Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI

INTERPERSONAL PUSTAKAWAN HUBUNGANNYA


TERHADAP KEPUASAN PEMUSTAKA DI BADAN
PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH KOTA
CIREBON

Oleh: Caesar Vioniken Pradipta*

Pembimbing: Endang Fatmawati, M.Si., M.A.

Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas


Diponegoro Semarang
*)
E-mail luv2mum@yahoo.com

ABSTRAK

Salah satu indikasi bahwa manusia sebagai makhluk sosial, adalah


komunikasi antar manusia. Komunikasi sangat penting untuk
menentukan kualitas layanan perpustakaan yang ideal, khususnya
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal di
perpustakaan bisa antara pustakawan dengan pimpinan,
pustakawan dengan pustakawan, maupun pustakawan dengan
pemustaka. Pustakawan harus memiliki kemampuan komunikasi
interpersonal, agar terciptanya komunikasi yang lebih baik agar
tidak menyinggung perasaan, berbicara dengan sopan, dan
melayani pemustaka dengan sungguh-sungguh. Penelitian ini
dilakukan di Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daearah Kota
Cirebon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah konsep
diri dalam kemampuan komunikasi interpersonal pustakawan
mempengaruhi kepuasan pemustaka. Metode yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Teknik
pengambilan sampel menggunakan insidental, dengan jumlah
jumlah sampel 96 orang. Teknik pengumpulan datanya dengan
kuesioner, dan analisis datanya secara statistik menggunakan alat
bantu SPSS versi 1.6. Uji hipotesis menggunakan uji t dan analisis
jalur. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa konsep diri
tidak dapat langsung berpengaruh terhadap kepuasan pemustaka
melainkan harus melalui komunikasi interpersonal terlebih dahulu.
Kata kunci: Konsep Diri, Komunikasi Interpersonal, Kepuasan
Pemustaka, Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Kota Cirebon.

ABSTRACT
One of the indicationsthat humanis a social beings, is communication
between people.Communicationis very important to determinethe
ideal quality oflibrary services,especially interpersonal
communication. Interpersonal communicationin the library can
bealeader among librarians, librarians with librarians, and librarians
with visitors. Librarians must have the interpersonal communication
skills, in order to create better communication so as not to offend,
speak politely, and serve visitors earnest.
The research was conducted at Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Kota Cirebon. This studyaimed to determine whe ther theself-
concept of librarians in interpersonal communication skills affect
satisfaction of visitors. The method usedin this research isdescriptive
quantitative method. Incidental sampling technique used, with 96
sample of people.The questionnaire data collection techniq ues and
statistical data analysis using SPSS version 1.6 tools. Hypothesis
testing using t-test, and path analysis. From these resultsit can be seen
that self-concept can not directly affect the satisfaction of visitors but
has to through interpersonal communication first.

Keywords: Self-Concept, Interpersonal Communication,


Satisfaction of Visitors, Badan Perpustakaan dan Kearsipan
Daerah Kota Cirebon.

1.Pendahuluan dapat hidup sendiri, pasti


membutuhkan orang lain. Dari
Salah satu indikasi bahwa lahir sampai mati, memerlukan
manusia sebagai makhluk bantuan dari orang lain. Hal ini
sosial, adalah komunikasi dapat dilihat dalam kehidupan
antarmanusia. Manusia tidak sehari-hari yang menunjukkan
bahwa semua kegiatan yang sopan, dan melayani pengguna
dilakukan manusia selalu dengan sungguh-sungguh.
berhubungan dengan orang lain.
Komunikasi sangat penting di Menurut Andayani (2009)
dalam perpustakaan untuk dalam bukunya komunikasi
menentukan kualitas layanan interpersonal adalah suatu
perpustakaan yang ideal, proses pengiriman pesan dari
khususnya komunikasi komunikator kepada
interpersonal. Kunci utama komunikan, baik secara
perpustakaan terletak pada langsung maupun melalui
layanannya, semakin baik media. Menurut Theodorson
pelayanan yang diberikan ke (Liliweri, 1997) komunikasi
pengguna, maka merasa puas adalah suatu prpses pengalihan
dan semakin berminat untuk informasi dari satu orang atau
kembali berkunjung ke sekelompok orang dengan
perpustakaan. Salah satu model menggunakan simbol-simbol
hubungan komunikasi tertentu kepada satu orang atau
pustakawan adalah komunikasi kelompok lain. Komunikasi
interpersonal, yaitu interpersonal sangat penting
penyampaian pesan oleh satu karena di setiap layanan yang
orang dan penerimaaan pesan ada di perpustakaan
oleh orang lain atau menggunakan komunikasi
sekelompok kecil orang, interpersonal. Masih banyak
dengan berbagai dampak dan pemustaka yang mengeluh
dengan peluang untuk karena kurang sopannya
memberikan umpan balik pustakawan dalam melayani
segera (Effendy, 2003:30). mereka dari cara berkomunikasi
Komunikasi interpersonal di pustakawan yang kurang baik,
perpustakaan bisa antara semua ini disebabkan oleh
pustakawan dengan pimpinan, konsep diri pustakawan yang
pustakwan dengan pustakawan, tidak baik. Dapat dilihat dari
maupun pustakawan dengan sikap pustakawan yang tidak
pengguna. Maka dari itu sesuai dengan penampilannya,
pustakawan harus memiliki gaya bahasa pustakawan dalam
kemampuan komunikasi memeberikan informasi kepada
interpersonal, agar terciptanya pemustaka, dan tidak percaya
komunikasi yang lebih baik, diri terhadap kemampuannya.
agar tidak menyinggung Pada kenyataannya, saat ini
perasaan, berbicara dengan pustakawan belum banyak yang
memiliki kemampuan komunikan adalah pemustaka
komunikasi interpersonal yang orang yang menerima informasi
efektif. Masih banyak pemustak menjalin suatu kegiatan
beranggapan bahwa komunikasi yang akan
pustakawan jutek dan tidak menimbulkan suatu timbal
ramah terhadap pemustaka. Hal balik dalam suatu kegiatan
ini disebabkan karena komunikasi interpersonal
kurangnya komunikasi dengan tersebuat dan komunikasi
pemustaka sehingga tersebut dapat menimbulakan
pustakawan kurang mengerti efektivitas terhadap persepsi
apa yan dibutuhkan dan dari komunikan terhadap
diinginkan oleh pemustaka komunikator dan sebaliknya.
maka pustakawan tidak Jika dihubungkan dengan
memberikan pelayanan yang perpustakaan dimana
memuaskan terhadap pustakawan menjalin
pemustaka. Perpustakaan komunikasi pada pemustaka
memberikan pelayanan maka mereka disebut menjalani
informasi kepada penggunanya komunikasi interpersonal yang
dengan mengutamakan mengharapkan timbal balik.
kepuasan pemustaka.
Jika dalam komunikasi
Pemustaka yang merasa puas interpersonal yang dilakukan
dengan layanan yang diberikan pustakawan dan pemustaka
oleh pemustaka akan menjadi terjalin efektif maka terjalin
tolak ukur untuk tingkat komunikasi yang efektif pula.
berkunjung keperpustakaan. Seperti yang telah peneliti
Semakin baik kualitas layanan sebutkan sebelumnya, bahwa
yang diberikan maka semakin dalam suatu perpustakaan akan
banyak pula pemustaka yang terjadi yang dinamakan
berkunjung di perpustakaan. komunikasi interpersonal
Dari semua definisi tentang terhadap pustakawan dengan
komunikasi interpersonal pemustaka. Jika komunikasi
peneliti mencoba mengambil interpersonal yang dilakukan
kesimpulan bahwa komunikasi oleh pemustaka efektif maka
interpersonal adalah dimana terdapat kepuasan yang
dua orang yang terdiri dari dirasakan oleh pustakawan,
komunikator adalah dibalik itu juga peran dari
pustakawan atau orang yang konsep diri yang dilakukan oleh
memberikan informasi dan pustakwan berpengaruh sangat
besar untuk menunjang bahwa konsep diri terjadi dari
komunikasi interpersonal. persepsi-persepsi tentang sifat-
sifat nilai-nilai sikap, dan
2.Landasan Teori hubungan dengan pemustaka
2.1 Konsep Diri yang ada pada diri pustakawan.
2.1.1 Pengertian Konsep Diri
Menurut Hurlock (1993, 23)
Konsep diri merupakan salah cara pandang seseorang
satu faktor yang menunjang terhadap dirinya dapat dilihat
kmunikasi interpersonal. Setiap dari dua aspek, yaitu aspek fisik
pustakawan harus memiliki dan aspek pisikologis. Aspek
konsep diri pada masing- fisik adalah konsep individu
masing individu karena konsep mengenai apa yang dimilikinya
diri sangat mempengaruhi atau dalam penampilannya
komunikasi interpersonal. kesesuaian dengan seksnya, arti
Konsep diri adalah dimana penting tubuhnya dalam
seseorang menilai terhadap hubungan dengan perilakunya,
dirinya, jadi pemustaka dapat dan gengsi yang aspek
menilai pustakawan pada saat psikologi terdiri dari konsep
berkomunikasi. individu tentang kemampuan
dan ketidak mampuannya,
Menurut Rogers dalam harga dirinya dan hubungannya
(Lindzey dan Hall, 1993) dengan orang lain.
konsep diri merupakan
konseptual yang terorganisasi Dari pernyataan Hurlock
dan konsisten yang terdiri dari peneliti menyimpulkan dimana
persepsi-persepsi tentang sifat- aspek fisik adalah dimana
sifat dari ‘diri subyek’ atau ‘diri prilaku-prilaku seorang
objek’ dan persepsi-persepsi pustakawan, menjaga
tentang hubungan-hubungan penampilannya atau image
antara ‘diri subyek’, ‘diri objek’ dirinya, dan memiliki gengsi
dengan orang lain dan dengan terhadap persepsi pemustaka
berbagai aspek kehidupan yang menilainya sedangkan
beserta nilai-nilai yang melekat aspek psikologi tentang
pada persepsi tersebut. kemampuan dan tidak
mampunya dalam diri
Dari pengertian konsep diri pustakawan atau adanya
yang dijabarkan oleh Carl kepercayaan diri pustakawan
Rogers peneliti menyimpulkan dan tidak percaya diri
pustakawan pada kemampuan 1.Wilayah terbuka (open area)
dirinya sendiri. Diketahui diri sendiri dan orang
lain (Known by ourselves and
Dari kedua pakar tersebut known by others). Adalah
mempunyai kesamaan dalam dimana semua aspek yang ada
mendeskripsikan tentang didalam diri pustakawan
konsep diri yaitu bahwa konsep tersebut dapat dipahami oleh
diri pustakawan dilihat dari diri sendiri dan pemustaka
sifat-sifat atau bentuk fisik dari maka terjadilah keterbukaan
diri pustakawan dan dilihat dari dan terjadilah komunikasi
setiap kemampuan dalam interpersonal yang baik.
berhubungan dengan
pemustaka. 2.Wilayah buta (blind area)
Tidak diketahui diri sendiri tapi
2.1.2 Pengenalan Diri diketahui orang lain (known by
others but not known by
Pengenalan diri adalah salah ourselves). Adalah segala aspek
satu cara untuk melihat tingkah laku, perasaan dan
kemampuan yang dimiliki pikiran pustakawan diketahui
pustakawan dalam mengenali oleh pemustaka tapi tidak
diri dan kekuatan atau disadari oleh diri seorang
kelemahan dirinya agar dapat pustakawan maka tidak terjadi
menerima masukan dan kritikan komunikasi interpersonal yang
dari pemustaka. baik.
Dalam pengenalan diri dua
pakar yang bernama Luft 3.Wilayah tersembunyi (hidden
(1969: 53) dalam teori self area) Diketahui oleh dirinya
disclosure, ia membuat konsep tetapi orang lain tidak
tentang pengenalan diri yang mengetahui (known by
disebut dengan konsep Johari ourselves but not known by
Window atau jendela Johari. others). Adalah meliputi
informasi yang hanya
Konsep tersebut terdapat empat dimengerti oleh seorang
area yaitu wilayah terbuka pustakawan sendiri tanpa
(open area), wilayah buta diketahui oleh pemustaka.
(blind area), wilayah
tersembunyi (hidden area), dan 4.Wilayah tak dikenali
wilayah tak dikenal (unknown (unknown area) Tidak
area). diketahui dirinya sendiri
maupun oleh orang lain (not 2.Aktip, yaitu mengajukan
known by ourselves and not pertanyaan, memperhatikan dan
known by others). Adalah mendengarkan pemustaka,
merupakan wilayah paling memanipulasi situasi hubungan
kritis dalam komunikasi, yaitu antar pribadi yang terjadi.
segala informasi dan aspek-
aspek dalam diri pustakawan 3.Interaktip, ialah memasukan
tidak diketahui oleh dirinya manipulasi komunikasi
sendiri maupun oleh terhadap pemustaka dan
pemustaka. mendapatkan informasi melalui
informasi melalui pengamatan
Keadaan yang dikehendaki prilaku. Sedangkan menurut
sebenarnya dalam suatu Cangara (2000: 95) untuk
komunikasi interpersonal ialah mencapai komunikasi yang
wilayah terbuka atau open area, mengena, seorang pustakawan
yaitu antara pustakawan dengan selain mengenal dirinya, ia juga
pemustaka saling mengetahui harus memiliki kepercayaan
makna pesan yang sama. (creadibility), daya tarik
Meskipun demikian kenyataan (altractive), dan kekuatan
hubungan antar pribadi tidak (power).
seideal yang diharapkan itu, ini
disebabkan karena dalam 1.Kepercayaan (creadibility),
berhubungan dengan pemustaka seperangkat persepsi tentang
betapa sering setiap pustakawan kelebihan-kelebihan yang
mempunyai peluang untuk dimiliki pustakawan sehingga
menyembunyikan atau diterima oleh pemustaka.
mengungkapkan masalah yang
dihadapinya. Menurut Berger 2.Daya tarik (altractive), adalah
(1979: 57) membagi hubungan salah satu faktor yang harus
perkenalan atas tiga kategori dimiliki oleh seorang
startegi yaitu: pustakawan selain kredibilitas
1.Pasip, dimana dalam (kepercayaan) faktor daya tarik
hubungan jenis ini pustakawan banyak menentukan berhasil
memperhatikan seorang atau tidaknya komunikasi.
komunikan tanpa menanyakan
apa-apa dan kita juga 3.Kekuatan (power), adalah
memanipulasikan situasi. kepercayaan diri yang harus
dimiliki seorang pustakawan
jika ia ingin mempengaruhi
pemustaka. Kekuatan bisa juga disenanginya dan berusaha
diartikan sebagai kekuasaan mengubahnya.
dimana pemustaka dengan
mudah menerima suatu Sementara itu pustakawan yang
pendapatan kalau informasi memiliki konsep diri negatif
tersebut disampaikan oleh memiliki karakteristik adalah:
orang yang memiliki
kekuasaan. a.Sensitif terhadap kritik
b.Responsif terhadap pujian
2.1.3 Karakteristik Konsep c.Mempunyai sikap hiperkritis
Diri d.Cenderung merasakan tidak
Kecenderungan pustakawan disenangi orang lain
untuk berperilaku sesuai e.Bersikap pesimis terhadap
dengan konsep dirinya disebut kompetisi.
sel fulfilling prophecy. Konsep
diri memiliki dua kualitas, yaitu Menurut Hurlock (1993)
konsep diri positif dan konsep pustakawan yang memiliki
diri negatif. Menurut Brooks konsep diri yang positif akan
dan Emmert dalam (Rakhmat, terlihat optimis, penuh percaya
2003) ada lima hal yang diri dan selalu bersikap positif
menunjukan pustakawan yang terhadap segala sesuatu.
memiliki konsep diri positif, Sebaliknya pustakawan yang
yaitu: memiliki konsep diri yang
negatif akan muncul jika
a.Meyakini dirinya mampu pustakawan mengembangkan
mengatasi masalah perasaan rendah diri, merasa
b.Merasa setara dengan orang ragu, kurang pasti serta kurang
lain percaya diri. Pustakawan
c.Menerima pujian tanpa rasa dikatakan mempunyai konsep
malu diri negatif jika ia menyakini
d.Menyadari bahwa setiap dan memandang bahwa dirinya
orang mempunyai berbagai lemah, tidak berdaya, tidak
perasaan, keinginan dan dapat berbuat apa-apa, tidak
perilaku yang tidak kompeten, gagal, malang, tidak
seluruhnya disetujui tidak menarik, tidak disukai dan
e.Mampu memperbaiki dirinya tidak memiliki daya tarik
karena ia sanggup terhadap hidup. Sedangkan
mengungkapkan aspek-aspek konsep diri yang positif akan
kepribadian yang tidak berkembang jika pustakawan
mengembangkan sikap yang pustakawan akan
berkaitan dengan good self mempengaruhi pembentukan
esteem, good selft confidence, konsep diri pustakawan.
dan kemampuan melihat diri
secara realistis. 2.1.5 Ketakutan Komunikasi
(Communication
2.1.4 Faktor-faktor Konsep Apprehension)
Diri
Istilah communication
Jalaludin Rakhmat dalam apprehension menunjukan pada
bukunya “Psikologi perasaan takut atau kecemasan
Komunikasi” menyebutkan dalam interaksi komunikasi.
adanya dua faktor yang Pustakawan tersebut akan
mempengaruhi konsep diri, mengembangkan perasaan-
yakni orang lain dan kelompok perasaan negatif dan
rujukan. Pembentukan dan memprediksi hal-hal negatif
perkembangan konsep diri saat terlibat dalam interaksi
dipengaruhi oleh orang-orang komunikasi. Pustakawan
disekitarnya. Menurut george merasa takut melakukan
Herbert Mead pengaruh yang kesalahan dan akan
paling besar adalah bersumber dipermalukan.
dari orang-orang terdekat
disebutnya sebagai significant Communication apprehension
others. Menurut Dewey dan atau disebut dengan ketakutan
Humber adalah bersumber dari komunikasi sangat
orang lain yang memiliki ikatan mempengaruhi pustakawan jika
emosional yang disebut sebagai pustakawan merasakan
affective others. Dari beberapa ketakutan komunikasi maka
para ahli yang menyatakan tidak akan terjadi suatu
tentang faktor-faktor konsep komunikasi yang efektif. Ada
diri maka peneliti delapan unsur dalam ketakutan
menyimpulkan bahwa dimana komunikasi yaitu:
faktor dari pemustaka yang 1.Mengelola Ketidakpastian
memiliki ikatan emosional dan Kecemasan
terhadap pustakawan itu semua Menurut teori Berger dalam
sangat mempengaruhi dirinya Littlejhon (2009: 217-219)
dari cara pandang pemustaka disebut dengan teori
tersebut. Cara pandang pengurangan ketidak pastian
pemustaka tersebut terhadap (uncertainty reduction theory)
dan perluasan Gudykunt sangat bergantung pada
disebut pengelolaan ketidak komunikasi dengan orang lain.
pastian dan kecemasan (anxiety Strategi pasif yang pertama
uncertainty management) adalah reaktivitas pengamatan
a.Teori Pengurangan (reactivity searcing). Disini,
Ketidakpastian individu benar-benar diamati
Teori ini membahas proses ketika melakukan sesuatu
dasar tentang bagaimana bereaksi dalam situasi tertentu.
seorang pustakawan mengenal Pengamatan lepas (disinhibition
pemustaka. Ketika pustakawan searching) merupakan startegi
bertemu dengan pemustaka, pasif lain yang mengamati
seorang pustakawan mungkin orang-orang dalam situasi
memiliki sebuah keinginan informal, dimana mereka
yang kuat untuk mengurangi kurang mengawasi diri dan
ketidakpastian tentang bersikap dalam cara yang lebih
pemustaka tersebut. Dalam alami.
situasi seperti ini, seorang b.Pengelolaan Ketidak pastian
pustakawan cenderung tidak Kecemasan
yakin akan kemampuan Teori ini dimana semua
pemustaka untuk kebudayaan mencoba untuk
menyampaikan tujuan dan mengurangi ketidak pastian
rencana, perasaan pada saat itu, dalam tahap-tahap awal sebuah
dan sebagainya. Teori ini juga hubungan, tetapi mereka
menyatakan bahwa manusia melakukannya dalam cara-cara
sering kali kesulitan dengan yang berbeda.
ketidakpastian, mereka ingin
dapat menebak perilaku, c.Akomodasi dan Adaptasi
sehingga mereka terdorong Jika seorang pustakawan
untuk mencari informasi mengamati interaksi dengan
tentang orang lain. Ada seksama, pustakawan akan
beberapa cara yang kita dapat melihat bahwa pemustaka
lakukan untuk mendapatkan sering kali menyesuaikan
informasi tentang orang lain. perilaku mereka. Ada empat
Strategi pasif adalah pokok yang membahas masalah
pengamatan, sedangkan strategi tersebut yaitu accomodation
aktif mengharuskan theory, interaction adaptition
pengamatan untuk melakukan theory, expectancy-violations
sesuatu untuk mendapatkan theory, dan interpersonal-
informasi. Strategi interaktif deception theory.
d.Teori Akomodasi ( Menurut teori ini, seorang
Accommodation Theory) pustakawan memiliki dugaan
Teori ini merupakan salah satu tentang perilaku pemustaka
teori tentang perilaku berdasarkan norma-norma
komunikasi yang sangat sosial maupun pengalaman
berpengaruh. Teori ini seorang pustakawan
dirumuskan oleh Howard Giles sebelumnya dengan pemustaka
dalam Littlejhon (2009: 222- dan situasi dimana prilaku
224) teori ini menjelaskan tersebut terjadi. Dugaan ini
bagaimana dan kenapa seorang dapat melibatkan hampir semua
pustakawan menyesuaikan perilaku non-verbal, misalnya
perilaku komunikasi terhadap kontak mata, jarak, dan sudut
tindakan seorang pemustaka. tubuh. Anggapan yang umum
Mereka menyebutnya adalah bahwa ketika dugaan
pemusatan (convergence), atau pustakawan sesuai, perilaku
penyamaan. Kebalikannya, pemustaka dinilai sebagai
pelebaran (divergence) atau sesuatu yang positif, dan ketika
pemisahan terjadi ketika dugaan pustakawan
pembicara mulai melebih- menyimpang, prilaku tersebut
lebihkan perbedaan mereka. dinilai sebagaisesuatu yang
negatif.
e.Teori Adaptasi (Interaction-
Adaptation Theory) g.Teori Kebohongan
Teori akomodasi meletakan Interpersonal (Interpersonal-
dasar pengenalan berbagai jenis Deception Theory)
penyesuaian dan hubungannya, Teori ini menyatakan dimana
tetapi fenomena ini sebenarnya interaksi yang harus berlanjut
merupakan bagian dari sebuah antarpelaku komunikasi yang
proses adaptasi dalam interaksi menggunakan proses maju
yang jauh lebih kompleks topik mudur. Kebohongan
dari teori adaptasi interaksi. melibatkan manipulasi
Para pelaku komunikasi informasi, perilaku, dan citra
memiliki sejenis sinkronisasi yang dilakukan dengan sengaja
interaksional (interactional untuk membuat pemustaka
synchrony) atau pola maju mempercayai kesimpulan atau
mundur yang teratur. keyakinan yang palsu. Pelaku
f.Teori Penyimpangan Dugaan komunikasi yang berbohong
(Expectancy-Violations theory) mungkin mengalami sejumlah
ketakutan tertentu, seperti takut
ketahuan dan pendengarannya 6.Optimistik
mungkin mengalami sedikit 7.Mampu bekerja secara efektif
kecurigaan karena dibohongi. 8.Bertanggung jawab atas
pekerjaannya dan
2.1.6 Konsep diri, Harga diri, bergemberia.
dan Kepercayaan diri
pustakawan Bahwa pustakawan yang
percaya diri mempunyai
Kepercayaan diri mempunyai hubungan sosial yang baik,
fungsi mendorong seseorang mempunyai aspirasi yang sehat,
pemustaka meraih kesuksesan. mampu bekerja dengan efektif
menurut Guilford dalam dan bertanggung jawab, dan
Andayani dan Afiatin (1959, sehat secara emosional.
24) ciri-ciri pustakawan yang Kemampuan-kemampuan
mempunyai kepercayaan diri tersebut mengakibatkan
adalah: pustakawan mempunyai
1.Merasa adekuat terhadap apa kemungkinan untuk sukses bila
yang ia lakukan dibandingkan dengan
2.Merasa dapat diterima oleh pustakawan yang kurang atau
kelompoknya tidak percaya diri. Konsep diri
3.Percaya sekali pada dirinya membantu pustakawan
sendiri serta memiliki berinteraksi sosial. Penelitian-
ketenangan sikap (tidak gugup penelitian dari Partosuwindo
bila melakukan atau dalam Andayani dan Afiatin
mengatakan sesuatu secara (1992, 25) menunjukan bahwa
tidak sengaja dan ternyata apa konsep diri sangat penting bagi
yang dilakukan atau dikatakan keberhasilan pustakawan dalam
itu salah). Menurut Lauster hubungan sosialnya. hal ini
dalam Andayani dan Afiatin berarti bahwa dengan konsep
(1978, 24) menyebutkan bahwa diri yang positif pustakawan
ciri-ciri pustakawan yang akan berperilaku yang positif
percaya diri adalah: pula sehingga ia akan mendapat
1.Tidak mementingkan diri umpan balik yang positif dari
sendiri pemustaka. Sebagaimana
2.Cukup toleran konsep diri, harga diri juga
3.Cukup berambisi berperan penting dalam
4.Tidak perlu dukungan orang perilaku pustakawan.
lain
5.Tidak berlebihan
Coopersmith dalam Andayani 2.1.7 Gaya Kelekatan dan
dan Afiatin (1967, 25) Konsep Diri
mengatakan bahwa harga diri
menentukan cara pustakawan Konsep diri merupakan suatu
beradaptasi terhadap tuntutan asumsi-asumsi atau skema diri
pemustaka. Kepercayaan diri, mengenai kualitas personal
sebagaimana disebutkan yang meliputi penampilan fisik
sebelumnya, terbentuk melalui (tinggi, pendek, berat, ringan,
proses belajar pustakawan dan sebagainya), kondisi psikis
dalam interaksinya. Dalam (pemalu, kalm, pencemas dan
interaksi tersebut pustakawan sebagainya) dan kadang-kadang
mendapat umpan balik yang juga juga berkaitan dengan
dapat berupa reward dan tujuan dan motif utama. konsep
punishment. Melalui diri dapat dikatakan merupakan
pengalaman-pengalaman sekumpulan informasi
tersebut pustakawan akan kompleks yang berbeda yang
mendapat gambaran tentang dipegang oleh pemustaka
siapa dirinya, dan inilah yang tentang pustakawan menurut
disebut dengan konsep diri. Baron dan Byrne dalam
Menurut Walgito dalam Andayani dan Afiatin (1994,
Andayani dan Afiatin (1993, 25). Andayani dan Afiatin
25) mengatakan bahwa (1999, 26) membagi gaya
terbentuknya konsep diri akan kelekatan menjadi tiga yaitu
mempengaruhi harga diri gaya kelekatan aman, cemas,
pustakawan. Melalui konsep dan menghindar. Ciri-ciri gaya
dirinya ini pustakawan kelekatan aman yaitu
mengavaluasi pengalaman- mempunyai model mental diri
pengalamannya yang berkaitan sebagai orang berharga, penuh
dengan penerimaan dan dorongan, dan mengembangkan
penghargaan pemustaka model mental pemustaka
terhadap pustakawan. Bila sebagai orang yang bersahabat,
umpan balik yang diperolehnya dipercaya, responsi, dan penuh
positif, maka pustakawan akan kasih sayang. Pustakawan
mengembangkan harga diri dengan gaya lekat aman akan
yang baik pula terhadap dirinya mengembangkan model mental
sendiri. diri atau skema diri positif.
Skema diri berisi tentang
pengetahuan diri yang
diorganisasikan dan berisi
tentang belief pemustaka yang nyaman pada keintiman, dan
akan membantu mengarahkan ada rasa takut untuk ditinggal
pemrosesan informasi yang menurut Collins dan read dalam
relevan dengan diri menurut Andayani dan Afiatin (1991,
Brehm dan Kassin dalam 26). Pustakawan dengan gaya
Andayani dan Afiatin (1993, kelekatan cemas mempunyai
24). kharakteristik model mental
Skema diri ini pada dasarnya sebagai pustakawan yang
mencerminkan semua kurang pengertian, kurang
pengalaman yang relevan percaya diri, merasa kurang
dengan ‘diri’; semua berharga, dan memandang
pengetahuan diri pada saat ini, pemustaka mempunyai
memori diri, dan konsepsi komitmen rendah dalam
mengenai apa yang disukai dan hubungan interpersonal
tidak disukai di masa lalu, masa (Simpson dalam Budi Andayani
sekarang, dan masa yang akan dan Tina Afiatin, 1990).
datang. Apabila skema diri ini Pustakawan dengan gaya
mempunyai kesempatan untuk kelekatan menghindar dan
berkembangan maka cemas, akan mengembangkan
pustakawan akan lebih akurat skema diri yang negatif,
dalam melakukan memproses sehingga hanya akan
informasi yang relevan dengan memproses informasi dalam
diri. Informasi yang relevan rangka melindungi harga diri,
dengan diri akan diberikan sehingga informasi yang
perhatian yang proporsional, diproses sebatas yang relevan
terekam dalam memori, dan dengan perlindungan harga diri.
akan mudah untuk diingat Informasi yang mengancam
kembali. Hal ini disebut dengan harga diri cenderung diseleksi.
self-relevance effect. Gaya lekat Bias dalam kognisi diri disebut
menghindar mempunyai dengan self serving bias. Ketiga
kharakteristik model mental diri macam gaya kelekatan
sebagai pustakawan yang bukanlah hal yang saling
skeptis, curiga, dan memandang terpisah, tetapi lebih merupakan
pemustaka sabagai orang yang kecenderungan-kecenderungan.
kurang mempunyai pendirian Pustakawan jika dengan gaya
dan model mental sosial kelekatan aman pada dasarnya
sebagai pustakawan yang mereka juga akan memiliki
merasa tidak percaya pada gaya kecemasan menghindar
kesediaan orang lain, tidak
dan cemas, hanya saja kadarnya pengertian yang sederhana,
atau kualitasnya berbeda. bahwa komunikasi
interpersonal adalah proses
2.2 Komunikasi penyampaian dan penerimaan
Interpersonal pesan antar pustakawan dengan
pemustaka baik secara langsung
2.2.1 Pengertian Komunikasi maupun tidak langsung.
Interpersonal
Komunikasi interpersonal Komunikasi interpersonal
mempunyai banyak definisi merupakan proses pertukaran
sesuai dengan presepsi ahli-ahli informasi di antara pustakawan
komunikasi yang memberikan dengan pemustaka yang dapat
batasan pengertian. Stewart diketahui langsung feedback-
(1977) sebagai mana dikutip nya. dengan bertambahnya
Parks (2008:3) mendefinisikan pustakawan dan pemustaka
komunikasi interpersonal yang terlibat dalam komunikasi,
menunjukan adanya kesediaan menjadi bertambah persepsi
untuk berbagi aspek-aspek unik pemustaka dalam kejadian
dari diri individu. Menurut komunikasi sehingga
Devito (1989), komunikasi bertambah kompleks
interpersonal adalah komunikasi tersebut (Arni
penyampaian pesan oleh satu Muhammad dalam Nurhayati
orang dan penerimaaan pesan Surbakti, 2000).
oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, 2.2.2 Manfaat Komunikasi
dengan berbagai dampak dan Interpersonal
dengan peluang untuk
memberikan umpan balik Komunikasi interpersonal
segera (Effendy, 2003:30). memiliki manfaat, yaitu dapat
Menurut Mulyana (2000:73), meningkatkan hubungan
komunikasi interpersonal pustakawan dengan pemustaka.
adalah komunikasi antara Dalam hidup bermasyarakat
orang-orang secara tatap-muka, pustakawan bisa memperoleh
yang memungkinkan setiap kemudahan-kemudahan dalam
pesertanya menangkap reaksi hidupnya karena memiliki
orang lain secara langsung, baik banyak sahabat. Melalui
secara verbal ataupun komunikasi interpersonal, juga
nonverbal. Dari definisi di atas pustakawan dapat berusaha
peneliti dapat mengemukakan membina hubungan yang baik,
sehingga menghindari dan di dalam menghadapi
mengatasi terjadinya konflik- hubungan antarpribadi.
konflik diantara pustakawan, Kualitas keterbukaan
apakah dengan tetangga teman mengacu pada tiga aspek dari
kantor, atau pemustaka. komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator
Komunikasi interpersonal di interpersonal yang efektif
perpustakaan juga dapat harus terbuka kepada
diterapkan agar hubungan komunikasinya. Dimana
diantara pustakawan dengan komunikator adalah
atasan, pustakawan dengan pustakawan,
pustakawan, dan pustakawan memperkenalkan diri dan
dengan pemustaka. Komunikasi menawarkan diri untuk
interpersonal dapat menanyakan apa yang
meningkatkan hubungan sedang dibutuhkan oleh
kemanusiaan dan komunikan adalah
bermasyarakat diantara pihak- pemustaka. Aspek kedua,
pihak yang malakukan mengacu pada kesediaan
komunikasi. Jika pustakawan komunikator untuk bereaksi
melakukan komunikasi secara jujur terhadap
interpersonal dengan pemustaka stimulus yang datang. Orang
terjalin baik maka pustakawan yang diam, tidak kritis, dan
akan terjauh dari persepsi tidak tanggap pada umumnya
pemustaka yang kurang baik merupakan komunikan yang
dan pemustaka merasa senang. menjemukan. Bila ingin
komunikan bereaksi terhadap
2.2.3 Komunikasi apa yang komunikator
Interpersonal Yang Efektif ucapkan, komunikator dapat
memperlihatkan keterbukaan
Menurut Liliweri dalam dengan cara bereaksi secara
bukunya komunikasi antar spontan terhadap orang lain.
pribadi mengutip pendapat Jika dihubungkan dengan
Devito (1976: 13) mengenai perpustakaan maka dimana
ciri-ciri komunikasi pustakawan harus lebih aktif
interpersonal yang efektif yaitu: kepada pemustaka yang
1.Keterbukaan (openness) pasif. Aspek ketiga
adalah kemampuan menyangkut kepemilikan
menanggapi dengan senang perasaan dan pikiran dimana
hati informasi yang diterima komunikator mengakui
bahwa perasaan dan pikiran positif terhadap dirinya,
yang diungkapkannya adalah mendorong pemustaka lebih
miliknya dan ia bertanggung aktif berpartisipasi, dan
jawab atasnya. Dimaan menciptakan situasi
pustakawan harus komunikasi kondusif untuk
bertanggung jawab terhadap interaksi yang efektif.
ucapannya dan pesan yang di
berikan kepada pemustaka. 5.Kesetaraan (equality) adalah
dimana ada pengakuan
2.Empati (empathy) adalah secara diam-diam bahwa
kemampuan seseorang untuk kedua belah pihak
mengetahui apa yang sedang menghargai, berguna, dan
dialami orang lain pada suatu mempunyai sesuatu yang
saat tertentu, dari sudut penting untuk
pandang orang lain itu, dusumbangkan. Kesetaraan
melalui kacamata orang lain meminta kita untuk
itu. Berbeda dengan simpati memberikan penghargaan
yang artinya adalah positif tak bersyarat kepada
merasakan bagi orang lain. individu lain. Jika dikaitkan
Jika dihubungkan dengan dengan perpustakaan dimana
perpustakaan makan dimana pemustaka dan pustakawan
pustakawan mengetahui mendapatkan manfaat dari
kesusahan atau kesulitan komunikasi interpersonal
yang dirasakan oleh yang mereka lakukan.
pemustaka.
Menurut Tubbs dan Moss
3.Dukungan (supportiveness) sebagaimana sebagai mana
adalah hubungan yang dikutip oleh Rakhmat
interpersonal yang efektif (1996: 34) bahwa komunikasi
bilamana terdapat sikap yang efektif akan berlangsung
mendukung. Individu apa bila memenuhi lima hal
memperlihatkan sikap seperti berikut ini,
mendukung dengan bersikap 1.Pengertian
deskripti bukan evaluasi, 2.Kesenangan
spontan bukan startegik. 3.Pengaruh pada sikap
4.Hubungan yang semakin baik
4.Rasa positif (positiveness) 5.Tindakan
adalah seseorang pustakawan Menurut Devito (1995: 38-44)
harus memiliki perasaan dalam bukunya yang berjudul
“The Interpersonal
Communication Book” a.Keprcayaan diri (convidence)
mengatakan bahwa komponen Adalah disaat berkomunikasi
dari efektivitas komunikasi ditandai dengan adanya rasa
interpersonal, yaitu A nyaman, inisiatif untuk
Humanistic Model of membuka saluran
Interpersonal Effectiveness dan komunikasi , sikap dan
A Pragmatik Model of pemikiran yang fleksibel, dan
Interpersonal Effectiveness. terkontrol. Sebaliknya bila
Pendekatan humanistik tidak memiliki kepercayaan
berorientasi pada interaksi diri, komunikator akan
manusia yang penuh makna, merasa cemas, tegang, takut,
jujur dan memuaskan, dan merasa tidak nyaman.
sedangkan pragmatis
berorientasi pada perilaku b.Kesegeraan (immediacy)
positif yang digunakan saat Adalah dimana aspek ini
berkomunikasi untuk mencapai menunjukan rasa ketertarikan
tujuan komunikasi. dan ada tidaknya perhatian
1.Humanistic Model lawan bicara dengan isi
Ada lima aspek dalam pembicaraan. Penting bahwa
pendekatan humanis untuk kedua belah pihak, baik
mencapai efektivitas dalam komunikator maupun
komunikasi interpersonal, komunikan menaruh
meliputi: Keterbukaan perhatian penuh pada lawan
(openess), Empati (empathy), bicara saat berkomunikasi
Dukungan (supportiveness), agar kebersamaan
Sikap positif (positiveness), komunikasi terpelihara.
dan Kesetaraan (equality).
Aspek-aspek ini pernah c.Pengelolaan interaksi
dikutip oleh Alo Liliwery (interaction management)
pada bukunya yang berjudul Adalah kemampuan
komunikasi antar pribadi. mengatur pembicaraan agar
alus dan alur komunikasi
2.Pragmatic Model dapat berjalan lancar.
Model ini juga ada lima Kemampuan ini berkaitan
pendekatan untuk mencapai dapat dengan kontrol diri
komunikasi interpersonal seseorang atas kesan atau
yang efektif secara citra diri yang
pragmiatis, yaitu: ditampilkannya terhadap
orang lain atau yang disebut 1. Keterbukaaan dan
dengan self-monitoring. kepercayaan diri
Seseorang yang memiliki 2. Empati dan
selft-monitoring tinggi dapat pengertian
menguasai situasi, mengatasi 3. Sikap positif dan
kecemasan dalam pengruh dari sikap
berkomunikasi dan 4. Tindakan dan
memelihara berlangsungnya orientasi pada
komunikasi secara efektif. orang lain
5. Hubungan semakin
d.Ekspresif (expresiveness) baik dan
Adalah kemampuan untuk pengelolaan
mengekspresikan perasaan interaksi
dan pikiran dengan cara-cara  Perbedaan dari para
yang tepat, baik secara verbal ahli tersebut adalah:
maupun nonverbal. Sama 1. Dukungan
halnya dengan aspek 2. Kesetaraan
keterbukaan dalam 3. Kesenangan
pendekatan humanistik, sikap 4. Hubungan yang
dan perilaku yang ekspresif semakin baik
memerlukan tanggung jawab 5. Kesegeraan
dalam pikiran, berperasaan, 6. Ekspresif
dan memberikan respon pada
orang lain. Untuk menciptakan komunikasi
interpersonal yang efektif
e.Orientasi pada orang lain terdapat dua faktor penting
(other orientation) yang harus dimiliki oleh
Adalah kemampuan pustakawan, yaitu kredibilitas
seseorang untuk menunjukan komunikator, dan daya tarik
perhatian dan ketertarikannya komunikator. Kredibilitas
pada obyek pembicaraan adalah seperangkat persepsi
orang lain. komunikasi tentang sifat-sifat
pustakawan. Menurut Effendy
Menurut dari ketiga pakar dalam Surbakti (1989) dalam
tersebut memiliki persamaan definisi ini terkandung dua hal,
dan perbedaan. yaitu kredibilitas adalah
 Persamaan dari para persepsi pemustaka dan
ahli tersebut adalah: kerdibilitas berkenaan dengan
sifat-sifat pustakawan, yang
selanjutnya disebut sabagai kerabat, atau keluarga. dalam
komponen-komponen melayani pemustaka, penerapan
kredibilitas. Efektivitas komunikasi yang efektif akan
komunikasi interpersonal membantu dalam membentuk
banyak dipengaruhi oleh persepsi dan sikap pemustaka
kemampuan pustakawan, di terhadap prilaku pustakawan,
mana pustakawan harus sehingga diperlukan kredibilitas
senantiasa menciptakan pustakawan sebagai
komunikasi interpersonal yang komunikator untuk membuat
berkualitas sekaligus efektif. pemustaka merasa nyaman.
Kredibilitas puatakawan Membentuk pustakawan yang
sebagai komunikator akan memiliki kredibilitas yang baik
menentukan kualitas dan dalam berkomunikasi perlu
efektifitas komunikasi di antara memperhatikan hal-hal sebagai
keduanya. kualitas dan berikut, di antaranya:
efektivitas komunikasi secara kepercayaan diri, kebersatuan,
otomatis akan berdampak daya ekspresi, dan orientasi
terhadap sikap pemustaka terhadap pemustaka di mana
dalam memandang keempat hal tersebut akan
perpustakaan. Dalam hal ini, menacapai sebuah komunikasi
komunikasi diharapkan dapat yang efektif menurut De Vito
membantu pembentukan sikap dalam Andayani dan Afiatin
positif dari pemustaka. (1997, 11). Pada kenyataannya,
seringkali kegiatan komunikasi
2.2.4 Pengaruh Kredibilitas interpersonal diabaikan dan
Pustakawan Dalam dianggap kurang penting oleh
Komunikasi Interpersonal perpustakaan.

Pustakawan yang mampu Pustakawan menganggap


melakukan komunikasi bahwa pada saat pemustaka
interpersonal yang efektif harus datang ke perpustakaan,
dapat membuat pemustaka pemustaka hanya membutuhkan
nyaman dan memiliki pelayanan yang baik dan
pengalaman yang baik selama menyenangkan dari
melakukan kegiatan di pustakawan, tidak lebih dari itu.
perpustakaan untuk dapat Padahal selain melakukan
dengan senang hati kegiatan di perpustakaan,
menceritakan pengalaman pemustaka juga ingin
baiknya tersebut kepada teman, didengarkan keluhan dan
harapannya terhadap masing akan
perpustakaan, yang mana hal mengaitkan informasi
tersebut dapat diketahui oleh pada yang lain dan
pustakawan melalui kegiatan secara bersamaan,
komunikasi interpersonal yang masing-masing juga
dilakukan oleh pustakawan akan membalas
dengan pemustaka. Melalui informasi tersebut
komunikasi interpersonal pada tingkat yang
tersebut perpustakaan dapat lebih tinggi.
membentuk dan kemudian
memperkuat sikap positif
pemustakawan terhadap 3. Interaksi dalam
perpustakaan dan citra berkomunikasi selalu
pustakawan. diorganisasikan ke
Watzlawick, Beavin, dan dalam pola-pola yang
Jackson dalam Surbakti (2008, mempunyai arti oleh
4) mengemukakan lima para komunikator
aksioma dasar mengenai yaitu pustakawan,
komunikasi interpersonal yaitu: yang disebut dengan
1. Pustakawan tidak bisa pengelompokan.
berkomuniaksi,
karena pada saat 4. Dalam
berkomunikasi berkomunikasi, baik
pustakawan akan pustakawan dan
senantiasa pemustaka cenderung
mempengaruhi akan menggunakan
persepsi pemustaka. kode-kode digilat
(bahasa) dan kode-
2. Setiap percakapan, kode analog (seperti:
betapapun singkatnya, ekspresi wajah, atau
meliputi dua pesan, emosi dalam suara).
yaitu sebuah pesan isi Meskipun kode-kode
dan sebuah pesan digital dan analog
hubungan. Bila berada satu sama lain,
pustakwan dan keduanya digunakan
pemustaka saling bersama-sama dan
berinteraksi melalui tidak dapat lain,
suatu kegiatan keduanya digunakan
komunikasi, masing- bersama-sama dan
tidak dapat dipisahkan - membangun situasi
dalam suatu yang
komunikasi menyenangkan
interpersonal yang - mengakrabkan
sedang berlangsung hubungan antara
pemustaka dan
tenaga
5. Komunikasi perpustakaan.
interpersonal - mencairkan suasana
berhubungan dengan yang kurang baik.
pencocokan ataupun - mempermudah
pengkaitan pesan- untuk pemencaran
pesan dalam suatu informasi
interaksi. - memperlancar untuk
memperoleh
2.3 Kepuasan Pemustaka dukungan

Kepuasan pemustaka dapat 2. Luncurkan program


diartikan sebagai suatu keadaan kenal dan sayang
dalam diri pemustaka atau adalah pemustaka
sekelompok pemustaka yang harus selalu menyapa
telah berhasil mendapatkan dan menghormati
sesuatu yang dibutuhkan dan pustakawan karena
dinginkan. Ada beberapa faktpr pustakawan berhak
yang mempengaruhi kepuasan dilayani oleh
pemustaka yaitu: pemustaka.
1. Selalu tersenyum
dalam melayani 3. Totalitas memberikan
pemustaka adalah layanan adalah
wajah tenaga pustakawan harus
perpustakaan sudah melayani pemustaka
seharusnya diwarnai hingga kebutuhannya
dengan senyuman. terpenuhi dan
Karena dengan pustakawan merasa
senyuman yang tulus puas terhadap
dari lubuk hati akan pelayanan yang
dapat : diberikan oleh
pemustaka.
pemikiran tersebut maka ada
dua hipotesis yaitu:
2.4 Kerangka Pemikiran Hipotesis 1:
H1.0: Kosep diri
Untuk mencapai kepuasan pustakawan tidak
pemustaka apabila adanya dapat langsung
komunikasi interpersonal yang berpengaruh
efektif antara pemustaka dan terhadap kepuasan
pustakwan. Konsep diri ini pemustaka.
dapat mempengaruhi langsung H1.1: Konsep diri
terhadap kepuasan pemustaka pustakawan dapat
tetapi konsep diri juga tidak langsung
dapat langsung berpengaruh berpengaruh
terhadap kepuasan pemustaka terhadap kepuasan
yaitu harus melalui komunikasi pemustaka.
interpersonal pustakawan Hipotesis 2:
dahulu untuk mendapatkan H2.0: Konsep diri
kepuasan terhadap pemustaka. pustakawan melalui
komunikasi
interpersonal tidak
2.5 Hipotesis dapat langsung
berpengaruh
Konsep diri dapat terhadap kepuasan
mempengaruhi secara langsung pemustaka.
terhadap kepuasan pemustakaan H2.1: Konsep diri
dan juga tidak dapat langsung pustakawan melalui
berpengaruh terhadap kepuasan komunikasi
pemustaka melainkan harus interpersonal dapat
melalui komunikasi langsung
interpersonal terlebih dahulu. berpengaruh
Jika komunikasi interpersonal terhadap kepuasan
pustakawan efektif dan pemustaka.
memiliki konsep diri yang
efektif untuk mempengaruhi
komunikasi interpersonal
tersebut maka akan tercapai
kepuasan yang dirasakan oleh
pemustaka. Berdasarkan
penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi.
3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, populasi
yang akan diteliti adalah
3.1 Desain Penelitian pengunjung perpustakaan
Daerah Kota Cirebon yaitu
Menurut Erwan (2007:25) desai mahasiswa yang menjadi
penelitian adalah rencana anggota di perpustakaan rata-
tentang bagaimana suatu rata pada satu tahun. Hasil dari
penelitian akan dilakukan. rata-rata tiap tahun diperoleh
Desain penelitian berfungsi populasi 3000 orang.
memberikan panduan kepada
peneliti tentang bagaimana 3.2.2 Sampel
suatu penelitian akan dilakukan
untuk dapat menjawab Sampel adalah sebagian atau
pertanyaan penelitian atau wakil populasi yang detail
hipotesis yang dibuat diawal (Arikunto, 1999:117). Sampel
penelitian. dalam penelitian ini diambil
menggunakan rumus Solvin
3.1.1 Jenis Penelitian dikarenakan jumlah populasi
yang begitu besar.
Dalam penelitian ini, N
menggunakan penelitian n=
deskriptif kuantitatif adalah 1+Ne2
memberikan gambaran Dimana:
fenomena yang diamati dengan n: ukuran sampel
lebih detail misalnya disertai N: ukuran populasi
data numerik, karateristik, dan e: kelonggaran ketidak telitian
pola hubungan antar variabel. karena kesalahan
pengambilan sampel yang
3.2 Populasi dan Sampel dapat ditoleransi sebesar
(1%, 5%, 10%)
3.2.1 Populasi Maka sampel yang akan
diambil adalah:
Populasi menurut Arikunto 3000
(1999:115) adalah keseluruhan n=
subjek penelitian. Apa bila 1+3000(0,1)2
seseorang ingin meneliti semua n = 96
elemen yang ada dalam wilayah
Jadi jumlah sampel yang 2. Jenis data
diambil 96 orang. Penelitian ini
menggunakan skala
3.2.3 Teknik Pengumpulan data ordinal. Menurut
Sampel Erwan (2007 : 57)
data ordinal adalah
Penelitian ini untuk dimana data
menentukan sampel digunakan penomeran obyek
teknik insidental. Sugiono diurutkan menurut
(2009:85), disebutkan bahwa dari tingkatan yang
insidential adalah teknik rendah ketingkat
penelitian sampel berdasarkan tertinggi. Namun
kebetulan, yaitu siapa saja yang meski ada urutan
secara kebetulan bertemu (tinggi-rendahnya)
dengan peneliti dapat akan tetapi kita tidak
digunakan sebagai sampel, bila tahu jarak
dipandang orang yang sesungguhnya dari
kebetulan ditemui itu cocok setiap tingkatan atau
sebagai sumber data. urutan itu.

3.3 Sumber data dan jenis 3.4 Teknik Pengumpulan


data Data
1. Sumber data
Data yang digunakan Penelitian ini menggunakan
dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
adalah data primer, berupa kuesioner. Menurut
menurut Erwan (2007 Sulistyo-Basuki (2006 : 155)
: 20) data primer kuesioner adalah pertanyaan
adalah data yang terstruktur yang diisi sendiri
diperoleh dari respon oleh responden untuk
secara langsung. memperoleh data, kuesioner
Dalam penelitian ini, disebarkan kepada pengunjung
data primer diperoleh perpustakaan yang telah
melalui pembagian menjadi sampel penelitian.
kuesioner kepada
responden yaitu 3.5 Variabel Penelitian
pengunjung 1. Dalam penelitian ini,
perpustakaan. ada tiga variabel yang
di gunakan yaitu
variabel bebas  Variabel terikat
(independen (dependent
variabel), variabel variabel)
terikat (dependent Menurut Erwan
variabel), variabel (2007:17) variabel
interverning (variabel terikat adalah
antar) variabel yang
 Variabel bebas dipengaruhi oleh
(independen variabel bebas.
variabel) Dalam penelitian
Menurut Erwan ini variabel
(2007: 17) variabel terikatnya adalah
yang kepuasan
mempengaruhi pemustaka.
atau menjadi Kepuasan
penyebab pemustaka
berubahnya menurut kotler
variabel dependen. (1994) adalah
Dalam penelitian tingkat perasaan
ini variabel seseorang setelah
bebasnya adalah membandingkan
konsep diri kinerja (hasil)
pustakawan. yang dirasakan
Konsep diri adalah dibandingkan
salah satu cara dengan
untuk melihat harapannya.
kemampuan yang
dimiliki seseorang  Variabel antar
dalam mengenali (intervening
diri dan kekuatan variabel)
atau kelemahan Menurut Erwan
dirinya agar dapat (2007: 18) adalah
menerima variabel yang
masukan dan secara teoritis
kritikan dari orang dapat
lain. mempengaruhi
hubungan antara
variabel
independen dan
dependen menjadi (open area),
satu hubungan wilayah buta
yang tidak (blind area),
langsung dan sulit wilayah
diamati. Dalam tersembunyi
penelitian ini (hidden area),
variabel antaranya wilayah tak
adalah komunikasi dikinali (unknown
interpersonal area).
pustakawan.
Komunikasi  Variabel antara
Interpersonal Variabel antara
adalah proses dalam penelitian
penyampaian dan ini adalah
penerimaan pesan komunikasi
antara pengiriman interpersonal
pesan dengan dengan indikator
penerima baik keterbukuan
secara langsung (openness), empati
maupun tidak (empathy),
langsung. dukungan
(supportiveness),
2. Definisi Operasional kesetaraan
Variabel (equality).
Definisi operasional
variabel ini  Variabel terikat
dimaksudkan untuk Variabel terikat
menjabarkan variabel dalam penelitian
penelitian kedalam ini adalah kepusan
indikator yang pemustaka.
terperinci, kemudian
diuraikan menjadi 3.5.1 Definisi Konseptual
indikator empiris
yang meliputi: Definisi konseptual adalah
 Variabel bebas definisi konsep secara mudah
dalam penelitian bisa dipahami sebagai definisi
adalah konsep diri yang ditemukan di kamus.
dengan indikator Dalam penelitian ini definisi
wilayah terbuka konseptual adalah:
 Komunikasi diri dengan
interpersonal adalah indokator wilayah
proses penyampaian dan terbuka (open
penerimaan pesan antara area), wilayah buta
pengirim pesan dan (blind area),
penerima baik secara wilayah
langsung maupun tidak tersembunyi
langsung. (hidden area),
wilayah tak
 Konsep diri adalah salah dikenali (unknown
satu cara melihat area).
kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam  Variabel antara
mengenali diri dan dalam penelitian
kekuatan atau kelemahan ini adalah
dirinya agara dapat komunikasi
menerima masukan dan interpersonal
kritikan dari orang lain. dengan indikator
keterbukaan
(openness), empati
 Kepuasan adalah tingkat (empathy),
perasaan seseorang dukungan
setelah membandingkan (supportiveness),
kinerja (hasil) yang kesetaraan
dirasakan dibandingkan (equality)
dengan harapannya.
 Variabel terikat
3.5.2 Definisi Operasional dalam penelitian
ini adalah
Definisi operasional ini kepuasan
dimaksudkan untuk pemustaka
menjabarkan variabel penelitian meliputi selalu
kedalam indikator yang tersenyum dalam
terperinci, kemudian diuraikan melayani
menjadi indikator empiris yang pemustaka,
meliputi luncurkan program
 Variabel bebas kenal dan sayang,
dalam penelitian totalitas
ini dalah konsep memberikan
layanan, strategi editing adalah
penanganan meminimalkan kesalahan
keluhan yang yang mungkin terjadi
efesien. saat wawancara sehingga
apabila masih bisa
diulang maka diulang.
3.6 Skala Pengukuran
2. Coding
Penelitian ini menggunakan Sebelum peneliti
skala likert. Menurut Erwan melakukan data entry,
(2007:63) skala likert peneliti harus melakukan
digunakan untuk mengukur koding atau membuat
opini atau persepsi responden code book. Coding
berdasarkan tingkat persetujuan adalah kegiatan
atau ketidak setujuan. Dalam mengorganisasi data ke
Skala Likert ini, setiap jawaban dalam kategori-kategori
setiap item intrumen diberi skor tertentu agar mudah di
dengan skala 1-4, yaitu: analisa. Sedangkan buku
a. Sangat Tidak Memuaskan = kode adalah buku yang
1 membuat daftar kode dari
b. Tidak Memuaskan = 2 data.
c. Memuaskan = 3
d. Sangat Memuaskan = 4 3 Tabulasi
Tabulasi adalah membuat
3.7 Pengolahan Data tabel-tabel yang berisikan
data yang telah diberi
Menurut Erwan (2007 : 97) kode sesuai dengan
pengolahan data adalah dimana analisis yang dibutuhkan.
dalam proses memperoleh data Diperlukan kehati-hatian
dan ringkasan menggunakan dan ketelitian dalam
rumus. Tahapan-tahapan melakukan tabulasi agar
pengolahan data adalah: tidak terjadi kesalahan.
1. Editing
Pada tahap ini yang
dilakukan adalah
memeriksa daftar
pertanyaan (kuesioner)
yang telah diisi oleh
responden. Tujuan proses
dilakukan dengan
menggunakan
rumus pearson
product moment.

 Uji
3.8 Analisis Data Relibilita
Uji ini untuk
Data yang telah terkumpul dari mengetahui
kuesioner kemudian dianalisis bagaimana
secara statistik. Dalam relibilitas dari
penelitian ini, digunakan setiap variabel
analisis kuantitatif yang dibantu dalam angket
dengan menggunakan program digunakan uji
SPSS atau EXCEL. SPPS belahan, yaitu
tersebut adalah suatu program membagi
komputer yang dapat pertanyaan
memproses data statistik secara menjadi dua,
cepat dan tepat. Analisis data belahan pertama
ini dilakukan untuk (X) adalah butir
mendiskripsikan jawaban pertanyaan
mengenai komunikasi bernomor ganjil
interpersonal dan konsep diri sedangkan belahan
terhadap kepuasan pemustaka. kedua (Y) adalah
butir pertanyaan
3.8.1 Uji Vadilitas dan bernomor genap.
Uji Relibilitas
Pengecekan dilakukan
1. Uji Validitas dan Uji menggunakan rumus pearson
Relibilitas product moment (Sugiono,
 Uji Validitas 2009 : 183). Untuk mengetahui
Uji ini relibilitas instrumen digunakan
digunakan untuk rumusan korelasi spear men
mengetahui brown (Sugiono, 2009 : 131).
bagaimana valid
setiap pertanyaan 1.8.2 Uji Hipotesis Penelitian
yang ada di 1. Regresi Sederhana
kuesioner. Dalam penelitian ini,
Pengecekan digunakan analisis regresi
sederhana untuk menganalisis (konsep diri) tidak
variabel independen (variabel perpengaruh terhadap
bebas) dan variabel dependen variabel terikat (kepuasan
(variabel terikat). Analisis pemustaka).
regresi sederhana ini bertujuan
untuk memprediksi berapa 2. Analisis Jalur (path
besarnya pengaruh antara analysis)
variabel konsep diri antara
variabel kepuasan. Hal tersebut Analisis jalur (path analysis)
dapat ditulis dengan rumus: dikembangkan oleh Sewall
Wright (1934) path analysis
digunakan apabila secara teori
Y = a + bX kita yakin berhadapan dengan
Y = variabel masalah yang berhubungan
dependen (kepuasan sebagai akibat. Tujuan analisis
pemustaka) ini adalah menerangkan akibat
X = variabel independen langsung seperangkat variabel,
(konsep diri) sebagai variabel penyebab,
a = intersep terhadap variabel lainnya yang
b = koefisien variabel x merupakan variabel akibat.
Uji hipotesis ini terhadap Sebelum melakukan analisis,
nilai statistika t merupakan uji sebaiknya diperhatikan
signifikansi parameter beberapa asumsi sebagai
individual. Pengujian hipotesis berikut:
ini dapat dilakukan dengan 1. Hubungan antara
mudah melalui program SPSS variabel haruslah
atau EXCEL agar memudahkan linier dan adaktif
dalam penghitungan. Uji
hipotesis dilakukan dengan uji t 2. Semua variabel residu
yaitu dimana: tidak mempunyai
1. Jika t hitung > t tabel korelasi satu samalain
maka variabel bebas
(konsep diri)
berpengaruh terhadap 3. Pola hubungan yang
variabel terikat (kepuasan tidak melibatkan arah
pemustaka). pengaruh yang timbal
balik
2. Jika t hitung < t tabel
maka variabel bebas
4. Tingkat pengukuran sederhana ini dihitung dengan
semua variabel bantuan SPSS versi 16.0
sekurang-kurangnya
adalah interval. Berdasarkan Tabel 2.44 dapat
diketahui persamaan regresi
Setelah dilakukan analisis linear sederhananya yaitu
regresi kemudian dilakukan bahwa tidak ada pengaruh
analisis jalur. Analisis ini signifikan antara variabel
digunakan untuk mengukur konsep diri dengan variabel
apakah variabel komunikasi kepuasan pemustaka dengan
interpersonal berpengaruh nilai koefisien sebesar 0,088.
langsung terhadap kepuasan
pemustaka yaitu mahasiswa Hal tersebut dapat
yang menjadi anggota diinterpretasikan bahwa apabila
perpustakaan Daerah Kota konsep diri pustakawan di
Cirebon atau harus melalui Badan Perpustakaan dan
konsep diri dahulu agar Kearsipan Daerah Kota Cirebon
berpengaruh. tidak baik dalam memberikan
layanan kepada pemustaka,
4. Analisis Hasil maka kepuasan pemustaka juga
Penelitian akan menurun dan pemustaka
akan merasa tidak puas dengan
4.1 Analisis Regresi layanan yang mereka peroleh.

Analisis regresi dalam 4.2 Pengujian Hipotesis


penelitian ini menggunakan Untuk mengetahui pengaruh
regresi linear sederhana. atau tidaknya dari variabel
Analisis regresi linier sederhana konsep diri pustakawan
untuk menganalisis satu terhadap kepuasan pemustaka,
variabel independent dan satu maka dilakukan pengujian
variabel dependent. Analisis ini dengan menggunakan uji t.
bertujuan untuk memprediksi Berdasarkan perhitungan
seberapa jauh variabel konsep dengan menggunakan SPSS
diri berpengaruh terhadap versi 16,0 pada tabel 2.44,
variabel kepuasan pemustaka. dapat diketahui t-hitung sebesar
0,870. Sedangkan t-tabel dapat
Dalam penelitian ini untuk diketahui dengan melihat tabel t
memudahkan dalam untuk uji 2 sisi sebesar 1,986.
perhitungan, regresi linier Sehingga dapat disimpulkan
Coefficientsa Hasil Analisis Jalur Variabel
Standar Konsep Diri Terhadap
dized
Unstandardize Coeffici Komunikasi Interpersonal
d Coefficients ents
Berdasarkan pada Tabel 2.45
Std.
Model B Error Beta t Sig. dapat diketahui bahwa hasil
1 (Cons
36.264 4.935
7.34
.000
analisis jalur antara konsep diri
tant) 8
Kons
dengan komunikasi
-.039 .217 -.019 -.181 .857
ep diri interpersonal diperoleh nilai
a. Dependent Variable: komunikasi
interpersonal
sebesar 0,019. Sedangkan hasil
analisis jalur untuk komunikasi
bahwa nilai t hitung < t tabel, interpersonal terhadap kepuasan
yaitu 0,870 < 1,986. Hal ini pemustaka dilihat pada Tabel
berarti bahwa H1.0 diterima 2.46 berikut
sehingga dapat dikatakan Tabel 2.46
bahwa konsep diri pustakawan Hasil Analisis Jalur
tidak dapat langsung Komunikasi Interpersonal
berpengaruh terhadap kepuasan Terhadap
pemustaka. Variabel Kepuasan
Pemustaka
4.3 Analisis Jalur (Path
Coefficientsa
Analysis)
Standar
Dalam penelitian ini dized
Unstandardized Coefficie
setelah dilakukan analisis Coefficients nts
regresi kemudian dilanjutkan Std.
Model B Error Beta t Sig.
dengan analisis jalur. Analisis
1 (Constant) 20.313 7.219 2.814 .006
jalur ini digunakan untuk
Konsep diri .220 .253 .088 .870 .386
mengetahui apakah variabel Komunikasi
.253 .120 .213 2.108 .038
konsep diri berpengaruh secara interpersonal
a. Dependent Variable:
langsung atau tidak terhadap kepuasan
variabel kepuasan pemustaka.
Dalam penelitian ini untuk Berdasarkan Tabel 2.46 dapat
analisis jalur digunakan diketahui bahwa hasil Analisis
program SPSS untuk jalur untuk komunikasi
memudahkan dalam Interpersonal terhadap variabel
perhitungan. Adapun hasil kepuasan pemustaka diperoleh
analisis jalur ini dapat dilihat nilai sebesar 0,213.
pada Tabel 2.45 berikut : Keseluruhan hasil analisis jalur
Tabel 2.45 ini dapat digambarkan sebagai
berikut.
sedangkan nilai standardized
coefisien beta konsep diri
sebesar 0,088 dan signifikan
pada 0,386. hal ini berarti
konsep diri melalui komunikasi
interpersonal dapat langsung
Gambar 4.3 berpengaruh terhadap kepuasan
Diagram Path Analysis pemustaka.
Pengaruh Langsung dan
Pengaruh Tidak Langsung 5. Simpulan dan Saran
Konsep Diri
terhadap Kepuasan yang 5.1 Simpulan
dimediasi oleh
Variabel Komunikasi Kesimpulan dari hasil
Interpersonal penelitian ini adalah
berdasarkan hasil analisis jalur
Komunikasi
Interpersonal memberikan nilai standardized
0,019
coefisien beta konsep diri (path
1), pada persamaan linier
0,213 sebesar 0,019 dan signifikan
pada 0,857 sehingga konsep
diri berpengaruh positif dengan
Konsep 0,088
Diri Kepuasan komunikasi interpersonal. Dari
Pemustaka
persamaan regresi berganda
didapatkan nilai standardized
Berdasarkan Gambar 4. dan coefisien beta komunikasi
berdasarkan hasil analisis interpersonal (path 2) sebesar
memberikan nilai standardized 0,213 dan signifikan pada 0,038
coefisien beta konsep diri (path sedangkan nilai standardized
1), pada persamaan linier coefisien beta konsep diri
sebesar 0,019 dan signifikan sebesar 0,088 dan signifikan
pada 0,857 sehingga konsep pada 0,386. hal ini berarti
diri berpengaruh positif dengan konsep diri melalui komunikasi
komunikasi interpersonal. Dari interpersonal dapat langsung
persamaan regresi berganda berpengaruh terhadap kepuasan
didapatkan nilai standardized pemustaka.
coefisien beta komunikasi
interpersonal (path 2) sebesar
0,213 dan signifikan pada 0,038
5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari 3. Diharapkan bagi pihak


penelitian tersebut, maka Badan Perpustakaan dan
mendapatkan beberapa saran Kearsipan Daerah Kota
yang dapat di jadikan tolak Cirebon menyediakan
ukur atau pertimbangan untuk data tentang keanggotaan
memperbaiki konsep diri dalam perpustakaan agar
komunikasi interpersonal membantu penelitian
pustakawan terhadap kepuasan yang ingin meneliti di
pemustaka di Badan Badan Perpustakaaan dan
Perpustakaan dan Kearsipan Kearsipan Daerah Kota
Daerah Kota Cirebon dan Cirebon.
bermanfaat untuk pembaca.
Adapun saran-sarannya sebagai
berikut: Daftar Pustaka
1. Diharapkan bagi
pustakawan di Badan Achmad. 2009. Menuju Kepuasan
Perpustakaan dan Pemustaka (Towards
Kearsipan Daerah Kota Library Users’
Satisfaction). http: //
Cirebon harus lebih tidak palimpsest.fisip.unair.ac.id/i
canggung lagi pada saat mages/pdf/achmad.pdf.
memberikan pelayanan [diakses 22 Mei 2012].
kepada pemustaka baik Alo Liliweri. 1991. Komunikasi
dalam hal peminjaman Antar Pribadi. Bandung:
buku, pengembalian Citra Aditya Bakti.
Ali Muhidin Sambas dan Maman
buku, dan memberikan Abdurrohman. 2009.
informasi kepada Analisis Korelasi Jalur
pemustaka. dalam Penelitian. Jakarta:
Pustaka Setia.
2. Diharapkan bagi Aw. Surwanto. 2011. Komunikasi
pustakawan di Badan Interpersonal. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Perpustakaan dan Avian Fadilla Helmi. 1999. “Gaya
Kearsipan Daerah Kota Kelekatan dan Konsep
Cirebon harus lebih aktif Diri”. Jurnal Pisikologi. No.
lagi dalam menjelaskan 1, hal. 9-17.
tentang informasi yang Budi Andayan dan Tina Afiatin.
ada di perpustakaan 1996. “Konsep Diri, Harga
Diri, dan Kepercayaan Diri
kepada pemustaka.
Remaja”. Jurnal Pisikologi. Sugiono. 2009. Metode Penelitian
No. 2, hal. 23-30. Kuantitatif Kualitatif dan
Burhan Bugi. 2008. Sosiologi R&D. Bandung: Alfabeta.
Komunikasi: Teori, Sulistio – Basuki. 2006. Metode
Paradigma, dan Diskursus Penelitian. Jakarta:
Teknologi Komunikasi di Wedatama Widya Sastra
Masyarakat. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan
Kencana. Budaya Universitas
Deddy Mulyana. 2002. Ilmu Indonesia.
Komunikasi. Bandung: ______________. 1991. Pengantar
Remaja Rosdakarya. Ilmu Perpustakaan. Jakarta:
Endang Fatmawati. 2010. The Art Of Gramedia Pustaka Utama.
Library: Ikatan Esai Bergizi Stephen W. Littel John. 2009. Teori
Tentang Seni Mengolah Komunikasi: Theories Of
Perpustakaan. Semarang: Human Communication.
Badan Penerbit Universitas Jakarta: Salemba Humanika.
Diponegoro. Tri Rejeki Andayani. 2009.
Erwan Agus Purwanto. 2007. Metode Efektifitas Komunikasi Interpersonal.
Penelitian Kuantitatif. Semarang: UNDIP.
Yogyakarta: Gava Media.
Harfi Cagara. Pengantar Ilmu
Komunikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Jalaludin Rakhmat. 1996. Psikologi
Komunikasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
M. Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok
Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nurhayati Subakti, et, al. 2008.
Pengaruh Kredibilatas
Pegawai Dalam Komunikasi
Interpersonal Terhadap
Sikap Nasabah Pada
Perusahaan. Jurnal
Administrasi Bisnis. Vol. 4,
No. 1, hal. 1-13.
Onong Uchjana Effendy. 2002.
Dinamika Komunikasi.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
____________________. 2009. Ilmu
Komunikasi: Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai