Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SOSIAL LEARNING THEORY

OLEH KELOMPOK 2:
1. ABDUL FATTAH
2. EGA AHMAD RAMADHAN
3. ERVINA LIA NASUTION
4. INNE GUSTI FADILA
5. LUTFIATI ZAHRA
6. HESTI MAHAYU JAYANTI
7. NABILA SALSABILA
8. ALVIRA TRIA RAMADHANI
9. DINDA KARLINA
10. SHINTYA NADA
11. NURUL FADILANINGRUM
12. RIFQI ROOFIF WAHYUDI
13. M. ALANG WIJAYA
14. ZEGGI GETA ABADI
15. M. EFMI PHARIZI
16. ALDI PRAYOGA
17. BUYUNG LEDO PURNAMA

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHETAN BENGKULU

PRODI D4 PROMOSI KESEHATAN

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh mata
kuliah Penerapan Strategi Perubahan Perilaku.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis selama pelaksanaan hingga
penulisan makalah ini dapat selesai. Penulis harap, dengan membaca makalah
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah
wawasan kita mengenai Penerapan strategi promkes, khususnya bagi penulis.
Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu , 29 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………….2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………...3
2.1 Teori Pembelajaran Sosial……………………………….………………3
2.2 Prosedur-prosedur Social Learning………………….…………………..7
2.3 Unsur-unsur Pembelajaran Social Learning……………………………..8
2.4 Alokasi Gambaran Bagan……………………………………………...11
2.5 Eksperimen Dalam Teori Albert Bandura……………………………..15
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura……………………..16
2.7 Contoh Aplikasi Teori Albert Bandura………………………………...17
BAB III PENUTUP………………………………………….………………….19
3.1 Kesimpulan……………………………………...……………………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….......20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan anak dilandasi oleh beberapa teori perkembangan dari
para tokoh pencetus serta pelopor dalam dunia pendidikan. Teori-teori tersebut
bermunculan seiring dengan perkembangan dan permasalahan yang dialami
anak. Satu per satu teori perkembangan diperkenalkan kepada dunia, dengan
tujuan dapat membantu menyelesaikan problematika proses perkembangan
anak. Selain itu, teori-teori tersebut juga merupakan sederet inovasi yang
difungsikan sebagai katrol pengangkat kualitas anak.
Albert Bandura, satu dari sekian tokoh pencetus teori perkembangan, yakni
teori pembelajaran sosial (social learning theory). Menurut Bandura , orang
belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh model).
Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media, serta dari
orang lain dan lingkungannnya. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor
person (kognitif) memainkan peranan penting.
Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-
efficasy atau efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi
diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri
sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi
memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan
menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu
tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi diri
yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak
merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan
dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat menghadapi masalah
dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.

1
Permasalahan sosial anak, bahkan seluruh kalangan mungkin dapat
diatasi dengan menerapkan teori Bandura ini. Oleh karena itu, makalah ini
menjelaskan dengan lebih terperinci tentang teori pembelajaran sosial ini.
Teori ini juga dapat dijadikan salah satu pedoman untuk meningkatkan
kualitas perkembangan anak, khususnya para pendidik.
B. Tujuan
1. Mengetahui tokoh pencetus teori pembelajaran sosial
2. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan teori pembelajaran sosial
3. Mengetahui permodelan Albert Bandura
4. Mengetahui prinsip-prinsip belajar melalui permodelan
5. Menggali lebih dalam tentang Teori Sosial Learning
C. Rumusan Masalah
1. Siapakah tokoh teori pembelajaran sosial ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran sosial ?
3. Bagaimana teori permodelan Albert Bandura ?
4. Bagaimaa prinsip-prinsip belajar melalui permodelan ?
D. Manfaat
1. Membantu menyelesaikan problematika proses perkembangan anak
2. Mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri
untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif
3. Memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya
4. Cepat menghadapi maslah dan mampu bangkit dari kegagalan yang dialami
5. Pedoman untuk meningkatkan kualitas perkembangan anak

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Sosial


Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan
sebuah perluasan dari teori perilaku yang tradisional. Pada awalnya teori
pembelajaran sosial ini, dinamakan sebagai “teori sosial kognitif” oleh Albert
Bandura . Kemudian dikembangkan lagi menjadi “teori pembelajaran sosial”.
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar
berperilaku. Tetapi lebih memberikan penekanan pada efek-efek dan isyarat-
isyarat pada perilaku serta proses-proses mental internal.
Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial,
kognitif, dan tingkah laku, mempunyai peranan penting dalam pembelajaran.
Faktor kognitif akan mempengaruhi wawasan peserta didik tentang
pemahaman dan pola pikir akan segala fenomena yang ada di alam semesta,
sementara faktor sosial termasuk perhatian dan kepedulian peserta didik
terhadap tingkah laku orang tua, keluarga, serta lingkungannnya akan
mempengaruhi tindakan dan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam
pandangan sosial manusia tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam
dan juga tidak dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan dari luar.
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk
yang aktif, yang berupaya membuat pilihan, menentukan keputusan, dan
menggunakan proses-proses perkembangan yang ada untuk menyimpulkan
kejadian serta komunikasi yang baik dengan orang lain. Perilaku manusia,
khusunya peserta didik tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan sejarah
perkembangan seseorang. Dalam hal ini, manusia cenderung bersifat selektif
dan bukan entity yang pasif serta mudah dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan.

3
Teori Bandura menjelaskan perilaku individu dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh
dalam teori perkembangan belajar ini. Contohnya, seorang peserta didik yang
hidupnya di lingkungan keras yang masyarakatnya cenderung tidak taat pada
agama dan selalu meminum minuman keras, maka dia cenderung juga akan
bertingkah laku yang sama, yakni tidak taat pada agama dan meminum
minuman keras. Namun tak menutup kemungkinan bila seorang peserta didik
tersebut akan menganggap bahwa tidak taat pada agama dan meminum
minuman keras itu tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya. Bandura
(1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B=behavior), lingkungan
(E=Environment), dan kejadian-kejadian internal pada peserta didik yang
mempengaruhi presepsi dan aksi (P=Perception) merupakan hubungan yang
saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). Menurut Albert Bandura,
tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh
mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda
mempengaruhi konsepsi dari individu.
Teori belajar sosial memiliki konsep yang menekankan pada
komponen kognitif dan pikiran serta pemahaman dan evaluasi. Menurut
Bandura, seseorang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan
(mencontoh madel). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di
media, dari orang lain dan lingkungannya.

4
Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar
banyak tentang perilaku melalui peniruan / modeling, bahkan tanpa adanya
penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar semacam
ini disebut “observational learning” atau pembelajarn melalui pengamatan.
Bandura juga megemukakan bahwa teori pembelajaran sosial membahas
tentang bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat
(reinforcement) dan observational learning, cara pandang dan cara pikir yang
kita miliki terhadap informasi, begitu pula sebaliknya, bagaimana perilaku kita
mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan
observational opportunity.
Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai
proses pembelajaran, yang mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang
mempelajari perilaku dengan mengamati dengan cara sistematis imbalan dan
hukuman yang diberikan kepada orang lain. Dalam observational learning
terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling.
Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain:
a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian terhadap
model dengan cermat.
b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang
ditampilkan oleh model yang diamati, maka seseorang perlu memiliki
ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan perhatian
untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali perilaku yang
telah ditampilkan oleh modelnya, maka berikutnya adalah mencoba
menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh model.
d. Motivational, pada tahapan ini seseorang harus memiliki motivasi untuk
belajar dari model.

5
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan
yang dihadapkan pada individu tidak terjadi secara kebetulan. Lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya sendiri. Menurut Albert Bandura, sebagaimana yang dikutip oleh
(Kardi, S., 1997:14), bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari
teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan pemodelan ini
merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning),
yaitu:
1. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondidsi yang
dialami orang lain atau vicarious conditioning. Misalnya seorang siswa
melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatannya,
maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama
yaitu ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari
penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious
reinforcement.
2. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model meskipun
model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada saat
pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan
sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan
mendapat pujian dan penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang
dipelajari itu. Model tidak harus visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M.
1998:4).

6
B. Prosedur-prosedur Social Learning
Pendekatan teori belajar sosial terhadap proses perkembangan
sosial dan moral ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan
merespons) dan imitation (peniruan), dimana keduanya merupakan prosedur-
prosedur social learning. Berikut ini penjelasan mengenai prosedur-prosedur
social learning.
1. Conditioning
Prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku sosial dan moral pada
dasarnya sama dengan prosedur belajar dalam mengembangkan perilaku-
perilaku lainnya, yakni dengan reward (hadiah) dan punishment (hukuman).
Dasar pemikirannya yaitu sekali seseorang mempelajari perbedaan antara
perilaku-perilaku yang menghasilkan ganjaran (reward) dengan perilaku-
perilaku yang menagkibatkan hukuman (punishment), sehingga dia bisa
memutuskan sendiri perilaku mana yang akan dia perbuat.
2. Immitation
Dalam hal ini, orang tua dan guru diharapkan memainkan peran penting
sebagai seorang model / tokoh yang dijadikan contoh berperilaku sosial dan
moral. Berkaitan dengan pengajaran di kelas, guru hendaknya menempatkan
dirinya sebagai tokoh perilaku bagi peserta didik. Proses kognitif peserta didik
hendaknya mendapat perhatian dan dukungan dari guru maupun lingkungan
sekitarnya. Perhatian yang dimaksud adalah perhatian terhadap perbedaan
individual, kesediaan, motivasi, dan proses kognitif masing-masing peserta
didik. Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan ialah kecakapan peserta
didik dalam pembelajaran untuk belajar, termasuk dalam penyelesaian
masalah dalam pembelajaran.

7
Kualitas kemampuan peserta didik dalam melakukan perilaku sosial hasil
pengamatan terhadap model tersebut, antara lain bergantung pada ketajaman
persepsinya mengenai ganjaran dan hukuman yang berkaitan dengan benar
dan salahnya perilaku yang ia tiru dari model tadi. Selain itu, tingkat kualitas
imitasi tersebut juga bergantung pada persepsi peserta didik tentang “siapa”
yang menjadi model. Maksudnya, semakin piawai dan berwibawa seorang
model, semakin tinggi pula kualitas imitasi perilaku sosial dan moral peserta
didik tersebut. Jadi dalam Social Learning, anak belajar karena contoh
lingkungan. Interaksi antara anak dengan lingkungan akan menimbulkan
pengalaman baru bagi anak tersebut.

C. Unsur-unsur Pembelajaran Social Learning


Proses pembelajarn social learning menurut teori Bandura, terjadi dalam tiga
komponen, yaitu:
1. Perilaku Model
Individu melakukan pelajaran dengan proses mengnal perilaku model
(perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan dan memutuskan
untuk meniru sehingga menjadi perilakunya sendiri. Perilaku model adalah
berbagai perilaku yang dikenal di lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan
keadaan dirinya (minat, pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya), maka
perilaku itu akan ditiru.
2. Pengaruh Perilaku Model
Untuk memahami penagruh perilaku model, maka perlu diketahui fungsi
model itu sendiri, yaitu:
a) Untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu.
b) Memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada.
c) Memindahkan pola-pola perilaku yang baru.

