Anda di halaman 1dari 23

Analisis Potensi Relatif Perekonomian Wilayah

(Ekonomi Regional)

Kelompok 4:

Nurul Qoyyimah 1721021011

Rini Aprilia. S 1921021009

Rizka Malia 1921021013

Jurusan Magister Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung
A. Pendahuluan

Seorang perencana wilayah harus memiliki kemampuan untuk menganalisis potensi ekonomi
wilayahnya. Hal ini terkait dengan kewajibannya di satu sisi menentukkan sektor-sektor riil yang
perlu dikembangkan agar perekonomian daerah tumbuh cepat dan di sisi lain mampu
mengidentifikasi factor-faktor yang membuat potensi sektor tertentu rendah dan menentukan
apakah prioritas untuk menanggulangi kelemahan tersebut. Setelah ekonomi daerah, masing-
masing daerah sudah lebih bebas dan menetapkan sektor atau komoditi yang diprioritaskan
pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki
keunggulan atau kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki
keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat
mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

1. Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

Dikemukakan oleh David Ricardo tahun 1917, dalam teori tersebut Ricardo membuktikan bahwa
apabila ada dua negara yang saling berdagang dan masing-masing negara mengkonstrasikan diri
mengekspor barang yang bagi negara tersebut memiliki keunggulan komparatif maka kedua
negara tersebut akan beruntung.

Dalam perdagangan bebas antar daerah, mekanisme pasar mendorong masing-masing daerah
bergerak kearah sektor daerahnya memiliki keunggulan komparatif. Pengetahuan akan
keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan para penentu kebijakan untuk mendorong
perubahan struktur perekonomian daerah ke arah sektor yang mengandung keunggulan
komparatif. Jadi apabila sektor yang memiliki keunggualan komparatif bagi suatu daerah telah
diketahui lebih dahulu, pembangunan sektor itu dapat disegerakan tanpa menunggu tekanan
mekanisme pasar yang sering berjalan lambat. Keunggulan komparatif adalah suatu kegiatan
ekonomi yang menurut perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah. Dalam
teori Ricardo menggunakan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk
yang sama untuk dua kegiatan yang berbeda pada dua negara.

Sebagai contoh, berikut ini akan digunakan perbedaan nilai tambah, yang berarti di dalamnya
telah tercakup seluruh biaya produksi dan harga jual petani.

Misalnya dua provinsi yang bertetangga Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara
yang masing-masing memproduksi beras dan jagung. Misalnya pada tingkatproduksi saat ini,
nilai tambah petani per hektar per tahun di kedua provinsi tersebut secara rata-rata adalah sebagai
berikut:

2
Komoditi NAD Sumatera Utara
Padi Rp 550.000,00 Rp 700.000,00
Jagung Rp 400.000,00 Rp 600.000,00

Dari data di atas jelas petani NADakan memperoleh pendapatan yang lebih rendah dari petani
Sumatera Utara, tidak peduli apakah yang ditanamnya padi atau jagung. Hal ini tidak lain karena
letak sumatera utara lebih dekat ke pasar konsumen yang membuat harga penjualan petani lebih
tinggi. Fakta ini tidak bisa dielakan oleh petani NAD tetapi mereka masih bisa menentukan
komoditi mana yang sebaiknya lebih dikembangkan pada masa yang akan dating yang dpat
memberikan lebih banyak keuntungan kepada mereka.

Perhitungan sederhananya:

Untuk komoditi padi, petani NAD memperoleh:

550.000,00
x 100% = 78,6% dari petani Sumatera Utara
700.000,00

Untuk komoditi jagung, petani NAD memperoleh:

400.000,00
x 100% = 66,7% dari petani Sumatera Utara
600.000,00

Dengan demikian, bagi petani NAD lebih menguntungkan apabila mereka mengembangkan padi
dan bukan jagung. Tentunya hal ini berlaku sampai batas perluasan areal padi tidak menaikkan
ongkos atau berkurangnya produksi sehingga terjadi perbandingan yang terbalik (persentase
untuk jagung yang lebih tinggi). Perlu diperhatikan bahwa perluasan areal/produksi tersebut
masih dapat ditampung oleh pasar sehingga harganya tidak turun. Sebaliknya, bagi petani
sumatera utara lebih baik berkonstrasi pada produksi padi, harga padi di sumatera utara pun akan
turun sedangkan harga jagung akan naik karena supply rendah disebabkan jumlah jagung yang
diproduksi kedua daerah tidak optimum. Hal ini membuat kedua belah pihak akan rugi.

Manfaat analisis keunggulan kompetitif bagi suatu wilayah adalah terbatas karena tidak banyak
komoditi yang memenuhi persyaratan tersebut. Kemampuan memasarkan barang di pasar global
sangat terkait dengan tingkat harga yang sedang berlaku di pasar global padahal di sisi lain harga
di pasar global selalu berfluktuatif. Dengan demikian, analisis keunggulan kompetitif menjadi
permanen tetapi berdasarkan tingkat harga yang sedang berlaku. Analisis keunggulan komparatif
tidak terlalu dipengaruhi oleh fluktuasi harga karena menggunakan metode perbandingan.
Namun analisis keunggulan komparatif tetap dapat digunakan untuk melihat apakah komoditi itu

3
memiliki prospek untuk dikembangkan walaupun saat ini belum mampu memasuki pasar global
(Tarigan, 2004)

2. Location Quotient (Kuosien Lokasi)

Loction quotient (kuosien lokasi) atau di singkat LQ adalah suatu perbandingan tentang
besarnya peranan suatu sektor/industry di suatu daerah terhadap besarnya peranan
sektor/industry tersebut secara nasional.
Rumusnya sebagai berikut:

Xi
LQ = PDRB
Xi
LQ=
PNB

Di mana:
Xi = Nilai tambah sektor I di suatu daerah
PDRB = Produk domestic regional bruto daerah tersebut
Xi = nilai tambah sektor i secara nasional
PNB = Produk nasional bruto atau GNP

Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada
peranan sektor itu secara nasional, sebaliknya apabila LQ < 1 maka peranan sektor itu di
daerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional. LQ > 1
menunjukkan bahwa peranan sektor I cukup menonjol di daerah tersebut dan seringkali
sebagai petunjuk bahwa daerah tersebut surplus akan produ sektor i dan mengekspornya
ke daerah lain. Daerah itu hanya mungkin mengekspor produk ke daerah lain atau luar
negeri karena mampu menghasilkan produk tersebut secara lebih murah atau lebih
efisien. Atas dasar itu LQ > 1 secara tidak langsung memberi petunjuk bahwa daerah
tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor I dimaksud.

