehingga semakin banyak dikunjungi orang
(wisatawan). Pembangunan pariwisata saat ini diarahkan kepada pembangunan
pariwisata yang berkelanjutan. Menurut Sharpley (2000) hal tersebut karena
kebijakan pembangunan pariwisata berkelanjutan terarah pada penggunaan
sumberdaya alam dan penggunaan sumberdaya manusia untuk jangka waktu
panjang. Salah satu desa wisata yang juga memiliki potensi dikelola dan
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan analisis potensi wisata ?
2. Bagaimana kepariwisataan Sumatera Utara

C. Tujuan
Tujuan dari adanya pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu penugasan pada mata kuliah tersebut dan
1. Untuk mengetahui pengertian analisis potensi wisata
2. Untuk mengetahui bagaimana kepariwisataan di Sumatera Utara

1
D. Manfaat
Manfaat dari adanya makalah ini adalah dapat membantu dan
menambah wawasan dari mahasiswa yang menduduki jurusan ini serta dapat
dijadikan sumber refrensi.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Analisis potensi wisata


Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
mengamanatkan bahwa salah satu tujuan kegiatan kepariwisataan adalah upaya
melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya dengan berlandaskan pada
prinsip-prinsip memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup,
memberdayakan masyarakat setempat dan menjamin keterpaduan antarsektor,
antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik
dalam rangka otonomi daerah serta keterpaduan antar pemangku kepentingan.

Menurut Pearce (1983 : 25), faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi


pengembangan potensi obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan
dan penggunaan lahan , hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti
upah tenaga kerja dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus
diperhatikan meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana
wisata, infrastruktur dan masyarakat/lingkungan (Gamal Suwantoro, 2004 : 19)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi pariwisata tersebut diatas dapat


diuraikan sebagai berikut :

a. Kondisi Fisis Aspek fisis yang berpengaruh terhadap pariwisata berupa iklim
(atmosfer), tanah batuan dan morfologi (lithosfer), hidrosfer, flora dan fauna.

b. Atraksi dan Obyek Wisata Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi
daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-
tarian, nyayian, kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996 : 172).
Obyek wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
merupakan daya tarik agar orang-orang mau berkunjung.

c. Aksesibilitas Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata.


Semakin mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan
untuk berkunjung.

4
d. Pemilikan dan Penggunaan Lahan Variasi dalam pemilikan dan penguasaan
lahan dapat mempengaruhi lokasi tempat wisata, bentuk pengembangannya, dan
terhadap arah pengembangannya. Bentuk Penguasaan lahan antara lain : a) lahan
Negara/pemerintah, b) lahan masyarakat dan c) lahan pribadi (Pearce, 1983 : 34)

e. Sarana dan Prasarana Wisata Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-


perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung
atau tidak langsung. Prasarana kepariwisataan ini berupa prasarana perhunbungan,
komunikasi, istalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem perbankan
dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1995 : 181)

f. Masyarakat Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan


penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata
(Gamal Suwantoro, 2004 : 23)

Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai suatu potensi
yang dapat menarik pengunjung. Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam
alami yang dimiliki oleh tempat tersebut ataupun suatu obyek/kenampakan yang
dibuat oleh manusia, dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap
obyek wisata tersebut.

B. Analisis Kepariwisataan di Sumatera Utara

Sumatera Utara adalah salah satu provinsi terbesar di Indonesia, yang


beribukotakan Medan dengan jumlah penduduk sekitar 58 jiwa. Sumatera Utara
identik atau lebih dikenal dengan orang-orang Batak. Akan tetapi Sumatera Utara
terdiri dari beberapa suku, yaitu suku Batak, Melayu dan Nias. Suku Batak sendiri
terdiri dari beberapa sub suku, yaitu suku Batak Toba, suku Batak Simalungun,
suku Batak Pakpak, suku Batak Mandailing, dan suku Batak Karo. 

Setiap suku dan sub suku tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing, memiliki
keunikannya masing-masing. Bahasa, budaya, adat istiadat dan kebiasaan yang
berbeda-beda. Sumut singkatan dari Sumatera Utara yang lebih dikenal dengan
orang-orang Bataknya yang memiliki marga.

5
Pariwisata Di Sumatera Utara

Jika membahas pariwisata di Sumut maka bayangan kita akan langsung tertuju
dengan Danau Toba, yaitu danau terbesar dan terluas di Asia Tenggara. Danau
hasil letusan gunung yang terjadi ribuan tahun silam. Danau yang di tengah-
tengahnya terdapat sebuah pulau bernama Pulau Samosir. Danau yang dikelilingi
beberapa kabupaten dan digunakan sebagai tempat mata pencaharian masyarakat
sekitar untuk mencari nafkah sebagai nelayan. Keindahannya tidak perlu
diragukan lagi, yang mana pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan
yang mempesona dari berbagai sudut sekitar danau. 

Tidak hanya sekedar pemandangan terhadap danaunya, tapi juga ditambah dengan
pemandangan pegunungan yang hijau. Perjalanan sekali atau dua kali tidak akan
membuat setiap pengunjung merasa bosan. Pengunjung juga dapat merasakan
dinginnya air danau Toba dengan mandi dan berenang di pantainya. Ada banyak
tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi di setiap daerah yang ada di Sumut
selain dari danau Toba, seperti halnya Masjid Raya Medan di kota Medan, Muara
di Tapanuli Utara, Sipinsur di Humbang Hasundutan, Air Terjun Sipiso-piso di
Kabupaten Karo, Air Terjun Telaga Dwi Warna di Sibolangit, Cagar Alam
Sibolangit, Bukit Gundaling, Fundland Mikie Holiday di Berastagi, Pantai Sorake
dan Pantai Lagundri di Nias, Pulau Samosir, Pantai Air Tawar Bul-bul, Bukit
Tarabunga, Air Terjun Sigur-gura di Tobasa, Perkebunan Teh Sidamanik dan itu
pun masih beberapa dari sekian banyak tempat wisata di Sumut. 

Ada banyak tempat-tempat wisata yang bisa dijadikan sebagai destinasi berlibur
bagi turis asing maupun turis lokal, baik tempat wisata yang sudah lama ada yang
kian lama kian diperbaiki sampai tempat wisata yang baru. Selain berburu tempat
wisata, di Sumut juga bisa belajar kebudayaannya yang melimpah ruah. Menurut
data Badan Pusat Statistik kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumut  pada
Februari naik sebesar 33,6% dibandingkan Januari 2019 yakni dari 17.470
kunjungan menjadi 23.342 kunjungan dan kunjungan wisman pada Februari pun
lebih besar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni 17.926
kunjungan atau naik 30,2%.

6
Selain danau toba masih banyak tempat yang berpotensi untuk dilakukan kegiatan
wisata yaitu :

 Danau Linting

yang berada di daerah puncak bukit kecil di desa Sibunga-bunga Hilir,


Sinembah Tanjung Muda (STM) Hulu, kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.

Kawasan Danau Linting yang meliputi luas areal kurang lebih 3 Ha termasuk
radius 100 meter dari pinggir danau telah ditunjuk menjadi kawasan lokasi wisata
sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Deli Serdang
Nomor 556/272/DS/Tahun 1999. Secara administrasif kawasan wisata ini terletak
di desa Sibunga-bunga Kabupaten Deli Serdang. Terlepas dari alasan Pemerintah
tidak mengelola potensi pariwisata di kawasan Danau Linting karena Dinas
Kebudayaan dan Kepariwisataan tidak bisa bekerja sendiri dalam meningkatkan
sektor pariwisata melainkan harus didukung dengan perangkat lainnya.
Contohnya infrastruktur jalan, sebuah kawasan obyek wisata yang menarik pun
tidak akan dikunjungi wisatawan bila kondisi jalan ke lokasi tersebut tidak
memberikan kenyamanan. Hal tersebut tentu bukan menjadi kewenangan
Disbudpar, melainkan tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum (PU). Kesinerjian
dan kekompakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sangat
dibutuhkan melalui upaya menanggalkan egosektoral dengan saling mendukung.
Selain itu masalah keterbatasan anggaran di bidang pariwisata juga merupakan
masalah terhambatnya pengembangan obyek wisata Danau Linting. Disamping
itu, masyarakat lokal yang berada di sekitar kawasan juga tidak pernah diajak
dalam rencana pengembangan wisata alam ini. Ketiadaan rencana pengembangan
kawasan Danau Linting serta tidak adanya keterlibatan masyarakat semakin lama
semakin mengancam kelestarian kawasan Danau Linting itu sendiri. Karena akan
semakin menjauhkan masyarakat dari potensi manfaat yang seharusnya bisa
diperoleh dari keberadaan Danau Linting itu sendiri baik dari sisi ekonomi, sosial,
dan budaya. Danau Linting sebagai salah satu kawasan pelestarian alam yang
memiliki potensi membutuhkan perencanaan yang dapat memberikan gambaran
bagaimana pariwisata dan hal-hal yang berkaitan dengan wisata untuk
pengelolaannya ke depan. Danau Linting mempunyai keterwakilan ekosistem

7
yang masih alami dan mempunyai komunitas alam yang unik, langka, dan indah
serta bentang alam dan potensi alam yang dapat dijadikan sebagai obyek dan daya
tarik wisata alam (ODTWA). Pemanfaatan potensi ODTWA ini harus dikelola
secara arif dan bertanggung jawab serta harus memperhatikan kelestarian
lingkungan. Pengamatan potensi obyek dan daya tarik wisata alam dilakukan
dengan observasi langsung di sepanjang jalur kawasan wisata Danau Linting.
Komponen yang harus dinilai adalah kondisi biologis dari danau tersebut, daya
tariknya, aksesibilitasnya, dan kondisi sarana prasarana dari danau tersebut.
Danau Linting merupakan danau vulkanik yang mengandung belerang. Menurut
beberapa sumber, kedalaman air Danau Linting selalu berubah-ubah sehingga kita
tidak bisa mengetahui dengan pasti berapa kedalaman dari air Danau Linting
tersebut. Selama berada di Danau Linting para pengunjung harus tetap
memperhatikan etika dan larangan dari masyarakat sekitar. Keindahan alam yang
begitu indah di danau ini membuat sangat nyaman untuk berlama-lama menikmati
pesonanya. Penilaian potensi obyek dan daya tarik wisata alam dilakukan dengan
cara pengamatan secara langsung di sepanjang jalur kawasan Danau Linting
setelah mengidentifikasi obyek-obyeknya. Obyek yang dianggap berpotensi akan
dicatat. Adapun komponen yang dinilai dari wisata alam Danau Linting tersebut
adalah daya tarik lokasi wisata tersebut, aksesibilitas untuk mencapai lokasi, serta
sarana dan prasarana penunjang yang mendukung perkembangan lokasi wisata
tersebut. Daya tarik suatu lokasi kawasan wisata merupakan alasan yang utama
para pengunjung untuk mengunjungi ke lokasi wisata dalam rangka melakukan
kegiatan wisata. Daya tarik yang dimiliki kawasan wisata Danau Linting cukup
besar untuk manarik minat pengunjung. Daya tarik tersebut dapat berupa
keunikan sumber daya alam misalnya danau dan gua, sumber daya alam yang
menonjol misalnya sumber air panas dan bebatuan, kegiatan yang dapat dilakukan
di lokasi wisata misalnya kegiatan berkemah, daya tarik berupa kebersihan, dan
kenyamanan lokasi wisata.

8
 Ocean Pasifik

Terletak di Kecamatan Medan Belawan, Objek Wisata Bantuan terletak di


Kecamatan Medan Amplas yaitu Tamora, di Kec. Medan Barat yaitu Kantor Pos,
Lonsum, Tjong A Fie, Gereja Katedral, dan Shrimariaman, di Kec. Medan Petisah
yaitu Tugu Guru Patimpus, di Kec. Medan Polonia yaitu Gereja Imannuel, Vihara
Gunung Timur, Museum Bukit Barisan, di Kec. Medan Maimun yaitu Mesjid
Raya, di Kec. Medan Marelan yaitu Danau Siombak Indah, di Kec. Medan
Selayang yaitu Taman Buaya, di Kec. Medan Tuntungan yaitu Kebun Binatang
Medan dan Di Kec. Medan Kota yaitu Menara air Tirtanadi, objek wisata Sosial
Budaya di Kec. Medan Helvetia yaitu PRSU, di Kec. Medan Kota yaitu Museum
Sumut, dan di Kec. Medan Maimun yaitu Istana Maimun. Dari Penjelasan diatas
maka dapat disimpulkan bahwa Persebaran objek wisata di Kota Medan tidak
merata atau bersifat Menyebar. Setiap objek wisata yang ada dapat dinilai dengan
membedakan keadaan potensi dan daya tariknya setiap objek. Objek wisata yang
memiliki jumlah skor yang tertinggi merupakan jenis objek wisata yang paling
baik yang ada di Kota Medan. Dari hasil observasi maka didapat penilaian
keadaan Potensi Internal ODTW di tiap lokasi Objek Wisata maka dapat diberikan
simpulan yang memiliki skor tertinggi yaitu Taman Morawa Indah, Pekan Raya
Sumatera Utara (PRSU) dan Rahmat Galeri & Museum. Objek wisata sedang
ialah Kebun Binatang Kota Medan, Taman Buaya, danau Siombak Indah,
Museum Bukit Barisan, Museum Sumut, Istana Maimun, Mesjid Raya, Ocean
Pasifik, Tugu dan Taman Ahmad Yani, Lonsum, dan Kantor Pos. sedangkan
objek wisata terendah ada pada objek wisata Tugu Guru Patimpus, Tjong A Fie,
Vihara Gunung Timur, Shrimariaman, Gereja Katedral, Gereja Immanuel, dan
Menara Tirtanadi. Rata-rata objek wisata skor terendah terdapat pada atraksi
wisatanya. Padahal atraksi wisata merupakan salah satu faktor penting yang
membuat banyak pengunjung tertarik untuk datang ke lokasi objek wisata
tersebut. Selain itu tumbuh dan berkembangnya suatu objek wisata dipengaruhi
oleh kerjasama yang baik antara berbeda pihak baik itu pihak Pemerintah,
Pengelola objek wisata, dan masyarakat. Tanpa kerjasama dan saling mendukung
satu sama lain maka tidak akan terlaksana dengan baik pembangunan dan
pengembangan suatu objek wisata yang ada di Kota Medan. Dari hasil

9
pengamatan dan wawancara dengan pihak Pengelola bahwa sikap masyarakat baik
dan tidak pernah mengganggu masyarakat saat berwisata. Keterbatasan Dana
merupakan salah satu faktor utama kurang berkembangnya objek wisata di Kota
Medan. Pihak Pengelola objek wisata telah mengupayakan beberapa hal untuk
mengembangkan objek wisata nya yaitu dengan : a. Menjalin Kerjasama dengan
beberapa pihak Sponsor dalam mendukung berupa dana untuk mengembangkan
Objek Wisata. b. Melakukan Promosi kebeberapa Sekolah untuk memperkenalkan
tempat wisatanya. c. Melakukan studi banding kebeberapa lokasi objek wisata
yang lebih maju untuk dapat melakukan perbandingan demi mendukung
perkembangan objek wisata d. Memberikan pelatihan Karyawan untuk lebih baik
bekerja dilokasi objek wisata e. Dan, menambah fasilitas untuk kelengkapan di
lokasi objek wisata Sedangkan dari pihak Pemerintah melakukan upaya untuk
mengembangkan kepariwisataan di Kota Medan yaitu : a. Melakukan Promosi
melalui penyebaran Booklet kemasyarakat dan Internet b. Melakukan perbaikan
fisik pada beberapa lokasi objek wisata c. Membangun dan melengkapi sarana dan
prasarana kelokasi objek wisata d. Dan menambah beberapa fasilitas dibeberapa
lokasi objek wisata Dari penjelasan upaya-upaya yang dilakukan baik dari pihak
Pemerintah Pengelola objek wisata diatas, masih belum optimal dilakukan. Dan
untuk kedepannya diharapkan kepada pihak Pemerintah dan pengelola objek
wisata bekerjasama mengembangkan objek wisata di Kot aMedan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Potensi objek wisata


dan daya tarik objek wisata berbeda disetiap objek wisata yang ada di Kota
Medan. Dari hasil penilaian dan pembagian klas Interval potensi objek wisata,
pada umumnya objek wisata di Kota Medan berada pada Klas Sedang. Dan ada
dua jenis objek wisata yang dikategorikan klas tinggi yaitu objek wisata PRSU
dan Galleri Rahmat. Dapat disimpulkan bahwa objek wisata kota Medan masih
perlu pengembangan dan pengelolaan yang lebih baik lagi. Untuk peningkatan
daya tarik di setiap objek wisata yang merupakan modal atau daya jual objek
wisata kepada wisatawan yang akan datang berkunjung ke lokasi objek wisata
yang ada di Kota Medan. Upaya dari pihak pemerintah dan pengelola objek
wisata sangat penting untuk pengembangan dari objek wisata yang ada di Kota
Medan. Upaya itu dapat berupa Promosi, rehabilitasi bangunan secara fisik,
penambahan fasilitas di Lokasi objek wisata, perbaikan sarana menuju lokasi
objek wisata. Selain itu peranan Masyarakat dalam pengembangan objek wisata
juga sangat penting, dapat dilihat dari bentuk kerjasama masyarakat untuk
menjaga keamanan dan ketertiban dilokasi objek wisata.

B. Saran

Sebagai mahasiswa pendidikan yang berkarakter atau sebagai


penyandang nama kemahasiswaan penting bagi kita untuk memahami,
mengetahui ekopariwisata sebagai bentuk identitas kita sebagai mahasiswa
geografi . Melihat keadaan objek wisata di Kota Medan maka sangat perlu
pengembangan objek wisata yang lebih baik lagi yaitu dengan menambahkan
atraksi wisata (hiburan, permainan anak, dll) dan penambahan fasilitas dilokasi
objek wisata (fasilitas keamanan, kesehatan dan fasilitas permainan). Yang
merupakan salah satu daya jual objek wisata dalam mendukung kemajuan dari
masingmasing objek wisata

11
DAFTAR PUSTAKA
Haryotono, T. (2002). Identifikasi Potensi objek wisata dan daya tarik wisata
untuk pengembangan pariwisata di Kota Yogyakarta. Skripsi Fakultas Geografi
Gajah Mada.
Karyono. A. Hari. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo
Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung. Angkasa
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi VI. Penerbit Rineka Cipta.
Jakarta. Departemen Kehutanan. 1989. Kamus KehutananEdisi Pertama.
Departemen Kehutanan RI. Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai