Anda di halaman 1dari 30

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI WILAYAH

DI KABUPATEN LANDAK, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

DOSEN PENGAMPU:
Yusliana, S.T., M.Eng.
A.Yunastiawan Eka P., S.T., M.Sc.
Candra Ragil, S,Si., M.Sc.

DISUSUN OLEH:

Delvito Tri Yoga (6100210016)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

2023
ABSTRAK

(Produk Domestik Regional Bruto) PDRB merupakan indikator ekonomi


makro yang dapat diturunkan untuk menghitung indikator penting lainnya seperti
pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita dan pendapatan per kapita. Selain itu,
PDRB dapat digunakan untuk berbagai analisis. Analisis PDRB sangat penting.
Salah satunya adalah mengidentifikasi potensi dan manfaat kecamatan tertentu.
Sektor mana yang dapat memberikan nilai lebih besar bagi perekonomian. Selain
mempertimbangkan potensi ekonomi, analisis PDRB juga menunjukkan perbedaan
ekonomi antar wilayah/kabupaten.

Untuk itu, dilakukan kajian pada tahun 2010 dengan menggunakan 17


sektor PDRB atas dasar harga konstan dengan Manfaat pertama yaitu untuk
mengetahui sektor basis yang ada di Kabupaten Landak dan manfaat kedua untuk
mengetahui sektor potensial yang ada di Kabupaten Landak. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada analisis Location quotient (LQ) dan
analisis shift share. Analisis LQ untuk menentukan sektor basis sedangkan Shift
Share menentukan sektor potensial.

Pada kesempatan kali ini, pembahasan dalam laporan adalah analisis


Location Quentient dan analisis Shift-Share dimana Hasil penggabungan LQ dan
Shift Share Digunakan untuk menentukan sektor ekonomi mana yang akan
dikembangkan Kabupaten Landak Daerah yang dijadikan lokasi pembahasan ini
adalah di Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat, dengan data sekunder
yang diambil dari Badan Pusat Statistika (BPS) yaitu data PDRB Kabupaten dan
Provinsi tahun 2010 dan 2020.

Kata Kunci: Analisis Location Quentient, Analisis Shift-Share, PDRB


1. PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu daerah adalah sekumpulan


data ekonomi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pembangunan ekonomi
suatu daerah selama periode waktu tertentu, baik atas dasar harga berlaku atau
harga konstan. PDRB pada dasarnya penjumlahan dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh semua unit bisnis di suatu wilayah tertentu atau jumlah dari produk
dan jasa akhir yang dihasilkan oleh semua unit bisnis di suatu wilayah.

Kabupaten Landak yang beribu kota Ngabang membawahi 13 kecamatan,


156 desa dan 665 Dusun. Kabupaten landak memiliki 13 kecamatan, dengan
wilayah seluas 9.909,10 km², sekitar 6,75% dari luas provinsi Kalimantan Barat.
Pemerintah daerah harus bijak dalam memilah dan mengembangkan potensi
daerahnya dalam melakukan pembangunan dengan membuat rencana yang
berorientasi pada sektor untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik,
mengidentifikasi pasar baru, kapasitas tenaga kerja yang ada untuk mentransferr
pengetahuan dan mengembangkan usaha baru. Semua upaya pengembangan
ekonomi lokal bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan ragam kesempatan kerja
yang tersedia bagi masyarakat. Ada dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan
Ketika mengidentifikasi potensi kegiatan ekonomi lokal. Pertama, unit bisnis yang
memiliki kinerja baik atau kompetitif dalam beberapa tahun terakhir dan potensi
prospek unit bisnis di masa depan. Kedua, merupakan sektor ekonomi yang saat
ini kurang kompetitif namun memiliki potensi untuk berkembang dimasa yang akan
datang. Pembangunan ekonomi paling baik bila didasarkan pada keunggulan
komparatif (Comparative Advantage) dan kompetitif (Competitive Advantage).

Terbentuk dari pecahan Kabupaten Pontianak, Kabupaten Landak harus


mampu bersaing dengan daerah lain untuk mendorong pembangunan ekonomi
lokal fisik dan non fisik. Pemerintah Kabupaten Landak terus memacu ekonomi sub
seKtor di Kabupaten tersebut. Ada 9 sektor yang dipacu di Kabupaten Landak yaitu
terutama adalah pertanian, pertambangan dan penggalian; industri pengolahan;
listrik, gas dan air bersih; bangunan dan konstruksi; perdagangan, hotel dan
restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan dan jasa
perusahaan; dan jasa-jasa. Dalam aplikasi pembangunan daerah, sektor basis juga
digunakan sebagai dasar penentuan sektor unggulan artinya sektor ini diharapkan
kehadirannya dapat meningkatkan pertumbuhan daerah.

Analisis PDRB sangat penting. Salah satunya adalah melihat kemungkinan


dan manfaat dari suatu kabupaten/kota tertentu. Sektor mana yang dapat
memberikan nilai lebih besar bagi perekonomian. Selain mempertimbangkan
potensi ekonomi, analisis PDRB juga menunjukkan perbedaan ekonomi antar
wilayah/kabupaten. Hal ini dapat digunakan sebagai salah satu evaluasi terhadap
strategi yang dijalankan dan sebagai bahan pertimbangan untuk mengadopsi
strategi yang paling tepat di masa yang akan datang. Salah satu metode yang
paling populer untuk menganalisis potensi ekonomi wilayah/kawasan adalah
metode Location Quotient (LQ). Di sisi lain, untuk melihat/mengukur perbedaan
perkembangan Area dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan
analisis shift share.
2. GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Landak


(Analisis Penulis, 2023)

Kabupaten Landak adalah salah satu daerah kabupaten di Provinsi


Kalimantan Barat yang merupakan pecahan dari Kabupaten Pontianak. Secara
administratif batas wilayah Kabupaten Landak adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sanggau

Sebelah Timur : Kabupaten Sanggau

Sebelah Selatan : Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Kubu Raya

Sebelah Barat : Kabupaten Pontianak


Kabupaten Landak membawahi sebanyak 13 kecamatan memiliki luas
sebesar 9.909,10 Km2 atau sekitar 6,75% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan
Barat. Berikut merupakan penjabaran 13 kecamatan di Kabupaten Landak:

1. Kecamatan Sompak
2. Kecamatan Menjalin
3. Kecamatan Mandor
4. Kecamatan Air Besar
5. Kecamatan Ngabang
6. Kecamatan Banyuke Hulu
7. Kecamatan Meranti
8. Kecamatan Mempawah Hulu
9. Kecamatan Sebangki
10. Kecamatan Sengah Temila
11. Kecamatan Kuala Behe
12. Kecamatan Jelimpo
13. Kecamatan Menyuke

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Landak dengan menggunakan 17


sektor PDRB tahun 2010 dan 2020. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data sekunder berupa Peta Administrasi Kabupaten Landak, Jumlah
Penduduk 2020, serta PDRB Kabupaten Landak dan Provinsi Kalimantan Barat
tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan (untuk analisis LQ) dan kedua tahun yaitu
2010 dan 2020 Atas Dasar Harga Konstan (untuk analisis shift share). Media yang
digunakan berupa Microsoft Excel. Dalam Analisis ini, yang pertama kita
menggunakan model Location Quentient (LQ) yang akan digunakan, dimana
bermanfaat sebagai untuk menganalisis potensi ekonomi wilayah/Kawasan. LQ
juga merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan
sektor basis atau leading sektor.
Rumus LQ adalah sebagai berikut:

𝑥𝑖/𝑃𝐷𝑅𝐵
LQ =
𝑋𝑖/𝑃𝑁𝐵

Dimana:

Xi : Jumlah PDRB suatu sektor kabupaten/kota

PDRB : Jumlah PDRB seluruh sektor kabupaten/kota

Xi : Jumlah PDRB suatu sektor tingkat provinsi

PNB : Jumlah PDRB seluruh sektor tingkat provinsi

Permodelan kedua adalah analisis Shift-Share untuk melihat/mengukur


perbedaan perkembangan Area. Analisis shift share diperuntukkan untuk melihat
terjadinya perubahan sturktur ekonomi daerah kemudian membandingkannya
dengan perekonomian ditingkat nasional. Analisis ini untuk melihat kinerja dan
produktifitas kerja ekonomi daerah dengan tingkat atasnya. Analisis ini
memberikan kinerja yang diperlihatkan dalam tiga bidang yaitu Komponen
Pertumbuhan Nasional (KPN), Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP) dan
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW).

Rumus Analisis Shift-Share Sebagai Berikut:

𝑌𝑡 𝑌𝑖𝑡 𝑌𝑡 𝑦𝑖𝑡 𝑌𝑖𝑡


SS = ( 𝑌𝑜 − 1) + ( 𝑌𝑖𝑜 − 𝑌𝑜
) + ( 𝑦𝑖𝑜 − 𝑌𝑖𝑜
)

Dimana:

Yt : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional, Akhir Tahun Analisis.

Yo : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional, Awal Tahun Analisis.


Yit : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Akhir Tahun
Analisis.

Yio : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Awal Tahun


Analisis.

yit : Indikator Ekonomi Wilayah Lokal Sektor i , Akhir Tahun


Analisis.

yio : Indikator Ekonomi Wilayah Lokal Sektor i , Awal Tahun


Analisis.

Dalam melakukan analisis ini, langkah pertama yang harus dilakukan


adalah menentukan potensi berdasarkan sektor ekonomi menggunakan analisis
LQ. Setelah mendapatkan hasil analisis LQ, langkah selanjutnya menghitung
pergeseran bersih yang dimulai dengan menghitung Komponen Pertumbuhan
Proposional dan menghitung Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah. Berikut
merupakan rumus Pergeseran bersih (PB), Komponen Pertumbuhan Proposional
(KPP) dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW).

Rumus Pergeseran Bersih (PB):

PB = KPP + KPPW

Dimana:

KPP : Komponen Pertumbuhan Proposional

KPPW : Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

Pergeseran Bersih (PB) yang nilainya ≥ 0 tergolong kelompok progresif


atau maju sedangkan untuk pergeseran bersih (PB) yang nilainya < 0 tergolong
kelompok mundur.
Rumus Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP)

𝑌𝑖𝑡 𝑌𝑡
KPP = ( 𝑌𝑖𝑜 − 𝑌𝑜
)

Dimana:

Yt : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional, Akhir Tahun Analisis.

Yo : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional, Awal Tahun Analisis.

Yit : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Akhir Tahun


Analisis.

Yio : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Awal Tahun


Analisis.

Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP) yang > 0 bernilai positif berarti


spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat sedangkan yang < 0
bernilai negatif tumbuh secara lambat.

Rumus Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW):

𝑦𝑖𝑡 𝑌𝑖𝑡
KPPW = ( 𝑦𝑖𝑜 − 𝑌𝑖𝑜
)

Dimana:

yit : Indikator Ekonomi Wilayah Lokal Sektor i , Akhir Tahun


Analisis.

yio : Indikator Ekonomi Wilayah Lokal Sektor i , Awal Tahun


Analisis.

Yit : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Akhir Tahun


Analisis.

Yio : Indikator Ekonomi Wilayah Nasional Sektor i , Awal Tahun


Analisis.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Pasar (KPPW) yang bernilai > 0 Positif,
artinya sektor mempunyai keunggulan komparatif di wilayah tersebut, sedangkan
yang bernilai < 0 Negatif, artinya sektor tidak mempunyai keunggulan komparatif.

Setelah menghitung menggunakan rumus yang telah diberi, aplikasikan


menggunakan tabel (bagian pembahasan dan hasil), berikut merupakan klasifikasi
pertumbuhan sektor ekonomi:

KPPW

KUADRAN IV KUADRAN I

KPP

KUADRAN III KUADRAN II

Gambar 2. Profil Petumbuhan Sektor Perekonomian


(Budiharsono, 2001)

a. Kuadran 1 menunjukan bahwa wilayah berspesialisasi dalam sektor


yang secara nasional tumbuh cepat dan mempunyai keunggulan
komparatif (berdaya saing),
b. Kuadran 2 menunjukan bahwa wilayah berspesialisasi dalam sektor
yang secara nasional tumbuh cepat tetapi tidak mempunyai keunggulan
komparatif (tidak mempunyai daya saing),
c. Kuadran 3 menunjukan bahwa sektor tidak mempunyai keunggulan
komparatif dan wilayah berspesialisasi dalam sektor yang secara
nasional tumbuh lambat,
d. kemudian yang terakhir yaitu kuadran 4 menunjukan bahwa wilayah
berspesialisasi dalam sektor nasional tumbuh secara lambat tetapi
mempunyai keunggulan komparatif.

Kemudian identifikasi sektor PB (Pergeseran bersih) dan LQ, perhitungan


selanjutnya menentukan PB yaitu menjumlahkan hasil antara nilai KPP dan KPPW
yang di interpretasikan kedalam kuadran dengan menambah hasil LQ. Berikut
merupakan profil Potensi Sektor Ekonomi:

LQ

KUADRAN IV KUADRAN I

PB

KUADRAN III KUADRAN II

Gambar 3. Profil Potensi Sektor ekonomi


(Budiharsono, 2001)
a. Kuadran 1 menunjukan bahwa sektor yang memiliki keunggulan karena
nilai LQ > 1 dan nilai PB > 0,
b. Kuadran 2 menunjukan sektor yang potensial karena nilai LQ < 1 dan
nilai,
c. Kuadran 3 menunjukan sektor yang terbelakang karena nilai LQ < 1 dan
nilai PB < 0,
d. Kuadran 4 menunjukan sektor berkembang karena nilai LQ > 1 dan PB
< 0.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Analisis Sektor Basis

Sektor basis merupakan sektor yang memiliki potensi besar dalam


menentukan pembangunan menyeluruh di daerah sedangkan sektor non
basis merupakan sektor penunjang dalam pembangunan menyeluruh
tersebut. Untuk dapat menentukan apakah suatu sektor tergolong kedalam
sektor basis atau non basis harus mempunyai data PDRB, dan untuk
analisis ini akan menggunakan PDRB Kabupaten Landak dan Provinsi
Kalimantan Barat tahun 2010 atas dasar harga konstan, setelah itu barulah
kita menghitung LQ nya seperti pada bagian metode penelitian yang telah
dijelaskan dan dari nilai LQ tersebut kita dapat mengkategorikan sektor
mana yang masuk kedalam sektor basis dan non basis. Analisis LQ dapat
menggunakan berbagai variabel misalnya kesempatan kerja, PDRB
maupun tenaga kerja.
Tabel 1. Interpretasi Analisis Location Quentient

NO KATEGORI 2010 2010 LOCATION KET.


