Dalam ilmu komunikasi, penelitian terhadap gejala-gejala atau realitas komunikasi telah
berkembang sejak lama sehingga dalam ilmu komunikasi dikenal tradisi-tradisi yang unik.
Seorang Profesor komunikasi Universitas Colorado, Robert Craig, telah memetakan tujuh (7)
bidang tradisi dalam teori komunikasi yang disebut sebagai 7 tradisi dalam Griffin (2000:22-35) ,
yakni :
1. Tradisi Komunikasi Semiotika
A. Apa itu Semiotika
Semiotika adalah ilmu tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja. Tradisi
semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
memrepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, kondisi diluar tanda
tanda itu sendiri.
B. Asumsi Dasar Tradisi Semiotika
Gagasan utama dalam tradisi ini adalah konsep dasar dalam memaknai sebuah tanda
yang didefinisikan sebagai sebuah stimulus untuk menunjukkan kondisi lain. Misalkan
ketika kita melihat sebuah asap maka hal tersebut menandakan adanya api.
Tiap simbol antara masyarakat satu dan masyarakat lain akan berbeda maknanya
ketika digunakan dalam berkomunikasi. Dengan perhatian pada tanda dan simbol,
semiotik menyatukan kumpulan teori-teori yang sangat luas dan berkaitan dengan
bahasa, wacana dan tindakan-tindakan nonverbal. (Littlejohn, 2009 : 54).
Semiotik merupakan ilmu yang memiliki segi keunikan tersendiri. Budaya menjadi
aspek yang esensial dalam kajian tradisi ini, sebab budaya menentukan tiap makna
yang terkandung dalam sebuah simbol. Oleh sebab itu dalam semiotik tanda memiliki
sifat arbitrer. Kebanyakan pemikiran semiotik melibatkan ide dasar triad of meaning
yang menegaskan bahwa arti muncul dari hubungan di antara tiga hal: benda(atau
yang dituju), manusia (penafsir), dan tanda.
Pola kajian dalam tradisi semiotik ini tidak hanya sekedar memaknai setiap bentuk
tanda, tetapi juga memiliki aspek penting dalam melakukan persuasif terhadap orang
lain. Pada titik inilah kajian semiotik memiliki segi keunikan tersendiri, yaitu
bagaimana memaknai tanda dan mempersuasif orang lain dengan pemaknaan
terhadap tanda tersebut. Diantara sekian banyak pakar tentang semiotika ada dua
orang yaitu Charles Sanders Peirce dan Ferdinand de Saussure yang dapat dianggap
sebagai pemuka-pemuka semiotika modern, kedua tokoh inilah yang memunculkan
dua aliran utama semiotika modern. Pierce mendefinisikan semiosis sebagai
hubungan diantara tanda, benda dan arti. Tanda tersebut merepresentasikan benda
atau yang ditunjuk di dalam pikiran si pemikiran penafsir.
C. Varian Dalam Tradisi Semoitika
Tradisi Semiotika itu sendiri terbagi atas tiga variasi, yaitu:
a) Semantic (bahasa), merujuk pada bagaimana hubungan antara tanda dengan
objeknya atau tentang keberadaan dari tanda itu sendiri.
b) Sintaktik, yaitu studi mengenai hubungan di antara tanda. Tanda tidak pernah
sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu menjadi bagian dari sistem tanda
yg lebih besar (kompleks). Sintaktik memungkinkan manusia menggunakan
berbagai kombinasi tanda yang sangat banyak untuk mengungkapkan arti atau
makna.
c) Paradigmatic, melihat bagaimana sebuah tanda membedakan antara satu manusia
dengan yang lain atau sebuah tanda bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-
masing orang sesuai dengan latar belakang budayanya.
Keunggulan semiotika terletak pada ide-ide tentang kebutuhan akan bahasa umum
dan identifikasinya tentang subyektifitas sebagai penghalang untuk memahami.
5. Tradisi sosiokultural
A. Apa itu Sosiokultural
Tradisi sosial budaya berangkat dari kajian antropologi. Bahwa komunikasi
berlangsung dalam kontek budaya tertentu karenanya komunikasi dipengaruhi dan
mempengaruhi kebudayaan suatu masyarakat. Konsep kebudayaan yang dirumuskan
Clifford Geertz tentu saja menjadi penting. Media massa, atau individu ketika
melakukan aktivitas komunikasi ikut ditentukan faktor-faktor situasional tertentu
B. Asumsi Dasar Tradisi Sosiokultural
Pendekatan sosiokultural terhadap teori komunikasi menunjukkan cara pemahaman
kita terhadap makna, norma, peran dan peraturan yang dijalankan secara interaktif
dalam komunikasi. Premis tradisi ini adalah ketika orang berbicara, mereka
sesungguhnya sedang memproduksi dan memproduksi kembali budaya. Sebagian
besar dari kita beranggapan bahwa kata-kata mencerminkan apa yang sebenarnya
terjadi. Pandangan kita tentang realitas dibentuk oleh bahasa yang telah kita gunakan
sejak lahir.
Ahli bahasa Universitas Chicago, Edwar Sapir dan Benyamin Lee Whorf adalah
pelopor tradisi sosio cultural. Hipotesis yang diusungnya adalah struktur bahasa suatu
budaya menentukan apa yang orang pikirkan dan lakukan. Dapat dibayangkan
bagaimana seseorang menyesuaikan dirinya dengan realitas tanpa menggunakan
bahasa, dan bahwa bahasa hanya semata-mata digunakan untuk mengatasi
persoalan komunikasi atau refleksi tertentu. Hipotesis ini menunjukkan bahwa proses
berpikir kita dan cara kita memandang dunia dibentuk oleh struktur gramatika dari
bahasa yang kita gunakan.
Secara fungsional, bahasa adalah alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan
gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan
di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa
diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter
(semaunya). Contoh; terhadap buah pisang, orang Sunda menyebutnya cau dan
orang Jawa menyebutnya gedang.
Secara formal, bahasa adalah semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat
menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa dapat dikatakan mempunyai tata bahasa/
grammarnya tersendiri. Contoh: sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia yang
berbunyi dimana saya dapat menukar uang ini?, maka akan ditulis dalam bhasa
Inggris where can I Change some money?
C. Varian Dalam Tradisi Sosiokultural
Layaknya semua tradisi, sosiokultural memiliki beragam sudut pandang yang
berpengaruh yaitu paham interkasi simbolis, konstruksionisme, sosiolinguistik,
filosofi bahasa, etnografi dan etnometodologi.
1) Paham interaksi simbolis berasal dari kajian sosiologi melalui penelitian Herbert
Blumer dan George Herbert Mead yang menekankan pentingnya observasi
partisipan dalam kajian komunikasi sebagai cara dalam mengeksplorasi
hubungan-hubungan sosial.
2) Pandangan konstruktivisme sosial merupakan sebuah pandangan yang mengkaji
bagaimana pengetahuan manusia dibentuk melalui interaksi sosial. Identitas dari
sesuatu dihasilkan dari bagaimana kita membicarakan suatu objek , bahasa yang
digunakan untuk menampung konsep kita dengan cara di mana group sosial
berorientasi pada pengalaman mereka.
3) sosiolinguistik atau kajian bahasa dan budaya. Sebagaimana kita ketahui manusia
menggunakan bahasa secara berbeda dalam kelompok budaya dan kelompok
sosial yang berbeda.
4) Sudut pandang lain yang berpengaruh dalam pendekatan sosiokultural adalah
etnografi atau observasi tentang bagaimana kelompok sosial membangun makna
melalui perilaku linguistik dan non linguistik mereka.
6. Tradisi Kritis
A. Apa itu Kritis
Tradisi ini dapat menjelaskan baik lingkup komunikasi antar personal maupun
komunikasi bermedia. Komunikasi dalam tradisi ini diharapkan dapat berperan
sebagai alat transformasi masyarakat.
B. Asumsi Dasar Tradisi Kritis
Tradisi ini berangkat dari asumsi teori-teori kritis yang memperhatikan terdapatnya
kesenjangan di dalam masyarakat. Proses komunikasi dilihat dari sudut pandang
kritis. Komunikasi dianggap memiliki dua sisi berlawanan, dimana disatu sisi ditandai
dengan proses dominasi kelompok yang kuat atas kelompok masyarakat yang lemah.
Pada sisi lain, aktivitas komunikasi mestinya menjadi proses artikulasi bagi
kepentingan kelompok masyarakat yang lemah.
Istilah teori kritis berasal dari kelompok ilmuwan Jerman yang dikenal dengan
sebutan Frankfurt School. Para teoritisinya mengadopsi pemikiran Marxis.
Kelompok ini telah mengembangkan suatu kritik sosial umum, di mana komunikasi
menjadi titik sentral dalam prinsip-prinsipnya. Sistem komunikasi massa merupakan
focus yang sangat penting di dalamnya. Tokoh-tokoh pelopornya adalah Max
Horkheimer, Theodore Adorno serta Herbert Marcuse. Pemikirannya disebut dengan
teori kritis. Ketika bangkitnya Nazi di Jerman, mereka berimigrasi ke Amerika. Di sana
mereka menaruh perhatian besar pada komunikasi massa dan media sebagai struktur
penindas dalam masyarakat kapitalistik, khususnya struktur di Amerika.
Teori kritis menganggap tugasnya adalah mengungkap kekuatan-kekuatan penindas
dalam masyarakat melalui analisis dialektika. Teori kritis juga memberikan perhatian
yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi
merupakan suatu hasil dari tekanan antara kreativitas individu dalam memberi
kerangka pesan dan kendala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Salah satu
kendala utama pada ekspresi individu adalah bahasa itu sendiri. Kelas-kelas dominan
dalam masyarakat menciptakan suatu bahasaa penindasan dan pengekangan, yang
membuat kelas pekerja menjadi sangat sulit untuk memahami situasi mereka dan
untuk keluar dari situasi tersebut. Kewajiban dari teori kritis adalah menciptakan
bentuk-bentuk bahasa baru yang memungkinkan diruntuhkannya paradigma
dominan. Hal itulah yang diungkapkan oleh Jurgen Habermas, tokoh terkemuka
kelompok Franfurt School di era berikutnya.
C. Varian Dalam Tradisi Kritis
Tradisi ini begitu kaya akan gagasan-gagasannya. Gagasan pertama dalam tradisi ini
adalah marxisme yang merupakan peletak dasar dari tradisi kritis ini. Marx
mengajarkan bahwa ekonomi merupakan dasar dari segala struktur sosial. Praktek-
praktek komunikasi dilihat sebagai hasil dari tekanan antara kreativitas individu dan
desakan sosial kreativitas itu (Littlejohn & Foss 70-71)
1) Kritik Politik ekonomi
Pandangan ini merupakan revisi terhadap Marxisme yang dinilai terlalu
menyederhanakan realitas kedalam dua kubu yaitu kalangan penguasa dan
kalangan tertindas berdasarkan kepentingan ekonomi. Sebaliknya, mereka yang
mencoba tetap menggunakan asumsi Marxist namun memandang bahwa dalam
realitas sosial yang komplek sesungguhnya terjadi pertarungan ideologi.
2) Gagasan yang kedua terlontar dari mazhab Frankfurt School
Digawangi oleh Theodore Adorno, Max Horkheimer, dan Herbert Marcuse.
Pengikut mazhab ini percaya bahwa dalam rangka mempromosikan suatu filosofi
sosial, teori kritis mampu menawarkan suatu interkoneksi dan pengujian yang
menyeluruh perubahan bentuk dari masyarakat, kultur ekonomi, dan kesadaran.
3) Gagasan post-modernisme
Ditandai dengan relativitas, ketiadaan standarisasi nilai, menolak pengetahuan
yang sudah jadi dan dianggap sebagai sesuatu yang sakral (grand narative).
Menghargai hal-hal yang lokal, keunikan, dan semacamnya.
4) Gagasan Cultural Studies
Memberi perhatian kepada kajian terhadap ideologi yang mendominasi suatu
budaya yang berfokus kepada perubahan sosial serta hal-hal yang positif di dalam
budaya itu sendiri.
5) Gagasan Post-strukturalis
Yakni pandangan yang memandang realitas merupakan sesuatu yang komplek dan
selalu dalam proses sedang menjadi. Realitas tidak sebagaimana pandangan
kalangan strukturalis yang melihat sudah bersifat teratur, tertata, dan terstruktur.
Realitas merupakan suatu proses pembentukan yang berlangsung terus menerus
dengan melibatkan banyak kalangan dengan identitas masing-masing. Yang
menonjol adalah terdapatnya proses artikulasi dari masing-masing kalangan.
6) Gagasan Post-kolonialisme
Memperhatikan pola-pola komunikasi yang ada pada semua kultur yang
dipengaruhi oleh masa imperialisme dari masa penjajahan hingga saat ini.
7) Paradigma atau kajian feminisme
Kajian ini memiliki beragam definisi mulai dari pergerakan untuk menyelamatkan
hak-hak perempuan hingga perjuangan untuk menegaskan perbedaannya.
Penelitian feminis lebih dari sekedar kajian terhadap gender. Feminisme berupaya
untuk memusatkan teori terhadap pengalaman perempuan dan untuk
membicarakan kategori-kategori gender dan sosial lainnya, termasuk ras, etnis,
kelas, dan seksualitas.
Kesemua gagasan dalam teori kritis ini tentunya merefleksikan begitu banyak dan luas
kajian budaya dalam ilmu komunikasi.
Tradisi kritis memiliki 3 keunggulan atau keistimewaan pokok, yaitu:
1. Tradisi kritik mencoba memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur
kekuatan dan keyakinan atau ideologi, yang mendominasi masyarakat dengan
pandangan tertentu di mana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur
kekuatan tersebut. Pertanyaan seperti siapa yang boleh dan yang tidak boleh
berbicara, apa yang boleh dan tidak boleh dikatakan, siapa yang mengambil
keuntungan dari sistem-sistem tertentu,menjadi hal biasa yang ditanyakan oleh
para ahli teori kritik.
2. Para ahli teori kritik umumnya tertarik membuka kondisi-kondisi sosial yang
menindas dan rangkaian kekuatan untuk mempromosikan emansipasi atau
masyarakat yang lebih bebas dan lebih berkecukupan. Memahami penindasan
dalam menghapus ilusi-ilusi ideologi dan bertindak mengatasi kekuatan-kekuatan
yang menindas.
3. Teori kritik menciptakan kesadaran untuk menggabungkan teori dan tindakan.
Teori-teori tersebut bersifat normatif dan bertindak untuk mendapatkan atau
mencapai perubahan dalam kondisi-kondisi yang memengaruhi masyarakat.
Wajarlah, teori kritik kerap kali menggabungkan diri dengan minat-minat dari
kelompok yang terpinggirkan.
7. Tradisi Retorika
A. Apa itu Retorika
Menurut Aristoteles, retorika adalah seni membujuk atau the art of persuation (M.
Djen Amar, 1986, hlm. 11). Sunarjo (1983) mendefinisikan retorika sebagai suatu
komunikasi di mana komunikator berhadapan langsung dengan massa atau
berhadapan dengan komunikan (audience) dalam bentuk jamak. Aristoteles
berpendapat bahwa retorika itu sendiri sebenarnya bersifat netral. Maksudnya
adalah orator itu sendiri bisa memiliki tujuan yang mulia atau justru hanya
menyebarkan omongan yang tidak sesuai atau bahkan dusta belaka. Menurutnya,
by using these justly one would do the greatest good, and unjustly, the greatest
harm .
Rethoric, salah satu karya terbesar Aristoteles, banyak dilihat sebagai studi tentang
psikologi khalayak yang sangat bagus. Aristoteles dinilai mampu membawa retorika
menjadi sebuah ilmu, dengan cara secara sistematis menyelidiki efek dari pembicara,
orasi, serta audiensnya. Orator sendiri dilihat oleh Aristoteles sebagai orang yang
menggunakan pengetahuannya sebagai seni. Jadi, orasi atau retorika adalah seni
berorasi.
B. Asumsi Dasar Tradisi Retorika
Tradisi ini melihat bagaimana seseorang melakukan sebuah orasi dan
menitikberatkan pada aspek ethos patos logos. Ethos berfokus pada kecerdasan sang
orator dalam mengolah kata-kata dan menyampaikannya pada audience, patos
merujuk pada emosi pendengar dalam menerima pesan dan logos merujuk pada
aspek logis dari apa yang disampaikan oleh sang orator.
Awalnya retorika berhubungan dengan persuasi, sehingga dimaknai sebagai seni
penyusunan argumen dan pembuatan naskah pidato. Lantas berkembang meliputi
proses adjusting ideas to people and people to ideas dalam segala jenis pesan.
Fokus dari retorika telah diperluas bahkan lebih mencakup segala cara manusia dalam
menggunakan simbol untuk memengaruhi lingkungan di sekitarnya dan untuk
membangun dunia tempat mereka tinggal.
Pusat dari tradisi retorika adalah 5 karya agung retorika yakni: penemuan,
penyusunan, gaya, penyampaian dan daya ingat. Semuanya adalah elemen-elemen
dalam mempersiapkan sebuah pidato, sedangkan pidato orang Yunani dan Roma
kuno berhubungan dengan ide-ide penemuan, pengaturan ide, memilih bagaimana
membingkai ide-ide tersebut dengan bahasa serta akhirnya penyampaian isu dan
daya ingat. Penemuan, mengacu pada konseptualisasi yakni proses menentukan
makna dari simbol melalui interpretasi, respons terhadap fakta yang tidak mudah
ditemukan pada apa ayang telah ada, tetapi menciptakannya melalui penafsiran dari
kategori-kategori yang digunakan.
Ada enam keistimewaan yang mencirikan tradisi ini :
a) Keyakinan bahwa berbicara membedakan manusia dari binatang.
b) Ada kepercayaan bahwa pidato publik yang disampaikan dalam forum demokrasi
adalah cara yang lebih efektif untuk memecahkan masalah politik.
c) Retorika merupakan sebuah strategi di mana seorang pembicara mencoba
mempengaruhi seorang audiens dari sekian banyak audiens melalui pidato yang
jelas-jelas bersifat persuasive. Public speaking pada dasarnya merupakan
komunikasi satu arah.
d) Pelatihan kecakapan pidato adalah dasar pendidikan kepemimpinan. Seorang
pemimpin harus mampu menciptakan argumen-argumen yang kuat lalu dengan
lantang menyuarakannya.
e) Menekankan pada kekuatan dan keindahan bahasa untuk menggerakkan orang
banyak secara emosional dan menggerakkan mereka untuk beraksi/bertindak.
Pengertian Retorika lebih merujuk kepada seni bicara daripada ilmu berbicara.
f) Sampai tahun 1800-an, perempuan tidak memiliki kesempatan untuk
menyuarakan haknya. Jadi retorika merupakan sebuah keistimewaan bagi
pergerakan wanita di Amerika yang memperjuangkan haknya untuk bisa
berbicara di depan publik.
C. Varian Dalam Tradisi Retorika
Retorika diartikan berbeda pada setiap zaman kita mengenal ada tujuh masa
perkembangan dari retorika yaitu, klasik, abad pertengahan, masa renaissance,
penerangan , kontemporer dan post modern.
1) Era Klasik
Didominasi oleh aliran seni dalam berbicara, kaum sophist sebagai pelopor aliran
ini berkeliling mengajarkan retorika tentang bagaimana berargumen dan
memenangkan sebuah kasus pada masa awal di mana retorika baru diperkenalkan.
Plato sangat tidak menyukai aliran sophist ini dan menjuluki kaum sophis ini
karena mereka berorientasi bagaimana menang dalam berdebat karena menurut
plato yang nota bene beraliran filosof bahwa retorika digunakan untuk alat
berdialog untuk mencapai kebenaran yang absolute.
2) Abad Pertengahan
study tentang retorika berfokus pada pengaturan gaya, namun Retorika pada abad
pertengahan dicela sebab dianggap sebagai ilmu kaum penyembah berhala dan
tidak perlu dipelajari sebab agama Kristen dapat memperlihatkan kebenarannya
dengan sendiri. Pada abad ini bisa dikata sebagai the end of retorika. Sebelum
agustine seorang guru retorika mengatakan dalam buku doktrin Kristen bahwa
retorika dibutuhkan bagi seorang pendeta untuk dapat menerangkan retorika dan
menyenangkan umatnya.
3) Renaissance
Masa ini dianggap sebagai kelahiran kembali retorika sebagai suatu seni. Para
sarjana humanis member perhatian dan concern pada semua aspek untuk
kemanusiaan, penelitian kembali text-text retorika klasik dalam rangka memahami
manusia.
4) Abad Pencerahan
Selama masa ini para pemikir seperti Rene Descartes dalam rangka menentukan
apa yang bisa disebut sebagai suatu yang absolute dan objective pada pikiran
manusia. Francis Bacon mengatakan retorika menggerakkan imajinasi pada
pergerakan yang lebih baik. Logika atau pengetahuan merupakan bagian dari
bahasa , dan retorika menjadi sarana untuk mengetahui suatu atau menyampaikan
suatu kebenaran. Hal ini menjadikan retorika kembali menjadi citra yang baik
seperti saat ini.
5) Pada masa Retorika kontemporer
Diringi dengan tumbuhnya minat retorika seperti jumlah dan macam symbol
meningkat. Apalagi dengan kehadiran media massa maka penyampaian pesan
disampaiakn secara visual dan verbal.
6) Retorika Postmodern
Tidak lagi berpaku pada gaya retorika yang dikembangkan oleh barat dia
menyesuaikan retorika sesuai dengan budaya tempat di mana pesan disampaikan.
Aliran ini merupakan alternative yang dimulai dari asumsi yang berbeda, nilai nilai
acuan yang berbeda, untuk menghasilkan suatu retorika yang berbeda pula.