Anda di halaman 1dari 34

Kelompok 9

Pesan
Oleh :

1. Rifqi Areska Batara Aji ( 20419144010 )


2. Aulia Aning Tiaa ( 20417144042 )
3. Mohammad Amru Wibisono ( 20419141007 )
4. Muhammad Fikky Faizal ( 20419144021 )
Pesan
Pesan merupakan inti dari proses sebuah komunikasi.
Pesan tidak hanya digunakan untuk mentransfer informasi
namun juga untuk menyusun strategi dalam mencapai
sesuatu. Dalam bab ini, akan dibahas beberapa aspek
dasar dari pesan diantaranya adalah semiotika,
interpretasi atau penafsiran, dan proses produksi pesan.
Semiotika
Semiotika merupakan ilmu yang memperlajari tentang tanda dan cara tanda
tersebut bekerja. Seperti yang kita ketahui bahwa semiotika berasal dari Bahasa
Yunani “Semion” yang berarti tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu
informasi sehingga bersifat komunikatif. Tradisi semiotic terdiri atas sekumpulan
teori tentang bagaimana tanda-tanda merepresentasikan benda, ide, keadaan,
situasi, perasaan, dan kondisi.

Perkembangan pola pikir manusia merupakan sebuah bentuk perkembangan


yang mendasari terbentuknya sebuah makna. Apabila kita amati, dalam
kehidupan ini tidak pernah lepas dari makna, persepsi, atau pemahaman
terhadap apapun yang kita lihat. Ketika kita mengendarai sebuah sepeda
motor atau mobil di jalan raya, maka kita kerap kali melihat tanda lalu lintas
yang bertebaran dijalan raya, seperti traffic light misalnya atau tanda
“Dilarang Parkir”.

Menurut Little John dalam bukunya Teori Komunikasi Theories of Human


Communication, Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna yang
terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut
sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan. Konsep
pamaknaan ini tidak terlepas dari perspektif atau nilai-nilai ideologis
tertentu serta konsep kultural yang menjadi salah satu faktor konstruksi
makna dalam sebuah simbol menjadi aspek yang penting untuk
mengetahui konstruksi pesan dalam tanda tersebut.

Tradisi Semiotika
1. Semantik
Semantik merupakan komponen yang mengartikan dalam wujud bentuk-
bentuk bunyi Bahasa. Contohnya adalah kata uang = duit, besar = gede,
cewek = wanita.

2. Sintaksis
Sintaksis merupakan bagian dari linguistik yang mengkaji dasar dan proses
pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. Adapun pembentukan kalimat
tersebut dipengaruhi oleh adanya Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan.
Tidak selalu kelima aspek tersebut harus ada dalam setiap kalimat. Bisa saja
hanya ada 2 atau 3 dari aspek tersebut.
3. Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang linguistik yang membahas tentang


penggunaan atau makna suatu kata, frasa, bahkan kalimat, yang didasari
atas konteks-konteks tertentu. Konteks tersebut biasanya berupa faktor
sosial yang mempengaruhi penggunaan dan pemaknaan suatu kata.
Contohnya adalah kalimat “Pak, saya minta izin untuk buang air kecil di
belakang”. Secara denotatif, frasa buang air kecil mempunyai makna
“membuang air dalam jumlah yang kecil.” Namun, secara pragmatik, frasa
tersebut justru bermakna kencing.
Penafsiran
Fenomenologi
Teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif
menginterpretasikan pengalam-pengalaman mereka dan mencoba memahami
dunia dengan pengalaman pribadinya. Pendukung teori ini berpandangan
bahwa cerita atau pengalaman individu adalah lebih penting dan menarik.
Kata fenomenologi berasal dari kata phenomenon yang artinya kemunculan
suatu objek peristiwa. Fenomenologi menggunakan pengalaman langsung
sebagai cara untuk memahami dunia. Orang mengetahui pengalaman atau
peristiwa dengan cara mengujinya secara sadar melalui perasaan dan persepsi
yang dimiliki orang bersangkutan.
Proses interpretasi merupakan hal yang sangat penting dan sentral dalam
fenomenologi. Interpretasi merupakan suatu proses aktif pemberian makna
dari suatu pengalaman. Menurut pemikiran fenomenologi, orang yang akan
melakukan interpretasi mengalami suatu peristiwa atau situasi dan ia akan
memberikan makna kepada setiap peristiwa yang dialaminya.
Relativitas Linguistic
Relativitas linguistic sendiri merupakan hipotesis sapir-whorf yang
didasarkan oleh karya Edward Sapir dan Benjamin Lee Whorf. Hipotesis
Whorfian tentang relativitas linguistik menyatakan bahwa struktur bahasa
suatu budaya menentukan kebiasaan berpikir dan berperilaku dalam budaya
itu.
Menurut hipotesis Sapir-Whorf, anda dapat mendefinisikan suatu hal dengan
Bahasa yang anda gunakan, dan cara anda komunikasi merupakan fungsi
dari strukur Bahasa yang anda gunakan. Jadi semua hal di dunia ini dapat
diartikan berbeda oleh khalayak yang tentu saja kehidupannya berbeda
dengan kita.
Contoh yang dapat di ambilmenurut De Saussure “Di antara
struktur strata masyarakat yang dibentuk oleh kebiasaan
adalah masalah gender yang kadang-kadang disalahartikan
orang sebagai bentuk jenis kelamin tertentu (baca
perempuan)”. De Saussure, Course in General Linguistics,
(London: Cambrige, 2000).
Bahasa dan Jenis Kelamin

Terkait Bahasa dan jenis kelamin adalah salah satu sarana


komunikasi pertama yang mengeksplorasi implikasi gender
dari bahasa dan cara bahasa memperlakukan perempuan dan
laki-laki secara berbeda Bernama Cheris Kramarae. Dalam
contoh relativitas linguistik, Kramarae mengeksplorasi
bagaimana konstruksi linguistik yang tersedia bagi penutur
suatu bahasa memberi tahu mereka bagaimana caranya
berpikir tentang jenis kelamin. Dalam kebanyakan bahasa, kita
“dilatih untuk melihat dua jenis kelamin.
Contoh dari pembahasan ini mengenai seksisme yang
berkaitan dengan maskulinitas dan feminis dalam
Bahasa. Selama ini stereotype aspek sosial masyarakat
termasuk Bahasa menyatakan laki-laki relative
mendapatkan tempat lebih dan diuntungkan
dibandingkan perempuan. Cheris Kramarae (dalam
Budiman, 1992:73).
Konstruksi Sosial
Konstruksi sosial merupakan teori yang dikemukakan oleh Peter Berger
dan Thomas Luckmann yang berisi mengenai bagaimana pengetahuan
manusia dibangun melalui interaksi sosial. Menurut teori konstruksi
sosial, setiap kelompok, komunitas, dan budaya mengembangkan
pemahamannya sendiri tentang dunia. Sesuatu tidak benar-benar ada
sampai ia dikonseptualisasikan dan didefinisikan sebagai sesuatu oleh
komunitas sosial.Terdapat dua objek pokok realitas yang berkaitan
dengan pengetahuan, yaitu realitas subjektif (pengetahuan individu) dan
realitas objektif (fakta sosial).
Konstruktivisme

Istilah konstruktivisme pertama kali dikemukakan oleh psikolog


asal swiss Jean Piaget, menjelaskan bagaimana cara seseorang
menekankan pada proses yang dilalui siswa untuk mengetahui
sesuatu dan tahapan yang dillui untuk memperoleh pengetahuan
tersebut (Trianto, 2007). Atau lebih mudahnya merupakan teori
Pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan
logika dan konseptual pembelajar.
Contohnya adalah saat seorang anak disuguhi tontonan di televisi
yang cenderung menayangkan hal yang berbau dewasa anak
tersebut tentu akan mencerna mentah-mentah karena belum
memahami apa maksud dari hal terebut maka lingkungan tempat
tinggalnya harus bisa memandu agar tidak terjadi sesuatu yang
kontra di kehidupannya.
Produksi, Penggunaan dan
Strategi
Teori Tindak Tutur

Teori tindak tutur, yang dikaitkan dengan John Searle, tertarik pada
bagaimana kita menyelesaikan sesuatu dengan kata-kata. Teori tindak tutur
mengidentifikasi apa yang diperlukan untuk membuat suatu pernyataan
sukses untuk memahami maksud.
1. Ucapan
2. Tindak Proposisional: pernyataan
kebenaran yang berarti sesuatu tentang
apa yang ingin dia lakukan.
3. Tindak Ilokusi : Tindak tutur yang
menngandung dan daya tuturan.
4. Tindak Perlokusi : Tuturan yang
diucapkan oleh seorang penutur sering
kali memiliki efek atau daya pengaruh bagi
pendengarnya.
Searle menguraikan lima jenis tindak Ilokusi :

Asertif
Pernyataan yang mengikat pembicara untuk mendukung kebenaran suatu
proposisi.
Direktif
Pernyataan yang berusaha membuat pendengar melakukan sesuatu.
Komisif
Mengikat pembicara pada tindakan di masa depan.
Ekspresif
Tindakan yang mengkomunikasikan beberapa aspek keadaan psikologis
pembicara
Deklarasi
Dirancang untuk menciptakan proposisi dengan penegasannya.
Menurut Searle, kita mengetahui maksud di balik pesan tertentu karena
berbagi permainan bahasa yang sama, yang terdiri dari seperangkat aturan
yang membantu kita mendefinisikan kekuatan ilokusi sebuah pesan. Aturan
tersebut terbagi menjadi dua.

Aturan Konstitutif Aturan Regulatif


Eli Dresner dan Susan Herring meneliti emotikon dalam komunikasi dari
perspektif tindak tutur. Penggunaan wajah bahagia atau sedih untuk
menyampaikan kebahagiaan atau kesedihan adalah contoh emotikon yang
konsisten dengan emosi. Namun, penulis menyarankan bahwa istilah
emotikon sedikit keliru karena menyampaikan pengaruh emosional yang
sesuai dengan ekspresi wajah hanyalah salah satu dari tiga fungsi yang
dilakukan oleh emotikon. Fungsi kedua adalah untuk menyampaikan makna
nonemosional. Fungsi ketiga dari emotikon adalah untuk mengomunikasikan
kekuatan ilokusi.

Dresner dan Herring berpendapat bahwa dalam kasus di mana emotikon


mengomentari tindak tutur, harus dilihat sebagai bagian dari teks, seperti
tanda baca lainnya, bukan sebagai indikator pengaruh.
Manajemen Makna yang Terkoordinasi
Teori manajemen makna terkoordinasi dikembangkan oleh Barnett Pearce,
Vernon Cronen, dan rekan-rekannya menyatakan bahwa pendekatan interaksi
sosial yang membahas cara-cara di mana makna dan tindakan yang kompleks
dikoordinasikan.

Menurut teori manajemen makna terkoordinasi ketika menghadapi situasi


komunikasi apa pun, lakukanlah dua hal. Pertama, memberi makna pada
situasi, perilaku dan pesan orang lain. Kedua, memutuskan bagaimana
merespons atau bertindak dalam situasi tersebut.
Teori manajemen makna terkoordinasi membantu kita memahami proses
makna dan tindakan yang menginformasikan setiap peristiwa komunikasi serta
bagaimana mengoordinasikan tindakan dengan orang lain dalam proses
interaksi. Menurut Teori ini, makna berkaitan erat dengan tindakan. Makna dan
tindakan dibentuk oleh dua aturan, yakni:

1. Aturan konstitutif, digunakan oleh komunikator untuk menafsirkan atau


memahami suatu peristiwa atau pesan.
2. Aturan regulatif, digunakan untuk menentukan bagaimana merespon atau
berperilaku.
Kunci kedua dari teori manajemen makna terkoordinasi adalah koordinasi.
Tugas utama dalam semua komunikasi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan bentuk koordinasi. Komunikator dalam berkomunikasi tidak
perlu menafsirkan peristiwa dengan cara yang sama, tetapi mereka harus
terkoordinasi. Dengan kata lain komunikator dapat mengatur tindakan mereka
dengan cara-cara yang tampak logis bagi semua pihak. Namun, mereka
memahami apa yang terjadi dengan cara yang sangat berbeda.

Teori manajemen makna yang terkoordinasi mendapatkan kompleksitas


komunikasi dengan melihat makna dan tindakan sebagai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan, menciptakan logika yang mendorong cerita yang
membentuk hidup kita.
Teori Identifikasi
Teori Kenneth Burke adalah salah satu yang paling komprehensif dari semua
teori simbol. Pandangan Burke tentang tindakan manusia dimulai dengan
perbedaan antara tindakan dan gerak.

Menurut Burke, bahasa berfungsi sebagai kendaraan untuk bertindak.


Bahasa berkontribusi pada tindakan manusia dengan menyatukan kita atau
memisahkan kita. Ada tiga sumber identifikasi yang tumpang tindih, menurut
Burke, yaitu:

Identifikasi Materiil Identifikasi Idealis Identifikasi formal


Logika Desain Pesan
Tesis Barbara O'Keefe menyatakan bahwa ada berbagai cara untuk mendekati
pesan, dan orang-orang menggunakan logika yang berbeda dalam
memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain tergantung pada
situasinya. O'Keefe menguraikan tiga kemungkinan logika desain pesan yang
berkisar dari yang paling sedikit berpusat pada orang hingga yang paling
berpusat pada orang, yaitu:

1. Logika Ekspresif : komunikasi perasaan dan pikiran


2. Logika Konvensional : melihat komunikasi sebagai permainan yang
dimainkan dengan mengikuti aturan.
3. Logika Retoris : memandang komunikasi sebagai cara untuk mengubah
aturan melalui negosiasi.
Keuntungan Kepatuhan
Perolehan kepatuhan, seperti logika desain pesan O'Keefe, berkaitan dengan
bagaimana pesan digunakan di dunia. Perolehan kepatuhan melibatkan upaya
untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita ingin mereka lakukan atau
membuat mereka berhenti melakukan sesuatu yang kita tidak ingin mereka
terus melakukannya.

Beberapa strategi yang biasa digunakan dalam mendapatkan kepatuhan orang


lain, termasuk menjanjikan, mengancam, menerapkan rangsangan
permusuhan, membuat moral banding, dan meminta hutang.
Marwell dan Schmitt menggunakan pendekatan teori pertukaran sebagai
dasar untuk model perolehan kepatuhan mereka. Menurut pendekatan
pertukaran, seseorang akan mematuhi dengan imbalan sesuatu yang diberikan
oleh orang lain. Jika Anda melakukan apa yang saya inginkan, saya akan
memberi Anda sesuatu sebagai balasannya—penghargaan, persetujuan, uang,
pembebasan dari kewajiban, dan lainnya. Model ini pada dasarnya
berorientasi pada kekuasaan.
Retorika Undangan

Retorika undangan ( Invitational Rhetoric ) ini mengajukan pandangan krisis


terhadap suatu bentuk interaksi dalam percakapan di mana komunikator
melakukan persuasi atau bujukan terhadap pihak lainnya dengan tujuan
mengubah perilaku pihak yang dipersuasi Teori retorika undangan
menggunakan ide adanya undangan atau ajakan. Misalnya ketika melakukan
percakapan, dan menyatakan suatu undangan atau ajakan kepada pihak lain
untuk mempertimbangkan perspektif kita. Maka artinya kita mengundang
pihak lain itu untuk melihat sesuatu seperti cara kita melihat sesuatu tersebut.
Sonja Joss dan Karen Foss mereka mencoba untuk membuat perbedaan
secara jelas terhadap apa yang mereka namakan “mode-mode retorika yang
berbeda”. yaitu pola – pola percakapan yang berbeda dalam suatu budaya ,
Sebagai berikut :

Retorika Penaklukan Retorika Baik Hati


Mode adalah pola percakapan yaitu suatu interaksi dengan tujuan atau
dirancang untuk membantu orang lain agar
dapat memperbaiki hidupnya.

Retorika Konversi Retorika Nasihat


yaitu suatu intersaksi dengan tujuan
mengubah perspektif adalah perilaku orang yaitu interaksi dengan tujuan menyediakan
lain berdasarkan superioritas adalah kebaikan informasi kepada orang lain yang
suatu perspektif tertentu. memintanya.
Kesimpulan
Pesan adalah pusat komunikasi. Bahasa dan nonverbal membentuk elemen
dasar pesan, namun makna dan efeknya bergantung pada proses
interpretative penerima pesan. Pesan melayani beberapa tujuan secara
bersamaan, mulai dari mentransmisikan informasi dan pengaruh hingga
penataan pandangan kita tentang realitas.
TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai