Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN SUBSEKTOR BASIS PERTANIAN

TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN KEEROM


PROVINSI PAPUA

Usman
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua
email : usmanrauna@yahoo.com

ABSTRACT
Agricultural development program in Indonesia is the part of economic development.Papua
Province in the economic sector, the agriculture sector is the very important role in supporting
economic growth in the region.This study aims to analyze the basic sector and basic sub-sector
of agriculture, analyze the position sector and the agriculture sector in the future, and the
determinants of changes in positions on regional economic growth based on the calculation of
the GDP Keerom district and Papua province in 2008-2011.The study used secondary data over
a period of four years. The analysis method used is Location Quotient (LQ), Dynamic Location
Quotient (DLQ), and Total Shift Share (TSS). The analysis LQ show that agriculture sector is
thebasic sector in the economy Keerom.While the agriculture sector as the sub-sector basis
(leading sector) is plantation, animal husbandry, and forestry.The combined method of LQ and
DLQ, show that agriculture sector is still the sector basis in the future.The results of the
analysis TSS is known that the deciding factor position change on plantations and fishing sub-
sector is the location factor, while the determining factor position change on the livestock sector
is the factor of of economic structure.

Key words: Agriculture, Location Quotient, Dynamic Location Quotient, Total Shift Share

PENDAHULUAN timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan


Program pembangunan pertanian di ekonomi masyarakat. Dalam praktek,
Indonesia merupakan bagian dari lajunya pembangunan ekonomi suatu
pembangunan ekonomi. Pengertian Negara ditunjukkan dengan menggunakan
pembangunan ekonomi pada umumnya tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto
didefinisikan sebagai suatu proses yang (Gross Domestic Product atau
menyebabkan pendapatan per kapita GDP)(Sukirno,1978dalamKurniawan, 2013
penduduk sesuatu masyarakat meningkat )
dalam jangka panjang. Jelas dapat dilihat Kondisi perekonomian suatu daerah
dari definisi ini bahwa pembangunan dapat dilihat dari beberapa indikator
ekonomi mempunyai tiga sifat penting. diantaranya struktur ekonomi, pertumbuhan
Pembangunan ekonomi merupakan : (i) ekonomi, dan pendapatan perkapita. Struktur
suatu proses, yang berarti merupakan ekonomi terbentuk dari nilai tambah yang
perubahan terus menerus, (ii) usaha untuk diciptakan oleh masing-masing sektor yang
menaikkan tingkat pendapatan per kapita, digambarkan dari seberapa besar
dan (iii) kenaikan pendapatan per kapita itu ketergantungan suatu daerah terhadap
harus berlangsung dalam jangka panjang. Di kemampuan berproduksi dari setiap sektor
dalam analisa pembangunan ekonomi perlu tersebut. Kabupaten Keerom didalam
dipandang sebagai suatu proses supaya menjalankan kegiatan perekonomian
saling berkaitan dan hubungan saling ditopang oleh sembilan sektor perekonomian
mempengaruhi antara faktor-faktor yang yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan
menghasilkan pembangunan ekonomi. dan penggalian, sektor industri pengolahan,
Selanjutnya pembangunan ekonomi perlu sektor listrik dan air bersih, sektor
dipandang sebagai kenaikan dalam bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
pendapatan per kapita, karena kenaikan ini restoran, sektor pengangkutan dan
merupakan suatu pencerminan dari komunikasi, sektor keuangan, perswaan dan

38 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Salah keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi
satu tolok ukur untuk mengetahui hasil yang didalamnya terdapat berbagai unsur
pembangunan yang telah dilakukan oleh yang berinteraksi satu sama lain (Kuncoro,
suatu daerah adalah pertumbuhan ekonomi 2004). Kajian ini bertujuan menganalisis
dari hasil perhitungan PDRB. Menurut sektor basis dan subsektor basis pertanian
Ropingi (2005), diperlukan skala prioritas terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
sektor–sektor perekonomian mana saja yang berdasarkan hasil perhitungan PDRB
memberikan peluang peningkatan lapangan kabupaten Keerom.
kerja perlu mendapat prioritas utama.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik METODE PENELITIAN
Kabupaten Keerom (2013), total PDRB atas Kajian ini dilakukan di Kabupaten
harga berlaku menurut lapangan usaha Keerom dengan pertimbangan bahwa
mencapai Rp 965.065,82 Milyar. Besarnya keadaan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
PDRB Kabupaten Keerom ditentukan oleh 9 Keeromterus mengalami pertumbuhan yang
sektor perekonomian, yaitu sektor pertanian positif, terutama sektor pertanian seiring
sebesar Rp 299.921,21 Milyar (31,08%), dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi
sektor pertambangan dan penggalian sebesar Papua. Kajian ini menggunakan data
Rp 14.833,88 Milyar (1,54%), sektor sekunder yang diperoleh melalui studi
industri pengolahan sebesar Rp 78.716,03 kepustakaan dan buku-buku literature, serta
Milyar (8,16%), sektor listrik dan air bersih jurnal-jurnal yang berhubungan dengan
sebesar Rp 1.422,03 Milyar (0,15%), sektor masalah yang sedang dikaji. Sedangkan
bangunan sebesar Rp 270.600,08 Milyar sumberdata berasal dari Badan Pusat
(28,04%), sektor perdagangan, hotel dan Statistik (BPS) Kabupaten Keerom dan
restoran sebesar Rp 92.480,70 Milyar Provinsi Papua (2008-2012), berdasrkan
(9,58%), sektor pengangkutan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
komunikasi sebesar Rp 24.279,89 Milyar Atas Dasar Harga Konstan menurut
(2,56%), sektor keuangan, persewaan, dan lapangan usaha, dan laju pertumbuhan
jasa perusahaan sebesar Rp 26.796, 36 ekonomi. Data selanjutnya dianalisis dengan
Milyar (2,78%), dan sektor jasa-jasa sebesar pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian
Rp 155.565,37 Milyar (16,12%).Sektor kuantitatif adalah penelitian yang banyak
pertanian memberikan kontribusi tertinggi, dituntut menggunakan angka, mulai dari
dibandingkan sektor lainnya, namun jika pengumpulan data, penafsiran terhadap data
dilihat laju pertumbuhan ekonomi dari tersebut, serta penampilan dari hasilnya
sektor pertanian (tahun 2008-2012) sangat (Arikunto, 2002).
rendah (11,19%) dibandingkan dengan Untuk menghitung perbandingan relatif
sektor lainnya. sumbangan nilai tambah sebuah subsektor di
Sektor pertanianmerupakan salah suatu daerah kabupaten terhadap sumbangan
satupenyumbang terbesar dalam nilai tambah subsektor yang bersangkutan
perekonomian Kabupaten Keerom, hal ini dalam skala provinsi dilakukan melalui
lebih disebabkan karena sektor pertanian pendekatan analisis Location Quotion ((LQ).
merupakan sektor penyedia lapangan kerja Sedangkan analisis yang digunakan sebagai
yang sebagian besar merupakan tumpuan penentu sektor basis yang akan terjadi pada
dan harapan bagi masyarakat terutama masa yang akan datang pada sektor
masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, perlu pertanian dan subsektor pertanian di
dilakukan suatu kajian sebagai bahan Kabupaten Keerom digunakan analisis
rekomendasi bagi pemerintah daerah, Dynamic Location Quotion (DLQ).
terutama dalam menetapkan sektor basis Sementara analisis Total Shift-Share
dansubsektor basis pertanian di Kabupaten digunakan untuk menentukan faktor
Keerom dalam menetapkan kebijakan, penyebab perubahan posisi sektor
terutama dalam perencanaan pembangunan pertanian/sub sektor pertanian di Kabupaten
ekonomi sektor pertanian ke depan. Karena Keerom
melalui perencanaan pembangunan ekonomi
daerah, suatu daerah dilihat secara

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 39


a. Analisis Location Quotion Dimana :
LQ = TSS : Total Shift Share
SSS : Structural Shift Share
Dimana : LSS : Locational Shift Share
LQ= Nilai Location Quotient gn : Rata-rata laju pertumbuhan
Si = PDRB Sektor i di Kabupaten Keerom (PDRB) total/PDRB sektor
S = PDRB total di Kabupaten Keerom pertanian Kabupaten Keerom
Ni = PDRB Sektor i di Provinsi Papua gin : Rata-rata laju pertumbuhan
N = PDRB total di Provinsi Papua (PDRB) sektor pertanian/sub
Apabila LQ suatu sektor >1, maka sektor sektor pertanian Kabupaten
terebut merupakan sektor basis. Keerom
Sebaliknya bila LQ suatu sektor < 1, Gi : Rata-rata laju pertumbuhan
maka sektor tersebut merupakan sektor (PDRB) sektor pertanian/sub
non-basis. Sedangkan jika LQ suatu sektor pertanian Provinsi Papua
sektor = 1, maka ada kecenderungan G : Rata-rata laju pertumbuhan
sektor tersebut bersifat tertutup karena (PDRB) total/PDRB sektor
tidak melakukan transaksi ke dan dari pertanian Provinsi Papua
luar wilayah (Widodo, 2006). Xino : PDRB sektor pertanian/sub
sektor pertanian Kabupaten
b. Analisis Dynamic Location Quotient Keerom
(DLQ) Kriteria :
DLQ = }t a. Jika nilai SSS > LSS berarti faktor yang
Dimana : paling menentukan terhadap terjadinya
DLQ : Dynamic Location Quotient perubahan sektor pertanian/sub sektor
gij : laju pertumbuhan (PDRB) pertanian di Kabupaten Keerom adalah
sektor i di Kabupaten Keerom faktor struktur ekonominya.
gj : rata-rata laju pertumbuhan b. Jika nilai SSS < LSS berarti faktor yang
(PDRB) sektor di Kabupaten paling menentukan terhadap terjadinya
Keerom perubahan sektor pertanian/sub sektor
Gi : laju pertumbuhan (PDRB) pertanian di Kabupaten Keerom adalah
sektor i di Provinsi Papua faktor lokasinya.
G : rata-rata laju pertumbuhan c. Jika nilai SSS = LSS berarti faktor
(PDRB) sektor di Provinsi struktur ekonomi dan faktor lokasi sama-
Papua sama kuat dalam menentukan perubahan
T : selisih tahun akhir dan tahun posisi sektor pertanian/sub sektor
awal pertanian di Kabupaten Keerom (Silaban,
Apabila nilai DLQ >1 berarti suatu sektor 2015).
masih dapat diharapkan untuk menjadi
sektor basis pada masa yang akan datang, HASIL DAN PEMBAHASAN
sedangkan apabila nilai DLQ <1 berarti Kabupaten Keerom merupakan salah
sektor tersebut tidak dapat diharapkan satu kabupaten di Provinsi Papua yang
untuk menjadi sektor basis di masa yang sebelum berdiri menjadi kabupaten
akan datang (Suyatno, 2002 merupakan bagian dari KabupatenJayapura.
dalamTampun, 2014) Hingga dengan payung hukumUU RI No. 26
Tahun 2002, Keerom resmi menjadi
c. Analisis Total Shift-Share kabupaten yang berdiri sendiri. Kabupaten
TSS = SSS + LSS Keerom memiliki luas wilayah 9.365Km2,
TSS = Σ(gn-gin)Xino + Σ(Gi-G)Xino + dengan letak geografis yang berbatasan
Σ(gin-Gi)Xino langsung dengan Negara Papua New Guinea
SSS = Σ(gn-gin)Xino + Σ(Gi-G)Xino (PNG) di bagian Timur. Sedangkan wilayah
LSS = Σ(gin-Gi)Xino bagian Selatan berbatasan dengan
Kabupaten Pegunungan Bintang, di bagian
Utara berbatasan dengan Kota Jayapura, dan

40 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


di bagian Barat dengan Kabupaten Jayapura. kambing 7.056 ekor meningkat 23,14%, dan
Secara geografis kabupaten Keerom berada populasi ayam buras 17.078 ekor meningkat
di antara 140O15’ –141O0’ Bujur Timur dan sebesar 1,1%.
2O37’0” – 4O0’0” Lintang Selatan dengan
ketinggian berkisar antara 0 sampai 2.000 Analisis Sektor Pertanian dan Subsektor
meter di atas permukaan laut (Mdpl), dan Basis
memiliki lereng dengan kemiringan lebih Analisis Sektor Pertanian
dari 40%. Sebagian besar wilayah yakni Kabupaten Keerom didalam
seluas 5.722,96 Km2 (61,11% dari total menjalankan kegiatan perekonomian
wilayah) memiliki ketinggian antara 400 - ditopang oleh sembilan sektor perekonomian
1.500 Mdpl. Sedangkan merupakan wilayah yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan
terendah dengan ketinggian antara 0 - 1.000 dan penggalian, sektor industri pengolahan,
Mdpl yaitu Distrik Arso, Skanto, dan Arso sektor listrik dan air bersih, sektor
Timur bangunan, sektor perdagangan, hotel dan
Suhu udara berkisarantara 25,0OC - restoran, sektor pengangkutan dan
O
32,2 C, menjadikan Kabupaten Keerom komunikasi, sektor keuangan, perswaan dan
memiliki suhu yang cukup panas dengan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.
kelembaban yang cukup tinggi (78,0% - Analisis sektor pertanian merupakan salah
83,0%). Kondisi suhu yang panas dapat satu tolok ukur untuk mengetahui apakah
diimbangi dengan curah hujan yang cukup sektor pertanian merupakan sektor basis
tinggi yaitu 2.783 mm dan hari hujan215 ekonomi atau sektor non basis.
hari. Kecepatan maksimum angin berkisar Teori ekonomi basis (Economic base
antara 8,9 – 10,8 Knot. Sedangkan tekanan theory) mendasarkan pandangannya bahwa
udara antara 1.008,5mbps – 1.012,4 mbps. laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
Berdasarkan Badan Pusat Statistik ditentukan oleh besarnya peningkatan
(2013), luas Lahan Kabupaten Keerom ekspor dari wilayah tersebut. Dalam
terdiri dari luas lahan sawah dan luas lahan pengertian ekonomi regional, ekspor adalah
bukan sawah. Luas lahan sawah 350 Ha, dan menjual produk/jasa ke luar wilayah baik ke
luas lahan bukan sawah menurut wilayah lain dalam negara itu maupun ke
penggunaannya yaitu 865.133 Ha, meliputi luar negeri. Kegiatan ekonomi
badan air 59 Ha (0,01%), belukar 550 Ha dikelompokkan atas kegiatan basis dan
(0,06%), hutan 841.701Ha (97,29%), kebun kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah
rakyat 424 Ha (0,05%), perkebunan besar kegiatan yang bersifat exogenous artinya
16.405 Ha (1,90%), pertanian lahan kering tidak terikat pada kondisi internal
4.056 (0,47%), pemukiman 686 Ha (0,08%), perekonomian wilayah dan sekaligus
rawa 888 Ha (0,10%), tanah tandus 186 Ha berfungsi mendorong tumbuhnya jenis
(0,02%), dan tegalan 178 Ha (0,02%). pekerjaan lainnya. Itulah sebabnya dikatakan
Pada tahun 2012 produksi sektor basis, sedangkan kegiatan non basis adalah
pertanian masing-masing mengalami kegiatan yang bersifat endogenous artinya
peningkatan dari tahun sebelumnya (tahun pertumbuhannya tergantung kepada kondisi
2011), yaitu subsektor tanaman pangan perekonomian wilayah secara keseluruhan
meliputi produksi padi 1.921,5 sehingga kegiatan non basis sering disebut
tonmeningkat 45,2%, produksi kacang tanah dengan pekerjaan (service) yaitu kegiatan
meningkat 66,6%, dan produksikacang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di
kedelai meningkat 229,5%. Namun untuk daerah itu sendiri (Tarigan, 2005).
produksi ubi kayu, produksi ubijalar, dan Hasil analisis Location Quotient
produksi jagung mengalami penurunan terhadap sembilan sektor perekonomian
masing-masing, yaitu 56%, 40%, dan berdasrkan hasil perhitungan PDRB tahun
14,9%.Demikian pula pada subsektor 2008-2011, ditampilkan dalam Tabel 1.
peternakan mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya (tahun 2011), yaitu
populasi sapi potong 11.241 ekor
mengalamipeningkatan 0,69%, populasi

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 41


Tabel 1. Analisis Location Quotient (LQ) PDRB Kabupaten Keerom Tahun 2008 - 2011
No. Sektor Ekonomi 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata
1. Sektor Pertanian 1.79 1.99 1.75 1.54 1.77
2. Pertambangan dan Penggalian 0.03 0.03 0.04 0.05 0.04
3. Industri Pengolahan 3.51 3.98 3.58 3.24 3.58
4. Listrik dan Air Bersih 0.51 0.59 0.52 0.48 0.52
5. Bangunan 3.48 3.74 3.15 2.5 3.22
6. Perdagangan, Hotel danRestoran 1.26 1.43 1.29 1.17 1.29
7. Pengangkutan dan Komunikasi 0.48 0.52 0.44 0.37 0.45
8. Keuangan, persewaan& jasa perusahaan 1.04 0.92 0.72 0.71 0.85
9. Jasa-Jasa 1.65 1.75 1.53 1.36 1.57
Sumber : Data sekunder di olah (Tahun 2008-2011)

Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan peranan
Location Quotient terhadap sembilan sektor sektor lainnya di dalam meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Keerom tahun pertumbuhan ekonomi daerah.Turunnya
2008-2011 menunjukkan bahwa yang sektor pertanian dalam menyumbangkan
merupakan sektor basis yaitu sektor output dan penyediaan lapangan pekerjaan
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bukan berarti sektor pertanian mengalami
bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan stagnasi, bahkan mengalami pekembangan
restoran, dan sektor jasa-jasa dengan nilai yang dinamis, karena sektor pertanian
rata-rata LQ>1. Hal ini berarti kelima sektor merupakan penopang bagi sekto-sektor
basis tersebut memiliki daya saing yang perekonomian lainnya (Nuning dan Sundari,
tinggi karena selain dapat memenuhi 2005 dalam Suprapto, 2010).
kebutuhan wilayah sendiri juga dapat Kemampuan sektor pertanian menjadi
mengekspor produknya ke luar wilayah. sektor basis di Kabupaten Keerom, karena
Dasar pemikiran teori basis ekonomi didukung oleh potensi sumber daya lahan
menurut Kadariah (1985)adalah karena yang luas. Berdasarkan BPS (2013)
industri basis menghasilkan barang dan jasa diketahui bahwa luas lahan sawah mencapai
baik untuk pasar di dalam maupun di 350 Ha, sedangkan bukan sawah mencapai
luardaerah, maka penjualan hasil keluar 865.133 Ha. Dari luas lahan bukan sawah
daerah itu akan mendatangkan arus sebagian besar merupakan hutan (97,29%),
pendapatan kedalamdaerah tersebut. dan sisanya (2,71%) terdiri lahan
Dari hasil analisis tersebut, pemukiman, perkebunan sawit, pertanian
memperlihatkan bahwa sektor pertanian di lahan kering, tegalan, tanah tandus, kebun
Kabupaten Keerom selama tahun 2008-2011 rakyat, dan badan air. Hal ini menunjukkan
selalu menjadi sektor basis dalam bahwa potensi sumber daya yang tersedia
perekonomian di wilayah ini, namun nilai sangat memungkingkan untuk dilakukan
LQ menunjukkan adanya trend penurunan. pengembangan terhadap sektor yang
Salah satu faktor penyebab terjadinya merupakan basis ekonomi daerah. Untuk
penurunan karena sumbangan sektor subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan,
pertanian terhadap PDRB Kabupaten peternakan, perkebunan, kehutanan dan
Keerom mengalami penurunan setiap perikanan di Kabupaten Keerommasih
tahunnya walaupun dalam nominal memiliki peluang pengembangan yang
kontribusinya menempati urutan paling cukup besar untuk lebih ditingkatkan
tinggi dibanding dengan sektor melalui perbaikan teknologi dan
perekonomian lainnya. Dengan nilai LQ pemanfaatan inovasi teknologi pertanian.
sebesar 1,77 dan berada pada urutan ketiga
(dibawa sektor industri dan sektor Analisis Sub Sektor Pertanian
bangunan) selama empat tahun, Sektor perekonomian dalam sektor
menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
pertanian relatif memberikan kontribusi strategis dan sebagai penyumbang terbesar

42 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


dalam mendukung sektor perekonomian produksi 84.724,63 ton/tahun. Oleh karena
Kabupaten Keerom. Dinamika itu, kahadiran perusahaan ini banyak
perkembangan sektor pertanian di menyerap tenaga kerja dari dalam dan juga
Kabupaten Keerom ditopang oleh lima dari luar daerah. Selain itu, komoditas
subsektor pertanian yaitu tanaman bahan perkebunan lainnya yang terus mengalami
makanan (tabama), perkebunan, peternakan, peningkatan luas panen dalam tiga tahun
kehutanan, dan perikanan. Untuk terakhir yaitu kelapa dalam, kakao (coklat),
menentukan sub sektor tersebut, apakan sagu, dan pinang.
termasuk sektor basis atau non basis Sub-sektor kehutanan merupakan sub-
dilakukan analisis dengan pendekatan sektor basis ekonomi Kabupaten Keerom.
metode LQ. Hasil analisis Location Quotient Selama empat tahun (2008-2011) selalu
untuk sektor pertanian Kabupaten Keerom, memberikan nilai LQ>1, dengan rata-rata
disajikan dalam Tabel 2. nilai LQ sebesar 1,70. Hal ini menunjukkan
Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa bahwa kontribusi sub-sektor kehutanan
dari lima sub sektor pertanian di Kabupaten antara tahun 2008-2011 terhadap PDRB
Keerom terdapat tiga subsektor yang memiliki Kabupaten Keerom selalu lebih besar
nilai LQ>1 yaitu perkebunan, kehutanan dan dibandingkan dengan kontribusi sub-sektor
peternakan. Artinya ketiga subsektor tersebut yang sama terhadap PDRB di Provinsi
merupakan basis perekonomian Kabupaten Papua. Hal ini dapat dikatakan bahwa
Keerom, sedangkan sub sektor tanaman bahan produksi dari sub-sektor kehutanan, selain
makanan (tabama) dan perikanan merupakan sudah mampu untuk mencukupi kebutuhan
sub sektor non-basis ekonomi karena nilai pasar lokal, juga mampu melakukan ekspor
LQ<1. Hal ini dapat dikatakan bahwa ketiga keluar daerah. Kemampuan sub-sektor
sub-sektor tersebut memiliki potensi ekspor dan kehutanan sebagai basis perekonomian
peranan lebih besar sebagai penyumbang Kabupaten Keerom, karena didukung oleh
perekonomian Kabupaten Keerom potensi sumber daya lahan yang masih
dibandingkan dengan sub-sektor lainnya. cukup besar. Berdasarkan Badan Pusat
Sub-sektor perkebunan selama empat Statistik (2013) menunjukkan bahwa luas
tahun (2008-2011) merupakan sub sektor kawasan hutan di daerah ini menurut
basis ekonomi terbesar dalam sektor penggunaannya mencapai 942.160,22 Ha,
perekonomian Kabupaten Keerom. Rata-rata dimana penggunaan tertinggi yaitu kawasan
nilai LQ 6,56 menunjukkan bahwa peranan hutan 34,96%, hutan produksi konversi
relatif sub-sektor perkebunan di Kabupaten 23,01%, hutan produksi terbatas 17,93%,
Keerom lebih besar dari pada peranan relatif hutan produksi 13,19%, area penggunaan
sub-sektor tersebut dalam perekonomian di lain 10,65%, dan hutan suaka alam 0,26%.
Provinsi Papua. Hal ini dapat dikatakan Sedangkan luas hutan yang belum
bahwa produksi dari sub-sektor perkebunan, dimanfaatkan diperkirakan 841.701 Ha.
selain sudah mampu untuk mencukupi Adapun hasil produksi sub-sektor kehutanan
kebutuhan pasar lokal, juga mampu diantaranya kayu gelondongan, kayu
melakukan ekspor keluar daerah. Sub-sektor industri, rusa, dan babi hutan. Sub sektor
perkebunan menjadi sektor basis karena kehutanan sebagai basis ekonomi Kabupaten
didukung oleh kehadiran perusahaan kelapa Keerom perlu terus ditingkatkan
sawit (PTPN II Arso) terbesar di Papua, penggunaannya, terutama pada kawasan
dimana rata-rata luas panen hutan lindung dan hutan-hutan produksi
112.164,32Ha/tahun dengan rata-rata yang belum dikelola secara optimal.
Tabel 2. Analisis Location Quotient (LQ) PDRB Subsektor Pertanian Kabupaten Keerom
Sektor Pertanian 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata
Tanaman Bahan Makanan 0,77 0,76 0,74 0,71 0,74
Perkebunan 6,58 6,55 6,63 6,47 6,56
Peternakan dan Hasilnya 1,15 1,14 1,14 1,11 1,13
Kehutanan 1,66 1,68 1,67 1,77 1,70
Perikanan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber : Data Sekunder di olah (2008-2011)