8
3. Proses Internal Pelajar
Model-model yang ada di lingkungan senantiasa memberikan rangsangan
kepada individu yang membuat individu memberikan tindak balas apabila
terjadi hubung kait antara rangsangan dengan dirinya. Macam-macam model
boleh berasal dari ibu, bapak, orang tua, orang dewasa, guru, pemimpin,
teman sebaya, anggota keluarga, anggota masyarakat, tokoh-tokoh yang
berprestis seperti penyanyi, pahlawan, bintang film, dan sebagainya.
Dalam kaitan dengan pembelajaran, ada tiga macam model, yaitu:
1. Live Model: model yang berasal dari kehidupan nyata, misalnya perilaku
orang tua di rumah, perilaku guru, teman sebaya, atau perilaku yang dilihat
sehari-hari di lingkungan.
2. Simbolic Model: model yang berasal dari suatu perumpmaan, misalnya dari
cerita buku, radio, TV, film atau dari berbagai peristiwa lainnya.
3. Verbal Description Model: model yang dinyatakan dalam suatu uraian
verbal (kata-kata), misalnya petunjuk atau arahan untuk melakukan sesuatu
seperti resep yang memberikan arahan bagaimana membuat suatu masakan.
Proses peniruan model ini akan dipengaruhi oleh factor model itu sendiri dan
kualitas individu. Model-model yang akan ditiru ditentukan oleh tiga factor:
1. Ciri-Ciri model
Yaitu model yang memiliki ciri-ciri yang bersesuaian dengan individu akan
lebih mungkin ditiru disbanding dengan model yang kurang bersesuaian.
2. Nilai Prestise daripada Model
Ialah model yang memberikan prestise. Misalnya para penyanyi. Bintang
film, pemimpin, orang terkenal, pahlawan, pakar, para juara, adalah contoh
tokoh yang memiliki pretise tinggi, sehingga akan lebih mungkin dijadikan
sebagai model untuk ditiru.

9
3. Peringkat Ganjaran Intrinsik
Artinya kualitas rasa kepuasan yang diperoleh dengan meniru suatu model.
Dalam kaitan dengan pengajaran di dalam kelas, guru hendaknya merupakan
tokoh perilaku bagi siswa-siswanya. Proses kognitif siswa hendaknya
mendapat perhatian dari guru, kemudian lingkungan hendaknya memberikan
dukungan bagi proses pembelajaran, dan guru membantu siswa dalam
mengembangkan perilaku pembelajaran. Guru hendaknya memperhatikan
karakteristik siswa, terutama yang berkenaan dengan perbedaan individual,
kesediaan, motivasi, dan proses kognitifnya. Hal lain yang harus diperhatikan
ialah kecakapan siswa dalam pembelajaran untuk belajar, dan penyelesaian
masalah dalam pengajaran. Proses pembelajaran hendaknya tidak terpisah dari
lingkungan social, artinya apa yang dilakukan dalam pembelajaran dan
pengajaran hendaknya memiliki keterkaitan dan padanan dengan kehidupan
social yang nyata.

Dalam mengembangkan proses pengajaran yang efektif, teori ini menyarankan


strategi sebagai berikut:

1. Mengidentifikasikan model-model perilaku yang akan digunakan dalam


kelas
2. Mengembangkan perilaku yang memberikan nilai-nilai secara fungsional,
dan memilih perilaku-perilaku model
3. Mengembangkan urutan atau peringkat proses pengajaran
4. Menerapkan aktifitas pengajaran dan membimbing aktifitas pembelajaran
siswa dalam membentuk proses kognitif dan motorik.

10
D. Alokasi Gambaran Bagan

Tingkah laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang


juga mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran sosial, yaitu
lingkungan (environment), individu (personal/cognitive), dan perilaku
(behavior).

a) PERSON
Karakteristik seseorang dan faktor-faktor kognitif (ingatan, perencanaan,
penilaian).
Dalam perannya sebagai individu, manusia berperan sebagai subjek atau
pelaku dalam proses pembelajaran sosial. Setiap individu itu unik karena
berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka antara satu dengan yang
lain. Dalam proses pembelajaran sosial faktor-faktor personal yang berasal
dari diri individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting, faktor
tersebut adalah:

11
1) Pengetahuan
Pengetahuan antara satu individu dengan individu lain berbeda, baik
pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari pengalaman, maupun
pengetahuan yang bersifat edukatif atau didapatkan melalui pendidikan
formal.
2) Sikap
Sikap seseorang dalam memandang suatu hal atau permasalahan yang ada
untuk masing-masing individu juga berbeda. Ada yang menyikapi suatu
permasalahan secara serius, ada pula yang menyikapinya secara santai.
3) Pengharapan
Setiap individu senantiasa memiliki harapan maupun sesuatu yang mereka
cita-citakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang membuat pandangan
mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai pengharapan atau
ekspetasi mereka.
b) ENVIRONMENT
Lingkungan : segala bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif yang berada
di bumi baik biotik maupun abiotik. Dalam proses pembelajaran sosial,
lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial budaya atau lingkungan antar
manusia dimana terdapat:
1) pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya
2) berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang)
3) ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan sosial
(termasuk perilaku manusia di dalamnya)
4) dipengaruhi oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya
Lingkungan ini berubah mengikuti mengikuti keberadaan manusia di muka
bumi. Artinya, lingkungan sosial budaya mengalami perubahan sejalan dengan
peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia terhadap lingkungannya,
dan begitu pula sebaliknya.

12
Faktor yang berasal dari lingkungan yang dapat menjadi proses pembelajaran
sosial antara lain:
1) norma-norma sosial yang berlaku
2) akses masyarakat (pola interaksi)
3) pengaruh satu sama lain (kemampuan untuk mengubah lingkungan
sendiri)
c) BEHAVIOR
Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat mengubah hubungan individu dan
lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior yang mempengaruhi proses
pembelajaran sosial yaitu:
● Keterampilan/kemampuan (skills)
● Latihan
● Efektivitas diri
Ketiga variable tidak harus memiliki kekuatan atau memberikan kontribusi
yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh adalah aspek kognitif.

Penjelasan Teori
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang
tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu tersebut
dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses pembelajaran
sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran individu terhadap
suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman dan evaluasi
mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu berinteraksi dengan
lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-faktor yang terdapat
dalam diri individu dengan faktor-faktor dalam lingkungan tersebut.

13
Social Learning Theory (Teori Pembelajaran sosial) menjadi
bidang penelitian komunikasi massa untuk memahami efek terpaan media
massa. Social Learning ini mengkaji proses belajar melalui media massa
sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Teori ini belajar
tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan
tanggapan dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam
belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme
(orang yang bersangkutan) mendapat penghargaan. Albert Bandura
menyatakan bahwa Social Learning Theory menganggap media massa sebagai
agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru dan sahabat.
Dalam belajar, secara sosial langkah pertama adalah attention atau
perhatian terhadap suatu peristiwa. Perhatian terhadap suatu peristiwa
ditentukan oleh karakteristik peristiwa itu (rangsangan yang dimodelkan) dan
karakteristik si pengamat. Peristiwa yang jelas dan sederhana akan mudah
menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan. Mengenai ciri-ciri
pengamat yang menentukan perhatian adalah antara lain kemampuan
seseorang dalam proses informasi, umur, intelegensi, daya persepsi dan taraf
emosional. Orang yang emosional akan lebih atentifterhadap suatu rangsangan
tertentu. Langkah kedua adalah retention process (proses retensi) yaitu
peristiwa yang menarik perhatian tadi di masukkan ke dalam benak dalam
bentuk lambang secara verbal atau imaginal sehingga menjadi ingatan.
Langkah ketiga motor reproduction yaitu hasil ingatan tadi akan meningkat
menjadi bentuk perilaku. Langkah terakhir motivasional proses menunjukkan
bahwa perilaku akan berwujud apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan
dapat berbentuk ganjaran eksternal pengamatan yang menunjukkan bahwa
bagi orang lain ganjaran disebabkan perilaku yang sama serta ganjaran
internal misalnya rasa puas diri.

14
E. Eskperimen dalam Teori Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang
dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau
menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang
disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan
dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Eksperimen Pemodelan Bandura :
1. Kelompok A
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk,
menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa dan justru lebih agresif
2. Kelompok B
Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung
besar Bobo
Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan :
Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah
hasil dari penguatan.
Hasil Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa.
Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

15
F. Kelebihan dan Kelemahan Teori Albert Bandura
1. Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika
diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert
Bandura adalah mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan
tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu
yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang
negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
2. Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar
sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang
dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning
( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan
belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.

16
G. Contoh Aplikasi Teori Albert Bandura
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan tratmen, yakni :
a. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling):
mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak
bisa dilakukan (misalnya karena takut). Tritmen konseling dimulai dengan
membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor
meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap.
Misalnya, ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien
dapat membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta
membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular
dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya
menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada
paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi penguatan.
Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik
ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang
nyata.
b. Modeling terbuka (modeling partisipan):
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam
kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang
dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c. Modeling Simbolik;
Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious
(melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk mencoba/meniru
tingkahlaku modelnya.

17
Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari:
“Perilaku merokok”
Misalnya apabila seorang anak yang di dalam lingkungan rumahnya ayah dan
ibunya merokok, maka anak tersebut memandang perilaku merokok sebagai
hal yang biasa. Hal ini dikarenakan frekuensi anak terbsebut melihat perilaku
dari kedua orang tuanya sudah terlalu sering. Sehingga dengan pengetahuan
mengenai kesehatan yang belum dia miliki, dia tidak akan memandang
kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang salah.
Nantinya, apabila anak ini beranjak dewasa, dan teman-teman sebayanya
banyak yang merokok maka dia akan ikut-ikut merokok. Hal ini dikarenakan
banyak teman-temannya memandang merokok sebagai suatu hal yang jantan,
merokok itu menunjukkan tingkat pergaulan, atau kalau anak muda tidak
merokok itu tidak keren. Hal-hal yang berasal dri lingkungan seperti ini
merupakan hal yang paling besar pengaruhnya dalam mengubah mainset atau
pemikiran si anak mengenai kebiasaan merokok. Terdapat dua kemungkinan
dari pengaruh lingkungan ini, si anak akan menolak atau mengikuti kebiasaan
teman-temannya untuk merokok.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan
sebuah perluasan dari teori perilaku yang tradisional. Pada awalnya teori
pembelajaran sosial ini, dinamakan sebagai “teori sosial kognitif” oleh Albert
Bandura. Kemudian dikembangkan lagi menjadi “teori pembelajaran sosial”.
Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar
berperilaku. Tetapi lebih memberikan penekanan pada efek-efek dan isyarat-
isyarat pada perilaku serta proses-proses mental internal. Inti dari teori
pembelajaran sosial (social learning theory) adalah pemodelan (modeling) dan
peniruan (immitation).
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk
yang aktif, yang berupaya membuat pilihan, menentukan keputusan, dan
menggunakan proses-proses perkembangan yang ada untuk menyimpulkan
kejadian serta komunikasi yang baik dengan orang lain.
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang tercipta
dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu tersebut dengan
kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses pembelajaran sosial ini
menekankan pada komponen kognitif dari fikiran individu terhadap suatu hal
yang akhirnya menghasilkan sebuah pemahaman dan evaluasi mengenai hal
tersebut. Ketika suatu individu berinteraksi dengan lingkungannya terjadi
interaksi pula terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu dengan
faktor-faktor dalam lingkungan tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Santrock,John. Psikologi Pendidikan. 2009. penerbit: Salemba Humanika.


Jakarta.
 Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. 2003. penerbit:Gafindo. Jakarta
 Surya. Psikologi Pembelajaran dan pengajaran. 2003. penerbit : Pustaka
bani
 Latief, Mutmainnah. 2012. Teori Belajar Sosial.

http://mutmainnahlatief.wordpress.com/2012/01/17/teori-belajar-sosial/ diakses
pada tanggal 18/10/2012

 Bagus, Sihnu. 2002. Definisi Teori Belajar Sosial.

http://all-about-theory.blogspot.com/2010/03/definisi-teori-belajar-sosial.html
diakses pada tanggal 18/10/2012

 Sandra, Luciana. 2010. Teori Belajar Sosial.

http://www.scribd.com/doc/45186694/TEORI-BELAJAR-SOSIAL diakses pada


tanggal 18/10/2012

http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html
http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/
http://mutmainnahlatief.wordpress.com/2012/01/17/teori-belajar-sosial/

Anda mungkin juga menyukai