Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

APLIKASI KONSEP MODEL ADAPTASI CALLISTA


ROY DALAM KEPERAWATAN KELUARGA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen Pengampu: Drs. H. Supriadi, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

Disusun oleh:
Kelompok 3
Fanny Rachmawati (P17320119412)
Gustya Tamansyah (P17320119413)
Hasanatusyifa A. (P17320119414)
Hasna Humaira S.P. (P17320119415)
Kiki Widyasari (P17320119416)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
POLTEKKES KEMENKES BANDUNG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil aalamiin, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam atas
segala karunia nikmat-Nya sehingga penyusun dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-ba
iknya. Makalah yang berjudul “Aplikasi Konsep Model Adaptasi Callista Roy dalam
Keperawatan Keluarga” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Keluarga.
Dalam penyusunan makalah, penyusun melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu, p
enyusun mengucapkan terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk menyelesaika
n makalah ini, terutama kepada Dosen Pembimbing Bapak Drs. Supriadi, S.Kp., M.Kep.,
Sp.Kom dalam membimbing kami membuat makalah ini. Meski telah disusun secara maksim
al oleh penyusun, akan tetapi penyusun sebagai manusia biasa sangat menyadari bahwa maka
lah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari kata sempurna.
Karena hal tersebut penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangu
n dari para pembaca. Besar harapan penyusun makalah ini dapat bermanfaat untuk menamba
h pengetahuan bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Bandung, 15 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................1
BABI II KONSEP TEORI.......................................................................................................3
2.1 Konsep Keluarga.......................................................................................................3
2.1.1 Definisi Keluarga.............................................................................................3
2.1.2 Struktur Keluarga............................................................................................3
2.1.3 Tahap Perkembangan......................................................................................7
2.1.4 Fungsi Keluarga..............................................................................................8
2.1.5 Peran Keluarga di Bidang Kesehatan..............................................................9
2.2. Konsep Model Adaptasi Sister Callista Roy..........................................................12
2.2.1 Pengertian Model Keperawatan Adaptasi Roy.............................................12
2.2.2 Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy..............................................................16
2.2.3 Komponen Sistem dalam Model Adaptasi Roy............................................16
2.2.4 Konsep Keperawatan dengan Model Adaptasi Roy......................................16
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................23
3.1 Hubungan Komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan........................23
3.2 Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam Keperawatan Keluarga..................................25
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................38
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................38
4.2 Saran........................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi yang secara keilmuan mempunyai body
of knowledge yang jelas dan sebagai profesional dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada klien. Berawal adanya paradigma keperawatan dijadikan
dasar pembentukan model konseptual akhirnya memunculkan teori-teori
keperawatan oleh tokoh keperawatan. Seiring berjalannya waktu, teori
keperawatan berkembang dan diterapkan di tatanan klinik, penelitian, dan
pendidikan. Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan
pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah konseptual
model adaptasi dari Sister Callista Roy.
Teori adaptasi menurut Roy merupakan salah satu teori tentang bagaimana
menerapkan asuhan keperawatan yang berfokus pada kemampuan adaptasi klien.
Teori ini mudah diaplikasikan salah satunya pada asuhan keperawatan keluarga.
Keluarga merupakan terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang di mana
terbentuk karena ikatan pernikahan dan tinggal dalam satu atap rumah. Alasan
mengapa keluarga sebagai target sasaran pada keperawatan ialah keluarga sebagai
unit utama masyarakat dan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat.
Seperti yang sudah disebutkan bahwa dalam keluarga terdiri dari gabungan
individu. Roy dalam teorinya menjelaskan individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku adaptif dan menghilangkan
perilaku maladaptif.
Dalam teorinya memiliki empat macam elemen esensial dalam adaptasi
keperawatan yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model
adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara mempertahankan perilaku secara adaptif karena
menurut Roy, manusia adalah makhluk holistik yang memiliki sistem adaptif
yang selalu beradaptasi. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul Aplikasi Model Adaptasi Callista Roy dalam
keperawatan keluarga yang mana memberikan kesempatan dan peluang bagi
penyusun untuk memperdalami ilmu pengetahuan yang lebih jauh kembali.
1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang
ditentukan oleh penyusun sebagai berikut.
1. Apa saja konsep keluarga?
2. Bagaimana konsep model adaptasi Sister Callista Roy?
3. Bagaimana hubungan komponen dasar dalam model adaptasi keperawatan?
4. Bagaimana aplikasi teori adaptasi roy dalam keperawatan keluarga?

1.2 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, Adapun tujuan penulisan yang


ditentukan oleh penyusun sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui komponen konsep keluarga.
2. Untuk mengetahui konsep model adaptasi Sister Callista Roy.
3. Untuk mengetahui hubungan komponen dasar dalam model adaptasi
keperawatan.
4. Untuk mengetahui aplikasi teori adaptasi Roy dalam keperawatan keluarga.
BAB II

KONSEP TEORI

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman,
2010).
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang berisi dua atau lebih orang
yang hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau
adopsi, tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan
bersama, mempunyai generasi penerus, saling pengertian, dan saling
menyayangi (Achjar, 2010).
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga
didefinsikan dengan istilah kekerabatan di mana individu bersatu dalam
suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua. Dalam arti luas anggota
keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan timbal
balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang
disebabkan oleh kelahiran, adopsi, maupun perkawinan (Stuart, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan oleh penyusun
bahwa keluarga merupakan dua atau lebih dari dua individu dalam satu
rumah atau seatap dengan ikatan suatu pernikahan, mempunyai hubungan
darah, berinteraksi satu sama lain baik dalam keluarga maupun di
lingkungan sekitar.

2.2.2 Struktur Keluarga


Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, 2012) sebagai
berikut.

1. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan
secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki
kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan
pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan
balik. Penerima pesan mendengarkan pesn, memberikanumpan balik,
dan valid.
2. Struktur Peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang
diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
Posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status
sebagai istri/ suami.
3. Struktur Kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau
mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent
power), keahlian (exper power), hadiah (reward power), paksa (coercive
power), dan efektif power.
4. Struktur Nilai dan Norma
a) Nilai suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau tidak
dapat mempersatukan annggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
Adapun struktur keluarga lainnya dikutip dari (Lesmono, 2018) di
antaranya:
a. Patrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.
b. Matrilineal: keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
c. Matrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu
d. Patrilokal: sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan: hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3 Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya
secara unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang
sama (Rodgers cit Friedman, 1998). Berikut tahap perkembangan
keluarga.
1. Pasangan Baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga Child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dankegiatan keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga dengan Anak Pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi danrasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain jugaharus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluargamaksimal, sehingga keluarga sangat sibuk:
a. Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga dengan Anak Remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasanyang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih
dewasa:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remajasudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
Hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal Bersama orang tua:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tuad.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
sampai keduanya meninggal:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan. Mempertahankan keakraban suami
istri dan saling merawat.
c. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
d. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

2.1.4 Fungsi Keluarga


Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan program
Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998) dalam laman Kemenkes
2017, terdapat lima fungsi keluarga, yaitu:
1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang
utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota
keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna
untuk membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan
nilai-
nilai budaya keluarga.
3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi
untuk
memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care
Function) adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota
keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi. 

2.1.5 Peran Keluarga di Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan
keluarga, keluargamempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara Friedman (1998) dalam laman
Kemenkes 2017 di antaranya:
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan
yang tidak dapatmembantu dirinya sendiri karena cacat atau usaianya
yang terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembagakesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

2.2 Konsep Model Adaptasi Sister Callista Roy

2.2.1 Pengertian Model Keperawatan Adaptasi Callista Roy


Model keperawatan adaptasi Roy adalah model keperawatan yang
bertujuan membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan
kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat sakit (Marriner-Tomery, 1994). Teori adaptasi
Callista Roy memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Model
adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara
memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia ada
lah makhluk holistik yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.

2.2.2 Asumsi Dasar Model Adaptasi Roy

a. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus


menerus berinteraksi dengan lingkungan.
b. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan- perubahan biopsikososial.
c. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
d. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka
ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
e. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia.

2.2.3 Komponen Sistem dalam Model Adaptasi Roy


Dikutip dari website RSUD Puri Husada (2015) mennyebutkan dalam
asuhan keperawatan, menurut Roy sebagai penerima asuhan keperawatan
adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang dipandang
sebagai ”holistic adatif system” dalam segala aspek yang merupakan satu
kesatuan. sistem adalah suatu kesatuan yang dihubungkan untuk beberapa
tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
Sistem terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik (Tomey &
Alligood, 2006).
Menurut Tomy & Alligood, 2006 dan Roy & Andrews,1999 skema
2.2 merupakan skematik yang memandang manusia sebagai suatu sistem
yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Input (masukan)
Menurut Roy & Andrews (1999), input sebagai stimulus, merupakan
kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respons, di mana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu:
- stimulasi fokal yang merupakan stimulasi yang langsung berhadapan
dengan seseorang dan menimbulkan efek segera;
- stimulasi kontekstual yaitu semua stimulasi lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi
dan dapat diobservasi, diukur, secara subjektif dilaporkan.
Rangsangan ini muncul secara bersamaan di mana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulasi fokal.
- stimulasi residual merupakan ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi:
sikap, kepercayaan dan lain-lain.
b. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping
yang digunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan
kognator.
- Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen: input-proses
dan
output.
Input
stimulasi berupa internal atau ekstenal. Transmiter regulator sistem
adalah kimia, nueral atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain, spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output
dari regulator sistem, banyak proses fisiologi yang dapat dinilai
sebagai prilaku regulator subsistem.
- Subsistem kognator dapat internal maupun eksternal, perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulasi umpan balik untuk
kognator subsistem. Kognator kontrol proses berhubungan dengan
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi.
Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat (Roy & Andrew,
1999; Tomey & Alligood, 2006).
d. Output (keluaran)
Output dari suatu sistem menurut Roy & Andrew (1999) adalah
perilaku yang dapat diamati, diukur atau secara subjektif dapat
dilaporkan baik dari dalam maupun dari luar. Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output system sebagai
respons yang adaptif atau respon yang tidak mal adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan
dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respons mal adaptif yang tidak mendukung
tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan
proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
Beberapa mekanisme koping diturunkan atau diwariskan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap
bakteri yang menyerang tubuh. Dalam memelihara integritas seseorang,
regulator dan kognator subsistem diperkirakan sering bekerja sama.
Tingkat adaptif seseorang sebagai sistem adaptasi dipengaruhi oleh
perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat
adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulasi agar dapat
berespon secara positif. Perilaku yang dihasilkan dari mekanisme
regulator dan kognator diobservasi dalam 4 kategori atau model adaptif. 
Model itu digunakan sebagai kerangka kerja pengkajian (Roy &
Andrews 1999). Yang terdiri dari mode fisiologis, mode konsep diri
(self-concept), mode fungsi peran (role function), dan mode
interdependensi (interdependence).
1. Mode fisiologi menurut Roy & Andrews (1999) berhubungan
dengan struktur tubuh dan fungsinya. Berkaitan dengan cara
seseorang berespons secara fisik terhadap stimulasi yang berasal
dari lingkungan. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritasnya,
yaitu oksigenisasi dan ventilasi, cairan dan elektrolit, eliminasi,
nutrisi, aktivitas dan istirahat, fungsi sistem endokrin, perlindungan
kulit, sensori dan fungsi saraf.
2. Mode konsep diri (Self Concept) ditekankan pada persepsi, aktivitas
mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri sulit dijelaskan karena
berkaitan dengan perasaan dan keyakinan yang menjelaskan bahwa
individu mengetahui siapa dirinya dan perasaan dirinya yang
adekuat dalam memenuhi keinginannya. Mode konsep diri menurut
Roy & Andrew (1999) memiliki 2 komponen yaitu physical self dan
personal self. Physical self meliputi bagaimana seseorang
merasakan dirinya terkait dengan perasaan, sensasi, penampilan dan
pandangan diri. Pada area ini dapat terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilangnya
kemampuan seksual. Sedangkan personal self berkaitan dengan
konsistensi diri, idial diri dan moral etis spiritual diri. Pada area ini
yang berat adalah terlihat pada perasaan cemas atau takut serta
hilangnya kekuatan.
3. Mode fungsi peran (role function) menekankan pada psikososial
dalam menjalankan peran individual dan peran sosial. Roy &
Andrews (1999) menggambarkan kebutuhan pokok yang mendasari
mode ini diidentifikasikan sebagai integritas sosial yaitu kebutuhan
untuk mengenal seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
secara positif. Perilaku yang ditampilkan pada mode ini adalah
perilaku instrumental atau ekspresif. Ketidakmampuan menguasai
peran mengakibatkan konflik antara dua peran atau banyaknya peran
akan menimbulan konflik.
4. Mode interdependensi merupakan mode yang berfokus pada
interaksi yang berkaitan terhadap kebutuhan memberi dan menerima
cinta, perhatian dan nilai. Ada dua hubungan yang spesifik sebagai
fokus mode interdependensi yaitu orang lain yang berarti dan sistem
pendukung. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara
dua nilai ekstrim, memberi dan menerima (Roy & Andrews, 1999).

2.2.4 Konsep Keperawatan dengan Model Adaptasi Roy


1. Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang
sebagai “Holistic Adaptif System". Di mana "Holistic Adaptif System
“ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
2. Lingkungan Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu
merupakan elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan
didefinisikan oleh Roy adalah "Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-
pengaruh di sekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku indlividu dan kelompok". Dalam hal ini Roy menekankan
agar lingkungan dapat didesain unluk meningkatkan kemampuan
adaptasi individu atau meminimalkan risiko yang akan terjadi pada
individu terhadap adanya perubahan.
3. Sehat Roy mendefinisikan sehat adalah "A State and a process of
being and beyoming an integrated and whole person", Integritas
individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk
mempertahankan diri, tumbuh, reproduksi dan "mastery". Asuhan
keperawatan berdasarkan model Roy bertujuan unluk meningkatkun
keschatan individu dengan cara meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan
keperawatan menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif
individu dan menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi
sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses
kchidupun, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu
meninggal dengan damai. Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat
harus dapat mengatur stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang
ada pada individu. dengan Iebih menitikberatkan pada stimulus fokal,
yang merupakan stimulus tertinggi.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Hubungan Komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan


Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan konsep-
konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia
sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus dari lingkungan internal dan
eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area
adaptasi manusia dan subsistem regulator dan kognator digunakan untuk
mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan empat cara penyesuaian diri.
Saat stimulus jatuh dalam area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi dan
energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini
meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi
melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan.
Hubungan antar komponen dasar dari model adaptasi keperawatan digambarkan
berikut ini.

Keperawatan

Menggunakan proses Keperawatan


untuk meningkatkan
Manusia Output Adaptasi Integritas Kesehatan

Input
Interaksi
Respon
Lingkungan inefektif

Gambar 1: Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan. (sumber:


Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and Function,
3rd ed, DLMN/DLC.

3.2 Aplikasi Teori Adaptasi Roy Dalam Keperawatan Keluarga


Model adaptasi Suster Calista Roy (1976) menjabarkan konsep individu
sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui empat cara
respons: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan. Menurut
Roy, asuhan keperawatan berfokus pada respons seorang terhadap interaksi
dengan lingkungan eksternal dan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang
sebagai ruang lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah
penjabaran konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi “keluarga sebagai
suatu sistem adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan
proses umpan balik, dan output” (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy
menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi sosial, dan
komunitas, dapat menjadi unit analisis dan fokus praktik keperawatan. McCubbin
dan figley (1983) menyatakan bahwa konsep koping dalam model Roy dapat
dengan mudah diperluas menjadi unit keluarga, yaitu pola koping keluarga yang
tidak efektif menyebabkan masalah fungsi keluarga. Selain itu, teori Roy
menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam
memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi lingkungan
keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.
Kegunaan dan kepopularitasan model Roy terbukti dalam Boston-Based
Research in Nursing Society (BBARNS), yang terbukti meningkatkan projek
kemitraan dan kolaboratif di antara para peneliti keperawatan yang bekerja
menggunakan model Roy (Pollack, Frederickson, Carson, Mawssey, & Roy,
1994). Contoh penelitian yang menggunakan Model adaptasi Roy termasuk studi
yang dilakukan Zhan (2000) tentang adaptasi kognitif dan konsistensi diri pada
lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan studi yang dilakukan Badger
(1991) tentang citra tubuh interna dikalangan anak tunarungu dan yang dapat
mendengar. Baru-baru ini, Hanna dan Roy (2001) membahas kesinambungan
pengembangan model Roy terkait dengan keperawatan keluarga dan mencatat
bahwa keluarga dapat dijabarkan sebagai ruang lingkup individu atau keluarga
dapat dijabarkan sebagai orang atau kelompok yang saling terkait.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan unit terkecil suatu masyarakat. Dikatakan keluarga
apabila satu atau dua orang lebih dalam satu atap rumah yang diikat oleh
pernikahan. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan keluarga
sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompok.
Salah satu teori model konseptual yaitu Sister Callista Roy dengan teorinya
model adaptasi. Roy dalam teorinya menjelaskan individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan mempertahankan perilaku adaptif dan menghilangkan
perilaku maladaptive. Menurut Roy manusia adalah makhluk holistik yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi. Dalam konsepnya terdiri empat
elemen yaitu manusia, lingkungan, keperawatan, sehat-sakit.
Aplikasi Teori Adaptasi Roy Dalam Keperawatan Keluarga, Dalam karya
awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang lingkup individu. Kemudian
Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran konsep keluarga sebagai (konteks)
ini menjadi “keluarga sebagai suatu sistem adaptif yang seperti individu,
memiliki input, kendali interna dan proses umpan balik, dan output” (Whall &
Fawcett, 1991a, hlm. 23).

4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya perlu tinjauan lebih jaubkembali
untuk lebih paham bila mengaplikasikan teori konseptual model adaptasi oleh
Sister Callista Roy.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: Sagung


Seto
Apriliand, Prazz. 2011. Makalah Teori Roy. Scribd Diakses pada
https://scibd.com/doc/69201744/Makalah-Teori-Roy
Friedman, E. T.., Bowden, V, & Jones, E. (2010). Buku Ajar Keperawatan

Hairani, Indri, dkk. (2017). Konsep dan Model Keperawatan Ssister Callista Roy.
Diakses pada 15 Agustus 2021, dari
https://id.scribd.com/document/374147836/Makalah-Teori-Calista-Roy
Komala Ratna. (2013). Tugas Perkembangan Keluarga Di Setiap Tahap
Perkembangan. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021, dari
https://www.academia.edu/37094331/Tugas_Perkembangan_Keluarga_
Di_Setiap_Tahap_Perkembangan.
Lesmono, Siska. (2017). Konsep Dasar Keluarga Keperawatan Keluarga. Diakses
pada 14 Agustus 2-021, dari KONSEP DASAR KELUARGA
Keperawatan Keluarga. - ppt download (slideplayer.info)
Sormin, Firman. (2021). Konsep Keluarga.
https://www.academia.edu/41777883/KONSEP_KELUARGA_kel.
Diakses pada tanggal 15 Agustus 2021

Anda mungkin juga menyukai