Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI ABC (ANTECENDENT BEHAVIOR CONSEQUENCE)

Disusun Oleh :
Dinanda Devi Fortuna (J410170034)
Arum Setyanandini (J410170152)
Iis Shalikhah (J410181148)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah tentang Teori ABC (Antecendent
Behavior Consequence) pada mata kuliah Ilmu Perilaku Kesehatan.

Kami sekelompok tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surakarta, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
Latar Belakang .................................................................................................... 3
Tujuan .................................................................................................................. 4
Manfaat ................................................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 8
BAB IV ................................................................................................................. 13
SIMPULAN .......................................................................................................... 13
Simpulan ............................................................................................................ 13
Saran .................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan terdapat beberapa hal yang membuat orang itu
melakukan suatu hal. Hal itu bisa menjadi sangat penting karena hal itu memiliki
sumbangan yang cukup besar dalam peristiwa yang akan dilakukan oleh seseorang
tesebut. Karena bisa jadi hal yang akan dilakukan seseorang tersebut tidak hanya
hal yang positif akan tetapi juga bisa merupakan suatu hal yang bersifat negatif.
Dalam sebuah perilaku juga biasanya terdapat suatu hal yang mengikutinya. Hal itu
juga bisa menjadi hal yang berpengaruh juga. Oleh karena itu pelu adanya
pemahaman konseptualisasi mengenai hal tersebut.

Perilaku merupakan hasil kombinasi dari berbagai faktor, baik faktor


internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan karakteristik bawaan
yang dimiliki oleh seseorang, seperti kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin,
pengetahuan, sikap dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal merupakan
lingkungan sekeliling yang dapat berupa lingkungan fisik, sosial, budaya,
pendidikan, politik atau ekonomi. Lingkungan sebagai faktor eksternal inilah yang
paling banyak mempengaruhi perilaku seseorang sehingga terkadang seseorang
mengadopsi suatu perilaku baru yang ada di lingkungannya. Pengadopsian perilaku
ini bisa memberikan dampak yang baik atau buruk untuk diri sendiri maupun orang
lain.
Penggunaan model perilaku ABC merupakan cara yang efektif untuk
memahami mengapa perilaku bisa terjadi dan merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan perilaku yang diharapkan karena dalam model perilaku ini terdapat
konsekuensi yang digunakan untuk memotivasi agar frekuensi perilaku yang
diharapkan dapat meningkat serta modelperilaku ABC ini berguna untuk mendisain
intervensi yang dapat meningkatkan perilaku, individu, kelompok, dan organisasi.

3
Dalam hal ini perilaku yang diharapkan frekuensinya meningkat ialah perilaku
aman (Geller, 2015).

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori yang mendasari konsep ABC.
2. Untuk mengetahui maksud dari model ABC.
3. Untuk mengetahui maksud peristiwa yang mendahului / Antecedent (A).
4. Untuk mengetahui sumber-sumber antecedent.
5. Untuk mengetahui maksud dari Behavior (B).
6. Untuk mengetahui komponen dari Behavior.
7. Untuk mengetahui maksud dari Consequence(C).
8. Untuk mengetahui kategori Consequence.

C. Manfaat
1. Menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca mengenai teori
tentang perilaku masyrakat.
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi pembaca mengenai perilaku
masyarakat dan kesehatan masyarakat.
3. Sebagai pengetahuan tentang gaya hidup masyarakat dan kesehatan.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau sikap. Hal tersebut sesuai
pendapat Skinner (Baharuddin dan Wahyuni, 2016 : 67) yang mendefinisikan
belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai
hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang
biasa disebut dengan kondisioning operan (operant conditionning). Perilaku, seperti
respon dan tindakan, adalah menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk
situasi tertentu. Respon yang diberikan memiliki konsekuensi-konsekuensi yang
akan mempengaruhi munculnya perilaku. Pandangan Skinner sangat besar
pengaruhnya terhadap teori behavioristik terutama terhadap penggunaan program
pembelajaran berprogram atau pembelajaran menggunakan bahan ajar modul.

Secara konseptual, menurut Skinner (Baharuddin dan Wahyuni, 2016 : 67),


perilaku dapat dianalogikan dengan sebuah sandwich, yang membawa pengaruh
lingkungan terhadap perilaku. Yang pertama, disebut dengan anteseden (peristiwa
yang mendahului perilaku), dan yang kedua adalah konsekuen (peristiwa yang
mengikuti perilaku). Hubungan ini dapat ditunjukkan secara sederhana sebagai
rangkaian antecedents-behavior-consequence, atau A-B-C. Sebagai sebuah
rangkaian, perilaku adalah proses dari consequence yang diberikan pada perilaku
akan menjadi antecedents bagi munculnya perilaku, dan seterusnya.

Model ABC atas perubahan perilaku merupakan gabungan dari 3 (tiga)


elemen, yaitu antecedents, behaviour dan consequences (ABC). Menurut para
pendukung model tersebut, perilaku sebetulnya dapat diubah dengan melalui 2
(dua) cara, yaitu berdasarkan apa yang mempengaruhi perilaku sebelum terjadi (ex-
ante) dan apa yang mempengaruhi perilaku setelah terjadi (ex-post). Ketika kita
mencoba mempengaruhi perilaku sebelum perilaku itu terbentuk berarti kita telah
menggunakan antecedents. Sementara itu, ketika kita berusaha mempengaruhi
perilaku dengan melakukan sesuatu setelah perilaku itu terbentuk berarti kita

5
menggunakan consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya
perilaku yang selanjutnya akan diikuti oleh sebuah consequences (Graeff, 2016).

Perilaku dapat dipelajari dan diubah dengan cara mengidentifikasi dan


memanipulasi keadaan suatu lingkungan yang mendahului (anteseden) serta yang
mengikuti suatu perilaku (konsekuen).7 Elemen inti dari teori ABC adalah
antecedent-behavior-consequences, yaitu sebuah perilaku dipicu oleh beberapa
rangkaian peristiwa anteseden (sesuatu yang mendahului sebuah perilaku dan
secara kausal terhubung dengan perilaku tersebut), kemudian sebuah perilaku
diikuti oleh konsekuensi (hasil nyata dari perilaku yang dapat meningkatkan atau
menurunkan kemungkinan perilaku tersebut untuk berulang kembali).Teori ini
membantu mengidentifikasi cara mengubah perilaku dengan memastikan
keberadaan anteseden yang tepat dan konsekuensi yang mendukung perilaku
tersebut (Potoczak, 2017).

Teori dalam model perilaku ABC ini sesuai dengan The lawfullness of
behavior dalam ilmu perilaku yang disampaikan oleh As’ad (2016). As’ad (2016)
mengemukakanbahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya stimulus, tidak
ada tingkah laku manusia yang terjadi tanpa adanya stimulus, stimulus merupakan
sebab terjadinya perilaku, dan semakin besar stimulus yang ada maka semakin
besar kemampuannya untuk menggerakkan tingkah laku.

Dwiyanti & Irlianti (2014) menyatakan bahwa kekuatan sebuah konsekuens


dalam mempengaruhi sebuah perilaku ditentukan oleh 3 hal: (1) waktu, yaitu
konsekuens yang mengikuti segera akan berpengaruh lebih kuat; (2) konsistensi,
yaitu konsistensi akan lebih memastikan konseskuens mengikuti sebuah perilaku;
dan (3) signifikansi, konsekuens positif dan signifikan akan lebih kuat daripada
konsekuensi negatif dan non-signifikan.

Penggunaan model perilaku ABC merupakan cara yang efektif untuk


memahami mengapa perilaku bisa terjadi dan merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan perilaku yang diharapkan karena dalam model perilaku ini terdapat
konsekuensi yang digunakan untuk memotivasi agar frekuensi perilaku yang

6
diharapkan dapat meningkat serta model perilaku ABC ini berguna untuk
mendisain intervensi yang dapat meningkatkan perilaku, individu, kelompok, dan
organisasi. Dalam hal ini perilaku yang diharapkan frekuensinya meningkat ialah
perilaku aman (Geller, 2015).

7
BAB III

PEMBAHASAN

Pendekatan behavioral didasarkan pandangan ilmiah tentang tingkah laku


manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam
konseling. Konseptualisai model permasalahan ABC merupakan implikasi dari
teori behavior. Dalam teori ini telah dikemukakan bahwasannya terdapat 3 tokoh
yaitu Ivan Pavlov, Thorndike, dan B.F. Skinner. Ivan Pavlov sendiri
mengemukakan dalam teorinya bahwa seseorang dapat dibentuk perilakunya
melalui pembiasaan. Dalam teori Thorndike terdapat 3 pokok teori yaitu : Law of
readiness, law of effect dan law of exercise. Sedangkan dalam teori Skinner
menerapkan reward dan punishment. Yaitu kita bisa mengubah atau
meminimalisisr perilaku yang tidak kita inginkan dengan cara diberikan hadiah atau
hukuman.

Dalam konseling, konseling behavior juga dikenal sebagai modifikasi


perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan untuk mengubah tingkah laku.
Terapi ini berfokus pada perilaku yang tampak dan spesifik. Dalam konseling,
konseli belajar perilaku baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptif,
memperkuat serta mampertahankan perilaku yang diinginkan dan membentuk pola
tingkah laku dengan memberikan imbalan atau reinforcement muncul setelah
tingkah laku dilakukan. Ciri unik dari terapi ini adalah lebih berkonsentrasi pada
proses tingkah laku yang teramati dan spesifik, fokus pada tingkah laku kini dan
sekarang.

Model ABC adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi hubungan antara perilaku konseli yang bermasalah dengan keadan
lingkungan. Model ini menyatakan bahwasannya perilaku dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang mendahuluinya yang disebut sebagai Antecedent (A) serta
diikuti oleh peristiwa yang mengikuti perilaku tersebut / consequence (C).

Peristiwa yang mendahului / Antecedent (A)

8
Anteseden yang terjadi secara alamiah (naturally occuring antesedents)
secara otomatis dipicu oleh peristiwa yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam
operant conditioning anteseden dapat memberikan petunjuk bahwa sebuah perilaku
dapat menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif (Permatasari, 2017).

Semua sumber atau kejadian yang mempengaruhi peilaku secara langsung


adalah antecedent. Antecedent yang dimunculkan oleh seseorang seringkali hanya
bersifat situasional sehingga perilaku menyimpang yang muncul juga bersifat
situasional. Antecedent ini berbeda pada setiap individu, hal ini dikarenakan
antecedent ini dipengaruhi oleh hasil belajar dari masing-masing individu terhadap
pengalaman hidup yang telah dilewatinya. Antecedent biasanya menyangkut lebih
dari satu sember atau satu tipe kejadian. Sumber-sumber antecedent dapat berupa:

a. Afektif (perasaan, keadaan, emosi)


b. Somatic (keadaan fisik dan sensasi yang berhubungan dengan
tubuh)
c. Perilaku (verbal, non verbal, respon motorik)
d. Kognitif (pemikiran, keyakinan, bayangan, dialog internal)
e. Kontekstal (waktu, tempat, kejadian tertentu)
f. Relasional (kehadiran atau ketidakhadiran orang lain)

Perlu diketahui bahwasannnya identifikasi antecedent ini dapat digunakan


untuk menghilangkan perilaku menyimpang yang tidak diinginkan, atau bahkan
mengeliminasi kejadia/sumber-sumber antecedent itu sendiri.

Perilaku / Behavior (B)

Menurut Kwick (Kholid, 2012:60-61), Behavior (perilaku) merupakan


tindakan-tindakan atau perbuatan organism yang dapat diamati bahkan dipelajari.
Pada hakikatnya perilaku manusia adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang luas. Contoh perilaku manusia yaitu
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Nelson dan Hayes (Priyoto, 2014: 129) memaparkan bahwa ciri-ciri
suatu perilaku membawa implikasi penting bagi penyusunan strategi komunikasi.

9
Perilaku manusia dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tampak dan
perilaku yang tidak tampak. Perilaku yang tampak (overt) adalah perilaku kita yang
dapat secara langsung diamati oleh orang di sekeliling kita. Perilaku yang tidak
tampak (covert) merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam diri kita /
internal dan sulit diamati dari luar. Perilaku konseli yang bermasalah dapat muncul
dari berbagai komponen yang ada dalam dirinya. Komponen itu antara lain :

a. Komponen afektif (suasana hati)


b. Komponen somatic (berkaitan dengan keadaan tubuh)
c. Kompnen kognitif (pikiran)
d. Komponen perilaku (hal yang dilakukan)

Oleh sebab itu konselor dalam memandang permasalahan yang sedang


dihadapi oleh konseli harus dapat melihat komponen-komponen apa yang
berpengaruh kuat terhadap perilaku konseli yang menyimpang.

Konsekuensi / Consequence (C)

Consequences (konsekuensi) merupakan peristiwa lingkungan yang


mengikuti sebuah perilaku. Konsekuensi dapat menguatkan, melemahkan atau
menghentikan suatu perilaku. Pada umumnya orang cenderung mengulangi
perilaku-perilaku yang membawa hasil-hasil positif dan menghindari perilaku-
perilaku yang memberikan hasil-hasil negatif (Permatasari, 2017).

a. Konsekuensi positif mengarah pada suatu reward atau


reinforcement. Dan seseorang akan berusaha untuk mengulangi
perilaku yang telah mendaat penguatan positif (baik verbal maupun
non verbal).
b. Konsekuensi negative mengacu pada hukuman / punishment yang
dapat melemahkan peilaku atau untuk mengubah perilaku sesorang.
Pemberian konsekuensi negative sering diterapkan di sekolah,
contoh hukuman bagi siswa. Namun, konselor juga perlu utuk
mempertimbangkan dengan baik efek yang diterima oleh konseli.

10
Hal ini dikarenakan pemberian hukuman kepada konseli bisa jadi
akan menambah daftar masalah bagi diri konseli.

Konsekuensi juga meliputi beberapa sumber atau tipe kejadian yaitu afektif,
somatic, perilaku, kognitif, kontekstual dan relasional. Dan ketika melakukan
konseling, konselor perlu mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi yang dapat
mempertahankan, meningkatkan atau melemahkan perilaku yang diharapkan atau
tidak diharapkan. Informasi tentang konsekuensi akan membantu konselor untuk
memberikan strategi yang sesuai. Juga untuk informasi mengenai konsekuensi ini
dapat berguna dalam membuat perencanaan treatment yang dapat mempemudah
prosen treatment itu sendiri.

Individu juga cenderung untuk bertindak dalam suatu perilaku yang memiliki
banyak payoffs”. Payoff adalah sesuatu yang segera diperoleh oleh individu
mengikuti perilakunya. Sebagai contoh, seorang konseli terus menerus merokok
bahkan meskipun untuk itu ia kehilangan banyak uang karena ia menyenangi
perasaan yang segera diperolehnya ketika merokok, dan merokok dapat
membantunya menangani tekanan. Seorang konseli laki-laki terus-menerus
mengeluarkan kata-kata kasar terhadap kekasihnya bahkan meskipun hal itu sering
menimbulkan membuat ketegangan, karena dengan kekasarannya itu ia
memperoleh perasaan kuasa dan kontrol. Dalam dua contoh tersebut, perilaku
bermasalah seringkali sulit berubah, karena konsekuensi yang dengan segera
membuat orang merasa lebih baik.

Perlu ditegaskan lagi bahwa anteseden, konsekuensi, dan komponen-


komponen masalah harus ditaksir dan diidentifikasi untuk setiap konseli karena
komponen-komponen tersebut berlakunya dapat bervariasi antara konseli ke
konseli. Demikian pula penting juga untuk diingat bahwa seringkali terdapat
banyak overlap di antara anteseden, konsekuensi, dan komponen perilaku
bermasalah.

11
Contoh Kasus yang menggunakan Teori ABC :

Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak, salah
satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat tampilan
makanan semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C ).

12
BAB IV

SIMPULAN

A. Simpulan

Dapat diketahui bahwasannya peristiwa atau perilaku yang terjadi


pada setiap individu terdapat peristiwa yang mendahului yaitu peristiwa
yang biasa disebut sebagai Antesedence (A) dan juga terdapat suatu hal
yang dapat memperkuat perilaku tersebut terus berjalan atau tidak yang
biasa disebut sebagai Consequance (C). Dan hal itu biasa disebut sebagai
ABC yang berarti Antecedence, Behavior, dan Consequence.

B. Saran

Mahasiswa Prodi Kesehatan Masyarakat dengan profesi Penyuluh


Kesehatan penting memahami Teori ABC pada Ilmu Perilaku dalam
konteks kesehatan, agar ketika menjalani profesinya dapat menggunakan
Teori ABC dengan baik dan semaksimal meungkin.

13
DAFTAR PUSTAKA

As’ad, Moh. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 2016.

Baharuddin, H, dan Wahyuni, Esa Nur. Teori Belajar dan Pembelajaran.


Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. 2016.

Dwiyanti, E., & Irlianti, A. Analisis perilaku aman tenaga kerja menggunakan
model perilaku ABC (Antecedent Behavior Consequence). Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health ; 2014, 3(1), 3812.

Geller, E. Scott. Behavior-Based Safety and Occupational Risk Management in


Behavior Modification, Vol. 29, No. 3, 539- 561. Sage Publication. 2015.

Graeff JA, Elder JP, Booth EM. Communication for oral health and behavior
change. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers ; 2016. H. 27-36.

Kholid, A. Promosi kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media dan


aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012.

Permatasari, D. A., & Sugito, S. Dinamika Perilaku Agresif Anak Yang Bermain
Game Pada Anak Kelompok B4 Di Tk Aba Wonocatur Banguntapan
Bantul. Jurnal Pendidikan Anak ; 2017, 6(2), 149-160.

Potoczak K, Carr JE, Michael J. The effects of consequence manipulation during


functional analysis of problem behavior maintained by negative
reinforcement. Applied Behavior Analysis J ; 2017, 40: 719-724.

Priyoto. Teori sikap dan perilaku dalam kesehatan dilengkapi dengan contoh
kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika. 2014.

Septalita, A., & Andreas, P. Pengaruh program perubahan perilaku ibu hamil
(Cerdigi) berdasarkan teori ABC (studi pendahuluan di Kelurahan Serpong,
Tangerang Selatan). Majalah Kedokteran Gigi Indonesia ; 2015, 1(2), 201-
207.

14

Anda mungkin juga menyukai