Anda di halaman 1dari 8

Opinion Leaders Di Era Digital

Oleh: Muhammad Gilang

Ilmu Komunikasi Universitas Sriwijaya

Email: glgmuh@gmail.com

Abstrak

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah pengguna


media sosial terbesar di dunia. Pengguna Facebook, Twitter, Instagram dan
lain-lain dari Indonesia menempati porsi yang cukup besar dari keseluruhan
pengguna media sosial tersebut. Pengaruh media sosial di era perkembangan
digital tak lepas dari pengaruh para “opinion Leader”. Konsep ‘opinion
leader’ didalam media sosial, adalah mereka yang dapat menyampaikan
pendapat mereka dengan menggunakan saluran media massa.

Sebagai contoh, Lazarsfeld, Berelson, dan Gaudet (1948) mengemukakan


bahwa ‘opinion leader’, yang secara aktif mengumpulkan informasi yang
dikirim dari media massa, memasukkan nilai-nilai dan pandangan mereka
sendiri kedalam informasi tersebut, dan kemudian menyebarkannya ke
konsumen sekitar mereka dalam kehidupan sehari-hari. Opinion leaders di
era digital mempunyai nilai positif antara lain meningkatkan pembangunan,
meningkatkatkan profile atau status dari opinion leaders, menyediakan
media platform komunikasi baru untuk tujuan bersama (Daniel, G.2012).

Media social seperti twitter, instagram, dan facebook telah menjadi sarana
berkomunikasi baru di era new media atau era internet dan hal ini
memungkinkan untuk memunculkan kriteria baru opinion leader didalam
media sosial.

Kata kunci: opinion leader, media massa, social media,era digita


1. Pendahuluan
2. Pembahasan
2.1. Opinion Leader dan Opinion Leadership
2.2. Social Media
2.3. Pengaruh Opinion Leader dalam Penyebaran Informasi
3. Kesimpulan
4. Daftar Pustaka
1. Pendahuluan.

Seiring munculnya dunia digital atau dikenal sebagai ‘new media’ didalam ranah
komunikasi, berbagai tantangan baru juga muncul bagi seseorang bagaimana cara
melakukan komunikasi dengan mengggunakan ‘opinion leader’ ini di era digital. Dunia
digital utamanya media sosial memungkinkan semua orang terhubung secara personal dan
langsung dengan orang lain diseluruh penjuru dunia tanpa adanya batasan lagi. Mereka
terkoneksi satu dengan lainnya secara realtime dan langsung tanpa adanya kendala jarak
dan waktu. Hal ini pun kemudian memungkinkan bahwa opinion leader sekarang secara
terkoneksi langsung dengan followernya tanpa melalui media massa.

Opinion leader seperti yang sudah dijelaskan diatas adalah seseorang yang dapat
mempengaruhi pengikutnya tentang suatu isu tertentu. Pengertian dasarnya adalah ‘the
individuals who were likely to influence other persons in their immediate environment’
(Katz & Lazarsfeld, 1955). Jelas seorang opinion leader adalah orang yang memilki
kekuatan untuk dapat mempengaruhi atau mempersuasi orang disekitarnya. Kriteria
seorang opinion leader sendiri ada 4 yaitu (1) are more exposed to all forms of external
communication, (2) have somewhat higher socioeconomic status, (3) are more innovative,
and (4) are at the middle of interpersonal communication networks (Rogers, 1983 ).

Dari ciri-ciri diatas kita dapat melihat bahwa seorang opinion leader adalah individu
yang menonjol didalam masyarakat, memiliki akses media yang lebih banyak, memilki
status sosial yang lebih tinggi, lebih innovatif dan merupakan penengah didalam
komunikasi interpersonal atau mereka dapat dikatakan memiliki kelebihan dibanding
khalayak umumnya. Kriteria opinion leader diatas dapat dikatakan merupakan kriteria yang
terdapat atau terlihat di media tradisional (TV, radio dan media cetak). Seiring munculnya
internet dan memunculkan new media sebagai sebuah media baru, apakah kriteria seorang
opinion leader juga mengalami perkembangan dibandingkan dengan opinion leader di
media tradisional. Media sosial sebagai media baru yang dapat diakses oleh semua orang
secara free memunculkan konsep baru dalam jaringan komunikasi.
2. Pembahasan
2.1. Opinion Leader dan Opinion Leadership

Istilah opinion leader menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar


tahun 1950-1960-an, sebelumnya literatur komunikasi yang sering digunakan yaitu kata-
kata influentials, influencers atau tastemakers untuk menyebut opinion leader (Wiryanto.
2000). Kemudian kata opinion leader lebih sering dikenal dimasyarakat pedesaan, sebab
pada saat itu tingkat media masih rendah serta pendidikan yang belum maju. Jadi
kebutuhan akan informasi dipedesaan diterima dari mereka yang mempunyai pemahaman
yang tinggi serta kebutuhan akan media yang tidak rendah. Opinion leader mempunyai
peranan yang sangat besar dalam meneruskan informasi walaupun dengan kemungkinan
adanya seleksi atau pembengkokan informasi, maupun dalam menafsirkan informasi yang
mereka terima. Sebab informasi yang disampaikan oleh opinion leader sangat bergantung
pada cara mereka menafsirkan informasi yang mereka dapatkan, dan kemudian akan
berkembang menjadi pengaruh pribadi.

Opinion leadership merupakan kemampuan untuk mempengaruhi secara informal


sikap-sikap atau perilaku nyata dari individu-individu lain melalui cara-cara yang
diinginkan serta dengan frekuensi yang relatif intensif (Wiryanto. 2000). Opinion
leadership adalah bentuk leadership yang sederhana digunakan kadang-kadang tidak
sengaja atau disadari, dan sering tidak dikenal. Bahkan hampir invisible, benar-benar tidak
menyolok dan merupakan bentuk leadership pada tingkat person-person yang biasa, wajar,
intim, tidak formal, dan terdapat dalam kontak sehari-hari.

Jadi, Opinion leaders dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yakni


orang-orang tertentu yang mampu memengaruhi sikap orang lain secara informal dalam
suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung
inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana
perilakunya (baik mendukung atau menentang) diikuti oleh para pengikutnya.

2.2 Social Media


Kemajuan teknologi komunikasi dan globalisasi informasi yang sangat pesat dengan
adanya internet, tidak lagi dapat dibendung. Internet dalam hal ini instagram juga mesti
dilihat dalam konteks yang lebih luas. Internet (instagram) tidak sekedar sebagai medium
berkomunikasi antara penggunanya, tetapi juga tempat di mana komunitas berada,
berinteraksi, bahkan sebagai wujud dari komunitas itu sendiri yang menjadi arsip virtual
(Nasrullah, 2017:25)

Memasuki tahun 2000-an, yakni di era millennium baru, Preston melihat bahwa
sistem komunikasi multimedia yang interaktif bukan hanya menawarkan kemungkinan
melakukan komunikasi tanpa batas, melainkan juga kehadiran dunia maya atau realitas
virtual yang makin meluas dan nyata (Sugihartati,R. 2014). Dunia maya misalnya social
media.

Social Media, sebuah kata yang sangat familiar dan lazim digunakan dalam aspek
kehidupan seseorang yang akrab dengan penggunaan internet. Didalam bahasa Indonesia
seseorang sering mengartikan kata tersebut menjadi sosial media atau hanya merubah kata
‘social’ didalam bahasa Inggris menjadi ‘sosial’ dalam bahasa Indonesia. Peneliti sendiri
lebih senang menterjemahkan kata social media didalam bahasa Inggris kedalam bahasa
Indonesia menjadi media sosial.

Hal ini merujuk kepada penerjemahan mass media yang kemudian berubah menjadi
media massa bukan massa media. Pemaknaan akan istilah baru seperti diatas seharusnya
sudah menjadi hal yang mendesak untuk dilakukan seiring dengan pesatnya perkembangan
dunia teknologi yang terkesan selalu ‘melahirkan’ istilah baru. Secara total penemuan,
aplikasi media sosial jumlahnya sangatlah banyak, hanya saja yang membedakan adalah
tingkat popularitas dari media sosial tersebut.

Istilah lain Opinion leader dalam social media yang digunakan mungkin lebih dapat
diterima seperti Digital Influence atau Buzzer sebagai sebuah istilah baru. Digital Influence
diketahui memiliki kemampuan untuk memperngaruhi orang sekitarnya, dalam hal ini
adalah orang yang merupakan follower mereka. Follower merupakan istilah untuk
menyebut media massa di social media. Pesan yang disampaikan oleh Influencer mampu
mencapai tahapan interest dalam tahapan proses penerimaan pesan didalam diffusion of
inovation process. Sedangkan pemrosesan pesan yang disampaiakan akan diproses melalui
rute peripheral oleh followernya. Follower didalam social media merespon pesan yang
menggunakan bahasa yang mudah dicerna atau bahasa yang biasa mereka gunakan ketikan
berinteraksi didalamnya.

2.3. Pengaruh Opinion Leader dalam Penyebaran Informasi

Opinion leader mempunyai peranan yang sangat besar dalam meneruskan informasi
walaupun dengan kemungkinan adanya seleksi atau pembengkokan informasi, maupun
dalam menafsirkan informasi yang mereka terima. Sebab informasi yang disampaikan oleh
opinion leader sangat bergantung pada cara mereka menafsirkan informasi yang mereka
dapatkan, dan kemudian akan berkembang menjadi pengaruh pribadi.

Roger dan Shoemaker (1987:31) mengatakan bahwa pemuka pendapat punya pengaruh
terhadap proses penyebaran inovasi; mereka bisa mempercepat diterimanya inovasi oleh
anggota masyarakat tetapi bisa pula menghambat tersebarnya sesuatu inovasi ke dalam
sistem masyarakat. Opinion Leader adalah orang yang mempunyai keunggulan daripada
masyarakat kebanyakan. Salah satu keunggulan para opinion leader dibandingkan dengan
masyarakat kebanyakan adalah pada umumnya para pemuka pendapat itu lebih mudah
menyesuaikan diri dengan masyarakatnya, lebih kompeten dan lebih mengetahui tata cara
memelihara norma yang ada di dalam masyarakat. (Nurudin, 2007).

Kontribusi utama tahap penyebaran informasi atau proses penyebaran informasi ini
adalah: (1) Informasi dapat ditransfer tidak hanya oleh media tetapi juga oleh jaringan
komunikasi interpersonal. Dengan kata lain, orang bisa memperoleh informasi melalui dua
saluran atau apapun ; (2) Ada antarmuka antara media dan jaringan komunikasi
interpersonal, dan antarmuka adalah pemimpin opini; (3) Pengaruh pemimpin opini dan
jaringan komunikasi interpersonal pada komunikasi informasi dan keputusan individu jauh
lebih besar daripada medium massa (Zhang & Dong, 2008:21).
3. Kesimpulan

Di era digital istilah lain dari opinion leader bisa disebut sebagai influencer atau public
figur. Hasil penelitian menunjukkan public figur mudah menjadi virtual opinion leader dan
informasinya dapat dipercaya masyarakat. Berbagai perubahan dan kemajuan masyarakat
sangat ditentukan oleh peran opinion leader. Misalnya, pemimpin opini bisa berperan
memotivasi masyarakat agar ikut serta secara aktif dalam pembangunan. Motivasi ini bisa
secara langsung maupun melalui media sosial. Seorang opinion leader harus bisa
memberikan inovasi kepada orang lain. Untuk itulah selayaknya pemerintah memberikan
perhatian khusus pada pemuka pendapat ini. Sebalinya sikap meremehkan peran opinion
leader justru merugikan, sebab program pembangunan akan banyak hambatan
Daftar Pustaka

Daniel, G.2012. “Activating Digital Opinion Leaders”. A guide for Pharmaceutical

communicators and marketers. Creation Health Cure.

Junus,M.,dkk. 2018. :”Sistem Komunikasi Seluler”. Malang : POLINEMA PRESS.

Lee F.,Joseph Chan.2018. “Media And Protest Logics In the Digital Era. Hongkong:

Oxford University Press.

Nasrullah, Rulli. (2017). Etnografi Virtual: Riset Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi

Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Nurudin.2007. “Pengantar Komunikasi Massa”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Rogers, M. Everest (1986). “Communication In Organization”. New York. The Press.

Rusmana Agus. 2018. “The Future Of Organizational Communication In The Industrial

Era 4.0”

Sugihartati,R. 2014. “Perkembangan Masyarakat Informasi dan Teori Sosial

Kontemporer”. Jakarta: Kencana.

Wiryanto. 2000. “Teori Komunikasi Massa”. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai