Anda di halaman 1dari 8

Ikhlas

Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja lampau transitif
yang diambil dari kata kerja intransitif khalasha (
) dengan menambahkan satu huruf alif
(). Bentuk mudhri (saat ini) dari akhlasha (
) adalah yukhlishu ( ) dan bentuk
mashdarnya yaitu ikhlash () . Kata tersebut berarti, murni, bersih, jernih, tanpa
campuran. Ikhlas adalah : melakukan amal perbuatan yang ditujukan hanya kepada
Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Perbuatan ikhlas
dibarengi pula dengan keyakinan atas perbuatannya dan tidak memiliki keinginan untuk
menarik kembali apa yang telah ia lakukan. Atau dengan kata lain berniat lahiriah dan
batiniah.

Ridho

Ridho berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti menerima suatu perkara dengan
lapang dada tanpa merasa kecewa ataupun tertekan. Sedangkan menurut istilah, ridho adalah
menerima semua kejadian yang menimpa dirinya dengan lapang dada, menghadapinya
dengan tabah, tidak merasa kesal dan tidak berputus asa ridho berkaitan dengan perkara
keimanan yang terbagi menjadi dua macam. Yaitu, ridho Allah kepada hamba-Nya dan ridho
hamba kepada Allah (Al-Mausuah Al-Islamiyyah Al-Ammah: 698). Ini sebagaimana
diisyaratkan Allah dalam firman-Nya,
Allah ridho terhadap mereka dan mereka pun ridho kepada-Nya. (QS 98: 8).
. Ridho Allah kepada hamba-Nya adalah berupa tambahan kenikmatan, pahala, dan
ditinggikan derajat kemuliaannya. Sedangkan ridho seorang hamba kepada Allah mempunyai
arti menerima dengan sepenuh hati aturan dan ketetapan Allah. Menerima aturan Allah ialah
dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Adapun
menerima ketetapannya adalah dengan cara bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan
bersabar ketika ditimpa musibah.
Dari definisi ridho tersebut terkandung isyarat bahwa ridho bukan berarti menerima begitu
saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ridho
tidak sama dengan pasrah. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita
dituntut untuk ridho. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu
adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha. Allah
berfirman,
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS 13: 11).
Hal ini berarti ridho menuntut adanya usaha aktif. Berbeda dengan sikap pasrah yang
menerima kenyataan begitu saja tanpa ada usaha untuk mengubahnya. Walaupun di dalam
ridho terdapat makna yang hampir sama dengan pasrah yaitu menerima dengan lapang dada
suatu perkara, namun di sana dituntut adanya usaha untuk mencapai suatu target yang
diinginkan atau mengubah kondisi yang ada sekiranya itu perkara yang pahit. Karena ridho
terhadap aturan Allah seperti perintah mengeluarkan zakat, misalnya, bukan berarti hanya
mengakui itu adalah aturan Allah melainkan disertai dengan usaha untuk menunaikannya.

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

Begitu juga ridho terhadap takdir Allah yang buruk seperti sakit adalah dengan berusaha
mencari takdir Allah yang lain, yaitu berobat. Seperti yang dilakukan Khalifah Umar bin
Khathab ketika ia lari mencari tempat berteduh dari hujan deras yang turun ketika itu. Ia
ditanya,
Mengapa engkau lari dari takdir Allah, wahai Umar? Umar menjawab, Saya lari dari
takdir Allah yang satu ke takdir Allah yang lain.
Dengan demikian, tampaklah perbedaan antara makna ridho dan pasrah, yang kebanyakan
orang belum mengetahuinya. Dan itu bisa mengakibatkan salah persepsi maupun aplikasi
terhadap makna ayat- ayat yang memerintahkan untuk bersikap ridho terhadap segala yang
Allah tetapkan. Dengan kata lain pasrah akan melahirkan sikap fatalisme. Sedangkan ridho
justru mengajak orang untuk optimistis.

Perbedaan antara ridho dan ikhlas

Terkadang ridho disama artikan dengan ikhlas. Namun sebenarnya ridho dan ikhlas
adalah dua hal yang berbeda. Ridho ()
berarti suka, rela, senang, yang berhubungan
dengan takdir (qodha dan qodar) dari Allah. Ridho adalah mempercayai sesungguhsungguhnya bahwa apa yang menimpa kepada kita, baik suka maupun duka adalah terbaik
menurut Allah. Dan apapun yang digariskan oleh Allah kepada hamba-Nya pastilah akan
berdampak baik pula bagi hamba-Nya. Perilaku yang ditampakkan oleh seorang hamba yang
ridho adalah ia tidak membenci apa yang terjadi menimpa dirinya, sehingga terjadi atau
tidak terjadi adalah sama saja baginya.sementara Ikhlas adalah melakukan amal perbuatan
syariat yang ditujukan hanya kepada Allah secara murni atau tidak mengharapkan imbalan
dari orang lain.
Bahkan bila tingkatan ridho seorang hamba sudah mencapai tingkat tertinggi, ia akan
selalu memuji Allah apapun yang Allah berikan kepada dirinya baik nikmat maupun
bencana, karena ia percaya apa yang menimpanya semata-mata untuk kebaikan dirinya.
Sang hamba secara suka rela dan senang menerima apapun yang diberikan Allah kepadaNya baik berupa nikmat maupun musibah berupa bencana.

Tiga Macam Ridho

Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ridho terhadap takdir Allah
terbagi menjadi tiga macam:
1. Wajib direlakan, yaitu kewajiban syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam dan
segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Seluruh perintah-Nya haruslah mutlak
dilaksanakan dan seluruh larangan-Nya haruslah dijauhkan tanpa ada perasaan bimbang
sedikitpun. Yakinlah bahwa seluruhnya adalah untuk kepentingan kita sebagai umat-Nya.

2. Disunnahkan untuk direlakan, yaitu musibah berupa bencana. Para ulama mengatakan
ridho kepada musibah berupa bencana tidak wajib untuk direlakan namun jauh lebih baik
untuk direlakan, sesuai dengan tingkan keridhoan seorang hamba. Namun rela atau tidak,
mereka wajib bersabar karenanya. Manusia bisa saja tidak rela terhadap sebuah musibah
buruk yang terjadi, tapi wajib bersabar agar tidak menyalahi syariat. Perbuatan putus asa,
hingga marah kepada Yang Maha Pencipta adalah hal-hal yang sangat diharamkan oleh
syariat.
AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

3. Haram direlakan, yaitu perbuatan maksiat. Sekalipun hal tersebut terjadi atas qodha
Allah, namun perbuatan tersebut wajib tidak direlakan dan wajib untuk dihilangkan.
Sebagaimana para nabi terdahulu berjuang menghilangkan kemaksiatan dan kemungkaran di
muka bumi.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang yang menampar pipi
(ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi
kematian mayit seraya mengharap-harap celaka).
Menampar pipi atau menyakiti diri sendiri saat terjadi musibah adalah perbuatan yang
dilarang, apalagi bila sampai melakukan bunuh diri. Naudzubillah mindzalik.
Bila seorang muslim ditimpa suatu musibah atau bencana, ucapkan inna lillahi wa inna
ilaihi rojiun. Dan janganlah berkata, oh andaikata aku tadinya melakukan itu tentu
berakibat begini dan begitu, tetapi katakanlah, ini takdir Allah dan apa yang dikehendaki
Allah pasti dikerjakan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya ucapan: andaikata dan jikalau
membuka peluang bagi (masuknya) karya (kerjaan) setan. (HR. Muslim)

Mengapa manusia sulit ridho ?

Manusia sulit ridho, karena mereka tidak bisa berbaik sangka (Husnudzan) kepada
Allah SWT. Manusia lupa bahwa Allah SWT adalah Maha Baik, sehingga kalau mereka
ditimpakan sedikit kekurangan saja, mereka sudah teriak-teriak, sudah menganggap Allah
pilih kasih. Jadi, Manusia lupa memahami kebaikan Allah. Padahal ridho Allah akan
membuat hidup manusia nyaman dan bahagia.

Manfaat Ridho:
1. Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang kuat dalam
menjalani dan menatap kehidupan di masa depan dengan mengambil hikmah dari
kehidupan masa lampau.
2. Orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT, hatinya menjadi
lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat dan bahkan tamak atau rakus.
3. Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann, terhadap ketentuan-ketentuan Allah,
sehingga manusia tetap teguh iman dan amal shalehahnya.
4. Dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan keluarnya, di tiap satu
kesulitan ada dua kemudahan.
5. Dengan ridho akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama makhluk Allah
SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

As-Sabur (As Sabur)

Allah selain maha pengasih lagi maha penyayang Allah juga memiliki salah satu asma
yaitu as-sabur yang berarti maha penyabar maka dari itu Allah mengatakan,adakah yang
lebih sabar daripada aku. Kita tentu sering mendengar kata orang yang mengatakan sabar
itu tak ada batasnya padahal tahukah sebenarnya Allah dengan asmaul husnanya as-sabur
sangat senang bersama orang-orang yang sabar.

Sedikit Cerita Tentang As-Sabur

Kala itu langit berbicara kepada Allah,ya Allah mengapa tak kau biarkan aku
menurunkan hujan dan petir yang dasyat agar manusia binasa karena mereka telah inggkar
kepada mu. Sementara itu bumi berkata,ya Allah biarkan aku keluarkan gempa yang dasyat
agar semua manusia tenggelam bersama kesombongan dan kekufurannya.
Lalu apa kata Allah sebagai as-sabur yang maha penyabar,Biarlah walaupun mereka
tidak menyembahku, mereka lupa pada ku, mereka tidak bersyukur atas nikmat yang aku
berikan aku tetap biarkan mereka hidup aku berikan mereka rezeki agar mereka tahu bahwa
tidak ada yang lebih sabar daripada aku. Allah as-sabur
Ya as-sabur maha penyabar itulah Allah bisa kah kita bersabar karena kesabaran itu
memang tidak ada batasnya kesabaran yang diiringi dengan keikhlasan pasti akan
menghasilkan sesuatu yang besar. kesabaran juga salah satu ciri orang yang bertaqwa kepada
Allah SWT. sabar itu berasal dari bahasa arab & sudah menjadi istilah bahasa indonesia yang
asal katanya adalah Shobaro, yang membentuk infinitif (masdar) menjadi shabran. dari
segi bahasa, sabar berarti menahan & mencegah. Sebagaimana firman Allah dalam AlQuran:
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi
dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling
dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu
mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti
hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Sabar bagi manusia sendiri terbagi menjadi beberapa aspek meliputi :

Sabar menerima musibah.


Sabar menerima musibah merupakan aspek yang paling sering dinasehatkan banyak
orang. sebab sabar dalam aspek ini merupakan bentuk sabar yang telah diriwayatkan dalam
sebuah hadits :
Dari Anas bin Malik ra, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW melewati seorang wanita yang
sedang menangis di dekat sebuah kuburan. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
Bertakwalah kepada Allah, dan bersabarlah. Wanita tersebut menjawab, Menjauhlah
dariku, karena sesungguhnya engkau tidak mengetahui dan tidak bisa merasakan musibah
yang menimpaku. Kemudian diberitahukan kepada wanita tersebut, bahwa orang yang
menegurnya tadi adalah Rasulullah SAW. Lalu ia mendatangi pintu Rasulullah SAW dan ia
tidak mendapatkan penjaganya. Kemudian ia berkata kepada Rasulullah SAW, (maaf) aku
tadi tidak mengetahui engkau wahai Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya
sabar itu terdapat pada hentakan pertama. (HR. Bukhari Muslim)
AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

Sabar ketika menghadapi musuh.


Dalam sebuah riwayat, Rasulullah bersabda : Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Janganlah kalian berangan-angan untuk menghadapi musuh.
Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya). HR.
Muslim.
Sabar berjamaah, terhadap amir yang tidak disukai.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Ibnu Abbas ra beliau meriwayatkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa yang melihat pada amir (pemimpinnya) sesuatu
yang tidak disukainya, maka hendaklah ia bersabar. Karena siapa yang memisahkan diri dari
jamaah satu jengkal, kemudian ia mati. Maka ia mati dalam kondisi kematian jahiliyah. (HR.
Muslim)
Sabar pada jabatan & kedudukan.
Dalam sebuah riwayat digambarkan : Dari Usaid bin Hudhair bahwa seseorang dari
kaum Anshar berkata kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah, engkau mengangkat
(memberi kedudukan) si Fulan, namun tidak mengangkat (memberi kedudukan kepadaku).
Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku atsaratan (yaitu
setiap orang menganggap lebih baik dari yang lainnya), maka bersabarlah kalian hingga
kalian menemuiku pada telagaku (kelak). (HR. Turmudzi).
Sabar dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda, Seorang muslim
apabila ia berinteraksi dengan masyarakat serta bersabar terhadap dampak negatif mereka
adalah lebih baik dari pada seorang muslim yang tidak berinteraksi dengan masyarakat serta
tidak bersabar atas kenegatifan mereka. (HR. Turmudzi)
Sabar dalam kerasnya kehidupan dan kebutuhan ekonomi.
Dalam sebuah riwayat digambarkan; Dari Abdullah bin Umar ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda, Barang siapa yang bersabar atas kesulitan dan himpitan
kehidupannya, maka aku akan menjadi saksi atau pemberi syafaat baginya pada hari kiamat.
(HR. Turmudzi).
Cara kita meningkatkan kesabaran
Penyakit hati yang umum saat ini yang dialami setiap manusia adalah tidak sabar
yang dapat dicegah karena jika hal ini tidak dicegah maka akan berdampak negatif pada
amalan yang telah kita lakukan. Sebagaimana mendapat hasil yang tidak memuaskan,
terjerumus dalam kemaksiatan, tidak mau beribadah kepada Allah dll. Oleh karena itulah
diperlukan beberapa cara untuk meningkatkan kesabaran. Diantara adalah :

Mengkikhlaskan niat hanya kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya
untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya
kesabaran kepada Allah SWT.

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

Memperbanyak tilawah (membaca) al-Quran, baik pada pagi, siang, sore ataupun
malam hari. lebih bagus lagi jika bacaan tersebut direnungan dan ditadaburkan
makna-makna yang terkandung didalamnya. sebab al-Quran berfungsi sebagai obat
bagi hati. termasuk juga dzikir kepada Allah.
Banyak-banyak berpuasa sunnah. dengan berpuasa merupakan dapat mengurangi
hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenis. puasa juga ibadah
yang dapat melatih kesabaran.
Mujahadatun Nafs, yaitu usaha yang dilakukan untuk berusaha dengan giat dan
maksimal untuk mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang suka pada hal-hal
negatif, seperti malas, marah, kikir, dll.
Mengingat tujuan hidup di dunia. sebab hal ini dapat memacu kita untuk beramal
secara sempurna. dengan ketidaksabaran (istijal), memiliki prosentase yang besar
untuk menjadikan amalan seseorang kurang maksimal. apalagi jika kita renungkan
bahwa Allah akan melihat amalan seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat
pada hasilnya. (Lihat QS. 9 : 105)
Perlu melakukan latihan sabar secara pribadi. seperti ketika sedang sendiri dalam
rumah, bagusnya melatih untuk beramal ibadah dari pada menonton televisi misalnya.
lalu melatih diri untuk menyisihkan sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dll.
Membaca kisah kesabaran para sahabat, tabiin maupun tokoh Islam lainnya. sebab
hal ini juga bisa menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan di
dunia nyata.

Hubungan Sabar dengan Surat Al-Asr


Surah Al Asr ini merupakan surah ke 13 dari segi perurutan turunya. Ia turun sesudah
surat Alam Nasrah atau al-Insyirah dan sebelum Surat al-Adiyat. Disepakati ayatayatnya berjumlah tiga ayat.

Makna dan Kandungan














Waal'ashrii, inna al-insaana lafii khusrin, illaa alladziina aamanuu wa'amiluu
alshshaalihaati watawaasaw bialhaqqi watawaasaw bialshshabri.
Artinya:
1).Demi masa
2).Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3).Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

1.
Ayat pertama dalam surat ini adalah diawali dengan sumpah, maka sumpah yang disandarkan
dengan al-Ashr memiliki pesan yang sangat penting, namun apakah yang dimaksud dengan
al-Ashr di sini?
Terkadang al-Quran bersumpah dengan masa atau bagian dari masa, seperti demi siang, demi
malam, demi waktu dhuha dan lain sebagainya, maka dalam waktu-waktu ini ada hikmah dan
falsafah tersendiri.
Para ulama bersepakat mengartikan kata al-Ashr pada ayat pertama dengan waktu/masa,
hanya saja mereka berbeda pendapat tentang waktu tersebut. Ada yang berpendapat bahwa ia
adalah waktu atau masa di mana ia bergerak dan terapung di dalamnya. Ada pula yang
menentukan waktu tersebut dengan waktu Ashar, yang ketiga ialah yang mengartikan dengan
waktu pada masa kehadiran Nabi Muhammad saw.
Pada surah ini Allah bersumpah demi waktu dan mengunakan kata AsHr untuk menyatakan,
bahwa demi waktu dimana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya,
sesungguhnya ia merugi-apapun hasil yang dicapainya itu. Kecuali jika ia beriman dan
beramal shalih. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi pasti
akan disadarinya pada waktu Ashar kehidupannya menjelang matahari hanyatnya terbenam.
Itulah agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata Ashr untuk menunjukan waktu secara
umum.
Waktu adalah modal utama manusia, apabila tidak diisi dengan kegiatan positif, maka ia akan
berlalu begitu saja. Ia akan hilang, dan ketika itu jangankan keuntungan diperoleh, modalpun
telah hilang, Saidina Ali pernah berkata: Rezeki yang tidak diperoleh hari ini masih dapat
diharapkan lebih dari itu esok, tetapi waktu yang berlalu hari ini tidak mungkin dapat kembali
esok.
2.
Artinya:
Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.
kalimat al-Insan menunjukan kepada manusia dan jenis-jenis manusia tanpa terkecuali,
baik mukmin maupun kafir, karena melihat bentuknya yang makrifah (difinit). Syekh
Muhammad Abduh menambahkan manusia dalam ayat ini besifat umum tetapi tidak
termasuk kepada orang yang mukallaf (tidak terkena beban perintah agama) seperti bayi dan
orang gila.
kata khusr mempunyai banyak arti antara lain rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan dan
sebagainya yang kesemuanya mengarah kepada makna negativ, atau tidak disenangi
siapapun. Kata tersebut dalam ayat ini berbentuk nakirah (indefinite). Ia menggunakan
tanwin. Bentuk indifinit yang menggunakan tanwin itu memberikan arti keragaman dan
kebesaran yakni kerugian dan kesesatan, kecelakaan yang besar dan sebagainya.

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

Kata la fi adalah gabungan dari la


yang menyiratkan makna sumpah dan fi yang
mengandung makna wadah atau tempat. Dengan kata tersebut tergambar bahwa seluruh
totalitas manusia berada di dalam satu wadah kerugian,. Kerugian seakan-akan menjadi satu
tempat atau wadah dan manusia berada serta diliputi oleh wadah tersebut.
Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi maka kita merugi, bahkan
kalupun diisi tetapi dengan hal-hal negativ maka manusia pun akan diliputi kerugian. Di
sinilah terlihat kaitan antara ayat pertama dan kedua dan di sini pula ditemukan sekian
banyak hadist Nabi yang memeperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan
mengaturnya sebaik mungkin. Dua nikmat yang sering dilupakan banyak manusia,
kesehatan dan waktu.


.3




Artinya:
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh serta saling berwasiat tentang
kebenaran dan berwasiat tentang kesabaran.
Ayat yang lalu menegaskan bahwa semua manusia diliputi oleh kerugian yang besar dan
beraneka ragam. Ayat d iatas mengecualikan mereka yang melakukan empat kegiatan pokok
yaitu : Kecuali orang-orang yang beriman, dann beramal yang salih yakni yang bermanfat
serta saling berwasiat tentang kebenaran dan ketabahan.
Iman adalah pembenaran hati atas apa yang disampaikan Nabi. Intinya antara lain dapat
disimpulkan dari rukun iman yang enam.Amal shalih ialah pekerjaan yang apabila dikerjakan
terhenti atau menjadi tiada suatu mudarat, ataukah dengan pekerjaanya diperoleh manfaat dan
kesesuaian.

AGUNG PAMBUDI-12650004

AKHLAQ TASAWUF

Anda mungkin juga menyukai