Anda di halaman 1dari 5

PENERAPAN TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS HALU OLEO


Studi Kasus : Pengaruh Komunikasi Interpersonal dalam Efisiensi Pelayanan di
Perpustakaan

Disusun Oleh :
NURMIA RAMADANI
(C1F121045)

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN ILMU INFORMASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengunjung perpustakaan Indonesia mengeluhkan pelayanan yang kurang responsif.
Pengunjung perpustakaan mungkin tidak asing dengan kotak kepuasan pengunjung atau
kotak saran saat mereka tiba. Alternatifnya, ada angket yang dapat digunakan untuk
mengisi kesan dari kunjungan perpustakaan. Sepertinya fitur tersebut hanya dianggap
tidak penting bagi pengunjung. Banyak alasan mengapa pengunjung tidak menyukai itu
semua. Ini mungkin disebabkan oleh fakta bahwa pengunjung tidak merasakan perubahan
dalam input mereka atau kotak kepuasan mereka. Jadi terkesan tidak peduli saat datang.
Meskipun sepele, ini ternyata m enjadi masalah perpustakaan Indonesia yang perlu
ditangani.
Salah satu masalah lain yang dihadapi oleh perpustakaan di Indonesia adalah tanggung
jawab yang diberikan oleh pustakawan atau pengelola yang terkesan lamban dan bodoh.
Dalam menanggapi keluhan, mereka terkesan santai dan tidak memberikan solusi.
Meskipun kecil, sangat mengganggu.
Dalam proses pelayanan perpustakaan, sangat penting bagi pustakawan dan pemustaka
untuk berkomunikasi satu sama lain, baik dalam hal penyediaan informasi maupun sikap
dan tindakan mereka. Komunikasi antar individu. Untuk mencapai tujuan komunikasi,
ada proses yang harus diikuti. Komunikasi interpersonal yang digunakan untuk
menyampaikan pesan seorang pustakawan kadang-kadang tidak sampai diterima dan sulit
dipahami oleh ahli buku. Dalam berinteraksi dengan orang lain ialah salah satu penting
dalam hubungan antara seseorang dan orang lain dalam lingkungan pekerjaan mereka,
contohnya baik sesama karyawan dalam posisi yang sama atau dengan peran yang
berbeda. Komunikasi interpersonal terjadi antara individu. dengan orang lain, yang
biasanya dilakukan secara tatap muka wajah baik dalam konteks pribadi maupun yang
bersifat tidak eksklusif. Dan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, teori
komunikasi interpersonal yang tepat digunakan adalah teori disonasi kognitif.
Teori disonansi kognitif merevolusi pemikiran tentang proses-proses psikologi sosial,
terutama yang berkaitan dengan bagaimana penghargaan memengaruhi sikap dan
perilaku. Teori ini juga menekankan bagaimana motivasi dan perilaku memengaruhi
persepsi dan kognisi. Diharapkan dengan diterapkannya teori ini di perpustakaan UHO
akan memberikan dampak baik terutama dam proses pelayanan dalam perpustakaan dan
kesenjangan sosial yang sering terjadi dan menyebabkan kurangnya minat pemustaka
untuk berkunjung ke perpustakaan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian / studi kasus ini adalah untuk menganalisis permasalahan
dan sekaligus membantu menyelesaikan problem kesenjangan akibat komunikasi antara
pemustaka dan pustakaawan di perpustakaan universitas Halu Oleo, Kendari.

C. Manfaaat

Manfaat dari studi kasus ini adalah agar diharapkan dengan menerapkan teori
Komunikasi Interpersonal dalam penelitian perpustakaan Universitas Halu Oleo, dapat
memperbaiki dan mengoptimalkan layanan, memahami pengguna lebih baik, serta
meningkatkan keterlibatan pengguna, yang pada gilirannya dapat meningkatkan peran
perpustakaan dalam mendukung pendidikan, penelitian, dan masyarakat secara
keseluruhann di Universitas Halu Oleo.

D. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
fenomenologi dikarenakan peneliti ingin memahami fenomena-fenomena yang terjadi
pada interaksi komunikasi interpersonal pustakawan dan pemustaka di Perpustakaan
universitas haluo oleo, kendari. Adapun pendekatan dalam penelitian ini adalah
fenomenologi dikarenakan peneliti ingin memahami seluruh suatu peristiwa secara
lengkap pada gejala-gejala apa saja yang terjadi pada komunikasi interpersonal
pustakawan dan pemustaka. Informan dalam penelitian ini adalah 5 orang pustakawan
dan 9 orang pemustaka di perpustakaan Perpustakaan Universitas Haluo Oleo,
Kendari.Fenomenologi merupakan membuat pengalaman nyata sebagai data pokok
sebuah realitas semua yang dapat anda ketahui adalah apa yang anda alami.
“Fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana
adanya”.Teknik pengumpulan datanya adalah dengan cara observasi, wawancara
mendalam dan dokumentasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Komunikasi Interpersonal Pustakawan dan Pemustaka
Proses komunikasi interpersonal antara pustakawan dan pemustaka yang peneliti temukan
adalah bahwa pustakawan menyampaikan informasi dan memberikan pelayanan melalui
komunikasi secara verbal dan nonverbal. Peneliti menemukan masalah dalam proses
komunikasi interpersonal yakni pustakawan mengalami kendala dalam sensitivitas dan
kurang agresif atau kurang cepat tanggap dalam berkomunikasi dan melihat situasi pada
pemustaka. Sensitivitas merupakan suatu kepekaan seseorang dalam melihat keadaan dan
situasi yang dilihatnya. Sensitivitas atau kepekaan sangat dibutuhkan pustakawan ketika
berhadapan dengan pemustaka dalam memberikan pelayanan dan informasi. Proses
komunikasi interpersonal antara pustakawan dan pemustaka terjadi karena adanya pelayanan
dan penyampaian informasi secara verbal dan nonverbal kepada pemustaka dikarenakan
faktor kebutuhan seorang pemustaka dalam mencari informasi yang ada di perpustakaan baik
itu pada bagian pelayanan sirkulasi, administrasi dan mencari lokasi rak buku yang
dibutuhkan oleh pemustaka.
Temuan penelitian menemukan bahwa ada beberapa orang pustakawan hanya menunggu
respon dari pemustaka apabila ada yang ditanyakan. Selain itu staf pelayanan tidak ramah
terhadap pemustaka, mereka cenderung memasang muka masam dan acuh tak acuh bila ada
sesuatu yang ingin ditanyakan oleh pemustaka. Dalam menanggapi keluhan, mereka terkesan
santai dan tidak memberikan solusi.

B. Efektifitas Komunikasi Interpersonal Pustakawan dan Pemustaka

1. Keterbukaan (Openness)
Hasil penelitian menemukan bahwa pustakawan sangat tertutup dan tidak transparan
dalam memberikan layanan dan informasi. Pustakawan suka berkomunikasi dengan para
pemustaka. Pustakawan sangat terbuka ketika pemustaka menanyakan hal yang berkaitan
dengan perpustakaan Hasil analisis dan penelitian dilapangan bagaimana jika pustakawan
menerapkan komunikasi interpersonal dengan teori dalam melayani pengunjung tentang
keterbukaan (Openess) perpustakaan universitas halu oleo dalam memberikan pelayanan belum
cukup baik dan pengelola perpustakaan juga belun menjalankan tugasnya dengan cukup baik.
2. Keramahan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pustakawan kurang ramah ketika berkomunikasi secara
interpersonal dengan pemustaka. Pustakawan tidak menunjukkan keramahan kepada
pemustaka.

C. Hambatan komunikasi interpersonal Pustakawan dan Pemustaka


Hasil penelitian menunjukan bahwa hambatan seorang pustakawan dalam berkomunikasi secara
interpersonal adalah salah persepsi, kurangnya sensitivitas, kurangnya petunjuk informasi yang ada
di perpustakaan. Ketika pemustaka memiliki persepsi sendiri terhadap perpustakaan dan kesalahan
makna maksud dari seorang pustakawan kepada pemustaka. Persepsi tersebut terjadi ketika adanya
konflik dalam perdebatan permasalahan pada bagian sirkulasi maupun administrasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses komunikasi interpersonal antara pustakawan dan pemustaka yang peneliti temukan
adalah bahwa pustakawan menyampaikan informasi dan memberikan pelayanan melalui
komunikasi secara verbal dan nonverbal. Peneliti menemukan bahwa pustakawan memiliki
beberapa komponen dalam efektivitas komunikasi interpersonal yakni: 1) Keterbukaan
(Openness), 2) Keramahan,.Hambatan seorang pustakawan dalam komunikasi interpersonal
adalah salah persepsi, kurangnya sensitivitas, kurangnya petunjuk informasi yang ada di
perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai