A. Emosi
1. Pengertian Emosi
Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak
dapat satu pun definisi yang diterima secara universal. Para ahli
mencoba mendefinisikan teori sehingga didapatkan tiga grand theory
mengenai emosi, yaitu :
a. Teori James-Lange
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan
tubuh. Salah satu dari toeri paling awal dalam emosi dengan
ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika Wiliam James. James
mengusulkan serangkain kejadian dalam keadaan emosi yaitu kita
menerima situasi yang akan menghasilkan emosi, kita bereaksi ke
situasi tersebut dan kita memperhatikan reaksi kita. Persepsi kita
terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami.
Sehingga pengalaman emosi atau emosi yang dirasakan terjadi
setelah perubahan tubuh memunculkan pengalam emosional.
b. Teori Cannon-Bard
Teori ini menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan
respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri. Menurut teori ini,
kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari
dunia luar, kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti
hipotalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian
mengirim out put dalam 2 arah yaitu pertama ke organ-organ tubuh
dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi
tubuh, kedua ke korteks cerebral diaman pola buangan dari daerah
otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan.
2. Bentuk-Bentuk Emosi
Goleman (2009) menggolongkan bentuk emosi sebagai berikut:
a. Amarah yaitu beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel,
kesal hati, terganggu, tersinggung, bermusuhan, hingga tindakan
kekerasan dan kebencian patologis.
b. Kesedihan yaitu pedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri,
kesedihan, ditolak, dan depresi berat.
c. Rasa takut yaitu takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut
sekali, waspara, tidak senang, ngeri, takut sekali, fobia dan panic.
d. Kenikmatan yaitu bahagia, gembira, puas, terhibur, bangga, takjub,
terpesona, senang sekali dan manis.
e. Cinta yaitu persahabatan, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti, hormat.
f. Terkejut yaitu terpana dan takjub.
g. Jengkel yaitu hina, jijik, muak, benci.
h. Malu yaitu rasa bersalah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan
hati hancur lebur.
B. Regulasi Emosi
1. Pengertian Regulasi Emosi
Regulasi emosi ialah strategi yang dilakukan secara sadar
ataupun tidak sadar untuk mempertahankan, memperkuat atau
mengurangi satu atau lebih aspek dari respon emosi yaitu pengalaman
emosi dan perilaku. Seseorang yang memiliki regulasi emosi dapat
mempertahankan atau meningkatkan emosi yang dirasakannya baik
positif maupun negatif. Selain itu, seseorang juga dapat mengurangi
emosinya baik positif maupun negatif (Gross, 2007).
Sementara itu, menurut Shaffer (2005) menyatakan bahwa
regulasi emosi ialah kapasitas untuk mengontrol dan menyesuaikan
emosi yang timbul pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai
suatu tujuan. Regulasi emosi yang tepat meliputi kemampuan untuk
mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi yang berhubungan
dengan emosi, dan reaksi yang berhubungan dengan emosi.
Sedangkan menurut Gottman dan Katz (Wilson, 1999) regulasi
emosi merujuk pada kemampuan untuk menghalangi perilaku tidak
tepat akibat kuatnya intensitas emosi positif atau negatif yang
dirasakan, dapat menenangkan diri dari pengaruh psikologis yang
timbul akibat intensitas yang kuat dari emosi, dapat memusatkan
perhatian kembali dan mengorganisir diri sendiri untuk mengatur
perilaku yang tepat untuk mencapai suatu tujuan.
Walden dan Smith (Eisenberg, Fabes, Reiser & Guthrie 2000)
juga menjelaskan bahwa regulasi emosi merupakan proses menerima,
mempertahankan dan mengendalikan suatu kejadian, intensitas dan
lamanya emosi dirasakan, proses fisiologis yang berhubungan dengan
emosi, ekspresi wajah serta perilaku yang dapat diobservasi.
Thompson (dalam Eisenberg, Fabes, Reiser & Guthrie 2000)
mengatakan bahwa regulasi emosi terdiri dari proses intrinsik dan
ekstrinsik yang bertanggung jawab untuk mengenal, memonitor,
mengevaluasi dan membatasi respon emosi khususnya intensitas dan
bentuk reaksinya untuk mencapai suatu tujuan. Regulasi emosi yang
efektif meliputi kemampuan secara fleksibel mengelola emosi sesuai
dengan tuntutan lingkungan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
regulasi emosi ialah suatu proses intrinsik dan ekstrinsik yang
bertanggung jawab untuk menerima, mempertahankan dan
mengendalikan emosi yang muncul dalam keadaan sadar ataupun tidak
sadar pada tingkat intensitas yang tepat untuk mencapai suatu tujuan
yang meliputi kemampuan mengatur perasaan, reaksi fisiologis, cara
berpikir seseorang, dan respon emosi (ekspresi wajah, tingkah laku dan
nada suara) serta dapat dengan cepat menenangkan diri setelah
kehilangan kontrol atas emosi yang dirasakan untuk mencapai suatu
tujuan.
2. Bentuk-Bentuk Regulasi Emosi
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia,
khususnya untuk mereduksi ketegangan yang timbul akibat emosi
yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya keseimbangan
hormonal di dalam tubuh, memunculkan ketegangan psikis, terutama
pada emosi-emosi negatif. Emosi adalah suatu gejala psiko-fisiologis
yang menimbulkan efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku, serta
dalam bentuk ekspresi tertentu. Emosi dirasakan secara psiko-fisik
karena terkait langsung dengan jiwa dan fisik. Menurut Atwater
(1991), ekspresi pengendalian emosi dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu a. Represi
b. Supresi
c. Ekspresi Verbal
a. Usia
c. Hubungan Interpersonal