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 43


Sub sektor peternakan merupakan sub ternak sapi dengan kelapa sawit untuk
sektor basis dalam sektor perekonomian optimalisasi pemanfaatan sumber daya
Kabupaten Keerom. Nilai LQ antara tahun yang tersedia.
2008-2011 selalu lebih besar dari satu dengan Berdasarkan analisis sub-sektor
rata-rata nilaiLQ selama lima tahun sebesar terdapat dua sub-sektor yang merupakan
0,60. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi non basis dalam perekonomian Kabupaten
sub sektor peternakan terhadap PDRB Keerom yaitu sub-sektor tanaman bahan
Kabupaten Keerom pada tahun 2008- makanan (tabama) dan sub-sektor
2011selalu lebih tinggi, jika dibandingkan perikanan. Sub-sektor tabama dan
dengan kontribusi sub sektor yang sama perikanan tidak termasuk sektor basis
terhadap PDRB di tingkat Provinsi Papua. Hal karena selama empat tahun (2008-2011)
ini berarti bahwa peranan relatif subsektor hanya memiliki nilai LQ<1. Hal ini terkait
peternakan di Kabupaten Keerom lebih besar dengan kontribusi kedua sub sektor
dari pada peranan relatif sub sektor tersebut tersebut terhadap PDRB Kabupaten
dalam perekonomian di Provinsi Papua. Keerom pada tahun 2008-2011 yang selalu
Sehingga produk dari sub sektor peternakan lebih rendah jika dibandingkan kontribusi
produksinya sudah mampu untuk mencukupi sub sektor yang sama terhadap PDRB di
kebutuhan pasar lokal dan mengekspor keluar tingkat Provinsi Papua. Hal ini dapat
daerah. diartikan bahwa peranan relatif kedua
Kemampuan sub-sektor peternakan subsektor tersebut di Kabupaten Keerom
menjadi basis perekonomian Kabupaten lebih kecil dari pada peranan relatif sub
Keerom tidak terlepas dari dukungan sektor tersebut dalam perekonomian di
komoditas peternakan yang selama ini Provinsi Papua atau produk dari kedua sub
dikembangkan oleh petani/peternak, sektor tersebut produksinya belum mampu
diantaranya sapi potong, kambing, ayam mencukupi kebutuhan pasar lokal sehingga
buras, ayam ras, dan bebek/entok. Dalam diperlukan pasokan dari luar dalam
pengembangan usaha sub-sektor peternakan mencukupi kebutuhan daerah ini.
juga didukung oleh potensi daya dukung lahan Pada tahun 2012 sub-sektor tanaman
sebagai sumber hijauan pakan yang masih pangan masing-masing mengalami
cukup besar. Salah satu komoditas peternakan peningkatan dari tahun sebelumnya (tahun
yang menjadi usahatani primadona di daerah 2011-), yaitu produksi padi 1.921,5 ton
ini yaitu sapi potong, karena ternak sapi meningkat 45,2%, produksi kacang tanah
potong bagi petani merupakan investasi meningkat 66,6%, dan produksi kacang
keluarga yang sewaktu-waktu dapat kedelai meningkat 229,5%. Namun untuk
diuangkan untuk kebutuhan keluarga. produksi ubi kayu, produksi ubijalar, dan
Terdapat tiga jenis komoditas peternakan produksi jagung mengalami penurunan
yang merupakan komoditas unggulan (basis masing-masing, yaitu 56%, 40%, dan
ekonomi) di Kabupaten Keerom yaitu sapi 14,9%. Peningkatan pada komoditas padi,
potong, kambing dan bebek. Oleh karena itu, kacang tanah, dan kedelai tidak mampu
perhatian pemerintah daerah terhadap ketiga menjadikan sub-sektor tabama, karena
jenis komoditas tersebut perlu terus komoditas lainnya juga turut
ditingkatkan utamanya dari aspek teknologi mempengaruhi.Untuk menjadikan sub-
budidaya. Peningkatan populasi dan sektor tabama sebagai sub-sektor basis
produktivitas sapi potong tidak terlepas dari pemerintah melalui dinas terkait agar terus
dukungan pemerintah daerah dalam mendorong atau memberi motivasi kepada
menyediakan sarana dan prasarana, seperti petani untuk memaksimalkan potensi lahan
pelayanan kesehatan ternak, petugas IB sawah, dan lahan kering yang tersedia,
(inseminator), kelembagaan ternak, dan misalnya dengan memberi bantuan kepada
berbagai jenis pelatihan yang diberikan petani berupa bibit unggul, dan benih
kepada petani dalam rangka peningkatan bersertifikat. Selain itu sangat penting
pengetahuan petani/peternak. Untuk untuk meningkatkan pengetahuan petani
meningkatkan efisiensi usahatani perlu melalui pembinaan kelompok seperti
diupayakan adanya sistemintegrasi antara pelatihan dan magang.

