Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Klasifikasi Tanah
Dosen Pembimbing : Ayu Wahyuni,Spd,Mpd

Mata Kuliah : Geografi Tanah

Di Susun Oleh : Kelompok 5

Taufik hidayat : 180405031


Khairiati : 180405001
Kari’ah : 180405022
Siska Rezeki : 180405024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SAMUDRA

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah swt. Karna atas segala rahmat dan
taufik serta hidayahnya kami bisa menyelesaikan makalah ini dalam bentuk yang sangat
sederhana dengan judul “Klasifikasi Tanah”. Yang dibuat memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Geografi Tanah.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai materi
tersebut. Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan. Oleh karna itu,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada teman-teman sekelompok
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada kita semua, dan bisa menambah ilmu pengetahuan bagi si pembaca,

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini ,oleh karena
itu kritik dan saran sangat kami harapkan dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah
kami di masa mendatang. Masukan yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah
kami ini.

Meulaboh, 28 April 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................3
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................4
2.1. Pengertian Klasifikasi Tanah............................................................................................................4
2.2 Sistem Klasifikasi Tanah...................................................................................................................5
1.Sistem Klasifikasi Tanah Menurut Soil Taxonomy (USDA)............................................................5
2.  Sistem Klasifikasi Menurut Pusat Penelitian Bogor.......................................................................7
3.  Sistem Klasifikasi Menurut FAO / UNESCO.................................................................................9
2.5 Tujuan Klasifikasi tanah..................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................13
KESIMPULAN........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanah merupakan salah satu sumber daya yang berperan penting terhadap keberlangsungan
hidup organisme. Fungsi tanah tidak hanya sebagai tempat berjangkarnya tanaman, penyedia
unsur hara, tetapi juga berfungsi sebagai salah satu bagian dari ekosistem. Sebagai bagian dalam
sebuah ekosistem, maka fungsi tanah tersebut harus diperhatikan, sebab bila penurunan fungsi
tanah terus terjadi akan menyebabkan terganggunya ekosistem dan tentunya akan berdampak
tehadap makhluk hidup di sekitarnya, terutama manusia. Terkait dengan keberlangsungan hidup
manusia, maka fungsi tanah sebagai media pertumbuhan tanaman sangat penting untuk
diperhatikan sebab tanah yang ideal akan mampu menunjang pertanian sehingga akan
meningkatkan taraf hidup manusia. Tanah yang ideal bagi usaha pertanian adalah tanah dengan
sifat fisika, kimia, dan biologi yang baik. Sifat fisika tanah merupakan sifat yang dinamis dan
cenderung mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah. Salah satu sifat fisika tanah yang
memegang peranan penting adalah tekstur tanah.
Menurut Hilel (1980 cit Utomo et al., 2016) tekstur tanah ini berhubungan erat dengan
pergerakan air dan zat terlarut, udara, pergerakan panas, bobot volume tanah, luas permukaan
spesifik (specific surface), kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain. Hal ini
tentunya akan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Selain dari
tekstur tanah, ketersediaan bahan organik di dalam tanah juga sangat mempengaruhi sifat fisika
tanah lainnya. Menurut Suprayogo et al., (2004), peran bahan organik sangat penting bagi sifat
fisika tanah, diantaranya dalam pembentukan dan pemantapan agregat tanah, porositas tanah,
kadar air, permeabilitas tanah, bobot volume, dan total ruang pori tanah, serta sifat fisika lainnya.
Sebagai contoh, tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi lebih mantap agregatnya
dibandingkan dengan kandungan bahan organik yang rendah. Selain itu, kandungan bahan
organik yang cukup pada tanah akan menciptakan struktur tanah remah, menyeimbangkan pori
makro dan mikro, sehingga ketersediaan air dan udara tanah bagi pertumbuhan tanaman akan
meningkat. Sumber bahan organik tanah berasal dari dekomposisi bahan organik seperti tangkai,
daun, perakaran tanaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi tanah?
2. Apa tujuan dari klasifikasi tanah?
3. Apa itu system klasifikasi tanah?

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan klasifikasi tanah.


2. Untuk mengetahui tujuan dari klasifikasi tanah.

BAB II
3
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Klasifikasi Tanah


Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah
satu sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas
kesamaan sifat yang dimiliki. Sifat dan ciri tanah yang dapat dipelajari dan diamati di lapangan
dinamakan Morfologi Tanah. Pengamatan Morfologi Tanah dilakukan pada profil tanah.
Beberapa sifat morfologi antara lain : warna, struktur, tekstur, tebal horison, batas horison, pH
tanah, konsistensi dan lain-lain. Hasil klasifikasi tanah berupa jenis-jenis tanah atau klas-klas
tanah yang mencantumkan nama-nama tanah pada berbagai kategori. Selanjutnya hasil tersebut
dipetakan agar diketahui penyebaran dari masing-masing jenis tanah tersebut,
sehinggadiperlukan teknik survei tanah yang menghasilkan peta tanah yang baik. Tanah yang
diklasifikasikan menurut Soil Survey Staff (1990) didefinisikan sebagai kumpulan benda-benda
alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh
manusia dari bahan-bahan yang berasal dari tanah,
mengandung jasad hidup dan mendukung atau mampu mendukung tanaman atau
tumbuhtumbuhan yang hidup di alam terbuka.
Definisi tanah di atas menunjukkan bahwa tanah tersebut tidak saja tanah yang terbentuk
secara alami, tetapi juga tanah-tanah yang terbentuk karena modifikasi manusia. Biasanya tanah
tersebut mengandung horison-horison (lapisan-lapisan). Batas atas tanah adalah udara atau air
dangkal. Pada bagian-bagian pinggir, tanah secara berangsur-angsur beralih ke air yang dalam
atau ke area tandus batuan atau hamparan es. Sedangkan batas bawahnya sampai kebahan bukan-
tanah yang barang kali paling sulit didefinisikan. Tanah mencakup horison-horison dekat
permukaan tanah yang berbeda dari batuan di bawahnya, sebagai hasil interaksi iklim, jasad
hidup, bahan induk, dan relief atau topografi, melalui waktu pembentukannya.
Klasifikasi tanah terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Klasifikasi Alami
Didasarkan atas sifat tanah yg dimiliki tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan
tanah tersebut
2. Klasifikasi Teknis
Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk
penggunaanpenggunaan tertentu.

Sistem Klasifikasi Tanah yang ideal mampu mengelompokkan tanah dalam satu kelas yang dapat
berupa :
a) Isogenus yaitu Tanah yang mempunyai genesis sama
b) Isomorf yaitu Tanah yang mempunyai kenampakan yang sama
c) Isofungsi yaitu Tanah yang mempunyai fungsi sama dalam lingkungan
d) Isotropik yaitu Tanah yang mempunyai lokasi yang sama

4
2.2 Sistem Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-
beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub
kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan bahasa yang mudah untuk
menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan yang terinci. Pada
tahun 1975 dirilis sistem klasifikasi USDA (Departemen Pertanian AS).Sistem ini dibuat karena
sistem-sistem klasifikasi lama saling tumpang tindih dalam penamaan akibat perbedaan kriteria.
Dalam pemakaiannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibandingkan sistem
klasifikasi lain, sehingga sistem USDA ini biasa disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk
mendampingi penamaan berdasarkan sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah).

1.Sistem Klasifikasi Tanah Menurut Soil Taxonomy (USDA)

Sistem USDA atau Soil Taxonomy dikembangkan pada tahun 1975 oleh tim Soil Survey
Staff yang bekerja di bawah Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA). Sistem ini pernah
sangat populer namun juga dikenal sulit diterapkan.Oleh pembuatnya, sistem ini diusahakan
untuk dipakai sebagai alat komunikasi antarpakar tanah, tetapi kemudian tersaingi oleh sistem
WRB. Meskipun demikian, beberapa konsep dalam sistem USDA tetap dipakai dalam sistem
WRB yang dianggap lebih mewakili kepentingan dunia.
Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama
dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem
Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:
1.      Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di
horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari
35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini
berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan
dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
2.       Aridisol
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan
tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri
lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.
3.       Entisol
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu
baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon
ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.
4.      Histosol

5
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur
liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata
Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah
Organik atau Organosol.
5.       Inceptisol
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang
daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya
mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari
tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial,
Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.

6.      Mollisol
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18
cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih
dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari
kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah
Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.
7.      Oxisol
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk
tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK)
rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida
Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak
jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
8.      Spodosol
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi
penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat
horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi
lama adalah termasuk tanah Podzol.
9.      Ultisol
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di
horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah
kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah
Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.
10.  Vertisol
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih
dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah
mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

6
       Kelebihan
  

1) Sistem klasifikasi tanah USDA ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat
utama dari tanah tersebut,definisi-definisi horison penciri, dan beberapa sifat
penciri lainnya. ( Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah ).
2) Sistem klasifikasi USDA ( Departemen Pertanian AS ) dirilis pada tahun 1975.
Dibuat karena sistem-sistem klasifikasi yang telah ada sebelumnya saling tumpang
tindih dalam penamaan yang disebabkan oleh perbedaan kriteria.
3) Dalam penggunaannya, sistem USDA memberikan kriteria yang jelas dibanding
sistem klasifikasi lainnya.  Oleh karena itu, Sistem USDA ini hampir selalu
disertakan dalam pengklasifikasian tanah untuk mendampingi penamaan berdasarkan
sistem FAO atau PPT (Pusat Penelitian Tanah), dan sistem ini sangat membantu
karena penamaannya yang konsisten.
4) Sistem ini benar-benar baik dalam cara-cara penanaman (tata nama) maupun definisi-
definisi mengenai horison-horison penciri ataupun sifat-sifat penciri lain yang
digunakan untuk menentukan jenis-jenis tanah.

   Kekurangan

Sistem Klasifikasi USDA memiliki kelemahan karena kriterianya yang sangat


mendasarkan pada analisis laboratorium yang rinci, sehingga para praktisi sulit untuk
mengaplikasikannya langsung di lapangan.

2.  Sistem Klasifikasi Menurut Pusat Penelitian Bogor


Nama-nama tanah dalam tingkat Jenis dan Macam tanah dalam sistem Pusat Penelitian
Bogor yang disempurnakan (1982) sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO. Walaupun
demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap dipertahankan, tetapi menggunakan
definisi-definisi baru. Jenis-jenis tanah yang ada adalah sebagai berikut :
Jenis – Jenis Tanah menurut Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah Bogor, (disempurnakan,
1982) :

1. Organosol Tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.


2. Litosol Tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Di bawahnya terdapat
batuan keras yang padu.
3. Rendzina Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih
dari 1 %, kejenuhan basa 50 %), dibawahnya terdiri dari batuan kapur.
4. Grumusol Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang dan mengerut.
Jika musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, jika basah lengket
(mengembang).

7
5. Gleisol Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-
sifat hidromorfik lain.
6. Aluvial Tanah berasal dari endapan baru dan berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya
berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau
sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
7. Regosol Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai
horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.
8. Arenosol Tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman
sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison
argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar.
Tidak mempunyai horisin penciri kecuali epipedon ochrik.
9. Andosol Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan
mempunyai horison kambik; kerapatan limbak (bulk density) kurang dari 0,85 g/cm3,
banyak yang mengandung amorf atau lebih dari 60 % terdiri dari abu vulkanik vitrik,
cinders atau bahan pyroklastik lain.
10. Latosol Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal, gembur, warna
tanah seragam dengan dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari
150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya mempunyai epipedon kambrik dan
horison kambik.
11. Brunizem Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
12. Kambisol Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada
gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
13. Nitosol Tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat
maksimum ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20 %.
Mempunyai sifat ortoksik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol (+) / kg liat.
14. Podsolik Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa
kurang dari 50 %, tidak mempunyai horison albik.
15. Mediteran Seperti tanah Podsolik (mempunyai horison argilik) tetapi kejenuhan basa
lebih dari 50 %.
16. Planosol Tanah dengan horison albik yang terletak diatas horison dengan permeabilitas
lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur
nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-
kurangnya pada sebagian dari horison albik.
17. Podsol Tanah dengan horison penimbunan besi, Alumunium Oksida dan bahan organik
(sama dengan horison sporadik). Mempunyai horison albik.
18. Oksisol Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison
dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah,
kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol (+) / kg liat). Tanah ini juga
mempunyai batas-batas horison yang tidak jelas.

8
Kelebihan
1) Sistem ini disukai oleh pekerja lapangan pertanian karena mudah untuk diterapkan di
lapangan.
2) Selalu diperbaharui perkembangannya.
3) Penamaannya mudah untuk dihafal.

   Kekurangan
1) Banyak nama-nama baru, sehingga sedikit membingungkan.
2) Penamaannya tidak mempunyai ciri khusus dari klasifikasi tersebut, hanya
mengadaptasi dari klasifikasi yang lain.
3) Dalam penamaan tidak disertakan sifat tanah.

3.  Sistem Klasifikasi Menurut FAO / UNESCO

Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia dengan skala
1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori
pertama setara dengan great soil group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam
Taksonomi Tanah (USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian diambil dari
kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah
ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia,
eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk
tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari
berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.
            Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori “great group” menurut sistem
FAO/UNESCO sebagai berikut :
1) Fluvisol     
Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison penciri ochrik,
umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur dengan kedalaman,
berlapis-lapis.
2) Gleysol
Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga berwarna  kelabu, gley
dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik, histik,  horison kambik, kalsik atau
gipsik.
3) Regosol
Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru,
tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut,
tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk
Arenosol.
4) Lithosol
Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat lapisan batuan yang
padu.
5) Arenosol

