Usman
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua
email : usmanrauna@yahoo.com
ABSTRACT
Agricultural development program in Indonesia is the part of economic development.Papua
Province in the economic sector, the agriculture sector is the very important role in supporting
economic growth in the region.This study aims to analyze the basic sector and basic sub-sector
of agriculture, analyze the position sector and the agriculture sector in the future, and the
determinants of changes in positions on regional economic growth based on the calculation of
the GDP Keerom district and Papua province in 2008-2011.The study used secondary data over
a period of four years. The analysis method used is Location Quotient (LQ), Dynamic Location
Quotient (DLQ), and Total Shift Share (TSS). The analysis LQ show that agriculture sector is
thebasic sector in the economy Keerom.While the agriculture sector as the sub-sector basis
(leading sector) is plantation, animal husbandry, and forestry.The combined method of LQ and
DLQ, show that agriculture sector is still the sector basis in the future.The results of the
analysis TSS is known that the deciding factor position change on plantations and fishing sub-
sector is the location factor, while the determining factor position change on the livestock sector
is the factor of of economic structure.
Key words: Agriculture, Location Quotient, Dynamic Location Quotient, Total Shift Share
Berdasarkan hasil analisis nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan peranan
Location Quotient terhadap sembilan sektor sektor lainnya di dalam meningkatkan
perekonomian di Kabupaten Keerom tahun pertumbuhan ekonomi daerah.Turunnya
2008-2011 menunjukkan bahwa yang sektor pertanian dalam menyumbangkan
merupakan sektor basis yaitu sektor output dan penyediaan lapangan pekerjaan
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bukan berarti sektor pertanian mengalami
bangunan, sektor perdagangan, hotel, dan stagnasi, bahkan mengalami pekembangan
restoran, dan sektor jasa-jasa dengan nilai yang dinamis, karena sektor pertanian
rata-rata LQ>1. Hal ini berarti kelima sektor merupakan penopang bagi sekto-sektor
basis tersebut memiliki daya saing yang perekonomian lainnya (Nuning dan Sundari,
tinggi karena selain dapat memenuhi 2005 dalam Suprapto, 2010).
kebutuhan wilayah sendiri juga dapat Kemampuan sektor pertanian menjadi
mengekspor produknya ke luar wilayah. sektor basis di Kabupaten Keerom, karena
Dasar pemikiran teori basis ekonomi didukung oleh potensi sumber daya lahan
menurut Kadariah (1985)adalah karena yang luas. Berdasarkan BPS (2013)
industri basis menghasilkan barang dan jasa diketahui bahwa luas lahan sawah mencapai
baik untuk pasar di dalam maupun di 350 Ha, sedangkan bukan sawah mencapai
luardaerah, maka penjualan hasil keluar 865.133 Ha. Dari luas lahan bukan sawah
daerah itu akan mendatangkan arus sebagian besar merupakan hutan (97,29%),
pendapatan kedalamdaerah tersebut. dan sisanya (2,71%) terdiri lahan
Dari hasil analisis tersebut, pemukiman, perkebunan sawit, pertanian
memperlihatkan bahwa sektor pertanian di lahan kering, tegalan, tanah tandus, kebun
Kabupaten Keerom selama tahun 2008-2011 rakyat, dan badan air. Hal ini menunjukkan
selalu menjadi sektor basis dalam bahwa potensi sumber daya yang tersedia
perekonomian di wilayah ini, namun nilai sangat memungkingkan untuk dilakukan
LQ menunjukkan adanya trend penurunan. pengembangan terhadap sektor yang
Salah satu faktor penyebab terjadinya merupakan basis ekonomi daerah. Untuk
penurunan karena sumbangan sektor subsektor pertanian, yaitu tanaman pangan,
pertanian terhadap PDRB Kabupaten peternakan, perkebunan, kehutanan dan
Keerom mengalami penurunan setiap perikanan di Kabupaten Keerommasih
tahunnya walaupun dalam nominal memiliki peluang pengembangan yang
kontribusinya menempati urutan paling cukup besar untuk lebih ditingkatkan
tinggi dibanding dengan sektor melalui perbaikan teknologi dan
perekonomian lainnya. Dengan nilai LQ pemanfaatan inovasi teknologi pertanian.
sebesar 1,77 dan berada pada urutan ketiga
(dibawa sektor industri dan sektor Analisis Sub Sektor Pertanian
bangunan) selama empat tahun, Sektor perekonomian dalam sektor
menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
pertanian relatif memberikan kontribusi strategis dan sebagai penyumbang terbesar
Analisis Perubahan Posisi Sub Sektor perikanan dari non basis menjadi basis
Pertanian menunjukkan bahwa proporsi laju
Analisis perubahan posisi terhadap pertumbuhan perikanan lebih cepat
subsektor pertanian di Kabupaten Keerom dibandingkan dengan subsektor perkebunan
bertujuan untuk mengetahui subsektor mana dan peternakan. Komoditas perikanan yang
saja yang mengalami perubahan posisi, banyak dikembangkan adalah perikanan
sehingga kedepannya apakah subsektor darat berupa mas, nila, mujair, lele, dan
tersebut masih dapat diandalkan di masa belut. Nilai produksi tertinggi adalah ikan
yang akan datang atau tidak (Tabel 4). lele sebesar Rp 2,9 milyar.
Hasil analisis perubahan posisi Subsektor perkebunan dan subsektor
terhadap subsektor pertanian diperoleh dua peternakan terjadi perubahan posisi dari
subsektor basis yang memiliki nilai DLQ basis menjadi non basis karena memiliki
>1 yaitu subsektor kehutanan dan nilai DLQ <1. Sedangkan sektor tabama
perikanan. Artinya bahwa subsektor tidak mengalami perubahan posisi yaitu
tersebut dalam waktu 4 tahun kedepan tetap non basis karena memiliki nilai DLQ
dapat diandalkan menjadi sumber <1. Hal ini menunjukkan bahwa kedepan
pertumbuhan ekonomi dalam sektor kedua subsektor pertanian tersebut di
pertanian terhadap peningkatan PDRB Kabupaten Keerom tidak dapat diandalkan
Kabupaten Keerom. Luasnya kawasan di masa yang akan datang karena proporsi
hutan di Kabupaten Keerom yang mencapai laju pertumbuhan yang cenderung lambat
942.160,31 hektar dengan koondisi wilayah yaitu subsektor perkebunan dan peternakan.
yang strategis menjadikan subsektor Subsektor pertanian tersebut, walaupun
kehutanan sebagai salah satu komoditas mempunyai nilai PDRB Kabupaten Keerom
yang paling diunggulkan. Dari lima lebih tinggi dibandingkan subsektor
kawasan hutan, pemanfaatan kawasan hutan perikanan, tetap tidak mampu
tertinggi adalah hutan lindung sebesar meningkatkan pertumbuhan ekonomi
34,96%. Subsektor perikanan juga daerah dengan lebih cepat dibandingkan
merupakan salah satu subsektor yang dengan subsektor yang sama terhadap
diandalkan di masa yang akan datang. PDRB Provinsi Papua.
Terjadinya perubahan posisi subsektor
Tabel 4. Analisis Perubahan Posisi Sub Sektor Pertanian
No. Sektor Pertanian LQ DLQ Keterangan
1. Tanaman Bahan Makanan 0,74 0,21 Tetap Non Basis
2. Tanaman Perkebunan 6,56 0,83 Basis menjadi Non Basis
3. Peternakan 1,13 0,62 Basis menjadi Non Basis
4. Kehutanan 1,7 4,39 Tetap Basis
5. Perikanan 0,01 1,68 Non Basis menjadi Basis
Sumber : Data Sekunder di olah (2008-2011)
Azhar, Syarifah Lies Fuaidah Dan M. Nasir Silaban, H.L., Edwina, S., dan Eliza. 2015.
Abdussamad. Analisis Sektor Basis Analisis Sektor Basis Dan
Dan Non Basis Di Provinsi Perkembangan Sektor Pertanian Di
Nanggroe Aceh Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi
Darussalam.Jurusan Sosial Riau. Jurusan Agribisnis, Fakultas
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Riau.Jom
Pertanian, Universitas Syiah Kuala Faperta Vol 2 No 1 Februari 2015.
- Banda Aceh.
Tampun, S.J. 2014. Jurnal Peranan Sektor
Tarigan, R., 2005. Perencanaan Pertanian Dalam Pembangunan
Pembangunan Wilayah Pendekatan Wilayah Kota Tomohon.Jurusan
Ekonomi dan Ruang. Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas
Pendidikan Nasional. Jakarta. Pertanian. Universitas Sam
Ratulangi Manado.
Ropingi dan Agustono., 2007.,
Pembangunan Wilayah Kecamatan Widodo, 2006. Perencanaan Pembangunan :
Berbasis Komoditi Pertanian di Aplikasi Komputer (Era Otonomi
Kabupaten Boyolali (Pendekatan Daerah). UPP STIM YKPN.
Shift-Share Analisis)., SEPA. Yogyakarta.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
dan Agribisnis. 4(1) : 61-70. 2007