PDRB (KABUPATEN (PROV. QUENTIENT
LANDAK) KALIMANTAN (LQ)
BARAT)

JUMLAH JUMLAH
(JUTA (JUTA
RUPIAH) RUPIAH)
1. Pertanian, 1 743 309,69 21.485.405,98 1,555400145 Sektor
Kehutanan, Basis
dan Perikanan
2. Pertambangan 98 734,48 3.977.959,46 0,47579475 Sektor
dan Non-Basis
Penggalian
3. Industri 582 776,97 14.746.489,13 0,757573721 Sektor
Pengolahan Non-Basis
4. Pengadaan 341,26 64.069,38 0,102104767 Sektor
Listrik dan Non-Basis
Gas
5. Pengadaan 681,92 141.121,55 0,092629911 Sektor
Air, Non-Basis
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
6. Konstruksi 342 897,79 8.005.381,06 0,821095803 Sektor
Non-Basis
7. Perdagangan 653 092,79 12.859.271,24 0,973575615 Sektor
Besar dan Non-Basis
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi 82 893,39 3.507,228,31 0,453071786 Sektor
dan Non-Basis
Pergudangan
9. Penyediaan 107 906,47 1.948.756,69 1,0614553618 Sektor
Akomodasi Basis
dan Makan
Minum
10. Informasi dan 102 860,13 2.837.751,76 0,694838418 Sektor
Komunikasi Non-Basis
11. Jasa 85 249,85 2.737.463,56 0,596973396 Sektor
Keuangan dan Non-Basis
Asuransi
12. Real Estate 141 328,18 2.522.576,47 1,073978485 Sektor
Basis
13. Jasa 20 303,20 391.211,00 0,994866004 Sektor
Perusahaan Non-Basis
14. Administrasi 314 516,22 4.765.774,98 1,265087807 Sektor
Pemerintahan, Basis
Pertanahan
dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa 110 191,71 3.695.738,25 0,571556112 Sektor
Pendidikan Non-Basis
16. Jasa 71 232,04 1.339.393,78 1,019478943 Sektor
Kesehatan Basis
dan Kegiatan
Sosial
17. Jasa Lainnya 31 408,81 1.040.202,22 0,062819746 Sektor
Non-Basis
4.489.724,90 86.065.854,82
(Analisis Penulis, 2023)

Dari hasil analisis perhitungan LQ menggunakan data PDRB atas


dasar harga berlaku Kabupaten dan Provinsi 2010 diketahui bahwa yang
termasuk dalam sektor basis atau sektor yang nilainya LQ > 1 adalah sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum; Real Estate; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan
Sosial Wajib; serta Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Sektor yang LQ >
1, merupakan sektor-sektor yang mampu memenuhi permintaan pasar di
dalam lingkup wilayah maupun diekspor keluar wilayah. Kemudian untuk
yang tergolong ke sektor non-basis adalah sektor Pertambangan dan
Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Jasa Perusahaan; Jasa Pendidikan; serta Jasa Lainnya.
Sektor yang LQ < 1 merupakan sektor yang belum mampu memenuhi
permintaan pasar di dalam lingkup wilayah maupun diekspor keluar
wilayah.
4.2 Analisis Shift-Share

4.2.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP)

Tabel 2. Interpretasi Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP)

NO KATEGORI PDRB KPP KET.

KOMPONEN
PERTUMBUHAN
PROPOSIONAL
1. Pertanian, Kehutanan, -0,042993792 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
dan Perikanan Secara Nasional Tumbuh Lambat
2. Pertambangan dan 0,338247349 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Penggalian Secara Nasional Tumbuh Cepat
3. Industri Pengolahan -0,083937294 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Secara Nasional Tumbuh Lambat
4. Pengadaan Listrik dan 0,942562219 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Gas Secara Nasional Tumbuh Cepat
5. Pengadaan Air, -0,064649311 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Pengelolaan Sampah, Secara Nasional Tumbuh Lambat
Limbah dan Daur Ulang

6. Konstruksi 0,243283242 Spesialisasi Dalam Sektor Yang


Secara Nasional Tumbuh Cepat
7. Perdagangan Besar dan -0,14180299 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Eceran; Reparasi Mobil Secara Nasional Tumbuh Lambat
dan Sepeda Motor

8. Transportasi dan -0,173940098 Spesialisasi Dalam Sektor Yang


Pergudangan Secara Nasional Tumbuh Lambat
9. Penyediaan Akomodasi -0,207722522 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
dan Makan Minum Secara Nasional Tumbuh Lambat
10. Informasi dan 1,15670159 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Komunikasi Secara Nasional Tumbuh Cepat
11. Jasa Keuangan dan 0,307086754 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Asuransi Secara Nasional Tumbuh Cepat
12. Real Estate 1,005960518 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Secara Nasional Tumbuh Cepat
13. Jasa Perusahaan 0,014329213 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Secara Nasional Tumbuh Cepat
14. Administrasi -0,073508498 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Pemerintahan, Secara Nasional Tumbuh Lambat
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan -0,268252189 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Secara Nasional Tumbuh Lambat
16. Jasa Kesehatan dan 0,345545784 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Kegiatan Sosial Secara Nasional Tumbuh Cepat
17. Jasa Lainnya -0,282580954 Spesialisasi Dalam Sektor Yang
Secara Nasional Tumbuh Lambat
(Analisis Penulis, 2023)

Hasil perhitungan Komponen Pertumbuhan Proposional (KPP)


menggunakan data PDRB Provinsi 2010 dan 2020 menyatakan bahwa yang
termasuk kategori spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh
cepat adalah sektor Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan Listrik dan
Gas; Konstruksi; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi;
Real Estate; serta Jasa Perusahaan. Sedangkan yang termasuk dalam
kategori spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Industri Pengolahan;
Pengadaan Aiir, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa
Pendidikan; serta Jasa Lainnya.

4.2.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (KPPW)

Tabel 3. Interpretasi Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah

NO KATEGORI PDRB KPPW KET.

KOMPONEN
PERTUMBUHAN
PANGSA
WILAYAH
1. Pertanian, Kehutanan, 0,004834639 Mempunyai Daya Saing
dan Perikanan
2. Pertambangan dan -0,383223035 Tidak Mempunyai Daya Saing
Penggalian
3. Industri Pengolahan -0,034367639 Tidak Mempunyai Daya Saing
4. Pengadaan Listrik dan -0,528525288 Tidak Mempunyai Daya Saing
Gas
5. Pengadaan Air, 0,234304891 Mempunyai Daya Saing
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang

6. Konstruksi -0,147857014 Tidak Mempunyai Daya Saing


7. Perdagangan Besar 0,177745554 Mempunyai Daya Saing
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
8. Transportasi dan 0,205858591 Mempunyai Daya Saing
Pergudangan
9. Penyediaan Akomodasi 0,098904334 Mempunyai Daya Saing
dan Makan Minum
10. Informasi dan -0,449569356 Tidak Mempunyai Daya Saing
Komunikasi
11. Jasa Keuangan dan 0,341715961 Mempunyai Daya Saing
Asuransi
12. Real Estate 0,019151474 Mempunyai Daya Saing
13. Jasa Perusahaan -0,020873011 Tidak Mempunyai Daya Saing
14. Administrasi -0,076642568 Tidak Mempunyai Daya Saing
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 0,222302255 Mempunyai Daya Saing
16. Jasa Kesehatan dan -0,16106496 Tidak Mempunyai Daya Saing
Kegiatan Sosial
17. Jasa Lainnya 10,69387879 Mempunyai Daya Saing
(Analisis Penulis, 2023)

Hasil Perhitungan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah


(KPPW), menggunakan data PDRB Kabupaten dan Provinsi tahun 2010 dan
2020 atas dasar harga konstan menyatakan bahwa sektor tergolong
mempunyai daya saing adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
Jasa Keuangan dan Asuransi; Real Estate; Jasa Pendidikan; Serta Jasa
Lainnya. Sektor yang tidak mempunyai daya saing adalah sektor
Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik
dan Gas; Konstruksi; Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan;
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib; serta
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.
4.2.3 Analisis Pergeseran Bersih (PB)

Setelah menganalisis nilai KPP dan KPPW langkah selanjutnya


adalah menganalisis Pergeseran Bersih yang akan di interpretasikan pada
tabel di bawah ini:

Tabel 4. Interpretasi Pergeseran Bersih (PB) (%)

NO KATEGORI KPP KPPW PB KET.


PDRB
(+/-) (+/-) (KPP+KPPW)

1. Pertanian, -4,3% 0,5% -3,8% Mundur


Kehutanan,
dan
Perikanan
2. Pertambanga 33,8% -38,3% -4,5% Mundur
n dan
Penggalian
3. Industri -8,4% -3,4% -11,8% Mundur
Pengolahan
4. Pengadaan 94,3% -52,9% 41,4% Progresif
Listrik dan
Gas
5. Pengadaan -6,5% 23,4% 17,0% Progresif
Air,
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
6. Konstruksi 24,3% -14,8% 9,5% Progresif
7. Perdagangan -14,2% 17,8% 3,6% Progresif
Besar dan
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi -17,4% 20,6% 3,2% Progresif
dan
Pergudangan
9. Penyediaan -20,8% 9,9% -10,9% Mundur
Akomodasi
dan Makan
Minum
10. Informasi dan 115,7% -45,0% 70,7% Progresif
Komunikasi
11. Jasa 30,7% 34,2% 64,9% Progresif
Keuangan
dan Asuransi
12. Real Estate 100,6% 1,9% 102,5% Progresif
13. Jasa 1,4% -2,1% -0,7% Mundur
Perusahaan
14. Administrasi -7,4% -7,7% -15,0% Mundur
Pemerintahan
, Pertanahan
dan Jaminan
Sosial Wajib
15 Jasa -26,8% 22,2% -4,6% Mundur
Pendidikan
16. Jasa 34,6% -16,1% 18,4% Progresif
Kesehatan
dan Kegiatan
Sosial
17. Jasa Lainnya -28,3% 1069,4% 1041,1% Progresif
(Analisis Penulis, 2023)

Hasil analisis Pergeseran Bersih menyatakan bahwa sektor yang


tergolong Progresif adalah sektor Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; Real Estate; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; serta Jasa
Lainnya. Sedangkan sektor yang tergolong mundur adalah Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Industri
Pengolahan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Jasa Perusahaan;
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib; serta
Jasa Pendidikan.
KPPW +

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Jasa Keuangan dan Asuransi.


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Real Estate
Limbah dan Daur Ulang.
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.
Transportasi dan Pergudangan.
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum.
Jasa Pendidikan
Jasa Lainnya

KPP - KPP +

Industri Pengolahan. Pertambangan dan Penggalian.


Administrasi Pemerintahan, Pengadaan Listrik dan Gas.
Pertanahan dan Jaminan Sosial Konstruksi.
Wajib. Informasi dan Komunikasi.
Jasa Perusahaan.
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

KPPW -

Gambar 4. Diagram Hubungan antara KPP dengan KPPW


(Analisis Penulis, 2023)

Pada diagram hubungan antara KPP dan KPPW menyatakan bahwa


sektor yang berada pada kuadran 1 adalah sektor Jasa Keuangan dan
Asuransi; Real Estate artinya bahwa wilayah berspesialisasi dalam sektor
yang secara nasional tumbuh cepat dan mempunyai keunggulan
komparatif (berdaya saing), kemudian sektor yang berada pada kuadran 2
adalah sektor Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan Listrik dan Gas;
Konstruksi; Informasi dan Komunikasi; Jasa Perusahaan; serta Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial artinya bahwa wilayah berspesialisasi dalam
sektor yang secara nasional tumbuh cepat tetapi tidak mempunyai
keunggulan komparatif (tidak mempunyai daya saing), selanjutnya sektor
yang berada pada kuadran 3 adalah sektor Industri Pengolahan dan
Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib artinya
bahwa Kuadran 3 menunjukan bahwa wilayah berspesialisasi dalam sektor
yang secara nasional tumbuh lambat serta sektor tidak mempunyai
keunggulan komparatif (tidak mempunyai daya saing), yang terakhir sektor
yang berada pada kuadran 4 adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
Jasa Pendidikan; serta Jasa Lainnya artinya menunjukan bahwa wilayah
berspesialisasi dalam sektor nasional tumbuh secara lambat tetapi
mempunyai keunggulan komparatif (Berdaya Saing).

4.2 Potensi Pengembangan Ekonomi

Dari hasil analisis LQ dan Shift Share dapat diketahui bahwa potensi
ekonomi terbesar Kabupaten Bantul adalah pada sektor Real Estate karena
tergolong kategori yang stabil, dari hasil analisis LQ-nya adalah Sektor Basis
kemudian analisis Shift Sharenya juga stabil, dimana hasil KPP nya adalah
secara nasional tumbuh cepat (+), hasil KPPW-nya adalah berdaya saing (+)
serta hasil PB-nya adalah Progresif (+). Real estate dapat dipahami sebagai
tanah dan segala sesuatu yang secara permanen melekat padanya. Misalnya
rumah, gudang, gedung, dan lain-lain. Oleh karena itu, bisnis Real Estate
adalah bisnis yang bergerak dalam jual beli tanah serta bangunan di
dalamnya.

Sektor Real Estate merupakan sektor industri yang bergerak di bidang


pengembangan jasa dengan memfasilitasi pembangunan Kawasan-kawasan
yang terpadu dan dinamis. Sektor Real Estate menjadi sektor pendukung untuk
pengembangan jasa dan pembangunan kawasan Khususnya di Kabupaten
Landak, Provinsi Kalimantan Barat.
Tabel 5. Hasil Perhitungan LQ dan PB Kabupaten Landak

NO KATEGORI LQ PB
PDRB

LOCATION PERGESERAN
QUENTIENT BERSIH

1. Pertanian, LQ > 1 PB < 0


Kehutanan, dan
Perikanan
2. Pertambangan LQ < 1 PB < 0
dan Penggalian
3. Industri LQ < 1 PB < 0
Pengolahan
4. Pengadaan LQ < 1 PB > 0
Listrik dan Gas
5. Pengadaan Air, LQ < 1 PB > 0
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
6. Konstruksi LQ < 1 PB > 0
7. Perdagangan LQ < 1 PB > 0
Besar dan
Eceran; Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
8. Transportasi dan LQ < 1 PB > 0
Pergudangan
9. Penyediaan LQ > 1 PB < 0
Akomodasi dan
Makan Minum
10. Informasi dan LQ < 1 PB > 0
Komunikasi
11. Jasa Keuangan LQ < 1 PB > 0
dan Asuransi
12. Real Estate LQ > 1 PB > 0
13. Jasa Perusahaan LQ < 1 PB < 0
14. Administrasi LQ > 1 PB < 0
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial
Wajib
15 Jasa Pendidikan LQ < 1 PB < 0
16. Jasa Kesehatan LQ > 1 PB > 0
dan Kegiatan
Sosial
17. Jasa Lainnya LQ < 1 PB > 0
(Analisis Penulis, 2023)
Berdasarkan tabel diatas, sektor ekonomi di Kabupaten Landak yang
mempunyai nilai LQ > 1 dan PB > 0 adalah sektor Real Estate dan Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Kedua sektor tersebut sudah mampu
memenuhi kebutuhan permintaan pasar di dalam wilayah dan juga di-ekspor
di luar wilayah.

Pengadaan Listrik dan Gas. PB > 0


Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang.
Konstruksi.
Perdagangan Besar dan Eceran; Real Estate
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Transportasi dan Pergudangan.
Informasi dan Komunikasi.
Jasa Keuangan dan Asuransi.
Jasa Lainnya

Sektor Berkembang Sektor Unggulan

LQ ≤ 1 LQ ≥ 1
Pertambangan dan Penggalian. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Industri Pengolahan. Penyediaan Akomodasi dan Makan
Jasa Pendidikan. Minum.
Administrasi Pemerintahan,
Pertanahan dan Jaminan Sosial
Wajib.

Sektor Terbelakang PB < 0 Sektor Potensial

Gambar 5. Diagram Hubungan antara Pergeseran Bersih dengan LQ


(Analisis Peneliti, 2023)

Berdasarkan diagram diatas yang termasuk sektor unggulan adalah Real


Estate dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial. Kemudian yang termasuk
sektor potensial adalah Pertanian, kehutanan dan Perikanan; Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum; serta Administrasi Pemerintahan, Pertanahan
dan Jaminan Sosial Wajib. Selanjutnya yang termasuk sektor terbelakang
adalah Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; serta Jasa
Pendidikan. Yang termasuk sektor berkembang adalah Pengadaan Listrik dan
Gas; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor;
Transportasi dan Pergudangan; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan
dan Asuransi; serta Jasa Lainnya.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

Berikut merupakan kesimpulan dari hasil identifikasi potensi ekonomi di


Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat sebagai berikut:

a. Berdasarkan hasil perhitungan LQ terdapat 5 sektor PDRB yang


termasuk dalam kategori sektor basis di Kabupaten Landak, Provinsi
Kalimantan Barat yaitu:
1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan;
2. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
3. Real Estate;
4. Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial
Wajib;
5. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial.

b. Berdasarkan hasil perhitungan Pergeseran Bersih (PB) terdapat sektor


PDRB yang masuk dalam kategori progresif di Kabupaten Landak,
Provinsi Kalimantan Barat yaitu:
1. Pengadaan Listrik dan Gas;
2. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
3. Konstruksi;
4. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor;
5. Transportasi dan Pergudangan
6. Informasi dan Komunikasi
7. Jasa Keuangan dan Asuransi
8. Real Estate
9. Jasa Lainnya

Dari hasil analisis LQ dan Shift Share dapat diketahui bahwa Potensi
ekonomi terbesar di Kabupaten Landak adalah Real estate. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial tidak termasuk karena nilai KPPW-nya negatif (tidak mempunyai
daya saing). Oleh karena itu hanya sektor Real estate saja yang termasuk potensi
ekonomi terbesar di Kabupaten Landak, walaupun Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial masuk dalam sektor unggulan, tetapi tidak masuk di potensi ekonomi
terbesar kabupaten karena ketidak-konsistenan nilai dari perhitungan analisis yang
yang telah dilakukan. Dengan jumlah penduduk Kabupaten Landak yang ± 300
ribu jiwa (tahun terakhir), pastinya sektor Real Estate ini menjadi potensi yang
sangat besar di tahun-tahun berikutnya, dikarenakan lahan jual beli tanah atau
gedung untuk penunjang kegiatan masyarakat maupun yang lainnya pasti akan
sangat banyak dibutuhkan dan pengembangan Kawasan juga pasti akan banyak
dikembangkan di daerah yang minim pengembangan infrastruktur di masa yang
akan datang. Semoga Kabupaten Landak tetap memperhatikan semua sektor
PDRB agar ekonomi di Provinsi Kalimantan Barat khususnya Kabupaten landak
menjadi lebih baik setiap tahunnya serta tetap memperhatikan dan meningkatkan
yang menjadi potensi ekonomi maupun yang bukan potensi ekonomi agar tercipta
pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara konsisten dan stabil.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, L. (2017) “Analisis Lq , Shift Share , Dan Proyeksi Produk Domestik Regional
Bruto Jawa Timur 2017,” JURNAL AKUNTANSI & EKONOMI FE. UN PGRI Kediri,
2(1), hal. 79–90.

Basuki, M. dan Mujiraharjo, F.N. (2017) “Analisis Sektor Unggulan Kabupaten


Sleman dengan Metode Shift Share dan Location Quotient,” Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri, 15(1), hal. 52–60. Tersedia pada:
https://doi.org/10.4103/2276‑7096.188531.

Hendayana, R. (2003) “Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan


Komoditas Unggulan Nasional,” Jurnal Informatika Pertanian, 12(Desember
2003), hal. 1–21.

Julianti, E. dan Martha, S. (2016) “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kota Pontianak


dengan Metode Location Quotient , Shift Share dan Gravitasi,” Bimaster, 05(1),
hal. 19–24.

Pertiwi, A.I. dan Purnomo, D. (2015) “Analisis Struktur Perekonomian


Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Surakarta Tahun 2008-2013.”

Putri, C.H. et al. (2011) “Analisis Struktur Perekonomian Bali :,” hal. 111–120.

R. Jumiyanti, K. (2018) “Analisis Location Quotient dalam Penentuan Sektor Basis


dan Non Basis di Kabupaten Gorontalo,” Gorontalo Development Review, 1(1),
hal. 29. Tersedia pada: https://doi.org/10.32662/golder.v1i1.112.

richard oliver ( dalam Zeithml., dkk 2018 ) (2021), ” Angewandte Chemie


International Edition, 6(11), 951–952., 3(2), hal. 2013–2015.

Sulistyowati, E., Wisudawati, T. dan Saputro, W.A. (2022) “ANALISIS LOCATION


QUOTIENT DAN SHIFT SHARE DALAM PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN
PEREKONOMIAN KABUPATEN PENYANGGA (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo
Dan Karangnayar),” Magisma: Jurnal Ilmiah Ekonomi dan Bisnis, 10(1), hal. 01–
10. Tersedia pada: https://doi.org/10.35829/magisma.v10i1.156.

Tipka, J. (2014) “Analisis Lq Dan Analisis Shift- Share Dalam Pemanfaatan


Ekonomi Sektoral Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2008 – 2010,” BAREKENG:
Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan, 8(1), hal. 17–24. Tersedia pada:
https://doi.org/10.30598/barekengvol8iss1pp17-24.

Yusliana, Y. (2018) “Identifikasi Potensi Ekonomi Wilayah di Kabupaten Bantul,”


Reka Ruang, 1(1), hal. 28–38. Tersedia pada:
https://doi.org/10.33579/rkr.v1i1.777.
LAMPIRAN DATA

NO KATEGORI PDRB ADHK 2010 ADHK 2010


(KABUPATEN LANDAK) (PROV. KALIMANTAN
BARAT)

JUMLAH JUMLAH
(JUTA RUPIAH) (JUTA RUPIAH)
1. Pertanian, Kehutanan, 1 743 309,69 21.485.405,98
dan Perikanan
2. Pertambangan dan 98 734,48 3.977.959,46
Penggalian
3. Industri Pengolahan 582 776,97 14.746.489,13
4. Pengadaan Listrik dan 341,26 64.069,38
Gas
5. Pengadaan Air, 681,92 141.121,55
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 342 897,79 8.005.381,06
7. Perdagangan Besar 653 092,79 12.859.271,24
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
8. Transportasi dan 82 893,39 3.507,228,31
Pergudangan
9. Penyediaan Akomodasi 107 906,47 1.948.756,69
dan Makan Minum
10. Informasi dan 102 860,13 2.837.751,76
Komunikasi
11. Jasa Keuangan dan 85 249,85 2.737.463,56
Asuransi
12. Real Estate 141 328,18 2.522.576,47
13. Jasa Perusahaan 20 303,20 391.211,00
14. Administrasi 314 516,22 4.765.774,98
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 110 191,71 3.695.738,25
16. Jasa Kesehatan dan 71 232,04 1.339.393,78
Kegiatan Sosial
17. Jasa Lainnya 31 408,81 1.040.202,22
PRODUK DOMESTIK 4 489 724,90 86.065.854,82
REGIONAL BRUTO
NO KATEGORI PDRB ADHK 2020 ADHK 2020
(KABUPATEN LANDAK) (PROV. KALIMANTAN
BARAT)

JUMLAH JUMLAH
(JUTA RUPIAH) (JUTA RUPIAH)
1. Pertanian, Kehutanan, 2.644.458,50 32.487.732,91
dan Perikanan
2. Pertambangan dan 149.099,12 7.531.569,60
Penggalian
3. Industri Pengolahan 837.317,92 21.694.151,97
4. Pengadaan Listrik dan 671,98 160.022,23
Gas
5. Pengadaan Air, 1.176,13 210.331,54
Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur
Ulang
6. Konstruksi 565.954,09 14.396.563,24
7. Perdagangan Besar 1.039.083,75 18.173.680,61
dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda
Motor
8. Transportasi dan 131.551,48 4.843.964,29
Pergudangan
9. Penyediaan Akomodasi 156.060,74 2.625.667,08
dan Makan Minum
10. Informasi dan 232.691,19 7.695.355,96
Komunikasi
11. Jasa Keuangan dan 187.880,46 5.097.606,86
Asuransi
12. Real Estate 223.792,90 3.946.183,91
13. Jasa Perusahaan 31.440,19 613.969,18
14. Administrasi 441.872,16 7.060.824,61
Pemerintahan,
Pertanahan dan
Jaminan Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 166.293,35 4.755.769,62
16. Jasa Kesehatan dan 123.912,29 2.545.683,04
Kegiatan Sosial
17. Jasa Lainnya 40.791,10 1.323.653,76
PRODUK DOMESTIK 6.972.047,37 133.839.076,65
REGIONAL BRUTO
JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN LANDAK TAHUN 2010

NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK

TAHUN 2010 TAHUN 2020


1. Sebangki 16.653 19.582
2. Ngabang 60.583 78.153
3. Jelimpo 23.338 28.271
4. Sengah Temila 53.493 63.786
5. Mandor 28.387 33.452
6. Menjalin 18.598 21.871
7. Mempawah Hulu 32.782 40.129
8. Sompak 13.581 15.963
9. Menyuke 25.716 30.230
10. Banyuke Hulu 11.864 13.669
11. Meranti 9.080 10.593
12. Kuala Behe 13.650 16.709
13. Air Besar 21.924 25.202
JUMLAH 329.649 397.610

JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

NO KABUPATEN/KOTA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK

TAHUN 2010 TAHUN 2020


1. Sambas 496.120 629.905
2. Bengkayang 215.227 286.366
3. Landak 329.649 397.610
4. Mempawah 234.021 301.560
5. Sanggau 408.468 484.836
6. Ketapang 427.460 570.654
7. Sintang 364.759 421.306
8. Kapuas Hulu 222.160 252.609
9. Sekadau 181.634 211.559
10. Melawi 178.645 228.270
11. Kayong Utara 95.594 126.571
12. Kubu Raya 500.970 609.392
13. Pontianak 554.764 658.685
14. Singkawang 186.462 235.064
JUMLAH 4.395.983 5.414.390

Anda mungkin juga menyukai