Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nurawaliah Ramadhani

NIM : 2201030096

Kelas : 2C – Ilmu Komunikasi

Matkul : Teori Komunikasi

SOAL dan JAWABAN !!!

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan teori komunikasi dan mengapa teori ini penting dalam
memahami fenomena komunikasi manusia!
- Teori komunikasi merupakan pedoman bagi manusia untuk membantu memahami dan
mempelajari fenomena, gejala dan proses komunikasi. Artinya, teori komunikasi dapat
dijadikan acuan dalam proses pengambilan keputusan, baik secara pribadi, kelompok,
organisasi maupun dalam skala yang lebih besar. Selain itu, teori komunikasi juga berfungsi
sebagai panduan bagi orang untuk mengamati hal-hal baru di sekitarnya. Oleh karena itu,
teori ini sangat berkaitan dengan fenomena komunikasi manusia yang merupakan suatu
peristiwa dimana interaksi antara manusia dikaitkan dnegan kehidupan sosial melalui
simbol-simbol umum (bahasa lisan atau tulisan) atau yang khusus bagi penyandang
disabilitas (seperti ekspresi wajah, gerak tubuh dan lain-lain).

2. Bandingkan dan kontraskan Paradigma Objektif dan Paradigma Interpretif dalam ilmu
komunikasi dapat dilihat berdasarkan asumsi-asumsi filosofis, baik pada tataran ontologis,
epistemologis, aksiologis, retoris mapun metodologis!
- Paradigam objektif atau seting disebut pendekatan kuantitatif. Pendekatan ini dikaitkan
denagn bagian-bagian dan fenomena serta hubungan pandangan terhadap suatu objek,
perilaku dan peristiwa yang terjadi dan dapat diamati oleh pancaindra (penglihatan,
pendnegaran, peraba, perasa). Sedangkan paradigma interpretif atau disebut pendekatan
kualitatif merupakan suatu tradisi yag secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kesannya sendiri dan berhubungan dengan orang banyak. Pradigma ini
cenderung memandang manusia sebagai objek yang aktif, dinamis serta mampu melakukan
perubahan lingkungan disekeliling mereka. Berikut ini adalah asumsi filosofis adalah
sebagai berikut :
1. Asumsi ontologis
Pertanyaan : Bagaimana sifat realitas?
Kuantitatif : Realitas objektif, tunggal, terpisah dari peneliti.
Kualitatif : Realitas subjektif, ganda, seperti tampak dalam penelitian.
2. Asumsi epistemologis
Pertanyaan : Bagaimana hubungan peneliti yang diteliti?
Kuantitatif : Peneliti mandiri dari yang diteliti.
Kualitatif : Peneliti berhubungan dengan yang diteliti.
3. Asumsi aksiologis
Pertanyaan : Apa peran nilai?
Kuantitatif : Bebas nilai dan tidak bias.
Kualitatif : Tidak bebas nilai dan bias.
4. Asumsi retoris
Pertanyaan : Apa itu bahasa penelitian?
Kuantitatif : Formal berdasarkan definisi keputusan. Memakai kata-kata kuantitatif yang
sudah diterima.
Kualitatif : Informal, mengembangkan, bahasa pribadi, memakai kata-kata kualitatif
yang sudah diterima.
5. Asumsi metodologis
Pertanyaan : Bagaimana proses penelitian itu?
Kuantitatif : Proses deduktif, sebab dan akibat, desain statis-pengelompokan dilakukan
sebelum penelitian. Naskah - terikat generalisasi mengarah pada prediksi, penjelasan, dan
pemahaman, akurat dan dapat dipercaya melalui kebenaran dan pengujian.
Kualitatif : Proses induktif pembentukan faktor-faktor mendadak desain yang muncul –
pengelompokan dilakukan selama penelitian. Naskah-bebas pola, teori berkembang untuk
pemahaman. Akurat dan dapat dipercaya melalui pembuktian.

3. Menurut teori interaksi simbolik, komunikasi manusia melibatkan proses interaksi sosial yang
kompleks. Dalam konteks ini, berikan analisis tentang peran tiga konsep kunci dalam teori
interaksi simbolik: mind, self, dan society. Berikan contoh berdasarkan pengalaman pribadi
anda!
- Menurut George Herbert Mead, teori interaksi simbolik merupakan interaksi sosial yang
terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol-simbol tersebut
dapat menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu satu
dnegan individu lainnya. Berikut ini analisis mengenai peran tiga konsep kunci dalam teori
interaksi simbolik sebagai berikut :
1. Pikiran (mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki makna
sosial yang sama. Dalam hal ini, setiap individu harus mengembangkan pikirannya dengan
berinteraksi dengan individu lain.
2. Ego (self) adalaah kemampuna untuk mempertimbangkan setiap individu dari sudut
pandang atau pendapat orang lain.
3. Masyarakat (society) adlaah sebuah jaringan hubungan sosial yang diciptakan dan
dibangun oleh setiap individu dalam masyarakat. Masyarakat yang ikut terlibat dalam
perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, pada akhirnya mengarah pada
seseorang yang mengambil peran dalam masyarakat.
- Contoh :
1. Ketika kita sedang berbelanja disuatu toko, ada pelayan yang menawarkan sebagai
macam produk kepada kita. Disinilah kita memposisikan diri kita sebagai konsumen dari
toko tersebut. Interaksi ini yang memberikan makna dan kinerja dari masing-masing
individu.
2. Ketika kita sedang berada disuatu tempat, kemudian kita menemukan rambu lalu lintas
dengan huruf P. Rambu tersebut merupakan simbol yang menunjukan bahwa tempat
tersebut adalah tempat untuk Parkir.

4. Dalam konteks Social Penetration Theory, jelaskan peran keterbukaan diri dalam
mempengaruhi kedalaman dan keintiman hubungan interpersonal!
- Teori penetrasi sosial muncul pada tahun 1960-an dan tahun 1970-an, era keterbukaan dan
keterusterangan. Para peneliti sekarang telah mengenalinya sebagai strategi hubungan yang
penting bahwa budaya mungkin berbeda dalam cara mereka menghargai keterbukaan,
keterampilan hubungan dan masalah budaya untuk keterbukaan dalam hubungan secara
umum. Dalam teori ini juga mengacu pada pengungkapan diri dalam interaksi. Ia
diharapkan dapat membangun keintiman dalam hubungan. Dalam teori ini juga
menyatakan bahwa suatu hubungan yang berkembang, akan menimbulkan kedalaman atau
keintiman tersebut meningkat. Dan sebaliknya, jika hubungan rusak atau gagal, seringkali
hasilnya adalah hilangnya kedalaman atau keintiman.
Berikut ini merupakan fakator-faktor yang mmepengaruhi keintiman interpersonal adalah
sebgaai berikut :
1. Saling terbuka. Saling berbagi pikiran dan perasaan yang dalam, serta rasa saling percaya
diperlukan untuk membina dan mempertahankan intimacy.
2. Kecocokan pribadi. Adanya kesamaan atau kesamaan latar belakang, kebudayaan,
pendidikan dan persamaan lain yang membuat pasangan memiliki kecocokan. Meskipun
begitu, beberapa perbedaan pasti muncul di dalam suatu hubungan, maka yang terpenting
adalah bagaimana mengatasinya. Dengan demikian, bukan tidak mungkin dengan adanya
perbedaan individu tidak dapat melengkapi satu sama lain.
3. Penyesuaian diri dengan pasangan. Berusaha mengerti pandangan pasangan, memahami
sikap dan perasaan pasangan. Dalam hal ini di tekankan pentingnya berkomunikasi secara
efektif, yaitu kemampuan untuk mendengarkan secara efektif dan memberikan respon
dengan cara tidak mengadili. Hal ini akan menciptakan rasa saling percaya pada pasangan.
5. Berdasarkan teori retorika, jelaskan apa yang dimaksud dengan tahap-tahap yang harus
dilakukan dalam mempersiapkan pidato komunikasi publik!
- Aristoteles mengatakan bahwa retorika sebagai filsafat, sedangkan tokoh yang lain
menekankan sebagai seni. Menurut Aristoteles, tujuan retorika adalah membuktikan
maksud pembicaraan atau menampakkan pembuktian. Ini terdapat pada logika. Keindahan
bahasa hanya digunakan untuk membenarkan, memerintah, mendorong, dan
mempertahankan sesuatu. Aristoteles merupakan murid Plato yang paling cerdas. Pada usia
17 tahun, ia sudah mengajar di Akademi yang didirikan Plato. Ia menulis tiga jilid buku
berjudul De Arte Rhetorica, yang diantaranya berisi lima tahap penyusunan suatu pidato.
Tahapan itu dikenal dengan lima hukum retorika atau The five canons of rhetoric (Rakhmat,
1994:6-8) yang meliputi hal-hal sebagi berikut :
1. Inventio (penemuan) Pada tahap ini pembicara menggali topik dan meneliti khalayak
untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Pembicara juga merumuskan tujuan
dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
2. Dispositio (penyusunan) Pada tahap ini pembicara menyusun pidato atau
mengorganisasikan pesan. Pesan dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara
logis. Susunan tersebut mengikuti kebiasaan berpikir manusia yang terdiri dari: pengantar,
pernyataan, argumen, dan epilog. Bagi Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian,
menumbuhkan kredibilitas, dan menjelaskan tujuan.
3. Elocutio (Gaya) Tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang
tepat untuk mengemas pesan. Ini dapat ditempuh dengan:
a) menggunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima,
b) memilih kata-kata yang jelas dan langsung,
c) memakai kalimat yang indah, mulia, dan hidup,
d) menyesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
4. Memoria (memori) Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin
disampaikannya dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya.
5. Pronuntiatio (penyampaian) Pada tahap ini, pembicara menyampaikan pesannya secara
lisan. Pembicara harus memperhatikan olah suara dan gerakan anggota badan.

Anda mungkin juga menyukai