Anda di halaman 1dari 18

DIKTAT MATA KULIAH

TEORI KOMUNIKASI

Disusun oleh:

Daniel Susilo, S.I.Kom., M.I.Kom.


NPP 16.01.1.481/ NIDN 0718129001

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERISTAS DR SOETOMO
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha kuasa, karena atas
limpahan berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Diktat Teori Komunikasi ini.
Perkembangan Teori Komunikasi yang sedemikian pesat sebagai bagian dari pengembangan
Ilmu Komunikasi yang interdispliner selalu menghadirkan aktualitas dan kebaharuan. Diktat
ini ditulis dengan mempertimbangkan kebaharuan teori – teori yang dikembangkan para
akademisi Ilmu Komunikasi.
Penulisan diktat kuliah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman, pengetahuan,
serta contoh-contoh yang praktis dan sederhana dalam pengembangan Teori – teori
Komunikasi. Contoh-contoh disesuaikan dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari para
pembaca, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi. Oleh karena itu, diharapkan setelah
membaca, mempelajari, dan membuat beberapa latihan serta tugas, mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori – teori dalam riset maupun aktivitas komunikasi lainnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan diktat ini. Akhirnya sumbang saran sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan diktat ini. Semoga diktat ini bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Surabaya, November 2017

Penulis
Pendahuluan
Teori Komunikasi, ya, Teori Komunikasi adalah Mata Kuliah yang sedang dipelajari untuk
maju selangkah demi selangkah dalam mempelajari Ilmu Komunikasi. Satu yang kami sadari
ketika membaca isi konten dari Teori Komunikasi, konten-kontennya mencakup sesuatu yang
berhubungan dengan semua mata kuliah kita saat ini. Seperti contoh, ketika kita membaca
tentang tradisi-tradisi Komunikasi, kita menemukan adanya tradisi Semiotika, sehingga ketika
kita memperoleh mata kuliah Semiotika Komunikasi, kita sudah merasa familiar karena kita
telah mempelajari pengenalannya melalui Teori Komunikasi. Berbicara sesuai pengalaman,
sangat penting membaca Teori-teori Komunikasi terlebih dahulu sebelum memulai mata kuliah
lain, agar kita tidak asing dalam mempelajari mata kuliah yang lain. Ini baru fungsi lokal yang
hanya mencakup Kuliah saja, bagaimana dengan cakupan universal?

Ketika kita mengetahui sesuatu yang abnormal, kita menjadi lebih peka lagi bahwa kita sedang
berada dalam proses Komunikasi karena kita sudah mengetahui

tentang teori Queer, teori yang mempelajari tentang sesuatu yang tidak biasa, sehingga saat
melihat waria, homo, atau lesbian, kita akan menjadi lebih peka terhadap proses Komunikasi
kita dengan hal-hal itu saat ini.

Hal ini yang ingin kami tunjukkan, melalui teori-teori ini, kami menemukan bahwa teori-teori
Komunikasi ini bagaikan stimulus ( rangsangan ) untuk lebih peka lagi tentang apa itu
Komunikasi yang sebenarnya, bukan hanya sekedar saling bercakap-cakap satu, dua, tiga, atau
banyak orang, pemahaman Komunikasi lebih dalam dari itu.

Menyusun Teori Komunikasi

Saat ini kita sedang melakukan pembelajaran mengenai Ilmu Komunikasi, Ilmu merupakan
hasil dari kumpulan-kumpulan teori yang telah diperbaiki dan disempurnakan, otomatis kita
tidak bisa bersikap tak acuh tentang susunan Teori Komunikasi, pikirkan bagaimana
mengelompokkannya, mana yang menarik minat kita, kemudian memberi perhatian pada
sesuatu yang di sekitar kita. Tidak hanya itu, kita juga harus memperhatikan bagaimana
mempengaruhi orang di sekitar kita atau bagaimana media mempengaruhi setiap individu.

Dimulai dari yang paling sentral, Model Komunikasi Robert Craig, dia mengkaji komunikasi
dengan cara yang Holistik, yaitu memandang suatu masalah sebagai satu kesatuan yang utuh.
Craig memberikan metamodel yang sesuai untuk mendefinisikan dan membahas teori.
Metamodel bisa diartikan dengan sebagai model dari semua model.

Craig membagi dunia Komunikasi dalam tujuh tradisi pemikiran :

1. Semiotik
2. Fenomenologis
3. Sibernetika
4. Sosiopsikologis
5. Sosiokultural
6. Kritis
7. Retoris

Tradisi Semiotik
Semiotik adalah pendidikan tentang simbol – simbol yang penting dalam kajian teori
komunikasi untuk membentuk suatu pemikiran yang logis. Tradisi semiotik adalah sebuah teori
yang di dalamnya terdapat tanda – tanda yang dapat mempresentasikan sebuah ide, benda atau
perasaan yang tergambar pada tanda – tanda itu sendiri. Maksudnya dalam sebuah gambar ini
kita dapat mendefinisikan suatu benda tersebut dengan hanya melihat tanda yang ada pada
sebuah benda tersebut, apa yang dimaksud dari tanda tersebut sehingga si pemilik tau apa arti
sebuah gambar atau tulisan yang ada pada benda tersebut.

• Gagasan utama dari tradisi semiotik


Beberapa ahli mengemukakan perbedaan yang kuat, yaitu, tanda memiliki realitas yang
referensif yang jelas terhadap sesuatu,
sedangkan simbol tidak. Semiotik bisa menyatukan kumpulan teori yang

berkaitan dengan bahasa dan non verbal. Semiotik memiliki arti yang muncul dari hubungan
manusia, benda maupun tanda, dengan seperti itu kita dapat dengan mudah mendefinisikan
suatu tanda ntah dari film ataupun iklan sekaligus. Seperti hal nya kata anjing orang berfikiran
bahwa anjing adalah sebuah hewan tetapi lain halnya dengan seseorang yang memelihara
seekor anjing dan sangat menyayanginya. Dalam konteks ini kata seperti anjing dapat di
realisasikan dengan pemikiran lain. Ada juga yang konsisten menggunakan jenis kelamin
karena dianggapnya lazim.

• Variasi dalam tradisi semiotik


1. Semantik
Bagaimana sebuah tanda yang dapat ditujukan oleh tanda – tanda. Arti tanda dalam semiotik
akan mengartikan suatu sebuah tanda yang akan merubah situasi ke situasi lain dengan arti
yang berbeda.
Contohnya ketika kita kita melihat sebuah poster, kita bertanya apa yang direpresentasikan?

2. Sintaktik
Aturan yang mengombinasikan sebuah tanda ke dalam sistem yang komplek. maksudnya suatu
tanda atau wacana tidak selalu bersifat kasar atau halus, karena tanda dapat di katakan bersifat
halus jika

seseorang mendefinisikannya dengan kalimat yang mengacu pada gambar atau miniatur. Maka
dari itu kata – kata non verbal bisa dipasangkan dengan bahasa untuk mengekspresikan kata –
kata yang halus.
Sebagai contoh, Ketika seseorang bersiul, dia menunjukkan bahwa dia sedang gembira.

3. Pragmatik
Memperlihatkan dimana tanda – tanda itu membuat perbedaan pada kehidupan manusia, tidak
hanya kata – kata tetapi juga dilandasi oleh budaya, struktur bahasa, dan manusia.

Contohnya : Makna pakaian hitam bisa disimbolkan bergabung atau anak punk

Tradisi fenomenologis
Fenomenologis merupakan sebuah pengalaman tentang suatu kejadian benda ataupun alam
yang bersifat mengamati dunia melalui sebuah pengalaman yang telah terjadi. Fenomenologis
juga
merupakan sebuah realitas kejadian yang ada di dunia.
Prinsip dasar fenomenologi yang bisa dikategorikan penting adalah menurut
Stanley A. Deetz :
a. Pengetahuan ditemukan secara langsung melalui sebuah pengalaman yang telah terjadi.
b. Suatu benda bisa memiliki kekuatan dalam kehidupan seseorang dalam artian lain anda
akan mempunyai makna yang berhubungan dengan sebuah benda.
c. Bahasa adalah suatu makna

• Keragaman dalam tradisi Fenomenologis


1. Fenomenologi Klasik
Berhubungan dengan Edmund Husserl, metode yang amat meyakinkan terhadap
kebenaran yang membuat kita fokus akan suatu kesadaran yang sudah terjadi.

2. Fenomenologi persepsi
Sebuah gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna dunia yang terdapat
pada manusia, sebagai manusia kita selalu dapat dipengaruhi oleh alam

juga sebaliknya kita bisa mempengaruhi alam dengan sebagaimana mestinya.

3. Fenomenologi hermeneutik
bentuk penerapan alami yang lebih luas tradisinya dan lebih lengkap tentang ilmu
komunikasinya.

Tradisi Sibernetika
Suatu sistem-sistem yang sangat lengkap atau kompleks yang di dalam itu terdapat banyak
orang yang saling berinteraksi dengan menggunakan cara mempengaruhi satu sama lain
sehingga semuanya dapat mengontrol sistem tersebut, mengutamakan pada apa yang disebut
sebagai informasi.
• Keragaman dalam tradisi sibernatika

Istilah ini dapat membingugkan karena bisa di aplikasikan pada tradisi umum. Teori ini akan
menekankan pada kekuatan yang tidak terbatas sebagaimana agar sistem ini bisa terkontrol
dengan baik.

1. Teori Sistem Umum ( General System Theory )


Tradisi ini menggunakan prinsip-prinsip sistem yang menunjukkan bagaimana benda-
benda dalam banyak kajian yang berbeda satu sama lainnya seperti pertumbuhan
Ekonomi atau perkembangan Biologis.

2. Teori tingkat kedua ( Second Order )


Teori ini dikembangkan sebagai prospek alternatif dan merupakan variasi terakhir
dalam Sibernetika, yang meyakini bahwa kapanpun kita mengobservasi sebuah sistem,
kita telah mempengaruhi dan dipengaruhi olehnya, terjadinya hubungan timbal-balik.

Tradisi Sosiopsikologis
Tradisi ini adalah sebuah tradisi yang mengkaji individu sebagai makhluk sosial,
memperhatikan kepribadian, sifat, persepsi, serta kognisi. Dalam pandangan Psikologis
dikatakan manusia sebagai kesatuan lahiriah dengan karakteristik yang mengarahkannya
kepada perilaku mandiri.

• Gagasan Utama Tradisi Sosiopsikologis

Yang menjadi gagasan utama dalam tradisi Sosiopsikologis ini adalah persuasi dan perubahan
sikap dalam pemrosesan pesan seperti menerima atau memproses pesan kemudian efek yang
terjadi pada individu serta kecenderungan pelaku komunikasi yang mempengaruhi bagaimana
individu bertindak dan berinteraksi.

• Keragaman Tradisi Sosiopsikologis


Ada beberapa macam bagian yang membagi tradisi ini, di antara lain :
1. Perilaku
Cabang kali ini mengamati hubungan antara perilaku manusia komunikasi apa yang
kita katakan dan lakukan. Jika dalam penekanan Psikologi ialah bagaimana kita
mempelajari periaku dengan menghubungkan rangsangan ( stimulus ) dengan respons
( feedback ) dalam komunikasi.

2. Kognitif
Cabang ini berpusat pada bentuk pemikiran-pemikiran, bagaimana individu
memperoleh, menyimpan, dan memproses informasi-informasi yang disebut sebagai
operasi mental.

3. Biologis
Cabang yang terakhir adalah kajian tentang genetik, mempercayai bahwa sifat, cara
berpikir, dan perilaku antara individu diikat secara Biologis dan pengaruh-pengaruh
Neurobiologis ( sistem saraf ) sejak lahir

Tradisi Sosiokultural

Coba pikirkan tentang pertanyaan “Siapa saya?” Jika anda terpikirkan untuk menjawab bahwa
kita adalah Mahasiswa, Kuliah di Unitomo, dan merantau dari Desa, maka yang terpikirkan
adalah identitas. Namun jika yang terpikir adalah ceria, aktif, kuat, maka yang terpikirkan
adalah kualitas.
Teori tersebut mengatakan bahwa interaksi yang terjadi di Bumi ini menjelaskan realitas
bukanlah seperangkat susunan di
luar kita, melainkan dibentuk melalui proses interaksi di dalam banyak kelompok, komunitas,
atau budaya.

• Keragaman Dalam Tradisi Sosiokultural


1. Interaksi Simbolis
Berdasarkan pada ide bahwa struktur sosial dan makna diciptakan serta dipelihara
dalam interaksi sosial dan paham interaksi simbolis berpengaruh pada tradisi dalam
mengeksplorasi hubungan-hubungan sosial.

2. Konstruktivisme Sosial
Bisa juga dikatakan sebagai konstruksi sosial dari sebuah realita yakni mengenai
pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial.

3. Sosiolinguistik
Artinya adalah kajian bahasa dan budaya. Ketika kita memberikan dan mentaati
perintah, atau menjawab pertanyaan, serta menjelaskan kejadian, kita sudah masuk
dalam permainan bahas, kemudian permainan bahasa ini melibatkan sebuah budaya di
dalamnya.

Tradisi Kritik
Tentang sesuatu yang berbeda, coba pikirkan apa yang orang lain miliki namun tidak kita
miliki? Pertanyaan-pertanyaan akan keistimewaan dan kekuatan dianggap
penting dalam tradisi kritik ini. Gagasan utama dari tadisi ini adalah untuk memahami sistem
yang sudah dianggap benar, kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan.

• Keragaman Tradisi Kritik


1. Post-modernisme
Secara umum, pengertiannya adalah perpecahan proyek modernitas dan proyek
pencerahan di mana masyarakat industri berakhir dan munculnya zaman informasi,
mempercayai bahwa konstruksi yang terus berubah dan cepat berlalu dengan melihat
bagaimana ideologi mempengaruhi budaya.

2. Post-strukturalisme
Merupakan bagian dari post-modern dan post-struktural,

mengolah usaha modern dalam menemukan kebenaran universal, naratif, metode, dan
makna yang digunakan untuk mengenal dunia lebih lagi. Jaques menentang
universalisasi makna yang ditentukan oleh desakan struktural, kondisi, dan simbol yang
tetap. Contohnya seperti fungsi kartu kredit yang dianggap memudahkan,
‘tinggal gesek’, namun post-strukturalis mengidentifikasi kartu kredit sebagai sesuatu
yang negatif.

3. Post-kolonialisme
Acuan dari post-kolonialisme adalah “semua budaya dipengaruhi oleh proses
kekaisaran dari era kolonialisasi sampai hari ini”
Edward Said beranggapan bahwa proses penjajahan menciptakan perbedaan yang ada
saat ini.

Tradisi Retorika
Bila kalian merupakan seseorang yang menyukai berkomunikasi secara efektif di muka umum,
Retorika merupakan pilihan yang tepat dalam bidang ini. Secara umum didefinisikan sebagai
simbol yang digunakan manusia, berfungsi sebagai

persuasi sehingga bisa disebut sebagai penyusunan argumen dan mempengaruhi lingkungan
sekitarnya. Pusat dari tradisi retorika adalah penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan
daya ingat. Dalam Yunani dan Romawi kuno, tradisi retorika ini digunakan untuk ide-ide,
penemuan, pengaturan ide, memilih bagaimana membingkai ide dengan bahasa, dan
penyampaian isu, serta daya ingat.

• Keragaman Tradisi Retorika


1. Zaman Klasik ( Abad ke 5-1 SM )
Pada zaman ini erat dengan mendefinisikan dan menyusun peraturan dengan seni
Retorika. Guru-guru pengembara pada zaman itu disebut Sophist. Diambil dari kata
Sophie yang berarti dunia, sehingga mereka yang disebut seperti itu berarti Guru-guru
yang melakukan perjalanan mengelilingi dunia untuk mengaplikasikan pemikiran
mereka melalui retorika seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.

2. Zaman Pertengahan (400-1400 M )


Retorika pada zaman ini berfokus

pada penyusunan dan gaya, menentang seni Pagan dan Kekristenan yang memandang
kebenaran sebagai sebuah keyakinan. Augustine, seorang Retoris yang memasuki
Agama Kristen mengembalikan tradisi Retorika dalam bukunya, On Christian
Doctrine, bahwa “Penceramah harus dapat mengajar, menyenangkan, dan bertindak”

3. Renaissance ( 1300-1600 M )
Memandang retorika sebagai sebuah kelahiran kembali dengan filosofi seni yang
kemudian didukung oleh penganut humanisme.

Francis Bacon mengatakan, “lebih baik mengaplikasikan alasan dengan imajinasi


supaya sesuai dengan keinginan”.

4. Retorika Kontemporer ( Abad ke-20 )


Retorika yang ini menunjukkan kenaikan pertumbuhan Retorika dalam jumlah, jenis,
dan pengaruh simbol.
Retorika yang ini bergeser dari pidato ke semua jenis penggunaan simbol karena dalam
perang dunia,

lembaga-lembaga media melakukan penelitian akan propaganda melalui iklan dan


pesan melalui media massa sama seperti meneliti televisi, film, video game dalam
zaman modern.

Dari semua tradisi yang telah dibahas, bisa disimpulkan bahwa Stimulus atau rangsangan yang
ada dalam proses Komunikasi dari Sender ke Receiver adalah Semiotika memudahkan
Komunikasi dengan tanda.
Kemudian Tradisi Fenomenologis menjelaskan bahwa semua yang terjadi diperoleh dari
pengalaman langsung.
Sedangkan Tradisi Sibernetika memberitahu tentang ide sistem yang menyusun inti pemikiran,
sehingga kita bisa mengetahui apa itu informasi.
Lalu ada Tradisi Sosiopsikologis yang memperhatikan sifat-sifat pribadi dan proses kognitif
yang menghasilkan perilaku.
Ada juga Tradisi Sosiokultural yang berfokus pada bentuk-bentuk interaksi dan budaya.

Selain itu, Tradisi Kritik mengajarkan untuk mencoba memahami sistem yang sudah dianggap
benar.
Yang terakhir adalah Tradisi Retorika, Retorika mengutamakan agar kita menyusun ide dan
menyampaikannya dengan Bahasa baik lisan maupun tulisan.
Teori-teori ini banyak macamnya namun tak ada satu tradisi yang memberikan

kontribusi pada semua aspek Komunikasi. Tradisi-tradisi ini juga masih saling berkatikan
seperti Sosiopsikologis dan Sosiokultural, atau Tradisi Kritik dengan Tradisi Retorika, mereka
semua tidak terpisah, karena semuanya berlaku dalam sistem sosial dan proses komunikasi.

Sebelumnya kita sudah mengenali dan membahas tentang tradisi-tradisi Komunikasi sebagai
gagasan dasar yang dikumpulkan dalam Teori Komunikasi ini. Selanjutnya yang akan dibahas
penuh adalah Pelaku Komunikasi, salah satu bagian dari komonen Komunikasi. Kita akan
mengupas tentang pelaku komunikasi melalui gagasan-gagasan yang terkumpul dalam tradisi-
tradisi Komunikasi tadi, sehingga kita bisa mencapai pemahaman yang absah. Dalam
prosesnya, tradisi-tradisi inti yang akan digunakan adalah Tradisi Sosiopsikologis, Sibernetika,
Sosiokultural, dan Kritik.

Ø Tradisi Sosiopsikologis

Tradisi ini mempunyai pengaruh yang kuat pada bagaimana cara kita berpikir tentang Pelaku
Komunikasi sebagai Individu.
1. Teori Sifat
Pengaruhnya dalam area ini adalah sebagai karakteristik pembeda, sebagai contohnya
adalah pertentangan atau kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.
Pertentangan sering dilakukan pelaku komunikasi untuk memahami sudut pandang
orang lain. Sedangkan kecemasan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi membuat
pelaku komunikasi lebih renggang dalam melakukan komunikasi, biasanya penderita
Socio-phobia yang mengalami ini.

2. Kognisi dan Pengolahan Informasi


Model ini mencakup kognisi dan pengolahan informasi. Dalam teori sifat sudah
menjelaskan bahwa hal itu memberi penggambaran diri kita sendiri di lapisan
permukaan. Namun dalam kognisi dan pengolahan informasi ini bekerja di belakang
layar, bekerja di lapisan dalam karena mengatur dan dan menyimpan informasi, senrta
bagaimana kognisi membentuk perilaku kita.

Ø Tradisi Sibernetika

Dalam tradisi ini serta hubungannya dengan pelaku komunikasi adalah hubungan timbal-balik
di antara semua bagian dari semua sistem.

1. Teori Penggabungan Informasi


Teori ini berpusat pada bagaimana cara kita mengakumulasi dan mengatur informasi
tentang semua orang, objek, situasi, situasi, dan gagasan yang membentuk sikap atau
kecenderungan untuk bertindak positif atau negatif. Informasi ini menyokong
keyakinan kita atau tidak menyokong keyakinan kita.

2. Teori Konsistensi
Salah satu teori yang condong pada sikap, karena orang lebih menyukai konsistensi
daripada inkonsistensi. Jadi jika pelaku komunikasi mempunyai konsistensi, maka
komunikasi tersebut bisa dikatakan berhasil. Peran dari konsistensi adalah alat untuk
mencapai keseimbangan dalam interaksi sosial.

Ø Tradisi Sosiokultural
Dari sudut pandang tradisi ini menunjukkan bagaimana pelaku komunikasi memahami diri
mereka sebagai makhluk kesatuan dengan perbedaan individu dan bagaimana perbedaan
tersebut tersusun secara sosial.

1. Interaksi Simbolis dan Pengembangan Diri


Konsep ini mengarah pada pemikiran George Herbert yang mengajarkan bahwa
manusia berinteraksi satu sama lain sepanjang waktu, berbagi pengertian tentang istilah
dan tindakan tertentu dan memahaminya dengan cara tertentu. Seperti ketika seseorang
memutuskan untuk berkuliah, kita merencanakan angka IPK yang diincar, organisasi
yang dimasuki, kemudian susunan meniti karir setelah keluar dari lingkup perkuliahan.

2. Gagasan Harre Mengenai Seseorang dan Diri Sendiri


Dalam interaksi sosial, manusia menciptakan pemahaman mereka tentang pengalaman
dan gagasan –
Gagasan mereka sebagai seseorang yang kemudian menjadi teori pribadi. Nah, teori
pribadi ini mempengaruhi bagaimana kita mendekati dunia. Dalam Filsafat Socrates,
ketahuilah dirimu sendiri terlebih dahulu untuk memahami dunia ini.
Harre juga membedakan antara

seseorang dalam artian umum ( general ) dan diri sendiri dalam artian pribadi
( personal ).

3. Pembentukan Sosial Mengenai Emosi


Dalam konsteks ini, emosi merupakan konsep yang tersusun seperti aspek lain dari
pengalaman pelaku komunikasi karena mereka ditentukan oleh bahasa lokal dan tata
susunan moral dari kebudayaan atau kelompok sosial. Menurut Averill, emosi
merupakan sitem kepercayaan yang memandu pemahaman seseorang mengenai situasi.

4. Pembawaan Diri
Menurut Erving Goffman, manusia sebagai pelaku komunikasi dianggap sebagai para
pemain yang menggunakan performa untuk mengesankan penonton ( masyarakat ).
Interpretasi situasi kemudian menjadi sesuatu yang penting karena mendefinisikan
situasi tersebut. Seperti saat kita baru memasuki lingkungan baru, kita akan bertanya
“Apa yang terjadi di sini?”

5. Teori Komunikasi Tentang Identitas


Berbicara tentang identitas, pertanyaan filosofis kemudian melintas, “Siapa saya?”, kita
memikirkan identitas diri kita sebagai seseorang. Biasanya identitas diri dipahami
melalui usaha kolektif dalam kehidupan sosial. Bagi Hecht, identitas merupakan
personal layer.

6. Teori Negosiasi Identitas


Melanjutkan dari Teori Komunikasi Tentang Identitas, identitas di sini terdapat
identitas sosial atau identitas pribadi. Identitas sosial diperoleh diperoleh dari afiliasi
dengan kelompok seperti budaya, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan identitas pribadi
diperoleh dari karakteristik yang lebih unik yang kita hubungkan dengan diri kita
Masing-masing, contohnya interaksi dalam keluarga, kita memikirkan apa peran kita
dalam lingkup keluarga tersebut, karena masing-masing dari kita punya peran sendiri-
sendiri yang berbeda.

Ø Tradisi Kritik

Tradisi yang terakhir untuk menjadi dasar dari pemahaman Pelaku Komunikasi adalah Tradisi
Kritik.
Poin-poin penting dalam tradisi ini yang melibatkan Teori Identitas adalah, para anggota
kategori identitas berbagi kesamaan analisis tentang tekanan mereka yang sama, tekanan yang
sama mengantikan semua kategori-kategori identitas lainnya, dan yang terakhir para anggota
identitas sebagai pelaku-pelaku komunikasi selalu menjadi sekutu satu sama lain.
1. Teori Sudut Pandang
Teori ini adalah teori kritis pertama yang dibahas. Teori ini mengkaji bagaimana
keadaan kehidupan individu mempengaruhi aktivitas individu dalam memahami dan
membentuk dunia sosial.
Dalam artian lebih luas lagi, ada sejumlah identitas yang tumpang tindih yang
membentuk sudut pandang kita, termasuk ras, gender, kelas, dan seksualitas.

2. Identitas Dibentuk dan Ditampilkan


Dalam konteks ini, Teori Kritik Identitas menyarankan kita bahwa identitas ada di
dalam kosntruksi sosial kategori itu oleh budaya yang lebih luas, menawarkan berbagai
identitas dari berbagai kelompok sosial dan menjadi bagian di dalamnya.

3. Teori Queer
Istilah ini memiliki beragam makna, namun dalam arti yang sebenarnya adalah
mengacu pada sesuatu yang ganjil atau tidak biasa ( querky ). Teori ini mencoba
menjamah kategori identitas dan seksualitas dengan menunjukkannya supaya menjadi
konstruksi sosial yang diciptakan dalam wacana daripada kategori Biologis dan
esensial. Biasanya yang menjadi target dari teori ini adalah kaum homoseksual atau
lesbian, namun kemudian dikembangkan tidak hanya pada seksualitas saja, melainkan
tentang lebih luas lagi.

Intinya dalam Bab 4 ini membahas tentang Pelaku Komunikasi, apa saja yang terkait dengan
Pelaku Komunikasi ini. Tradisi-tradisi dalam Bab 3 yang telah dikumpulkan dipakai sebagian
untuk menganalisa tentang Pelaku Komunikasi.
Overall :
Secara keseluruhan mencakup Bab 3 dan 4, setiap pelaku komunikasi mempunyai susunan
karakteristik tersendiri, tak ada sudut pandang istimewa antara pelaku komunikasi satu dengan
yang lain namun selalu dibagi beberapa tingkatan dengan orang lain, interpretasi menjadi
sesuatu yang penting dalam situasi, karena mendefinisikan situasi tersebut.
Daftar Pustaka
1. Baran, S. J., & Davis, D. K. (2011). Mass communication theory: Foundations, ferment, and
future. Cengage Learning.
2. Severin, W. J., & Tankard Jr, J. W. (2005). Teori komunikasi: sejarah, metode, dan terapan di
dalam media massa. Jakarta: Kencana.
3. Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai