Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI METODE LOCATION QUOTIENT (LQ) DALAM

SEKTOR PERTANIAN, INDUSTRI PENGOLAHAN DAN


PERDAGANGAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Ekonomi Wilayah

Disusun oleh:
Khaerunnisa Nurul K (P022202004)

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN WILAYAH

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan suatu wilayah tidak telepas dari pembangunan ekonomi


wilayah memiliki hubungan timbal balik sebagaimana pembangunan daerah
dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di
wilayah. Pembangunan ekonomi daerah atau wilayah merupakan sebuah proses
yang melibatkan pemerintah setempat dan masyarakatnya dalam mengelola
sumberdaya yang ada dan membentuk pola kemitraan antar pemerintah daerah
dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu daerah/wilayah (Arsyad,
1999). Tujuan utama dari pembangunan ekonomi daerah atau wilayah adalah
untuk menciptakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat yang ada di
daerah/wilayah.
Untuk mendukung tercapainya pembangunan daerah/wilayah maka
pemerintah daerah/wilayah harus mengetahui potensi yang dimiliki oleh daerah
atau wilayahnya dengan memperhatikan kondisi perekonomian masyarakat,
potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur. Pembangunan
ekonomi dapat diukur berdasarkan besaran nilai dari produk domestik regional
bruto (PDRB)nya. Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan oleh
Widianingsih, et al. (2015) yaitu adanya pertumbuhan dan peningkatan produk
domestik regional bruto (PDRB) dari tahun ke tahun merupakan suatu tolak
ukur/indikator keberhasilan pembangunan daerah.
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari sepuluh kabupaten/kota yaitu
(Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa
Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, Kota Mataram dan Kota Bima) merupakan
daerah yang memiliki kebebasan dalam mengelola potensi ekonomi dan sumber-
sumber yang dimilikinya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Indikator untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan sektor unggul perlu
disajikan dalam data statistik nasional maupun regional (provinsi) sehingga
menghasilkan data informasi sektor/kategori unggulan di suatu wilayah, beberapa
metode pengukuran yang umum digunakan antara lain Location Quotient (LQ).
Dari hasil analisis LQ dapat diketahui potensi basis dan non basis suatu sektor di
wilayah.  Metode analisis LQ adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu
wilayah yang memanfaatkan sektor basis. Location Quotient menghitung
perbandingan output sektor i di kota atau kabupaten dan output sektor i di provinsi
atauapun nasional. 
BAB II

TEORI

Location Quotient Analisis location quotient (LQ) merupakan suatu analisis


yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor
ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis atau leading sektor.
Location quotient menghitung perbandingan share output sektor i di kota atau
kabupaten dan share out sektor i di provinsi. Sektor unggulan disini berarti sektor
bisnis yang tidak akan habis apabila dieksploitasi oleh pemerintah wilayah.
Menurut Hood (1998 dalam Hendayana 2003), menyatakan bahwa location
quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan
segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu
pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah
awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemicu pertumbuhan. LQ
mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui
pendekatan perbandingan.

Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,


mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur
konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam
penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu kegiatan ekonomi
industri. Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan
pendapatan. Teknik LQ belum bisa memberikan kesimpulan akhir dari sektor-
sektor yang teridentifikasi sebagai sektor strategis. Namun untuk tahap pertama
sudah cukup memberi gambaran akan kemampuan suatu wilayah dalam sektor
yang teridentifikasi. Rumus matematika yang digunakan untuk membandingkan
kemampuan sektor-sektor dari wilayah tersebut adalah (Daryanto dan Hafizrianda,
2010:21):
LQ ; 
LQ = Si/Ni
S/N
Ket:
Si : Nilai PDRB suatu sektor di kabupaten/kota
Ni : Nilai PDRB seluruh sektor di kabupaten/kota
S : Nilai PDRB suatu sektor di provinsi
N : Nilai PDRB seluruh sektor di provinsi
Berdasarkan hasil perhitungan metode LQ (Location Quotient) dapat
diketahui konsentrasi sektor di suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut;

 Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Sektor
tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja namun
juga kebutuhan di luar daerah karena sektor ini sangat potensial untuk
dikembangkan. Dengan demikian sektor dengan nilai LQ yang besar
merupakan sektor unggulan.

 Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan


di daerahnya saja. 

 Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan
perlu impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang prospektif
untuk dikembangkan.

Dari hasil nilai LQ dapat diketahui apakah sektor di daerah tersebut merupakan
sektor basis atau non basis.
BAB III

Metode dan Data

a. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Martono (2010)
mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan data berupa angka. Data yang digunakan dalam
perhitungan ini adalah data sekunder berupa Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) yang bersumber dari RPJMD Provinsi NTB Tahun 2018-
2023, Data Statistik NTB dalam Angka Tahun 2020 dan Data BPS
Nasional Statistik Indonesia Tahun 2020. Pertumbuhan PDRB dari waktu
ke waktu akan mencerminkan pemanfaatan dan daya saing potensi
ekonomi dari suatu wilayah. Sementara itu, untuk mendapatkan
sektor/kategori unggulan di suatu wilayah, beberapa metode pengukuran
yang umum digunakan antara lain Location Quotient (LQ).
b. Data
Data yang digunakan dalam perhitungan ini yaitu:
- RPJMD Provinsi NTB Tahun 2019-2023

- Data Statistik NTB dalam Angka Tahun 2020


- Data BPS Nasional Statistik Indonesia Tahun 2020

BAB IV
Hasil dan Interpretasi

a. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan


1. Pertanian
Melihat geografis Nusa Tenggara Barat serta sebagian besar mata
pencaharian utama masyarakat NTB sebagai petani, sudah barang tentu
hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor yang sangat
strategis dalam struktur perekonomian NTB. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian yang mencanangkan masa depan NTB
menuju era industrialisasi dan daerah pariwisata dunia tentunya sector
pertanian tetap dipertimbangkan. Sektor pertanian NTB terdiri atas tiga
sub sektor yaitu sub sektor tanaman pangan tanaman hortikultura dan
tanaman perkebunan. komoditi strategis tanaman pangan yaitu padi,
jagung dan kedelai. Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Provinsi
Nusa Tenggara Barat berdasarkan sektor basis unggulan nya yang
dihitung menggunakan metode analisis LQ dapat dilihat pada data
berikut :

Gambar 4.1 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Tanaman Pangan

Sedangkan komoditas pertanian lainnya adalah tanaman hortikultura


yang terdiri dari Cabai dan Bawang merah sebagai mana tabel berikut:

Gambar 4.2 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Tanaman Hortikultura

Lanjutan gambar 4.2


Gambar 4.3 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Tanaman Hortikultura

Gambar 4.4 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Tanaman Perkebunan

Tabel-tabel di atas menunjukkan hasil sektor basis setelah dihitung


menggunakan rumus matematis analisis LQ. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut dapat kita ketahui beberapa sektor komoditi yang
unggul di Provinsi NTB untuk sektor Pertanian yaitu Padi, Kedelai,
Cabe, Kopi, Kelapa, Kakao, dan Jambu Mete.

2. Peternakan

Menjadi primadona di pentas nasional pada sub sektor peternakan


adalah posisi yang tanpa sadar kini disandang Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Tidak mengherankan jika permintaan terhadap produk ternak
asal Nusa Tenggara Barat tetap membumbung dari tahun ke tahun.
Semua itu bermuara dari begitu besarnya hasrat penikmat daging di
seantero nusantara untuk mengonsumsi daging ternak sehat, montok
dengan kadar lemak rendah dan tahan disimpan lama, yang dihasilkan
ternak wilayah ini. Komoditas peternakan yang dianalisis adalah
ternak besar dan ternak kecil, termasuk unggas meliputi sapi, kerbau,
kuda,kambing, domba dan babi, ayam potong, petelur, pedaging dan
itik. Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Provinsi Nusa Tenggara
Barat berdasarkan sektor basis unggulan nya yang dihitung
menggunakan metode analisis LQ dapat dilihat pada data berikut :

Gambar 4.5 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Peternakan

Tabel-tabel di atas menunjukkan hasil sektor basis setelah dihitung


menggunakan rumus matematis analisis LQ. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut dapat kita ketahui beberapa sektor komoditi yang
unggul di Provinsi NTB untuk sektor Peternakan yaitu Kerbau,
Domba,Babi, Ayam Potong, Ayam Petelur, Ayam Pedaging, dan Itik.

3. Perikanan
Sebagai daerah yang dikelilingi oleh laut, produksi perikanan NTB
terus mengalami peningkatan terutama perikanan lautnya. Produksi
Ikan Laut pada tahun 2020 mencapai 4.022 ton, meningkat pesat dari
tahun-tahun sebelumnya.Produksi perikanan laut diperoleh dari
beberapa jenis ikan seperti Cakalang, Tongkol, Tuna, dan Udang. Hal
tersebut sebagai perikanan laut juga sebagai komoditas utama Nusa
Tenggara Barat. Dan untuk sektor basis dominan dipegang oleh
komoditi sektor Tongkol, Tuna dan Udang yang diperoleh dari
perhitungan analisis LQ berikut
Gambar 4.6 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Perikanan Laut

Sedangkan untuk subsektor perikanan perairan umum sektor basis


unggulnya dipegang oleh komoditi udang dan ikan dapat dilihat
melalui hasil analisis LQ berikut

Gambar 4.7 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Perikanan Perairan Umum

b. Sektor Industri Pengolahan


Sektor industri masih memiliki peran strategis dalam perekonomian NTB.
Hal ini terlihat dari kemajuan ekonomi kerakyatan yang medorong
tumbuh dan berkembangnya pelaku-pelaku ekonomi lokal berbasis
komoditi unggulan lokal dan mampu menyerap tenaga kerja. Oleh karena
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat terus berupaya meningkatkan
daya saing produk industri dengan menumbuhkan Industry Kecil Mengah
(IKM), memfasiltasi sertifikasi halal dari MUI, bimbingan teknis desain
produksi, fasilitasi pendaftaran HKI Karya Seni Budaya Daerah (Desain
industry, merek, hak cipta), dan sertifkasi Standar Nasional Indonesia
(SNI). Sektor basis industri di Provinsi NTB dipegang oleh subsektor
Informal
Gambar 4.8 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Industri Pengolahan

Perekembangan sentra industri non formal NTB memiliki perkembangan


cukup pesat dari tahun 2017, jumlah perusahaan yang masuk ke dalam
industri informal sebanyak 2.500 unit jauh berbeda dengan jumlah
industri formal yang hanya berjumlah 472 unit. Dengan perbandingan
jumlah seperti itu diharapkan UMKM eksistensinya semakin membaik
dan dapat mendorong perekonomian masyarakat Provinsi NTB.
c. Sektor Perdagangan
Pada sektor perdangan Provinsi NTB terbagi menjadi subsektor
Perdagangan Besar dan Eceran dan dari hasil analisis perhitungan
untuk sektor ini yang menjadi basis adalah subsektor perdagangan
besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor dengan nilai
persentase 83,04% serta untuk hasil produksi nasional dalam rupiah
menyentuh angka 1.006.067 dengan total 1.982.062

Gambar 4.9 Tabel Hasil Perhitungan LQ Sektor Industri Pengolahan

d. Hotel (Akomodasi) dan Restoran


Usaha penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila, pondok wisata,
bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan akomodasi lainnya yang
digunakan untuk tujuan pariwisata artinya sektor ini dapat juga
dikaitkan dengan kegiatan pariwisata

berfokus pada Hotel/Akomodasi dan Restoran. Sektor akomodasi ini


menyentuh angka =1 akan tetapi sektor tersebut tergolong non-basis,
tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya atau Jasa dan
Tenaganya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri
dan tidak mampu untuk diekspor sehingga kedepannya perlu adanya
pengembangan, karena sektor pariwisata di provinsi ini cukup
menarik dilihat dari letak geografisnya yang kebanyakan dilalui oleh
daerah pantai yang tentunya dapat dikembangkan menjadi sektor
unggulan penyediaan akomodasi di Provinsi NTB.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan model analisis Location


Quotient dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni :
1) Sektor Pertanian
Berdasarkan analisis LQ, komiditi yang memiliki potensi disektor
pertanian Tanaman Pangan adalah Padi dan Kedelai sedangkan untuk
Pertanian Hortikulutara adalah Cabai dan untuk Pertanian Perkebunan
adalah Kopi, Kelapa, Kakao dan Jambu Mete.
2) Sektor Peternakan
Berdasarkan analisis LQ tersebut dapat kita ketahui beberapa sektor
komoditi yang unggul di Provinsi NTB untuk sektor Peternakan yaitu
Kerbau, Domba,Babi, Ayam Potong, Ayam Petelur, Ayam Pedaging, dan
Itik.
3) Perikanan
Berdasarkan analisis LQ sektor komoditi unggul untuk subsektor Perairan
laut yaitu Ikan Tongkol, Tuna dan Udang sedangkan untuk Perairan
Tangkap Umum yaitu Udang dan Ikan.
4) Industri Pengolahan
Berdasarkan analisis LQ subsektor komoditi yang memiliki potensi unggul
adalah industri informal.
5) Perdagangan
Berdasarkan analisis LQ komiditi yang memiliki potensi disektor
perdagangan adalah subsektor perdagangan besar dan eceran bukan mobil
dan sepeda motor.
6) Hotel/Akomodasi dan Restoran
Berdasarkan analisis LQ komiditi yang memiliki potensi disektor
hotel/akomodasi dan restoran adalah subsektor akomodasi/hotel.

VI
DAFTAR PUSTAKA

1. 2019-2023. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi


Nusa Tenggara Barat.
2. 2020. Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam Angka.
3. 2020. Stastistik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai