Anda di halaman 1dari 17

SOCIAL LEARNING THEORY

Disusun oleh :

1. Muhammad Rizka J410170010


2. Diella Fieryanjodi J410170158
3. Andriani Probo Sumilir J410181106

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020

i
Kata pengantar
Assalamualaikum wr wb

puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Social Learning Theory ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah ilmu perilaku
kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Social Learning Theory bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi


sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum wr wb

Surakarta, 3 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................ii

Daftar Gambar ..............................................................................................iii

Bab I................................................................................................................1

Pendahuluan..................................................................................................1

Tujuan.......................................................................................................... 1

Manfaat........................................................................................................ 2

Bab II............................................................................................................. 3

Bab III............................................................................................................ 7

Bab IV.......................................................................................................... 12

Daftar Isi...................................................................................................... 13

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.......................................................................................................... 7

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perkembangan anak dilandasi oleh beberapa teori perkembangan dari para
tokoh pencetus serta pelopor dalam dunia pendidikan. Teori-teori tersebut
bermunculan seiring dengan perkembangan dan permasalahan yang
dialami anak. Satu per satu teori perkembangan diperkenalkan kepada
dunia, dengan tujuan dapat membantu menyelesaikan problematika proses
perkembangan anak. Selain itu, teori-teori tersebut juga merupakan sederet
inovasi yang difungsikan sebagai katrol pengangkat kualitas anak. Albert
Bandura, satu dari sekian tokoh pencetus teori perkembangan, yakni teori
pembelajaran sosial (social learning theory). Menurut Bandura , orang
belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan (mencontoh
model). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat di media,
serta dari orang lain dan lingkungannnya. Dalam model pembelajaran
Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peranan penting.
Faktor person (kognitif) yang dimaksud saat ini adalah self-efficasy atau
efikasi diri. Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai
keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan
memecahkan masalah dengan efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini
diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi diri tinggi
memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak akan
menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu
tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi
diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu
tidak merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan
kemampuan dirinya. Individu ini menurut Bandura (1994) akan cepat
menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang ia alami.
Permasalahan sosial anak, bahkan seluruh kalangan mungkin dapat diatasi
dengan menerapkan teori Bandura ini. Oleh karena itu, makalah ini
menjelaskan dengan lebih terperinci tentang teori pembelajaran sosial ini.
Teori ini juga dapat dijadikan salah satu pedoman untuk meningkatkan
kualitas perkembangan anak, khususnya para pendidik.
B. Tujuan
1. Mengetahui tokoh pencetus Teori pembelajaran sosial
2. Mengetahui apakah yang dimaksud dengan Teori pembelajaran
sosial
3. Mengetahui Unsur-unsur Pembelajaran Social Learning

1
C. Manfaat
1. Membantu menyelesaikan problematika proses perkembangan
anak
2. Mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan
diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan
efektif
3. Memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinnya

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembelajaran Sosial


Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan sebuah
perluasan dari teori perilaku yang tradisional. Pada awalnya teori
pembelajaran sosial ini, dinamakan sebagai “teori sosial kognitif” oleh
Albert Bandura . Kemudian dikembangkan lagi menjadi “teori
pembelajaran sosial”. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar berperilaku. Tetapi lebih memberikan
penekanan pada efek-efek dan isyarat-isyarat pada perilaku serta proses-
proses mental internal.
Teori pembelajaran sosial menyatakan bahwa faktor-faktor sosial, kognitif,
dan tingkah laku, mempunyai peranan penting dalam pembelajaran. Faktor
kognitif akan mempengaruhi wawasan peserta didik tentang pemahaman
dan pola pikir akan segala fenomena yang ada di alam semesta, sementara
faktor sosial termasuk perhatian dan kepedulian peserta didik terhadap
tingkah laku orang tua, keluarga, serta lingkungannnya akan
mempengaruhi tindakan dan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam
pandangan sosial manusia tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipaksakan oleh kekuatan-kekuatan dari luar.
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang
aktif, yang berupaya membuat pilihan, menentukan keputusan, dan
menggunakan proses-proses perkembangan yang ada untuk menyimpulkan
kejadian serta komunikasi yang baik dengan orang lain. Perilaku manusia,
khusunya peserta didik tidak ditentukan oleh pengaruh lingkungan dan
sejarah perkembangan seseorang. Dalam hal ini, manusia cenderung
bersifat selektif dan bukan entity yang pasif serta mudah dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan.
Teori Bandura menjelaskan perilaku individu dalam konteks interaksi
timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat
berpengaruh dalam teori perkembangan belajar ini. Contohnya, seorang
peserta didik yang hidupnya di lingkungan keras yang masyarakatnya
cenderung tidak taat pada agama dan selalu meminum minuman keras,
maka dia cenderung juga akan bertingkah laku yang sama, yakni tidak taat
pada agama dan meminum minuman keras. Namun tak menutup
kemungkinan bila seorang peserta didik tersebut akan menganggap bahwa

3
tidak taat pada agama dan meminum minuman keras itu tidak baik.
Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan yang sebenarnya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku (B=behavior),
lingkungan (E=Environment), dan kejadian-kejadian internal pada peserta
didik yang mempengaruhi presepsi dan aksi (P=Perception) merupakan
hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan (interlocking). Menurut
Albert Bandura, tingkah laku sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal
balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi dari individu.
Teori belajar sosial memiliki konsep yang menekankan pada komponen
kognitif dan pikiran serta pemahaman dan evaluasi. Menurut Bandura,
seseorang belajar melalui pengalaman langsung atau pengamatan
(mencontoh madel). Orang belajar dari apa yang ia baca, dengar, dan lihat
di media, dari orang lain dan lingkungannya.
Albert Bandura mengemukakan bahwa seorang individu belajar banyak
tentang perilaku melalui peniruan / modeling, bahkan tanpa adanya
penguat (reinforcement) sekalipun yang diterimanya. Proses belajar
semacam ini disebut “observational learning” atau pembelajarn melalui
pengamatan. Bandura juga megemukakan bahwa teori pembelajaran sosial
membahas tentang bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan
melalui penguat (reinforcement) dan observational learning, cara pandang
dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi, begitu pula sebaliknya,
bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan
penguat (reinforcement) dan observational opportunity. Teori belajar sosial
menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran, yang
mana bentuk pembelajarannya adalah seseorang mempelajari perilaku
dengan mengamati dengan cara sistematis imbalan dan hukuman yang
diberikan kepada orang lain. Dalam observational learning terdapat empat
tahap belajar dari proses pengamatan atau modeling.
Proses yang terjadi dalam observational learning tersebut antara lain:
a. Atensi, dalam tahapan ini seseorang harus memberikan perhatian
terhadap model dengan cermat.
b. Retensi, tahapan ini adalah tahapan mengingat kembali perilaku yang
ditampilkan oleh model yang diamati, maka seseorang perlu memiliki
ingatan yang bagus terhadap perilaku model.
c. Reproduksi, dalam tahapan ini seseorang yang telah memberikan
perhatian untuk mengamati dengan cermat dan mengingat kembali
perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya, maka berikutnya adalah
mencoba menirukan atau mempraktekkan perilaku yang dilakukan oleh

4
model.
d. Motivational, pada tahapan ini seseorang harus memiliki motivasi untuk
belajar dari model.
Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkungan-lingkungan yang
dihadapkan pada individu tidak terjadi secara kebetulan. Lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui
perilakunya sendiri. Menurut Albert Bandura, sebagaimana yang dikutip
oleh (Kardi, S., 1997:14), bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui
pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti
dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modelling), dan
pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam
pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan (observational learning),
yaitu:
1. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondidsi yang
dialami orang lain atau vicarious conditioning. Misalnya seorang siswa
melihat temannya dipuji atau ditegur oleh gurunya karena perbuatannya,
maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama
yaitu ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh dari
penguatan melalui pujian yang dialami orang lain atau vicarious
reinforcement.
2. Pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku suatu model
meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan atau pelemahan pada
saat pengamat itu sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan
sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan
mendapat pujian dan penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang
dipelajari itu. Model tidak harus visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M.
1998:4).
B. Unsur-unsur Pembelajaran Social Learning
Proses pembelajarn social learning menurut teori Bandura, terjadi dalam
tiga komponen, yaitu:
1. Perilaku model
Individu melakukan pelajaran dengan proses mengnal perilaku
model (perilaku yang akan ditiru), kemudian mempertimbangkan
dan memutuskan untuk meniru sehingga menjadi perilakunya
sendiri. Perilaku model adalah berbagai perilaku yang dikenal di
lingkungannya. Apabila bersesuaian dengan keadaan dirinya
(minat, pengalaman, cita-cita, tujuan dan sebagainya), maka
perilaku itu akan ditiru.
2. Pengaruh perilaku model

5
Untuk memahami penagruh perilaku model, maka perlu diketahui
fungsi model itu sendiri, yaitu:
- Untuk memindahkan informasi ke dalam diri individu.
- Memperkuat atau memperlemah perilaku yang telah ada.
- Memindahkan pola-pola perilaku yang baru.
3. Proses internal pelajar
Model-model yang ada di lingkungan senantiasa memberikan
rangsangan kepada individu yang membuat individu memberikan
tindak balas apabila terjadi hubung kait antara rangsangan dengan
dirinya. Macam-macam model boleh berasal dari ibu, bapak, orang
tua, orang dewasa, guru, pemimpin, teman sebaya, anggota
keluarga, anggota masyarakat, tokoh-tokoh yang berprestis seperti
penyanyi, pahlawan, bintang film, dan sebagainya.

6
BAB III
PEMBAHASAN

Gambar 1. Perilaku (B = Behavarior), kognitif dan factor personal. (P


Personal) serta lingkungan (E= Enovironment) saling menentukan satu
sama lain.

Tingkah laku manusia merupakan interaksi diantara 3 variabel yang juga


mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran sosial, yaitu
lingkungan (environment), individu (personal/cognitive), dan perilaku
(behavior).
a. PERSON
Karakteristik seseorang dan faktor-faktor kognitif (ingatan, perencanaan,
penilaian).
Dalam perannya sebagai individu, manusia berperan sebagai subjek atau
pelaku dalam proses pembelajaran sosial. Setiap individu itu unik karena
berbagai perbedaan yang ada di dalam diri mereka antara satu dengan yang
lain. Dalam proses pembelajaran sosial faktor-faktor personal yang berasal
dari diri individu tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting, faktor
tersebut adalah:
1. Pengetahuan
Pengetahuan antara satu individu dengan individu lain berbeda, baik
pengetahuan yang bersifat sosial yang berasal dari pengalaman, maupun
pengetahuan yang bersifat edukatif atau didapatkan melalui pendidikan
formal.
2. Sikap
Sikap seseorang dalam memandang suatu hal atau permasalahan yang ada
untuk masing-masing individu juga berbeda. Ada yang menyikapi suatu
7
permasalahan secara serius, ada pula yang menyikapinya secara santai.
3. Pengharapan
Setiap individu senantiasa memiliki harapan maupun sesuatu yang mereka
cita-citakan dalam kehidupan mereka. Hal ini yang membuat pandangan
mereka mengenai suatu hal juga berbeda-beda sesuai pengharapan atau
ekspetasi mereka.

b. ENVIRONMENT
Lingkungan : segala bentuk, susunan, komponen, fungsi interaktif yang
berada di bumi baik biotik maupun abiotik. Dalam proses pembelajaran
sosial, lingkungan tersebut meliputi lingkungan sosial budaya atau
lingkungan antar manusia dimana terdapat:
● pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya
● berlaku dalam suatu lingkungan spasial (ruang)
● ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan
sosial (termasuk perilaku manusia di dalamnya)
● dipengaruhi oleh tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya
Lingkungan ini berubah mengikuti mengikuti keberadaan manusia di
muka bumi. Artinya, lingkungan sosial budaya mengalami perubahan
sejalan dengan peningkatan kemampuan adaptasi kultural manusia
terhadap lingkungannya, dan begitu pula sebaliknya. Faktor yang berasal
dari lingkungan yang dapat menjadi proses pembelajaran sosial anara lain,
norma-norma sosial yang berlaku, akses masyarakat (pola interaksi), dan
pengaruh satu sama lain (kemampuan untuk mengubah lingkungan
sendiri).
c. BEHAVIOR
Perilaku : tindakan atau aksi yang dapat mengubah hubungan individu dan
lingkungannya. Faktor perilaku atau behavior yang mempengaruhi proses
pembelajaran sosial yaitu:
1) Keterampilan/kemampuan (skills)
2) Latihan
3) Efektivitas diri
Ketiga variable tidak harus memiliki kekuatan atau memberikan kontribusi
yang sama. Biasanya yang paling berpengaruh adalah aspek kognitif.
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang
tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu
tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses
pembelajaran sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran
individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah

8
pemahaman dan evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu
berinteraksi dengan lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-
faktor yang terdapat dalam diri individu dengan faktor-faktor dalam
lingkungan tersebut.
Social Learning Theory (Teori Pembelajaran sosial) menjadi bidang
penelitian komunikasi massa untuk memahami efek terpaan media massa.
Social Learning ini mengkaji proses belajar melalui media massa sebagai
tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Teori ini belajar
tradisional menyatakan bahwa belajar terjadi dengan cara menunjukkan
tanggapan dan mengalami efek-efek yang timbul. Penentu utama dalam
belajar adalah peneguhan, dimana tanggapan akan diulangi jika organisme
(orang yang bersangkutan) mendapat penghargaan. Albert Bandura
menyatakan bahwa Social Learning Theory menganggap media massa
sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru dan sahabat.
Dalam belajar, secara sosial langkah pertama adalah attention atau
perhatian terhadap suatu peristiwa. Perhatian terhadap suatu peristiwa
ditentukan oleh karakteristik peristiwa itu (rangsangan yang dimodelkan)
dan karakteristik si pengamat. Peristiwa yang jelas dan sederhana akan
mudah menarik perhatian dan karenanya mudah dimodelkan. Mengenai
ciri-ciri pengamat yang menentukan perhatian adalah antara lain
kemampuan seseorang dalam proses informasi, umur, intelegensi, daya
persepsi dan taraf emosional. Orang yang emosional akan lebih
atentifterhadap suatu rangsangan tertentu. Langkah kedua adalah retention
process (proses retensi) yaitu peristiwa yang menarik perhatian tadi di
masukkan ke dalam benak dalam bentuk lambang secara verbal atau
imaginal sehingga menjadi ingatan. Langkah ketiga motor reproduction
yaitu hasil ingatan tadi akan meningkat menjadi bentuk perilaku. Langkah
terakhir motivasional proses menunjukkan bahwa perilaku akan berwujud
apabila terdapat nilai peneguhan. Peneguhan dapat berbentuk ganjaran
eksternal pengamatan yang menunjukkan bahwa bagi orang lain ganjaran
disebabkan perilaku yang sama serta ganjaran internal misalnya rasa puas
diri.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini
dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian
besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi
memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam
teori pembelajaran sosial kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan
reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal

9
untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan
belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang
dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu
kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya sendiri.
Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah
paling penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan yaitu:
1. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi
yang dialami orang lain.
Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh
gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan
perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian
ini merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang
lain.
2. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model
meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan
negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu
mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut
dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai
secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh
seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang
pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori
pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh
Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah
diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori –
teori sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana
tingkah laku ini muncul dan kurang memperhatikan bahwa banyak
peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain. Maksudnya,
sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru
tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain
sebagai model bagi dirinya.
Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan tratmen, yakni :
a. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling)

10
Mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa
dilakukan (misalnya karena takut). Konseling dimulai dengan membantu
klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian konselor meminta
klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya,
ular, dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat
membayangkan kejadian itu tanpa rasa takut, mereka diminta
membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular
dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya
menggendong ular. Ini adalah model desensitisasi sistemik yang pada
paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan variasi
penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran
(karena itu teknik ini terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa
memakai penguatan yang nyata.
b. Modeling terbuka (modeling partisipan):
Klien melihat model nyata, biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi
dalam kegiatan model, dibantu oleh modelnya meniru tingkahlaku yang
dikehendaki, sampai akhirnya mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.
c. Modeling Simbolik;
Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita. Kepuasan vikarious
(melihat model mendapat penguatan) mendorong klien untuk
mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.
Contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari:
“Perilaku merokok”
Misalnya apabila seorang anak yang di dalam lingkungan rumahnya ayah
dan ibunya merokok, maka anak tersebut memandang perilaku merokok
sebagai hal yang biasa. Hal ini dikarenakan frekuensi anak terbsebut
melihat perilaku dari kedua orang tuanya sudah terlalu sering. Sehingga
dengan pengetahuan mengenai kesehatan yang belum dia miliki, dia tidak
akan memandang kebiasaan merokok sebagai sesuatu yang salah.
Nantinya, apabila anak ini beranjak dewasa, dan teman-teman sebayanya
banyak yang merokok maka dia akan ikut-ikut merokok. Hal ini
dikarenakan banyak teman-temannya memandang merokok sebagai suatu
hal yang jantan, merokok itu menunjukkan tingkat pergaulan, atau kalau
anak muda tidak merokok itu tidak keren. Hal-hal yang berasal dri
lingkungan seperti ini merupakan hal yang paling besar pengaruhnya
dalam mengubah mainset atau pemikiran si anak mengenai kebiasaan
merokok. Terdapat dua kemungkinan dari pengaruh lingkungan ini, si anak
akan menolak atau mengikuti kebiasaan teman-temannya untuk merokok.

11
BAB IV

A. Kesimpulan
Teori pembelajaran sosial (Social Learning Theory) merupakan sebuah
perluasan dari teori perilaku yang tradisional. Pada awalnya teori
pembelajaran sosial ini, dinamakan sebagai “teori sosial kognitif” oleh
Albert Bandura. Kemudian dikembangkan lagi menjadi “teori
pembelajaran sosial”. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar berperilaku. Tetapi lebih memberikan penekanan
pada efek-efek dan isyarat-isyarat pada perilaku serta proses-proses mental
internal. Inti dari teori pembelajaran sosial (social learning theory) adalah
pemodelan (modeling) dan peniruan (immitation).
Teori pembelajaran sosial menganggap manusia sebagai makhluk yang
aktif, yang berupaya membuat pilihan, menentukan keputusan, dan
menggunakan proses-proses perkembangan yang ada untuk menyimpulkan
kejadian serta komunikasi yang baik dengan orang lain.
Antara individu, lingkungan, serta perilaku saling berinteraksi dan
mempengaruhi proses pembelajaran sosial. Dimana perilaku seseorang
tercipta dari hasil interaksi antara faktor yang ada dalam diri individu
tersebut dengan kondisi lingkungan tempat individu tinggal. Proses
pembelajaran sosial ini menekankan pada komponen kognitif dari fikiran
individu terhadap suatu hal yang akhirnya menghasilkan sebuah
pemahaman dan evaluasi mengenai hal tersebut. Ketika suatu individu
berinteraksi dengan lingkungannya terjadi interaksi pula terhadap faktor-
faktor yang terdapat dalam diri individu dengan faktor-faktor dalam
lingkungan tersebut.

B. Saran
Sebagai seorang pendidik tentunya kita harus bias mengenal karakteristik
pesera didik kita agar dapat dengan mudah kita mengetahui tipe
pembelajaran yang seperti apa yang sebaiknya digunakan oleh peserta
didik kita. Selain itu berdasarkan teori pembelajar social, tentunya seorang
pendidik haus bias mengkolaborasikan berbagai teori belajar yang ada.
Karena pada hakikatnya teori belajar social merupakan perluasan dari
berbagai teori-teori belajar social lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi kesehatan teori dan aplikasi.


Jakarta : Renika cipta.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi- Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Reivich, K. dan Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skills
for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books.

13

Anda mungkin juga menyukai