Anda di halaman 1dari 4

Nama : Muhammad Fikky Faizal

NIM : 20419144021

Kelas : Media

Tugas Mata Kuliah Analisis Khalayak Media

a. Khalayak riil dan khalayak media


Secara harfiah, khalayak dapat disebut dengan audience. Kata audience berasal dari
Bahasa Yunani “audier” yang memiliki arti “mendengar”. Audience dapat berarti sebagai
pendengar, pembaca atau penerima. Khalayak memiliki sifat statis (selalu berkembang)
mengikuti perkembangan teknologi. Ketika pada zaman dahulu khalayak hanya pasif dan
kini dapat menjadi aktif denga adanya perubahan teknologi. Dengan demikian khalayak
adalah sekumpulan individu yang terorganisir waktu dan tempat tertentu, di mana masing-
masing dengan sukarela datang ke suatu tempat karena memiliki ketertarikan yang sama
serta tujuan yang kurang lebih sama dengan yang lainnya. Sejalan dengan perubahan
zaman, pengertian dari khalayak sudah tidak lagi tepat untuk menggambarkan kondisi riil
dari khalayak. Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, khususnya perubahan yang
terjadi dalam bidang teknologi mengubah konsepsi khalayak dari bentuk awalnya.
khalayak riil adalah penerima sasaran pesan dari komunikator yg dapat kita temui
secara langsung tanpa adanya perantara suatu media. Khalayak riil pada umunya berada
dalam lingkup sosial masyarakat yang mana mereka dalam melakukan interaksinya
dilakukan secara langsung tatap muka. Keberadaan khalayak riil ini tidak dapat kita
abaikan, karena berhasil atau tidaknya suatu komunikasi dapat ditentukan dari
khalayaknya.
Sedangkan khalayak media adalah khalayak yang dalam melakukan interaksinya
dengan perantara media (sosial media, surat kabar, koran, televisi, dll). Khalayak media
dalam interaksinya terbatas oleh ruang. Mereka hanya dapat melakukan interaksinya pada
ruang media saja tanpa adanya pertemuan dengan individu lain secara langsung tatap muka.
Istilah dari khalayak media juga dapat berlaku universal dan secara sederhana dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pendengar, pembaca, dan pemirsa di
berbagai macam media.
b. Keunikan dan karakteristik khalayak media
1. Khalayak sebagai “problem solver”
Khalayak tentunya tidak pernah lepas dari yang namanya permasalahan kehidupan
yang mereka hadapi. Mereka juga akan selalu berupaya untuk mencari pemecahan dari
masalah mereka.
Dari pihak penerima pesan (khalayak), salah satu fungsi dari penyebaran suatu
informasi melalui media massa adalah mampu membantu dalam memecahkan suatu
permasalahan. Dengan demikian, informasi atau pesan yang sekiranya dianggap tidak
membantu mereka dalam memecahkan permasalahan atau justru menambah keculitan
dan permasalahan baru maka hal itu tidak akan mendapatkan perhatian mereka.
2. Khalayak sebagai mediator
Pada umumnya proses penyebaran informasi tidak hanya sampai pada khalayak
sasaran secara langsung sebagai barisan utama namun arus penyebaran informasi dapat
melalui berbagai tahapan dan barisan. Proses informasi yang demikian lazim ini disebut
juga dengan “multi-step flow of communication”. Seorang warga khalayak setelah
menerima pesan dari suatu medium kemungkinan besar akan meneruskan informasi
tersebut kepada individu lainnya.
3. Khalayak yang mencari pembela
Pada suatu saat seseorang dapat mengalami suatu krisis keyakinan dan dapat
diselimuti rasa ketidakpastian. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya suatu baru yang
membuatnya terpengaruh atau karena faktor-faktor lainnya. Dengan begitu, orang
tersebut akan mencari data dan informasi yang dianggap dapat membela apa yang
diyakininya.
4. Khalayak sebagai anggota kelompok
Sebagai makhluk sosial, individu juga terikat oleh nilai-nilai pada kelompok yang
diikutinya baik itu secara formal maupun secara informal. Yang dimaksud kelompok
formal dalam hal ini adalah ABRI, KORPRI, Serikat buruh, dll. Sedangkan yang
termasuk dalam kelompok informal adalah kelompok-kelompok hobi seperti fotogtrafi,
pecinta alam, olahraga, dll.

c. Budaya netizen Indonesia


Potret yang terjadi pada saat ini berkaitan dengan budaya digital di Indonesia kini
cukup memprihatinkan. Pasalnya digital netizen dewasa kurang mampu dalam menerapkan
budaya dan etika dan netizen milenial justru cenderung lebih kea rah masa bodoh. Potret
yang terjadi pada milenial ini dapat dengan mudah terpapar oleh radikalisme karena netizen
milenial cenderung menyukai hal yang baru apalagi jika isinya membakar semangat
mereka. Dalam survey yang dilakukan oleh Johnny G. Plate ini menyebutkan bahwa survei
digital Microsoft menilai bahwa netizen Indonesia memiliki tingkat keberadaban yang
rendah. Dari 32 negara yang disurvei, Indonesia berada di urutan ke 29 atau yang terburuk
di Asia Tenggara.
Pola perilaku bersosial media netizen Indoensia cenderung tidak berfikir secara
rasional, mereka senantiasa menyukai dalam pengekspresian emosi mereka ketimbang
untuk menahan diri. Tindakan yang mereka lakukan lebih mengedepankan tindakan secara
situasional tanpa berfikir Panjang dari dampak yang telah dilakukannya. Perilaku netizen
Indonesia dinilai buruk dan dianggap tidak sopan, hal ini dapat kita lihat saat adanya
pemberitaan yang sedang viral, maka mereka selaku netizen akan berbondong-bondong
mengomentari dengan isian hujatan, menyudutkan, menghakimi, dan tidak jarang juga
malah menjurus rasis pada pemberitaan yang dianggap menyudutkan Indonesia ataupun
personal dimata dunia. Seperti halnya ketika kasus survey Microsoft, netizen Indonesia
berdatangan untuk mengomentari kolom akun Instagram Microsoft dengan berbagai
komentar yang pada umumnya tidak pantas hingga akhirnya admin Instagram Microsoft
memutuskan untuk menutup kolom komentarnya.
Karakteristik mayarakat Indonesia sebenarnya tidak mudah untuk diajak
berdemokrasi secara sehat. Mereka senantiasa memaksakan pendapat kepada seseorang
atau kelompok. Hal seperti ini dipercaya menjadi penyebab utama masyarakat mudah
termakan berita bohong atau hoax. Kecenderungan anak muda saat ini bersikap skeptis
namun mereka tetap saja mudah terbawa oleh hal yang dianggapnya menarik.

Kesimpulan

Khalayak dapat diartikan sebagai pendengar (audience). Khalayak terbagi menjadi


beberapa macam, 2 diantaranya adalah khalayak riil dan khalayak media. Khalayak riil
merupakan khalayak yang sering kita jumpai secara langsung tanpa adanya perantara suatu
media, sedangkan khalayak media ini adalah suatu khalayak yang mana dalam interaksinya
memiliki keterbatasan ruang dengan kata lain interaksinya dalam lingkup media. Kemudian
beberapa karakteristik khalayak media adalah khalayak sebagai problem solver, sebagai
mediator, pencari pembela, dan khalayak sebagai anggota kelompok. Selanjutnya adalah
budaya netizen Indonesia. Netizen Indonesia dianggap kurang memiliki budaya dan etika
dalam bermedia sosial. Pasalnya banyak sekali konflik yang terjadi pada media sosial. Suatu
media wajar terjadi konflik, namun ketika sudah diisi dengan netizen Indonesia maka konflik
tersebut dapat saja menjadi semakin buruk dengan isian berbagai komentar buruk,
menyudutkan, hujatan, menghakimi dan bahkan hingga masuk ke ranah rasis. Anak muda
ketika sedang bermedia cenderung menyukai pemberitaan yang sedang trend atau viral-
viralnya yang mungkin dianggap mereka menarik untuk menjadi bahan bincangan bersama
teman-temannya.

Referensi

https://modulmakalah.blogspot.com/2015/12/definisi-khalayak-karakteristik-dan.html

https://www.voaindonesia.com/a/netizen-indonesia-dinilai-tak-beradab-pakar-serukan-pemerintah-
atur-perusahaan-medsos/5794408.html

https://www.industry.co.id/read/90562/etika-budaya-digital-netizen-indonesia-memperihatinkan
https://ejurnal.ars.ac.id/index.php/jdcode/article/download/699/475/

Anda mungkin juga menyukai