Abstract
This study aims to identify and analyze the leading economic sectors of the economy in Sumbawa
Regency. The research method used in this study is a quantitative analysis method, namely a research
method with objects in the form of numeric data or numbers. The population is all data on the Gross
Regional Domestic Product (GRDP) of Sumbawa Regency from the Central Statistics Agency (BPS) of
the Province of West Nusa Tenggara. The samples taken are the 2015-2019 time series of the Gross
Regional Domestic Product (GRDP) at constant prices according to business fields in Sumbawa Regency.
The results of this study show that 8 basic sectors have a value of more than one, then 14 sectors have
prominent growth both at the provincial and district levels and 8 sectors which are leading sectors.
Keywords: Featured Sectors, LQ, Growth Ratio Model, Overlay.
1. PENDAHULUAN unggulan suatu daerah (daerah) sangat erat
Menurut [1] Pembangunan ekonomi kaitannya dengan data PDRB daerah tersebut.
daerah merupakan suatu proses dimana Kabupaten Sumbawa merupakan salah
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola satu dari 10 kabupaten dan kota dalam wilayah
sumberdaya dan membentuk pola kemitraan provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten
antara pemerintah daerah dan sektor swasta Sumbawa memiliki luas 6.643,98 km2 terdiri
untuk menciptakan lapangan kerja dan dari 24 kecamatan 157 desa dan 8 kelurahan.
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi Secara ekonomi, daerah Kabupaten Sumbawa
(pertumbuhan ekonomi) dalam daerah tersebut memiliki letak strategis karena memiliki tiga
Indikator keberhasilan pembangunan jalur perhubungan yaitu Jalur darat dapat
dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, menghubungkan kota-kota dan kabupaten,
pemerataan keadilan, dan keberlanjutan sedangkan jalut laut dan udara dapat
[2],[3],[4]. Pertumbuhan ekonomi merupakan menghubungkan kota-kota kabupaten bahkan
suatu perubahan tingkat ekonomi yang provinsi yang menjadi pusat ekonomi.
berlangsung dari tahun ke tahun [5]. Suatu Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa di
daerah mengalami percepatan pertumbuhan bila sumbang oleh 17 sektor, yang dapat berpotensi
memiliki sektor ekonomi dan sektor lain yang menjadi sektor basis atau sektor yang paling
mempercepat pembangunan [6]. diunggulkan.
Pertumbuhan sektor ekonomi unggulan Salah satu cara untuk mengarahkan
di suatu daerah diyakini akan mendorong perekonomian ke arah yang lebih baik adalah
pertumbuhan dan perkembangan sektor-sektor dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang
ekonomi lain daerah setempat dan perekonomian potensial dan dapat menjadi penggerak
daerah sekitar. [7]. perekonomian daerah.
Sektor-sektor unggulan menghasilkan
nilai tambah dan output yang tinggi, memiliki 2. METODE PENELITIAN
dampak pengganda yang besar terhadap Metode yang dipakai pada penelitian ini
perekonomian lain, dan banyak diminati baik di yakni metode analisis kuantitatif yaitu metode
pasar lokal maupun di pasar ekspor [8]. Sektor penelitian dengan objek berupa data yang
berbentuk numerik atau angka pada data PDRB
274
E-ISSN: 2621-4695
Jurnal EK&BI, Volume 5, Nomor 2 Desember 2022 ISSN: 2620-7443
DOI 10.37600/ekbi.v5i2.638
Menurut [9] Location Quotient (LQ) Menurut [11] untuk memperoleh nilai
merupakan suatu pendekatan yang digunakan rill dan nilai nominal dapat diklasifikasikan
untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan menjadi empat bagian :
ekonomi dalam suatu daerah dengan cara a. Klasifikasi 1, yaitu nilai RPr (+) dan RPs
membandingkan peranannya dalam (+)berarti sektor tersebut menunjukkan
perekonomian daerah tersebut dengan peranan pertumbuhan yang kuat baik di tingkat
kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang provinsi maupun kabupaten atau kota.
lebih luas (regional atau nasional). Berikut Sektor ini disebut pertumbuhan dominan.
Rumus Perhitungannya: b. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (-
)Artinya, sektor tersebut tumbuh kuat di
𝑺𝒊/𝑵𝒊 𝑺𝒊/𝑺 tingkat provinsi, namun belum terlihat di
𝐋𝐐 = − (1)
𝑺/𝑵 𝑵𝒊/𝑵 tingkat kota.
Keterangan : c. Klasifikasi 3, yaitu nilai RPr (-) dan RPs
LQ = Besarnya Location Quontient (+) artinya ada pertumbuhan sektor yang
Si = Nilai tambah sektor ditingkat kab/kota di tidak terlihat di tingkat provinsi, sedangkan
Propinsi NTB di tingkat kabupaten atau kota terlihat.
S = PDRB di kota/kab di Propinsi NTB d. Klasifikasi 4, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (-
Ni = Nilai Tambah sektor ditingkat )Artinya, sektor tersebut tumbuh perlahan
PropinsiNTB baik di tingkat kotamadya atau kota
N = PDRB di Propinsi NTB maupun di tingkat provinsi.
Apabila nilai LQ dihitung maka akan diperoleh Analisis Overlay
sebagai berikut : Analisis overlay digunakan untuk
a. Jika LQ > 1, maka sektor tersebut menentukan industri unggulan dengan
dikategorikan sektor basis, artinya tingkat menggabungkan alat analisis untuk menyaring
spesialisasi provinsi lebih tinggi dari tingkat hasil analisis terbaik. Metode ini memberikan
nasional. penilaian sektor ekonomi dengan melihat nilai
b. Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi positif (+) dan negatif (-).Sektor dengan nilai
provinsi sama dengan di tingkat nasional. paling positif (+) berarti sektor tersebut
c. Jika LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor unggulan dan sebaliknya, jika
dikategorikan sektor non basis, artinya sektor tersebut tidak memiliki nilai positif,
tingkat spesialisasi kabupaten/kota lebih berarti sektor tersebut bukan sektor unggulan.
rendah dari tingkat provinsi.
275
E-ISSN: 2621-4695
Jurnal EK&BI, Volume 5, Nomor 2 Desember 2022 ISSN: 2620-7443
DOI 10.37600/ekbi.v5i2.638
276
E-ISSN: 2621-4695
Jurnal EK&BI, Volume 5, Nomor 2 Desember 2022 ISSN: 2620-7443
DOI 10.37600/ekbi.v5i2.638
277
E-ISSN: 2621-4695
Jurnal EK&BI, Volume 5, Nomor 2 Desember 2022 ISSN: 2620-7443
DOI 10.37600/ekbi.v5i2.638
saing yang sebanding lebih baik dari “Analisis Sektor / Sub Sektor Unggulan
kegiatan yang sama di Provinsi Nusa di Kabupaten Bungo,” J. Perspekt.
Tenggara Barat. Pembiayaan dan Pembang. Drh., vol. 3,
no. 3, pp. 175–194, 2016.
5. UCAPAN TERIMA KASIH [11] W. Sabar, “Sektor Potensial
Terima kasih kepada Universitas Teknologi Pengembangan Ekonomi Wilayah
Sumbawa yang telah memberikan intensif Biaya (Potential Sectors Of Regional Economic
publikasi dosen melalui program Hibah PKKM Development),” Ecces
Kemendikbud Ristek dengan Nomor Kontrak: (Economics,Social,and Dev. Stud., vol. 2,
5773/E3.1/PKS.VIII/KL/2022 dan no. 1, pp. 48–61, 2015.
022/UTS/PKS/VIII/2022. [12] Tumenggung, S. A, "Gagasan
Kebijaksanaan Pembangunan Ekonomi
6. REFERENSI Terpadu (Kawasan Timur Indonesia)".
[1] Licolin Arsyad, Pengantar perencanaan Direktorat Bina Tata Perkotaan dan
dan pembangunan ekonomi daerah, 2nd Pedesaan Dirjen Cipta Karya
ed. Yogyakarta: BPFE UGM, 2002. Departemen PU.
[2] H. G. Van De Werfhorst and W.
Salverda, “Consequences of economic
inequality : Introduction to a special
issue,” Res. Soc. Stratif. Mobil., vol. 30,
no. 4, pp. 377–387, 2012, doi:
10.1016/j.rssm.2012.08.001.
[3] Rahardjo Adisasmita, Teori-teori
pembangunan ekonomi: Pertumbuhan
ekonomi dan pertumbuhan wilayah.,
Pertama. Yogyakarta: Graha ilmu, 2013.
[4] D. Ernita, S. Amar, and E. Syofyan,
“Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan Konsumsi Di Indonesia,”
J. Kaji. Ekon., vol. I, no. 02, pp. 176–
193, 2013.
[5] S. Sadono, Pengantar Makro Ekonomi.
Jakarta: PT. Grafindo, 2001.
[6] E. Rustiandy, S. Saehfulkham, and D. R.
Panuju, Perencanan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2011.
[7] Restiatun, “Identifikasi Sektor Unggulan
Dan Ketimpangan Antarkabupaten/Kota
Di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta,” J. Ekon. dan Stud.
Pembang., vol. 10, no. 1, pp. 77–89,
2009.
[8] I. Mawardi, Daya Saing Indonesia Timur
Indonesia dan Pengembangan Ekonomi
Terpadu, 8th ed. Jakarta: Prisma, 1997.
[9] Robinson Tarigan, Ekonomi Regional.
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi
Aksara, 2005.
[10] Gafur, M. Safri, and S. Hodijah,
278