Anda di halaman 1dari 90

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Komunikasi dalam masyarakat merupakan cara adaptasi yang dilakukan

orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosia. Pertrtemuan dari sistem serta

bentuk hubungan sosial atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-

perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada.

Hubungan komunikasi dapat mengahasilkan dan berpengaharuh pada Fadback

antara berbagai elemen masyarakat, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara

sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, serta

pemgaruh dan mempengaruhi antara kelompok masyarakat dan kelompok

masyarakat lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan

sosial, karena tanpa hubungan komunikasi tidak mungkin ada kehidupan bersama

dan proses interaksi sosialnya.

Bentuk umum proses hubungan komunikasi pada suatu masyarakat adalah

interaksi sosial yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial karena interaksi

sosial merupakan bagian dari terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial

merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan

antara orang-orang perorangan.

Interaksi sosial antara kelompok manusia terjadi pula di dalam

masyarakat. Interaksi tersebut lebih dominan ketika terjadi benturan antara

kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya

berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak.

Interaksi sosial tak akan mungkin teradi apabila manusia mengadakan hubungan

1
yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap

sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan termaksud.

Komunikasi suatu masyarakat yang memiliki keterkaitan dengan Berkaitan

proses interaksi sosial, hal ini pula yang menjadi kecenderungan dalam

mengungkap pendekatan kelompok masyarakat tertentu dalam hal ini pendekatan

perantau malaysia dalam hubungan komunikasi pada masyarakat lokal. Hal ini

menjadi menarik untuk dijelaskan dalam sebuah karya ilmiah dengan melalui

proses penelitian sebab perantau malaysia telah menjadi fenomena sosial akibat

dari gejala sosial terkait kebutuhan hajad hidup manusia. Sebagai negara dengan

jumlah tenaga kerja Indonesia yang dominan dibeberapa negara khususnya di

Malaysia maka secara kontruksi sosial pastilah terjadi pergeseran ataupun

percampuran budaya, bahasa, perilaku serta cara pandang antara masyarakat

Indonesia yang merantau di Malaysia dan masyarakat Lokal Indonesia.

Esk Perantau Malaysia yang ada di Kecamatan Parigi khususnya di

Kelurahan Wasolangka mendominasi hampir 50% dari jenis pekerjaan

masyarakatnya selain profesi lain. Kondisi masyarakatnya sangat kental dengan

aktifitas perantauan, hampir disetiap rumah warga pastilah salah satu dari anggota

keluarganya merupakan perantau Malaysia, bahkan anak remaja kebanyakan tidak

melakukan studi lanjutan di bangku perkuliahan dan memilih untuk menjadi

perantau sebab tergiur dengan dunia kerja dan hasil yang didapatkan. Sedikit

banyak komunikasi perantau Malaysia sangatlah mempengaruhi sikap, perilaku,

bahasa dan gaya bahasa serta gaya berpakaian ketika pulang di Indonesia

khususnya di Kecamatan Parigi Kelurahan Wasolangka.

2
Komunikasi komunikasi yang terjadi dalam keseharian masyarakatnya

terkadang sekilas kita dapat membedakan mana perantau Malaysia dan mana

bukan. Hal itu dapat kita lihat dari kondisi ekonomi yang meningkat, beristrikan

orang orang jawa itulah keadaan sekilas yang mendefinisakan orang perantau

Malaysia. Namun dalam sisi komunikasi adalah banyaknya pengaruh yang dibawa

pada interaksi yang mereduksi penggunaan tata bahasa dan penyebutan beberapa

hal baik berupa istilah, nama barang dialeg.

Perantau Malaysia ataupun disebut dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

menetap di Malaysia pada jangka waktu yang lama sesuai dengan kontrak kerja

yang telah disepakati dengan agen penyalur TKI sehingga dalam aktivitas

keseharian perantau tersebut dengan budaya Malaysia menyesuaikan diri agar

dapat diterima dan membiasakan diri dengan lingkungan yang baru, sehingga hal

ini akan merubah pola pikir dari sebelum merantau dan setelah merantau baik itu

dari akses bicara, tingkah laku dan hal lainnya. Sehingga berdasarkan latar

belakang permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Komunikasi Orang Muna EksPerantau

Malaysia di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian ini adalah bagaimana jenis penggunaan simbol

verbal dan non verbal pada komunikasi orang Muna Perantau Malaysia di

Kec. Parigi?

3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:untukmengetahui

jenis penggunaan simbol verbal dan non verbal komunikasi orang Muna

Malaysia di kec. Parigi

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan

bahan telaah pustaka bagi pengembangan riset dan teori-teori

komunikasi, khususnya pada komunikasi antar persona

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan bagi

seluruh elemen masyarakat dalam percampuran budaya lokal dan

asing sehingga menjadi filter dalam penerapan budaya asing

3. Manfaat Metodologis

Sebagai bahan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam

rangka memperluas litelatur hasil penelitian khususnya pada kajian

riset yang sama.

4
1.4. Sistematika Penulisan

Adapaun sistematika penulisan dalam proposal penelitian ini adalah

sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang yang menerangkan tentang gambaran umum

masalahpenelitian, alasan dan motivasi penulis terhadap topik

permasalahan, rumusan masalah yang berisi apa yang terjadi dengan

mengidentifikasi permasalahan penelitian sesuai dengan yang telah

diuraikan pada latar belakang, tujuan dan manfaat yang menggambarkan

hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dapat bermanfaat dalam

proses penelitian oleh peneliti selanjutnya yang mengambil konsentrasi

penelitian tentang komunikasi antar pribadi.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran

Menjelaskan tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan utama

penelitian,dan kerangka pikir yang menggambarkan tentang pemikiran

yang merujuk pada telaah pustaka yang berisi tentang permasalahan

penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Menerangkan tentang metode penelitian disusun mulai dari lokasi

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis

data, desain penelitian dan konseptualisasi.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

5
Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian, tentang gambaran umum lokasi

penelitian, Analisis komunikasi orang muna perantau Malaysia di

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, Komuniksai Verbal , dan Non verbal.

BAB V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dari penelitian serta saran peneliti yang

berhubungan dengan komunikasi orang muna eks perantau malaysia di

kecamatan parigi kabupaten muna

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Konsep Komunikasi

Komunikasi secara etimologis mempunyai arti proses penyampaian suatu

pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Istilah komunikasi diambil dari

bahasa inggris “communication”. Istilah ini berasal dari bahasa latin

communicatio yang artinya pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah

communicatio bersumber pada kata “communis” yang berarti sama, dalam arti

sama makna. Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus

terdapat kesamaan makna (Effendy,1993:27).

Beberapa ahli lainnya mendefinisikan komunikasi sebagai pengalihan

informasi untuk memperoleh tanggapan (Aranguren), saling berbagi informasi,

gagasan atau sikap (Schramm), saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus

kehidupan melalui perangkat-perangkat aturan (Cherry), penyesuaian pikiran para

peserta (Merilland), pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok kepada

yang lain, terutama dengan menggunakan simbol (Theodorson). Dari berbagai

definisi komunikasi itu Nimmo menjelaskan bahwa kita akan menemukan

kesamaan pada penekanan-penekanan tertentu. (Nimmo, 2005:5).

Komunikasi sebagai proses, Onong U. Effendy, membaginya menjadi dua

tahap dimana proses komunikasi secara primer dan proses komunikasi secara

sekunder. Proses komunikasi secara primer dimana proses penyampaian pikiran

dan atau perasaan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan

lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer berupa bahasa isyarat,

7
gambar, warna dan lain-lain secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan

atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan proses komunikasi

secara sekunder, dimana proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah

memakai lambang sebagai media pertama (Effendy, 1993:32).

Komunikasi secara mudah diartikan sebagai proses transfer pesan dalam

penyaluran informasi atau message melalui sarana atau saluran komunikasi

kepada komunikan yang tertuju (Prisgunanto, 2006: 1). Menurut Bernard

Berelson dan Gary A. Steiner, komunikasi merupakan transmisi informasi,

gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-

simbol, kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses

transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi (Mulyana, 2005:62).

Menurut Everett M. Rogers mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan

maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Mulyana, 2005:62). Menurut

Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981) bahwa komunikasi adalah suatu proses

di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi

dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian

yang mendalam. Proses ini meliputi adanya suatu pertukaran informasi (pesan),

dimana ia menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta

kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian dari orang-orang yang ikut

serta dalam prosees komunikasi (Cangara, 2006:19).

8
2.1.2. Tujuan Komunikasi

Menurut Berlo ada 2 (dua) ukuran tujuan komunikasi (dimension of

purpose) yaitu:

1. Kepada "Siapa" seseorang melakukan komunikasi. Dalam hal ini harus

dibedakan antara sasaran yang dituju (Intended receiver)dengan

sasaran yang bukan dituju (unitended receiver). Dalam berkomunikasi

paling sedikit terdapat dua keinginan bereaksi.

2. Tujuan komunikasi dapat diletakan di sepanjang ukuran continum,

yang menunjukkan apakah tujuan itu segera diperoleh (consum story

purpose) atau tertunda (Instrumental purpose). Schramm menyebutnya

sebagai "lmmediate reward "dan" delay edreward".

Komunikasi mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Perubahan Sikap (attitude change). Komunikan dapat merubah sikap

setelah dilakukan suatu proses komunikasi.

2. Perubahan pendapat (opinion change). Perubahan pendapat dapat terjadi

dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan

tergantung bagaimana komunikator menyampaikan komunikasinya.

3. Perubahan perilaku (behaviour change). Perubahan perilaku dapat terjadi

bila dalam suatu proses komunikasi, apa yang dikemukakan komunikator

sesuai dengan yang disampaikan hal ini tergantung kepada kredibilitas

komunikator itu sendiri.

9
4. Perubahan sosisal (social change). Perubahan yang terjadi dalam tatanan

masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika berlangsungnya

komunikasi (Effendy,1993:55).

2.1.3. Karakteristik Komunikasi

Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks. Bisa dilakukan secara

langsung antara satu orang atau lebih dengan yang lainnya, bisa juga dilakukan

melalui media, baik media massa maupun media nirmassa. Betapa kompleksnya

komunikasi, Sendjaja (2004:78) menjelaskan beberapa karakteristik komunikasi,

yaitu:

1. Komunikasi adalah suatu proses. Komunikasi sebagai suatu proses

artinya, komunikasi merupakan serangkaian tindakan yang terjadi

secara berurutan serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu

tertentu. Proses komunikasi melibatkan banyak factor dan unsur,

antara lain: komunikator, pesan, saluran atau alat yang dipergunakan,

komunikan, dan dampak dari komunikasi.

2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.

Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar,

disengaja, serta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

komunikator. Sadar artinya kegiatan komunikasi dilakukan dalam

keadaan mental psikologis yang terkendalikan. Disengaja maksudnya

komunikasi yang dilakukan sesuai dengan kehendak komunikator.

3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para

pelaku yang terlibat. Kegiatan komunikasi akan berlangsung baik

10
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi sama-sama ikut terlibat dan

sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan

yang dikomunikasikan.

4. Komunikasi bersifat simbolis. Komunikasi merupakan tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang seperti; bahasa

verbal dalam bentuk kata-kata, kalimat-kalimat, angka-angka atau

tanda-tanda lainnya. Selain bahasa verbal, terdapat lambang-lambang

nonverbal yang dapat dipergunakan dalam komunikasi seperti gerak

tubuh, warna, jarak dan lain-lain.

5. Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi pada dasarnya

menuntut dua tindakan, yakni memberi dan menerima. Pengertian

transaksional menunjuk pada suatu kondisi bahwa keberhasilan

komunikasi tidak hanya ditentukan oleh satu pihak, tetapi oleh

kedua belah pihak yang saling bekerjasama.

6. Komunikasi menembus ruang dan waktu. Komunikasi menembus

ruang dan waktu maksudnya, komunikator dan komunikan yang

terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat

yang sama. Hal itu bisa dilakukan dengan bantuan teknologi

komunikasi seperti telefon,videotext,teleconferencedan lain-lain.

11
2.1.4. Proses Komunikasi

Proses dalam ilmu komunikasi dibagi dua sudut pandang. Pertama,

persektif psikologis yang memahami komunikasi sebagai proses penyampaian

serta pertukaran pikiran dan perasaan dari seseorang pada orang lain dengan

menggunakan bahasa yang dipahami maknanya. Selain itu kondisi psikologis

komunikator juga sangat mempengaruhi. Komunikator tentu tidak dapat

melakukan komunikasi secara baik dan efektif kalau kondisi psikologisnya sedang

kacau. Kedua, perspektif mekanistis membagi komunikasi menjadi empat kategori

yaitu komunikasi primer, sekunder, linier, dan sirkular (Effendy, 2003:31).

1). Proses komunikasi dalam perspektif psikologis

Proses komunikasi dalam perspektif ini terjadi pada diri komunikator dari

komunikan. Ketika seorang komunikator berniat akan menyampaikan suatu pesan

kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Proses

“mengemas”atau “membungkus” pikiran dengan bahasa yang dilakukan

komunikator itu dalam bahasa komunikasi dinamakan encoding. Hasil encoding

berupa pesan itu kemudian kirimkan kepada komunikan. Sedangkan, proses

dalam diri komunikan disebut decoding seolah-olah membuka kemasan atau

bungkus pesan yang ia terima dari komunikator tadi. Apabila komunikan

mengerti isi pesan atau pikiran komunikator, maka komunikasi terjadi.

Sebaliknya, bila mana komunikan tidak mengerti, maka komunikasi tidak terjadi.

2). Proses komunikasi dalam perspektif mekanistis

Proses ini berlangsung ketika komunikator mengoperkan atau

“melemparkan” dengan bibir kalau lisan atau tangan jika tulisan pesannya sampai

12
ditangkap oleh komunikan. Penangkapan pesan dari komunikator oleh komunikan

itu dapat dilakukan dengan indera telinga atau inderamata, atau indera-indera

lainnya. Proses komunikasi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi proses

komunikasi secara primer dan sekunder, linear dan sirkular.

a). Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses

penyampaian pikiran oleh komunikatorkepada komunikan dengan menggunakan

suatu lambang (symbol) sebagai media atau saluran. Dalam komunikasi bahasa

disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang lainnya

yang bukan bahasa dinamakan lambang nonverbal (non verbal symbol).

b). Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai

media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator

menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasi karena komunikan

sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat,

telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya adalah

media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara

sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai media

massa (surat kabar, televisi, radio, dan sebagainya), media nir-massa (telepon,

surat, megapon, dan sebagainya) dan media social (facebook, twitter, line, path,

instagram, dan lain sebagainya).

13
c). Proses Komunikasi secara Linear

Proses komunikasi linier merupakan proses penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan secara satu arah. Proses komunikasi ini bisa

dilakukan secara tatap muka, komunikasi kelompok, atau komunikasi media.

Komunikasi linier umumnya terjadi pada masrakat otokratis dan paternalistik

yang informasi tersebut didominasi oleh elit politik dan rakyat hanya

menerimanya secara mentah-mentah.

d). Proses Komunikasi secara Sirkular

Proses secara sirkular adalah terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu

terjadinya arus dari komunikan ke komunikator. Feedback ada kalanya mengalir

dari komunikan kekomunikator itu adalah “response” atau tanggapan komunikan

terhadap pesan yang ia terima dari komunikator. Proses komunikasi secara

primer, pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan

ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan

media primer tersebut yaitu lambang-lambang. Pesan (message) yang

disampaikan komunikator kepada komunikan terdiri dari isi (content)dan

lambang-lambang (symbol).

Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam

komunikasi adalah bahasa, karena hanya bahasa yang mampu menerjemahkan

pikiran seseorang kepada orang lain, apakah itu berbentuk ide, informasi atau

opini. Selain bahasa, gambar juga banyak digunakan dalam berkomunikasi,

karena gambar melebihi kial, isyarat dan warna dalam hal ”menerjemahkan”

14
pikiran seseorang tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Demi efektifnya

komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya.

Proses komunikasi sekunder merupakan sambungan dari komunikasi

primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu. Maka, dalam menata

lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator

harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan.

Penentuan media yang akan dipergunakan perlu didasari pertimbangan mengenai

siapa komunikan yang akan dituju.

Menurut Effendy (2007:23) bahwa pada proses komunikasi secara

sekunder, media yang dipergunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. MediaMassa (MassMedia), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang

relatif amat banyak.

2. MediaNir-Massa atau MediaNon-Massa,yakni tertuju kepada satu orang

atau sejumlah orang yang relatif sedikit.

2.1.5.Unsur-unsur Komunikasi

Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar

manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3

(tiga) unsur yaitu: (1) Pengirim pesan (komunikator); (2) Penerima pesan

(komunikan); (3) Pesan itu sendiri. Komunikasi merupakan sebuah proses yang

didalamnya terjadi perpindahan antara pesan yang disampaikan dengan

penerima pesan tersebut. Pesan, merupakan seperangkat lambang bermakna

yang disampaikan oleh komunikator. Hal ini terjadi antara seorang komunikan

15
terhadap komunikator. Pesan itu bisa berupa gagasan, informasi, opini dan

lain-lain. Pesan dibagi 2 (dua) yaitu:

1. Pesan

Verbal adalah sebuah proses komunikasi,dimana pada komunikasi verbal

simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu

kata atau lebih.Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk

kedalam kategori pesan verbal yang disengaja. Yaitu usaha yang dilakukan

secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan.

Bahasa dalam proses komunikasi sebagai lambang verbal adalah yang

paling banyak dan paling sering digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai

seperangkat kata yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat

yang mengandung arti. (Cangara,2011:101). Oleh karena itu, hanya bahasa yang

mampu mengungkapkan pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik

yang konkret ataupun yang abstrak, yang terjadi masak ini, masa lalu dan masa

yang akan datang. (Effendy, 2003:33)

Lambang komunikasi verbal menjadi suatu unsur yang penting dalam

pesan yang saling dipertukarkan antara anggota komunitas. Lambang verbal

sebagai pembentuk pesan yang ada di model komunikasi transaksional. Bahasa

memiliki banyak fungsi, namun terdapat sedikitnya tiga fungsi yang erat

kaitannya dalam menciptakan sebuah komunikasi yang efektif, yaitu: (1) untuk

mempelajari tentang dunia di sekeliling kita; (2) untuk membina hubungan yang

baik diantara sesama manusia;

16
1. Pesan Non Verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata.Istilahnon

verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa

komunikasi diluar kata-kata yang terucap dan tertulis. Pada saat yang

sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku

nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol- simbol verbal. Dalam

pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-

sungguh bersifat nonverbal(Mulyana, 2005:312).

Analisis 5 (lima) unsur menurut Effendi (2007:90), komunikasi

pada dasarnya merupakan suatu prosesyangmenjelaskan siapa (who),

mengatakan apa (says what), dengan saluran apa (in which channel)

kepada siapa (tow hom),dengan akibat atau hasil apa (with what effect):

1. Who (siapa/sumber). Sumber atau komunikator adalah pihak yang

mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai

suatu Komunikasi bisa seorang individu, kelompok organisasi,

maupun suatu Negara sebagai komunikator.

2. Says What(pesan). Apa yang akan disampaikan atau dikomunikasikan

kepada penerima (komunikan), dari sumber (komunikator) atau isi

informasi. Merupakan seperangkat symbol verbal atau nonverbal

yang mewakili perasaan,nilai, gagasan atau maksud sumber.

3. InWhichChanne l(saluran/media). Sarana atau alat untuk

menyampaikan pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan

(penerima) baik secara langsung (tatapmuka), maupun tidak langsung

(melalui media cetak atau elektronik).

17
4. ToWhom (untuk siapa atau penerima). Orang atau kelompok atau

organisasi atau suatu Negara yang menerima pesan dari sumber.

Disebut tujuan, pendengar, khalayak, komunikan, penafsiran atau

penyampaian dibalik.

5. With What Effect (dampak atau efek). Dampak atau efek yang terjadi

pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan darisumber,

seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan.

Feed back (umpan balik), umpan balik memainkan peranan

penting dalam komunikasi sebab ia menentukan berlanjutnya atau

berhentinya komunikasi. Umpan balik dapat bersifat positif, dapat pula

bersifat negatif. Feed back adalah informasi yang dikirimkan balik

kesumbernya (Clement dan Frandsen,1976).

2.1.6. Fungsi Komunikasi

Mulyana (2007:5) mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua

fungsi,yaitu; 1) fungsi sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan

ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. 2) fungsi

pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pada suatu saat tertentu.

Menurut Pearson et al (2005:5) mengemukakan bahwa komunikasi

mempunyai dua fungsi umum,yaitu; 1) Untuk kelangsungan hidup dirisendiri

meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri

kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. 2) Untuk

kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial

18
dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat. Empat fungsi komunikasi

berdasarkan kerangka yang dikemukakan William I.Gorden (2005:5-30),yaitu:

1). Sebagai komunikasi sosial

Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan

bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri,

untuk kelangsungan hidup, untukmemperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan

dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan

memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama

dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

a) Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai

diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan

orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar

bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan

siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir

anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda

merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan

demikian. Rakhmat, 1994) mengistilahkan significant others (orang lain

yang sangat penting) untuk orang-orang disekitar kita yang mempunyai

peranan penting dalam membentuk konsep diri kita. Ketika kita masih

kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang yang

tinggal satu rumah dengan kita. Pernyataan eksistensi diri. Orang

berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut

aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi

19
komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya

dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator

untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau

komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin,

dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan.

b) Kelangsungan hidup, memupuk hubungan,dan memperoleh kebahagiaan.

Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup.

Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi

kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi

kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog

berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi

manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan

sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan

yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa

manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,

kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang

lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih

tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuuthan fisiologis dan

keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan

sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan

keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa

memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima

persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan

20
memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi

orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian

mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan.

1) Sebagai komunikasi ekspresif

Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan

(emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama

dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan

sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin,

marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa

disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal.

2). Sebagai komunikasi ritual

Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara

berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para

antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran,

sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-

lain. Acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-

perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti

berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji,

upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan),

upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga

adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam

bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen

21
mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi,

atau agama mereka.

3). Sebagai komunikasi instrumental

Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum,

yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah

sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai

instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan

dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan

hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap

berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita

untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan

bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk

mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka

pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek

misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang

baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material,

ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan

pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik

verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,

mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada

dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita

seperti yang kita inginkan.

22
Tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi,

misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian

menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling

berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat

digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan

dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,

penghormatan sosial, dan kekayaan.

Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa

pendapat dari para ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.

Walaupun begitu, fungsi komunikasi bisa dilihat juga sesuai dengan

konteksnya. Cangara (2005:56) menjelaskan komunikasi antarpribadi,

fungsi utama komunikasi antarpribadi adalah meningkatkan hubungan

insani, menghindaridan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi

ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan

orang lain Komunikasi kelompok berfungsi untuk menumbuhkan semangat

kebersamaan dan solidaritas.

Menurut Effendy (1994), berpendapat fungsi komunikasi adalah

menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.

Sedangkan Nurudin, (2004:27) memaparkan fungsi komunikasi yaitu: (1)

Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni

penyingkapan ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai

masyarakat; (2) Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari

23
masyarakat untuk menanggapi lingkungannya; (3) Menurunkan warisan

sosial dari generasi ke generasi berikutnya.

2.1.7. Sifat Komunikasi

Sifat komunikasi menurut Effendy (2007:7) ada beberapa jenis, yaitu: (1)

Tatap muka (face-to-face); (2) Bermedia (Mediated); (3) Verbal (verbal) yaitu

lisan (oral), tulisan; (4) Non verbal (non-verbal) yaitu gerakan/isyarat badaniah

(gestural) dan bergambar(pictorial).

Penyampaian pesan, seorang komunikator dituntut untuk memiliki

kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (feedback) dari komunikan

sehingga maksud pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan berjalan efektif.

Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukanantara komunikator dan

komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun kecuali bahasa

sebagai lambang atau symbol. Komunikasi bermedia dilakukan oleh

komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media sebagai alat bantu

dalam menyampaikan pesannya.

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non

verbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan

(written/printed). Non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah

(gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan

menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.

24
2.1.8. Komunikasi Antar Pribadi

Pengertian Komunikasi Antar Pribadi adalah ilmu komunikasi

mempelajari dan meneliti perubahan tingkah laku dan pendapat yang diakibatkan

oleh informasi yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Hal ini sesuai

dengan pendapat dari Carl. I. Hovland (Purba, 2006 : 29). Yang mengatakan:

“proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang

(biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku

orang lain (komunikan)”.Adapun Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi

yang berlangsung antara dua individu atau lebih yang dapat berlangsung secara

tatap muka (face to face). Komunikasi Antar Pribadi ini bisa juga berlangsung

dengan menggunakan alat bantu atau media seperti : telepon, surat, telegram dan

sebagainya.

Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang

lain apabila kesamaan makna mengenai apa yang dibincangkan. Ciri khas yang

tampak dalam komunikasi ini adalah arus balik langsung yang dapat ditanggkap

oleh komunikator, baik secara verbal dalam bentuk kata- kata maupun secara

nonverbal dalam bentuk gerak- gerik seperti anggukan dan lain sebagainya. Selam

proses komunikasi antar pribadi langsung, antar komunikator dan komunikan

tersebut akan terjadi adanya pengertian fungsi secara bergiliran satu sama lain.

Proses berubahnya perilaku atau inggkah laku individu adalah melaluli beberapa

tahapan dimana satu tahap dengan tahap lainya saling berhubungan. Seorang

individu menerima informasi, kemudian mengelolnya, menyimpan dan

25
menghasilkan kembali dalam bentuk satuy keputusan berupa penolakan atau

penerimaan terhadap informasi yang disampaikan tersebut.

Onong U. Effendy mendefinisikan komunikasi antar pribadi

adalah komunikasi antara dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam

bentuk percakapan, komunikasi jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka

(face to face) bisa juga melalui medium, umpamanya telepon. Ciri khas

komunikasi antar pribadi adalah dua arah atau timbal balik (Effendy, 1993 :

61).Selain itu menurut Dean Barnulus mengemukakan bahwa komunikasi  antar

pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua individ, tiga individu

ataupun lebih yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur (Liliweri,

1991:12).

Adapun De Vito (Liliweri, 1991:13) mendefinisikan komunikasi antar pribadi

merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain,

atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang    langsung. De Vito

(Liliweri, 1991:13)juga mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi yang

mengandung ciri- ciri antara lain adalah :

1. Keterbukaan atau openess

Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide atau

gagasan bahwa permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka

tanpa rasa takut atau malu. Kedua- keduanya saling mengerti dan

memahami pribadi masing- masing.

2. Empati atau Empathy

26
Kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya orang lain di dalam

lingkungannya.

3. Dukungan atau Supportiveness

Setiap pendapat, ide atau gagasan yang disampaikan mendapat dukungan

dari pihak- pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan atau

hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya.dukungan membantu

seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta

merih tujuan yang didambakan.

4. Rasa positif atau Positiveness

Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat gagasan pertama yang positif,

rasa positif menghindarkan pihak- pihak yang berkomunikasi untuk tidak

curiga atau prasangka yang menggangu jalannya interaksi keduanya.

5. Kesamaan atau Equality

Suatu komunikasi lebih akrab dalam jalinan pribadi lebih kuat, apabila

memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap, usia,

ideologi dan sebaiknya (Liliweri, 1991 : 13).

2.1.8.1. Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

Untuk mengetahui adanya kehandalan dari bentuk komunikasi antar

pribadi dapat terlihat dari adanya karakteristiknya yang menurut Everet M.Roger

(Liliweri, 1991:19)adalah :

1. Arus pesanya yang cendrung dua arah.

2. Konteks komunikasinya tatap muka.

3. Tingkat umpan baliknya yang terjadi tinggi.

27
4. Kemampuan untuk mengatasi tingkat selektifitas yang tinggi.

5. Kecepatan jangkauan  terhadap audience yang besar, relatif lambat.

Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang

sebagi organ pelaksana dalam penyampaian pesan, karenanya agar pesan yang

disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang lebih baik, dapat

digunakan teknik persuasif. Adapun teknik persuasif yang dimaksud dalam hal ini

adalah suatu kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau

berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator.Faktor-faktor sebagai

pembentuk komunikasi antar pribadi dapat terlihat dengan jelas seperti halnya

yang dikemukakan Halloran (Liliweri,1991 : 48) adalah :

1. Manusia meskipun merupakan makhluk yang sempurna namun

tetap mempunnyai kekurangan.

2. Adanya perbedaan motivasi antar manusia.

3. Kebutuhan akan harga diri yang harus mendapat pengakuandari

orang lain.

Dengan demikian kita dapat memahami bahwa komunikasi antar pribadi

berlangsung karena adanya manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai

makluk sosial yang membutuhkan orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa

komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan proses sosial dimana orang-

orang yang terlibat didalamnya saling mempengruhi, serta menunjukkan bahwa

komunikasi antar pribadi lebih menonjolkan keterbukaan  pihak-pihak  yang

sedang melakukan komunikasi

28
Pengertian proses dapat diartikan sebagai rangkaia atau peristiwa yang

sedang berlangsung untuk mencapai suatu hasil tertentu. Proses komunikasi itu

sendiri merupakan rangkaian kegiatan atau peristiwa ketika pesan mulai

disampaikan sendiri sampai terjadinya tindakan sebagi pengaruh  dari pesan itu

atau tidaknya perubahan pada sasaran.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara dua orang atau lebih

yang terjadi dalam bentuk kontak langsung. Sebagai suatu proses, komunikasi

antar pribadi merupakan ragnkakian tindakan , kejadian dan kegiatan yang terjadi

secara terus menerus. Dengan kata lain, komunikasi antar pribadi bukanlah suatu

hal yang statis, tetapi suatu yang dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercangkup

dalam komunikasi antar pribadi selalu dalam keadaan berubah, yakni para pelaku,

pesan maupun lingkungannya. Kadangkala perubahan- perubahan ini kita tidak

sadari atau kita tidak perhatikan, namun yang jelas selau terjadi perubahan.proses

komunikasi antar pribadi dapat digambarkan sebagai proses yang sirkuler dan

terus menerus. Arti proses sekuler adalah bahwa setiap orang yang terlihat   dalam

komunikasi antar pribadi bertindak sebagai pembicara sekaligus sebagai

pendengar dan sebagai aktor sekaligus rektor. Sedangkan sebagai proses yang

teru-menerus, diartikan bahwa komuniaksi berlangsung tanpa henti, sehingga

batasan awal dan berakhirnya komunikasi antar pribadi menjadi tidak jelas.

Dalam menerangkan komunikasi antar pribadi sesuai dengan paradima

yang dikemukakan oleh Harlord Lasswell yang dikenal dengan model

komunikasinya berupa ungkapan verbal adalah dengan menjawab pertanyaan

who, says, what, in wich channel, to whom, with what effect (Effendy, 1993 : 10).

29
Adapun formula dari Harold Lasswell tersebut dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Who (komunikator atau sumber), merupakan pihak yang

menyampaikan pesan-pesan yaitu pemerintah, khususnya dalam

mengatur regulasi pemberitaan.

2. Says what adalah pernyataan yang didukung oleh lambang-lambang.

3. In wich channel adalah saran atau saluran yang mendukung pesan yang

disampikan seperti media massa yakni: media cetak, media elektronik

dan media nirmassa.

4. To Whom adalah pihak yang meneriam pesan, 

5. With what effect adalah suatu dampak yang timbul sebagai pengaruh

dari pesan

2.1.9. Pendekatan Komunikasi

Pendekatan dalam ilmu komunikasi. Berkaitan dengan pendekatan

komunikasi yang mempengaruhi perkembangan ilmu komunikasi, Littlejohn

dalam buku Theories of Human Communications, menyatakan bahwa secara

umum terdapat tiga cara pandang ilmu dan kaitannya dengan objek pokok

pengamatannya. Ketiga pendekatan itu adalah:

1. Pendekatan Scientific (Ilmiah-Empiris), umumnya berlaku di

kalangan paraahli ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran,

matematika, dll. Pendekatan atau aliran ini ditandai beberapa hal:

30
a) Mengasosiasikan ilmu dengan objektifitas. Objektifitas yang

dimaksud adalah objektivitas yang menekankan prinsip

standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya

adalah bahwa dunia dipandang dalam bentuk dan struktur.

Secara individual boleh jadi peneliti berbeda pandangan satu

sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan

struktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan

penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan

metode yang sama, maka akan dihasilkan temuan yang sama.

Inilah hakikat dari objektivitas dalam konteks standarisasi

observasi dan konsistensi.

b) Fokus perhatiannya pada dunia hasil penemuan (discovering

world)

c) Terdapat pemisahan yang tegas antara known (objek atau hal

yang ingin diketahui/diteliti) dan knower (subjek pelaku atau

pengamat).

d) Aliran ini lazim menggunakan metode eksperimen. Melalui

metode ini si peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan

terhadap objek yang ditelitinya. Tujuan penelitian biasanya

diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau

hubungan sebab akibat di antara dua variabel atau lebih, dengan

mengontrol pengaruh dari variabel lain. Prosedur yang umum

dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan

31
suatu perlakuakn khusus kepada objek yang diteliti serta

meneliti dampak atau pengaruhnya.

e) Pemahaman dan kesimpulan terhadap suatu fenomena dilakukan

dengan berupaya memperoleh konsensus.

Teori atau model komunikasi yang secara tegas mencerminkan pengaruh

pendekatan ini adalah model komunikasi Stimulus-respon. Teori ini didasarkan

pada prinsip bahwa stimuli akan menciptakan efek atau dampak.

2. Pendekatan Humanistic :

a) Mengasosiasikan ilmu dengan prinsip subjektivitas, yang

mengutamakan kreatifitas individual.

b) Bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil temuan subjektif

individual.

c) Memfokuskan perhatiannya dunia para penemunya (discovering

person).

d) Ilmu pengetahuan dilihat sebagai bagian dari diri

(pemikiran/interpretasi) peneliti.

e) Terhadap fenomena yang diamati aliran ini pemahaman dilakukan

dengan mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif.

f) Metode penelitian yang lazim digunakan adalah partisipasi

observasi. Melalui penelitian seperti ini, peneliti dalam mengamati

sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan

melibatkan diri secara aktif.

32
g) Cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan

penggambaran dan penguraiannya tentang hal tsb.

h) Aliran ini biasanya mengkaji persoalan-persoalan yang

menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan

pengalaman pribadi.

Dalam konteks ilmu-ilmu social, salah satu bentuk metode penelitian yang

lazim digunakan dari aliran ini adalah partisipasi observasi. Malalui metode ini si

peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya

membaur dan melibatkan diri secara aktif dari kehidupan orang-orang yang

ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah orang-orang tersebut, serta ikut

dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu (misalnya 1 bulan,

atau 1 tahun). Interpretasi atas sikap dan perilaku dari orang yang ditelitinya, tidak

hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara atau

tanya jawab dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar

pengamatan langsung atau pengalaman berinteraksi dengan mereka. Cara pandang

seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya

tentang hal tersebut.

Teori komunikasi yang berkembang dan dipengaruhi oleh pendekatan ini

adalah teori-teori kritis yang berkembang dari disiplin ilmu sastra, sosiologi.

Nama-nama ahli yang dominan adalah Karl Marx, Max Weber dari disiplin ilmu

sosiologi. Fedinand de Saussure dan Charles S. Pierce dari disiplin ilmu sastra.

Dengan demikian perbedaan antara pendekatan scientific dan humanistic

adalah :

33
a) Bagi aliran pendekatan scientific ilmu bertujuan untuk

menstandardisasikan observasi, sementara aliran humanistic

mengutamakan kreatifitas individu.

b) Aliran scientific berpandangan bahwa tujuan ilmu adalah mengurangi

perbedaan-perbedaan pandangan tentang hasil pengamatan, sementara

aliran humanistic bertujuan untuk memahami tanggapan dan hasil

temuan subjektif individual.

c) Aliran scientific memandang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang

berada di sana (out there), di luar diri pengamat/peneliti. Di lain pihak

aliran humanistic melihat ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang

berada di sisni (in here), dalam arti berada dalam diri (pemikiran,

interpretasi) pengamat/peneliti.

d) Aliran scientific memfokuskan perhatiannya pada dunia hasil

penemuan (discovered world), sedangkan aliran humanistic

menitikberatkan perhatiannya pada dunia para penemunya

(discovering person).

e) Aliran scientific berupaya memperoleh konsensus, sementara aliran

humanistic mengutamakan interpretasi

f) Aliran scientific membuat pemisahan yang tegas antara known dan

knowner sedangkan aliran humanistic cenderung tidak memisahkan

kedua hal tersebut.

3. Pendekatan Khusus Ilmu pengetahuan sosial (Social Sciences)

34
Pendekatan ini pada dasarnya adalah gabungan antara dua aliran

sebelumnya yaitu Scientific dan humanistic. Dalam banyak hal pendekatan ilmu

social merupakan perpanjangan tangan dari pendekatan ilmu alam (natural

science), karena beberapa metode yang diterapkan banyak diantaranya yang

diambil dari ilmu alam. Namun metode-metode pendekatan aliran humanistic juga

diterapkan.

Kedua pendekatan ini digabungkan, karena yang menjadi objek studi ilmu

pengetahuan adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia

diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat, untuk ini jelas bahwa pengamatan

harus dilakukan seobjektif mungkin agar hasilnya dapat berlaku umum tidak

bersifat kasus. Dengan kata lain para ahli ilmu sosial seperti halnya ilmu alam

harus mencapai kesepakatan atau konsesnsus mengenai hasil temuan dalam

pengamatannya, meskipun konsensus/kesepakatan yang dicapai sifatnya relatif

dalam arti dibatasi oleh faktor-faktor waktu, situasi dan kondisi tertentu. Di

samping factor objektivitas juga ilmu pengetahuan harus mengutamakan factor

penjelasan dan interpretasi.

Hal ini disebabkan manusia adalah mahluk yang aktif, memiliki daya

pikir, berprinsip terhadap nilai-nilai tertentu, serta sikapnya dapat berubah-ubah

sewaktu-waktu. Karenanya selain pengukuran yang cermat dan akurat diperlukan

interpretasi subjektif terhadap kondisi-kondisi spesifik tingkah laku manusia yang

jadi objek pengamatan guna menangkap makna dari tingkah laku tersebut.

Seringkali seseorang bersifat semu dalam arti tidak mencerminkan keinginan hati

yang sebenarnya dari orang tersebut.

35
2.1.10. Masyarakat Perantau

Merantau merupakan tradisi masyarakat Indonesia. Sejak zaman nenek

moyang orang Indonesia sampai saat sekarang ini tradisi tersebut masih

dijalankan. Ada beberapa hal yang mendasari masyarakat Indonesia merantau

yaitu:

1) Faktor adat, tradisi dan kebiasaan yang sudah diajarkan oleh nenek

moyang orang minangkabau sejak zaman dahulu kala.

2) Faktor ekonomi. Banyak ditemui para perantau didaerah tempatnya

merantau tersebut perantau melakukan kegiatan berdagang.

3) Faktor sosial. Jika salah seorang anggota masyarakat meraih

kesuksesan ketika merantau, dan mereka membawa keberhasilan

mereka tersebut ke kampung maka anggota masyarakat yang lain

pasti akan merasa termotivasi untuk merantau juga. Perantau yang

meraih kesuksesan tersebut akan lebih dihormati dan dihargai

dikampung mereka dikarenakan keberhasilan mereka tersebut.

4) Faktor pendidikan. Para perantau tidak hanya berminat untuk

berdagang melainkan juga berminat untuk menuntut ilmu.

5) Faktor pepatah adat. Banyak pepatah adat masyarakt Indonesia

yang berisikan motivasi dan lecutan bagi para calon perantau.

36
Jangan hanya bangga diri berada dikampung. Jangan mau disebut

katak dalam tempurung. Jangan seperti anjing dihalaman rumah.

Semuanya itu dapat membuat mereka terpacu dan berfikir akan

makna dibalik itu semua dan akhirnya memutuskan untuk

merantau.

6) Faktor kemandirian. Kemandirian disini dapat diartikan dalam

banyak hal. Tidak hanya mandiri dari segi ekonomi. Tapi juga

mandiri dari segi kepribadian. Orangtua yang menyuruh anaknya

merantau pasti menginginkan agar anaknya meraih kesuksesan.

Tidak menggantungkan hidup dengan kedua orangtua. Syukur-

syukur kalau anaknya meraih keberhasilan dan mempersembahkan

yang terbaik untuknya. Mapan dari cara berfikir dan bertindak.

Tidak lekas menyerah begitu saja. Dan menjadi kebanggaan bagi

orangtua jika anaknya tidak hanya mandiri di dunia tapi juga

mandiri dalam urusan akhirat.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Teori Interaksi Simbolik

a. Pengertian interaksi simbolik

Interaksi simbolik merupakan hubungan yang berkesinambungan antara

simbol dan interaksi. Artinya, ketika seseorang melakukan interaksi sudah pasti

akan menggunakan simbol-simbol tertentu yang mendukung seseorang untuk

mengirimkan pesan yang ingin disampaikan pada orang lain. Simbol yang

digunakan dalam melakukan interaksi merupakan representasi dari sebuah

37
fenomena, dimana sebelumnya simbol tersebut sudah disepakati bersama dalam

sebuah kelompok dan digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan makna

bersama.Ada dua macam simbol yang digunakan seseorang untuk menyampaikan

pesan pada orang lain yaitu; simbol verbal dan non-verbal.Simbol verbal

merupakan penggunaan kata-kata atau bahasa sebagai contoh ‘telephon’ itu

mempresentasikan sebuah alat komunikasi. Sedangkan simbol non-verbal lebih

menekankan pada bahasa tubuh atau bahasa isyarat contohnya  ‘orang yang

menganggukan kepala, menggelengkan kepala’ simbol-simbol tersebut

merupakan representasi dari sebuah fenomena dimana sebelumnya simbol

tersebut sudah disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan digunakan untuk

mencapai sebuah kesamaan makna bersama. Kemampuan individu menggunakan

simbol-simbol sebagai sebuah respon dari fenomena yang terjadi kemudian

difikirkan dalam setiap benak masing-masing maka hal tersebut akan

menghasilkan makna. Pertukaran informasi atau pesan melalui interaksi dan

penggunaan simbol-simbol yang telah disepakati akan menghasilkan kesamaan

makna yang akan digunakan sebagai acuan dalam berkomunikasi.

Menurut Blumer sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu

seseorang melakukan serangkaian kegiatan olah mental seperti:memilih,

memeriksa, mengelompokkan, membandingkan dan memprediksi makna dalam

kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya. Dengan demikian,

pemberian makna ini tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan

sebelumnya, tetapi hasil dari proses olah mental yang terus-menerus

38
disempurnakan seiring dengan fungsi instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan

dan pembentukan tindakan dan sikap aktor atas sesuatu tersebut.

Dalam interaksionisme simbolis, seseorang memberikan informasi hasil

dari pemaknaan simbol dari perspektifnya kepada orang lain sehingga orang-

orang penerima informasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai

informasi yang disampaikan aktor pertama. Dengan kata lain aktor akan terlibat

dalam proses saling mempengaruhi dalam sebuah tindakan sosial. Interaksi

tersebut dapat terlihat dari bagaimana komunitasnya, karena dalam suatu

komunitas terdapat suatu pembaharuan sikap yang menjadi suatu trend yang akan

dipertahankan ,dihilangkan atau dipebaharui maknanya dan terus melekat pada

suatu komunitas, interaksi simbolik juga dapat menjadi suatu alat penafsiran

untuk menginterpretasikan suatu masalah atau kejadian.

Dari sini jelas bahwa tindakan manusia tidak disebabkan oleh “kekuatan

luar” tidak pula disebabkan oleh “kekuatan dalam” tetapi didasarkan pada

pemaknaan atas sesuatu yang dihadapinya lewat proses yang oleh Blumer disebut

self-indication. Menurut Blumer proses self-indication adalah proses komunikasi

pada diri individu yang dimulai dari mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya

makna, dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna tersebut. Dengan

demikian, proses self-indication ini terjadi dalam konteks sosial di mana individu

mengantisipasi tindakan-tindakan orang lain dan menyesuaikan tindakannya

sebagaimana dia memaknakan tindakan itu. 

Dalam interaksi simbolik menurut Blumer, aktor tidak semata-mata

bereaksi terhadap tindakan dari orang lain, tetapi mencoba menafsirkan dan

39
mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Hal itu terjadi karena individu

mempunyai kedirian ‘self’ yang mana dia dapat membentuk dirinya sebagai

objek.Dalam melakukan interaksi secara langsung maupun tidak langsung

individu dijembatani oleh penggunaa simbol-simbol penafsiran, yaitu bahasa.

Tindakan penafsiran simbol oleh individu di sini diartikan dapat memberi arti atau

makna yang dapat ditangkap oleh orang lain , menilai kesesuainya dengan

tindakan, dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Karena itulah

individu yang terlibat dalam interaksi ini tergolong aktor yang sadar dan reflektif

karena dapat bertindak sesuai dengan apa yang telah ditafsirkan, bukan bertidak

tanpa rasio atau pertimbangan. Konsep inilah yang disebut Blumer dengan self-

indicatian, yaitu proses komunikasi yang sedang berjalan yang dalam proses ini

individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan

untuk bertindak berdasarkan makna itu.

b. Fungsi interaksionisme simbolik menurut Herbert Blummer

Menurut Herbert Blummer interaksionsme simbolik merupakan “karakter

interaksi khusus yang berlangsung antar manusia”. Artinya aktor tidak semata-

mata bereaksi terhadap tindakan yang lain tapi dia menafsirkan dan

mendefinisikan setiap tindakan orang lain. Respon aktor baik secara langsung

maupun tidak langsung, selalu didasarkan atas makna penilaian tersebut. Oleh

karenanya, interaksi manusia dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol

penafsiran atau dengan menemukan makna tindakan orang lain. Dalam konteks

itu, menurut Blumer, aktor akan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokan,

40
dan mentransformasikan makna dalam kaitannya dengan situasi di mana dan ke

arah mana tindakannya.

Dalam memperoleh pemaknaan tersebut dalam interaksionisme simbolik

yang mengarah pada tindakan tidak semata-mata didasari oleh adanya stimulus-

respon, namun dalam hal ini lebih menekankan pada adanya “proses mental” atau

proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak, Artinya manusia

melakuan tindakan berdasarkan stimulus-proses berpikir-respons. Jadi, terdapat

variabel antara atau variabel yang menjembatani antara stimulus dengan respon,

yaitu proses mental atau proses berpikir, yang tidak lain adalah interpretasi. Teori

interaksionisme simbolik memandang bahwa arti/makna muncul dari proses

interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-

cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut.

Teori interaksionisme simbolik juga mempelajari sifat interaksi yang

merupakan kegiatan sosial dinamis sosial manusia. Bagi perspektif ini, individu

bersifat aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit

dan sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah

organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan struktur

yang ada di luar dirinya. Interaksilah yang dianggap variabel penting yang

menentukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.

Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan

ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.

Perspektif ini berupaya untuk memahami perilaku manusia dari sudut pandang

subjek. Teori ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai

41
proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka

dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi

mereka. Manusia bertindak hanya berdasarkan definisi atau penafsiran mereka

atas objek-objek di sekeliling mereka. Dalam pandangan perspektif ini,

sebagaimana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah

yang menciptakan dan menegakan aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang

menciptakan dan menegakan kehidupan kelompok.

Menurut teoritisi perspektif ini, kehidupan sosial adalah “interaksi

manusia dengan menggunakan simbol-simbol.” Penganut interaksionisme

simbolik berpandangan, perilaku manusia adalah produk dari interpretasi mereka

atas dunia di sekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari

atau ditentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural.

c. Premis Interaksionisme simbolik  menurut Herbert Blummer

Menurut Blumer istilah interaksionisme simbolik menuju pada sifat khas

dari interaksi antar manusia. Kekhasannya adalah bahwa manusia saling

menterjemahkan dan saling mendefinisikan tindakannya. Bukan hanya sekedar

reaksi belaka dari tindakan terhadap tindakan orang lain. Tanggapan seseorang

tidak dibuat secara langsung terhadap tindakan orang lain. Tetapi didasarkan atas

makna yang diberikan terhadap orang lain itu. Interaksi antar individu ditengarahi

oleh penggunaan simbol-simbol, interprestasi atau dengan saling berusaha untuk

saling memahami maksud dari tindakan masing-masing, Ritzer (2010:52).

Herbert Blumer mengemukakan tiga premis utama interaksionisme

simbolik, dalam Poloma (2007:258).

42
1. Manusia bertindak berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu

itu bagi mereka.

2. Makna tersebut berasal dari ” interaksi sosial seseorang dengan orang

lain”.

3. Makna-makna tersebut berkembang dan disempurnakan disaat proses

interaksi sosial berlangsung.

Premis pertama sampai ketiga itu mempunyai pengertian seperti

ini.Pertama, bahwa manusia itu bertindak terhadap sesuatu (apakah itu benda,

kejadian, maupun fenomena tertentu) atas makna yang dimiliki oleh benda,

kejadian, atau fenomena itu bagi mereka.Individu merespon suatu situasi

simbolik.Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek

sosial (perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen tersebut

bagi mereka.

Kedua, makna tadi diberikan oleh manusia sebagai hasil interaksi dengan

sesamanya.Jadi, makna tadi tidak inherent, tidak terlekat pada benda ataupun

fenomenanya itu sendiri, melainkan tergantung pada orang-orang yang terlibat

dalam interaksi itu.Makna dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa.Negosiasi

itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya

objek fisik, tindakan, atau peristiwa (bahkan tanpa kehadiran objek fisik, tindakan,

atau peristiwa itu) namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi, nama atau

simbol yang digunakan untuk menandai objek, tindakan, peristiwa, atau gagasan

itu bersifat arbitrer (sembarang). Melalui penggunaan simbol itulah manusia dapat

berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang dunia.

43
Ketiga, makna tadi ditangani dan dimodifikasi melalui proses interpretasi

dalam rangka menghadapi fenomena tertentu lainnya. Makna yang

diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan

perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial. Perubahan interpretasi

dimungkinkan karena individu dapat melakukan proses mental, yakni

berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

d. Prinsip-prinsip dasar interaksionisme simbolik

Dalam interaksionime simboliknya, blumer merumuskan pada prinsip-

prinsip dasar teorinya tersebut pada dua konsep yaitu diri dan masyarakat.

a.     Tindakan Diri (self)

Para pemikir interaksionis simbolis memandang bahwa individu

merupakan respons dari simbol-simbol atau peran yang

disertakan.Blumer (dalam ritzer, 2014, hlm. 678) mengemukakan

bahwa “interaksionis simbolik, tidak hanya berminat pada

sosialisasi dalam sebuah kelompok masyarakat, tetapi interaksi

pada umumnya yang sangat penting bagi dirinya sendiri”.Konsep

diri menurut blumer yaitu bahwa sebuah tindakan yang dilakukan

oleh seseorang merupakan keputusan yang diambil

olehnya.Blumer mempersepsikan tidakan individu dalam

kehidupan sosial sebagai prilaku bersama yang tatap dilakukan

oleh indivudu sesuai citra dirinya.Tindakan individu dalam tataran

praktik tidak semata-mata merupakan hasil dari interaksi sosial

yang dilakukan dengan actor diluar dirinya dan tindakan sendiri

44
yang bersifat perilaku individu yang dipicu oleh actor dan tidakan

mereka sendiri.

Manusia mempunyai kemampuan untuk melihat diri sendiri

sebagaimana halnya manusia melihat obyek sosial lainnya dengan

membayangkan bagaimana individu menampakkan diri kepada

orang lain kemudian orang lain akan menilai penampilan diri

individu tersebut dan individu akan  mengembangkan semacam

perasaan tertentu sebagai akibat dari bayangan diri tentang

penilaian orang tersebut. Blumer (dalam Johnson, 1986, hlm. 52)

menyatakan “kenyataan sosial itu memiliki sifat yang khas dimana

individu menegosiasikan interpretasi tentang situasi dirinya”. Jadi,

tindakan yang dilakukan individu mencerminkan kesiapan diri

untuk mendapat respon dari luar yang akan memberikan gambaran

sesungguhnya tentang individu tersebut

b.    Tindakan bersama (kelompok)

Interaksionisme simbolis blumer memandang bahwa

keadaan atau realitas sosial tidak terbentuk dengan adanya tindakan

makro yang secara metafisika tidak menentu dan terlalu

ambisisus.Blumer mengkritik pandangan klasik para sosiolog

sebelumnya mengenai tatanan sosial. Interaksionis menempatkan

tindakan dan tatanan sosial sebagai sebuah aktuifitas dan proses

yang menurunkan istilah-istilah umum pada tingkat terendah.

Blumer bersikap kritis terhadap determinisme sosiologi yang

45
menempatkan tindakan sosial seseorang diperlukan sebagai aliran

luar atau ekspresi sejumlah kekuatan yang bermain pada diri

prilaku pada tempatnya berada.Menurut blumer (dalam arisandi,

2015, hlm. 125) bahwa “esensi masyarakat ditemukan pada diri

aktor dan tindakanya”, masyarakat terdiri atas orang-orang yang

bertindak.Selain itu, kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan

mereka.Masyarakat adalah tindakan, dan kehidupan kelompok

merupakan aktivitas kompleks yang terus berlangsung. Namun

masyarakat tidak terbangun dari berbagai tindakan yang terpisah

satu sama lain.

Interaksionis simbolis blumer mendukung penuh pemikiran

mead tentang gagasan interaksionisme simbolik.Blumer di sebut-

sebut sebagai pencetus interaksionisme simbolik. Blumer

membangun konsep tersebut pada tiga tiang utama yang

selanjutnya dikenal dengan teori makna yaitu :

1. Manusia menganggap sesuatu berdasarkan makna yang terkandung

didalam sesuatu tersebut yang ada pada diri mereka.

2. Makna tersebut terbentuk dari interaksi individu dengan orang

lain.

3. Untuk merumuskan makan ini, setiap individu merumuskan proses

interpretasi untuk menilai, merumuskan, dan memodifikasi sesuai

dengan kejadian atau setiap bertemu dengan orang orang

dilingkungannya.(Ryadi, 000:67)

46
2.2.2. Kerangka Pikir

Gagasan teori ini bahwa interaksi merupakan hubungan berkesinambungan

antara simbol dan interaksi. Simbol yang digunakan dalam melakukan interaksi

merupakan representatif dari sbeuah fenomena. Ada dua macam simbo dari teori

interaksi simbolik sebagai alat melakukan penelitian yaitu simbol verbal dan

simbol non verbal dimana simbol verbal menekankan pada penggunaan kata dan

simbol non verbal menekankan pada bahasa tubuh atau bahasa isyarat.

Rancangan penelitian pada permasalahan yang peneliti lakukan

berlandaskan teori gagasan interaksionalisme simbolik oleh Blumer yang

mengasumsikan bahwa seseorang memberikan informasi hasil dari pemaknaan

simbol dari perspektifnya keapda orang lain sehingga orang-orang penerima

informasi tersebut akan memiliki perspektif lain dalam memaknai informasi yang

disampaikan oleh komunikator. Teori interaksi simbolik oleh Blumer digunakan

dalam pembuktian permasalahan penelitian yang berjudul komunikasi orang

Muna eks perantau Malaysia di Kecamatan Parigi Kabupaten Muna, kemudian

yang menjadi kerangka analisis dalam penelitian ini adalah dari sisi simbol

verbalnya adalah a) Bahasa Daerah, b) Istilah Indonesia, c) Nada Melayu.

Kemudia dari sisi non verbalnya adalahnya a) Perilaku, b) obyek

Bagan 2.1 Kerangka Pikir


Komunikasi Orang Muna Eks Perantau Malaysia

Teori Interaksi Simbolik


Herbert Blumer
(1937)

Simbol Verbal Simbol Non Verbal

47
Simbol Verbal Simbol Non Verbal
1. Bahasa Daerah 1. Perilaku
2. Istilah Indonesia 2. Objek
3. Nada Melayu

Ket: Modifikasi Penulis Tahun 2018

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitisn

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Wasolangka Kecamatan

Parigi Kabupaten Muna dengan pertimbangan bahwa di Kelurahan Wasolangaka

Kecamatan Parigi terdapat banyak masyarakat yang merantau ke Malaysia, sebab

mata pencaharian selain pegawai negeri sipil (PNS) urutan yang medominasi

pekerjaan masyarakatnya adalah sebagai TKI di Malaysia.

3.2.Subjek dan Informan Penelitian

3.2.1. Subjek

Subjek dalam penelitian ini adalah warga masyarakat Kelurahan

Wasolangka Kecamatan Parigi dengan jumlah warga 228 kepala kelurga KK yang

merantau di Malaysia dan masyakat lokal.

3.2.2. informan Penelitian

48
Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan

Wasolangka Kecamatan Parigi Kabupaten Muna dengan rincian informan

sebagai berikut:

1. Lurah Wasolangka : 1 orang

2. Tokoh pemuda : 2 orang

3. Tokoh adat : 2 orang

4. Masyarakat perantau : 5 orang

5. Masyarakat lokal : 3 orang

Total informan sebanyak       : 13 orang

3.3. Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling (sampling seleksi) yaitu memilih dengan sengaja dengan pertimbangan

bahwa yang bersangkutan memahami inti permasalahan. Menurut Patton (1990)

purposive sampling menekanka pada penentuan obyek yang kaya akan informasi

dan obyek dapat menjawab pertanyaan peneliti.

3.4. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data penelitian terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif.Data

kualitatif meliputi; tulisan, kata-kata, dan narasi. Data kuantitatif meliputi

bilangan dan angka-angka statistik yang digunakan hanya untuk kebutuhan data

pendukung.Jenis data berupa data sekunder dan data primer.

1. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dan

penelahaan studi-studi dokumen yang terdapat di lokasi penelitian dan

49
yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti. Data

sekunder yang dikumpulkan antara lain meliputi, bahan pustaka, dan

dokumentasi serta bahan laporan berupa arsip, laporan tertulis, foto dan

bahan cetakan yang ada pada berbagai lembaga dan instansi.

2. Data primer adalah data empirik diperoleh secara langsung dari informan

kunci dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawancara langsung

untuk mendapatkan data-data tentang proses, bentuk. Peneliti melakukan

wawancara mendalam secara langsung terhadap informan.Selain itu, data

primer juga diperoleh melalui diperoleh melalui observasi partisipatif.

3.4.2.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian menggunakan kelaziman umum penelitian

kualitatif, yang terdiri dari 3(tiga) teknik pengumpulan data melalui yaitu

wawancara mendalam,observasi parsitipatif, dan studi dokumentasi. Berikut ini

penjelasan masing-masing teknik pengumpulan data:

1. Observasi Partisipatif

Metode observasi yang digunakan adalah metode observasi patisipatif, di

mana pengumpulan data melalui observasi terhadap obyek pengamatan secara

langsung dan keterlibatan peneliti pada setiap kegiatan yang dilakukan.

2. Wawancara Mendalam (in-depth interview)

Wawancara memiliki tujuan yaitu untuk menyajikan konstruksisaat

sekarang dalam suatu konteks tentang para pribadi, peristiwa,aktivitas, organisasi,

perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, dan sebagainya; untuk hal itu

dikaitkan dengan harapan yang bisa terjadi di masa yang akan datang.

50
Peneliti melakukan teknik pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara langsung antara peneliti dengan sampel dengan metode

wawancara mendalam.Pawito menambahkan in-depth interview pada khusunya

dan metode wawancara pada umumnya, biasanya berlangsung agak longgar,

santai dan mungkin juga dapat diulang untuk memperoleh data tambahan atau

untuk mengetahui mengetahui persoalan lain sampai perolehan data dirasa cukup

oleh peneliti.

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan dalam penelitian studi kasus guna mencari justifikasi

atau pembenaran dari data yang diperoleh melalui wawancara, sehingga studi

dokumen menjadi pengontrol kebenaran informasi yang diperoleh dari berbagai

teknik pengumpulan data. Studi dokumen dimulai dari mencari dan menemukan

akses untuk memperoleh dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian, lalu

dilakukan memberian kode untuk kemudian dianalisis.

3.5.Instrument Penelitian

Penggunaan instrumen dalam penelitian ini meliputi; (1) catatan lapangan

observasi; (2) panduan pertanyaan wawancara; dan (3) Voice Recorder.Instrumen

penelitian ini akan secara bersamaan saat pengumpulan data lapangan sebagai

sumber data primer.Sementara kebutuhan pengumpulan data sekunder

menggunakan instrument penelitian catatan tertulis tentang buku, arsip.

3.6.Teknik Analisa Data

51
Analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif.

Menjawab keseluruhan permasalahan penelitian ini, menggunakan teknik analisis

deskriptif melalui tahapan teknik analisis interaktif Miles &Huberman yang terdiri

dari tiga alur kegiatan yang terjadi bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data

dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:19-21).

Analisis data dilakukan sepanjang penelitian mulai dari awal hingga

berakhirnya pengumpulan data secara sekaligus dalam waktu yang bersamaan.

Berikut 3 (tiga) alur kegiatan analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi data merupakan alur penting pertama dalam analisis data,

kegiatan yang dilakukan adalah berupa proses pemilihan yang

memusatkan perhatian pada penyederhanaan, abstrak dan transformasi

data kasar yang muncul dari catatan di lapangan. Kemudian data ini

dikelompokkan menurut kategorinya, yang selanjutnya diklasifikasi untuk

ditafsirkan guna memberi makna kepada usaha penarikan kesimpulan

penelitian setelah melalui suatu verifikasi.

2. Penyajian data sebagai alur penting kedua dari analisis data penelitian

kualitatif adalah sebagai penyajian sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data tersebut, kita akan memahami apa

52
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan, lebih jauh menganalisis

ataukah mengambil tindakan beradasarkan atas pemahaman yang didapat

dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian yang paling sering digunakan

pada data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif, tetapi

penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis

kualitatif yang valid. Penyajian meliputi pula berbagai jenis matriks,

grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan

informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih,

dengan demikian dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan

apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melakukan analisis

yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang

mungkin berguna.

3. Menarik kesimpulan/verifikasi adalah kegiatan ketiga analisis data

penelitian kualitatif. Permulaan pengumpulan data, mencari arti benda-

benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat, dan proposisi. Peneliti yang

berkompeten akan manarik kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar,

tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula

belum jelas, kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan

mengakardengankokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak

munculsampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya

kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pada pengkodeannya,

penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan

53
peneliti.

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif

Penyajian
Pengumpula Data
n Data

Kesimpulan-
Reduksi
KesimpulanPenarikan
Data
/Verifikasi

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 19-21

3.7. Desain Operasional

Tabel 3.1 Desain Operasional

No Unit Analisis Struktur Kerangka Teknik


Analisis Pengumpulan
Data

komunikasi orang Observasi


muna eks perantau
Malaysia di Wawancara
Kecamatan Parigi Dokumentasi
Kelurahan
Wasolangka a. Bahasa Daerah

a) Simbol Verbal b. Istilah Indonesia

c Nada Melayu

b) Simbol Non
Verbal
a.Perilaku

b.Objek

54
3.8 Konseptualisasi

1. Komunikasi adalah kegiatan interaksi sosial masyarakat lokal dan

masyarakat perantau Malaysia

2. Orang Muna adalah orang asli muna yang tinggal di Kecamatan Parigi

Kelurahan Wasolangka

3. Perantau Malaysia adalah orang Muna yang merantau di Malaysia mencari

nafkah

4. Simbol Verbal adalah simbol yang mencirikan orang eks perantau

Malaysia secara verbal baik berupa kata dan istilah yang dipakai

5. Simbol Non Verbal adalah simbol yang mencirikan orang eks perantau

Malaysia secara non verbal yang dalam perbandingan bahasa Indonesia

dan bahasa Melayu.

55
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Kecamatan Parigi

a. Keadaan Geografis

Kelurahan Wasolangka terletak Di Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna,

Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan luas wilayah 4898,75 Ha yang terdiri dari

pemukiman seluas 14 Ha, perkebunan seluas 140 Ha, perkuburan seluas 0,50 Ha,

pekarangan seluas 8 Ha, perkantoran seluas 0,20 Ha dan prasara umum seluas

4640 Ha. Kelurahan Wasolangka memiliki 3 RT. Sumber data : Kelurahan

Wasolangka 2018.

Adapun batas wilayah Kelurahan Wasolangka secara administratif adalah

sebagai berikut :

56
- Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kolasa

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Warambe

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Latampu

Musim yang terjadi di Kelurahan Wasolangka umumnya sama dengan

musim yang berlaku untuk wilayah Indonesia khususnya Indonesia bagian tengah

yaitu antara bulan April sampai dengan bulan Oktober merupakan musim

kemarau diantara bulan November sampai dengan bulan Maret adalah musim

hujan.

b. Keadaan Demografis

1. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil cacatan penduduk pada tahun 2017, jumlah penduduk

Kelurahan Wasolangka sebanyak 828 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki

sebanyak 404 jiwa dan perempuan sebanyak 424 jiwa. Dengan demikian jumlah

penduduk di 404 jiwa dan perempuan sebanyak 424 jiwa lebih banyak penduduk

perempuan di banding penduduk laki-laki. Dari jumlah penduduk 828 jiwa

terdapat kepala keluarga (KK) sebanyak 228 kepala keluarga (KK) sehingga rata-

rata penduduk dalam satu rumah tangga adalah sebanyak 4 jiwa. Untuk lebih

jelasnya Klasifikasi tingkat umur penduduk berdasarkan jenis kelamin selanjutnya

dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Tingkat Umur dan


Jenis Kelamin Tahun 2017

57
Jenis Kelamin
No Umur/Usia Jumlah Presentase %
Pria Wanita

1 0-04 19 21 40 4,83
2 5-09 37 39 76 9,17
3 10-14 41 43 84 10,14
4 15-19 40 42 82 9,90
5 20-24 45 47 92 11,11
6 25-29 40 42 82 9,90
7 30-34 43 45 88 10.61
8 35-39 39 41 80 9,66
9 40-44 30 32 62 7,48
10 45-49 25 27 52 6,28
11 50-54 21 22 43 5,19
12 55-59 10 11 21 2,53
13 50-64 8 7 15 1,81
14 65 keatas 6 5 11 1,32

Jumlah 404 424 828 100

Sumber Data : Kantor Kelurahan Wasolangka 2017.

Dari tabel 1 (satu) diatas memberikan gambaran bahwa Kelurahan

Wasolangka Kecamatan Parigi Kabupaten Muna memiliki komposisi penduduk

sebagai berikut : usia 0 – 4 tahun laki-laki sebanyak 19 orang dan perempuan

sebanyak 21 orang dengan jumlah 40 orang, usia 5 – 9 tahun laki-laki sebanyak

37 orang dan perempuan sebanyak 39 orang dengan jumlah 76 orang, usia 10 – 14

tahun laki-laki sebanyak 41 orang dan perempuan sebanyak 43 orang dengan

jumlah 84 orang, usia 15 – 19 tahun laki-laki sebanyak 40 orang dan perempuan

sebanyak 42 orang dengan jumlah 82 orang, usia 20 – 24 tahun laki-laki sebanyak

45 orang dan perempuan sebanyak 47 orang dengan jumlah 207 orang, usia 25 –

29 tahun laki-laki sebanyak 75 orang perempuan sebanyak 116 orang dengan

jumlah 92 orang, usia 30 – 34 tahun laki –laki sebanyak 43 orang dan perempaun

58
sebanyak 45 orang dengan jumlah 88 orang, usia 35 – 39 tahun sebanyak laki-laki

sebanyak 31 orang perempuan sebanyak 41 orang dengan jumlah 80 orang, usia

40 – 44 taun laki-laki sebanyak 30 orang dan perempuan sebanyak 32 orang

dengan jumlah 120 orang, usia 45 – 49 tahun laki-laki sebanyak 61 orang dan

perempuan sebanyak 63 orang dengan jumlah 62 orang, usia 50 – 54 tahun laki-

laki sebanyak 21 orang dan perempaun sebanyak 22 orang dengan jumlah 43, usia

55 – 59 tahun laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 11 orang

dengan jumlah 23 orang, usia 60 – 64 tahun laki-laki sebanyak 8 orang dan

perempuan sebanyak 7 orang dengan jumlah 15 orang, usia 65 tahun keatas laki-

laki sebanyak 6 orang dan perempuan sebanyak 5 orang dengan jumlah 11 orang.

Dari penejelasan diatas, dapat diketahui bahwa jumlah jiwa yang paling

banyak adalah pada usia 20-24 tahun yakni 92 orang atau (11,11%) sedangkan

jumlah jiwa yang paling sedikit teradapt pada usia 65 tahun keatas yakni 11 orang

atau (1,39%).

2. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Suku Bangsa

Jumlah Suku di Kelurahan Wasolangka Kecamatan Parigi Kabupaten

Muna sebanyak 3 (tiga) suku dan yang paling dominan adalah suku Muna,

selanjutnya adalah suku Bugis dan suku Jawa.

Untuk mengetahui keadaan Kelurahan Wasolangka Kecamatan Parigi

berdasarkan Suku Bangsanya dapat dilhat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 2. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Suku Bangsa

No Suku Bangsa Jumlah penduduk Presentase (%)

59
1 Muna 795 96,01
2 Bugis 25 3,01
3 Jawa 8 0,96

Total 828 100

Sumber Data : Kantor Desa Parigi 2017.

Tabel tersebut di atas menggambarkan bahwa Desa Parigi Sebagian besar

bersuku Muna dengan jumlah penduduk 794 jiwa atau (96,01)%, Selanjutnya

suku Bugis berjumlah 25 jiwa atau (3,01%), dan suku Jawa berjumlah 8 jiwa atau

(0,96%).

3. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Kepercayaan Beragama

Dalam rangka mewujudkan hakekat manusia Indonesia seutuhnya dan

untuk meningkatkan kualitas manusia khususnya dibidang agama, maka perlu ada

perhatian khusus kearah itu. Kelurahan Wasolangka yang penduduknya

seluruhnya beragama Islam, perlu dibarengi usaha-usaha pembangunan sarana

peribadatan. Kelurahan Wasolangka memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi

sehingga kegiatan-kegiatan pembangunan selalu terlaksana dengan semangat

gotong royong dan rasa kesatuan dan persatuan diantara warga sehingga

hubungan antara satu dengan lainnya sangat akrab.

Mesjid di Kelurahan Wasolangka dipergunakan oleh warga selain tempat

peribadatan juga digunakan sebagai tempat pengajian anak-anak, di mana nama

guruh ngaji Kelurahan Wasolangka Bernama La Hani, jadwal pengajian anak-

60
anak di Kelurahan Wasolangka terdiri tiga kali satu minggu yaitu hari minggu,

rabu dan jum’at yang dilaksanakan pada selesai shalat magrib sampai dimulai

shalat isya.

4. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor untuk mengukur kualitas

atau mutu sumber daya manusia yang dapat mendukung kegiatan pembangunan

suatu daerah tertentu. Dari 828 jiwa penduduk Kelurahan Waslangka, kelompok

lulusan sekolah mengeah atas (SLTA) dan lulusan sekolah menengah Pertama

(SLTP) merupakan kelompok yang paling besar dan paling banyak, kemudian

disusul kelompok lulusan sekolah Dasar (SD) sederajat, sedangkan kelompok

terkecil adalah kelompok lulusan lulusan pascasarjana.

Tabel tingkat komposisi pendidikan penduduk di Kelurahan

Wasolangka dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Presentase %

1 Belum Sekolah 62 7,48

2 Tamat SD/Sederajat 214 25,84

3 Tamat SLTP/Sederajat 254 30,67

4 Tamat SLTA/Sederajat 230 27,77

5 DIII Diploma 6 0,72

6 Sarjanan S1 60 7,24

7 Pascasarjana S2 2 0,24

Total 828 100

61
Sumber Data : Kantor Kelurahan Wasolangka 2017.

Berdasarkan tabel komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan diatas,

Kelurahan Wasolangka dapat dilihat sebagai berikut: belum sekolah sebanyak 62

orang atau (7,48%), tamat SD ssebanyak 214 orang atau (25,4%), tamat

SLTA/sederajat 254 orang atau (30,67%), tamat SMA/sederajat 230 orang atau

(27,77%), DIII Diploma sebanyak 6 orang atau (0,72%), sarjana S1 sebanyak 60

orang atau (7,24%) dan pascasarjana S2 berjunmlah 2 orang atau (0,24%).

5. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Mata Pencaharian Penduduk

Mata pencaharian pada masyarakat Kelurahan Wasolangka sangat

beragam, dimulai dari sektor pegawai negeri sipil, pedagang, TNI/POLRI, tukang

kayu/batu, petani, supir mobil sewa dan jasa ojek, kondisi sosial ekonomi

masyarakat seperti tercantum pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. Penduduk Kelurahan Wasolangka Menurut Mata Pencaharian

No Jenis Pekerjaan Jumlah/Orang Presentase %

1 PNS 37 11,63
2 Pedagang 27 8,49
3 TNI/POLRI 11 3,45
4 Tukang kayu/batu 8 2,51
5 Petani 114 35,3
6 Masyarakat perantau 101 30,2
7 Jasa ojek 15 4,71

Total 318 100

Sumber Data : Kantor Kelurahan Wasolangka 2017.

Tabel diatas menunjukan bahwa masyarakat Kelurahan Wasolangka

dilihat dari komposisi mata pencaharian merupakan mayoritas bekerja sebagai

62
petani yaitu sebanyak 215 orang dengan presentase 67,61%, kemudian disusul

dengan pegawai negri sipil yaitu sebanyak 37 orang dengan presentase 11,63%,

pedagang sebanyak 27 orang atau 8,49%, TNI/POLRI yaitu sebanyak 11 orang

dengan presentase 3,45%, jasa ojek sebanyak 15 orang dengan presentase 4,71%,

tukang kayu/batu sebanyak 8 orang dengan presentase 2,51%, dan yang terahir

adalah supir mobil sewa sebanyak 5 orang dengan presentase 1,57%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari 828 jiwa jumlah

penduduk masyarakat Kelurahan Wasolangka yang memilki pekerjaan berjumlah

318 orang dan yang yang paling banyak bekerja sebagai petani berjumlah 215

orang atau 67,61%, sedangkan penduduk yang sedikit jumlahnya bekerja sebagai

supir mobil sewa yakni sebanyak 5 orang atau 1,57%.

c. Keadaan Sosial Budaya

Menyinggung masalah sosial budaya dapat kita lihat dari segi pendidikan,

kesehatan, agama maupun segi perumahan, keadaan pendidikan masyarakat

Kelurahan Wasolangka semakin terjamin. Menurut penelitian penulis bahwa

animo masyarakat Kelurahan Wasolangka dibidang pendidikan cukup tinggi.

Penduduk pada Kelurahan Wasolangka menurut tingkat pendidikan formal

yang ditempuh oleh penduduk menunjukan kesadaran masyarakat akan arti

pentingnya pendidikan dan perlunya pendidikan formal maupun nonformal,

karena mereka cukup menyadari bahwa dengan pendidikan dapat memiliki

63
keterampilan, sikap dan tindakan lebih dinamis dibandingkan dengan masyakat

yang tidak berpendidikan.

1. Keamanan dan Ketertiban Masayarakat

Kondisi keamanan dan ketertiban di Kelurahan Wasolangka dapat di

katakan terjamin dan cukup kondusif. Hal ini disebabkan oleh kesadaran

masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban (kantimbnas) cukup tinggi

serta kerukunan dan rasa kekeluargaan cukup kuat sehingga keamanan di

Kelurahan Wasolangka dapat dibilang tertib dan aman, dengan kesadaran yang

dimiliki tentang ketertiban dan keamanan masyarakat. Dalam menunjang

pelaksanaan masyarakat terdapat sarana (kamtimbnas) dengan sejumlah hansip

sebanyak 2 orang.

d. Profil Informan

1. Kasra merupakan seorang perantau Negara Malaysia yang berumur 30

tahun tinggal di lorong Kaliwu-liwu, Kelurahan Wasolangka, Kecamatan

Parigi, Kabupaten Muna.

2. Baitul merupakan informan berikutnya yang menjadi TKI (Tenaga Kerja

Indonesia) yang berkerja di Negara Malaysia yang berumur 20 tahun

tinggaal di lorong Kaliwu-liwu, Kelurahan Wasolangka, Kecamatan

Parigi, Kabupaten Muna.

64
3 La Kudji merupakan salah satu TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang

bekerja di Negara Malaysia yang berumur 42 Tahun tinggal di lorong

Kanada, Kelurahan Wasolangka, Kecamatan Parigi, Kabupaten muna.

4. Cua merupakan informan berikutnya yang merupakan TKI ( Tenaga Kerja

Indonesia) yang berumur 24 tahun yang tinggal di Kelurahan Wasolangka,

Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna.

5. Erwin salah seorang perantau Negara Malaysia yang berumur 23 tahun

tinggal di Kelurahan Wasolangka, Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna.

6. La Niawu merupakan salah seorang Sekret atau sekretaris di kelurahan

wasolagka yang berumur 50 tahun yang tinggal di Kelurahan Wasalangka,

Kematan Parigi, Kabupaten Muna.

7. Laode Kaubo merupakan informan berikutnya yang menjadi Masyarakat

Lokal berumur 62 tahun yang tinggal di Desa Parigi, Kelurahan

Wasolangka, Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

8. Laode Ganiru merupakan salah seorang Masyarakat Lokal berumur 54

tahun yang tinggal di Desa Latongku, Kelurahan Wasolangka, Kecamatan

Parigi, Kabupaten Muna.

9. Laode Majid merupakan informan berikutnya yang menjadi Tokoh

Pemuda yang berumur 45 tahun tinggal di Kelurahan Wasolangka,

Kematan Parigi, Kabuapten Muna.

10. Cunsal salah seorang informan berikutnya yang menjadi Tokoh Pemuda

yang berumur 26 tahun tinggal di Kelurahan Wasolangka, Kecamatan

Parigi, Kabupaten Muna

65
11. Laode Hamiu salah seorang informan berikutnya yang menjadi Tokoh

Adat masyarakat yang berumur 54 tahun tinggal di Kelurahan

Wasolangka, Kecamatan Parigi, Kabuapten Muna

12. Laode Niia merupakan salah seorang Tokoh Adat Masyarakat yang

berumur 60 tahun tinggal di Desa Parigi, Kelurahan Wasolangka,

Kecamatan Parigi, Kabupaten Muna.

13. Waode Sitti Roslina salah seorang Masyarakat Lokal yang berumur 36

tahun tinggal di kelurahan Wasolangka, Kecamatan Parigi, Kabupaten

Muna.

4.2. Komunikasi Orang Muna Eks Perantau Malaysia Di Kecamatan Parigi

Kabupaten Muna

Berdasarkan hasil observasi penulis yang diperoleh pada bulan Oktober

tahun 2018 bahwa Eks perantau Malaysia yang ada di Kelurahan Wasolangka

memiliki pola pola dan situasi komunikasi yang berbeda hal ini dikarenakan

adanya paparan budaya dari Negeri Melayu yang mempengaruhi bahasa, perilaku,

sifat, gerak tubuh dan hal-hal lainnya. Komunikasi merupakan sebuah kegiatan

aktif yang selalu dilakukan oleh individu dan kelompok masyarakat dalam

menjalankan fungsi kemasyarakatan, dalam melakukan komunikasi pastilah

menyatukan beberapa kelompok yang berbeda latar belakang baik secara individu

maupun secara kelompok. Berada di Kelurahan Wasolangka masyarakatnya

sebagian besar beretnis Muna sehingga peta komunikasinya cenderung baik,

namun didalam kelompok masyarakat Muna tersebut terbagi oleh sekelompok

masyarakat yang merantau di Malaysia dalam waktu lama sehingga

66
kecenderungan paparan interaksi tersebut terbawa hingga saat pulang. Berikut

dijelakan oleh peneliti hal-hal menyangkut:

1. Simbol verbal

Simbol verbal yang dimaksud oleh peneliti adalah lambang komunikasi

yang dimiliki bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada

komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal

menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan,

lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan,

komunikan (baik pendengar maupun pembaca) bisa lebih mudah memahami

pesan-pesan yang disampaikan. Seperti penggunaan istilah bahasa melayu yang

digunakan oleh perantau dari Malaysia sehingga orang lain yang mendengarnya

terkadang sulit mereka mengartikannya. Terlebih lagi jika di ucapkan di daerah

yang kental dengan dialek bahasa daerahnya seperti perantau dari Malaysia yang

berasal dari suku Muna, dimana banyak dari mereka yang kembali dari

perantauan pulang ke kampung halaman sudah menggunakan Bahasa melayu

Malaysia baik Dialek maupun istilah Melayu yang di gunakan di Negara

Malaysia.

a) Kata dan istilah

Kata adalah satuan bentuk terkecil yang dapat berdiri sendiri dan

mempunyai makna, dalam pengertian yang lan adalah segala satuan unsur bahasa

yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas. Kata dan istilah

yang di gunakan dalam berkomunikasi verbal di lakukan secara langsung dimana

komunikator berbicara menyampaikan pesan berupa kata kepada komunikan dan

67
terjadi secara sadar. Dari hasil obsevasi para perantau yang berasal dari Malaysia

berkomunikasi secara langsung namun dengan istilah yang berbeda dengan bahasa

indonesia ini di sebakan pembawaan atau kebiasaan saat berada di Malaysia,

namun tidak mengganngu komunikasi yang di lakukan sesama orang muna karena

pada dasarnya bahasa malaysia dan bahasa indonesia adalah bahasa melayu yang

hampir sama pengucapanya namun logat dan pengucapan yang membedakan

keduanya namun arti kata dan makananya sama.

b) Kata dan Istilah Melayu

Penggunaan bahasa dan istilah melayu sangat luas pemakaiannya, bahasa

ini menjadi bahasa resmi di Brunei, Indonesia  (sebagai bahasa Indonesia),

dan Malaysia  (juga dikenal sebagai  bahasa Malaysia); bahasa nasional

Singapura; dan menjadi bahasa kerja di Timor Leste  (sebagai bahasa Indonesia).

Bahasa Melayu merupakan lingua franca  dalam kegiatan perdagangan dan

keagamaan di Nusantara sejak abad ke-7

Kata dan istilah melayu yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini

seperti kata yang biasa digunakan sehari-hari di negara malaysia sehingga terbawa

sampai kembali kedaerah perantau seperti “tak bolelah macan tu” yang dia artikan

dalam bahasa Indonesia “ tidak boleh seprti itu” dari contoh istilah di atas dapat

dilihat persamaan tulisan jumlah kata dan makna yang sama namun Dialek atau

yang berbeda, sehinga meskipun istilah tersebut di pakai di Indonesia dan di

Daerah asal perantau namun masih bisa di mengerti artinya dalam bahasa

Indonesia.

2. Simbol non verbal

68
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dinaman pesan

disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Seperti menggunakan gerak isyarat,

bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian,

potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti

intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbiacara. Komunikasi

nonverbal yang terjadi pada orang muna yang pernah merantau di Malaysia

terjadi pada sisi perilaku dan sisi objek dimana sebelum pergi merantau di

Malaysia memiliki perbedaan dari kedua sisi tersebut dengan setelah merantau

dari Malaysia yaitu sebagai berikut :

a) Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua

makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu

berprilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. sehingga yang

dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas

manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja dan sebagainya. dari uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah serangkaian

kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang

tidak dapat diamati pihak luar.

Dari hasil obsevasi Perilaku yang ada pada orang Muna Eks Perantau dari

Malaysia memilki perdedaan, dimana orang muna sebelum pergi merantau

perilaku dalam berbicara dan bekerja ada perbedaan dimana sebelum pergi

69
merantau cara berbicara Eks perantau memili cirikhas seperti orang Muna

(berbicara terlalu cepat) sedangkan dalam perkejaan orang muna bekerja dengan

keras namun tidak meperhitungkan waktu dalam bekerja. Namun, setelah dari

Malaysia cara berbicara agak lambat dan terdengar dengan dialek Melayu

sedangkan perilaku dalam bekerja orang Muna Eks perantau dari Malaysia masih

memiliki sikap perkerja keras namun dalam pekerjaan sudah memperhitungkan

waktu dalam bekerja, perilaku ini di peroleh setelah bekerja di Negara Malaysia.

b) Objek

 Objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering

dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk

salah satu bentuk stereotipe. Dari hasil observasi Cara berpakaian yang di kenakan

orang Muna Eks Perantau dari Malaysia memilki perbedaan pada saat sebelum

dan sesudah dari perantauan. Pada saat saat sebelum pergi Merantau di Malaysia

cara berpakaian yang di kenakan masih terlihat biasa saja yang disesuaikan

dengan lingkunagan di Daerah masing-masing. Setelah dari perantauan pakaian

yang di kenakan sudah rapi dan manarik, ini di karenakan kebiasaan berpakaian

pada saat berada di Malaysia di sesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal dan

tempat keja para Eks perantau.

Sebagian perantau dari malaysia masih terbawa dialeg dari malaysia hal ini

didasarkan karena mereka terlalu lama diperantauan. Sebagaimana dijelaskan oleh

Bapak Kasra (30 Tahun ) seorang perantau Malaysia yang menyatakan bahwa:

70
“Saya salah satu orang yang menjadikan negara Malaysia satu-satunya
tempat untuk mencari nafkah. Sebab pilihan tersebut merupakan pilihan
terbaik bagi kami yang tidak memiliki latar belakang pendidikan sehingga
menjadi perantau dinegeri orang adalah pilihanya. Adapaun ketika ditanya
bagaimana komunikasi kami saat pulang dikampung dan hal apa yang
berbeda, biasanya yang berbeda itu adalah logat karena lama di Malaysia
jadi logat terbawa logat melayu”. (Wawancara, Oktober 2018).

Penjelasan informan tersebut sedikit memberi gambaran bahwa proses

interaksi seseorang dapat mempengaruhi pribadi orang tersebut, hal ini sejalan

dengan yang dikemukakan oleh Nimmo, (2005:5) bahwa komunikasi sebagai

pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan, saling berbagi informasi,

gagasan atau sikap, saling berbagi unsur-unsur perilaku, atau modus kehidupan

melalui perangkat-perangkat aturan, penyesuaian pikiran para peserta, pengalihan

informasi dari satu orang atau kelompok kepada yang lain, terutama dengan

menggunakan simbol.

Dijelaskan pula oleh informan La Kudji (42 Tahun) yang menyatakan

bahwa:

“Sebagai Eks Perantau Malasysia kecenderungannya ketika pulang pasti


sangat berbeda logat berbahasa baik dari pengucapan kata maupun untuk
beberapa istilah yang terbawa bawa dari Malaysia. Namun hal tersebut
tidaklah bersifat paten. Berjalananya waktu hal tersebut akan mulai hilang
lagi. Namun kadang yang malah melekat itu cara cara berpakaian, kita
kadang berpakaian itu seperti kebiasaan kami disana mungkin karena baju
baju juga kami bawa dari saya”. (Wawancara, Oktober 2018).
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, maupun antara individu

71
dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat

itu. Mereka akan saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan

mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk

interaksi sosial. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan

adanya komunikasi. Penjelasan informan tesebut memberikan informasi bahwa

pada dasarnya paparan komunikasi itu tetaplah ada sebagai konsekuesi interaksi

sosial namun hal tersebut tidaklah bersifat paten bagi eks perantau Malaysia.

Dijelaskan pula oleh informan selaku masyarakat lokal Ibu Muriati (26

Tahun) yang menyatakan bahwa:

“Memang kalau orang yang dari Malaysia itu pasti kalau pulang sudah
logat melayu kalau bicara hal ini karena terbawa bawa dari sana. Namun
kami tidak kesulitan dalam memahami karena pada dasarnya bahasa
melayu itu sama dengan bahasa Indonesia hanya logatnya saja yang
berbeda dan kesulitanya hanya menyikapi beberepa istilah saja yang
terbawa dari melayu yang kami kadang tidak mengerti”. (Wawancara,
Oktober 2018).

Didapatkan pemahaman bahwa ternyata pola-pola komunikasi eks

perantau Malaysia terrsebut telah diterima oleh masyarakat sebagai sebuah

kebiasaan orang Kelurahan Wasolangka, tidak ada kesulitan dalam memahaminya

sebab adanya adaptasi yang telah lama dilakukan oleh masyarakatnya sehingga

mereka terbiasa. Hal ini sejalan dengan Gillin (2001:46), interaksi sosial adalah

suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Gillin & Gillin juga pernah

mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi. Menurutnya, proses sosial yang

timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial.

72
Proses Asosiatif yang terbagi ke dalam tiga bentuk khusus lagi, yakni

(a)Akomodasi adalah suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk

menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama

artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli-ahli

biologi untuk menunjuk pada suatu proses di mana makhluk-makhluk hidup

menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya; (b) Asimilasi merupakan proses

sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi

perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok

kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha dalam mempertinggi kesatuan

tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan

tujuan bersama. Asimilasi menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan

sosial dan dalam pola adat istiadat serta interaksi sosial; (c) Proses yang disebut

terakhir biasa dinamakan akulturasi. Perubahan-perubahan dalam pola adat

istiadat dan interaksi sosial kadangkala tidak terlalu penting dan menonjol.

Penjelasan mengenai komunikasi orang Muna eks perantau Malaysia

dijelaskan oleh seorang Tokoh Adat Bapak La Ode Ganiru (54 Tahun) bahwa:

“Perantau perantau Malaysia ketika pulang pasti membawa perubahan


dalam hal komunikasinya, hal tersebut baik berupa bahasa, istilah tertentu,
gaya berpakaian, dan bila dikaitkan dengan konsep komunikasi yaitu
komunikasi verbal dan non verbalnya yang berbeda”. (Wawancara,
Oktober 2018).

Dari penyampaian informan tersebut mendapat kesimpulan bahwa

komunikasieks perantau Malaysia terbagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal

73
dan non verbal, hal ini sejalan dengan Effendy (2007:23) yang menyatakan bahwa

Komunikasi merupakan sebuah proses yang didalamnya terjadi perpindahan

antara pesan yang disampaikan dengan penerima pesan tersebut. Pesan,

merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

Hal ini terjadi antara seorang komunikan terhadap komunikator. Pesan itu bisa

berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain.

4.2.1. Komunikasi Verbal

4.2.1.1. Bahasa Daerah

Proses komunikasi, dimana pada komunikasi verbal simbol atau pesan

verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau

lebih.Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk kedalam

kategori pesan verbal yang disengaja. Yaitu usaha yang dilakukan secara sadar

untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dalam proses

komunikasi sebagai lambang verbal adalah yang paling banyak dan paling sering

digunakan. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata yang telah

disusun secara berstruktur sehingga menjadi kalimat yang mengandung arti. Oleh

karena itu, hanya bahasa yang mampu mengungkapkan pikiran komunikator

mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret ataupun yang abstrak, yang terjadi

masak ini, masa lalu dan masa yang akan datang.

Penjelasan mengenai komunikasi verbal eks perantau Malaysia oleh Bapak

La Ode Hamiu (54 Tahun) bahwa:

“ Yang dimaksud dengan komunikasi verbal orang perantau itu adalah


bahasa dan istilah yang dibawah setelah melakukan perantauan khususnya
perantauan di Malaysia. Hal itu sangat kental terasa dikomunikasi setiap

74
hari bagaimana logat melayu itu sangat mendominasi tutur katanya”.
(Wawancara, Oktober 2018).

Dalam pemahaman tersebut kita mengambil sebuah presepsi bahwa dalam

komunikasi verbal masyarakat perantau Malaysia memiliki perbedaan dalam

interaksinya yaitu dari sisi bahasanya. Bahasa yang digunakan dalam keseharian

mengalami perubahan dengan mendominasinya lagam melayu sehingga hal

tersebut menjadi pembeda yang signifikan pada masyarakat eks perantau Malaysia

di Kelurahan Wasolangka. Hal ini sejalan dengan Mulyana (2007:5)

mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi,yaitu; 1) fungsi

sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang

lain, membangun dan memelihara hubungan, serta pengungkapan latarbelakang

melalui bahasa yang digunakan. 2) fungsi pengambilan keputusan, yakni

memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu saat

tertentu.

Penjelasan lainnya pula disampaikan oleh Bapak La Kudji (42 Tahun)

menyatakan bahwa:

“ Hal yang paling mencolok dalam komunikasi saat pulang yaitu bagaimana
bahasa yang kami gunakan sangat erat kaitannya dengan logat Melayu. Pastilah
sangat kental karena kalau di Malaysia bahasa sehari hari itu bahasa Melayu”.
(Wawancara, Oktober 2018).
Penggunaan bahasa Melayu merupakan indikator bahwa dalam

berkomunikasi masyarakat eks perantau memiliki ciri verbal tersendiri, hal itu

tercermin melalui pengakuan bahwa logat Melayu sangat mempengaruhi

komunikasi sehari hari. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya

mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri

kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,

75
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat

menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi

kita bekerja sama dengan anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Berkaitan dengan eks perantau Malaysia orang berkomunikasi untuk

menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat

lagi pernyataan eksistensi diri.

Komunikasi eks perantau Malaysia tersebut memiliki ciri verbal tersendiri

pada sisi bahasa sebagaimana perngertian bahasa merupakan suatu sistem

komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang

bersifat arbitrer, yang dapat diperkuat dengan gerak-gerik badaniah yang nyata. Ia

merupakan simbol karena rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia

harus diberikan makna tertentu pula. Simbol adalah tanda yang diberikan makna

tertentu, yaitu  mengacu kepada sesuatu yang dapat diserap oleh panca indra.

Diperjelas pula oleh seorang informan Bapak Cua (24 Tahun) yang

menyatakan bahwa:

“ Apa apa yang diucapak oleh eks perantau Malaysia tidak akan jauh dari
bahasa Melayu itu sendiri, sehingga kami juga sudah sangat paham akan
mereka. Jadi kalau ada yang menggunakan bahasa Melayu berarti perantau
Malaysia atau istrinya perantau Malaysia. Di kampung ini sudah sangat
biasa bagi kami berinteraksi dengan bahasa bahasa melayu itu apalagi
banyak dari orang kampung ini menikah di Malaysia dan istrinya pualng
tinggal dikampung dimana istrinya itu menggunakan bahasa melayu”.
(Wawancara, Oktober 2018).

Penjelasan diatas mengisyaratkan bahwa yang menjadi komunikasi verbal

orang Muna eks perantau Malaysia banyak menggunakan bahasa Melayu

sehingga hal itulah yang menjadi perbedaan dalam berkomunikasi, namun hal

tersebut bukanlah menjadi sebuah kendala dalam berkomunikasi sesama warga

76
masyarakat di Kelurahan Wasolangka Kecamatan Parigi Kabupaten Muna. Berarti

bahasa mencakup dua bidang, yaitu vokal yang dihasilkan oleh alat ucap manusia,

dan arti atau makna yaitu hubungan antara rangkaian bunyi vokal dengan barang

atau hal yang diwakilinya,itu. Bunyi itu juga merupakan getaran yang merangsang

alat pendengar kita (yang diserap oleh panca indra kita, sedangkan arti adalah isi

yang terkandung di dalam arus bunyi yang menyebabkan reaksi atau tanggapan

dari orang lain).

Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu

alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun

bahasa tulis. Begitu dekatnya kita kepada bahasa, terutama bahasa Indonesia,

sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami dan mempelajari bahasa Indonesia

secara lebih jauh. Akibatnya, sebagai pemakai bahasa, orang Indonesia tidak

terampil menggunakan bahasa. Suatu kelemahan yang tidak disadari.

Komunikasi lisan atau nonstandar yang sangat praktis menyebabkan kita

tidak teliti berbahasa. Akibatnya, kita mengalami kesulitan pada saat akan

menggunakan bahasa tulis atau bahasa yang lebih standar dan teratur. Pada saat

dituntut untuk berbahasa  bagi kepentingan yang lebih terarah dengan maksud

tertentu, kita cenderung kaku. Kita akan berbahasa secara terbata-bata atau

mencampurkan bahasa standar dengan bahasa nonstandar atau bahkan,

mencampurkan bahasa atau istilah asing ke dalam uraian kita. Padahal, bahasa

bersifat sangat luwes, sangat manipulatif. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa

untuk kepentingan dan tujuan tertentu. Lihat saja, bagaimana pandainya orang-

77
orang berpolitik melalui bahasa. Kita selalu dapat memanipulasi bahasa untuk

kepentingan dan tujuan tertentu.

Hal lainnya pula diungkapkan oleh informan selaku Tokoh Masyarakat

Bapak La Ode Majid bahwa:

“ Bahasa merupakan satu hal penting ketika kita membedakan mana


masyarakat lokal mana masyarakat eks perantau Malaysia. Sangat
gampang yaitu dengan melihat ketika berkomunikasi sehari-hari. Bahasa
melayu digunakan merupakan indikator penting dalam menentukan itu
orang lokal atau eks perantau”. (Wawancara, Oktober 2018).

 Pada dasarnya, bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan

berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,

sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan

beradaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk

melakukan kontrol sosial (Keraf, 1997: 3).

Derasnya arus globalisasi didalam kehidupan kita akan berdampak pula

pada perkembangan dan pertumbuhan bahasa sebagai sarana pendukung

pertumbuhan dan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. Di

dalam era globalisasi itu, bangsa Indonesia mau tidak mau harus ikut berperan di

dalam dunia persaingan bebas, baik di bidang politik, ekonomi, maupun

komunikasi.  Konsep-konsep dan istilah baru di dalam pertumbuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) secara tidak langsung

memperkaya khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk

budaya akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu, termasuk bahasa Indonesia,

78
yang dalam itu, sekaligus berperan sebagai prasarana berpikir dan sarana

pendukung pertumbuhan dan perkembangan iptek itu (Sunaryo, 1993, 1995).

4.2.1.2. Istilah Indonesia

Dalam proses komunikasi tidak selamanya berjalan dengan baik,

terkadang pesan yang disampaikan komunikator tidak sampai ke komunikan

karena terjadi gangguan dalam proses penyampaiannya, dan bila pesan tersebut

sampai ke komunikan biasanya akan terjadi umpan balik (feed back). Komunikasi

memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi

manusia dapat menyampaikan pikiran, pendapat serta perasaannya. Seperti halnya

masalah yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini, yaitu nilai-nilai dari

komunikasi verbal “istilah”. Komunikasi verbal dapat digunakan sebagai media

komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat serta mengubah pola

pikir dan tingkah laku masyarakat. Maka pada saat ini, komuikasi verbal “:istilah”

dapat menjadi adaptasi bagi masyarakat lokal dalam memahami kontek-konteks

istilah yang disampaikan..

Istilah yang menjadi salah satu tolak ukur komunikasi verbal eks perantau

Malaysia di Kelurahan Wasolangka Kecamatan Parigi terlihat memiliki

kecenderungan sangat mempengaruhi ungkapan-ungkapan ataupun interaksi yang

membedakan dengan masyarakat lokal. Jika dikaitkan dengan masalah yang akan

diteliti, maka dalam hal ini “istilah” menggunakan tipe komunikasi yang berbada

dalam melakukan proses komunikasinya. Pesan yang disampaikan dari sebuah

interaksi komunikasi ditujukan kepada khalayak yang berada di tempat-tempat

berbeda, sehingga diperlukan adaptasi sebagai saluran untuk memahami kegiatan

79
komunikasinya. Maka dari itu “istilah” merupakan salah satu bagian dari

komunikasi verbal masyarakat eks perantau Malaysia di Kelurahan Wasoalangka

Kecamatan Parigi Kabupaten Muna.

Penjelasan mengenai hal tersebut diungkapkan oleh Bapak La Ode Imba

bahwa:

“ Banyak istilah istilah baru ketika pulang kekampung bahkan kadang


membuat bingung warga lainnya, namum hal tersebut bukan sebuah
kesengajaan melainkan spontan sebab kebiasaan disana seperti itu. Sulit
pada awal awal pulang untuk menghilangkan istilah istilah melayu namun
kadang mereka sudah terbiasa dan mengetahui dari beberpa istilah semisal
migi mestinya indomie, silipah mestinya sendal, dan banyak hal lainnya”.
(Wawancara, Oktober 2018).

Penggunan istilah dalam berkomunikasi seharo hari merupaka salah satu

bentuk komunikasi verbal masyarakat eks perantau Malaysia denga masyarakat

lokal, ini mencerminkan bahwa ketika sekelompok masyarakat berada pada

sekolompok masyarakat yang lebih besar secara hukum komunikasi pastilah

kelompok kecil tersebut akan mengadaptasika dirinya sebagai bagian dari

aktualisasi dirinya, sebagaimana dikatakan Abraham Moslow menyebutkan

bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan,

kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri.

Ketika terjadi perbedaan dalam komunikasi seseorang dengan perbedaan

istlah yang dipahami maka penyampaian pesan, seorang komunikator dituntut

untuk memiliki kemampuan dan sarana agar mendapat umpan balik (feedback)

dari komunikan sehingga maksud pesan tersebut dapat dipenuhi dengan baik dan

berjalan efektif. Komunikasi dengan tatap muka (face-to-face) dilakukanantara

80
komunikator dan komunikan secara langsung, tanpa menggunakan media apapun

kecuali bahasa sebagai lambang atau simbol.

Penjelasan serupa diutarakan seorang informan Bapak La Kudji (42 Tahun)

bahwa:

“ Keberagaman istilah yang kami bawa dari Malaysia terkadang menyulitkan


masyarakat lainnya dalam memahani istilah tersebut, sebab kebiasaan yang
tidak lazim dengan beberapa istilah itu misalnya, bycicleyaitu sepeda dan
beberapa istilah lainnya”. (Wawancara, Oktober 2018).

Penjelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa selain bahasa hal

lainnya juga adalah istilah dalam komunikasi verbal masyarakat eks perantau

yang mencirikan mereka dengan masyarakat lokal. Sejalan bahwa Fungsi

komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa

komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk

kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan

ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk

hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan

anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Pearson et al (2005:5) mengemukakan bahwa komunikasi

mempunyai dua fungsi umum,yaitu; 1) Untuk kelangsungan hidup dirisendiri

meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri

kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. 2) Untuk

kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial

dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.

Dalam berkehidupan komunikasi sangatlah penting dalam pembentukan

nilai nilai komunikasi itu sendiri seperti pula halnya masyarakat eks perantau

81
Malaysia yang secara hakekat merupakan masyarakat lokal namun persoalan

lingkungan kerja sehingga bergeser pola tersebut. Mulyana (2007:5)

mengemukakan bahwa komunikasi itu mempunyai dua fungsi,yaitu; 1) fungsi

sosial, yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang

lain, membangun dan memelihara hubungan. 2) fungsi pengambilan keputusan,

yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada suatu

saat tertentu.

Dijelaskan pula seorang informan Bapak La Ode Ganiru yang menyatakan

bahwa:

“ Komunikasi yang terbangun antara masyarakat eks perantau Malaysia


dengan masyarakat lokal biasa biasa saja tidak ada masalah hanya saja
persoalan bicara atau interaksi yang sedikit beda itupun tidak berlangsung
selamanya hanya saja karena kebiasaan dengan logat Melayu sehingga
ketika pulang hal tersebut masih terbawa bawa”. (Wawancara, Oktober
2018).

Penjelasan diatas membuktikan bahwa segala bentuk komunikasi verbal

dengan perbedaan bahasa atau lagat bahasa dengan beberapa istilah hanyalah

persoalan adaptasi masyarakat eks perantau Malaysia, Penyesuaian merupakan

konsep yang mengacu pada peran dan fungsi sebuah komunikasi dalam merespon

atau melakukan penyesuaian terhadap hal-hal di luar lingkungannnya.

Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi sebagai intrumen sosial terbesar,

kehadirannya tidak dapat dilepaskan dari sistem sosial kemasyarakatan yang ada.

Oleh karena itu, agar keutuhan komunikasi dapat terjaga dengan baik, maka

diperlukan adanya upaya untuk menyesuaikan perubahan yang ada atau menolak

perubahan yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang terjaga dalam

masyarakat Kelurahan Wasolangka . Penyesuaian yang tinggi oleh masyarakat

82
terhadap lingkungannya, dapat menyebabkan kekacauan komunikasi (chaotic),

Sedangkan penyesuaian yang terlalu rendah akan mengakibatkan komunikasi

yang kaku (rigid).

4.2.2. Komunikasi Non Verbal

Komunikator dapat menyampaikan pesannya secara verbal dan non

verbal. Verbal dibagi kedalam dua macam yaitu lisan (oral) dan tulisan

(written/printed). Non verbal dapat menggunakan gerakan atau isyarat badaniah

(gestural) seperti melambaikan tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan

menggunakan gambar untuk mengemukakan ide atau gagasannya.Peran penting

komunikasi nonverbal adalah membentuk dan mengelola hubungan interpersonal

dalam sistem komunikasi interpersonal. Komunikasi nonverbal membantu

memulai hubungan melalui pengelolaan kesan atau impression

management dan self-disclosure. Komunikasi nonverbal juga membantu

mengelola hubungan sebagaimana komunikasi nonverbal membantu dalam

ekspresi emosi yang diminta dan memberikan dukungan emosi.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Carl. I. Hovland (Purba, 2006:29).

Yang mengatakan: “proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan

perangsang-perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata)

untuk merubah tingkah laku orang lain (komunikan)”.Adapun Komunikasi Antar

Pribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua individu atau lebih yang

dapat berlangsung secara tatap muka (face to face).

Komunikasi antar pribadi dikatakan efektif dalam merubah perilaku orang

lain apabila kesamaan makna mengenai apa yang dibincangkan. Ciri khas yang

83
tampak dalam komunikasi ini adalah arus balik langsung yang dapat ditanggkap

oleh komunikator, baik secara verbal dalam bentuk kata- kata maupun secara

nonverbal dalam bentuk gerak- gerik seperti anggukan dan lain sebagainya. Selam

proses komunikasi antar pribadi langsung, antar komunikator dan komunikan

tersebut akan terjadi adanya pengertian fungsi secara bergiliran satu sama lain.

Proses berubahnya perilaku atau inggkah laku individu adalah melaluli beberapa

tahapan dimana satu tahap dengan tahap lainya saling berhubungan.. seorang

individu menerima informasi, kemudian mengelolnya, menyimpan dan

menghasilkan kembali dalam bentuk satuy keputusan berupa penolakan atau

penerimaan terhadap informasi yang disampaikan tersebut.

Sebagaimana komunikasi orang Muna eks perantau Malaysia dimana

perbedaan letak lingkungan yang dibawa ke Muna menimbulkan beberapa

interaksi yang berbeda terutama dalam komunikasi verbal masyarakatnya. Adapun

dalam konteks komunikasi non verbal masyarakatnya dapat ditemui dengan

beberapa model interaksi komunikasi yang berlangsung. Tidak banyak ciri non

verbal yang bisa dijelaskan pada masyarakat Di Kelurahan Wasolangka

Kecamatan Parigi.

Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak La Ode Kaubo (62 Tahun) bahwa:

“komunikasinya mereka baik baik saja selain bahasa yang agak melayu,
selain itu biasa saja walaupun memang karena bahasa melayu yang kental
jadi sedikit halus bicaranya dibandingkan dengan orang lokal sini yang
tidak pernah merantau”. (Wawancara, Oktober 2018).

Didapatkan pemahaman bahwa tanpa disadari yang menjadi ciri dari

komunikasi non verbal masyarakat eks perantau Malasysia adalah tata suara

sebagaimana yang diungkapkan oleh informan, sejalan dengan Argyle

84
(1988) yang mengatakan jenis komunikasi non verbal itu salah satunya bentuk

Paralinguistik yaitu suara, kata dan karakteristik bahasa tanpa kata seperti pitch,

volume, peringkat, dan kualitas. Agar kita memiliki kompetensi dalam komunikasi

nonverbal, maka kita harus mampu mengidentifikasi serta menerapkan berbagai

strategi untuk meningkatkan kompetensi dalam dua hal yaitu kompetensi dalam

mengirimkan pesan-pesan nonverbal dan kompetensi dalam menginterpretasi

pesan-pesan nonverbal.

Hal lainnya juga dijelaskan oleh Bapak La Ode Imba (26 Tahun) yang

menyatakan bahwa:

“ Kalau dicari apa yang menjadi pembeda dikomunikasinya mereka selain


bicara palingan itu soal suara atau nada suara yang sedikit berbeda dengan
kita orang lokal yang tidak pernah merantau dimalaysia karena mereka
terbawa bawa dengan bahasa melayu yang lembut sehingga mereka juga
kalau bicara jadi sedikit lembut”. (Wawancara, Oktober 2018).

Pemahaman mengenai komunikasi non verbaldipahami pula sebagai

sebuah simbol non verbal melalui nada bicara yang diungkapan oleh para

informanya. Intekasi dalam komunikasi non verbal berkaitan dengan komunikasi

non verbal yaitu komunikasi antar pribadi yang erat berkaitan dengannya. Onong

U. Effendy mendefinisikan komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara

dua orang, dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan, komunikasi

jenis ini bisa langsung secara berhadapan muka (face to face) bisa juga melalui

medium, umpamanya telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi adalah dua arah

atau timbal balik (Effendy, 1993 : 61).Selain itu menurut Dean Barnulus

mengemukakan bahwa komunikasi  antar pribadi biasanya dihubungkan dengan

85
pertemuan antara dua individ, tiga individu ataupun lebih yang terjadi sangat

spontan dan tidak berstruktur (Liliweri, 1991:12).

Dalam setiap kegiatan komunikasi antar pribadi selalu melibatkan orang

sebagai organ pelaksana dalam penyampaian pesan, karenanya agar pesan yang

disampaikan oleh komunikator dapat memberikan hasil yang lebih baik, dapat

digunakan teknik persuasif. Adapun teknik persuasif yang dimaksud dalam hal ini

adalah suatu kegiatan dalam upaya membujuk komunikan agar melakukan atau

berbuat sesuai dengan maksud dan tujuan komunikator. Sehingga dalam kaitanya

dengan komunikasi non verbal masyarakat eks perantau Malaysia di Kelurahan

Wasolangka Kecamatan Parigi terbagi dalam dua bentuk yaitu nada, dan

kepribadian.

4.2.2.1. Nada Melayu

Dalam berkomunikasi seseorang dapat menjelaskan dirinya dengan

tingkah laku, pola komunikasi dan kepribadian yang mendasar. Sebagaimana pula

pada sisi komunikasi non verbalnya ciri tersendiri yaitu nada linguistik

mencirikan komunikasi non verbal tersebut. Dengan adanya komunikasi non

verbal yang berlangsung maka perlu didasari bahwa keseluruhannya berhubungan

dengan konsep-konsep komunikasi antar ptibadi dengan demikian kita dapat

memahami bahwa komunikasi antar pribadi berlangsung karena adanya

manifestasi dari diri manusia itu sendiri sebagai makluk sosial yang membutuhkan

orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi sebenarnya

merupakan proses sosial dimana orang- orang yang terlibat didalamnya saling

86
mempengruhi, serta menunjukkan bahwa komunikasi antar pribadi lebih

menonjolkan keterbukaan  pihak-pihak  yang sedang melakukan komunikasi.

` Dijelaskan oleh informan Bapak La Ode Majid (45 Tahun) yang

menyatakan bahwa:

“ Yang menjadi pembeda sekiranya hanya itu yang bisa dijadikan poin
komunikasi non verbal yang dimaksud adalah nada mereka saat berbicara,
sebab dipengaruhi oleh bahasa melayu yang lembut maka sedikit merubah
nada bicara dibandingkan sebelum melakukan perantauan. Sangat berbeda
nadanya dengan masyarakat lokal yang sedikit keras”. (Wawancara,
Oktober 2018).

Perbedaan secara nada bicara merupakan salah satu bentuk komunikasi

non verbal yang terjadi diinteraksi komunikasi masyakat lokal di Kelurahan

Wasolangka dengan masyarakat eks perantau Malaysia, ciri ini membuktikan

setiap interaksi lingkungan dapat memunculkan perbedaan. Sebab komunikasi

non verbal erat hubungannya dengan komunikasi antar pribadi sebab hanya

melalui komunikasi antar pribadi kode kode non verbal dapat berlangsung dengan

baik.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar dua orang atau lebih

yang terjadi dalam bentuk kontak langsung. Sebagai suatu proses, komunikasi

antar pribadi merupakan rangkaian tindakan , kejadian dan kegiatan yang terjadi

secara terus menerus. Dengan kata lain, komunikasi antar pribadi bukanlah suatu

hal yang statis, tetapi suatu yang dinamis. Artinya, segala sesuatu yang tercangkup

dalam komunikasi antar pribadi selalu dalam keadaan berubah, yakni para pelaku,

pesan maupun lingkungannya. Kadangkala perubahan- perubahan ini kita tidak

sadari atau kita tidak perhatikan, namun yang jelas selau terjadi perubahan.proses

87
komunikasi antar pribadi dapat digambarkan sebagai proses yang sirkuler dan

terus menerus.

Sebagaimana pula dijelaskan oleh Bapak La Kudji yang menyatakan

bahwa:

“Benar yang menjadi pembeda pula adalah bagaimana nada bicara kami
sedikit berbeda sebab ada aksen melayu yang halus yang mempengaruhi
bicara kami di lingkungan masyarakat lokal, walaupun kami juga
masyarakat asli sini”. (Wawancara, Oktober 2018).

Arti proses bahwa adalah bahwa setiap orang yang terlihat   dalam

komunikasi antar pribadi bertindak sebagai pembicara sekaligus sebagai

pendengar dan sebagai aktor sekaligus rektor. Sedangkan sebagai proses yang

terus-menerus, diartikan bahwa komuniaksi berlangsung tanpa henti, sehingga

batasan awal dan berakhirnya komunikasi antar pribadi menjadi jelas.Perbedaan

yang mendasar dari komunikasi non verbal masyarkat eks perantau Malaysia

secara tekstual dapat memberikan pemahaman tentang komunikasi non verbal

masyarakatnay dilihat dri bentuk atau ciri nada suara sebagai temuan peneliti.

Dari penjelasan yang didapatkan maka didapatkan kesimpulan bahwa yang

menjadi komunikasi non verbal masyarakat eks perantau Malaysia adalah nada

bicara yang diambil dari pengaruh logat melayu.

88
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan Dan Saran

5.1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka dapat di

simpulkan Komunikasi Orang Muna Eks Perantau Malaysia Di Kecamatan

Parigi Kabupaten Muna dilihat dari dua faktor Komunikasi Verbal dan

Komunikasi Non Verbal.

Komunikasi Verbal, Proses komunikasi, dimana pada komunikasi

verbal simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang

menggunakan satu kata atau lebih.Hampir semua rangsangan wicara yang

kita sadari termasuk kedalam kategori pesan verbal yang disengaja. Dari

hasil penelitian terdiri dari 2 bentuk verbal yaitu; (1) Bahasa Daerah, dengan

pengaruh bahasa melayu memberikan dampat baru apda sistem komunikasi

masyarakat eks perantau Malaysia dengan perbedaab dialegtika dengan

masyarakat lokal dengan aksen bicaranya, (2) Istilah Indonesia, interaksi

dengan masyarakat melayu mempengaruhi beberapi istilah baru yang

diungkapan oleh eks perantau tersebut yang diadopsi dari sistem aksara

Melayu.

Sedangkan Komunikasi Non Verbal, Non verbal dapat

menggunakan gerakan atau isyarat badaniah (gestural) seperti melambaikan

tangan, mengedipkan mata dan sebagainya, dan menggunakan gambar

89
untuk mengemukakan ide atau gagasannya. Adapun komunikasi non verbal

yang didapatkan dari hasil penelitian yaitu; Nada Melayu, nada bicara tersebut

dipengaruhi oleh bahasa Melayu dan terbawa pada aksen komunikasi dengan

masyarakat lokal yang berbeda adapun ciri khas dari perbedaan tersebut

adalah aksen melayu yang cenderung halus dan lembut sangat berbeda dengan

aksen asli masyarakat Muna.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta penarikan kesimpulan

maka yang menjadi saran dalam penelitian ini adalah:

a) Pada komunikasi verbal masyarakat Muna dan eks perantaua Malaysia

harus adanya adaptasi dengan lingkungan sebeb ketika perbedaan

komunikasi verbal tersebut semakin kental mempengaruhi komunikasi

masyarakanya maka akan menimbulkan hambatan komunikasi

b) Pada komunikasi non verbal, perbedaan nada bicara bukanlah sesuatu hal

yang buruk apalagi dengan perbedaan nada bicara tersebut dapat

mengajarkan masyarakat tentang etika berkomunikasi, namun yang

menjadi saran penelitian ini agar adaptasi yang berimbang sehingga tidak

menimbulkan hambatan komunikasi (Noice)

90

Anda mungkin juga menyukai