Menggunakan LQ sebagai petunjuk adanya keunggulan komparatif dapat digunakan bagi


sektor-sektor yang telah lama berkembang, sedangkan bagi sektor yang baru atau sedang
tumbuh apalagi yang selama ini belum pernah ada, LQ tidak dapat digunakan karena
produk totalnya belum menggambarkan kapasitas riil daerah tersebut.
Manfaat LQ yaitu melihat apakah LQ berada di ats 1 atau tidak. Akan tetapi, analisis LQ
bisa dilihat untuk suatu sektor tertentu pada kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi
kenaikan atau penurunan. Hal ini bisa membantu dalam melihat kekuatan/kelemahan
wilayah dibandingkan secara relative dengan wilayah yang lebih luas. Potensi yang
positif digunakan dalam strategi pengembangan wilayah. (Tarigan, 2004)

4
KUOSIEN LOKASI

Dimana data ketenagakerjaan regional tersedia, teknik klasifikasi dasar dan non-dasar
yang paling umum digunakan adalah menggunakan apa yang diketahui sebagai kuosien
lokasi regional (LQs). LQ hasil pembagian lokasi menggambarkan bagian pekerjaan dari
sektor apapun di wilayah mana pun, relatif terhadap bagian pekerjaan sektor nasional.
LQir hasil bagi lokasi regional, didefinisikan sebagai rasio dari proporsional wilayah
lingkungan E di sektor tertentu i di wilayah tertentu r, relatif terhadap nasional n proporsi
pekerjaan di sektor yang sama. Hasil bagi lokasi regional diberikan dimana Eir, adalah
pekerjaan regional di sektor I, E, adalah total pekerjaan di wilayah r, Ein, adalah
pekerjaan nasional di sektor I, dan En, adalah total pekerjaan nasional.

Eir
Er
LQir =
Ein
En
Dalam hal analisis basis ekonomi, logika dibalik argumen LQ adalah bahwa jika suatu
daerah memiliki pangsa pekerjaan di sektor tertentu yang lebih besar dari rata - rata
nasional, yaitu wilayah harus relatif terspesialisasi dalam produksi output yang khusus
sektor. Dalam hal ini, LQir > 1. Jika kita berasumsi untuk kesederhanaan itu untuk
industri setor tertentu, semua daerah memiliki fungsi produksi linier yang sama. Fungsi
konsumsi rumah tangga regional identik, kemudian lokasi bagi hasil lebih besar dari 1
akan menyiratkan bahwa wilayah tersebut harus menjadi eksportir netto dari hasil sektor
tertentu. Sebaliknya, hasil bagi lokasi kurang dari 1 menyiratkan bahwa suatu wilayah
adalah importir netto barang yang bersangkutan.

Pendapat umum kousien lokasi ini dapat diterapkan ke kota dan wilayah untuk
membangun gambaran pola impor dan ekspor regional. Tabel 1 menunjukkan nilai hasil
bagi lokasi tahun 1998 untuk pengelompokan industri agregat di masing-masing dari tiga
aglomerasi utama Inggris. Aglomerasi perkotaan ini adalah London, Birmingham, dan
Manchester.

5
Tabel 1 Distribusi Kota Kuosien Lokasi

Londo Birmingha Manchest


  n m er
Pabrik 0.446 1.534 1.114
Konstruksi 0.696 0.87 1.022
Industri grosir dan eceran 0.936 0.918 1.082
Hotel dan restoran 1.206 0.776 0.914
Transportasi, penyimpanan, dan
komunikasi 1.328 0.931 1.069
Intermediasi keuangan 2.048 0.905 0.833
Layanan real estate dan bisnis
umum 1.625 0.896 0.965
Administrasi Publik 1.034 0.814 0.966
Pendidikan 0.803 1.053 1.026
Pekerjaan kesehatan dan sosial 0.779 0.856 1
Sumber: NOMIS

Seperti yang kita lihat dalam Tabel 1, tiga aglomerasi perkotaan utama di London di
Inggris, Birmingham, dan Manchester memperlihatkan struktur industri yang agak
berbeda. Keduanya, Birmingham dan Manchester menunjukkan nilai hasil lokasi yang
nyata lebih besar dari 1 untuk industri manufaktur. Ini menunjukkan bahwa kedua kota
ini relatif berspesialisasi dalam aktivitas manufaktur, dan akibatnya adalah pengekspor
netto barang-barang manufaktur. Selain itu, dikedua kota ini, manufaktur adalah sektor
industri tunggal terbesar, yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur mengandung
jumlah terbesar orang dipekerjakan dalam kegiatan ekspor regional. Disisi lain, nilai
lokasi bagi manufaktur di London sangat rendah. Ini menunjukkan bahwa London adalah
kota importir netto barang-barang manufaktur. Namun, jika kita mempertimbangkan
kegiatan sektor jasa intermediasi keuangan, dan real estate dan layanan bisnis umum di
London, kami melihat bahwa London sangat terspesialisasi dalam sektor-sektor ini,
sedangkan Birmingham dan Manchester relatif tidak terspesialisasi dalam sektor-sektor
ini. Ini menyiratkan bahwa London adalah jaring pengekspor kegiatan sektor jasa ini,
sedangkan Birmingham dan Manchester bergantung impor regional dari kegiatan ini.
Kegiatan sektor jasa antar-keuangan mediasi, real estate, dan layanan bisnis umum dapat

6
dianggap sebagai dasar utama sektor London. Sektor-sektor lain di mana London juga
jelas merupakan jaring utama eksportir regional adalah kegiatan hotel dan restoran yang
terkait dengan pariwisata, dan juga aktivitas transportasi dan distribusi terutama terkait
dengan lokasi strategis London sebagai titik akses utama untuk Inggris dan Uni Eropa.

Mengingat informasi yang diberikan pada Tabel 1, ukuran sejauh mana masing-masing
struktur industri regional dispesifikasi, dalam arti sejauh mana ia berbeda dari ekonomi
nasional, dapat disediakan dengan menggunakan salah satu indeks yang digunakan.
Untuk kota atau wilayah manapun kita dapat dengan mudah mengelompokkan semua
sektor-sektor industri yang negosiasinya lebih besar dari 1, dan mengkategorikannya
sebagai dasar dan semua sektor yang lokasi negosiasinya kurang dari atau sama dengan 1
dapat diklasifikasikan sebagai non-dasar. Dalam memahami pendekatan Lichtenberg,
persamaan diatas dapat disusun ulang memberi persamaan berikut mendefinisikan
kembali hasil bagi lokasi dalam hal rasio proporsi pekerjaan sektoral nasional disuatu
wilayah relatif terhadap ukuran wilayah yang proporsional.

LQir = ( Eir (
En
Er ) Ein
)

=( Eir En
Ein ) Er
( )

Eir
( )
Er
LQir =
Ein
( )
En
PENDEKATAN PERSYARATAN MINIMUM

Dua kelemahan analitis utama dari pendekatan kuosien lokasi, yaitu ketersediaan data
yang memadai dan agregasi. Asumsi fungsi produksi umum untuk setiap sektor individu
disemua wilayah, dan asumsi fungsi konsumsi rumah tangga biasa untuk semua wilayah.
Variasi dalam pola industri spasial dapat timbul karena perbedaan geografis dalam
kondisi permintaan. Ini menyiratkan bahwa ada mungkin perbedaan spasial dalam pola

7
konsumsi. Demikian pula, perilaku lokasi industri dapat dikaitkan dengan faktor
substitusi, yang dengan sendirinya mengubah jumlah relatif masing-masing faktor input
perunit output yang dihasilkan, masing-masing dari masalah ini karena itu
mempertanyakan sejauhmana kuosien lokasi benar-benar menunjukkan sejauh mana
sektor regional merupakan sektor ekspor.

Menanggapi masalah ini, variasi pada teknik hasil bagi lokasi sederhana dikenal sebagai
teknik persyaratan minimum diusulkan oleh Ullman dan Dacey (1960). Pendekatan
alternatif ini didasarkan pada argumen bahwa karena ekonomi regional jauh lebih terbuka
daripada ekonomi nasional. Untuk memperhitungkan ini, minimum metode persyaratan
menggunakan indeks yang membandingkan pekerjaan sektoral regional struktur di dalam
wilayah tertentu dengan wilayah yang ukurannya serupa, bukan dengan negara secara
keseluruhan. Untuk wilayah dengan ukuran yang sama, bagian terkecil dari lapangan
kerja sektoral di setiap wilayah tunggal dalam pita ukuran yang sesuai diambil mewakili
kebutuhan konsumsi sektoral lokal untuk daerah sebesar itu. Semua daerah bagian
pekerjaan sektoral lebih besar dari ini diasumsikan mewakili pekerjaan diindustri ekspor
regional. Pada argumen ini, lokasi persyaratan minimum hasil bagi MRLQ dapat diwakili
oleh

Eir
Er
MRLQir =
Ein
En
Dimana subskrip m mewakili wilayah dengan pembagian pekerjaan sektoral minimum.
Dari sudut pandang basis ekonomi studi, daya tarik teknik persyaratan minimum adalah
bahwa rasio pekerjaan dasar atau non-dasar adalah konstan untuk semua daerah ketika
dijumlahkan disemua sektor, walaupun berbeda untuk sektor regional individu. Namun,
terlepas dari masalah mengidentifikasi daerah perbandingan yang sesuai, kelemahan
analitis pendekatan ini adalah bahwa tidak mungkin bagi suatu wilayah untuk menjadi
importir netto dari output apapun disektor tertentu. Alasannya adalah bahwa nilai MRLQ
untuk sektor apapun tidak boleh kurang dari persatuan, karena jika bagian sektoral suatu
daerah lebih kecil daripada wilayah alternatif yang serupa ukuran, wilayah tersebut akan
dianggap sebagai patokan persyaratan minimum wilayah (Philip McCann,2001).

8
3. Analisis Shift-share

Analisis shift share juga membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor
industry di daerah dengan wilayah nasional. Analisis ini menggunakan metode
pengisolasian berbagai factor yang menyebabkan perubahan struktur industry suatu
daerah dalam pertumbuhannya darisatu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Analisis
shift share dapat menggunakan variabel lapangan kerja atau nilai tambah. Akan tetapi,
yang terbanyak digunakan adalah variabel lapangan kerja karena datnya lebih mudah
diperoleh. Apabila menggunakan nilai tambah maka sebaiknya menggunakan data harga
konstan.
Pertambahan lapangan kerja (employment) regional total (∆ Er) dapat diurai menjadi
komponen shift dan komponen share. Komponen share sering pula disebut komponen
national share. Komponen nasional share (N) adalah banyaknya pertambahan lapangan
kerja regional seandainya proporsi perubahannya sama dengan laju pertambahan nasional
selama periode studi. Sebagai kriteria bagi daerah yang bersangkutan untuk mengukur
apakah daerah itu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari pertumbuhan nasional rata-
rata. Komponen shift adalah penyimpangan (deviation) dari national share dalam
pertumbuhan langan kerja regional. Penyimpangan ini positif di daerah-daerah yang
tumbuh lebih cepat dan negative di daerah-daerah yang tumbuh lebih lambat atau
merosot dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja secara nasional. Bagi setiap
daerah, shift netto dapat dibagi menjadi dua komponen, yaitu proportional shift
component (P) dan differential shift component (D).

Proportional shift component (P) kadang-kadang dikenal sebagai komponen structural


atau industrial mix, mengukur besarnya shift regional netto yang diakibatkan oleh
komposisi sektor-sektor industry di daerah yang bersangkutan. Komponen ini positif di
daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara nasional tumbuuh
cepat dam negative di daerah-daerah yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang secara
nasional tumbuh dengan lambat atau bahkan sedang merosot.
Differential shift component (D) kadang-kadang dinamakan komponen lokasional dan
regional adalah sisa kelebihan. Komponen ini mengukur besarnya shift regional netto
yang diakibatkan oleh sektor-sektor industry tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih
lambat di daerah yang bersangkutan daerpada tingkat nasional yang disebabkan oleh
factor-faktor lokasional intern. Jadi, suatu daerah yang mempunyai keuntungan
lokasional seperti sumber daya yang melimpah/efisien, akan mempunyai differential shift
component yang positif, sedangkan daerah yang secara lokasional tidak menguntungkan
akan mempunyai komponen yang negative.

9
Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat
ekternal dan yang bersifat intern. Proportional shift adalah akibat dari pengaruh unsur-
unsur luar yang bekerja secara nasional, sedangkan differential shift adalah akibat dari
pengaruh factor-faktor yang bekerja khusus di daerah yang bersangkutan.
Dengan menggunakan notasi aljabar, berbagai hubungan antara komponen-komponen
diatas dapat dinyatakan pada uraian berikut ini. Akan tetapi, sebelum mengemukakan
rumus hubungan, terlebih dahulu akan dikemukakan notasi yang dipergunakan berikut
ini.
∆ = Pertambahan, angka akhir (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t-n)
N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya
r = Region atau wilayah analisis
E = Employment atau banyaknya lapangan kerja
i = Sektor industri
t = Tahun
t - n = Tahun awal
t + n = Tahun proyeksi
Ns = National share
P = Proportional share
D = Differential share

Hubungan antara komponen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:


∆ Er = Er,t – E r, t-n

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional adalah banyaknya lapangan kerja pada
tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah lapangan kerja pada tahun awal (t-n)

Persamaan di atas berlaku untuk total lapangan kerja di wilayah tersebut. Hal ini dapat
juga dilihat secara per sektor sebagai berikut.

∆ Er,i = Er,i,t – E r, i, t-n

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional sektor I adalah jumlah lapangan kerja
sektor I pada tahun akhir (t) dikurangkan dengan lapangan kerja sektor I pada tahun awal
(t-n)

Pertambahan lapangan kerja regional sektor I ini dapat diperinci atas pengaruh dari
national share, proportional share dan differential shift. Dalam notasi aljabar hal itu
adalah

Er,i,t = (Ns i + P r,i + D r,i)

10
Peran national share adalah seandainya pertambahan lapangan kerja regional sektor i
sektor I tersebut sama dengan prporsi pertambahan lapangan kerja nasional secara rata-
rata. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Ns i,t = Er, i, t-n ( E N, t / E N, t-n ) – Er, i, t-n

Proportional share adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap


pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan
sebagai berikut.

Pr, i, t = { (EN, i, t / EN, i, t-n) – (EN, t / E N, t-n) } x Er, i, t-n

Hasil yang sama dapat juga diperoleh dengan menggunakan rumus:

∆ EN , i, t ∆ EN ,t
P r ,i , t= − x Er,i,t-n
EN , i, t−n EN ,t−n

Differential shift menggambarkan penyimpangan antara pertumbuha sektor i di wilayah


analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai
berikut.

D r,i,t = {Er,i,t – (EN,i,t / EN,i,t-n) E r,i, t-n

Hasil yang sama dapat juga diperoeh dengan menggunakan rumus

∆ Er , i, t ∆ EN ,i , t
D r,i,t = − x Er,i,t-n
Er , i, t−n EN ,i , t−n

Perlu diingat bahwa apabila kitahendak melihat pengaruhnya terhadap seluruh wilayah
analisis maka angka untuk masing-masing sektor harus ditambahkan. Persamaan untuk
seluruh wilayah adalah sebagai berikut.

∆ Er = (Ns + Pr + Dr )

Di mana:

n
Ns t = ∑ { E r,i, t-n ( E N, t / EN, t-n) – Er, i, t-n}
t =1

n
P r,t = ∑ [ { (E N,i,t / EN, i, t-n) – (E N,t / E N, t-n) } x E r,i, t-n ]
t =1

11
n
D r,t = ∑ [ { E r,i, t-n – (E N,i,t / EN, i, t-n ) - E r,i, t-n
t =1

Perlu diingat bahwa :

Ʃ E N,i,t = E N, t
Ʃ E r,i,t = E r, t

Rumus untuk proyeksi

Misalnya secara nasional (wilayah yang lebih tinggi jenjangnya) telah dibuat proyeksi
lapangan kerja per sektor untuk tahun t+m maka lapangan kerja di daerah tersebut dapat
diproyeksikan.
Proyeksi ini untuk national share dan proportional share dengan sama dengan rumus yang
lalu, hanya t-n diganti dengan t, dan t diganti dengan t+m.
Dengan demikian rumusnya adalah sebagai berikut:

National share:
Ns i, t+m = E r,i,t ( EN, t+m / E N t ) - E r,i,t

Proportional share :
P r,i,t = E r,i,t x {( EN,i, t+m / E N,i t ) - ( EN, t+m / E N t ) }

Differential shift

Untuk proyeksi differential shift, dianggap sama dengan differential shift masa lalu
dikalikan indeks penyesuaian kenaikan lapangan kerja nasional.
Jadi, rumusnya:

D r,i,t+m = D r,i,t x ( EN,i, t+m / E N,i t )

Ketiga rumus diatas dapat juga digabung dan menghasilkan rumus proyeksi langsung
sebagai berikut:

∆ E N ,i , t+m m Dr , i ,t
D r,i,t+m = ( + ¿
EN , i ,t n Er ,i ,t−n

Contoh pemakaian rumus:

12
Dibawah ini diberikan contoh penggunaanrumus baik untuk perhitungan perubahan masa
lalu maupun untuk proyeksina. Misalnya, data yang tersedia adalah lapangan kerja untuk
tahun 1995 dan 2000 untuk kabupaten Deli Serdang sebagai wilayah analisis dan Provinsi
Sumatera Utara sebagai wilayah lebih luas atau lebih tinggi statusnya (dalam rumus
dinyatakan sebagai nasional). Selain itu, lapangan kerja untuk wilayah Sumatera Utar
telah ada proyeksinya untuk tahun 2005. Atas dasar itu, dibuat proyeksi lapangan kerja
tahun 2005 untuk kabupaten Deli Serdang sebagai wilayah analisis.

Analisis Perubahan Lapangan Kerja Kabupaten Deli Serdang Dengan Metode Shift
Share

Data masa lalu dan proyeksi untuk wilayah nasional (Sumatera Utara)

          proyeksi
sumatera utara Deli Serdang Sumatera utara
Sektor 1995 2000 1995 2000  

2.352.25 323.82
Pertanian 0 2550.659 7 354.126 2.733.658
Penggalian 19.964 19.738 2695 2.677 19.262
Industri 258.981 346.611 67.672 91.229 463.214
Listrik, gas, dan air 9.841 14.483 2.288 3.387 21.04
Bangunan 114.84 147.059 32.307 41.491 185.923
Perdagangan 447.908 592.2201 70.587 93.81 772.893
Pengangkutan &
Komunikasi 158.298 201.6885 23.254 29.781 253.654
Keuangan/jasa
perusahaan 20.124 24.452 2.418 2.96 29.33
Jasa sosial/perorangan 473.953 547.928 76.031 86.542 625.288
Lainnya 559 418 55 40 310
3.856.69 4.447.23 601.13
Jumlah 8 4 4 706.043 5.104.572

Perhitungan national share (Ns)

EN,t/EN,t National
  Er,I,t -n c share
Sektor a b axb c-a
354.12 406.46
Pertanian 6 1, 1478 6 52.34

13
Penggalian 2.677 1, 1479 3.073 396
104.71
Industri 91.229 1, 1480 3 13.484
Listrik, gas, dan air 3.387 1, 1481 3.888 510
Bangunan 41.491 1, 1482 47.623 6.132
107.67
Perdagangan 93.81 1, 1483 5 13.865
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 1, 1484 34.183 4.402
Keuangan/jasa
perusahaan 2.96 1, 1485 3.398 438
Jasa sosial/perorangan 86.542 1, 1486 99.333 12.791
Lainnya 40 1, 1487 46 6
706.04 810.39
Jumlah 3 11, 4781 8 104.355

Perhitungan proportional share (P)

EN,I,t/ Proportional
  Er,I,t-n EN,I,t-n EN,t/EN,t-n d share
Sektor a b c b-c axd
Pertanian 323.827 1, 0843 1, 1531 -0, 0688 -22.279,30
Penggalian 2695 0, 9887 1, 1531 -0, 1644 -443,06
Industri 67.672 1, 3461 1, 1531 0, 1930 13.060,70
Listrik, gas, dan air 2.288 1, 4717 1, 1531 0, 3186 728,96
Bangunan 32.307 1, 2808 1, 1531 0, 1277 4.125,60
Perdagangan 70.587 1, 3221 1, 1531 0, 1690 11.929,20
Pengangkutan &
Komunikasi 23.254 1, 2741 1, 1531 0, 1210 2.812,73
Keuangan/jasa perusahaan 2.418 1, 2151 1, 1531 0, 0619 149,67
Jasa sosial/perorangan 76.031 1, 1561 1, 1531 0, 0030 228,09
Lainnya 55 0, 7478 1, 1531 -0, 4053 -22,29
11,
Jumlah 601.134 8867 11, 5312 0, 3557 10.290,3

Perhitungan differential shift (D)

EN,I,t/
  Er,I,t EN,I,t-n Er,I,t-n (d) Differential shift
Sektor a b c bxc a -d
Pertanian 354.126 1, 0843 323.827 351.126 3000
Penggalian 2.677 0, 9887 2695 2.665 13
Industri 91.229 1, 3461 67.672 91.093 136
Listrik, gas, dan air 3.387 1, 4714 2.288 3.367 20

14
Bangunan 41.491 1, 2808 32.307 41.379 113
Perdagangan 93.81 1, 3221 70.587 93.323 487
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 1, 2741 23.254 29.628 153
Keuangan/jasa perusahaan 2.96 1, 2151 2.418 2.938 22
Jasa sosial/perorangan 86.542 1, 2561 76.031 87.899 1357
Lainnya 40 0, 7478 55 41 1
11,
Jumlah 706.043 8867 601.134 703.459 2.586

Checking total tambahan lapangan kerja kabupaten Deli Serdang:

(lapangan kerja 2000 – lapngan kerja 1995) =104.909

Total National Share 92.034

Total Proportional share 10. 290,3

Total Differential shift 2.586

Jumlah 104.910,3

Proyeksi lapangan kerja Kab Deli Serdang untuk tahun 2005

Proyeksi National share

EN,t/EN,t National
  Er,I,t -n c share
Sektor a b axb c-a
354.12 406.46
Pertanian 6 1, 1478 6 52.34
Penggalian 2.677 1, 1479 3.073 396
104.71
Industri 91.229 1, 1480 3 13.484
Listrik, gas, dan air 3.387 1, 1481 3.888 510
Bangunan 41.491 1, 1482 47.623 6.132
107.67
Perdagangan 93.81 1, 1483 5 13.865
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 1, 1484 34.183 4.402
Keuangan/jasa
perusahaan 2.96 1, 1485 3.398 438
Jasa sosial/perorangan 86.542 1, 1486 99.333 12.791
Lainnya 40 1, 1487 46 6

15
706.04 810.39
Jumlah 3 11, 4781 8 104.355

Proyeksi proportional share

EN,I,t+m EN,t+m/EN, Proportional


  Er,I,t / EN,I,t t d share
Sektor a b c b-c axd
354.12
Pertanian 6 1, 0717 1, 1478 0, 0761 26.949
Penggalian 2.677 0, 9759 1, 1478 0, 1719 460
Industri 91.229 1, 3287 1, 1478 0, 1809 16.503
Listrik, gas, dan air 3.387 1, 4527 1, 1478 0, 3049 1.033
Bangunan 41.491 1, 2643 1, 1478 1, 1165 4.834
Perdagangan 93.81 1, 3051 1, 1478 0, 1573 14.756
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 1, 2577 1, 1478 0, 1099 3.273
Keuangan/jasa
perusahaan 2.96 1, 1995 1, 1478 0, 0517 153
Jasa sosial/perorangan 86.542 1, 1412 1, 1478 0, 0066 571
Lainnya 40 0, 7416 1, 1478 0, 4062 16
706.04
Jumlah 3 11, 7385 11, 4781 0, 2604 12.556

Proyeksi differential shift

(differential shift masa lalu dikali indeks perubahan nasional)

Differential Shift indeks perubahan Differential Shift


  masa lalu EN,I,t+m/ EN,I,t yang disesuaikan
Sektor a b axb
Pertanian 2.985 1, 0717 3.199
Penggalian 13 0, 9759 13
Industri 137 1, 3287 182
Listrik, gas, dan air 20 1, 4527 29
Bangunan 113 1, 2643 143
Perdagangan 483 1, 3051 630
Pengangkutan & 153 1, 2577 192

16
Komunikasi
Keuangan/jasa perusahaan 22 1, 1995 26
Jasa sosial/perorangan -1.356 1, 1412 -1.548
Lainnya 1 0, 7416 -1
Jumlah 2.568 11, 7385 2.867

Rekapitulasi factor pengubah dalam proyeksi lapangan kerja kab. Deli Serdang dari tahun 2000
ke tahun 2005

Lap.
  Kerja       Lap. Kerja
2000 National Proportional Differential 2005
Sektor Er,I,t share Share Shift Er,I,t + m
a b C d (a+b+c+d)
Pertanian 354.126 52.34 -26.949 3.199 382.732
Penggalian 2.677 396 -460 13 2.625
Industri 91.229 13.484 16.503 182 121.4
Listrik, gas, dan air 3.387 510 1.033 29 4.95
Bangunan 41.491 6.132 4.834 143 52.599
Perdagangan 93.81 13.865 14.756 630 123.064
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 4.402 3.273 192 37.648
Keuangan/jasa
perusahaan 2.96 438 153 26 3.577
Jasa
sosial/perorangan 86.542 12.791 571 -1.548 97.214
Lainnya 40 6 -16 -1 29
Jumlah 706.043 104.355 12.556 2.867 825.838

E N , i ,t +m m Dr ,i ,
Proyeksi langsung dengan rumus : E r,i,t = ( + ¿
EN , i ,t n Er , i, t−n

EN,I,t+m/ D r, I,t/E
  Er,I,t EN,I,t m/n r,I,t-n b + (c xd ) E r,I,t+m
Sektor a B c d e (a) x (e)
Pertanian 354.126 1, 0717 1 0, 0092 1, 0809 382.775
Penggalian 2.677 0, 9759 1 0, 0046 0, 9805 2.625
Industri 91.229 1, 3287 1 0, 0020 1, 3307 121.398
Listrik, gas, dan air 3.387 1, 4527 1 0, 0086 1, 4613 4.949
Bangunan 41.491 1, 2643 1 0, 0035 1, 2678 52.602
Perdagangan 93.81 1, 3051 1 0, 0068 1, 3120 123.079

17
Pengangkutan &
Komunikasi 29.781 1, 2577 1 0, 0066 1, 2643 37.652
Keuangan/jasa
perusahaan 2.96 1, 1995 1 0, 0091 1, 2086 3.578
Jasa
sosial/perorangan 86.542 1, 1412 1 -0, 0178 1, 1234 97.221
Lainnya 40 0, 7416 1 -0, 0205 0, 7211 29
Jumlah 706.043 11, 7385 10 0, 0122 11, 6127 825.908

PENDEKATAN TERPILAH

ANALISA STRUKTUR INDUSTRI-ASLI


Meskipun teori pertumbuhan umum mengakui pentingnya struktur industri dalam proses
pertumbuhan regional, sifat agregat mereka sering menyembunyikan variasi industri yang
penting. Industri tidak homogen dan beberapa industri tumbuh jauh lebih cepat daripada yang
lain. Demikian pula, beberapa daerah tumbuh lebih cepat daripada yang lain. Karena struktur
industri bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, menggoda untuk menarik kesimpulan yang
jelas bahwa ada hubungan sebab akibat antara struktur industri dan pertumbuhan regional.
Analisis struktur industri meneliti hubungan ini.
Pendekatan ini dipelopori oleh Jones "dan Leser" di Inggris dan kemudian ditemukan kembali
dan dikembangkan oleh Duen snd Perlof di AS. Pengaplikasian awal di inggris oleh Hem ming
"dan baru-baru ini di bawah judul baru analisis Shift-share", pendekatan ini telah menikmati
popularitas besar. Aplikasi baru-baru ini untuk masalah regional Inggris termasuk studi oleh
Beown, Stilwell, Laporan Hunt tentang Wilayah Menengah "dan Dewan Perencanaan Ekonomi
Tenggara."

KOMPONEN ANALISIS STUKTUR INDUSTRI- KAPAL PERKAPALAN


Pendekatan ini membutuhkan isolasi efek struktur Industri suatu kawasan terhadap
pertumbuhannya selama periode waktu tertentu. Ini melibatkan pengurangan kinerja
pertumbuhan suatu daerah, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa variabel representatif (seperti
pekerjaan, populasi atau pendapatan) ke dalam sejumlah komponen. Variabel yang biasa adalah

18
ketenagakerjaan, dan pertumbuhan tenaga kerja regional (G) dapat dipisahkan menjadi
komponen shift dan "Share".
Kekuatan nasional adalah (N) mewakili jumlah di mana lapangan kerja regional akan tumbuh
jika tumbuh di tingkat nasional. tingkat selama periode study. Ini adalah norma untuk daerah
dari mana penyimpangan dapat diukur.

Komponen The “Shift” cepat mewakili setiap penyimpangan dalam pertumbuhan lapangan kerja
regional dari pangsa nasional. Ini positif di daerah pertumbuhan yang makmur dan negatif di
daerah yang relatif tertekan. Pergeseran bersih untuk wilayah mana pun dapat dibagi menjadi dua
komponen:
komponen proporsionalitas tinggi (P), kadang-kadang dikenal sebagai komponen struktural atau
campuran industri, mengukur jumlah pergeseran regional bersih yang dapat dikaitkan dengan
komposisi sektor industri di Indonesia. Komponen ini akan menjadi positif di bidang-bidang
yang berspesialisasi dalam sektor-sektor yang tumbuh cepat secara nasional dan negatif di
bidang-bidang yang berspesialisasi dalam pertumbuhan yang lambat secara nasional atau sektor.
The "diferestial shift component” (D), kadang-kadang dikenal sebagai komponen" locational atau
'regional, adalah sisanya. Ini mengukur jumlah pergeseran regional bersih yang dihasilkan dari
sektor industri tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lebih lambat di kawasan daripada secara
nasional karena fakktor lokasional internal. Itu, sebuah gon dengan keunggulan lokasional, yang
memiliki sumber daya yang baik, akan memiliki komponen shift diferensial yang positif,
sedangkan kelemahan lokasional yang memiliki komponen negatif.
Dua komponen shift ini memisahkan internal dan eksternal elemen dari pengaruh pertumbuhan
regional, luar yang beroperasi secara nasional dan perubahan diferensial yang disebabkan oleh
infuere faktor-faktor yang beroperasi di dalam wilayah tersebut.
Dalam notasi aljabar, berbagai komponen dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gj = Eji – Eje…………………………...
= (Nj + Pj + Dj)
Nj = Ejo(Et/Eo)-Ejo…………………….
(P + D)j = Eji – (Et/Eo)Ejo……………………
= (Gj –Nj)

19
Pj = Ʃ[( Eti/Eto) – (Et/Eo)]Eijo…………
Dj = Ʃ[Eijo – (Eio/Eto)Eijo]…………….
=( P + D)j – (Pj)

Yang mana :
Dimana Gjo, NJ, (P + D)j, Pj Dj adalah total jumlah lapangan kerja regional, komponen bagian
nasional, komponen shift netto dan komponen proporsional dan shift diferensial untuk masing-
masing wilayah kerja “j”

Dan Ej = total pekerja regional


E = total pekerja nasional
o, t = periode waktu awal dan terminal
i = subskip industri

PERSETUJUAN ATAS PENDEKATAN TERSEBUT

Baru-baru ini ada banyak diskusi tentang manfaat relatif dari pendekatan (lihat: Stalwell, Buck"),
Sekarang secara umum diterima bahwa analisis struktur industri tidak dengan sendirinya teori
pertumbuhan regional.Ini akan membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap tentang faktor-
faktor mendasar yang memengaruhi dua shift — mengapa melakukan
beberapa contoh, jika ekonomi Tenggara hanya bergantung hanya pada dua industri A1 , yang
mempekerjakan 1 juta peope pada awal periode, dan B , mempekerjakan 3 jutaan, dan keduanya
tumbuh lebih cepat daripada tingkat nasional dari niali sekitar 6% , A di 8%, dan B di 11%,
kemudian Persamaan (4), komponen pengubah menjadi :
=Ʃ[ (8% - 6% 3m + (11% - 6%) 3m]
=(100.000 + 150.000)
= (250.000)

20
Industri tumbuh lebih cepat daripada yang lain secara nasional dan apa saja faktor lokasi yang
mendorong suatu industri untuk tumbuh lebih cepat di satu daerah daripada yang lain? Memang
meragukan apakah pendekatan yang terpecah-pecah seperti itu, dengan mempertimbangkan
berbagai daerah dan sektor industri, sebenarnya dapat dengan mudah ditangani dalam bentuk
teori.
Ada juga beberapa keraguan tentang nilainya dalam peran lain, seperti deskripsi, analisis dan
prediksi pertumbuhan regional dan penggunaannya secara umum sebagai panduan untuk
kebijakan regional. Ini hasil dari kritik mendasar terhadap beberapa konsep dasar dari
pendekatan. Mackay dan Buck mempertanyakan apakah perubahan proporsionalitas dan
diferensial benar-benar mencerminkan pengaruh relatif dari campuran industri dan faktor-faktor
lokasi di suatu wilayah. Karena saling ketergantungan industri dalam ekonomi regional,
pergeseran proporsionalitas mungkin diremehkan. Sebagai contoh, daerah yang tertekan dengan
representasi rata-rata dari industri pertumbuhan nasional juga akan memiliki lebih sedikit
industri pendukung yang memasok industri pertumbuhan, dan akibatnya bagian dari pergeseran
diferensial negatif dapat ditelusuri kembali ke struktur industri. Pergeseran proporsionalitas juga
dapat diremehkan karena non-homogenitas kelompok industri. Dengan demikian, permintaan
untuk model mobil tertentu yang dibuat di Merseyside mungkin tumbuh lebih cepat daripada
permintaan mobil secara nasional, dan karenanya penerapan laju pertumbuhan industri mobil
nasional ke sub-wilayah Merseyside dapat meremehkan pergeseran proporsionalitas. Selain itu,
perubahan diferensial juga dapat terdistorsi oleh dampak faktor-faktor seperti induksi positif dan
kontrol negatif dari kebijakan regional.
Analisis struktur industri juga sangat sensitif terhadap tingkat agregasi input data. Analisis
pertumbuhan lapangan kerja oleh Judul Daftar Minimum (MLH) yang lebih halus biasanya akan
mengungkapkan pergeseran proporsionalitas yang lebih besar daripada analisis pada tingkat
pesanan SIC, dan Buck menyajikan bukti empiris untuk menggambarkan hal ini di Wilayah
Barat Laut. "Analisis ini juga peka terhadap tahun dasar input data.Geser proporsionalitas
mencerminkan spesialisasi industri relatif dari wilayah tersebut pada awal periode studi. Tidak
memperhitungkan perubahan dalam campuran industri di wilayah tersebut selama periode
penelitian.
Implikasi kebijakan harus ditarik dari analisis. Kadang-kadang diasumsikan bahwa tes dengan
efek diferential yang buruk akan mendapat manfaat dari keuntungan nasional, seperti

21
infrastruktur berterima, dan tegion dengan efek proporsionalitas yang buruk memerlukan
injecrine dari industri pertumbuhan baru. Tetapi hubungan mekanis dengan pelie ini adalah
penyederhanaan yang berlebihan, untuk wilayah dengan perbedaan yang buruk juga dapat
mengambil manfaat dari industri baru, seperti halnya dengan efek proporsionalitas miskin yang
diuntungkan manfaat dari peningkatan infrastruktur. Terlepas dari rentetan masalah ini,
pendekatan ini masih memiliki banyak hal untuk dipuji. Meskipun bukan teori pertumbuhan,
teori ini melengkapi teori formal lainnya yang lebih menekankan hubungan antara struktur
industri dan pertumbuhan regional, dan memisahkan unsur-unsur internal dan eksternal dari
pertumbuhan itu. Industrinya! Penekanan ian menyarankan afiniry tertentu untuk teori sektor
dan pendekatan teori hase ekspor. Modifikasi dan asumsi tertentu juga dapat mempertahankan
pendekatan sebagai metode analisis yang berguna. Asumsi bahwa pergeseran proporsionalitas
hanya mewakili perkiraan minimum dari pengaruh struktur industri; reongnisi bahwa tingkat
agregasi data sampai batas tertentu tergantung pada skala wilayah yang akan diselidiki; dan
dimasukkannya pergeseran modifikasi proporsionalitas untuk menyesuaikan dampak waktu pada
struktur industri melawan beberapa masalah besar.

Factor- factor yang bisa membuat suatu daerah memiliki keunggulan komparatif dapat berupa
kondisi alam, yaitu sesuatu yang sudah given tetapi dapat juga karena usaha-usaha manusia.
Suatu wilayah memiliki keunggulan komparatif karena salah satu factor atau gabungan dari
bebrapa factor yang akan diuraikan berikut ini. Factor-faktor yang dapat membuat sesuatu
wilayah memiliki keunggulan komparatif dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Pemberian alam, yaitu karena kondisi alam kahirnya wilayah itu memiliki keunggulan
untuk menghasilkan sesuatu produk tertentu.
2. Masyarakatnya menguasai teknologi mutakhir (menemukan hal-hal baru) untuk jenis
produk tertentu.
3. Masyarakatnya menguasai keterampilan khusu
4. Wilayahnta dekat dengan pasar
5. Wilayah dengan aksebilitas yang tinggi

22
6. Daerah konsentrasi/sentra dari suatu kegiatan sejenis.
7. Daerah agglomerasi dari berbagai kegiatan yaitu memanfaatkan keuntungan agglomerasi
8. Upah buruh yang rendah dan tersedia dalam jumlah yang cukup serta didukung oleh
keterampilan yang memadai dan mentalitas yang mendukung.
9. Mentalitas masyarakat yang sesuai untuk pembangunan: jujur, terbuka, mau bekerja
keras, dan displin sehingga lingkungan kehidupan aman, tertib, dan teratur.
10. Kebijakan pemerintah, antara lain dengan menciptakan salah satu/beberapa factor yang
menciptakan keunggulan.

DAFTAR PUSTAKA

Glasson, J. 1978. An Introduction to Regional Planning. London: Hutchinson Educational

McCann, Philip. 2001. Urban and Regional Economics. Oxford University Press.

Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara

23

Anda mungkin juga menyukai