Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN INDIVIDU

MATA KULIAH KONSEP DAN STRUKTUR TATA RUANG


MUHAMMAD ANUGRAWAN KAHAR - 60800117020 - A

Analisis Location Quotient

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu perangkat data
ekonomi yang dapat di gunakan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan ekonomi suatu
wilayah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu wilayah. Nilai PDRB dapat
merepresentasikan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Sebagai salah satu contoh pada
pembahasan ini, dilakukan penghitungan dan analisis terhadap PDRB Kota Kupang tahun
2017 yang mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Peningkatan nilai PDRB Kota
Kupang mengindikasikan bahwa adanya peningkatan pada pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari
tercapainya pembangunan ekonomi. Penentuan komoditas unggulan daerah merupakan
langkah awal menuju pembangunan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih
keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah
menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai
keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi
penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada
kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah.
Pertumbuhan sektor suatu daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan
kompetitif suatu daerah, spesialisasi wilayah serta potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut.
Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi sektor yang potensial harus
menjadi prioritas utama untuk digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan
pertanian daerah secara utuh (Hendayana, 2003).
Indonesia telah bergerak dari negara paling sentralistik menjadi negara dengan
desentralisasi sejak awal tahun 2001. Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Oleh
karena itu, suatu daerah harus mampu melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan pada
potensi sumberdaya yang ada, sehingga daerah harus dapat menentukan sektor yang menjadi
basis (unggulan) baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang agar pembangunan
daerah dapat diarahkan kepada pengembangan sektor basis tersebut yang pada akhirnya dapat
memberikan dampak bagi pengembangan sektor lain (Wicaksono, 2011).
Penetapan suatu komoditas sebagai komoditas unggulan daerah harus disesuaikan
dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki oleh daerah.
Komoditas yang dipilih sebagai komoditas unggulan daerah adalah komoditas yang memiliki
produktifitas yang tinggi dan dapat memberikan nilai tambah sehingga berdampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat. Selain itu penetapan komoditas unggulan daerah juga harus
mempertimbangkan kontribusi suatu komoditas terhadap pertumbuhan ekonomi dan aspek
pemerataan pembangunan pada suatu daerah (Syahroni, 2005).
Berbagai pendekatan dan alat analisis telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi
komoditas unggulan, menggunakan beberapa kriteria teknis dan non teknis dalam kerangka
memenuhi aspek penawaran dan permintaan. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan
kelemahannya, sehingga dalam memilih metode analisis untuk menentukan komoditas
unggulan ini perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satu pendekatan yang dapat
digunakan untuk menginisiasi komoditas unggulan adalah metode Location Quotient (LQ).
Dari hasil metode LQ nantinya akan diketahui potensi basis dan bukan basis suatu sektor di
suatu wilayah.
a. Analisis Location Quotient (LQ)
1. Prinsip Analisis
Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor. Location quotient
menghitung perbandingan share output sektor i di kota atau kabupaten dan share out
sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor bisnis yang tidak akan habis
apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah. Menurut Hood (1998 dalam Hendayana
2003), menyatakan bahwa location quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi
yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang
menjadi pemicu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat
spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Teknik LQ banyak
digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi
spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan
ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai
leading sektor suatu kegiatan ekonomi industri. Dasar pembahasannya sering
difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-sektor yang
teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama sudah cukup
memberi gambaran akan kemampuan suatu wilayah dalam sektor yang teridentifikasi.
Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan kemampuan sektor-sektor
dari wilayah tersebut adalah (Daryanto dan Hafizrianda, 2010:21):
Menghitung nilai LQ dengan caranya dengan memasukkan notasi-notasi yang
diperoleh ke dalam formula LQ, sebagai berikut:

𝑉𝑖𝑘
( )
𝐿𝑄 = 𝑉𝑘
𝑉𝑖𝑝
( )
𝑉𝑝

Keterangan:
- Vik merupakan nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kota
misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Riil (PDRR) daerah
studi k.
- Vk merupakan produk domestik regional bruto total semua sektor di daerah studi
k.
- Vip merupakan nilai output (PDRB) sektor i daerah referensi p (misalnya
provinsi) dalam bentuk PDRB daerah referensi p.
- Vp merupakan produk domestik regional bruto total semua sektor di daerah
refrensi p.

2. Data dan Alat Analisis


Analisis Location Quotient akan menganalisis data PDRB meliputi 4 wilayah
kabupaten di bagian Provinsi Banten. Sedangkan titik tahun pengamatan yaitu tahun
2017. Perangkat analisis yang digunakan adalah Microsoft Excel dan interpretasi
dilanjutkan di Microsoft Word.

3. Gambaran Umum
Kota Tangerang berada di bagian Timur Provinsi Banten. Secara geografis,
wilayah Kota Tangerang terletak antara 606' – 6013' Lintang Selatan (LS) dan
106036' – 106042' Bujur Timur (BT). Kota Tangerang berjarak ± 60 km dari Ibukota
Provinsi Banten dan ± 27 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia, DKI Jakarta.
Wilayah Kota Tangerang mempunyai batas administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Teluknaga, Kecamatan Kosambi dan


Kecamatan Sepatan Timur (Kabupaten Tangerang);
b. Sebelah Selatan : Kecamatan Curug dan Kecamatan Kelapa Dua
(Kabupaten Tangerang), serta Kecamatan Serpong Utara dan Kecamatan
Pondok Aren (Kota Tangerang Selatan);
c. Sebelah Barat : Kecamatan Pasar Kemis dan Kecamatan Cikupa
(Kabupaten Tangerang); dan
d. Sebelah Timur : Kota Administrasi Jakarta Barat dan Kota Administrasi
Jakarta Selatan (Provinsi DKI Jakarta).

Luas wilayah Kota Tangerang adalah ±16.455 ha (tidak termasuk Bandar Udara
Internasional Soekarno Hatta seluas ±1.969 ha). Secara administratif, Kota Tangerang
terdiri atas 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan.
4. Tahapan Analisis
Tahap analisis dimulai dari memasukkan data dalam Excel, kemudian
menghitung sesuai dengan rumus analisis Location Quotient. Sehingga dihasilkan
sebagai berikut:

5. Hasil Analisis
a) Kota Tangerang
- Nilai LQ > 1 : Pertanian,Kehutanan,Perikanan,Industri
Pengolahan,Transportasi dan pegudangan,Penyediaan Akomodasi dan
Makanan minuman administari pemerintah, pertahanan
- Nilai LQ < 1 : Pertambangan dan Penggalian,Pengadaan Listrik dan Gas
Pengadaan Air,Pengolahan Sampah ,Limbah,Konstruksi,perdagangan Besar
dan Eceran,Informasi dan komunikasi,jasa keuangan dan asuransi,real
Estate,jasa perusahaan .
b) Kabupaten Lebak
- Nilai LQ > 1 : Pertanian,Kehutanan,Perikanan,Pertambangan dan
Penggalian,perdagangan Besar dan Eceran,Transportasi dan
pegudangan,Penyediaan Akomodasi dan Makanan minuman,administari
pemerintah, pertahanan
- Nilai LQ < 1 : Industri Pengolahan,Pengadaan Listrik dan Gas,Pengadaan
Air,Pengolahan Sampah ,Limbah,Konstruksi, Informasi dan komunikasi, jasa
keuangan dan asuransi, real Estate, jasa perusahaan
c) Kabupaten Serang
- Nilai LQ > 1 : Pertanian,Kehutanan,Perikanan, Industri Pengolah,
Transportasi dan pegudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makanan
minuman, administari pemerintah, pertahanan.
- Nilai LQ < 1 :Pertambangan dan Penggalian, Pengadaan Listrik dan Gas,
Pengadaan Air,Pengolahan Sampah ,Limbah, Konstruksi , perdagangan Besar
dan Eceran, Informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi
real Estate, jasa perusahaan.
d) Kabupaten Tangerang
- Nilai LQ > 1 : Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan
Air,Pengolahan Sampah ,Limbah, Konstruksi, perdagangan Besar dan Eceran,
Informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi, real Estate dan jasa
perusahaan.
- Nilai LQ < 1 : Pertanian,Kehutanan,Perikanan,Pertambangan dan Penggalian,
Penyediaan Akomodasi dan Makanan minuman, Transportasi dan
pegudangan, dan administari pemerintah dan pertahanan
6. Interpretasi Hasil
Berdasarkan prinsip pada formula LQ, maka semakin tinggi nilai LQ suatu
sektor, semakin tinggi pula comparative advantage daerah yang bersangkutan dalam
mengembangkan sektor tersebut. Interpretasi penilaian LQ bisa dilihat pada tahap
Hasil Analisis diatas.
Jika nilai LQ > 1, maka merupakan sektor basis dan unggulan, merupakan sektor
terspesialisasi. Pelayanan Pasarnya eksport melayani pasar dalam dan luar daerah.
Jika nilai LQ < 1, maka merupakan sektor non basis dan non unggulan, tidak
potensial, merupakan sektor tidak terspesialisasi. Pelayanan pasarnya non eksport,
belum mampu melayani pasar dalam dan luar daerah.
Jila nilai LQ = 1, maka sektro seimbang dengan wilayah acuan, spesialisasi sama
dengan wilayah acuan dan pelayanan pasarnya no eksport, hanya mampu melayani
pasar didalam wilayah.

7. Kesimpulan
Berdasarkan empat Kabupaten/Kota yang dianalisis Kabupaten Lebak memiliki
nilai LQ >1 yang paling banyak berdasarkan beberapa sektor PDRB itu artinya
Kabupaten Lebak memiliki sektor basis unggulan yang banyak dibandingkan tiga
wilayah yang dianalisis. Sedangkan Kabupaten Serang memiliki nilai LQ<1 yang
paling banyak berdasarkan beberapa sektor PDRB yang telah dianalisis yang artinya
Kabupaten Serang memiliki sektor non basis, non unggulan, dan tidak potensial.
8. Daftar Pustaka
Muta’ali, Lutfi.2015. Teknik Analisis Regional.Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
BPS Kota Tangereang dalam Angka 2017
BPS Kabupaten Lebak dalam Angka 2017
BPS Kabupaten Serang dalam Angka 2017
BPS Kabupaten Tangerang dalam Angka 2017

Anda mungkin juga menyukai