Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II

“Observational Learning Modelling”

Dosen Pengampu :

Muhammad Arsyad, M, Psi, Psikolog

Dr. Ririanti Rachmayanie J. S. Psi, M. Pd

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Adzalia Nadya Putri 2010123310014

Fauzi 2010123210002

Nor Lailaturrasyidah 2010123320006

Salsabila Fitriyani Refansyah 2010123120010

KEMENDIKBUD RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

S-1 BIMBINGAN DAN KONSELING

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini disusun berdasarkan
pengetahuan yang penulis dapatkan dari beberapa sumber. Makalah tentang
“Observational Learning Modelling ” ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas
kuliah dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan
tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Dengan ini
penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar dapat menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis pun ingin berterima kasih kepada Dosen
Pengampu, yakni bapak Muhammad Arsyad, M.Psi, Psikolog dan ibu Dr. Ririanti
Rachmayanie J. S. Psi, M. Pd yang sudah memberikan kesempatan kepada kami
untuk menyusun makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua. Dan apabila ada
kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan, kami selaku penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Banjarmasin, 27 Agustus 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
D. Manfaat pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui teori ...... 2
BAB II ........................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ......................................................................................... 3
A. Teori perilaku kognitif social Bandura .............................................. 3
B. Teori perkembangan social kognitif Lev Vygotsky .......................... 4
C. Observasional learning ..................................................................... 6
D. Fungsi observasioanal learning ......................................................... 6
E. Proses observasional learning ........................................................... 7
BAB III..................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori kognitif social oleh Bandura yang dikembangkan berdasarkan
proporsi bahwa baik proses social maupun proses kognitif adalah
sentral dari bagi pemahaman motivasi, emosi, dan tindakan manusia
Menurut Bandura observasional learning merupakan proses kognitif
yang melibatkan sejumlah atribut seperti bahasa,moralitas pemikiran
dan pengaturan diri pada prilaku sesorang, artinya individu tidak
hanya sekedar mengkopi atau meniru secara otomats ( mekanis)
setelah menggunakan pertimbangan pengalaman sebelumnya
Observasional learning bersifat kognitif bukanlah reinforcement,
ada
artinya belajar tidak bergantung pada tidaknya reinforcemen,
bahkan reinforcemen masish di pertimbangakan “ kontigensisnya”
terhadap belajar dan prilaku yang akan dilakukan .selain itu Bandura
juga mengatakan bahwa informasi yang didapatkan melalui learning
hanya akan digunakan jika ada alasan untuk mnggunakannya (ada
perbedaan antara learning dan performance) Lev Vygotsky
mengajukan teoribahwa perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis,artinya
pengetahuan dan perkembangan kognitiv individu berasal dari
sumber-sumber sosila di luar dirinya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori prilaku kognitif social Bandura ?
2. Bagimana teori perkembangan kognitif social Lev Vygotsky ?
3. Apakah itu observasional learning ?
4. Apa fungsi dari observasional learning ?
5. Bagaimana proses observasional learning ?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori prilaku kognitif social Bandura
2. Mengetahui teori perkembangan kognitif social Lev Vygotsky
3. Mengetahui pengertian observasioanl learning
4. Mengetahui fungsi dari observasional learning
5. Mengetahui bangaimana proses observasioanal learning
D. Manfaat pembuatan makalah ini agar pembaca mengetahui teori
prilaku kognitif social Bandura , teori perkembangan kognitif social
Lev Vygotsky, pengertian observasional learning , fungsi
observasioanal learning dan proses observasioanal learning

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori perilaku kognitif social Bandura


Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) merupakan
penamaan baru dari Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Albert Bandura lahir di
kanada pada tahun 1925. Ia memperoleh gelar doktornya dalam
bidang psikologi klinis dari University of lowa di mana arah
pemikirannya di pengaruhi oleh tulisan Miller dan Dollard (1941)
yang berjudul Social Learning And Imitation. Penamaan baru
dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an
dan 1980-an. Ide pokok dari pemikiran Bandura juga merupakan
pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru
(imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah
mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif
dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar
sosial.
Teori kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan
bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi dalam sebuah
lingkungan sosial. Dengan mengamati orang lain, manusia
memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, keterampilan-keterampilan,
strategistrategi, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap. Individu-
individu juga melihat modelmodel atau contoh-contoh untuk
mempelajari kegunaan dan kesesuaian prilaku-prilaku akibat dari
prilaku yang di modelkan, kemudian mereka bertindak sesuai
dengan keyakinan tentang kemampuan mereka dan hasil yang
diharapkan dari tindakan mereka.

3
Bandura mengembangkan teorinya untuk membahas cara-cara
orang memiliki kendali atas peristiwa dalam hidup mereka melalui
pengaturan diri atas pikiran-pikiran dan tindakan mereka. Proses
dasarnya meliputi menentukan tujuan, menilai kemungkinan hasil
dari tindakan-tindakan, mengevaluasi kemajuan pencapaian tujuan,
dan pengaturan diri atas pikiran, emosi, dan tindakan. Bandura
menjelaskan bahwa karakteristik khas lainnya dari teori kognitif
sosial adalah peran utama yang di berikannya pada fungsi-fungsi
pengaturan diri. Orang berprilaku bukan sekedar untuk
menyesuaikan diri denagn kecendrungan-kecendrungan orang lain.
Kebanyakan perilaku mereka dimotivasi dan diatur oleh standard
internal dan reaksi-reaksi terhadap tindakan meraka sendiri yang
terkait dengan penilaian diri.

B. Teori perkembangan social kognitif Lev Vygotsky


Vygotsky banyak membahas tentang pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Sudut pandang Vygotsky terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak diwarnai oleh lingkungan
social atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya disebut
dengan konstruktivis social (social constructivist). Tidak seperti
Piaget yang beranggapan bahwa anak secara individual aktif
mengkonsturk pengetahuannya melalui interaksi dengan
lingkungannya. Piaget lebih menekannya interaksi anak dengan
lingkungan fisik. Sedikit berbeda dengan Piaget, Vygotsky
beranggapan bahwa anak mengkonstruk pengetahuannya dalam
sebuah kontek social. Anak mengkonstruk secara aktif
pengetahuanya secara mandiri dalam konteks interaksi dengan
pengasuh, keluarga atau komunitas dan masyarakat (Brewer, 2007,
p. 15).
Vygotsky percaya bahwa Bahasa memiliki peran penting dalam
perkembangan kognitif anak. Bahasa sebagai alat komunikasi yang
digunakan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang ada

4
dilingkungan sosialnya (pengasuh, orang tua, teman). Bahasa akan
banyak membantu anak menyelesaikan persoalan-persoalannya yang
tidak dapat ia selesaikan dengan sendiri. Dengan Bahasa, anak akan
mengkomunikasikan permasalahan-permasalahan yang dia hadapi
kepada orang lain yang dia anggap memiliki kemampuan untuk
membantunya menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Salah satu element dari teori Vygotsky yaitu Zone of proximal
development (ZPD). ZPD adalah celah antara apa yang anak dapat
kerjakan secara mandiri dan apa yang dia tidak dapat dikerjakan
bahkan dengan bantuan seseorang (seperti orang dewasa atau teman
sebaya) yang lebih terampil dari dia. (Brewer, 2007, p. 16). Hal yang
sama dikemukakan oleh Santrock (2010: 190) yang menyatakan
bahwa ZPD yaitu istilah yang digunakan oleh Vygotsky untuk
berbagi tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai oleh anak sendiri
tetapi dapat dipelajari dengan bimbingan dan bantuan orang dewasa
atau anak-anak yang lebih terampil.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dapat diketahui bahwa ada
zona dimana anak bisa belajar secara mandiri tanpa bantuan orang
lain tapi disisi lain apabila anak tidak mampu belajar secara mandiri
diperlukan bantuan orang lain. Untuk meningkatkan keterampilan
atau kemampuan anak kearah yang lebih tinggi diperlukan bantuan
orang lain yang memiliki kemampuan lebih tinggi darinya. Dalam
konteks belajar materi yang akan ajarkan harus sesuai dengan tingkat
kemampuan yang anak miliki.
Element kedua dari teori Vygotsky yaitu Scaffolding. Scaffolding
berarti merubah tingkat dukungan. Pada saat anak belajar seorang
guru, orang tua agar menyesuaikan materi tersebut dengan kinerja
anak saat ini. Saat anak belajar konsep baru, orang dewasa (guru,
orang tua) dapat terlibat langsung untuk membantu anak belajar
menguasai konsep baru tersebut.

5
C. Observasional learning
Pembelajaran observasi merupakan proses pembelajaran yang tidak
di kontrol dalam kehidupan sosial, sehingga bisa terjadi
pembelajaran yang tidak sesuai dengan idealnya ketika adanya
model yang negatif di lingkungan, hal ini bisa diminimalisir melalui
insight atau pengertian pada anak dan remaja atau peserta didik. Hal
ini yang disampaikan Bandura bahwa semua tindakan,
perilaku/afektif dan sikap dalam lingkungan bisa menjadi faktor
determinan positif atau negatif. Pembelajaran observasi memiliki
kontribusi yang kuat dalam pembentukkan aspek afektif individu,
ketika individu memiliki model yang berhasil dan mereka
termotivasi akan hal itu akan memberikan keyakinan akan
kemampuan dirinya berbuat sebagaimana mestinya. Hal ini berkaitan
dengan aspek self efficacy keyakinan diri bahwa individu bisa dan
mampu melakukan sesuatu hal. Serta bisa juga sebaliknya ketika
individu melihat model yang memiliki kontribusi negatif bagi diri
mereka.
Pembelajaran observasi sangat berguna diperhatikan dan
dipraktekkan oleh indivdu yang memiliki kehormatan, kompetensi,
status tinggi, kekuasaan dan moral dalam kehidupan sosial. Hal ini
karena individu ini yang bisa menjadi human agency dalam
lingkungan, berikan hal yang positif bagi individu yang ada dalam
lingkungan. Dengan kata lain guru, dosen, dan semua lini dalam
pendidikan. Pejabat pemerintah, alim ulama kesemuanya memiliki
indikasi sebagai human agency bagi individu yang membutuhkan
pembelajaran yang baik. Sehingga pendidikan karakter untuk
membentuk karakter yang memiliki afektif yang baik akan cepat
terwujud.

D. Fungsi observasioanal learning


Sebagian besar perilaku manusia dan keterampilan kognitifnya
dipelajari melalui pengamatan terhadap model. Fungsi observational
learning adalah sebagai berikut.

6
1. Modelling dapat mengajari observer keterampilan dan
aturan-aturan berperilaku.
2. Modelling dapat menghambat ataupun memperlancar
perilaku yang sudah dimiliki orang.
3. Perilaku model dapat berfungsi sebagai stimulus dan isyarat
bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah
dimilikinya.
4. Modeling dapat merangsang timbulnya emosi. Orang dapat
berpersepsi dan berperilaku secara berbeda dalam keadaan
emosi tinggi.
5. Symbolic modelling dapat membentuk citra orang tentang
realitas sosial karena menggambarkan hubungan manusia
dengan aktivitas yang dilakukannya

E. Proses observasional learning


Belajar mencakup pemrosesan informasi. Kekuatan modelling
terletak pada kemampuannya untuk mempengaruhi proses tersebut.
Observational learning memerlukan empat macam proses utama:
1. Proses memperhatikan (attentional processes). Jika orang
belajar melalui modelling, maka mereka harus
memperhatikan dan mempersepsi perilaku model secara
tepat. Tingkat keberhasilan belajar itu ditentukan oleh
karakteristik model maupun karakteristik pengamat itu
sendiri. Karakteristik model yang merupakan variabel
penentu tingkat perhatian itu mencakup frekuensi
kehadirannya, kejelasannya, daya tarik personalnya, dan nilai
fungsional perilaku model itu. Karakteristik pengamat yang
penting untuk proses perhatian adalah kapasitas sensorisnya,
tingkat ketertarikannya, kebiasaan persepsinya, dan
reinforcement masa lalunya.
2. Proses retensi (retention processes). Agar efektif, modelling
harus disimpan dalam ingatan. Retensi ini dapat dilakukan

7
dengan cara menyimpan informasi secara imaginal atau
mengkodekan peristiwa model ke dalam simbol-simbol
verbal yang mudah dipergunakan. Materi yang bermakna
bagi pengamat dan menambah pengalaman sebelumnya akan
lebih mudah diingat. Cara lain untuk mengingat adalah
dengan membayangkan perilaku model atau dengan
mempraktekkannya. Keterampilan dan struktur kognitif
pengamat dapat memperkuat retensi. Motivasi untuk belajar
juga berperan dalam retensi, meskipun insentif lebih bersifat
fasilitatif daripada keharusan.
3. Proses produksi. Pada tahap tertentu, gambaran simbolik
tentang perilaku model mungkin perlu diterjemahkan ke
dalam tindakan yang efektif. Pengamat memerlukan
gambaran kognitif yang akurat tentang perilaku model untuk
dibandingkan dengan umpan balik sensoris dari
perbuatannya. Modelling korektif merupakan cara yang
efektif untukmemberikan umpan balik bila pengamat
melakukan kinerja yang tidak tepat. Variabel pengamat yang
mempengaruhi reproduksi perilaku mencakup kapasitas
fisiknya, apakah perbendaharaan responnya sudah mencakup
komponen-komponen respon yang diperlukan, dan
kemampuannya untuk melakukan penyesuaian korektif bila
mencobakan perilaku baru.
4. Proses motivasi. Apakah orang mempraktekkan apa yang
sudah dipelajarinya atau tidak, tergantung pada motivasinya.
Pengamat akan cenderung mengadopsi perilaku model jika
perilaku tersebut:
a) menghasilkan imbalan eksternal;
b) secara internal pengamat memberikan penilaian yang
positif; dan
c) pengamat melihat bahwa perilaku tersebut
bermanfaat bagi model itu sendiri.

8
Antisipasi terhadap akibat yang positif dan negatif
menentukan aspek-aspek yang mana dari perilaku model itu
yang diamati atau diabaikan oleh pengamat.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori kognitif sosial menurut Albert Bandura adalah teori yang
menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar pembelajaran manusia terjadi
dalam sebuah lingkungan sosial. Bandura mengembangkan teorinya untuk
membahas cara-cara orang memiliki kendali atas peristiwa dalam hidup
mereka melalui pengaturan diri atas pikiran-pikiran dan tindakan mereka.

Teori perkembangan social kognitif Lev Vygotsky. Vygotsky


banyak membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia. Sudut
pandang Vygotsky terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak diwarnai
oleh lingkungan social atau budaya, maka pendekatan konstruktivisnya
disebut dengan konstruktivis social (social constructivist).

Observational learning (Pembelajaran observasi) merupakan proses


pembelajaran yang tidak di kontrol dalam kehidupan sosial, sehingga bisa
terjadi pembelajaran yang tidak sesuai dengan idealnya ketika adanya model
yang negatif di lingkungan, hal ini bisa diminimalisir melalui insight atau
pengertian pada anak dan remaja atau peserta didik.

Fungsi observational learning adalah sebagai berikut: mengajari


observer keterampilan dan aturan-aturan berperilaku, menghambat ataupun
memperlancar perilaku yang sudah dimiliki orang, sebagai stimulus dan
isyarat bagi orang untuk melaksanakan perilaku yang sudah dimilikinya,
merangsang timbulnya emosi. Dan dapat membentuk citra orang tentang
realitas sosial karena menggambarkan hubungan manusia dengan aktivitas
yang dilakukannya.

Observational learning mempunyai empat macam proses utama


yaitu: Proses memperhatikan (attentional processes)., Proses retensi
(retention processes), Proses produksi, dan Proses motivasi.

10
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak kesalahan dan belum
bisa disebut sempurna. Maka kami para penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah di atas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfaiz, Zulkifli. The Role of Observational Learning to Shape Individual


Affective Aspect In social Life (An Analysis Of Psychology
Perspective: A Social Cognitive Theory). Sumatera : STKIP PGRI

Laiya, I. S. (2020). METODE PENGEMBANGAN KOGNITIF. Gorontalo:


UNG Press Gorontalo.

Nelson-jones, Richard. (1995). Counselling and Personality: Theory and


Practice. Australia: Allen and Unwin Pty Ltd.

Yanuardianto, E. (2019). TEORI KOGNITIF SOSIAL ALBERT BANDURA.


jurnal Teori Kognitif Sosial Albert Bandura.

12

Anda mungkin juga menyukai