9
Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman
50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi
tidak memenuhi syarat karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar
garam tinggi.
6) Rendzina
Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan kapur.
7)  Ranker
Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak ada horison
penciri lain.
8) Andosol
Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison kambik, serta
mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi bahan amorf, atau lebih
dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.
9)  Vertisol
Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-retak karena mengkerut, kalau
basah mengembang dan lengket.
10) Solonet
Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan sifat-sifat
hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba - tiba.
11) Yermosol
Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai epipedon ochrik
yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau gipsik.
12) Xerolsol
Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.
13) Kastanozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15 cm  atau lebih,
horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak mengandung bahan kapur halus.
14) Chernozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang tebalnya 15 cm atau
lebih. Sifat-sifat lain seperti Kastanozem.
15) Phaeozem
Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik, gipsik, tidak
mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus.
16) Greyzem
Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal 15 cm atau lebih,
terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan struktur tanah.
17) Cambisol

10
Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison kalsik atau
gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai epipedon umbrik yang
tebalnya lebih dari 25 cm.
18) Luvisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih. Tidak mempunyai
epipedon mollik.
19) Podzoluvisol
Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan Horison di bawahnya
terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi = tonguing).
20) Podsol
Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.
21) Planosol
Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai permeabilitas lambat
misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat
berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison
albik.
22) Acrisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %. Tidak terdapat
epipedon mollik.
23) Nitosol
Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih dari 20 % pada
horison-horison di daerah horison penimbunan liat maksimum. Tidak terdapat epipedon
mollik.
24) Ferrasol
Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat. Tidak terdapat
epipedon umbrik.
25) Histosol
Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.

Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seperti halnya sistem
Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group, sedangkan kata
pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group     : Fluvisol
Sub group       : Claseric Fulvisol
Great group      : Regosol
Sub group        : Humic Regosol

Kelebihan
11
1) Dapat diterima oleh semua pihak karena menggunakan perpaduan antara klasifikasi dari
FAO sendiri dan dari USDA.
2) Mempunyai ciri khas, karena dalam pengklasifikasiannya berdasarkan horison-horison
penciri dan kriteria horisonnya.
3) Nama-nama tanah sebagian diambil dari nama-nama klasik yang sudah terkanal didaerah
Eropa, Rusia, Kanada, dan Amerika. Sehingga namanya sudah bersifat umum.
4) Cocok untuk peta berskala 1:5.000.000

Kekurangan
1) Sistem ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada suatu sistem
klasifikasi tanah karena tidak disertai dengan pembagian kategori yang lebih terperinci
hanya subgroup dan greatgroup.
2) Dalam penamaan tidak secara langsung orang dapat mengetahui sifat tanah tersebut.

2.5 Tujuan Klasifikasi tanah


Adanya klasifikasi untuk tanah yaitu bertujuan untuk :
a.     Mengorganisasi atau menata tanah
b.     Mengetahui hubungan individu tanah
c.     Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
d.    Mengelompokkan tanah untuk :
        - menaksir sifat
       - penelitian
        - mengetahui lahan-lahan yang baik.

12
BAB III
KESIMPULAN

Klasifikasi tanah adalah ilmu yang mempelajari cara-cara membedakan sifat-sifat tanah satu
sama lain, dan mengelompokkan tanah ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan atas kesamaan
sifat yang dimiliki. Klasifikasi tanah terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Klasifikasi Alami
Didasarkan atas sifat tanah yg dimiliki tanpa menghubungkan dengan tujuan penggunaan
tanah tersebut
2. Klasifikasi Teknis
Didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk
penggunaanpenggunaan tertentu.
Adanya klasifikasi untuk tanah yaitu bertujuan untuk :
a.    Mengorganisasi atau menata tanah
b.    Mengetahui hubungan individu tanah
c.    Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
d.    Mengelompokkan tanah untuk :
        - menaksir sifat
       - penelitian
        - mengetahui lahan-lahan yang baik.
Selain itu, Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub
kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan bahasa
yang mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat tanah yang bervariasi tanpa penjelasan
yang terinci. Berikut macam-macam system klasifikasi tanah :
1) Pusat Penelitian Tanah Bogor
2) FAO/UNESCO (1974)
3) USDA = Soil Taxonomy (USDA, 1975;
Soil Survey Satff, 1999; 2003).

13
DAFTAR PUSTAKA

Arabia, T. 2009. Karakteristik Tanah Sawah pada Toposekuen Berbahan Induk Volkanik di
DaerahBogor-Jakarta.Disertasi.Repository

Winoto, J. 1985. Genesis, Klasifikasi dan Sifat-sifat Tanah sawah jenis latosol pada Beberapa
Tingkat Kedalaman Air Tanah. Skripsi. RepositoryIPB:Bogor.

10. Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB.

11. Beek, K.J. 1978. Land Evaluation for Agricultural Development. International Institute for
Land Reclamation and Improvement/ILRI. Wageningen The Netherlands.

12. Bennema, J. 1972. Diagnostic Chriteria Inputs in Land Evaluation for Rural Porposes. Edited
by Brinkman, R. and A.J Smyth 1973. International Institute for Land Reclamation and
Improvement/ILRI Wageningen The Netherland.

14

Anda mungkin juga menyukai