44 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


Analisis Perubahan Posisi Sektor dan pengolahan; dan listrik, gas, dan air bersih
Subsektor Pertanian masih dapat diharapkan di masa
Metode analisis yang digunakan untuk mendatang. Begitu juga sektor tersebut
mengetahui terjadinya perubahan posisi dalam mampu memenuhi kebutuhan lokal dan
sektor dan subsektor pertanian di Kabupaten mengekspor keluar daerah.
Keerom dilakukan melalui pendekatan Sektor pertanian Kabupaten Keerom
analisis gabungan metodeLocation Quotient mempunyai laju pertumbuhan ekonomi
(LQ)dan Dynamic Location Quotient (DLQ). lebih cepat dibandingkan terhadap 5sektor
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ekonomi lainnya yaitu pertambangan dan
perkembangan sektor dan subsektor pertanian penggalian (-507,8);bangunan (0,22);
di masa yang akan datang berdasarkan laju pengangkutan dan telekomunikasi (0,32);
pertumbuhan PDRB Kabupaten Keerom dan keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
PDRB Provinsi Papua. (0,16); dan jasa-jasa (0,57). Hal ini
Analisis Perubahan Posisi Sektor Pertanian menunjukkan bahwa kelima sektor tersebut
Analisis untuk mengetahui terjadinya mempunyai proporsi laju pertumbuhan
suatu perubahan posisi terhadap sektor lebih rendah dalam Kabupaten Keerom
pertanian di Kabupaten Keerom dilakukan dibandingkan dengan proporsi laju
melalui pendekatan analisis Dynamic pertumbuhan pada sektor yang samadalam
Location Quotient (DLQ). Pada dasarnya Provinsi Papua.
penafsiran metode DLQ dengan LQ adalah Sektor ekonomi yang mengalami
sama, hanya pada metode DLQ lebih perubahan posisi dari sektor basis menjadi
menekankan pada proporsi laju pertumbuhan non basis yaitu sektor bangunan dan jasa-
sektor perekonomian (PDRB) Kabupaten jasa. Sedangkan sektor yang mengalami
Keerom dibandingkan sektor perkonomian perubahan posisi dari sektor non basis
(PDRB) Provinsi Papua. Hal ini bertujuan menjadi basis adalah hanya sektor listrik,
untuk mengetahui apakah kedepannya sektor gas dan air bersih. Todaro (1997)
pertanian akan tetap menjadi basis atau terjadi menyatakan bahwa proses pertumbuhan
reposisi menjadi non basis (Tabel 3). ekonomi mempunyai kaitan erat dengan
Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa perubahan struktural yang tinggi.
sektor pertanian memiliki nilai DLQ >1 yaitu Berapapun perubahan komponen utama
1,21. Artinya bahwa sektor pertanian tidak struktural ini mencakup pergeseran secara
mengalami perubahan posisi sehingga perlahan-lahan aktifitas pertanian kearah
kedepan sektor pertanian di Kabupaten sektor non pertanian dan sektor industri ke
Keerom masih tetap menjdi sektor basis yang sektor jasa. Pada suatu wilayah yang
dapat diunggulkan dan mempunyai daya saing sedang berkembang, proses pertumbuhan
yang tinggi dibandingkan sektor pertanian ekonomi akan tercermin dari pergeseran
terhadap PDRB Provinsi Papua. Hal yang sektor ekonomi tradisional, yaitu sektor
sama ditunjukkan pada sektor industri dan pertanian akan mengalami penurunan di
pengolahan (2,10) dan listrik, gas, dan air satu sisi dan peningkatan peran sektor non
bersih (2,75). Menurut Suyatno (2002), jika pertanian di sisi lainnya. Hasil penelitian
DLQ >1, sektor maupun sub sektor pertanian Andriana (2011), bahwa terjadinya
masih dapat diharapkan untuk basis di masa pertumbuhan negatif terhadap subsektor
yang akan datang. Sedangkan jika DLQ ≤ 1, pertanian karena menurunnya nilai
sektor maupun sub sektor pertanian tidak produksi dan harga pada tahun
dapat diharapkan untuk basis di masa yang sebelumnya.
akan datang. Dengan demikian baik sektor
pertanian maupun sektor industri dan

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 45


Tabel 3. Analisis Perubahan Posisi Sektor Ekonomi Kabupaten Keerom
No. Lapangan Usaha LQ DLQ Keterangan
1. Pertanian 1,77 1,21 Tetap Basis
2. Pertambangan dan Penggalian 0,04 -507,9 Tetap Non Basis
3. Industri Pengolahan 3,58 2,10 Tetap Basis
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,52 2,75 Non Basis menjadi Basis
5. Bangunan 3,22 0,22 Basis menjadi Non Basis
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,29 1,59 Tetap Basis
7. Pengangkutan dan Telekomunikasi 0,45 0,32 Tetap Non Basis
8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 0,85 0,16 Tetap Non Basis
9. Jasa-Jasa 1,57 0,57 Basis menjadi Non Basis
Sumber : Data Sekunder di olah (2008-2011)

Analisis Perubahan Posisi Sub Sektor perikanan dari non basis menjadi basis
Pertanian menunjukkan bahwa proporsi laju
Analisis perubahan posisi terhadap pertumbuhan perikanan lebih cepat
subsektor pertanian di Kabupaten Keerom dibandingkan dengan subsektor perkebunan
bertujuan untuk mengetahui subsektor mana dan peternakan. Komoditas perikanan yang
saja yang mengalami perubahan posisi, banyak dikembangkan adalah perikanan
sehingga kedepannya apakah subsektor darat berupa mas, nila, mujair, lele, dan
tersebut masih dapat diandalkan di masa belut. Nilai produksi tertinggi adalah ikan
yang akan datang atau tidak (Tabel 4). lele sebesar Rp 2,9 milyar.
Hasil analisis perubahan posisi Subsektor perkebunan dan subsektor
terhadap subsektor pertanian diperoleh dua peternakan terjadi perubahan posisi dari
subsektor basis yang memiliki nilai DLQ basis menjadi non basis karena memiliki
>1 yaitu subsektor kehutanan dan nilai DLQ <1. Sedangkan sektor tabama
perikanan. Artinya bahwa subsektor tidak mengalami perubahan posisi yaitu
tersebut dalam waktu 4 tahun kedepan tetap non basis karena memiliki nilai DLQ
dapat diandalkan menjadi sumber <1. Hal ini menunjukkan bahwa kedepan
pertumbuhan ekonomi dalam sektor kedua subsektor pertanian tersebut di
pertanian terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Keerom tidak dapat diandalkan
Kabupaten Keerom. Luasnya kawasan di masa yang akan datang karena proporsi
hutan di Kabupaten Keerom yang mencapai laju pertumbuhan yang cenderung lambat
942.160,31 hektar dengan koondisi wilayah yaitu subsektor perkebunan dan peternakan.
yang strategis menjadikan subsektor Subsektor pertanian tersebut, walaupun
kehutanan sebagai salah satu komoditas mempunyai nilai PDRB Kabupaten Keerom
yang paling diunggulkan. Dari lima lebih tinggi dibandingkan subsektor
kawasan hutan, pemanfaatan kawasan hutan perikanan, tetap tidak mampu
tertinggi adalah hutan lindung sebesar meningkatkan pertumbuhan ekonomi
34,96%. Subsektor perikanan juga daerah dengan lebih cepat dibandingkan
merupakan salah satu subsektor yang dengan subsektor yang sama terhadap
diandalkan di masa yang akan datang. PDRB Provinsi Papua.
Terjadinya perubahan posisi subsektor
Tabel 4. Analisis Perubahan Posisi Sub Sektor Pertanian
No. Sektor Pertanian LQ DLQ Keterangan
1. Tanaman Bahan Makanan 0,74 0,21 Tetap Non Basis
2. Tanaman Perkebunan 6,56 0,83 Basis menjadi Non Basis
3. Peternakan 1,13 0,62 Basis menjadi Non Basis
4. Kehutanan 1,7 4,39 Tetap Basis
5. Perikanan 0,01 1,68 Non Basis menjadi Basis
Sumber : Data Sekunder di olah (2008-2011)

46 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


Oleh karena itu, diperlukan suatu nilai SSS lebih kecil dari nilai LSS.
upaya untuk meningkatkan daya saing Sedangkan pada sub sektor peternakan
terhadap ketiga sektor tersebut diantaranya sebagai faktor penentu terjadinya perubahan
perlu dilakukan pemberdayaan kelompok posisi disebabkan oleh faktor struktur
tani, pemanfaatan inovasi teknologi ekonomi karena memiliki nilai SSS lebih
pertanian dan sumber daya lokal secara besar dari nilai LSS.
optimal serta perlunya regulasi terhadap Kedepan subsektor perkebunan akan
pemotongan ternak sapi betina produktif terjadi perubahan posisi dari basis (LQ>1)
dan pengeluaran ternak. menjadi non basis (DLQ<1). Faktor
penentu terjadinya perubahan posisi
Analisis Faktor Penentu Perubahan subsektor perkebunan disebabkan karena
Posisi Sub Sektor Pertanian terjadinya perlambatan terhadap
Untuk mengetahui faktor penentu pertumbuhan ekonomi akibat masih
terjadinya perubahan posisi subsektor rendahnya nilai produksi dan produktivitas
pertanian digunakan analisis Shift Share subsektor perkebunan, seperti pemanfaatan
dengan menghitung Total Shift potensi sumber daya lahan belum optimal,
Share.Sedangkan Total Shift Share sendiri teknologi budidaya masih dikelolah secara
terdiri dari Structural Shift Share dan existing dan rendahnya permintaan pasar
Locational Shift Share. Jika nilai Structural lokal. Sedangkan terjadinya perubahan
Shift Share lebih besar dari pada Locational posisi pada subsektor perikanan dari non
Shift Share berarti faktor penentu basis (LQ<1) menjadi basis (DLQ>1)
perubahan posisi suatu sektor ekonomi sehingga kedepan subsektor perikanan
adalah struktur ekonominya. Begitu juga dapat diandalkan karena dapat tumbuh lebih
sebaliknya, jika Locational Shift Share cepat dibandingkan dengan subsektor yang
lebih besar dibandingkan Structural Shift sama pada tingkat Provinsi. Faktor penentu
Share maka yang menentukan terjadinya perubahan posisi subsektor perikanan yaitu
perubahan posisi suatu sektor ekonomi terjadinya pertumbuhan nilai produksi yang
adalah faktor lokasinya. Sedangkan jika cepat akibattingginya permintaan ikan air
Structural Shift Sharesama dengan tawar terutama lele, nila, dan mujair,
Locational Shift Share maka struktur dukungan kebijakan pemerintah terkait
ekonomi dan faktor lokasi sama-sama kuat pembuatan kolam ikan rakyat, dan subsisdi
sebagai faktor yang menentukan perubahan benih ikan lele dan nila ditingkat
posisi sektor ekonomi tersebut. petani.Demikian pula pada subsektor
Hasil analisis terhadap faktor penentu peternakan, kedepannya akan mengalami
perubahan posisi pada sub sektor pertanian, perubahan posisi dari basis (LQ>1) menjadi
yaitu sub sektor perkebunan, sub sektor non basis (DLQ<1). Faktor penentu
peternakan, dan sub sektor perikanan di terjadinya perubahan posisi pada subsektor
Kabupaten Keerom disajikan pada Tabel 5. peternakan diantaranya perbedaan
Berdasarkan hasil analisis TSS, SSS, dan kebijakan pada sektor pertanian, perbedaan
LSS menunjukkan bahwa terjadinya kebijakan dalam struktur ekonomi, dan
perubahan posisi pada sub sektor kelembagaan pasar hewan.
perkebunan dan perikanan disebabkan oleh
faktor lokasi karena keduanya memiliki
Tabel 5. Faktor Penentu Perubahan Posisi Subsektor Pertanian di Kabupaten Keerom
Sub sektor pertanian SSS LSS Faktor Penentu
Tanaman Perkebunan 9.032,60 21.936,32 Faktor Lokasi
Peternakan 8.381,45 -790,70 Faktor Struktur ekonomi
Perikanan -321,57 621,28 Faktor Lokasi

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 47


Teori basis ekonomi menyatakan 3. Hasil analisis TSS diketahui bahwa
bahwa faktor penentu utama pertumbuhan faktor penentu penyebab terjadinya
ekonomi suatu daerah adalah berhubungan perubahan posisi pada subsektor
langsung dengan tingkat permintaan akan perkebunan dan perikanan adalah faktor
barang dan jasa dari luar daerah. lokasi. Sedangkan pada subsektor
Pertumbuhan industriindustri yang peternakan adalah faktor struktur
menggunakan sumberdaya lokal, termasuk ekonomi.
tenaga kerja dan bahan baku untuk
diekspor, akan menghasilkan kekayaan DAFTAR PUSTAKA
daerah dan penciptaan peluang kerja (Azhar
dkk, Tampa tahun). Komponen Badan Pusat Statistik (2013). Papua Dalam
pertumbuhan pangsa wilayah menunjukkan Angka, 2012. Badan Pusat Statistik
adanya pergesaran wilayah yang Provinsi Papua. Jayapura.
diakibatkan oleh adanya sektor
perekonomian tertentu yang tumbuh lebih Badan Pusat Statistik (2013). Keerom
cepat atau lambat di suatu wilayah yang Dalam Angka, 2012. Badan Pusat
disebabkan oleh faktor-faktor lokasional Statistik Kabupaten Keerom.
intern artinya bagi suatu wilayah yang Keerom.
mempunyai keuntungan lokasional seperti
adanya sumberdaya (alam, manusia, modal) Suyatno. 2002.Analisis Economic Base
akan mempunyai komponen pertumbuhan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
pangsa wilayah yang positif, berarti bahwa Daerah Tingkat II Wonogiri. Jurnal
sektor perekonomian tersebut lebih tinggi Ekonomi Pembangunan Vol 1, No.
daya saingnya ketimbang sektor 2, Desember 2000 : 144-159.
perekonomian yang sama pada tingkat yang
lebih tinggi (wilayah acuan/wilayah Todaro, P. Michael, 1997. Ekonomi
himpunanya). Begitu juga sebaliknya bagi Indonesia, Fakta dan Tatanan
wilayah yang faktor lokasionalnya kurang dalam Era Liberalisasi . Kanisius,
atau tidak menguntungkan akan mempunyai Yogyakarta.
komponen pertumbuhan pangsa wilayah
yang negatif (Ropingi dan Agustono, 2007). Ropingi, 2005. Aplikasi Analisis Shift
Share Esteban-Marquillas Pada
KESIMPULAN Sektor Pertanian Di Kabupaten
1. Berdasarkan hasil analisis LQ diketahui Boyolali. Program Studi Sosial
bahwa yang merupakan sektor basis di Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Kabupaten Keerom yaitu sektor industri Fakultas Pertanian, Universitas
pengolahan; bangunan; pertanian; Negeri Sebelas Maret Surakarta.
perdagangan, hotel dan restoran; dan
jasa. Sedangkan dalam subsektor Kadariah. 1985. Ekonomi Perencanaan,
pertanian yang menjadi sektor basis Lembaga Penerbit FE-UI.
yaitu subsektor perkebunan, sub sektor
kehutanan, subsektor peternakan. Andriana, R. 2011. Analisis Peran
2. Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa Komoditi Tanaman BahanMakanan
sektor pertanian di Kabupaten Keerom Dalam Pembangunan
tidak mengalami perubahan posisi pada EkonomiKabupaten
masa yang akan datang yaitu tetap Sleman(Pendekatan Tipologi
mejadi sektor basis. Sedangkan Klassen). Skripsi. Jurusan/Program
subsektor pertanian yang mengalami Studi Sosial Ekonomi
perubahan posisi pada masa yang akan Pertanian/Agrobisnis.
datang yaitu subsektor perkebunan,
subsektor peternakan, dan subsektor Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan
perikanan. Pembangunan Daerah. Penerbit
Erlangga, Jakarta.

48 JSEP Vol. 8 No.3 November 2015


Suprapto. 2012. Analisis Komoditi
Unggulan Sektor Pertanian Kurniawan, S.A. 2013. Analisis Struktur
Sebelum dan Selama Otonomi Perekonomian Dan Pertumbuhan
Daerah Kabupaten Sragen. Tesis. Ekonomi Di Provinsi Banten
Program Magister Ekonomi dan Melalui Pendekatan Lq, Shift
Studi Pembangunan. Tesis. Share. Skripsi. Jurusan Ekonomi
Program Studi Sosial Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi.
Pertanian/Agrobisnis. Universitas Universitas Negeri Semarang.
Sebelas Maret, Surakarta. Semarang.

Azhar, Syarifah Lies Fuaidah Dan M. Nasir Silaban, H.L., Edwina, S., dan Eliza. 2015.
Abdussamad. Analisis Sektor Basis Analisis Sektor Basis Dan
Dan Non Basis Di Provinsi Perkembangan Sektor Pertanian Di
Nanggroe Aceh Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi
Darussalam.Jurusan Sosial Riau. Jurusan Agribisnis, Fakultas
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Riau.Jom
Pertanian, Universitas Syiah Kuala Faperta Vol 2 No 1 Februari 2015.
- Banda Aceh.
Tampun, S.J. 2014. Jurnal Peranan Sektor
Tarigan, R., 2005. Perencanaan Pertanian Dalam Pembangunan
Pembangunan Wilayah Pendekatan Wilayah Kota Tomohon.Jurusan
Ekonomi dan Ruang. Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas
Pendidikan Nasional. Jakarta. Pertanian. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Ropingi dan Agustono., 2007.,
Pembangunan Wilayah Kecamatan Widodo, 2006. Perencanaan Pembangunan :
Berbasis Komoditi Pertanian di Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Kabupaten Boyolali (Pendekatan Daerah). UPP STIM YKPN.
Shift-Share Analisis)., SEPA. Yogyakarta.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
dan Agribisnis. 4(1) : 61-70. 2007

JSEP Vol. 8 No.3 November 2015 49

Anda mungkin juga menyukai