Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI PERANAN OPINION LEADER DAN MEDIA TRADISIONAL DALAM

SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA

Disusun oleh :

1 . Fadil Muhamad (223516516165)

2. Auliya (223516516159)

3. Hendri Dwi Saputra (223516516161)

4. Aufa Audry Z.A (223516516051)

5. Aflah Tri Wibowo (223516516152)

MATA KULIAH SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA


Dosen Pengampu : Nurhasanah Haspiaini, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Dalam kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian tugas ini, antara lain dosen pengampu, teman-teman, keluarga,
dan orang-orang yang memberikan dukungan dan motivasi.

Tugas ini merupakan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan saya di bidang yang relevan. Dalam tugas ini,
saya membahas mengenai topik yang telah ditentukan dengan menggunakan metode yang
sesuai.

Semoga hasil dari tugas ini dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan juga bagi orang lain yang
membaca atau menggunakan hasil penelitian ini.

Akhir kata, saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dalam tugas ini. Saya juga
berharap agar kritik dan saran yang membangun dapat diberikan untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

Jakarta, 19 April 2023


I

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Metode Penelitian
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Opinion leader
2.1.1 Pengertian Opinion Leader
2.1.2 Definisi opinion leader menurut para ahli
2.1.3 Karakteristik opinion leader
2.1.4 Opinion leader dalam sistem komunikasi
2.1.5 Kredibilitas Opinion leader dalam pemberdayaan masyarakat
2.1.6 Opinion leader dalam kelompok
2.2 Media Tradisional
2.2.1 Konsep media tradisional
2.2.2 Contoh membangun komunikasi kolektif dengan media tradisional
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

II
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengacu pada suatu asumsi bahwa pentingnya komunikasi dalam proses Pembangunan
khususnya pembangunan pedesaan, maka salah satu faktor dalam komunikasi yang ikut
berperan dalam komunikasi yang ikut berperan adalah keterlibatan pemuka pendapat dalam
memberikan arahan kepada masyarakat untuk mendukung pembangunan di pedesaan.
Pemuka pendapat merupakan orang-orang yang dalam mekanisme pembangunan adalah
sebagai sarana penyampaian informasi kepada masyarakat yang efektif. Sekalipun secara
faktual media massa sangat bermanfaat dalam menyampaikan informasi, namun pemikiran
ini dapat dipahami karena, berita melalui media massa tidak selamanya dapat dimengerti oleh
masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan yang tingkat pendidikannya rata-rata rendah,
sementara informasi yang disampaikan melalui media massa sifatnya umum artinya isi pesan
(informasi) relatif dapat diterima sifatnya oleh semua kalangan. Pada kondisi inilah pemuka
pendapat tampil (berperan) mennerjemahkan informasi yang disampaikan melalui media
massa sekaligus memberikan pendapatnya. Pembangunan yang dilaksanakan selama ini,
adalah dalam kerangka peningkatan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Keberhasilan
pembangunan sebagaimana dimaksud, menuntut partisipasi masyarakat baik langsung
maupun tidak langsung. Untuk memacu pembangunan di segala bidang, pemerintah sebagai
pelaksana pembangunan dalam hal melakukan segala daya upaya. Usaha pemerintah ini harus
ditunjang oleh peran serta masyarakat sebagai subjek dan objek dari pembangunan. Pemuka
pendapat sebagaimana yang dimaksud yang peranannya sangat diharapkan. Peran pemuka
pendapat ini sangat penting untuk keberhasilan pembangunan. Dalam menyampaikan pesan
pembangunan Desa semakin disadari peran pemuka pendapat (Opinion leaders) sebagai salah
satu penyebar pesan, khususnya pesan tentang pembangunan Desa. Mengingat kondisi
penduduk setempat yang masih kurang mendapatkan pesan ataupun informasi tentang
pembangunan Desa, sehingga masih banyak penduduk di Desa yang kurang memahami
pentingnya pembangunan Desa.
Reference:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JAP/article/download/19065/18626

1.2 Metode penilitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut

Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan

pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci

teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan). Teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah hasil dari gabungan buku Sistem komuniasi Indonesia dengan

beberapa Jurnal yang di dapatkan dari Google Scholar, dengan gabungan materi tersebut

telah kami pelajari dan saring menjadi kalimat yang kami tulis pada makalah ini.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Opinion Leader

2.1.1 Pengertian opinion leader

2.1.2 Definisi opinion leader menurut para ahli

Rogers (dalam Windham, 2009) mendefenisikan konsep opinion leader sebagai tingkatan

dimana individu mampu untuk mempengaruhi individu yang lainnya melalui sikap atau

perilaku tampak dan dianggap tepat dan dengan frekuensi yang tertentu. Rogers dan Cartono
(dalam Windham, 2009) mengkarakteristikkan seorang opinion leader sebagai orang yang

memberikan contoh sebuah nilai kepada orang-orang yang mengikutinya.

‌Burt (dalam Windham, 2009) mengemukakan bahwa seorang opinion leader adalah dapat

digambarkan sebagai orang-orang, melalui interaksi personal, mampu membuat gagasan-

gagasan atau inovasi dan membagikannya kepada orang-orang yang berkomunikasi

dengannya.

2.1.3 Karakteristik opinion leader

Opinion leader adalah orang yang mempunyai keunggulan dari masyarakat kebanyakan.

Mereka mempunyai karakteristik yang membedakan dirinya dengan yang lain. Beberapa

karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Lebih tinggi pendidikan formalnya dibandingkan dengan anggota masyarakat lain

2. Lebih tinggi status sosial ekonominya (SSE)

3. Lebih inovatif dalam menerima dan mengadopsi ide baru

4. Lebih tinggi pengenalan medianya (media eksposure)

5. Kemampuan empatinya lebih besar

6. Partisipasi sosial lebih besar

7. Lebih kosmopolit (mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas).

selain ketujuh karakteristik tersebut terdapat beberapa syarat seseorang pemimpin menurut

Floyd Ruch sebagai berikut

1. Sosial perception, artinya seseorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam

menghadapi situasi

2. Ability in abstrak thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak

terhadap masalah yang dihadapi


3. Emotional stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah terkena

pengaruh baik dari luar (yang tidak diyakini dan bertolak belakang dengan keyakinan

masyarakat, pen). (Slamet Santoso, 1992)

Menurut Homans (1961). " Seorang yang memiliki status sosial tinggi (pemimpin pendapat)

akan senantiasa memelihara nilai-nilai serta norma kelompoknya sebagai syarat minimal

dalam mempertahankan statusnya"

(Depari, dan Andrew, 1982) pada diri seseorang pemimpin opini bisa jadi hanya melekat

beberapa ciri saja. Namun, karena kemampuannya menjaga kredibilitas (karena wibawa atau

wewenang) ia ditokohkan oleh masyarakatnya.

2.1.4 Opinion leader dalam sistem komunikasi

Dalam proses komunikasi ada yang dinamakan dengan arus komunikasi, yang merupakan

suatu mekanisme, bagaimana mengalirnya suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator

bisa mengenani audiencenya. Secara garis besarnya , model arus informasi dapat kita bagi

menjadi model jarum injeksi, model alir satu tahap, model alir dua tahap maupun model alir

banyak tahap. Dari model jenis di atas maka dapat kita katakan , kedudukan opinion leader

menemukan bentuknya secara khusus pada model alir multi tahap. Karena asumsi yang ada

pada model tersebut menyatakan bahwa pesan media massa tidak langsung mengenai

audiencenya , namun mengenani apa yang kita kenal dengan pihak tertentu yang membawa

pesan diteruskan nantinya pada masyarakat. Pihak tertentu dalam hal ini dikenal dengan

istilah Opinion Leader, dimana tahapan aliran informasi pesan media pada opinion leader

seterusnya kepada masyarakat. Model ini audiencenya sering disebut dengan Followers, tidak

banyak bersentuhan dengan media massa.

Salah satu sayarat yang paling penting dalam komunikasi, adalah pengalihan informasi

senantiasa terjadi antara sumber informasi, dengan penerima informasi yang memiliki
persamaan tertentu. Homofili merupakan suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan, dimana pihak yang berinteraksi memiliki persamaan dalam beberapa hal,

seperti nilai ,kepercayaan, pendidikan dan status sosial. Sedangkan, heterofili digunakan

untuk menggambarkan dimana individu yang berinteraksi sangat berbeda dalam berbagai

hal.

2.1.5 Kredibilitas Opinion leader dalam pemberdayaan masyarakat

Kredibilitas opinion leader dalam penelitian ini adalah sejumlah individu yang memiliki

pengaruh dalam masyarakat. Mereka adalah orang-orang yang dipercaya dan memiliki

keahlian untuk menggerakkan roda kepemimpinan dalam masyarakat, misalnya tokoh

masyarakat atau tokoh agama. Seseorang mendapatkan gelar tokoh agama atau tokoh

masyarakat seringkali bukanlah jabatan formal, akan tetapi merupakan jabatan yang

didapatkan dari opini publik. Opini publik berperan besar dalam kedudukan dan perjalanan

seorang opinion leader. Bisa dikatakan bahwa opinion leader lahir dari opini publik suatu

kelompok. Opini publik akan dipengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap individu yang

bersangkutan. Tidak hanya kepercayaan tetapi juga keahlian yang dimiliki oleh seorang

opinion leader. Keahlian dinilai dari kemampuannya mengaktualisasikan keilmuannya. Jadi

dapat dikatakan bahwa opinion leader ada karena persepsi masyarakat mengatakan seseorang

itu pantas menjadi pemimpin.

2.1.6 Opinion leader dalam kelompok

Kelompok adalah wadah untuk mewujudkan harapan dan keinginan barbagai informasi

dalam hampir semua aspek kehidupan. Melihat betapa pentingnya kelompok bagi individu,

kelompok dikatakan sebagai media pengungkapan persoalan-persoalan baik yang bersifat


pribadi (keluarga sebagai kelompok primer) maupun yang bersifat umum (kebutuhan

pengetahuan semua anggota kelompok). Setiap individu memilih kelompoknya masing-

masing berdasarkan ketertarikannya (interest) masing-masing. Orang yang memisahkan atau

mengisolasi diri dari orang lain adalah orang yang penyendiri, benci kepada orang lain atau

dapat dikatakan sebagai orang antisosial. Semua anggota di dalam kelompok memiliki tujuan

yang sama sehingga mereka bersatu dan membangun sebuah sinergi untuk mewujudkannya.

Di dalam teori kepribadian kelompok, sinergi dikatakan memiliki peran penting dalam

sebuah pencapaian cita-cita Dalam sebuah kelompok terdapat opinion leader (komunikator)

dan anggota (komunikan). Fungsi seorang komunikator dapat dijabarkan dalam 8 (delapan)

aspek menurut Burgoon, Heston dan Mc. Croskey. Kedelapan fungsi tersebut adalah:

A. Fungsi Inisiasi

Dalam fungsi ini, seorang pemimpin harus dapat mengambil inisiatif (prakarsa) untuk

gagasan atau ide baru. Selain itu juga dapat memberikan pemahaman terhadap gagasan yang

kurang layak. Seorang opinion leader mempunyai tanggung jawab atas masyarakat, oleh

karena itu mereka harus berani mengambil keputusan untuk mengambil atau menolak

gagasan baik yang berasal dari dirinya sendiri mapun orang lain.

B. Fungsi Keanggotaan

Seseorang layak memberi sumbangsih terhadap sebuah kelompok jika ia benar-benar

merupakan anggota kelompok tersebut. Oleh karena itu seorang opinion leader harus dapat

melebur ke dalam kelompok agar dapat diterima oleh anggota yang lain.

C. Fungs Perwakilan

Sebuah kelompok seringkali mendapat ancaman dari luar. Di sinilah fungsi seorang opinion

leader untuk dapat menyelesaikan masalah agar anggota kelompok menjadi tenang kembali

dan melanjutkan aktivitasnya seperti sedia kala. Opinion leader bertugas sebagai penengah

jika anggota kelompoknya bermasalah dengan kelompok yang lain.


D. Fungsi Organisasi

Tanggung jawab terhadap hal-hal yang bersangkut paut dengan persoalan organisasional,

kelancaran roda organisasi dalam masyarakat dan deskripsi pembagian tugas ada di tangan

seorang opinion leader, sehingga ia perlu memiliki keahlian dalam bidang mengelola

organisasi dan kelompok.

E. Fungsi Integrasi

Dalam fungsi ini seorang opinion leader perlu memiliki kemampuan untuk memecahkan

ataupun mengelola dengan baik konflik yang ada dan muncul di kelompoknya. Dengan

kemampuan ini diharapkan seorang opinion leader dapat menciptakan suasana yang kondusif.

F. Fungsi Managemen Informasi Internal

Seorang opinion leader harus dapat menjadi penghubung atau sarana berlangsungnya

komunikasi di dalam kelompok. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan serta pengevaluasian

sebuah kegiatan harus dibicarakan dengan keterbukaan.

G. Fungsi Penyaring Informasi

Untuk kemajuan dan perkembangan sebuah kelompok, diperlukan banyak informasi serta

wawasan baru dari luar. Namun tidak semua informasi dapat diterima dan diadopsi oleh suatu

kelompok. Di sinilah seorang opinion leader bertindak sebagai penyaring informasi baik yang

masuk ataupun yang keluar. Hal ini bertujuan untuk mengurangi konflik yang dapat timbul di

dalam kelompok.

H. Fungsi Imbalan

Opinion leader melakukan fungsi evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak terhadap

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh para anggotanya. Hal ini dilakukan melalui

imbalan-imbalan materi seperti pemberian hadiah atau pujian ataupun sebuah penghargaan.

2.2 Media Tradisional


media yang memberikan alternatif sebagai sarana untuk rakyat mengemukakan

kepentinngannya. Media masyarakat ini dapat pula menjadi jembatan untuk menghubungkan

kesenjangan antara pusat dan masyarakat pinggiran. Media rakyat ini juga berfungsi sebagai

penyeimbang pemihakan kepada perkotaan yang tercermin dalam isi media.

Media rakyat ini memegang prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat pedesaan. Artinya media

tersebut menjadikan kebutuhan informasri masyarakat sebagai hal yang utama. Media rakyat

ini juga menjadi hal yang sangat berperan bagi masyarakat desa karena media rakyat ini

mampu berakar kuat di masyarakat, lewat media rakyat inilah salah satu faktor

berkembangnya suatu pedesaan.

Media tradisional tentu saja hasil dari menggali cerita-cerita rakyat kegiatan ini sering disebut

folklorada banyak bentuk folkloryaitu mite , legenda, dongeng yang merupakan ceritaprosa

rakyat. Selain itu ada juga ungkapan rakyat berupa peribahasa, pepatah. Kemudian hadirlah

puisi rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat, gerak isyarat, alat pengingat, alat bunyi-bunyian

dan masih banyak lagi yang sampai sekarang masih digunakan masyarakat kita.

ditinjau dari aktualisasinya banyak sekali praktek-praktek seni yang mengantarkan pada

tujuan komunikasi kolektif diantaranya wayang purwa, wayang golek, ludruk, ketoprak seni-

seni ini memakai peralatan atau media tradisional, kendati sudah masuk pada era digital seni

tradisional ini tidak sepenuhnya ditinggalkan masyarakat terutama masyarakat pedesaan, di

masyarakat pedesaan seni tradisional ini masih memegang fungsi media komunikasi kolektif

prakteknya masih menggunakan peralatan tradisional. Sementara di perkotaan dengan

mayoritas masyarakat modern seni tradisional ini telah bertransformasi mengikuti

perkembangan jaman seni tradisional menyesuaikan dengan media massa modern. Artinya

seni tradisional tidak lagi dimunculkan dengan bentuk yang apa adanya, melainkan telah

memanfaatkan media televisi, radio, dan media interaktif atau internet.


2.2.1 Konsep Media Tradisional

Media tradisional tumbuh dan berkembang menjadi media masyarakat, ciri dari media

masyarakat adalah komunikasi dengan melibatkan pertemuan fisik, atau komunikasi

antarpersonal. Hal ini dikarenakan masyarakat belum sepenuhnya perecaya menggunakan

media digital dan media massa.

Menurut Berrigan (dalam Nurudin,2007: 102-103 ) media masyarakat adalah sebagai

berikut :

1. Media masyarakat adalah media yang bertumpu pada landasan yang lebih luas dari

kebutuhan semua khalayaknya.

2. Media masyarakat adalah adaptasi media untuk digunakan oleh masyarakat yang

bersangkutan, apapun tujuan yang ditetapkan masyarakat.

3. Media masyarakat adalah media yang memberi kesempatan kepada warga masyarakat

untuk memperoleh informasi, pendidikan, bila mereka menginginkan kesempatan itu.

4. Media ini adalah media yang menampung partisipasi masyarakat sebagai perencanaan,

produksi, dan pelaksana.

5. Media masyarakat adalah sasaran bagi masyarakat untuk mengemukakan sesuatu, bukan

untuk menyatakan sesuatu kepada masyarakat.

2.2.2 Contoh membangun komunikasi kolektif dengan media tradisional

Ada pula media tradisional di Dusun Jegles Kelurahan Blabak Kota Kediri. Di Dusun Jegles

Kelurahan Blabak menggunakan musyawarah sebagai media komunikasisangat mereka jaga

dan rutin dilakukan. Mereka menganggap musyawarah masih sangat efektif hingga saat ini.

Biasanya musyawarah diadakan para pengurus RT untuk membicarakan kegiatan apa yang
harus dilakukan dan sebagai evaluasi kegiatan. Hampir diseluruh wilayah di Indonesia masih

menjadikan media komunikasi kolektif kendati sudah berada di era digital. Selain musyarah

di Kediri juga memilik media tradisional yang mampu menghadirkan khalayak yang banyak,

yaitu festival brantas. Fesival ini selalu dilakukan setahun sekali untuk memperingati hari

ulang tahun Kota Kediri, festifal ini selalu dipadati oleh ribuan masyarakat kendati mereka

hanya menjadi penonton. Pada festival ini ada acara tabur benih, yang menaburkanbenih-

benih ikan ke sungai berantas. Tentu tujuannya adalah memberikan pelajaran pada generasi

muda bagaimana cara hidup yang ramah lingkungan, tak hanya mengambil hasil sungai tetapi

juga menjaga ekosistem sungai. Dalam kegiatan tabur benih masyarakat berpartisipasi untuk

membersihkan pinggiran sungai dan masyarakat pun antusias dalam kegiatan membersihkan

sungai. Tak hanya itu dalam festival juga ada acara larung sesaji, merupakan gunungan hasil

alam yang ditumpuk oleh panitia acara, tumpukan tersebut berisi umbi-umbian, padi, buah,

sayuran. Yang ditumpuk menyerupai gunung-gunung kecil menjadi tiga bagian. Ada pula

acara yang disebut jaranan, acara ini juga dikenal masyarakat sebagai hiburan yang

beradegan debus.

BAB III

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai