Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fikky Faizal

NIM : 20419144021
Kelas : B
Efek Media Sosial Terhadap Komunikasi Politik
Efek media sosial didalam dunia politik khususnya pada hal komunikasi politik, terutama
ketika adanya kampanye Pemilu. Penting bagi lembaga politik untuk berperan aktif dalam
komunikasi politik yang berdasarkan media sosial, khususnya pada saat diadakannya kampanye
pemilu. Media sosial selanjutnya digambarkan sebagai media yang ideal dan basis informasi
untuk mengungkap opini publik mengenai politik dan posisi politik, serta membangun dukungan
dari komunitas kepada politisi yang sedang berkampanye. Sejumlah studi menunjukkan bahwa
politisi diseluruh dunia telah menjadikan sosial media sebagai cara untuk menjalin hubungan
dengan pemilih, berdialog secara langsung dengan masyarakat dan membentuk diskusi politik.
Semakin menarik lagi apabila politisi membentuk sebuah ruang diskusi atau ruang dialog antara
politisi dengan publik.
Sebelum menggunakan media sosial, para politisi telah menggunakan Internet untuk
berkampanye. Internet bisa saja menjadi cara terbaik untuk mendobrak politik demokrasi massa
saat ini, yang mampu menyuarakan suara dari bawah ke atas, yang seringkali dengan kekuatan
yang mereka miliki, digunakan oleh penguasa untuk kepentingan kelompok pribadi. Internet
diharapkan dapat menjadi media informasi dua arah yang saling menguntungkan antara pelaku
politisi dengan para pendukungnya. Internet telah bersedia menyediakan forum seluas mungkin
untuk mengembangkan kelompok yang berkepentingan dan sebagai sarana menyalurkan sebuah
pendapat. Di Indonesia, penggunaan internet sebenarnya telah dimulai pada pemilihan umun
tahun 1997, dimana kontestan pemilu saat itu adalah Golongan Karya, Partai Demokrasi
Indonesia, dan Partai Persatuan Pembangunan, masing masing memiliki situs resmi. Informasi di
situs meliputi program partai, pernyataan politik, susunan pengurus pusat atau daerah, AD/ART,
dan berkesempatan untuk berkomunikasi dengan pengurus. Pada pemilihan umum tahun 2004
dan 2009, penggunaan internet semakin meningkat pesat pada partai politik, calon legislator,
calon presiden dan calon wakil presiden.
Keberhasilan Barrack Obama dalam memenangkan pemilihan Presiden di Amerika
Serikat juga merupakan salah satu faktor penggunaan media sosial. Sekitar 30% dari pesan
kampanye Obama disiarkan melalui media baru. Beberapa tahun sebelum Obama, ada Howard
Dean yang mampu menggunakan Internet untuk menarik perhatian warga Amerika Serikat.
Namun pada saat itu, Dean kandas di Konverensi Nasional Partai Demokrat. Di Negara Inggris,
kini semakin banyak anggota perlemen yang menggunakan beberapa media sosial untuk
mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran mereka dan mendengarkan pendapat dari orang lain.
Contohnya ialah Blog dan Yahoo Groups.
Lalu bagaimana dengan di Indonesia?
Media sosial memang telah dilirik sekitar kurang lebih dua tahun terakhir ketika Joko Widodo
dan Basuki Tjahja Purnama mencalonkan diri sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI
Jakarta. Mereka menggunakan platform YouTube sebagai media kampanye kreatif mereka.
Bahkan ada juga game online yang memiliki alur seperti Angry Birds namun dengan tokoh
utamanya adalah Jokowi.
Media sosial yang ada di Indonesia sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh para aktor politik Indonesia. Tantangan pertamanya ialah hilangnya batas-batas status
sosial yang berada di dunia sosial media. Menurut Coutts & Gruman (2005: 254). Dalam
komunikasi yang dimediasi komputer, peserta komunikasi akan mendapatkan kesetaraan
partisipasi yang luas daripada dengan cara tatap muka. Pendapat ini sebenarnya mengacu pada
kegiatan komunikasi dalam organisasi. Namun relevan jika dibawa kedalam koneks komunikasi
politik pada era media sosial. Dengan tersedianya media sosial ini, maka diharapkan para aktor
politik dapat menyadari, meskipun ia adalah pejabat atau petinggi partai politik yang berkuasa,
namun posisinya ketika berada di media sosial akan setara dengan pengguna media sosial yang
lainnya. Oleh karena itu para aktor politik mau tidak mau harus siap menghadapi kritikan
(bahkan beberapa diantaranya cenderung menyakitkan) dari pengguna lainnya.
Media sosial merupakan rimba raya, hampir tidak ada aturan di dalamnya. Jika tantangan
ini tidak ditangani dengan baik maka akibatnya aktor politik justru menjadi bahan bincangan di
media maya. Misalnya saja seperti yang dialami oleh istri mantan presiden yakni Ibu Ani
Yudhoyono. Beberapa kali terlibat perdebatan dan itu tidak mengenai hal-hal yang bersifat
substantive dengan pengguna lainnya di Instagram. Selain itu, aktor politik juga tidak dapat
menggunakan media sosial sebagai sarana “curhat”
Kesimpulan
Banyak manfaat dan kemudahan yang selalu ditawarkan ketika menggunakan sosial
media sebagai ajang pengenalan aktor politik, juga tidak boleh terlepas dari beberapa hal penting
yang harus mereka dipahami. Dikarena media sosial merupakan salah satu alat yang dapat
digunakan untuk berkomunikasi dengan audience serta calon pemilihnya, maka para politisi juga
harus menjaga sisi komunikasi yang terkandung didalamnya dengan baik. Bahasa yang
digunakan ketika menyampaikan pesan juga sebaiknya menggunakan Bahasa sehari-hari.
Penggunaan kalimat yang baku alangkah baiknya dilebur menjadi kalimat yang lebih lentur.
Seperti contohnya penggunaan kata “tidak” diganti dengan kata “nggak”. Bahasa yang tidak
baku akan lebih cepat melebur dan dapat mudah diterima oleh audience. Selain menggunakan
Bahasa, penggunaan gambar-gambar yang memotivasi juga sebaiknya diikutsertakan dalam
pesan tersebut. Apabila ketika menyampaikan kelebihan dari seseorang tokoh, alangkah baiknya
juga disertakan pesan. Seperti kata-kata yang dapat memotivasi, yang secara tersirat
menggambarkan tokoh tersebut memiliki jiwa yang bijak.
Daftar Pustaka
Guervitch, Michael. , Coleman, Stephen., Blumer, Jay G. 2009. “Political Communication – Old
and New Media Relationship” dalam The ANNALS of the American Academy of Political and
Social Science 625, hal.164-182
Momoe, Antonio, 2011. “New Media and Social Media in the Political Communication” dalam
The 6th Edition of the International Coference European Integration Realities and Perspective,
hal.556-562
Putra, Afdal Makkuraga, 2011. “Media Baru dan Fenomena Komunikasi Politik pada
Pemilukada di Provinsi Banten 2011” dalam Jurnal UMN Volume III Nomor 2 Desember,
hal.23-34
Riaz, Saqib. 2010. “Effect on New Media Technologies on Political Communication” dalam
Jurnal of Political Studies, Vol. 1, Issue 2 University of the Punjab Lahore, hal.161-173

Anda mungkin juga menyukai