Anda di halaman 1dari 22

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN DALAM KEPERAWATAN

EMOSI

oleh
LathifahNurLailiyah 142310101012
AyundaHardiyanti 142310101015
JauharotunNafi’ah 142310101018
Risyda Zakiyah Hanim 142310101134

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Manusia dikenal sebagai makhluk dengan emosi yang beragam. Dalam
karyanya Emotional Intelegence, psikolog dan pemerhatin perilaku manusia
Daniel Goleman memaparkan secara garis besar bahwa, kecerdasan emosional
memberi pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan keberhasilan
seseorang di dalam kehidupannya (Lihat: Daniel Goleman. 2006. Emotional
Intelegence. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama). Goleman menawarkan
sebuah teori yang ia sebut Emotional Quotient (EQ), yang mana menurut teori ini,
keberhasilan seseorang dalam hidupnya tidak hanya ditentukan oleh kemampuan
intelegensi,melainkan didukung oleh kemampuan penguasaan emosi yang baik.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri


sendiridan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban
stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Hal senada juga diungkapkan oleh
Steven Covey dalam karyanya “The Seven Habit Effective People”. Meskipun
istilah emosi sangat dekat dengan kehidupan manusia, namun kata “emosi” masih
menjadi istilah yang maknanya diperdebatkan oleh para ahli psikologi maupun
ahli filsafat. Sementara pengertian yang terlanjur berkembang di tengah
masyarakat pun tak luput pula dari kekeliruan definitif di mana emosi seringkali
diidentifikasi dengan “marah”, padahal, marah adalah salah satu ekspresi perasaan
manusia ketika menghadapi sebuah realitas tertentu yang ada di hadapannya.

Menurut etimology bahasa, kata emosi berasal dari akar kata movere
(Latin), berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e” untuk memberi
arti “bergerak menjauh”. Sedangkan makna harfiah tentang emosi (emotion),
dalam Oxford English Dictionaryditemukan definisi emosi sebagai “setiap
kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, atau setiap keadaan mental
yang hebat atau meluap-luap” Emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan
dengan gejala kejasmanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan emosi
menurut Hurlock (1978), antara lain usia , perubahan fisik dan kelenjar, jenis
kelamin.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan emosi, macam - macam, faktor dan teori dari
emosi ?
1.2.2 Apa definisi, ciri, faktor, intensitas, dimensi dan jenis dari perasaan ?
1.2.3 Apa definisi dan gangguan dari afek dan emosi ?

1.3 Manfaat
1.3.1 Mengetahui definisi emosi, macam - macam, faktor dan teori dari emosi
1.3.2 Mengetahui definisi perasaan, ciri, faktor, intensitas, dimensi dan jenis dari
perasaan
1.3.3 Mengetahui definisi dan gangguan dari afek dan emosi
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Emosi
2.1.1 Definisi
Secara etimologis emosi berasal dari kata Prancis emotion, yang
berasal lagi dari emouvoir, ‘exicte’ yang berdasarkan kata
Latin emovere, artinya keluar. Dengan demikian secara etimologis
emosi berati “bergerak keluar”.

Emosi adalah suatu konsep yang sangat majemuk sehingga tidak


dapat satu pun definisi yang diterima secara universal. Emosi sebagai
reaksi penilaian(positif atau negatif) yang kompleks dari sistem saraf
seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri sendiri.

Menurut beberapa ahli pengertian emosi sebagai berikut.

1. Diungkap Prezz (1999) seorang EQ organizational consultant dan


pengajar senior di Potchefstroom University, Afrika Selatan, secara
tegas mengatakan emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi
tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan
aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap
situasi. Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik.
2. Hathersall (1985) merumuskan pengertian emosi sebagai suatu
psikologis yang merupakan pengalaman subyektif yang dapat dilihat
dari reaksi wajah dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang
marah memperlihatkan muka merah, wajah seram, dan postur tubuh
menegang, bertingkah laku menendang atau menyerang, serta jantung
berdenyut cepat.
3. Selanjutnya Keleinginna and Keleinginan (1981) berpendapat
bahwa emosi seringkali berhubungan dengan tujuan tingkah laku.
Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (feeling), misalnya
pengalaman-pengalaman afektif, kenikmatan atau ketidaknikmatan,
marah, takut bahagia, sedih dan jijik.
4. Sedangkan menurut William James (dalam DR. Nyayu Khodijah)
mendefinisikan emosi sebagai keadaan budi rohani yang
menampakkan dirinya dengan suatu perubahan yang jelas pada tubuh.

2.1.2 Macam-Macam Emosi


 Emosi sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari
luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang
dan lapar
 Emosi psikis..
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan,
seperti : perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang
lingkup kebenaran perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait
dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan
maupun kelompok.
1) Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral)
2) Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun
kerohanian
3) Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk
Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi
1. Usia
Semakin bertambah usia inidvidu, diharapkan emosinya akan lebih
matang dan individu akan lebih dapat menguasai dan mengendalikan
emosinya. Individu semakin baik dalam kemampuan memandang suatu
masalah, menyalurkan dan mengontrol emosinya secara lebih stabil dan
matang secara emosi.
2.Perubahan fisik dan kelenjar
Perubahan fisik dan kelenjar pada diri individu akan menyebabkan
terjadinya perubahan pada kematangan emosi. Sesuai dengan anggapan
bahwa remaja adalah periode “badai dan tekanan”, emosi remaja
meningkat akibat perubahan fisik dan kelenjar.
3. Pola Asuh Orang Tua
Dari pengalamannya berinteraksi di dalam keluarga akan menentukan pula
pola perilaku anak tehadap orang lain dalam lingkungannya. Salah satu
faktor yang mempengaruhi dalam keluarga adalah pola asuh orangtua.
Cara orangtua memperlakukan anak-anaknya akan memberikan akibat
yang permanen dalam kehidupan anak (Goleman, 2001).
4.Lingkungan
Kebebasan dan kontrol yang mutlak dapat menjadi penghalang dalam
pencapaian kematangan emosi remaja. Lingkungan disekitar kehidupan
remaja yang mendukung perkembangan fisik dan mental memungkinkan
kematangan emosi dapat tercapai (Chaube, 2002)
5. Jenis Kelamin
Laki-laki dikenal lebih berkuasa jika dibandingkan dengan perempuan,
mereka memiliki pendapat tentang kemaskulinan terhadap dirinya
sehingga cenderung kurang mampu mengekspresikan emosi seperti yang
dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan laki-laki cenderung
memiliki ketidakmatangan emosi jika dibandingkan dengan perempuan
(Santrock, 2003).

Menurut Le Dove (Goleman 1997:20-32) bahwa faktor-faktor yang


mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:
1.Fisik
Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh
terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya.
Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang
disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang
mengurusi emosi yaitu system limbik,tetapi sesungguhnya antara kedua
bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.
a) Konteks. Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira kira 3 milimeter
yang membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan
penting dalam memahami sesuatu secara mendalam, menganalisis
mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat
sesuatu untuk mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat
bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi
emosi sebelum berbuat sesuatu.
b) Sistem limbik. Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang
letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung
jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbik meliputi
hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan
tempat disimpannya emosi.
2. Psikis.
Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga
dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat
mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis.
Secara fisik terletak dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik, secara
psikis diantarnya meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non
keluarga.

2.1.4 Teori-Teori Emosi


 Teori James-Lange
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan
tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas
dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James: “Kita merasa
sedih karena kita menangis, marah karena kita menyerang, takut
mereka gemetar”.Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh
James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan
gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Di usulkan
serangkaian kejadian disaat kita emosi : Kita menerima situasi yang
akan menghasilkan emosi. Kita bereaksi ke situasi tersebut,Kita
memperhatikan reaksi kita. Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah
dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi-
emosi yang dirasakan terjadi setelah perubahan tubuh, perubahan
tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan
dari tubuh memunculkan pengalaman emosi. Agar teori ini
berfungsi, harus ada suatu perbedaan antara perubahan internal dan
eksternal tubuh untuk setiap emosi, dan individu harus dapat
menerima mereka. Di samping ada bukti perbedaan pola respon
tubuh dalam emosi tertentu, khususnya dalam emosi yang lebih
halus dan kurang intens, persepsi kita terhadap perubahan internal
tidak terlalu teliti.

 Teori Cannon-Bard
Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang
berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan
antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter
Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan
oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang
dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna
lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita
pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia
luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus
diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output
dalam dua arah: (1) ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot
eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh, (2) ke korteks
cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah
diterima sebagai emosi yang dirasakan. Kebalikan dengan teori
James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi
yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak
berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu
bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat
dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah
persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari
emosi yang dirasakan.

 Teori Kognitif tentang Emosi

Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi


kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam
tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert
Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962).
Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi
terbagi dalam dua langkah: 1. Interpretasi stimuli dari lingkungan.
Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan
reaksi emosional. Contohnya, jika suatu hari kamu menerima kado
dari Wini dimana Wini adalah musuh besarmu, maka kamu akan
merasa takut atau bisa mengganggap bahwa kado tersebut
berbahaya. Tetapi akan berbeda ceritanya bila Wini adalah seorang
teman karibmu, maka kamu akan dengan senang hati menerima dan
membuka kado tersebut tanpa curiga. Jadi dalam teori kognitifpada
emosi, informasi dari stimulus berangkat pertama kali ke cerebral
cortex, dimana akan diinterpretasi pada pengalaman masa kini dan
lamapau. Lalu pesan tersebut dikirim ke limbyc system dan sistem
saraf otonom yang kemudian akan menghasilkan arousl secara
fisiologis. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal
saraf otonom Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu
interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang merupakan hasil dari
arousal otonom. Teori kognitif menyerupai teori James-Lange teori
menekankan pentingnya stimuli internal tubuh dalam mengalami
emosi, tetapi sebenarnya itu berlanjut ke interpretasi kognitif dari
stimuli, dimana hal tersebut lebih penting dari pada stimuli internal
itu sendiri.

2.2 Perasaan
2.2.1 Definisi
Perasaan atau dalam istilah lain disebut “Renjana” adalah gejala psikis
yang memiliki sifat khas subjektif yang berhubungan dengan persepsi dan
dialami sebagai rasa senang-tidak senang, sedih-gembira dalam berbagai
derajat dan tingkatannya.

Menurut Maramis (1999), “Perasaan adalah nada perasaan


menyenangkan atau tidak, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya
berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologik”.

Perasaan adalah “sesuatu tentang keadaan jiwa manusia yang dihayati


secara senang atau tidak senang”.

Contoh:

 Perasaan menyenangkan: senang, bangga, kasih sayang, gembira, enak,


lezat, keindahan, dan ketenangan.
 Perasaan tak menyenangkan: sedih, kecewa, sakit, gelisah, kacau, mual,
dan busuk.

Menurut Kartono K. (1996), “Perasaan atau renjana adalah reaksi rasa


dari segenap organisme psiko-fisik manusia”. Sedangkan menurut abu
ahmadi (1983), “perasaan adalah suatu keadaan kerohanian atau peristiwa
kejiwaan yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan
dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.
2.2.2 Ciri-Ciri Perasaan
a. Perasaan selalu terkait dengan gejala kejiwaan yang lain, khususnya
persepsi.
Contoh:
 Perasaan gembira saat menonton pertandingan sepakbola karena
tim sepak bola favoritnya menang.
 Dalam diri seseorang timbul perasaan gelisah dan takut karena
memikirkan trauma masa lalu.
 Dalam diri sesorang timbul perasaan senang dan damai karena
menghayati lagu kesayangannya lewat VCD.
b. Perasaan sifatnya individual atau subjektif.
Contoh:
 Pada saat menonton pertandingan sepakbola, ada penonton yang
bersorak gembira karena kesebelasan yang dijagokan dapat
menjebol gawang lawan, tetapi di pihak lain ada yang sedih karena
tim favoritnya kalah.
 Dalam keluarga, pada saat menanti anaknya belum pulang dari
sekolah, si ibu mungkin cemas, tetapi si bapak mungkin tenang-
tenang saja.
c. Perasaan dialami oleh individu sebagai perasaan senang dan tidak senang.
Contoh:
 Seorang mahasiswa perasaannya senang karena nilai ujiannya baik.
 Seorang mahasiswa tidak senang kepada dosen yang cara
mengajarnya tidak jelas.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Perasaan


a. Keadaan jasmani atau fisik individu yang bersangkutan
Contoh:
 Perasaan individu yang sedang sakit, lebih sensitif dibandingkan
orang sehat.
 Perasaan individu yang pendek gemuk kebal terhadap kritik.
b. Struktur kepribadian individu mempengaruhi individu dalam mengalami
suatu perasaan.
Contoh:
 Individu yang berkepribadian introvert memiliki perasaan yang
sensitif.
 Individu yang berkepribadian ekstrovert kebal terhadap perasaan.
 Individu yang kepribadiannya mudah marah.
 Kepribadian peramah biasanya perasaannya halus.
c. Keadaan temporer pada diri individu atau bergantung pada suasana hati,
individu yang sedang kalut pikirannya sangat peka terhadap perasaan
dibanding orang yang normal.

2.2.4 Intensitas Perasaan


Intensitas (tingkat dan kekuatan) perasaan bergantung pada hal-hal sebagai
berikut.

a. Intensitas perasaan persepsi lebih kuat dibanding tanggapan, fantasi, dan


ingatan, misalnya perasaan saat bertemu dengan saudara kandung yang
sudah lama berpisah, intensitasnya lebih kuat dibanding perasaan yang
timbul hal itu sudah menjadi kenangan.
b. Intensitas perasaan melalui pengamatan indra pembau dan pengecap
intensitasnya lebih tinggi dibanding melalui penglihatan dan pendengaran,
misalnya perasaan akibat mencium bau bangkai lebih intens daripada
mendengar suara gaduh.
c. Intensitas dipengaruhi faktor fisik dan psikis, misalnya dahulu, perasaan
saya apabila mendengar musik dangdut muak sekali, tetapi sekarang
begitu mendengar alunan musiknya saja sudah ingin joget.
d. Intensitas perasaan turun karena perasaan itu dialami berulang-ulang atau
sudah cukup lama, misalnya memutar VCD dengan lagu-lagu yang
berulang-ulang membosankan,perasaannya tidak senang dibanding pada
saat pertama kali memutar VCD tersebut.
2.2.5 Dimensi Perasaan
Menurut Wund perasaan itu memiliki 3 dimensi, yaitu:

a. Perasaan senang dan tidak senang, misalnya seorang merasa senang karena
penyakitnya dinyatakan sembuh oleh dokter atau seorang pasien merasa
tidak senang dirawat di suatu rumah sakit karena pelayanannya jelek.
b. Perasaan excited atau inner feeling, yaitu perasaan yang dialami individu
disertai perilaku atau perbuatan yang tampak, misalnya karena diterima
disertai menari-nari.
c. Perasaan expectancy atau release feeling, yaitu perasaan yang masih dalam
pengharapan atau memang betul-betul telah terjadi.
Contoh:
 Alangkah bahagia perasaan saya apabila kelak dapat meneruskan
ke S1 Keperawatan setelah lulus D3 Keperawatan.
 Waktu saya dinyatakan diterima di D3 Keperawatan, perasaan saya
betul-betul gembira sekali.

Menurut Stern, dimensi perasaan adalah:

a. Perasaan present,yaitu perasaan yang berhubungan dengan situasi aktual


atau yang sedang terjadi, misalnya saya merasa senang karena saat ini
anak saya bisa kuliah di Akademi Keperawatan.
b. Perasaan yang menjangkau maju, yaitu perasaan yang masih dalam
pengharapan, misalnya alangkah gembiranya apabila kelak anak saya
menjadi seorang dokter.
c. Perasaan yang berhubungan dengan waktu lampau, misalnya merasa sedih
apabila mengingat masa lampau, sewaktu masih anak-anak yang penuh
derita.

2.2.6 Jenis Perasaan


a. Perasan pengindraan/indriawi atau tingkat sensoris, yaitu perasan yang
berhubungan dengan beberapa pengamatan pengindraan, atau rangsangan
jasmaniah, misalnya rasa nyeri, panas, dingin, pahit, asin, geli, dan bau.
b. Perasaan kehidupan vital, yaitu perasaan yang berhubungan dengan fungsi
hidup atau kondisi jasmaniah, pencernaan makanan, pernapasan dan
peredaran darah, termasuk juga perasaan insting, misalnya rasa lelah,
segar, capek, haus, lapar, kurang enak badan, dan lesu.
c. Perasaan kejiwaan atau psikis, yaitu perasaan yang dapat diberi motivasi,
misalnya rasa gembira, susah, takut, kecewa, simpati, benci, bahagia,
tertekan, antipati, dan senang.
d. Perasaan kepribadian, yaitu perasaan yang berhubungan dengan
keseluruhan kepribadian, penilaian diri, dan harga diri, misalnya perasaan
harga diri, perasaan percaya diri, putus asa, dan perasaan puas.

2.3 Afek dan Emosi

2.3.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) perasaan adalah hasil


atau perbuatan merasa dengan panca indera; atau rasa (keadaan batin)
sewaktu menghadapi merasai sesuatu atau kesanggupan merasai; atau
pertimbangan batin atas sesuatu. Emosi adalah luapan perasaan yang
berkembang dan surut dalam waktu singkat atau sebagai keadaan dan reaksi
fisiologis maupun psikologis.
Afek adalah perasaan dan emosi yang menekankan tingkat kesenangan
atau kesedihan pada kualitas senang dan tidak senang, nyaman dan tidak
nyaman yang mewarnai perasaan.
Sarafino (1998) mengartikan emosi sebagai perasaan subyektif yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pikiran, perilaku dan fisiologis.
Sebagian emosi bersifat positif (seperti senang, kasih sayang) dan sebagian
yang lain adalah negatif (seperti marah, takut, sedih). Terlihat bahwa Sarafino
tidak membedakan antara afek dan emosi.
Batson dkk (1992) membedakan antara afek, mood dan emosi dan
menyimpulkan bahwa dari ketiga istilah ini afek adalah yang paling umum.
Afek adalah phylogenetic dan ontogenetic yang paling primitif. Afek ditandai
sebagaimana lolongan anjing atau tangisan bayi. Afek memiliki nada (tone),
valensi (positif atau negatif) dan intensitas dari lemah ke kuat.

Afek adalah perasaan yang menguasai segenap jiwa dan tidak bisa
dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Afek biasanya disertai reaksi
jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan pernafasan bias cepat
atau menjadi lemah. Emosi adalah gejalan kejiwaan yang berhubungan
dengan kejasmanian

Contoh :

1. Orang yang sedang marah, mengambil, melempar, dan


membanting benda dari sekitarnya, disertai mukanya merah,
tekanan darah meningkat, dan gemetar
2. Anak yang tidak lulus ujian, menangis sampai kejang – kejang
bahkan sampai pingsan, disertai muka pucat dan keluar keringat
dingin.

2.3.2 Jenis Gangguan Afek dan Emosi

Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek –


aspek yang lain pada manusia ( proses berpikir, psikomotor, persepsi,
ingatan) saling mempengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu
pada suatu waktu

Jenis gangguan afek dan emosi:


a. Depresi atau melankolis
 Ciri – ciri psikologik, misalnya sedih, susah, murung, rasa tak
berguna, gagal, kehilangan, tak ada harapan, putus asa, dan
penyesalan yang patologis
 Ciri – ciri somatik, misalnya anoreksia, konstipasi, kulit lembab atau
dingin, tekanan darah dan pols turun. Ada persepsi dengan penarikan
diri dan agitasi atau kegelisahan.
b. Kecemasan (anseitas)
 Ciri – ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa
tak aman, takut, dan lekas terkejut.
Gejalanya :
 Faktor somatik, misalnya napas sesak, dada tertekan, kepala seperti
mengambang, linu, lekas capek, keringat dingin, dan palpitasi
 Faktor psikologik, misalnya perasaan was – was, khawatir, dan
bicara cepat terputus – putus.
c. Neurosis histerik
Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya :
kelumpuhan pada ekstremitas, kejang – kejang, anestesi, tuli, buta,
stupor, dan twilight state.
d. Neuro fobik
Adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda atau
keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.
e. Neuro depresi
Gangguan perasaan dengan ciri – ciri semangat berkurang, rasa
harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan.
Biasanya berakar pada rasa salah yang tidak disadari.

Gejalanya :

 Faktor somatik, misalnya perasaan tak senang, tak


bersemangat, lelah, apatis, dan bicara pelan.
 Faktor psikologik, misalnya pendiam, rasa sedih, pesimistik,
putus asa, malas bergaul dan frekuensi bekerja berkurang,
tidak mampu mengambil keputusan, lekas lupa, dan timbul
pikiran untuk bunuh diri.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Emosi adalah reaksi penilaian(positif atau negatif) yang kompleks dari


sistem saraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau dari dalam diri
sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi emosi yaitu usia, perubahan
fisik dan kelenjar, pola asuhan orangtua, lingkungan, dan jenis kelamin.
Selain emosi terdapat perasaan yang hampir mirip dengan emosi. Perasaan
adalah gejala psikis yang memiliki sifat khas subjektif yang berhubungan
dengan persepsi dan dialami sebagai rasa senang-tidak senang, sedih-gembira
dalam berbagai derajat dan tingkatannya. Faktor yang mempengaruhi
timbulnya perasaan yaitu keadaan jasmani, struktur kepribadian, dan suasana
hati. Terdapat jenis perasaan yaitu perasaan pengindraan, perasaan kehidupan
vital, perasaan psikis, dan perasaan kepribadian.

Emosi dan perasaan saling terkait membentuk afek. Afek yaitu perasaan
dan emosi yang menekannkan tingkat kesenangan atau kesedihan pada
kualitas senang dan tidak senang, nyaman dan tidak nyaman yang mewarnai
perasaan. Kehidupan yang kompleks ini memberikan kesempatan terjadinya
penyimpangan atau gangguan, begitu pula dengan afek. Gangguan afek
contohnya depresi, kecemasan, neurosis histerik, neuro fobik, dan neuro
depresi.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis merumuskan saran yang dapat di


aplikasikan dalam berbagai kalangan antara lain
1) Masyarakat
Dengan wawasan tentang emosi ini diharapkan masyarakat dapat
mengetahui faktor-faktor emosi sehingga masyarakat dapat mengontrol
emosi dengan tepat dan mengontrol perasaannya dengan baik dan
menempatkan emosi pada yang seharusnya
2) Perawat
Diharapkan untuk para perawat dapat mengaplikasikan dalam peran
perawat untuk mengetahui tingkat emosi pasien dan mempunyai rasa
empati terhadap pasien juga dapat mengetahui perasaan pasien dan dapat
melakukan caring dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo. 2002. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.


Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan Antara Pemenuhan Kebutuhan Dengan Afek
Positif Dan Afek Negatif Pada Lansia. http://repository.usu.ac.id. (Diakses
tanggal 14 April 2015, 21.47 WIB)

Yoga. 2014. https://yogacintaindonesia.wordpress.com/2014/02/19/makalah-


emosi-psikologi-umum/ (diakses pada 14 April 2015).
LAMPIRAN

SOAL

1. Seorang anak lebih suka marah jika dia disingung tentang pekerjaan
ibunya, karena ibunya hanya buruh pabrik, tapi seiring berjalannya waktu
saat anak itu sudah mulai masuk SMA dia mulai menyadari bahwa ibunya
itu bekerja untuknya dan saat ditanya pekerjaan ibunya dia pun tidak
marah lagi. Dari pernyataan diatas factor apa yang mempengaruhi emosi
seseorang?
a. Jeniskelamin
b. Pekerjaan
c. Lingkungan
d. Usia
e. Polaasuh orang tua
2. Faktor apa yang mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang
a. Fisik
b. Psikis
c. Intelegensi
d. Psikis dan intelegensi
e. Fisik dan psikis
3. Teori yang berpendapat bahwa emosi itu bergantung pada aktivitas dari
otak bagian bawah adalah
a. Teori Cannon-Bard
b. TeoriSchachter-Singer
c. Teori James-Lange
d. Teori Proses-Berlawanan
e. Teori Emosi-Motivasi
4. Sebutkan faktor yang mempengaruhi emosi?
a. fisik dan psikis
b.fisik
c. faktor eksternal dan internal
d. jenis kelamin
e. usia
5. Richard Solomon menjelaskan pemicu sebuah emosi adalah?
a. Manusia
b. Jenis kelamin
c. Fisik dan psikis
d. lingkungan
e. Semua salah
6. Teori yang menekankan pada keseimbangan hidup manusia melalui
mekanisme homeostatis. Adalah teori dari?
a. Teori James-Lange
b. Teori Proses-Berlawanan
c. Teori Emosi-Motivasi
d. Teori cannon-Bard
e. Semua salah
7. An. C merasa takut dan merintih kesakitan saat dipasang infus di
punggung tangan kanannya karena baru pertamakali diinfus, sedangkan
An. D merasa biasa-biasa saja karena sudah terlalu sering dirawat inap di
rumah sakit. Kasus tersebut meunjukkan bahwa perasaan setiap individu
berbeda, hal ini sesuai dengan ciri-ciri perasaan yaitu:
a. Perasaan selalu terkait dengan gejala kejiwaan lain
b. Perasaan dialami individu sebagai perasaan senang
c. Perasaan sifatnya individual atau subjektif
d. Perasaan sifatnya objektif
e. Perasaan dialami individu sebagai perasaan tidak senang
8. Orang introvert dan ekstrovert memiliki cara yang berbeda dalam
mengekspresikan perasaannya. Faktor apakah yang mempengaruhi
timbulnya perasaan orang introvert dan ekstrvert?
a. Keadaan temporer atau bergantung pada suasana hati
b. Struktu kepribadian
c. Keadaan jasmani
d. Keadaan rohani
e. Kesehatan
9. Setiap tanggal 17 agustus, seluruh warga Indonesia selalu memperingati
hari kemerdekaan Indonesia, dengan mengadakan upacara bendera. Tidak
terkecuali siska mahasiswi keperawatan universitas jember. Pada saat
melakukan upacara siska tiba – tiba merasa funsi mental dan jasmaninya
hilang tanpa dikehendaki. Dari penjelasan diatas, siska mengalami
gangguan afek dan emosi berupa?
a. Neuro fobik d. kecemasan
b. Neuro depresi e. melankolis
c. Neuro histeric
10. Ujian akhir semester adalah kegiatan rutin setiap akhir semester yang
dilakukan guna menguji kepahaman mahasiswa dalam materi yang telah
disampaikan. Sehari sebelum ujian rani mengalami hal yang aneh pada
dirinya, yakni semangat berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan
diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Dari penjelasan diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa rani mengalami ganggaun afek dan emosi.

a. Neuro fobik
b. Neuro depresi
c. Neuro historic
d. Kecemasan
e. melankolis

Anda mungkin juga menyukai