Disusun Oleh :
Dinanda Devi Fortuna (J410170034)
Arum Setyanandini (J410170152)
Iis Shalikhah (J410181148)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami sekelompok tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam kehidupan terdapat beberapa hal yang membuat orang itu
melakukan suatu hal. Hal itu bisa menjadi sangat penting karena hal itu memiliki
sumbangan yang cukup besar dalam peristiwa yang akan dilakukan oleh seseorang
tesebut. Karena bisa jadi hal yang akan dilakukan seseorang tersebut tidak hanya
hal yang positif akan tetapi juga bisa merupakan suatu hal yang bersifat negatif.
Dalam sebuah perilaku juga biasanya terdapat suatu hal yang mengikutinya. Hal itu
juga bisa menjadi hal yang berpengaruh juga. Oleh karena itu pelu adanya
pemahaman konseptualisasi mengenai hal tersebut.
3
Dalam hal ini perilaku yang diharapkan frekuensinya meningkat ialah perilaku
aman (Geller, 2015).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori yang mendasari konsep ABC.
2. Untuk mengetahui maksud dari model ABC.
3. Untuk mengetahui maksud peristiwa yang mendahului / Antecedent (A).
4. Untuk mengetahui sumber-sumber antecedent.
5. Untuk mengetahui maksud dari Behavior (B).
6. Untuk mengetahui komponen dari Behavior.
7. Untuk mengetahui maksud dari Consequence(C).
8. Untuk mengetahui kategori Consequence.
C. Manfaat
1. Menambah wawasan baik bagi penulis maupun pembaca mengenai teori
tentang perilaku masyrakat.
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi pembaca mengenai perilaku
masyarakat dan kesehatan masyarakat.
3. Sebagai pengetahuan tentang gaya hidup masyarakat dan kesehatan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku atau sikap. Hal tersebut sesuai
pendapat Skinner (Baharuddin dan Wahyuni, 2016 : 67) yang mendefinisikan
belajar sebagai proses perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dicapai sebagai
hasil belajar tersebut melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang
biasa disebut dengan kondisioning operan (operant conditionning). Perilaku, seperti
respon dan tindakan, adalah menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk
situasi tertentu. Respon yang diberikan memiliki konsekuensi-konsekuensi yang
akan mempengaruhi munculnya perilaku. Pandangan Skinner sangat besar
pengaruhnya terhadap teori behavioristik terutama terhadap penggunaan program
pembelajaran berprogram atau pembelajaran menggunakan bahan ajar modul.
5
menggunakan consequences. Jadi sebuah antecedents mendorong terbentuknya
perilaku yang selanjutnya akan diikuti oleh sebuah consequences (Graeff, 2016).
Teori dalam model perilaku ABC ini sesuai dengan The lawfullness of
behavior dalam ilmu perilaku yang disampaikan oleh As’ad (2016). As’ad (2016)
mengemukakanbahwa tingkah laku manusia timbul karena adanya stimulus, tidak
ada tingkah laku manusia yang terjadi tanpa adanya stimulus, stimulus merupakan
sebab terjadinya perilaku, dan semakin besar stimulus yang ada maka semakin
besar kemampuannya untuk menggerakkan tingkah laku.
6
diharapkan dapat meningkat serta model perilaku ABC ini berguna untuk
mendisain intervensi yang dapat meningkatkan perilaku, individu, kelompok, dan
organisasi. Dalam hal ini perilaku yang diharapkan frekuensinya meningkat ialah
perilaku aman (Geller, 2015).
7
BAB III
PEMBAHASAN
Model ABC adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
mengidentifikasi hubungan antara perilaku konseli yang bermasalah dengan keadan
lingkungan. Model ini menyatakan bahwasannya perilaku dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian yang mendahuluinya yang disebut sebagai Antecedent (A) serta
diikuti oleh peristiwa yang mengikuti perilaku tersebut / consequence (C).
8
Anteseden yang terjadi secara alamiah (naturally occuring antesedents)
secara otomatis dipicu oleh peristiwa yang berkaitan dengan lingkungan. Dalam
operant conditioning anteseden dapat memberikan petunjuk bahwa sebuah perilaku
dapat menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif (Permatasari, 2017).
9
Perilaku manusia dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tampak dan
perilaku yang tidak tampak. Perilaku yang tampak (overt) adalah perilaku kita yang
dapat secara langsung diamati oleh orang di sekeliling kita. Perilaku yang tidak
tampak (covert) merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam diri kita /
internal dan sulit diamati dari luar. Perilaku konseli yang bermasalah dapat muncul
dari berbagai komponen yang ada dalam dirinya. Komponen itu antara lain :
10
Hal ini dikarenakan pemberian hukuman kepada konseli bisa jadi
akan menambah daftar masalah bagi diri konseli.
Konsekuensi juga meliputi beberapa sumber atau tipe kejadian yaitu afektif,
somatic, perilaku, kognitif, kontekstual dan relasional. Dan ketika melakukan
konseling, konselor perlu mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi yang dapat
mempertahankan, meningkatkan atau melemahkan perilaku yang diharapkan atau
tidak diharapkan. Informasi tentang konsekuensi akan membantu konselor untuk
memberikan strategi yang sesuai. Juga untuk informasi mengenai konsekuensi ini
dapat berguna dalam membuat perencanaan treatment yang dapat mempemudah
prosen treatment itu sendiri.
Individu juga cenderung untuk bertindak dalam suatu perilaku yang memiliki
banyak payoffs”. Payoff adalah sesuatu yang segera diperoleh oleh individu
mengikuti perilakunya. Sebagai contoh, seorang konseli terus menerus merokok
bahkan meskipun untuk itu ia kehilangan banyak uang karena ia menyenangi
perasaan yang segera diperolehnya ketika merokok, dan merokok dapat
membantunya menangani tekanan. Seorang konseli laki-laki terus-menerus
mengeluarkan kata-kata kasar terhadap kekasihnya bahkan meskipun hal itu sering
menimbulkan membuat ketegangan, karena dengan kekasarannya itu ia
memperoleh perasaan kuasa dan kontrol. Dalam dua contoh tersebut, perilaku
bermasalah seringkali sulit berubah, karena konsekuensi yang dengan segera
membuat orang merasa lebih baik.
11
Contoh Kasus yang menggunakan Teori ABC :
Penyuluhan di Posyandu tentang bagaimana agar anak mau makan banyak, salah
satunya dengan membuat tampilan makanan menarik (A), Ibu membuat tampilan
makanan semenarik mungkin ( B ), Anak mau makan banyak ( C ).
12
BAB IV
SIMPULAN
A. Simpulan
B. Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanti, E., & Irlianti, A. Analisis perilaku aman tenaga kerja menggunakan
model perilaku ABC (Antecedent Behavior Consequence). Indonesian
Journal of Occupational Safety and Health ; 2014, 3(1), 3812.
Graeff JA, Elder JP, Booth EM. Communication for oral health and behavior
change. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers ; 2016. H. 27-36.
Permatasari, D. A., & Sugito, S. Dinamika Perilaku Agresif Anak Yang Bermain
Game Pada Anak Kelompok B4 Di Tk Aba Wonocatur Banguntapan
Bantul. Jurnal Pendidikan Anak ; 2017, 6(2), 149-160.
Priyoto. Teori sikap dan perilaku dalam kesehatan dilengkapi dengan contoh
kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika. 2014.
Septalita, A., & Andreas, P. Pengaruh program perubahan perilaku ibu hamil
(Cerdigi) berdasarkan teori ABC (studi pendahuluan di Kelurahan Serpong,
Tangerang Selatan). Majalah Kedokteran Gigi Indonesia ; 2015, 1(2), 201-
207.
14